makalah keterbatasan metode ilmiah
DESCRIPTION
maklah keterbatasan metode ilmiahTRANSCRIPT
KETERBATASAN METODE ILMIAH
DI SUSUN
OLEH :
M. RIDHO HAKIMHAMIDHAN MANIK
M. DANIL FUAZIMhd. RIDWAN NASUTION
MATA KULIAH : FILSAFAT ILMU
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN
Jurusan Pendidikan Agama Islam-5
SEMESTER 3
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya penyusunan
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, dan tak lupa Beriringkan salam kita
sampaikan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW yang sampai saat ini Islam
sebagai agama yang sempurna masih tetap berdiri tegak di atas permukaan bumi
ini. Perkembangan zaman yang kian pesat terjadi akibat cepatnya evolusiilmu
memnyebabkan kita harus bersainga dalam mengemukakan suatu ide cemerlang
untuk membuat kemajuan yang salah satunya dengan pencimpaan teori ilmu yang
bermanfaat, tetapi semua yang di lakukan ada kekurangannya karena oenalaran
manusia hanya terbatas.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang ................................................... 1
1.2Rumusan masalah .............................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pengertian metode ilmiah ................................. 3
2.2Karakteristik metode ilmiah ............................. 3
2.3Langkah-langkah metode ilmiah ...................... 4
2.4Keterbatasan metode ilmiah ............................. 5
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpuulan ...................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................... 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Periode filsafat Yunani merupakan Periode sangat penting dalam sejarah
peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahaan pola piker manusia
dari mitosentris menjadi logosentris. Pola piker mitosentries adalah pola piker
masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan phenomena
alam, seperti gemppa bumi dan pelangi. Gempa bumi tidak dianggap fenomena
alam biasa, tetapi Dewa Bumi sedang yang sedang mengoyangkan kepalanya.
Namun, ketika filsafat di perkenalkan, fenomena alam tersebut tidak lagi di
anggap sebagai aktivitas Dewa, tetapi aktivitas alam yang terjadi secara
kausalitas. Perubahan pola piker tersebut kelihatannya sederhana, tetapi
impilkasinya tidak sederhana karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi
kemudian didekati dan bahkan dieksploitasi.1
Untuk meneusuru filsafat Yunani, perku dijelaskan terlebih dahulu asal kata
fisafat. Sekitar abad IX SM atau paling tidak 700 SM, di Yunani, Sophia di beri
arti kebijaksanaan Sophia juga berarti kecakapan. Kata Philosophos mula-mula
dikemukakan dan dipergunakan oleh Heraklitos (540-480 SM). Sementara orang
ada yang mengatakan bahwa kata tersebut mula-mula dipakai oleh Pythagoras
(580-500 SM). Namun pendapat yang lebih tepat adalah pendapat yang
mengatakan bahwa Heraklitoslah yang pertama mengunakan istilah tersebut.
Menurutnya, Philosophos (ahli filsafat) harus mempunyai pengetahuan luas
sebagai pengejawantahan dari pada kecintaannya akan kebenaran dan mulai
benar-benar jelas digunakan pada masa kaum Sofis dan Socrates yang memberi
arti Philosophein sebagai penguasaan secara sistematis terhadap pengetahuan
teoretis. Philosophia adalah hasil dari perbuatan yang disebut Philosophein itu,
sedangkan Philosophos adalah orangyang melakukan Philosophein. Dari kata
Philosophia itulah nantinya timbul kata-kata Philosophie (Belanda, Jerman,
1 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2004), Cet I, h. 21.
1
Perancis). Philosophy (Inggris). Dari bahasa Indonesia disebut Filsafat atau
Falsafat.2
Kebenaran yang dicari-cari mengakibatkan munculnya hal-hal baru yang
mendorong prnggunaan cara-cara mencapai kebenaran yang sekarang ini di sebut
dengan Ilmu, sengga muncullah nama Metode Ilmiah.
1.2 Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud Metode Ilmiah ?
b. Bagaimana cara penyajian Metode Ilmiah ?
c. Mengapa ada keterbatasan Metode Ilmiah ?
