makalah kesehatan lingkungan

19
KESEHATAN LINGKUNGAN Pengertian Kesehatan Lingkungan Kesehatan lingkungan adalah kesehatan yang sangat penting bagi kelancaran kehidupan dibumi, karena lingkungan adalah tempat dimana pribadi itu tinggal. Lingkungan yang sehat dapat dikatakan sehat bila sudah memenuhi syarat-syarat lingkungan yang sehat. Kesehatan lingkungnan yaitu bagian integral ilmu kesehatan masyarakat yang khusus menangani dan mempelajari hubungan manusia dengan lingkungan dalam keseimbangan ekologis. Jadi kesehatan lingkungan merupakan bagian dari ilmu kesehatan mayarakat. Tujuan Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan Menjaga Kebersihan Lingkungan dengan lingkungan yang sehat maka kita harus menjaga kebersihannya, karena lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang bersih dari segala penyakit dan sampah.Sampah adalah mush kebersihan yang paling utama Sampah dapat membawa dampak yang buruk pada kondisi kesehatan manusia. Bila sampah dibuang secara sembarangan atau ditumpuk tanpa ada pengelolaan yang baik, maka akan menimbulkan berbagai dampak kesehatan yang serius. Tumpukan sampah yang dibiarkan begitu saja akan mendatangkan serangga yang membawa kuman penyakit. Namun hal ini tidaklah akan terjadi lama jika setiap orang sadar akan masalah sampah dan setiap orang

Upload: mirna-adelia-frandalya

Post on 15-Nov-2015

35 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

By : Mirna Sulastri dkk (tugas kelompok IKM)

TRANSCRIPT

KESEHATAN LINGKUNGANPengertian Kesehatan LingkunganKesehatan lingkungan adalah kesehatan yang sangat penting bagi kelancaran kehidupan dibumi, karena lingkungan adalah tempat dimana pribadi itu tinggal. Lingkungan yang sehat dapat dikatakan sehat bila sudah memenuhi syarat-syarat lingkungan yang sehat.Kesehatan lingkungnan yaitu bagian integral ilmu kesehatan masyarakat yang khusus menangani dan mempelajari hubungan manusia dengan lingkungan dalam keseimbangan ekologis.Jadi kesehatan lingkungan merupakan bagian dari ilmu kesehatan mayarakat.Tujuan Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan Menjaga Kebersihan Lingkungan dengan lingkungan yang sehat maka kita harus menjaga kebersihannya, karena lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang bersih dari segala penyakit dan sampah.Sampah adalah mush kebersihan yang paling utama Sampah dapat membawa dampak yang buruk pada kondisi kesehatan manusia. Bila sampah dibuang secara sembarangan atau ditumpuk tanpa ada pengelolaan yang baik, maka akan menimbulkan berbagai dampak kesehatan yang serius. Tumpukan sampah yang dibiarkan begitu saja akan mendatangkan serangga yang membawa kuman penyakit. Namun hal ini tidaklah akan terjadi lama jika setiap orang sadar akan masalah sampah dan setiap orang mengerti akan dampak yang ditimbulkan dari sampah ini. Jika sampah dikelola dengan cara yang baik dan benar, maka sampah bukanlah masalah. Mengelola sampah sebenarnya tidaklah sulit. Sampah bahkan dapat menghasilkan sesuatu yang dapat kita manfaatkan.Melalui suatu pembiasaan menjadi suatu kebiasaan dan budaya. Untuk menciptakan kebiasaan hidup bersih dan sehat memang harus kita awali sejak dini, dimana dari kebiasaan itu akan terciptalah budaya untuk bersih dan sehat. Maka dari itu dalam pengelolaan sampah dibutuhkan kesadaran dari masyarakat untuk menciptakan suatu lingkungan yang sehat dan bersih dari sampah yang berserakan.

Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua, yaitu:1.Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos;2.Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton;Di negara-negara berkembang komposisi sampah terbanyak adalah sampah organik, sebesar 60 70%, dan sampah anorganik sebesar 30%.

Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Akibat Sampah Sumber Gambar : TPA Batu Layang, Pontianak UtaraSampah merupakan hasil sampingan dari kegiatan manusia sehari-hari. Jumlah sampah yang semakin besar memerlukan pengelolaan yang harus dilakukan secara bertanggung jawab.Selama tahapan penanganan sampah banyak kegiatan dan fasilitas yang bila tidak dilakukan / disediakan dengan benar akan menimbulkan dampak yang berpotensi mengganggu lingkungan.1. Perkembangan Vektor PenyakitWadah sampah merupakan tempat yang sangat ideal bagi pertumbuhan vektor penyakit terutama lalat dan tikus. Hal ini disebabkan dalam wadah sampah tersedia sisa makanan dalam jumlah yang besar. Tempat Penampungan Sementara / Container juga merupakan tempat berkembangnya vektor tersebut karena alasan yang sama. Sudah barang tentu akan menurunkan kualitas kesehatan lingkungan sekitarnya.Vektor penyakit terutama lalat sangat potensial berkembangbiak di lokasi TPA. Hal ini terutama disebabkan oleh frekwensi penutupan sampah yang tidak dilakukan sesuai ketentuan sehingga siklus hidup lalat dari telur menjadi larva telah berlangsung sebelum penutupan dilaksanakan. Gangguan akibat lalat umumnya dapat ditemui sampai radius 1-2 km dari lokasi TPA2. Pencemaran UdaraSampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan sumber bau tidak sedap yang memberikan efek buruk bagi daerah sensitif sekitarnya seperti permukiman, perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran sampah seringkali terjadi pada sumber dan lokasi pengumpulan terutama bila terjadi penundaan proses pengangkutan sehingga menyebabkan kapasitas tempat terlampaui. Asap yang timbul sangat potensial menimbulkan gangguan bagi lingkungan sekitarnya.Sarana pengangkutan yang tidak tertutup dengan baik juga sangat berpotensi menimbulkan masalah bau di sepanjang jalur yang dilalui, terutama akibat bercecerannya air lindi dari bak kendaraan.Pada instalasi pengolahan terjadi berupa pelepasan zat pencemar ke udara dari hasil pembuangan sampah yang tidak sempurna; diantaranya berupa : partikulat, SO x, NO x, hidrokarbon, HCl, dioksin, dan lain-lain. Proses dekomposisi sampah di TPA secara kontinu akan berlangsung dan dalam hal ini akan dihasilkan berbagai gas seperti CO, CO2, CH4, H2S, dan lain-lain yang secara langsung akan mengganggu komposisi gas alamiah di udara, mendorong terjadinya pemanasan global, disamping efek yang merugikan terhadap kesehatan manusia di sekitarnya.Pembongkaran sampah dengan volume yang besar dalam lokasi pengolahan berpotensi menimbulkan gangguan bau. Disamping itu juga sangat mungkin terjadi pencemaran berupa asap bila sampah dibakar pada instalasi yang tidak memenuhi syarat teknis.Seperti halnya perkembangan populasi lalat, bau tak sedap di TPA juga timbul akibat penutupan sampah yang tidak dilaksanakan dengan baik. Asap juga seringkali timbul di TPA akibat terbakarnya tumpukan sampah baik secara sengaja maupun tidak. Produksi gas metan yang cukup besar dalam tumpukan sampah menyebabkan api sulit dipadamkan sehingga asap yang dihasilkan akan sangat mengganggu daerah sekitarnya.3. Pencemaran AirPrasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial menghasilkan lindi terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke saluran atau tanah sekitarnya akan menyebabkan terjadinya pencemaran.Instalasi pengolahan berskala besar menampung sampah dalam jumlah yang cukup besar pula sehingga potensi lindi yang dihasilkan di instalasi juga cukup potensial untuk menimbulkan pencemaran air dan tanah di sekitarnya.Lindi yang timbul di TPA sangat mungkin mencemari lingkungan sekitarnya baik berupa rembesan dari dasar TPA yang mencemari air tanah di bawahnya. Pada lahan yang terletak di kemiringan, kecepatan aliran air tanah akan cukup tinggi sehingga dimungkinkan terjadi cemaran terhadap sumur penduduk yang trerletak pada elevasi yang lebih rendah.Pencemaran lindi juga dapat terjadi akibat efluen pengolahan yang belum memenuhi syarat untuk dibuang ke badan air penerima. Karakteristik pencemar lindi yang sangat besar akan sangat mempengaruhi kondisi badan air penerima terutama air permukaan yang dengan mudah mengalami kekurangan oksigen terlarut sehingga mematikan biota yang ada.4. Pencemaran TanahPembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan mungkin juga mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi maka akan diperlukan waktu yang sangat lama sampai sampah terdegradasi atau larut dari lokasi tersebut. Selama waktu itu lahan setempat berpotensi menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya.5. Gangguan EstetikaLahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan pandangan yang sangat buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat terjadi baik di lingkungan permukiman atau juga lahan pembuangan sampah lainnya. Proses pembongkaran dan pemuatan sampah di sekitar lokasi pengumpulan sangat mungkin menimbulkan tumpahan sampah yang bila tidak segera diatasi akan menyebabkan gangguan lingkungan. Demikian pula dengan ceceran sampah dari kendaraan pengangkut sering terjadi bila kendaraan tidak dilengkapi dengan penutup yang memadai.Di TPA ceceran sampah terutama berasal dari kegiatan pembongkaran yang tertiup angin atau ceceran dari kendaraan pengangkut. Pembongkaran sampah di dalam area pengolahan maupun ceceran sampah dari truk pengangkut akan mengurangi estetika lingkungan sekitarnya. Sarana pengumpulan dan pengangkutan yang tidak terawat dengan baik merupakan sumber pandangan yang tidak baik bagi daerah yang dilalui.Lokasi TPA umumnya didominasi oleh ceceran sampah baik akibat pengangkutan yang kurang baik, aktivitas pemulung maupun tiupan angin pada lokasi yang sedang dioperasikan. Hal ini menimbulkan pandangan yang tidak menyenangkan bagi masyarakat yang melintasi / tinggal berdekatan dengan lokasi tersebut.

