makalah kelenjar tiroid

Upload: fitrianimpit

Post on 10-Jan-2016

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bcdkhcbdskkld

TRANSCRIPT

1PendahuluanKelenjar tiroid mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar optimal sehingga dapat berfungsi dengan baik. Hormon tiroid merangsang konsumsi O2 pada sebagian besar sel di tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal. Kelenjar tiroid tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan perlambatan perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya tahan terhadap dingin serta pada anak-anak timbul retardarsi mental dan kretinisme. Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah, takikardia, tremor dan kelebihan pembentukan panas. Fungsi tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid / thyroid stimulating hormone (TSH) dari hipofisis anterior. Pada mamalia, kelenjar tiroid juga mensekresikalsitonin, suatu hormon yang menurunkan kadar kalsium.1Struktur Makroskopis Kelenjar TiroidGlandula thyroidea terdiri atas lobus kanan dan kiri yang dihubungkan oleh isthmus yang sempit.2 Organ ini terletak di atas permukaan anterior kartilago tiroid trakea, tepat di bawah laring.3 Glandula thyroidea merupakan organ vaskular yang dibungkus oleh selubung yang berasal dari lamina pretrachealis fascia profunda. Selubung ini melekatkan glandula thyroidea pada larynx dan trachea.2Setiap lobus berbentuk seperti buah alpukat, dengan apex menghadap ke atas sampai linea oblique cartilage thyroidea, basisnya terletak di bawah setinggi cincin trachea keempat atau kelima. Isthmus meluas melintasi garis tengah di depan cincin trachea 2,3 dan 4.2 Sering terdapat lobus pyramidalis, yang menonjol ke atas dari isthmus, biasanya ke sebelah kiri garis tengah. Sebuah pita fibrosa atau muskular sering menghubungkan lobus pyramidalis dengan os hyoideum. Bila pita ini muskular, disebut m.levator glandulae thyroidea.2Batas-batas lobus :2-Anterolateral : m. sternothyroideus, venter superior m. omohyoideus, m.sternohyoideus, dan pinggir anterior M. sternocleidomastoideus.-Posterolateral : selubung carotis dengan a.carotis communis, v.jugularis interna dan v.vagus.-Medial : larynx, trachea, pharynx dan oesophagus. Di dekatnya ada m.cricothyroideus dan n. laryngeus externus.-Pinggir posterior masing-masing lobus yang bulat berhubungan di posterior dengan glandula parathyroidea superior dan inferior dan anastomosis antara a.thyroidea superior dan inferior.Batas-batas isthmus :2- Anterior : m. sternothyroideus, m. sternohyoideus, v. jugularis anterior, fascia dan kulit.- Posterior : cincin trachea 2,3 dan 4.- Cabang-cabang terminal a. thyroidea beranastomosis sepanjang pinggir atas isthmus. Pendarahan :Arteri yang memperdarahi glandula thyroidea adalah a. thyroidea superior, a. thyroidea inferior dan a. thyroidea ima. Arteri-arteri ini saling beranastomosis dengan luas di permukaan glandula. Arteri thyroidea superior, cabang dari arteri carotis externa, berjalan turun menuju ke kutub atas setiap lobus bersama dengan nervus laryngeus externus. Arteri thyroidea inferior, cabang dari truncus thyrocervicalis, berjalan ke atas di belakang glandula sampai setinggi cartilage cricoidea. Kemudian membelok ke medial dan bawah untuk mencapai pinggir posteriorglandula.2Nervus laryngeus recurrens melintasi di depan atau di belakang arteri ini atau berjalan di antara cabang-cabangnya. Arteri thyroidea ima merupakan cabang dari a. brachiocephalica atau arcus aorta, arteri ini berjalan ke atas di depan trachea menuju isthmus.2Vena-vena dari glandula thyroidea adalah v. thyroidea superior, yang bermuara ke v. jugularis interna, v. thyroidea