makalah konflik sosial
DESCRIPTION
zvccx dfchbdfcfxfvsTRANSCRIPT
MAKALAH KONFLIK SOSIAL
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangKonflik sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Ketika orang memperebutkan
sebuah area, mereka tidak hanya memperebutkan sebidang tanah saja, namun juga sumber daya
alam seperti air dan hutan yang terkandung di dalamnya. Upreti (2006) menjelaskan bahwa pada
umunya orang berkompetisi untuk memperebutkan sumber daya alam karena empat alasan
utama. Pertama, karena sumber daya alam merupakan “interconnected space” yang
memungkinkan perilaku seseorang mampu mempengaruhi perilaku orang lain. Sumber daya
alam juga memiliki aspek “social space” yang menghasilkan hubungan-hubungan tertentu
diantara para pelaku. Selain itu sumber daya alam bisa menjadi langka atau hilang sama sekali
terkait dengan perubahan lingkungan, permintaan pasar dan distribusi yang tidak merata. Yang
terakhir, sumber daya alam pada derajat tertentu juga menjadi sebagai simbol bagi orang atau
kelompok tertentu.
Konflik merupakan kenyataan hidup, tidak terhindarkan dan sering bersifat kreatif.
Konflik terjadi ketika tujuan masyarakat tidak sejalan, berbagai perbedaan pendapat dan konflik
biasanya bisa diselesaikan tanpa kekerasaan, dan sering menghasilkan situasi yang lebih baik
bagi sebagian besar atau semua pihak yang terlibat (Fisher, 2001).
Dalam setiap kelompok social selalu ada benih-benih pertentangan antara individudan
individu, kelompok dan kelompok, individu atau kelompok dengan pemerintah. Pertentangan ini
biasanya berbentuk non fisik. Tetapi dapat berkembang menjadi benturan fisik, kekerasaan dan
tidak berbentuk kekerasaan. Konflik berasal dari kata kerja Latin, yaitu configure yang berarti
saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang
atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
B. Rumusan Masalah
a. Apakah pengertian dari konflik sosial?
b. Ada berapa jenis konflik sosial?
c. Faktor faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya konflik sosial?
d. Bagaimana cara penanggulangan dan penanganan konflik sosial?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian konflik sosial.
b. Untuk mengeahui jenis konflik sosial.
c. Untuk mengeahui faktor faktor yang menyebabkan terjadinya konflik.
d. Untuk mengetahui cara penanggulangan dan penanganan konflik sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian konflik sosial
Konflik berasal dari kata kerja latin configure, yang berarti saling memukul, yang
dimaksud dengan konflik sosial adalah salah satu bentuk interaksi sosial antara satu pihak
dengan pihak lain didalam masyarakat yang ditandai dengan adanya sikap saling mengancam,
menekan, hingga saling menghancurkan. Konflik sosial sesungguhnya merupakan suatu proses
bertemunya dua pihak atau lebih yang mempunnyai kepentingan yang relative sama terhadap hal
yang sifatnya terbatas. Dengan demikian, terjadilah persaingan hingga menimbulkan suatu
benturan-benturan fisik baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar. Berikut ini beberapa
pendapat ahli tentang pengertia konflik :
1. Berstein, menyebutkan bahwa konflik merupakan suatu pertentangan atau perbedaan yang
belum pernah dicegah, konflik mempunnyai potensi yang memberikan pengaruh positif dan ada
pula yang negative didalam interaksi manusia.
2. Robert M. Z Lawang mengemukakan bahwa konflik adalah perjuangan untuk memperoleh
nilai, status, dan kekuasan dimana tujuan dari mereka yang berkonflik tidak hany memperoleh
keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya.
3. Soerjono Soekanto, konflik merupakan proses sosial dimana orang perorangan atau kelompok
manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai
dengan ancaman dan kekerasan.
B. Jenis konflik sosial
Sebagaimana diungkapkan di depan, bahwa munculnya konflik dikarenakan adanya perbedaan
dan keragaman. Berkaca dari pernyataan tersebut, Indonesia adalah salah satu negara yang
berpotensi konflik. Lihat saja berita-berita di media massa, berbagai konflik terjadi di Indonesia
baik konflik horizontal maupun vertikal. Konflik horizontal menunjuk pada konflik yang
berkembang di antara anggota masyarakat. Yang termasuk dalam konflik horizontal adalah
konflik yang bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan seperti di Papua, Poso, Sambas, dan
Sampit. Sedangkan konflik vertikal adalah konflik yang terjadi antara masyarakat dengan negara.
