makalah kenakalan remaja
DESCRIPTION
MAKALAHTRANSCRIPT
Makalah Kenakalan Remaja BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-
masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan
beragam gejolak emosi, menarik diri dari keluarga, serta mengalami banyak masalah,
baik di rumah, sekolah, atau di lingkungan pertemanannya.
Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya.
Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan
terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat diungkuri
lagi, anda dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang. Meningkatnya tingkat
kriminal di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi banyak juga
dari kalangan para remaja. Tindakan kenakalan remaja sangat beranekaragam dan
bervariasi dan lebih terbatas jika dibandingkan tindakan kriminal orang dewasa. Juga
motivasi para remaja sering lebih sederhana dan mudah dipahami misalnya :
pencurian yang dilakukan oleh seorang remaja, hanya untuk memberikan hadiah
kepada mereka yang disukainya dengan maksud untuk membuat kesan impresif yang
baik atau mengagumkan.
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang
tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga,
mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada
masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian remaja?
b. Bagaimana perkembangan psikologi remaja?
c. Apa macam-macam kenakalan remaja ?
d. Apa penyebab kenakalan remaja?
e. Bagaimana solusi untuk mengatasi kenakalan remaja?
1.3 Tujuan Pembahasan
a. Mengetahui pengertian remaja dan ciri cirinya
b. Mengetahui perkembangan psikologi remaja pada saat ini
c. Mengetahui macam-macam kenakalan remaja
d. Mengetahui penyebab kenakalan remaja
e. Mengetahui solusi untuk mengatasi kenakalan remaja.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Remaja
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja
manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak.
Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Remaja
merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara
umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak
anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun
dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada
perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis,
perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran
buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada
perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran
semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di
luar keluarga.
Remaja memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak
termasuk golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja
menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene)
diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa
yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia
remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu :
a. 12-15 tahun
b. Masa remaja awal 15-18 tahun
c. Masa remaja pertengahan 18-21 tahun
d. Masa remaja akhir.
2.2 Ciri- Ciri Remaja
Mengenai ciri-ciri remaja tidak mesti dilihat dari satu sisi, tetapi dapat dilihat
dari berbagai segi. Misalnya dari segi usia, perkembangan fisik, phisikis, dan
perilaku. Menurut Gayo (1990: 638-639) ciri-ciri remaja usianya berkisar 12-20 tahun
yang dibagi dalam tiga fase yaitu; Adolensi diri, adolensi menengah, dan adolensi
akhir. Penjelasan ketiga fase ini sebagai berikut.
a. Adolensi dini
Fase ini berarti preokupasi seksual yang meninggi yang tidak jarang menurunkan
daya kreatif/ ketekunan, mulai renggang dengan orang tuanya dan membentuk
kelompok kawan atau sahabat karib, tinggah laku kurang dapat
dipertanggungjawabkan. Seperti perilaku di luar kebiasaan, delikuen,dan maniakal
atau defresif.
b. Adolensi menengah
Fase ini memiliki umum: Hubungan dengan kawan dari lawan jenis mulai meningkat
pentingnya, fantasi dan fanatisme terhadap berbagai aliran, misalnya, mistik, musik,
dan lain-lain. Menduduki tempat yang kuat dalam perioritasnya, politik dan
kebudayaan mulai menyita perhatiannya sehingga kritik…..tidak jarang dilontarkan
kepada keluarga dan masyarakat yang dianggap salah dan tidak benar, seksualitas
mulai tampak dalam ruang atau skala identifikasi, dan desploritas lebih terarah untuk
meminta bantuan.
c. Adolesensi akhir
Masa ini remaja mulai lebih luas, mantap, dari dewasa dalam ruang lingkup
penghayatannya .Ia lebih bersifat ‘menerima’dan ‘mengerti’ malahan sudah mulai
menghargai sikap orang/pihak lain yang mungkin sebelumnya ditolak. Memiliki
karier tertentu dan sikap kedudukan, kultural, politik, maupun etikanya lebih
mendekati orang tuanya. Bila kondisinya kurang menguntungkan, maka masa turut
diperpanjang dengan konsekuensi .imitasi, bosan, dan merosot tahap kesulitan
jiwanya. Memerlukan bimbingan dengan baik dan bijaksana, dari orang-orang di
sekitarnya.
