makalah kelompok seminar esdal

Upload: andryan-niichan

Post on 21-Jul-2015

96 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Makalah Kelompok Seminar ESDAL

JEJAK KARBON (CARBON FOOTPRINT)

Disusun Oleh : Kelompok II Andryan Aziprama Putra Novri Noto Rizki Amiruddin 0802113160 0802113155 0802120270 0902120374

DOSEN PEMBIMBING : Nobel Aqualdo

UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2012

0

Kata Pengantar

Jejak karbon (carbon footprint) merupakan unsur terbesar dalam terjadinya pemanasan global dan pencemaran lingkungan. Pencemaran yang dihasilkan bukan hanya disebabkan oleh asap pembakaran mesin kendaraan bermotor dan proses industri, tetapi banyak hal lainnya baik hal yang disadari seperti sampah dan limbah rumah tangga maupun industri, penggunaan kulkas dan AC, juga dari hal yang kurang disadari oleh masyarakat, seperti gaya hidup yang ingin lebih praktis, menggunakan peralatan elektronik, bahkan memakan daging juga bisa menyebabkan meningkatnya kadar karbon di atmosfer. Makalah kelompok ini berisi berbagai informasi yang berkenaan dengan jejak karbon, mulai dari penjelasan mengenai jejak karbon itu sendiri, penyebab timbulnya jejak karbon, dampak negatif yang ditimbulkan, hingga solusi yang diharapkan bisa membantu untuk mengurangi dampak dari pemanasan global yang terus terjadi ini. Dari berbagai fenomena yang akan dijelaskan, diharapkan akan menimbulkan kesadaran kepada kelompok pribadi, kelompok pendengar, maupun masyarakat umum yang mungkin membaca makalah ini. Dengan bertambahnya kesadaran untuk menjalani hidup secara hijau, maka jejak karbon akan berkurang dan pemanasan global bisa diperlambat. Diharapkan dengan adanya makalah kelompok ini, selain menjadi tugas, juga dapat memberikan pembaca ilmu yang mungkin akan berguna di kemudian hari.

Senin, 14 Mei 2012

Kelompok II

1

Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................... Daftar Isi ........................................................ A. Jejak Karbon (Carbon Footprint) .................................... B. Karbon Monoksida (CO) .......................................... C. Penyebab Jejak Karbon ........................................... D. Dampak Negatif Jejak Karbon ...................................... E. Mengurangi Carbon Footprint ...................................... F. Kesimpulan ................................................... Daftar Pustaka ....................................................

1 2 3 4 6 7 8 11 12

2

A.

Jejak karbon (carbon footprint) Sadar atau pun tidak, dalam setiap aktifitasnya, manusia selalu saja menghasilkan

konsekuensi logis berupa energi sisa dari segala kegiatannya. Energi ini dapat berupa fositip mau pun negative yang berdasarkan Hukum Kekekalan Energi dikatakan bahwa Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Contoh positif dari energi bahan bakar fosil, misalnya bensin yang digunakan untuk menghasilkan energi pada kendaraan bermotor sehingga kendaraan bermotor dapat bekerja sebagaimana mestinya. Sementara contoh energi negatifnya yaitu sisa pembakaran berupa Karbon Monoksida (CO), Karbondioksida (CO2), Nitrogen Oksida (NOx), dan lain sebagainya akan terakumulasi ke udara sebagai peristiwa penipisan lapisan ozon dan memberikan efek Gas Rumah Kaca. Jejak karbon adalah jumlah emisi gas rumah kaca yang diproduksi oleh suatu organisasi, pabrik, peristiwa (event), produk atau individu. Emisi karbon yang kita hasilkan berasal dari berbagai aktifitas sehari-hari seperti penyalaan lampu dan peralatan listrik, pola makan, dan cara bepergian. Beragam aktivitas manusia menyebabkan peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer bumi. Gas-gas rumah kaca ini memiliki kemampuan untuk mengikat panas. Secara alami, gas-gas rumah kaca ini memang diperlukan untuk berada di atmosfer, karena jika tidak, maka bumi ini akan bersuhu sekitar 33o C, lebih rendah dari sekarang. Pada suhu serendah itu, kehidupan di bumi ini tidak akan dapat berlangsung. Apabila konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer mengalami peningkatan, maka panas matahari yang terperangkap di atmosfer menjadi lebih banyak. Akumulasi panas inilah yang akan menyebabkan peningkatan suhu permukaan bumi. Itu sebabnya, pada saat gas rumah kaca terus meningkat, pemanasan global akan terjadi. Pemanasan global akan berujung pada perubahan iklim yang menyebabkan berubahnya faktor-faktor iklim, seperti curah hujan, penguapan dan temperatur. Perubahan-perubahan ini juga akan memacu terjadinya bencana lingkungan yang terkait dengan faktor-faktor iklim untuk lebih sering terjadi, dengan besaran yang lebih dari sebelumnya. Jika polusi karbon tidak dibatasi, dunia risiko efek serius dari perubahan iklim. Suhu rata-rata global dapat meningkat sampai 6,4oC di atas suhu 1990 pada tahun 2100. Permukaan laut diperkirakan meningkat antara 0,5 dan 1 meter pada tahun 2100 dari level tahun 2000 dan keasaman lautan di dunia akan meningkat secara signifikan, mengancam spesies yang tidak3