PENANGGULANGAN SAMPAH1. PenumpukanDengan metode ini, sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara langsung, namun dibiarkan membusuk menjadi bahan organik. Metode penumpukan bersifat murah, sederhana, tetapi menimbulkan resiko karena berjnagkitnya penyakit menular, menyebabkan pencemaran, terutama bau, kotoran dan sumber penyakit dana badan-badan air.

2. Pengkomposan Cara pengkomposan merupakan cara sederhana dan dapat menghasilkan pupuk yang mempunyai nilai ekonomi.3. Pembakaran Metode ini dapat dilakuakn hanya untuk sampah yang dapat dibakar habis. Harus diusahakan jauh dari pemukiman untuk menhindari pencemarn asap, bau dan kebakaran.4. Sanitary Landfill Metode ini hampir sama dengan pemupukan, tetapi cekungan yang telah penuh terisi sampah ditutupi tanah, namun cara ini memerlukan areal khusus yang sangat luas.

PEMANFAATAN SAMPAH

1. Sampah basah : Kompos dan makanan ternak2. Sampah kering : Dipakai kembali dan daur ulang3. Sampah kertas : Daur UlangDaur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan , pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai.a. Material yang dapat didaur ulang :1. Botol Bekas wadah kecap, saos, sirup, creamer dll baik yang putih bening maupun yang berwarna terutama gelas atau kaca yang tebal.2. Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus kecualai kertas yang berlapis minyak.3. Aluminium bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue dll.4. Besi bekas rangka meja, besi rangka beton dll5. Plastik bekas wadah shampoo, air mineral, jerigen, ember dll6. Sampah basah dapat diolah menjadi kompos.