Argumen lain tentang ciri-ciri remaja dan berbagai sudut pandang
dikemukakan oleh Mustaqim dan Abdul Wahid (1991:49-50). Menurutnya pada masa
remaja umumnya telah duduk dalam bangku sekolah lanjutan. Pada permulaan
periode anak mengalami perubahan-perubahan jasmani yang berwujud tanda-tanda
kelamin sekunder seperti kumis, jenggot, atau suara berubah pada laki-laki. Lengan
dan kaki mengalami pertumbuhan yang cepat sekali sehingga anak-anak menjadi
canggung dan kaku. Kelenjar-kelenjar mulai tumbuh yang dapat menimbulkan
gangguan phisikis anak.
Perubahan rohani juga timbul remaja telah mulai berfikir abstrak, ingatan
logis makin lama makin lemah. Pertumbuhan fungsi-fungsi psikis yang satu dengan
yang lain tidak dalam keadaan seimbang akibatnya anak sering mengalami
pertentangan batin dan gangguan, yang biasa disebut gangguan integrasi. Kehidupan
sosial anak remaja juga berkembang sangat luas. Akibatnya anak berusaha
melepaskan diri darikekangan orang tua untuk mendapatkan kebebasan, meskipun di
sisi lain masih tergantung pada orang tua. Dengan demikian terjadi pertentangan
antara hasrat kebebasan dan perasaan tergantung. (Mustaqim dan Abdul Wahid,
1991:50).
Lebih lanjut dikatakan Mustaqim dan Abdul Wahid, pada masa remaja akhir
umumnya telah mulai menemukan nilai-nilai hidup, cinta, persahabatan, agama,
kesusilaan, kebenaran dan kebaikan. Masa ini biasa disebut masa pembentukan dan
menentuan nilai dan cita-cita.Lain dari pada itu anak mulai berfikir tentang tanggung
jawab sosial, agama moral, anak mulai berpandangan realistik, mulai mengarahkan
perhatian pada teman hidupnya kelak, kematangan jasmani dan rohani, memiliki
keyakinan dan pendirian yang tetap serta berusaha mengabdikan diri dimasyarakat
juga ciri remaja yang menonjol, tetapi hanya remaja yang sudah hampir masuk
dewasa.
Sedangkan menurut Hurlock (1999) ciri-ciri masa remaja adalah sebagai berikut :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting, karena perkembangan fisik, mental
yang cepat dan penting dan adanya penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai
dan minat baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan, adanya suatu perubahan sikap dan perilaku
dari anak-anak ke menuju dewasa.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan, karena ada 5 perubahan yang bersifat
universal yaitu perubahan emosi, tubuh, minat dan pola perilaku, dan perubahan nilai.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah, karena pada masa kanak-kanak masalah-
masalahnya sebagian besar diselesikan oleh guru dan orang tua sehingga kebanyakan
remaja kurang berpengalaman dalam mengatasi masalah.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas, karena remaja berusaha untuk
menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, karena adanya anggapan
stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat
dipercaya dan cenderung merusak, menyebabkan orang dewasa harus membimbing
dan mengawasi.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Karena remaja melihat dirinya
sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya
terlebih dalam cita-cita.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa, karena remaja mulai memusatkan diri
pada perilaku yang dihubungkan dengan orang dewasa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa ciri ciri masa
remaja
adalah merupakan periode yang penting, periode perubahan, peralihan, usia yang
bermasalah, pencarian identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang tidak
realistik dan ambang masa kedewasaan.