2 Ibid, h. 22.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah atau proses ilmiah (bahasa Inggris: scientific method) merupakan
proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan
bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam
usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan
hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos
uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.3
Unsur utama metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah berikut:
a. Karakterisasi (pengamatan dan pengukuran)
b. Hipotesis (penjelasan teoretis yang merupakan dugaan atas hasil pengamatan
dan pengukuran)
c. Prediksi (deduksi logis dari hipotesis)
d. Eksperimen (pengujian atas semua hal di atas)
2.2 Karakteristik Metode Ilmiah
Menurut sumber ada beberapa karakteristik metode ilmiah:
Bersifat kritis, analistis, artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat
untuk mengidentifikasi masalah danmenentukan metode untuk pemecahan
masalah. Bersifat logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah.
Kesimpulan yang dibuat secara rasional berdasarkan bukti-bukti yang tersedia
Bersifat obyektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama
dengan kondisi yang sama pula. Bersifat konseptual, artinya proses penelitian
dijalankan dengan pengembangan konsep dan teori agar hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan. Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan
pada fakta di lapangan.4
3 http://charensha.wordpress.com/2011/02/23/pengertian-metode-ilmiah/4 http://bunyamingunadarma.wordpress.com/2012/04/23/metode-ilmiah-karakteristik-dan
3
2.3 Langkah-Langkah Metode Ilmiah
Adapun langkah-langkah dala penyusunan Metode Ilmiah ialah5 :
- Menyusun Rumusan Masalah
- Menyusun Kerangka Teori
- Merumuskan Teori
- Melakukan Eksperimen
- Mengolah dan Menganalisis Data
- Menarik Kesimpulan
- Mempublikasikan Hasil
- Menyusun Rumusan Masalah
Hal-hal yang harus diperhatikan:
- Masalah menyatakan adanya keterkaitan antara beberapa variabel atau lebih.
- Masalah tersebut merupakan masalah yang dapat diuji dan dapat dipecahkan.
- Masalah disusun dalam bentuk pertanyaan yang singkat, padat dan jelas.
- Menyusun Kerangka Teori
- Mengumpulkan keterangan-keterangan dan informasi, baik secara teori maupun
data-data fakta di lapangan.
Dari keterangan-keterangan dan informasi tersebut diperoleh penjelasan
sementara terhadap permasalahan yang terjadi.
Penarikan Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu
permasalahan. Penyusunan hipotesis dapat berdasarkan hasil penelit ian
sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain. Dalam penelitian, setiap
orang berhak menyusun Hipotesis.
Pengujian Hipotesis
tahapan/
5 http://nista-maja.blogspot.com/2011/03/langkah-langkah-metode-ilmiah.html
4
Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara menganalisis data. Data dapat
diperoleh dengan berbagai cara, salah satunya melalui percobaan atau eksperimen.
Percobaan yang dilakukan akan menghasilkan data berupa angka untuk
memudahkan dalam penarikan kesimpulan. Pengujian hipotesis juga berarti
mengumpulkan bukti-bukti yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk
memperlihatkan apakah terdapat bukti-bukti yang mendukung hipotesis.
2.4 Keterbatasan Metode Ilmiah
Ketebatasan Metode Ilmiah adalah keterhentian penalaran yang di lakukan oleh
manusia karena ketidaksanggupan manusia untuk menembus pengetahuan yang di
luar akal logis manusia seperti kebenaran dalam Agama. Agama merupakan
pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau
pengalaman, namun juga mencakup masalah-masalah yang bersifat
transcendental, seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di
akhirat nanti (Jujun S. Suriasumantri, 2000:54)6.
Dikemukakan Suparlan Suhartoni berikutnya:
“Filsafat mengerti apa yang seharusnya menjadi kebutuhan hidup sehari-hari,
tetapi fissafat tidak mnegetahui cara mengedakannya. Karena pengadaan
kebutuhan hidup sehari-hari itu memerlukan pengetahuan khusus yang bersifat
praktis, maka kebutuhan berupa hal-hal atau barang-barang yang bersifat nyata,
konkret dan khusus, seperti misalnya makanan, minuman, pakaian, perumahan,
dan peralatan hidu lainnya, dapat dipenuhi. Hanay dengan ilmu pengetahuan
yang bersifat teknis-praktis secara langsunglah kebutuhan hidup sehari-hari
dapat di produksi (Suparlan Suhartono: 17).7
Disini terlihat, bahwa semua perangkat ilmu pengetahuan memiliki daya
janngkau dengan kemampuan yang terbatas. Masalah mistik, maupun alam gaib
sama sekali tidak terjangkau oleh kemampuan yang dimiliki “alat” dimaksud.