Umumnya konflik ini terjadi karena ketidakpuasan akan cara kerja pemerintah. Seperti konflik
dengan para buruh, konflik Aceh, serta daerah-daerah yang muncul gerakan separatisme.
Namun, dalam kenyataannya ditemukan banyak konflik dengan bentuk dan jenis yang beragam.
Soerjono Soekanto (1989:90) berusaha mengklasifikasikan bentuk dan jenis-jenis konflik
tersebut. Menurutnya, konflik mempunyai beberapa bentuk khusus, yaitu:
a. Konflik Pribadi
Konflik terjadi dalam diri seseorang terhadap orang lain. Umumnya konflik pribadi diawali
perasaan tidak suka terhadap orang lain, yang pada akhirnya melahirkan perasaan benci yang
mendalam. Perasaan ini mendorong tersebut untuk memaki, menghina, bahkan memusnahkan
pihak lawan. Pada dasarnya konflik pribadi sering terjadi dalam masyarakat.
b. Konflik Rasial
Konfilk rasial umumnya terjadi di suatu negara yang memiliki keragaman suku dan ras. Lantas,
apa yang dimaksud dengan ras? Ras merupakan pengelompokan manusia berdasarkan ciri-ciri
biologisnya, seperti bentuk muka, bentuk hidung, warna kulit, dan warna rambut. Secara umum
ras di dunia dikelompokkan menjadi lima ras, yaitu Australoid, Mongoloid, Kaukasoid, Negroid,
dan ras-ras khusus. Hal ini berarti kehidupan dunia berpotensi munculnya konflik juga jika
perbedaan antarras dipertajam.
c. Konflik Antarkelas Sosial
Terjadinya kelas-kelas di masyarakat karena adanya sesuatu yang dihargai, seperti kekayaan,
kehormatan, dan kekuasaan. Kesemua itu menjadi dasar penempatan seseorang dalam kelas-
kelas sosial, yaitu kelas sosial atas, menengah, dan bawah. Seseorang yang memiliki kekayaan
dan kekuasaan yang besar menempati posisi atas, sedangkan orang yang tidak memiliki
kekayaan dan kekuasaan berada pada posisi bawah. Dari setiap kelas mengandung hak dan
kewajiban serta kepentingan yang berbeda-beda. Jika perbedaan ini tidak dapat terjembatani,
maka situasi kondisi tersebut mampu memicu munculnya konflik rasial.
d. Konflik Politik Antargolongan dalam Satu Masyarakat maupun antara Negara-Negara
yang Berdaulat
Dunia perpolitikan pun tidak lepas dari munculnya konflik sosial. Politik adalah cara bertindak
dalam menghadapi atau menangani suatu masalah. Konflik politik terjadi karena setiap golongan
di masyarakat melakukan politik yang berbeda-beda pada saat menghadapi suatu masalah yang
sama. Karena perbedaan inilah, maka peluang terjadinya konflik antargolongan terbuka lebar.
Contoh rencana undang-undang pornoaksi dan pornografi sedang diulas, masyarakat Indonesia
terbelah menjadi dua pemikiran, sehingga terjadi pertentangan antara kelompok masyarakat yang
setuju dengan kelompok yang tidak menyetujuinya.
e. Konflik Bersifat Internasional
Konflik internasional biasanya terjadi karena perbedaanperbedaan kepentingan di mana
menyangkut kedaulatan negara yang saling berkonflik. Karena mencakup suatu negara, maka
akibat konflik ini dirasakan oleh seluruh rakyat dalam suatu negara. Apabila kita mau
merenungkan sejenak, pada umumnya konflik internasional selalu berlangsung dalam kurun
waktu yang lama dan pada akhirnya menimbulkan perang antarbangsa
C. Faktor penyebab timbulnya konflik sosial
Banyak orang berpendapat bahwa konflik terjadi karena adanya perebutan sesuatu yang
jumlahnya terbatas. Adapula yang berpendapat bahwa konflik muncul karena adanya
ketimpangan-ketimpangan dalam masyarakat, terutama antara kelas atas dan kelas bawah. Selain
itu juga karena adanya perbedaan-perbedaan kepentingan, kebutuhan, dan tujuan dari masing
masing anggota masyarakat. Sementara itu, Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebab
sebab terjadinya konflik antara lain sebagai berikut.
1. Perbedaan Antar perorangan
Perbedaan ini dapat berupa perbedaan perasaan, pendirian, atau pendapat. Hal ini mengingat
bahwa manusia adalah individu yang unik atau istimewa, karena tidak pernah ada kesamaan
yang baku antara yang satu dengan yang lain.
Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya konflik sosial,
sebab dalam menjalani sebuah pola interaksi sosial, tidak mungkin seseorang akan selalu sejalan
dengan individu yang lain. Misalnya dalam suatu diskusi kelas, kamu bersama kelompokmu
kebetulan sebagai penyaji makalah. Pada satu kesempatan, ada temanmu yang mencoba untuk
mengacaukan jalannya diskusi dengan menanyakan hal-hal yang sebetulnya tidak perlu dibahas
dalam diskusi tersebut. Kamu yang bertindak selaku moderator melakukan interupsi dan
mencoba meluruskan pertanyaan untuk kembali ke permasalahan pokok. Namun temanmu (si
penanya) tadi menganggap kelompokmu payah dan tidak siap untuk menjawab pertanyaan.
Perbedaan pandangan dan pendirian tersebut akan menimbulkan perasaan amarah dan benci
yang apabila tidak ada kontrol terhadap emosional kelompok akan terjadi konflik.
2. Perbedaan Kebudayaan
Perbedaan kebudayaan mempengaruhi pola pemikiran dan tingkah laku perseorangan dalam
kelompok kebudayaan yang bersangkutan. Selain perbedaan dalam tataran individual,
kebudayaan dalam masing-masing kelompok juga tidak sama. Setiap individu dibesarkan dalam
lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam lingkungan kelompok masyarakat yang
samapun tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan kebudayaan, karena kebudayaan
lingkungan keluarga yang membesarkannya tidak sama. Yang jelas, dalam tataran kebudayaan
ini akan terjadi perbedaan nilai dan norma yang ada dalam lingkungan masyarakat. Ukuran yang
dipakai oleh satu kelompok atau masyarakat tidak akan sama dengan yang dipakai oleh
kelompok atau masyarakat lain. Apabila tidak terdapat rasa saling pengertian dan menghormati
perbedaan tersebut, tidak menutup kemungkinan faktor ini akan menimbulkan terjadinya konflik
sosial. Contohnya seseorang yang dibesarkan pada lingkungan kebudayaan yang bersifat
individualis dihadapkan pada pergaulan kelompok yang bersifat sosial. Dia akan mengalami
kesulitan apabila suatu saat ia ditunjuk selaku pembuat kebijakan kelompok. Ada kecenderungan
dia akan melakukan pemaksaan kehendak sehingga kebijakan yang diambil hanya
menguntungkan satu pihak saja. Kebijakan semacam ini akan di tentang oleh kelompok besar
dan yang pasti kebijakan tersebut tidak akan diterima sebagai kesepakatan bersama. Padahal
dalam kelompok harus mengedepankan kepentingan bersama. Di sinilah letak timbulnya
pertentangan yang disebabkan perbedaan kebudayaan.
Contoh lainnya adalah seseorang yang berasal dari etnis A yang memiliki kebudayaan A, pindah
ke wilayah B dengan kebudayaan B. Jika orang tersebut tetap membawa kebudayaan asal dengan
konservatif, tentu saja ia tidak akan diterima dengan baik di wilayah barunya. Dengan kata lain
meskipun orang tersebut memiliki pengaruh yang kuat, alangkah lebih baik jika tetap melakukan
penyesuaian terhadap kebudayaan tempat tinggalnya yang baru.
3.Bentrokan Kepentingan
Bentrokan kepentingan dapat terjadi di bidang ekonomi, politik, dan sebagainya. Hal ini karena
setiap individu memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda dalam melihat atau
mengerjakan sesuatu. Demikian pula halnya dengan suatu kelompok tentu juga akan memiliki
kebutuhan dan kepentingan yang tidak sama dengan kelompok lain. Misalnya kebijakan
mengirimkan pemenang Putri Indonesia untuk mengikuti kontes ‘Ratu Sejagat’ atau ‘Miss
Universe’. Dalam hal ini pemerintah menyetujui pengiriman tersebut, karena dipandang sebagai
kepentingan untuk promosi kepariwisataan dan kebudayaan. Di sisi lain kaum agamis menolak
pengiriman itu karena dipandang bertentangan dengan norma atau adat ketimuran (bangsa
Indonesia). Bangsa Indonesia yang selama ini dianggap sebagai suatu bangsa yang menjunjung
tinggi budaya timur yang santun, justru merelakan wakilnya untuk mengikuti kontes yang
ternyata di dalamnya ada salah satu persyaratan yang mengharuskan untuk berfoto menggunakan
swim suit (pakaian untuk berenang).