bisa mentolerir lingkungan yang lebih asam.Siklon, badai, banjir dan lain peristiwa cuaca ekstrim yang cenderung berubah di keparahan atau frekuensi. Pola curah hujan di seluruh dunia akan berubah, membuat beberapa tempat kering dan basah tempat. United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) menetapkan enam jenis gas rumah kaca yang timbul akibat tindakan manusia: Karbondioksida (CO2), Metana (CH4), Nitro Oksida (N2O), Hydrofluorocarbons (HFCs), Perfluorocarbons (PFCs) and Sulfur hexafluoride (SF6). Menurut hasil observasi, suhu permukaan bumi sudah naik rata-rata sebesar 1C sejak awal revolusi industri dan kenaikan akan mencapai 2C pada pertengahan abad ini jika tidak ada langkah-langkah drastis yang diambil untuk mengurangi laju pertambahan emisi gas rumah kaca di atmosfer.

B.

Karbon Monoksida (CO) Karbon monoksida adalah gas yang tak berwarna, tak berbau, dan tak berasa. Ia terdiri

dari satu atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dan oksigen. Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari senyawa karbon, sering terjadi pada mesin pembakaran dalam. Karbon monoksida terbentuk apabila terdapat kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. Karbon monoksida mudah terbakar dan menghasilkan lidah api berwarna biru, menghasilkan karbon dioksida. Walaupun ia bersifat racun, CO memainkan peran yang penting dalam teknologi modern, yakni merupakan prekursor banyak senyawa karbon. Karbon monoksida memiliki efek radiative forcing secara tidak langsung dengan menaikkan konsentrasi metana dan ozon troposfer melalui reaksi kimia dengan konstituen atmosfer lainnya yang sebenarnya akan melenyapkan metana dan ozon. Dengan proses alami di atmosfer, karbon monoksida pada akhirnya akan teroksidasi menjadi karbon dioksida. Konsentrasi karbon monoksida memiliki jangka waktu pendek di atmosfer. Karbon monoksida sangatlah beracun dan tidak berbau maupun berwarna. Ia merupakan sebab utama keracunan yang paling umum terjadi di beberapa negara. Paparan dengan karbon monoksida dapat mengakibatkan keracunan sistem saraf pusat dan jantung. Setelah keracunan, sering terjadi sekuelae yang berkepanjangan. Karbon monoksida juga memiliki efek-efek buruk bagi bayi dari wanita hamil. Gejala dari keracunan ringan meliputi sakit kepala dan mual-mual pada konsentrasi kurang dari 100 ppm. Konsentrasi serendah 667 ppm4