media yang bermuara ke v. jugularis interna dan v. thyroidea inferior. Vena thyroidea inferior menampung darah dari isthmus dan kutub bawah glandula thyroidea. Vena thyroidea inferior dari kedua sisi beranastomosis satu dengan yang lainnya pada saat mereka berjalan turun di depan trachea. Vena-vena ini akan bermuara ke dalam v.brachiocephalica sinistra di dalam rongga thorax.2Gambar 1. Struktur anatomi kelenjar tiroidStruktur Mikroskopis Kelenjar TiroidKelenjar tiroid adalah kelenjar endokrin berlobus yang terletak di leher di depan trakea bagian atas. Kelenjar tiroid menghasilkan dua hormon yaitu hormon berisikan yodium tri- iodotironin (T3) dan tiroksin (tetra-iodotironin, T4) dan hormon polipeptida kalsitonin. Glandula tiroid terdiri atas folikel-folikel dengan lumen lebar dan dilapisi epitel selapis torak atau kubis.Epitel ini sebagian besar terdiri atas sel-sel folikel (sel-sel principal tiroid) dengan inti besar yang bulat. Folikel ini ukurannya bermacam-macam, biasanya terisi koloid yang berwarna asidofil. Septa jaringan penyambung berasal dari kapsul yang menutupi kelenjar tiroid, menyusup ke dalam kelenjar, membaginya ke dalam kelompok-kelompok folikel atau lobuli. Jaringan penyambung yang terdapat di antara kelompok-kelompok folikel itu relative sedikit (jaringan penyambung interfolikular). Mereka menyokong banyak kapiler sinusoid yang terdapat dekat pada epitel folikel. Selama pembuatan sediaan histologi, lobuli cenderung mengkerut danmeninggalkan celah-celah artefak dalam potongan septal.4Folikel tiroid dilapisi oleh epitel selapis kuboid, berfungsi mensintesis dan menggetahkan hormon yang mengandung yodium T3 dan T4. Folikel tiroid berisikan kompleks glikoprotein yang disebut tiroglobulin (koloid tiroid) yang menampung hormon tiroid sebelum disekresi. Pada kelenjar tiroid yang aktif mensekresi, folikelnya cenderung kecil dan jumlah koloidnya berkurang, sel-sel pelapis kuboid relatif tinggi-tinggi mencerminkan sintesis dan sekresi aktif hormon. Sebaliknya folikel dari kelenjar tiroid yang kurang aktif, membesar karena penumpukankoloid dan sel-sel pelapis terdesak pada membran basal folikel.4Selain sel epitel folikel, kelenjar tiroid juga mengandung sel-sel parafolikular (sel C, sel- sel terang) yang tersebar satu-satu di dalam kelenjar. Sel-sel parafolikular terdapat satu-satu atau berkelompok. Pada folikel, sel-sel ini terdapat di antara sel-sel folikel dan membran basalis atau di jaringan penyambung interfolikular. Sel-sel parafolikular lebih besar dari sel-sel folikel, agak bulat atau dengan macam-macam bentuk, sitoplasma bergranul halus dan tampak pucat. Didalam jaringan ikat interfolikel terdapat banyak pembuluh darah.4Gambar 2. Struktur mikroskopis kelenjar tiroidSintesis Hormon TiroidBahan dasar untuk sintesis hormon tiroid adalah tirosin dan iodium, yang keduanya harus diserap dari darah oleh sel-sel folikel. Tirosin, suatu asam amino, disintesis dalam jumlah memadai oleh tubuh sehingga bukan merupakan kebutuhan esensial dalam makanan. Di pihak lain, iodium yang diperlukan untuk sintesis tiroid harus diperoleh dari makanan. Pembentukan, penyimpanan dan sekresi hormon tiroid terdiri dari langkah-langkah berikut :51. Semua langkah sintesis hormon tiroid berlangsung di molekul tiroglobulin di dalam koloid. Tiroglobulin itu sendiri dihasilkan oleh kompleks Golgi atau retikulum endoplasma sel folikel tiroid. Tirosin menyatu ke dalam molekul tiroglobulin sewaktu molekul besar ini diproduksi. Setelah diproduksi, tiroglobulin yang mengandung tirosin dikeluarkan dari sel folikel ke dalam koloid melalui eksositosis. Iodium secara aktif dipindahkan dari darah ke dalam