2.3 Psikologi Remaja
Ciri perkembangan psikologis remaja adalah adanya emosi yang meledak-
ledak, sulit dikendalikan, cepat depresi (sedih, putus asa) dan kemudian melawan dan
memberontak. Emosi tidak terkendali ini disebabkan oleh konflik peran yang senang
dialami remaja. Oleh karena itu, perkembangan psikologis ini ditekankan pada
keadaan emosi remaja.
Keadaan emosi pada masa remaja masih labil karena erat dengan keadaan
hormon. Suatu saat remaja dapat sedih sekali, dilain waktu dapat marah sekali. Emosi
remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri sendiri daripada pikiran yang realistis.
Kestabilan emosi remaja dikarenakan tuntutan orang tua dan masyarakat yang
akhirnya mendorong remaja untuk menyesuaikan diri dengan situasi dirinnya yang
baru. Hal tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Hurlock (1990), yang
mengatakan bahwa kecerdasan emosi akan mempengaruhi cara penyesuaian pribadi
dan sosial remaja. Bertambahnya ketegangan emosional yang disebabkan remaja
harus membuat penyesuaian terhadap harapan masyarakat yang berlainan dengan
dirinya.
Menurut Mappiare (dalam Hurlock, 1990) remaja mulai bersikap kritis dan
tidak mau begitu saja menerima pendapat dan perintah orang lain, remaja
menanyakan alasan mengapa sesuatu perintah dianjurkan atau dilarag, remaja tidak
mudah diyakinkan tanpa jalan pemikiran yang logis. Dengan perkembangan
psikologis pada remaja, terjadi kekuatan mental, peningkatan kemampuan daya fikir,
kemampuan mengingat dan memahami, serta terjadi peningkatan keberanian dalam
mengemukakan pendapat.
2.4 Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang
melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia
remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa.
Sedangkan Pengertian kenakalan remaja Menurut Paul Moedikdo,SH adalah :
a.Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-
anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti
mencuri, menganiaya dan sebagainya.
b.Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk
menimbulkan keonaran dalam masyarakat.
c.Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
Faktor pemicunya, menurut sosiolog Kartono, antara lain adalah gagalnya
remaja melewati masa transisinya, dari anak kecil menjadi dewasa, dan juga karena
lemahnya pertahanan diri terhadap pengaruh dunia luar yang kurang baik.
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak
dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood
swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa
remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
Perilaku yang ditampilkan dapat bermacam-macam, mulai dari kenakalan
ringan seperti membolos sekolah, melanggar peraturan-peraturan sekolah, melanggar
jam malam yang orangtua berikan, hingga kenakalan berat seperti vandalisme,
perkelahian antar geng, penggunaan obat-obat terlarang, dan sebagainya.
Dalam batasan hukum, menurut Philip Rice dan Gale Dolgin, penulis
buku The Adolescence, terdapat dua kategori pelanggaran yang dilakukan
remaja, yaitu:
a. Pelanggaran indeks, yaitu munculnya tindak kriminal yang dilakukan oleh anak
remaja. Perilaku yang termasuk di antaranya adalah pencurian, penyerangan,
perkosaan, dan pembunuhan.
b. Pelanggaran status, di antaranya adalah kabur dari rumah, membolos sekolah,
minum minuman beralkohol di bawah umur, perilaku seksual, dan perilaku yang
tidak mengikuti peraturan sekolah atau orang tua.