4. Perubahan Sosial yang Terlalu Cepat di dalam Masyarakat
Perubahan tersebut dapat menyebabkan terjadinya disorganisasi dan perbedaan pendirian
mengenai reorganisasi dari sistem nilai yang baru. Perubahan-perubahan yang terjadi secara
cepat dan mendadak akan membuat keguncangan proses-prosessosial di dalam masyarakat,
bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap
mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada. Sebenarnya perubahan adalah
sesuatu yang wajar terjadi, namun jika terjadinya secara cepat akan menyebabkan gejolak sosial,
karena adanya ketidaksiapan dan keterkejutan masyarakat, yang pada akhirnya akan
menyebabkan terjadinya konflik sosial.
Contohnya kenaikan BBM, termasuk perubahan yang begitu cepat. Masyarakat banyak yang
kurang siap dan kemudian menimbulkan aksi penolakan terhadap perubahan tersebut.
D. Penanggulangan dan penanganan konflik sosial
Pendekatan penanggulangan dan penanganan konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua
dimensi ialah kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua
macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :
1. Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang
lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.
2. Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan
keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya
sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
3. Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai.
Satu pihak memberi dan yang lkain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat,
tidak lengkap, tetapi memuaskan.
4. Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah
pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari
kedua pihak.
5. Penghindaran
Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan
kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.
Sedangkan dalam wikipedia dijelaskan Cara-cara Pemecahan konflik seperti :
1. Gencatan senjata, yaitu penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu, guna melakukan
suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya : untuk melakukan perawatan bagi
yang luka-luka, mengubur yang tewas, atau mengadakan perundingan perdamaian, merayakan
hari suci keagamaan, dan lain-lain.
2. Abitrasi, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga yang memberikan
keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak. Kejadian seperti ini terlihat setiap
hari dan berulangkali di mana saja dalam masyarakat, bersifat spontan dan informal. Jika pihak
ketiga tidak bisa dipilih maka pemerintah biasanya menunjuk pengadilan.
3. Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan yang
mengikat. Contoh : PBB membantu menyelesaikan perselisihan antara Indonesia dengan
Belanda.
4. Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih sehingga
tercapai persetujuan bersama. Misalnya panitia tetap penyelesaikan perburuhan yang dibentuk
Departemen Tenaga Kerja. Bertugas menyelesaikan persoalan upah, jam kerja, kesejahteraan
buruh, hari-hari libur, dan lain-lain.
5. Stalemate, yaitu keadaan ketika kedua belah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang
seimbang, lalu berhenti pada suatu titik tidak saling menyerang. Keadaan ini terjadi karena kedua
belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur. Sebagai contoh : adu senjata antara
Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa Perang dingin.
6. Adjudication (ajudikasi), yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.
Adapun cara-cara yang lain untuk memecahkan konflik adalah :
1. Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik, yang
diungkapkan dengan ucapan antara lain : kami mengalah, kami keluar, dan sebagainya.
2. Subjugation atau domination, yaitu orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar untuk
dapat memaksa orang atau pihak lain menaatinya. Sudah barang tentu cara ini bukan suatu cara
pemecahan yang memuaskan bagi pihak-pihak yang terlibat.
3. Majority rule, yaitu suara terbanyak yang ditentukan melalui voting untuk mengambil keputusan
tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4. Minority consent, yaitu kemenangan kelompok mayoritas yang diterima dengan senang hati oleh
kelompok minoritas. Kelompok minoritas sama sekali tidak merasa dikalahkan dan sepakat
untuk melakukan kerja sama dengan kelompok mayoritas.
5. Kompromi, yaitu jalan tengah yang dicapai oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik.
6. Integrasi, yaitu mendiskusikan, menelaah, dan mempertimbangkan kembali pendapat-pendapat
sampai diperoleh suatu keputusan yang memaksa semua pihak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konflik Sosial adalah Pertentangan antar anggota atau antar kelompok dalam masyarakat
yang sifatnya menyeluruh, yang di sebabkan oleh adanya beberapa
perbedaan.Diantaranya,Individu, Pola Budaya,Status Sosial,Kepentingan dan Terjadinya
perubahan sosial.
B. Saran
Agar supaya konflik tersebut tidak menimbulkan disintegrasi dalam masyarakat, maka
diperlukan upaya-upaya untuk mengatasinya.