koloid oleh sel folikel.2. Tiroid menangkap iodium dari darah dan memindahkannya ke dalam koloid melalui suatu pompa iodium yang sangat aktif atau iodine trapping mechanism, protein pembawa yang sangat kuat dan memerlukan energi yang terletak di membran luar sel folikel. Hampir semua iodium di tubuh dipindahkan melawan gradien konsentrasinya ke kelenjar tiroid untuk mensintesis hormon tiroid. Selain untuk sintesis hormon tiroid, iodium tidak memiliki manfaat lain di tubuh.3. Di dalam koloid, iodium dengan cepat melekat ke sebuah tirosin di dalam molekul tiroglobulin. Pelekatan sebuah iodium ke tirosin menghasilkan monoiodotirosin (MIT). Pelekatan dua iodium ke tirosin menghasilkan diiodotirosin (DIT)4. Kemudian terjadi proses penggabungan antara molekul-molekul tirosin beriodium untuk membentuk hormon tiroid. Penggabungan dua DIT (masing-masing mengandung dua atom iodium) menghasilkan tetraiodotironin (T4 atau tiroksin) yaitu bentuk hormon tiroid dengan empat iodium. Penggabungan satu MIT dengan satu DIT menghasilkan triiodotironin atau T3 (dengan tiga iodium). Penggabungan tidak terjadi antara dua molekul MIT. Karena reaksi-reaksi ini berlangsung di dalam molekul tiroglobulin, semua6produk tetap melekat ke protein besar tersebut. Hormon-hormon tiroid tetap disimpan dalam bentuk ini di koloid sampai mereka pecah dan disekresikan . Diperkirakan bahwa jumlah hormon tiroid yang secara normal disimpan koloid cukup untuk memasok kebutuhan tubuh untuk beberapa bulan.53.Di dalam kelenjar tiroid, iodida mengalami oksidasi menjadi iodium dan dalam beberapa detik berikatan ke posisi 3 molekul tirosin yang melekat ke tiroglobulin. Enzim yang berperan dalam oksidasi dan pengikatan iodida adalah tiroid peroksidase, dengan hidrogen peroksida sebagai penerima elektron. MIT kemudian mengalami iodinasi membentuk DIT. Dua molekul DIT kemudian mengalami suatu kondensasi oksidaktif membentuk T4 dengan pengeluaran rantai sisi alanin dari molekul yang membentuk cincin luar. Dalam tiroid manusia normal, distribusi rata-rata senyawa-senyawa beriodium adalah 23% MIT, 33% DIT, 35% T4 dan 7% T 1Metabolisme IodiumIodium adalah bahan dasar yang penting untuk sintesis hormon tiroid. Iodium yang dimakan diubah menjadi iodida dan diabsorpsi. Asupan iodium harian minimum yang dapat mempertahankan fungsi tiroid normal adalah 150 g pada orang dewasa. Organ utama yang mengambil iodium adalah tiroid, yang menggunakannya untuk membuat hormon-hormon tiroid, dan ginjal yang mengeksresikannya ke dalam urin. Tiroid mensekresi 80 g/h sebagai iodium dalam T3 dan T4. 40 g iodium per hari berdifusi ke dalam cairan ekstrasel (CES). T4 dan T3 yang disekresikan dimetabolisme dalam hati dan jaringan lain, yang akan membebaskan 60 iodium per hari ke dalam CES. Beberapa turunan hormon tiroid dieksresikan melalui empedu dan sebagian iodium di dalamnya diserap ulang (sirkulasi enterohepatik), tetapi berat bersih kehilangan iodium dalam tinja sekitar 20 g/h. Jumlah total iodium yang masuk ke dalam CES adalah 600 g/h, 20% dari iodium ini masuk ke dalam kelenjar tiroid, sementara 80%dieksresikan melalui urin.1Pengikatan Protein pada Metabolisme Hormon TiroidKadar T4 plasma total normal adalah sekitar 8 g/dL dan kadar T3 plasma adalah sekitar0,15 g/dL. Sebagian besar keduanya terikat pada protein plasma. Hormon tiroid bebas dalam7plasma berada dalam keseimbangan dengan hormon tiroid yang terikat pada protein plasma dan jaringan. Hormon tiroid bebas ditambahkan pada cadangan sirkulasi oleh kelenjar tiroid. Hormon tiroid bebas dalam plasma yang secara fisiologis aktif dan menghambat sekresi TSH oleh hipofisis. Fungsi pengikatan protein