2.5 Penyebab Kenakalan Remaja
Perilaku ‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri
(internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
Faktor internal:
a.Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan
terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi
dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi
karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
b.Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan
tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada
perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua
tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk
bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor eksternal:
a. Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota
keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada
remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak,
tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa
menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
b. Teman sebaya yang kurang baik
c. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
Sedangkan menurut Kumpfer dan Alvarado, Faktor faktor Penyebab
kenakalan remaja antara lain :
a. Kurangnya sosialisasi dari orangtua ke anak mengenai nilai-nilai moral dan sosial.
b. Contoh perilaku yang ditampilkan orangtua (modeling) di rumah terhadap perilaku
dan nilai-nilai anti-sosial.
c.Kurangnya pengawasan terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan di sekolah
ataupun di luar sekolah, dan lainnya).
d. Kurangnya disiplin yang diterapkan orangtua pada anak.
e. Rendahnya kualitas hubungan orangtua-anak.
f. Tingginya konflik dan perilaku agresif yang terjadi dalam lingkungan keluarga.
g. Kemiskinan dan kekerasan dalam lingkungan keluarga.
h. Anak tinggal jauh dari orangtua dan tidak ada pengawasan dari figur otoritas lain.
i. Perbedaan budaya tempat tinggal anak, misalnya pindah ke kota lain atau
lingkungan baru.
j. Adanya saudara kandung atau tiri yang menggunakan obat-obat terlarang atau
melakukan kenakalan remaja.
2.6 Peranan Keluarga terhadap Kenakalan Remaja
Sarwono (1998) mengatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan primer
pada setiap individu. Sebelum anak mengenal lingkungan yang luas, ia terlebih
dahulu mengenal lingkungan keluarganya. karena itu sebelum anak anak mengenal
norma-norma dan nilai-nilai masyarakat, pertama kali anak akan menyerap norma-
norma dan nilai-nilai yang berlaku di keluarganya untuk dijadikan bagian dari
kepribadiannya.
Orang tua berperan penting dalam emosi remaja, baik yang memberi efek
positif maupun negative. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua masih merupakan
lingkungan yang sangat penting bagi remaja.
Menurut Mu’tadin (2002) remaja sering mengalami dilema yang sangat besar
antara mengikuti kehendak orang tua atau mengikuti kehendaknya sendiri. Situasi ini
dikenal dengan ambivalensi dan hal ini akan menimbulkan konflik pada diri remaja.
Konflik ini akan mempengaruhi remaja dalam usahanya untuk mandiri, sehingga
sering menimbulkan hambatan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan
sekitarnya, bahkan dalam beberapa kasus tidak jarang remaja menjadi frustasi dan
memendam kemarahan yang mendalam kepada orang tuanya dan orang lain
disekitarnya. Frustasi dan kemarahan tersebut seringkali di ungkapkan dengan
perilaku perilaku yang tidak simpatik terhadap orang tua maupun orang lain yang
dapat membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain disekitarnya.
Penilitian yang dilakukan BKKBN pada umunya masalah antara orang tua
dan anaknya bukan hal hal yang mendalam seperti maslah ekonomi, agama, social,
politik, tetapi hal yang sepele seperti tugas-tugas di rumah tangga, pakaian dan
penampilan.
Menurut Nalland (1998) ada beberapa sikap yang harus dimiliki orangtua
terhadap anaknya pada saat memesuki usia remaja, yakni :
a. Orang tua perlu lebih fleksibel dalam bertindak dan berbicara
b. Kemandirian anak diajarkan secara bertahap dengan mempertimbangkan dan
melindungi mereka dari resiko yang mungkin terjadi karena cara berfikir yang belum
matang. Kebebasan yang dilakukan remaja terlalu dini akan memudahkan remaja
terperangkap dalam pergaulan buruk, obat-obatan terlarang, aktifitas seksual yang
tidak bertanggung jawab dll
c. Remaja perlu diberi kesempatan melakukan eksplorasi positif yang memungkinkan
mereka mendapat pengalaman dan teman baru, mempelajari berbagai keterampilan
yang sulit dan memperoleh pengalaman yang memberikan tantangan agar mereka
dapat berkembang dalam berbagai aspek kepribadiannya.
d. Sikap orang tua yang tepat adalah sikap yang authoritative, yaitu dapat bersikap
hangat, menerima, memberikan aturan dan norma serta nilai-nilai secara jelas dan
bijaksana. Menyediakan waktu untuk mendengar, menjelaskan, berunding dan bisa
memberikan dukungan pada pendapat anak yang benar.