dapat menyebabkan 50% hemoglobin tubuh berubah menjadi karboksihemoglobin (HbCO). Karboksihemoglobin cukup stabil, namun perubahan ini reversibel. Karboksihemoglobin tidaklah efektif dalam menghantarkan oksigen, sehingga beberapa bagian tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Sebagai akibatnya, paparan pada tingkap ini dapat membahayakan jiwa. Di Amerika Serikat, organisasi Administrasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja membatasi paparan di tempat kerja sebesar 50 ppm. Dalam keadaan normal konsentrasi CO di dalam darah berkisar antara 0,2% sampai 1,0%, dan rata-rata sekitar 0,5%. Disamping itu kadar CO dalam darah dapat seimbang selama kadar CO di atmosfer tidak meningkat dan kecepatan pernafasan tetap konstan. Keracunan gas karbon monoksida dapat ditandai dari keadaan ringan, berupa pusing, rasa tidak enak pada mata, sakit kepala, dan mual. Keadaan yang lebih berat dapat berupa detak jantung meningkat, rasa tertekan di dada, kesukaran bernafas, kelemahan otot-otot, gangguan pada sisten kardiovaskuler, serangan jantung sampai pada kematian. Pada saat ini, sudah banyak berita-berita yang menayangkan kematian akibat keracunan CO karena berada di mobil dalam keadaan tertutup. Mekanisme bagaimana karbon monoksida mengakibatkan efek keracunan belum sepenuhnya dimegerti, namun hemoglobin, mioglobin, dan sitosom oksidase mitokondria diduga terkompromi (compromised). Kebanyakan pengobatan terdiri dari pemberian 100% oksigen atau terapi oksigen hiperbarik, walaupun pengobatan ini masih kontroversial. Keracunan karbon monoksida domestik dapat dicegah dengan menggunakan detektor karbon monoksida.

5

C.

Penyebab pencemaran karbon Kebanyakan polusi itu disumbang oleh freon, timbal, karbon monoksida, dan merkuri.

Kita mungkin merasa kurang mengenal zat-zat tersebut. Padahal tanpa disadari mereka ada di sekitar kita, dan kita pun menjalani kehidupan sehari-hari dengannya. Freon, misalnya. Senyawa bernama lain Chloro Flouro Carbon (CFC) yang dikembangkan antara tahun 1928 dan 1930 ini oleh dunia industri biasanya digunakan sebagai zat pendingin buat AC dan lemari es, juga dalam produk hair spray. Hal itu berarti ada di sekitar rumah kita. Lalu karbon monoksida (CO) antara lain disumbangkan oleh perokok serta asap knalpot kendaraan. Racun di udara kebanyakan dibuat oleh manusia, yaitu dari pabrik dan kendaraan bermotor. Dua sumber itu akan mencemari udara dengan karbon, hidrokarbon, belerang, dan nitrogen yang dilepaskan sebagai hasil pembakaran dari bahan bakar fosil (dari minyak, batu bara, dan gas). Juga berkeliaran di jalan zat dioksin hasil kebakaran hutan, asap rokok, knalpot mobil, dan pembakaran limbah plastik. Namun sumber polusi utama di jalanan berasal dari transportasi. Alasannya, 60 persen polutan (zat penyebab polusi) dihasilkan karbon monoksida yang dikeluarkan dari knalpot kendaraan bermotor. Masalahnya penggunaan bahan bakar terus meningkat hingga jumlah CO2 yang dihasilkan makin tinggi. Di sisi lain, pepohonan makin berkurang. Berikutnya timbal atau disebut Pb. Polusi timbal dihasilkan oleh asap kendaraan bermotor yang bahan bakarnya mengandung tetra ethyl lead (TEL), biasa terdapat pada bensin. Sumber pencemar logam Pb lainnya adalah baterai, cat, industri penyepuhan, dan pestisida. Merkuri (Hg) dihasilkan oleh proses penambangan emas dan menjadi sumber pencemaran merkuri yang serius. Penambangan emas menyebarkan merkuri ke udara, air, dan tanah sebanyak 400 hingga 500 ton per tahun. Merkuri digunakan dalam penambangan emas dan perak untuk memisahkan logam mulia tersebut dari batu-batuan dan tanah. Racun merkuri juga dihasilkan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batu bara serta mesin pembakar sampah. Merkuri pun bisa terdapat dalam zat pemutih kulit yang kita pakai.

6

D.