b. Manfaat pengelolaan sampah1. Mengehemat sumber daya alam2. Mengehemat Energi3. Mengurangi uang belanja4. Menghemat lahan TPA5. Lingkungan asri (bersih,sehat,nyaman) Faktor-Faktor penumpukan Sampah.1. Tempat sampahTempat sampah merupakan hal yang penting dalam menangani merebaknya sampah di setiap tempat. Kurangnya tempat sampah sering menjadi kendala menumpuknya sampah di berbagai tempat. Minimnya tempat sampah, telah menjadi kendala yang nampak dalam mengatasi masalah sampah. Selain minimnya tempat sampah faktor lain yang menjadi penyebab adalah kurang layaknya tempat sampah yang sudah ada. Tempat-tempat sampah tampak tidak terawat dan rusak.2. Kesadaran masyarakatBerdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Lingkungan dan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 tahun 2007 tentang Ketertiban Umum. Pembuang sampah ke sungai akan dikenakan sanksi pidana 10 hingga 60 hari kurungan atau denda dari Rp100 ribu hingga Rp20 juta. Namun yang terjadi, peraturan pemerintah tersebut seperti tidak dipedulikan oleh masyarakat. Entah ketidaktahuan tentang peraturan tersebut atau memang tidak peduli terhadap lingkungan hidup. Jadi, kesadaran kita untuk membuang sampah pda tempatnya, harus digalakan mulai dini. Meski langkah kecil, namun, bila dilakukan bersama, alam yang indah dan bersih dari sampah, bukanlah impian semata.Sosialisasi buang sampah pada tempatnya, dirasa kurang maksimal karena biasanya menggunakan spanduk dan pamflet saja. Seharusnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya disosialisasikan secara preventif dan melalui komunikasi tatap muka oleh pemerintah sehingga menimbulkan memori dan tersimpan dalam mindset masyarakat. Jika perlu, ada tindakan tegas kepada pelaku yang membuang sampah sembarangan namun bukan berarti mengenakan sanksi denda karena hal itu akan berbuntut masalah baru, yaitu korupsi. Yang dimaksud tindakan tegas adalah hukum kurungan langsung atau sanksi moral. Pembentukan satuan aparat pun dirasa perlu, agar fokus menangani masalah tersebut.

Informasi : Berdasarkan data sementarahasil sensus 2010 yang diperoleh dari Badan PusatStaitistik (BPS) Pontianak, jumlah penduduk kota Pontianak kini mencapai550.304 jiwa(Efliza, 2010). Darijumlah penduduk yang mencapai 550.304 jiwa tersebut berpotensi menghasilkan sampah yang cukup besar. Bila penduduk Pontianak berjumlah 500.000jiwa saja dengan asumsi tiap penduduk menghasilkan sampah 1,5 liter sampah/ haridengan komposisi sampah organik sebanyak 85 % (622.500 liter/ hari) sampah nonorganik dan 15 % (127.500 liter/ hari), maka volumesampah yang ada di kota Pontianakadalah 750 m3/ hari (Anonim, 2008). Jika dihitung pertahun maka jumlah sampah di kotaPontianak mencapai 273.750 m3/ tahun atau 5kali lebih besar dari volume candi Borobudur yang hanya 55.000 m3. Dari metode yang telah kami terapkan kamimendapatkan hasil sebagai berikut :1. Masyarakat merasa sedikit terganggu dengan adanya TPA sampah Batu Layang di kawasan tersebut.2. Adanya keluan darimasyarakat mengenai penurunan kualitas tanah dikawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Batu Layang.3. Adanya investor yang berfungsi untuk mengolah gas metan (CH4)TPA sampah Batu Layang Kota Pontianak yang dibangun pada tahun 1997 ternyata memberikan perubahan yang besar.Diantaranya wilayah TPA sampah tersebut. Dulunya merupakan daerah hutan yang lebat dan jugamerupakan tanah garapan. Sejak dijadikan TPA, wilayah tersebut yang dulunya penuh dengan macam-macam tumbuhan serta menjadi habitat hewan, sekarang berubah menjadi gunung-gunung sampah yang dapat mencemari tanah di wilayah tersebut. Sangat di sayangkan wilayah yang dipakai untuk pembuatan TPA adalah lahan yang masih produktif,padahal masih banyakwilayahyang sudah tidak terpakai lagi. Misalnya wilayahbekaspertambangan.Masyarakat merasa terganggu sejak adanya Tempat PembuanganAkhir (TPA) Batu Layang yang berada di sekitar pemukiman penduduk dikarenakan adanyaperubahan dari aspek kenyamanan, lingkungan maupun aspek kesehatan. Dari aspek kenyamanan,masyarakatmerasa terganggu dengan adanya hirikmudiktruk pengangkut sampah yangwalaupun sudah ditutup terpal, namun masihmenyebarkan bau yang tidak sedap saat lewat.Selain itu, jalan-jalan yang menjadijalan umum untuk warga juga menjadi rusak karena setiap hari dilewati trukpengangkut sampah. Jalantersebut berlubang-lubang dan becek saat turunnya hujan.Dari aspek lingkungan masyarakatmerasa adanya penurunan fungsi tanah disekitar kawasan TPA Batu Layang. Hal itu dapatdi ketahui melalui beberapakasusyaitu beceknya jalanan di sekitarTPA Batu Layang ketika hujan turun. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya kemampuan tanahuntuk menyerap air.