2.7 Pergaulan Remaja
Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan
individu, dapat juga oleh individu dengan kelompok.
Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles bahwa manusia sebagai makhluk
sosial (zoon-politicon), yang artinya manusia sebagai makhluk sosial yang tak lepas
dari kebersamaan dengan manusia lain. Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar
dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Pergaulan yang ia lakukan itu
akan mencerminkan kepribadiannya, baik pergaulan yang positif maupun pergaulan
yang negatif. Pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama antar individu atau
kelompok guna melakukan hal – hal yang positif. Sedangkan pergaulan yang negatif
itu lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah yang harus dihindari, terutama bagi
remaja yang masih mencari jati dirinya. Dalam usia remaja ini biasanya seorang
sangat labil, mudah terpengaruh terhadap bujukan dan bahkan dia ingin mencoba
sesuatu yang baru yang mungkin dia belum tahu apakah itu baik atau tidak. Pergaulan
remaja berupa tekanan teman bahkan sahabat, yang bias disebut dengan rasa
solidaritas, ingin diterima, dan sebagai pelarian, benar-benar ampuh untuk
mencuatkan kenakalan remaja yaitu perilaku menyimpang yang dilakukan oleh
remaja.
2.8 Remaja dan Lingkungan Sosial
Lingkungan social meliputi teman sebaya, masyarakat dan sekolah. Sekolah
mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi remaja, karena selain dirumah sekolah
adalah lingkungan kedua dimana remaja banyak melakukan berbagai aktifitas dan
interaksi social dengan teman-temannya.
Masalah yang dialami remaja yang bersekolah lebih besar dibandingkan yang
tidak bersekolah. Hubungan dengan guru dan teman-teman di sekolah, mata pelajaran
yang berat menimbulkan konflik yang cukup besar bagi remaja. Pengaruh guru juga
sanagt besar bagi perkembangan remaja, karena guru adalah orang tua bagi remaja
ketika mereka berada disekolah.
Pada masa remaja, hubungan social memiliki peran yang sangat penting bagi
remaja. Remaja mulai memperluas pergaulan sosialnya dengan teman teman
sebayanya. Remaja lebih sering berada diluar rumah bersama teman teman
sebayanya, karena itu dapat dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebayanya
pada sikap, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada pengaruh orang tua.
Brown (1997) menggambarkan empat cara khusus, bagaimana terjadinya
perubahan kelompok teman sebaya dari masa kanak-kanak ke masa remaja :
a. Remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya dibandingkan
pada anak-anak. Pada usia 12 tahun, remaja awal mulai menjauhkan diri dari orang
dewasa dan mendekatkan diri dengan teman sebaya.
b. Remaja berusaha menghindari pengawasan yang ketat dari orang tua dan guru dan
ingin mendapatkan kebebasan. Mereka mencari tempat untuk bertemu dimana
mereka tidak terlalu diawasi. Meskipun dirumah mereka ingin mendapatkan privasi
dan tempat dimana mereka dapat mengobrol dengan teman temannya tanpa didengar
oleh keluarganya.
c. Remaja mulai banyak berinteraksi dengan teman sebaya dari jenis kelamin yang
berbeda. Walaupun anak perempuan dan laki laki berpartisipasi dalam kegiatan dan
berkelompok persahabatan yang berbeda selama masa pertengahan kanak-kanak,
tetapi pada masa remaja interaksi dengan remaja yang berbeda jenis semakin
meningkat, sejalan dengan semakin menjauhnya remaja dengan orang tua mereka.
d. Selama masa remaja, kelompok teman sebaya menjadi lebih memahami nilai-nilai
dan perilaku dari sub-budaya remaja yang lebih besar. Mereka juga
mengidentifikasikan diri dalam kelompok pergaulan tertentu.
- See more at: http://ilmu27.blogspot.com/2012/08/makalah-kenakalan-remaja.html#sthash.724Cwapz.dpuf