Dampak Negatif Jejak Karbon Pada masa kini, kecenderungan orang untuk hidup senyaman mungkin mendorong

munculnya kebiasaan hidup (lifestyle) yang berdampak pada lingkungan. Kebiasaan menggunakan kendaraan pribadi terutama mobil dibandingkan dengan kendaraan umum, perjalanan dengan pesawat udara, penggunaan pendingin udara atau pemanas ruangan, penggunaan perangkat komputer pribadi dan perangkat hiburan lainnya, adalah bentuk kebiasaan hidup yang berkontribusi terhadap percepatan pemanasan global. Faktanya hampir seluruh kegiatan kita sepanjang hari telah berkontribusi terhadap kenaikan emisi gas rumah kaca di atmosfer. Hal ini terjadi karena sebagain besar aktivitas manusia membutuhkan sumber energi yang saat ini, sebagian besar masih berasal dari bahan bakar fossil seperti: minyak bumi, gas alam dan batubara; dan ekstraksi sumber daya alam lainnya. Jumlah emisi gas rumah kaca yang diproduksi oleh suatu organisasi, peristiwa (event), produk atau individu itulah yang disebut sebagai Jejak Karbon, yang lazimnya dinyatakan dalam satuan ton karbon atau ton karbon dioksida ekuivalen.efek-efek negatif dari zat pencemar lingkungan adalah sebagai berikut : 1. Freon, membuka lapisan ozon di atmosfer hingga timbul lubang di lapisan penyaring ultraviolet. Sinar ultraviolet jika mengenai manusia beresiko terkena kanker kulit. Gas freon mengakibatkan gas rumah kaca, hingga suhu bumi naik dan membuat lapisan es meleleh. Dalam bidang pertanian, pola panen jadi berubah-ubah. Semua gejala itu sudah kita rasakan sekarang. Seperti banjir yang sering melanda, musim hujan dan kemarau yang tidak jelas, dan perubahan pola panen produk pertanian musiman. 2. Karbon Monoksida, mengakibatkan gangguan pernapasan, yang baru disadari setelah menjalar ke radang tenggorokan dan paru-paru. Bila orang tua terbiasa menghirup udara berpolutan, kemungkinan darah janinnya pun terkena polusi. Bayi yang lahir dari orang tua yang darahnya tidak sehat akan mengalami gangguan pada perkembangan fisik dan kecerdasan. Gas CO tidak berwarna dan berbau, tetapi sangat beracun karena dapat bereaksi dan berikatan dengan hemoglobin (Hb). Keracunan gas karbon monoksida dapat ditandai dari keadaan ringan, berupa pusing, rasa tidak enak pada mata, sakit kepala, dan mual. Keadaan yang lebih berat dapat berupa detak jantung meningkat, rasa tertekan di dada, kesukaran bernafas, kelemahan otot-otot, gangguan pada sisten kardiovaskuler, serangan jantung sampai pada kematian.7

3.

Timbal (PB), Anak yang sedang tumbuh dan terlalu sering menghirup Pb dari gas buangan kendaraan, kecerdasannya bisa turun, pertumbuhan terhambat, bahkan menimbulkan kelumpuhan. Gejala keracunan Pb lainnya yaitu mual, anemia, dan sakit perut. Disarankan jangan suka sembarangan menyantap lalap. Dari hasil penelitian, sayuran yang dijual atau ditanam di pinggir jalan raya dapat mengandung timbal di atas ambang batas yang diizinkan.

4.

Merkuri, ibu hamil yang memakan ikan yang telah terkontaminasi merkuri dapat melahirkan anak dengan otak cacat. Zat merkuri dalam kosmetik menyebabkan kulit tampak putih mulus, tetapi lama-kelamaan akan mengendap di bawah kulit. Setelah bertahun-tahun kulit akan biru kehitaman, bahkan memicu timbulnya kanker.

E.

Mengurangi Carbon Footprint Setelah melihat dampak negatif dari zat-zat pencemar lingkungan, maka yang terlintas