Keberadaan sampah plastik di TPA Batu Layang menjadi faktor utama penyebabpenurunan fungi tanah. Plastik bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memilikisifat sulit terdegradasi (non-biodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu100 hingga 500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh hewan-hewanpengurai di dalam tanah seperti cacing. Jadi secara tidaklangsung plastikmerupakan limbah yang menyebakan terjadinya penurunan fungsi tanah.Dari hasil pengamatan kami, tidak adanya pemisahan antara sampah organikdan sampah non organik pada TPA tersebut. Sampah hanya dipisahkan oleh pemulungdan di padatkan hanya dengan menggunakan satu mesin pemadat sampah. Pembuangan sampah yang tercampur merusak dan mengurangi nilai dari material yangmungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan organik dapatmengkontaminasi atau mencemari bahan-bahan yang mungkin masih bisa di daur-ulang dan racun dapatmenghancurkan kegunaan dari keduanya. Dari aspek kesehatan, masyarakatmengalami gangguan kesehatan. Salah satunya masyarakat mengalami gatal-gatal. Gatal- gatal tersebut diyakini masyarakat timbul karena air sumur yang tercemar.Air sumur merupakan salahsatu bentuk dari air tanah yang sumbernya berasal daridalam tanah. Karenapemukiman pendudukberada tidak jauh dari lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Batu Layang makatanah di pemukian penduduk juga tercemar. Jika tanah sudah tercemar maka secaratidak langsung air yang dihasilkan dari dalam tanah( air sumur) juga ikut tercemar.Hal ini dapatdi amati dari warna air sumur yang hitam.

Untuk mengatasi hal ini pemerintah melakukanberbagai cara untuk mengurangi dampak negatif dari keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah BatuLayang antara lain :

1. Pemerintah melakukan kerjasama dengan berbagai pihak asing maupun lokaldalam menangani kasus sampah di TPA Batu Layang.Pemerintah Daerah telahbekerja sama dengan perusahaan asing PT. Gikoko Kogyo Indonesia.2. Pemerintah mencanangkan program penambah luas areal Tempat Penampungan Akhir (TPA) Batu Layang, perluasan areal ini juga di ikuti oleh kematangan pihak-pihak terkait dalam mengelola sampah baik organikmaupunanorganik sertameminimalisir dampak negatif terhadap tanah. Adapun teknik yang dapat digunakan untuk mengurangi produksi sampahanorganik yang dihasilkan dari kegiatanmanusia adalah sebagai berikut : Reduce (Mengurangi) : Sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan.Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan. Reuse (Memakaikembali); Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindaripemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapatmemperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. Recycle (Mendaur ulang): Sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Replace ( Mengganti) Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisadipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong kresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan Styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.

Kesimpulan

Sampah di TPA sampah Batu Layang Kota Pontianak terdiri atassampah organikdan sampah non organik. Pengelolahan sampah di TPA tersebut tergolong kurangbaik, hal ini dapat di lihat dari banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan dari TPA tersebut.

Hasil kunjungan kami di lokasi TPA Batu Layang Pontianak Utara :

Kunjungan : Jumat, 28 November 2014