adalah untuk mempertahankan cadangan hormon yang siap dibebaskan dalam jumlah besar. Protein plasma yang mengikat hormon tiroid adalah albumin, suatu praalbumin yang disebut thyroxine-binding prealbumin (TBPA) dan suatu globulin dengan mobilitas elektroforetik, thyroxine-binding globuline (TBG). Albumin memiliki kapasitas terbesar untuk mengikat T4, yaitu protein ini dapat mengikat T4 paling banyak sebelum menjadi jenuh dan TBG paling kecil. Namun afinitas protein terhadap T4 yaitu aviditas ikatan protein dengan T4 pada keadaan fisiologis adalah sedemikian rupa sehingga sebagian besar T4 dalamsirkulasi terikat pada TBG dengan lebih dari sepertiga tempat ikatan pada protein ditempati.1Mekanisme Pengaturan Sekresi TiroidFungsi tiroid diatur terutama oleh kadar TSH hipofisis dalam darah. Sekresi TSH meningkat oleh hormon hipofisiotropik TRH dan dihambat melalui umpan balik negatif T4 dan T3 bebas dalam darah. Efek T4 ditingkatkan oleh pembentukan T3 di dalam sitoplasma sel-sel hipofisis oleh 5DII yang dikandungnya. Sekresi TSH juga terhambat oleh stres dan pada hewan percobaan sekresi meningkat oleh suasana dingin dan menurun oleh panas.1Bila hipofisis diangkat, maka fungsi tiroid tertekan dan kelenjar mengalami atrofi; biladiberikan TSH, fungsi tiroid terangsang. Dalam beberapa menit setelah penyuntikan TSH, terjadi peningkatan pengikatan iodida; sintesis T3, T4, dan iodotirosin; sekresi tiroglobulin ke dalam koloid; dan endositosis koloid. Pengambilan iodida meningkat dalam beberapa jam; aliran darah meningkat; dan, pada pemberian TSH jangka panjang, sel-sel mengalami hipertrofi dan beratkelenjar meningkat.1Efek umpan balik negatif hormon tiroid pada sekresi TSH sebagian bekerja melalui tingkat hipotalamus, tetapi hal ini juga sebagian besar disebabkan oleh kerja pada hipofisis, karena T4 dan T3 menghambat peningkatan TSH yang disebabkan oleh TRH. Pemberian infus T4 serta T3 menurunkan kadar TSH dalam darah, yang terukur dalam 1 jam. Pada hewan percobaan, mula2 terjadi peningkatan kandungan TSH hipofisis sebelum penurunan, yang mengisyaratkan bahwa hormon-hormon tiroid menghambat sekresi sebelum menghambat8sintesis. Efek pada sekresi dan sintesis TSH tampaknya bergantung pada sintesis protein, walaupun efek pada sekresi relatif cepat.1Sekresi tiroid setiap hari dipertahankan oleh umpan balik hormon tiroid pada TSH dan TRH. Penyesuaian tampaknya diperantarai melalui TRH, yang meliputi peningkatan sekresi hormon tiroid yang disebabkanoleh dingin, dan diperkirakan, penurunan sekresi akibat panas. Ada baiknya dicatat bahwa walaupun dingin menyebabkan peningkatan TSH dalam darah pada hewan percobaan dan bayi manusia, peningkatan yang disebabkan oleh dingin pada orang dewasa hampir tidak berarti. Dengan demikian, pada orang dewasa, peningkatan pembentukan panas akibat peningkatan sekresi hormon tiroid berperan kecil, bila ada, pada respon terhadap dingin. Stres menimbulkan efek penghambatan pada sekresi TRH. Dopamin dan somatostatin bekerja pada tingkat hipofisis untuk menghambat sekresi TSH, tetapi tidak diketahui apakah keduanya memiliki peran fisiologik dalam pengaturan sekresi TSH. Glukokortikoid jugamenghambat sekresi TSH.1Pembentukan Hormon TiroidSel-sel folikel secara aktif mengakumulasi ion I dengan menggunakan simporter Na-I yang digerakkan oleh gradien natrium ke arah dalam. Pembentukan T3 dan T4 terjadi dalam 2 tahap: asam amino tirosin diiodinasi untuk membentuk T1 atau T2; T2 kemudian dikoupling dengan T1 atau T2 melalui tiroperoksidase untuk membentuk hormon tiroid. Proses ini terjadi dengan residu tirosin menempel pada tiroglobulin, sehingga pada suatu waktu, protein akan