di fikiran adalah bagaimana agar dampak dari pencemaran tersebut bisa diminimalisir. Memang bisa saja kita benar-benar menghilangkan penggunaan zat pencemar tersebut, tapi hal ini dirasa sangat mustahil untuk dilakukan, karena manusia itu sendiri lebih ingin hidup yang praktis, seperti menggunakan AC daripada kipas angin, menggunakan kendaraan pribadi daripada kendaraan umum atau sepeda, memakan makanan praktis yang mengandung bahan pengawet dan pestisida dibandingkan produk makanan hijau. Sekarang telah banyak tersedia kalkulator jejak karbon yang tersedia di Internet. Dengan kalkulator tersebut, kita bisa menghitung berapa karbon yang kita keluarkan dalam sehari, dan bagaimana cara untuk mengurangi besarnya polusi yang kita hasilkan. Perusahaan besar kebanyakan sudah menerapkan teknologi ramah lingkungan yang mengurangi emisi karbon, sementara masyarakat umum yang menyumbang jejak karbon terbesar (terutama yang berasal dari kendaraan) malah lebih banyak tidak mempedulikan dan lebih senang menjalani gaya hidup praktis walaupun lebih banyak menyumbangkan karbon dibandingkan dengan gaya hidup hijau karena dinilai mahal dan mempersulit saja. Untuk cara mengurangi carbon footprint, akan kami contohkan satu perusahaan, yaitu Unilever. Unilever yang di Indonesia bergerak di bidang makanan, kosmetik, dan produk rumah tangga telah menggunakan suatu teknologi yang lebih ramah lingkungan. Hampir semua dari fasilitas produksi dan penyimpanan dingin di Unilever menggunakan amonia8

dalam sistem pendingin. Amonia memiliki potensi pemanasan global sebesar nol dan tidak memiliki efek pada pelindung ozon jika bocor dari sistem pendingin. Amonia adalah gas pendingin energi-efisien untuk penggunaan dengan skala besar, yang dapat membantu mengurangi dampak lingkungan kami lebih jauh. Kabinet tersedia dalam format horizontal dan vertikal. Unilever berfokus mengganti tipe pembeku yang paling umum, yaitu kabinet horizontal. Sejak tahun 2004 Unilever telah mengganti kabinet ini dengan alternatif yang efisien dalam hal energi serta ramah lingkungan, menggunakan pendingin hydrocarbon (HC). Hydrocarbons adalah gas alami yang memiliki dampak kecil pada perubahan iklim dan tidak ada kontribusi pada penipisan ozon. Sampai saat ini, Unilever telah mengganti sekitar 430.000 kabinet dengan pendingin HC. Kabinet HC juga sekitar 10% lebih energi-efisien. Dengan alasan teknis dan aturan merupakan hal yang tidak mungkin untuk mengganti semua kabinet. Saat ini sudah banyak terdapat cara dan tips untuk mengurangi jejak karbon di lingkungan rumah tangga dan perkantoran. Tinggal bagaimana mereka saja, apakah mau menerapkan atau tidak. Untuk industri besar mungkin masih belum dilakukan secara efektif karena tidak semua perusahaan mau menerapkan teknologi yang memungkinkan untuk mengurangi polusi yang dihasilkan dengan alasan besarnya biaya yang dileluarkan untuk riset tersebut. Cara untuk mengurangi carbon footprint secara sederhana untuk masyarakat umum adalah sebagai berikut : 1. Kurangi konsumsi daging. Berdasarkan penelitian, untuk menghasilkan 1 kg daging, sumber daya yang dihabiskan setara dengan 15 kg gandum. Bayangkan bagaimana kita bisa menyelamatkan bumi dari kekurangan pangan jika kita bervegetarian. Peternakan juga penyumbang 18% jejak karbon dunia, yang mana lebih besar dari sektor transportasi (mobil, motor, pesawat, dll). Belum ditambah lagi dengan bahaya gas-gas rumah kaca tambahan yang dihasilkan oleh aktifitas peternakan lainnya seperti metana yang notabene 23 kali lebih berbahaya dari CO2 dan gas NO yang 300 kali lebih berbahaya dari CO2. Dan yang pasti banyak manfaat kesehatan dan spiritual dari bervegetarian. Makan dan masaklah dari bahan yang masih segar. Menghindari makanan yang sudah diolah atau dikemas akan menurunkan energi yang terbuang akibat proses dan transportasi yang berulang-ulang. Makanan segar juga lebih sehat bagi tubuh kita Beli produk lokal, hasil pertanian lokal sangat murah dan juga sangat menghemat energi, terutama jika kita menghitung energi dan biaya transportasinya. Makanan organik lebih ramah lingkungan, tetapi periksa juga asalnya. Jika diimpor dari daerah lain, kemungkinan emisi karbon yang dihasilkan akan lebih besar daripada manfaatnya.9

2.

3.

4.