Selain itu, ilmu pengetahuan juga hanya membatasi diri pada kewenangan dalam
6 H. Jalaludin, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Depok: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA, 2013),
Cet. 1, h. 105.7 Ibid, h. 106.
5
menentukan benar atau salahnya suatu pernyataan. Sedangkan untuk menentukan
baik dan buruk, ataupun indah dan jelek masing-masing mengacu pada sumber
moral dan kajian estetik (Jujun S. Suriasumantri, 2000: 92).8
Sehubung dengan batasan-batasan ilmu pengetahuan ini, Einstein menyatakan
“Ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta, apapun teori yang
menjembati keduanya” (Nadiroh: 150). Barang kali dengan keterbatasan ini pula,
hingga ada yang berpendapat, bahwa penjelajahan ilmu pengetahuan berhenti
pada batas kemampuan rasional empiris. Setelah ilmu pengetahuan terhenti,
penjelajahan dilanjutkan oleh filsafat, kemampuan filsafat jug kemudian terhenti
pada puncak jelajahannya, yakni pada batas kemampuan optimal rasio manusia.
Ketika aktivitas filsafat, terhenti, penjelajahan dilanjutkan oleh seni dan agama.
Kebenaran agama itu mutlak bagi yang mempercayainya, termasuk hal yang
kadang di anggapnya “tidak sesuai” dengan kebenaran pengalaman inderawi dan
nalar (Yakob Sumardjo: 4).9
Penelitian itu sendiri merupakan proses penemuan yang panjang. Ia berawal
pada minat untuk mnegtahui fenomena tertentu dan selanjutnya berkembang
menjadi gagasan, teori, konseptualisasi, pemilihan metode yang sesuai dan
seterusnya. Minat tidak berdiri sendiri. Ia dapat timbul dan berkembang oleh
rangsangan bacaan, diskusi, seminar, pengamatan ataupun campuran dari
semuanya (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1982: 8-9). Dengan demikian,
penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan operasionalisasi metode ilmiah
dalam kegiatan keilmuan (Jujun R. Suriasimantri, 2000: 307).10
Komponen utama dari sistem di maksud adalah :
1) Perumusan masalah;
2) Penngamatan dan deskripsi;
3) Penjelasan;
4) Ramalan dan kontrol; (Jujun S. Suriasumantri, 1984:111).11
8 Ibid, h. 1079 ibid10 Ibid, h. 17711 Ibid, h. 179
6
Tujuan utama menulis karangan Ilmiah atau karya Ilmiah ialah agar karangan
tersebut dibaca. Namun, untuk menulis sesuatu karya Ilmiah yang baik, tahap
demi tahap dimulai dari judul sampai daftar pustaka diperlukan konsentrasi penuh
dari penulis. Dua ciri karangan Ilmiah yang harus dipenuhi. Pertama, isi karangan
Ilmiah. Kedua, gaya menulis maksud tersebut (David Linsday, 1986: 1).
Mengenai pentingnya aspek bahasa, Marsi Singarimbun mengemukakan,
penggunaan bahasa dan istilah yang rumit membuat komunikasi terhalang (Masri
Singarimbun dan Sofyan Effendi: 247). Padahal, maksud dari tulisan Ilmiah ialah
mengomunikasikan informasi Ilmiah baru kepada ilmuwan lainnya (David
Linsday: 1986: 5).
Adapun aspek pertama, yakni gaya penulisan berhubungan dengan banyak
faktor kemampuan penguasaan bahasa tulisan, dan sekaligus tingkat kecerdasan
intelektualitas seseorang. Menurut Kohnstamm, kemampuanberbahasa terkait
dengan tingkat kecerdasan seseorang. Seseorang yang memiliki tingkat
kecerdasan yang lebih tinggi akan mampu menginformasikan dan
mengomunikasikan buah pikirannya secara sistematis dan runtut dalam bahasa
tulisan (Crijns Reksosiswojo, 1964: 57). Persisi dan senada dengan apap yang
dikemukakan oleh Somerset Maugham, bahwa seorang yang pikirannya
semerawut akan menulis secara semerawut pula (Jujun S. Suriasumatri: 374).