penuh dengan molekul T1, T2, T3, T4. Hormon tiroid dan bentuk intermediatnya sangat lipofilik dan akan keluar dari kelenjar jika tidak terikat dengan tiroglobulin, yang kemudian bekerja sebagai nukleus untuk pembentukan hormon dan sebagai tempat penyimpanan. Hormon ini kemudian dilepaskan di bawah kontrol hipofisis melalui TSH, yang harus ada untuk fungsi tiroidyang normal.6Di bawah kerja TSH, sel-sel folikel tiroid mengeluarkan sejumlah kecil koloid secara pinositosis. Enzim protease lisozim kemudian bekerja pada tiroglobulin untuk membebaskan senyawa teriodinasi ke dalam sel, kemudian ke dalam pembuluh darah. T1 dan T2 bebas akan dideiodinasi oleh kerja enzimatik sebelum dapat keluar dari sel. Konsentrasi rata-rata T3 plasma sekitar 1/6 konsentrasi T4 plasma, dan sebagian besar T3 plasma berasal dari T4 yangterdeiodinasi. Sebagian besar hormon tiroid dalam darah terikat pada DNA. Sedikit T3 dan T4 bebas dalam plasma akan langsung melintasi membran sel untuk berikatan dengan reseptor hormon tiroid. Reseptor tiroid berhubungan dengan urutan DNA yang disebut elemen respons tiroid (TRE) yang akan menginisiasi transkripsi gen-gen responsif-tiroid. T3 bisa 10 kali lebih poten mengaktivasi TR1 dibandingkan T4, sehingga sebagian besar kerja hormon tiroid dilakukan oleh T3, walaupun kadarnya di plasma sedikit. Reseptor tiroid terdapat hampir disemua jaringan, terutama sangat banyak di hati dan sedikit di limpa dan testis.6Fungsi Hormon TiroidHormon tiroid mempunyai dua efek utama pada tubuh, yaitu meningkatkan kecepatan metabolisme secara keseluruhan dan merangsang pertumbuhan pada anak-anak. Banyak efek hormon tiroid pada tubuh disebabkan oleh stimulasi konsumsi O2 (efek kalorigenik), walaupun pada mamalia hormon-hormon tiroid juga mempengaruhi tumbuh kembang, mengatur metabolisme lemak dan meningkatkan penyerapan karbohidrat dari usus. Hormon-hormon ini juga meningkatkan disosiasi oksigen dari hemoglobin dengan meningkatkan 2,3 difosfogliserat (DPG) sel darah merah.1a. Peningkatan Umum Kecepatan MetabolismeHormon tiroid meningkatkan aktifitas metabolisme hampir di semua jaringan tubuh. Kecepatan metabolisme basal dapat meningkat sebanyak 60 sampai 100% di atas normal bila disekresi hormon dalam jumlah besar. Kecepatan penggunaan makanan untuk energi sangat dipercepat. Kecepatan pemakaian energi oleh tubuh selama kerja eksternal dan internal dikenal sebagai laju metabolik. Laju metabolic dan jumlah panas yang dihasilkan bervariasi bergantung pada ada tidaknya berbagai faktor misalnya olahraga, pemasukan makanan, menggigil dan rasa cemas. Laju metabolik seseorang ditentukan pada kondisi basal standar untuk mengontrol sebanyak mungkin variable yang dapat mengubah laju metabolic. Dengan cara ini, aktivitas metabolic yang diperlukan untuk mempertahankan fungsi-fungsi dasar tubuh dapat dievaluasi. Dengan demikian, apa yang disebut sebagai basal metabolic rate (BMR) adalah pencerminan darikecepatan langsam (idling speed) atau tingkat terkecil pemakaian energi internal dalam keadaan terjaga.5BMR dapat diukur dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :51. Orang yang bersangkutan harus berada pada keadaan istirahat secara fisik, paling tidak menghentikan kegiatan berolahraga selama 30 menit untuk mengeliminasi pengaruh gerakan otot yang menghasilkan panas.2. Orang tersebut harus berada dalam keadaan istirahat mental untuk memperkecil tonus otot rangka (orang akan menjadi tegang jika merasa cemas) dan untuk mencegah peningkatan sekresi epinefrin. Stres memicu pengeluaran hormon epinefrin, yang meningkatkan laju metabolik.3. Pengukuran harus dilakukan pada suhu ruangan yang nyaman sehingga