Daur ulang aluminium, plastik, dan kertas. Akan lebih baik lagi jika Anda bisa menggunakannya berulang- ulang. Energi untuk membuat satu kaleng alumunium setara dengan energi untuk menyalakan TV selama 3 jam. Beli dalam kemasan besar. Akan jauh lebih murah, juga menghemat sumber daya untuk kemasan. Matikan oven beberapa menit sebelum waktunya. Jika tetap dibiarkan tertutup, maka panas tersebut tidak akan hilang. Hindari fast food. Fast food merupakan penghasil sampah terbesar di dunia. Selain itu konsumsi fast food juga buruk untuk kesehatan Anda Bawa tas yang bisa dipakai ulang. Bawalah sendiri tas belanja Anda, dengan demikian Anda mengurangi jumlah tas plastik/kresek yang diperlukan. Belakangan ini beberapa pusat perbelanjaan besar di Indonesia sudah mulai mengedukasi pelanggannya untuk menggunakan sistem seperti ini. Jadi sambutlah itikad baik mereka untuk menyelamatkan lingkungan. Gunakan gelas yang bisa dicuci. Jika terbiasa dengan cara modern yang selalu menyajikan minum bagi tamu dengan air atau kopi dalam kemasan. Beralihlah ke cara lama kita. Dengan menggunakan gelas kaca, keramik, atau plastik food grade yang bisa kita cuci dan dipakai ulang. Berbelanjalah di lingkungan sekitar rumah. Akan sangat menghemat biaya tansportasi dan BBM. Tanam pohon setiap ada kesempatan. Baik di lingkungan ataupun dengan berpartisipasi dalam program penanaman pohon.

5. 6. 7. 8.

9.

10. 11.

10

F.

Kesimpulan Alam ini punya keseimbangan, jika satu terganggu yang lain berantakan. Kalau

mekanisme itu diganggu oleh manusia, maka keseimbangan akan kacau. Contoh yang jelas terlihat jika pohon banyak ditebang, maka tanah tak mampu menyerap air hingga akhirnya banjir. Tapi ada juga yang hubungannya enggak dengan segera bisa kita rasakan. Bayangkan kalau mobil kita bisa menyebabkan kanker? Asalnya dari asap mobil kita, bergabung dengan asap mobil dan zat polusi lain di udara menyebabkan polusi udara yang melubangi ozon. Akibat rusaknya pelindung bumi dari sinar ultraviolet (UV), maka kulit manusia rentan terkena kanker kulit yang disebabkan UV. Jadi, apa yang kita lakukan bisa berpengaruh buruk buat lingkungan. Apalagi pencemaran yang satu berkaitan dengan pencemaran yang lain. Gas yang dilepaskan oleh pabrik serta kendaraan bermotor akan menempel di permukaan tumbuhan, bangunan, tanah, dan sumber air serta udara. Bahan-bahan pencemar itu akan terus bahumembahu memperluas jaringan peredaran. Kalau dunia semakin tercemar apakah kita akan diam saja? Kalau sekarang kita sudah membayar mahal untuk mendapat segelas air putih, bukan mustahil kelak kita harus membeli udara bersih. Kita seharusnya memelihara dan menjaga Bumi agar tetap layak dihuni manusia. Simpel saja yaitu dengan mulai dengan mengubah kebiasaan buruk terhadap lingkungan. Dari tidak sering memakai kendaraan jika perginya dekat, memakai produk yang ramah lingkungan, meminimalisasi pemakaian baterai dan produk beracun lainnya, enggak buang sampah sembarangan, dan hemat energi sebisa mungkin.

11

Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Karbon_monoksida http://putraprabu.wordpress.com/2008/12/29/dampak-karbon-monoksida-co-terhadapkesehatan/ http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bidang-pengendalian/subid-pemantauanpencemaran/168-pencemaran-pbtimbal?start=3 http://geoenviron.blogspot.com/2011/12/menghitung-jejak-karbon-carbon.html http://mahera.net/2011/04/hakekat-polusi-dan-penyebabnya-pencemaran-udara/ http://alamendah.wordpress.com/2011/03/07/menghitung-jejak-karbon-carbonfootprint/ http://www.conservation.org/global/indonesia/berubah/10_langkah/pages/bayar_jejak_k arbon_anda.aspx http://yayasanpalung.blogspot.com/2010/06/beberapa-rutinitas-yang-dapat.html http://www.pemanasanglobal.net/ http://www.unilever.co.id/id/sustainability/environment/climate/refrigeration/

12