Uraian diats menunjukkan, bahwa untuk menulis sebuah karya Ilmiah tidak
semata-mata bersifat teknis. Hanya pada penguasaan kemamapuan teknik
penulisan semata. Ternyata teknik penulisan itu juga perlu di perkayaoleh faktor-
faktor kemamapuan lainnya, yakni bahasa. Mencakup penguasaan bahasa secara
benar dan baik, pemilihan kata-kata yang tepat, maupun penyusuanan kalimat
yang teratur. Dengan penggayaan kemamapuan teknis berbahasa ini, tulisan akan
lebih menarik dan mudah dibaca serta cepat dipahami.12
Seperti di maklumi, bahwa tulisan ilmiah tidak berdiri sendiri. Meskipun karya
tersebut disusun oleh seorang ilmuwan kondang, ia tak dapat melepaskan diri dari
ketergantungan dengan hasil karya ilmuan lainnya. Dengan demikian, saat
12 Ibid, h. 181
7
dipublikasikan, tulisan ilmiah adalah produk karya “terbuka”. Sudah jadi
konsumsi publik, bukan milik perorangan lagi. Sebagai karya Ilmiah, materi
materi tulisan itu terdiri dari sejumlah pernyataan, data, konsep, ataupun teori,
yang di jadikan sebagai argumen. Ramuan materi ini digunakan sebagai
pendukung dalam analisis. Pada tahap akhir megacu pada kesimpulan sebagai
produknya. Jelanya, penyususn karya Ilmiah sangan bergantung dengan berbagai
sumber yang relevan. Sumber-sumber yang digunakan ini dicantumkan dengan
mengunakana teknik notasi. Notasi Ilmiah terkait dengan kejujuran Ilmiah. Ppara
ilmuwan harus menjunjung nilai-nilai kejujuran ini. Menghindar dari perilaku
plagiator, atau tindakan plagiat. Setiap data, penyimpanan, teori, atau istilah
sekalipun yang diambil dari sumber tertentu., perlu diidentifikasikan secara jelas.
Notasi Ilmiah adalah bentuk pengakuan terbuka dari seseorang ilmuwan, hingga
siapa pun diberi peluang untuk melaksanakan kebenaran.13
Metode ilmiah bersifat tentatif yaitu sebelum ada kebenaran ilmu yang dapat
menolak kesimpulan maka kesimpulan dianggap benar. tetapi kesimpulan ilmiah
bisa berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Metode ilmiah tidak
dapat membuat kesimpulan tentang baik buruk sistem nilai dan juga tidak dapat
menjangkau tentang seni dan estetika. 14
13 Ibid, h. 18614 http://sitianeh2.blogspot.com/2012
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keterbatasan-keterbatasaan metode ilmiah mencakup ketidak jujuran dalam
pengajaran ilmiah, selama ini judul ada tetapi tidak ada yang mendukung adri
teori itu artinya teori dan fakta itu harus sejalan. Keterbatasan metode Ilmiah
sesuatu hal yang terjadi baru bisa dirumuskan, jika hal itu tidak ada maka ilmu itu
tidak akan di dapati. Metode ilmiah hanya melalui percobaan tidak dapat
menghasilkan langsung melalui pemikiran yang ada. Bukti dan fakta harus pasti,
harus dilakukan dengan observasi permasalahan, apa yang dilakukan jika rumusan
masalah ada 3 maka penjabarannya juga harus minimal 3. Harus berurutan cara
pengerjaan suatu masalah atau mennetukan ilmu, pemahaman manusia dalam
metode ilmiah itu akan berbeda-beda sesuai penalarannya. Sehingga membuat
konflik antara pengetahuan satu dengan yang lain dan dampaknya pengetahuan itu
tidak selamanya benar. Dan penalaran ilmiah tidak akan berlanjut tanpa da agama
yang menselaraskannya.
9
DAFTA PUSTAKA
http://sitianeh2.blogspot.com/2012
http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah/2012
http://bunyamingunadarma.wordpress.com/2012/04/23/metode-ilmiah-karakteristik-dan-tahapan/
http://nista-maja.blogspot.com/2011/03/langkah-langkah-metode-ilmiah.html
Jalaluddin, H, Filsafat Ilmu Pengetahuan. Depok: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA. 2013
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2004
10