orang tersebut tidak menggigil. Menggigil dapat sangat meningkatkan produksi panas karena tujuan kontraksi refleks otot rangka yang berosilasi tersebut adalah menghasilkan panas sebagai respon terhadap pajanan dingin.4. Orang yang bersangkutan tidak boleh makan dalam 12 jam terakhir sebelum penentuan BMR untuk menghindari termogenesis yang disebabkan oleh makanan atau peningkatan obligatorik tingkat metabolic yang terjadi sebagai konsekuensi dari pemasukan makanan.Kecepatan produksi panas pada penentuan BMR dapat diukur secara langsung atau tidak langsung. Pengukuran langsung menggunakan calorimeter. Untuk mengukur secara langsung subyek dimasukkan ke dalamnya setelah subyek tersebut memenuhi ketentuan-ketentuan seperti di atas. Panas yang dihasilkan oleh tubuh orang yang diukur ditangkap oleh air yang jumlahnya telah diketahui dan berada dalam pipa saluran yang melingkar sekeliling dinding luar calorimeter yang terisolasi rapat. Dengan alat-alat yang diciptakan secara teliti dapat diukur kenaikan suhu air dalam pipa yang diakibatkan olehpanas yang dikeluarkan oleh tubuh subyek terukur.5Pengukuran tidak langsung dilakukan dengan menggunakan persyaratan seperti yang disebutkan di atas dan ditambah dengan penggunaan alat untuk mengukur jumlah15O2 dan CO2 dari respirasi subyek yang bersangkutan. Dengan alat ini dapat dihitung banyaknya energi yang dihasilkan oleh proses oksidasi dalam tubuh subyek yang diukur menggunakan data jumlah oksigen yang tercatat. Dengan cara ini pula dapat ditentukan rasio antara jumlah produksi CO2 dengan O2 yang dikonsumsi pada pernapasan. Rasio ini disebut Respiratory Quotient (RQ). Secara empiris, dapat pula ditentukan korelasi antara antara RQ dengan jumlah energi yang dihasilkan, sehingga apabila RQ diketahui maka jumlah energi dapat pula ditentukan.5Hormon tiroksin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid mempunyai efek mempercepat proses oksidasi di dalam tubuh. Peningkatan kadar hormon tiroid dalam darah meningkatkan BMR. Sekresi tiroksin yang berlebihan mengakibatkan BMR meningkat sampai 75% dan sebaliknya apabila sekresi tiroksin terlalu sedikit BMR dapat turun sampai 30%.5b. Efek KalorigenikT4 dan T3 meningkatkan konsumsi O2 hampir pada semua jaringan yang aktif secara metabolis. Peningkatan kecepatan metabolisme yang ditimbulkan oleh pemberian hormon T4 dosis laten dapat diukur setelah periode laten beberapa jam dan menetap 6hari atau lebih. Hormon tiroid meningkatkan aktivitas Na+-K+ ATPase yang terbungkusmembran di banyak jaringan dam diperkirakan bahwa peningkatan konsumsi energi yang berkaitan dengan peningkatan tranpor Na+ inilah yang berperan dalam peningkatan kecepatan metabolisme.1c. Efek pada Metabolisme KarbohidratHormon tiroid meningkatkan kecepatan penyerapan karbohidrat dari saluran cerna, suatu kerja yang mungkin tidak bergantung pada efek kalorigeniknya. Dengan demikian, pada hipertiroidisme, kadar glukosa plasma meningkat cepat setelah makan makanan yang mengandung karbohidrat, kadang-kadang melebihi ambang ginjal. Namun, kadar ini turun kembali dengan cepat. Hormon tiroid merangsang hampir semua aspek metabolisme karbohidrat, termasuk ambilan glukosa yang cepat oleh sel-sel, meningkatkan glikolisis, meningkatkan glukoneogenesis, meningkatkan kecepatanabsorpsi dari traktus gastrointestinalis dan juga meningkatkan sekresi insulin dengan efek sekunder yang dihasilkan atas metabolisme karbohidrat.1d. Efek pada Metabolisme LemakPada pokoknya, semua aspek metabolisme lemak juga ditingkatkan di bawah pengaruh hormon tiroid. Karena lemak merupakan sumber utama suplai energi jangka panjang maka simpanan lemak tubuh dikosongkan dalam jumlah yang lebih besar daripada kebanyakan elemen jaringan lainnya, terutama lipid dimobilisasi dari jaringan lemak, yang meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas di dalam plasma dan hormon tiroid juga sangat mempercepat oksidasi asam lemak bebas oleh sel-sel. Bila hormon tiroid meningkat maka akan menurunkan jumlah kolesterol, fosfolipid, dan trigliserida (triglyceride) di dalam darah, walaupun menaikkan asam lemak bebas. Selain itu, sekresi hormon tiroid yang menurun akan meningkatkan konsentrasi kolesterol, fosfolipid, dantrigliserida.7Hormon tiroid menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Kadar kolesterol plasma turun sebelum kecepatan metabolisme meningkat, yang mengisyaratkan bawha efek ini tidak bergantung pada stimulasi konsumsi O2. Penurunan konsentrasi kolesterol plasma disebabkan oleh peningkatan pembentukan reseptor LDL di hati, yang menyebabkan peningkatan pengeluaran kolesterol dari sirkulasi. Walaupun telah banyak usaha yang dilakukan, analog hormon tiroid belum dapat secara klinis digunakan untukmenurunkan kadar kolesterol plasma tanpa menyebabkan peningkatan metabolisme.1e. Efek pada Peningkatan Sintesis ProteinEfek hormon tiroid menyebabkan peningkatan sintesis protein. Bila tiroksin diberikan pada binatang, gen sel dirangsang mensintesis protein pada hampir semua sel jaringan tubuh. Dianggap bahwa perangsangan gen ini timbul dalam jalan berikut: hormon tiroid digabung dengan protein reseptor di dalam nucleus sel dan gabungan ini kemudian mengaktivasi sebagian besar gen sel untuk menyebabkan pembentukan RNAdan kemudian pembentukan protein.7f. Pengaruh hormon tiroid terhadap berat badanMeningkatnya produksi hormon tiroid hampir selalu menurunkan berat badan, menurunnya produksi hormon tiroid, akan menaikkan berat badan. Tetapi pengaruh ini tidak selalu terjadi, sebab hormon tiroid meningkatkan selera dan ini memungkinkan ketidakseimbangan perubahan di dalam BMR.7g. Efek pada JantungHormon tiroid meningkatkan jumlah dan afinitas reseptor adergenik- pada jantung dan dengan demikian meningkatkan kepekaannya terhadap efek inotropik dan kronotropik katekolamin. Hormon-hormon ini juga mempengaruhi jenis miosin yang ditemukan pada otot jantung. Jantung mengandung 2 isoform rantai berat miosin, yaitu MHC- dan . Keduanya dikode oleh 2 gen yang sangat homolog yang terletak berurutan di lengan pendek kromosom 17 pada manusia. Masing-masing molekul miosin terdiri dari 2 rantai berat dan 2 pasang rantai ringan. Miosin yang mengandung MHC- memiliki aktivitas ATPase yang lebih rendah dibandingkan dengan miosin yang mengandung MHC-. MHC- terdapat lebih banyak ventrikel pada orang dewasa, dan jumlahnya meningkat pada pengobatan dengan hormon tiroid. Namun, padahipotiroidisme ekspresi gen MHC- menurun dan ekspresi gen MHC- meningkat.1h. Efek pada Otot RangkaSebagian besar pasien hipertiroidisme terjadi kelemahan otot, dan bila hipertiroidismenya berat dan berkepanjangan, miopati yang terjadi mungkin parah. Kelemahan otot mungkin sebagian disebabkan oleh peningkatan katabolisme protein. Hormon tiroid mempengaruhi ekspresi gen-gen MHC baik di otot rangka maupun otot jantung. Namun, efek yang ditimbulkan bersifat kompleks dan kaitannya dengan miopati masih belum diketahui pasti. Hipertiroidisme juga berkaitan dengan kelemahan, kejang,dan kekakuan otot.1i. Efek pada PertumbuhanHormon tiroid penting untuk pertumbuhan dan pematangan tulang yang normal. Pada anak hipotiroid, pertumbuhan tulang melambat dan penutupan epifisis tertunda. Tanpa adanya hormon tiroid, sekresi hormon pertumbuhan juga terhambat, dan hormon tiroid memperkuat efek hormon pertumbuhan dan jaringan. Contoh lain mengenai peran hormon tiroid pada pertumbuhan dan pematangan adalah efek pada metamorfosis amfibi. Berudu yang diberi T4 dan T3 mengalami metamorfosis dini menjadi katak cebol, sementara berudu yang hipotiroid tidak pernah berubah menjadi katak. Efek T4 pada metamorfosis mungkin tidak bergantung pada efeknya pada konsumsi O2 in vitro pada kulit berudu yang mengalami metamorfosis. Hormon ini juga menimbulkan efekkalorigenik pada berudu in vivo.1j. Efek pada Sistem Saraf Pusat (SSP)Pada umumnya hormon tiroid meningkatkan kecepatan serebrasi, sebaliknya kekurangan hormon tiroid menganggu fungsi ini. Hormon tiroid berperan penting dalam perkembangan normal sistem saraf, terutama pada SSP. Hormon tiroid juga sangat penting untuk aktivitas normal SSP pada orang dewasa. Kadar hormon tiroid yang abnormal berkaitan dengan perubahan perilaku. Selain itu, kecepatan saraf perifer menghantarkan impuls berkaitan secara langsung dengan ketersediaan hormon tiroid.5Gangguan Kelenjar TiroidKurangnya iodin dalam diet atau kegagalan mekanisme ambilan iodida oleh kelenjar tiroid menyebabkan keadaan hipotiroidisme. Pada anak-anak, kurangnya produksi hormon tiroid menyebabkan perkembangan somatik dan perkembangan saraf yang tidak adekuat sehingga terjadi kreatinisme, suatu keadaan yang ditandai oleh tinggi badan dan kemampuan mental yang di bawah normal. Pada orang dewasa, gejala utama insufiensi tiroid adalah letargi, mengantuk, dan intoleransi terhadap dingin. Pada kasus yang berat, terdapat produksi berlebihan mukoprotein penahan air di jaringan subkutan, sehingga terjadi pembengkakan jaringan, disebut miksedema. Keadaan ini diatasi dengan pemberian injeksi T4. Jika penyebab hipertiroidisme adalah karena insufiensi asupan iodin, maka sel-sel kelenjar tiroid akan mengalami hipertrofi dan terjadi pembesaran kelenjar membentuk goiter. Kondisi ini diterapi dengan memastikan pasokaniodin yang cukup dalam makanan. Kelebihan produksi T3 dan T4 menyebabkan hipertiroidisme, yang ditandai dengan eksoftalmia, perilaku mudah terangsang, termor, penurunan berat badan, dan takikardia kronik. Takikardia kronik ini biasanya aritmia ventrikel atau gagal jantung, sehingga harus diterapi, biasanya dengan pembedahan untuk mengangkat sebagian kelenjar tiroid atau dengan obat-obatan antitiroid, yang sangan dianjurkan.1KesimpulanKelenjar tiroid terletak tepat di bawah laring sebelah kanan dan kiri trakea, mensekresi tiroksin, triyodotironin yang mempunyai efek pada kecepatan metabolisme tubuh. Bahan dasar untuk sintesis hormon tiroid adalah tirosin dan iodium. Semua langkah sintesis hormon tiroid berlangsung di molekul tiroglobulin di dalam koloid. Hormon tiroid mempunyai efek pada peningkatan laju metabolisme, efek kalorigenik, efek pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, efek pada jantung, otot rangka dan SSP. Gangguan fungsi kelenjar tiroid dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid, berkeringat dan kehilangan berat badan karena tubuh membakar bahan bakar dengan kecepatan abnormal.Daftar Pustaka1. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta: EGC;2008.h.311-323.2. Snell RS. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;2006.h.705-6.3. Sloane E. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC;2004.h.208-9.4. Eroschenko V. Atlas Histologi di Fiore. Edisi ke-9. Jakarta: EGC; 2003.h.269-77.5. Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi ke-2. Jakarta: EGC;2001.h.592-3,644-50.6. Ward J, Clarke R, Linden R. At a Glance Fisiologi. Jakarta: Erlangga;2007.h.91.7. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC;2007.h.677-685.