Cara yang bisa ditempuh untuk mengatasi konflik tersebut adalah melalui :
a. Konsiliasi
b. Mediasi
c. Arbitrase
d. Paksaan dan
e. Detente
DAFTAR PUSTAKA
http://bathikmadrim.pun.bz/konflik-sosial.xhtml
http://www.psychologymania.com/2012/10/pengertian-konflik-sosial.html
http://www.siswapedia.com/faktor-faktor-penyebab-konflik-sosial/
http://kamus-oke.blogspot.com/2012/06/pengertian-konflik-sosial.html
http://blog.komputerbutut.com/campuran/menyelesaikan-permasalahan-konflik-sosial.php
Masri Dghokil
Beranda MAKALAH KONFLIK SOSIAL KEGIATAN MAHASISWA FIKES UMPAR
1.
May
25
Contoh Kuesioner Praktikum Surveilans Epidemiologi
STUDI PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT FLU BURUNG DI KELURAHAN BARANTI KECAMATAN BARANTI KEBUPATE
SIDRAP
Survei ini merupakan Tugas mata kuliah Praktikum Survailans Epidemiologi. Kami berharap Saudara dapat mengisinya dengan jujur dan segala isi dari kuesioner yang telah diisi ini bersifat rahasia. Terima kasih banyak atas kerja sama yang diberikan.
IDENTITAS RESPONDEN1 Nomor Responden
................................................................................ 2 Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan3 Umur responden (Thn)
4 Status perkawinan 1. Kawin 2. Belum kawin5 Pendidikan terakhir
1. Tidak sekolah 2.SD, 3. SMP/sederajat, 4. SMA/sederajat, 5. Diploma/S1/S2
PERTANYAAN PENGETAHUAN FLU BURUNG1 Apakah Flu Burung (H5N1) disebabkan oleh virus 1. Ya 2.
Tidak2 Apakah anda tahu gejala flu burung pada ayam
1.Ya 2. Tidak3 Apakah ayam terkena flu burung mengalami kematian yang
mendadak 1.Ya 2.Tidak
4 Apakah ayam yang terkena flu burung terjadi penurunan produksi telur 1.Ya 2. Tidak
5 Apakah anda tahu gejala flu burung pada manusia 1.Ya 2.Tidak
6 Apakah orang yang terkena flu burung menderita panas tinggi 1.Ya 2.Tidak
7 Apakah kotoran ayam itu dapat menularkan penyakit flu burung 1.Ya 2.Tidak
8 Apakah penyakit flu burung bisa menular dari unggas ke manusia 1.Ya 2.Tidak
9 Apakah menyentuh secara langsung ayam yang terkena flu burung bisa menyebabkan penularan penyakit flu burung 1.Ya 2. Tidak
10 Apakah peternak ayam berisiko terkena penyakit flu burung
1.Ya 2. Tidak11 Apakah orang yang bertempat tinggal di sekitar lokasi peternakan
ayam berisiko terkena flu burung 1. Ya 2. Tidak
12 Apakah ayam yang terkena penyakit flu burung harus dimusnahkan 1.Ya 2.Tidak
13 Apakah peternak ayam harus mencuci tangan dengan sabun sehabis bekerja 1.Ya 2.Tidak
14 Apakah peternak Harus menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja 1.Ya 2.Tidak
15 Apakah kotoran ayam harus dibersihkan setiap hari 1. Ya 2. tidak
Diposkan 25th May 2013 oleh Masri Dghokil
0
Tambahkan komentar
2.
May
25
PEDOMAN SURVEILANS FLU BURUNG
PEDOMAN SURVEILANS PENYAKIT FLU BURUNG
NAMA : MASRI
NIM : 210 240 133
KELAS : VI EPIDEMIOLOGI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
TAHUN 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
DAFTAR IS ................................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelaksanaan Surveilans di tingkat Desa ........................................................ 3
B. Konsep Penyakit Flu Burung ........................................................................ 4
C. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Flu Burung ............................. 6
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI
A. Keadaan Geografi ........................................................................................ 13
B. Keadaan Penduduk ....................................................................................... 13
BAB IV METODE SURVEI EPIDEMIOLOGI
A. Jenis Survei ....................................................................................................
14
B. Waktu dan Tempat Survei ...........................................................................
15
C. Instrumen Survei ..........................................................................................
15
D. Pengumpulan Data ........................................................................................
15
E. Penyajian Data ...............................................................................................
16
BAB V HASIL SURVEI DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Survei ....................................................................................................
17
B. Pembahasan .................................................................................................
29
BAB V HASIL SURVEI DAN PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ...................................................................................................
31
B. Saran ............................................................................................................
31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Di Kel. Baranti Kec.
Baranti Kab. Sidrap Tahun
2012 .....................................................................................
Tabel I.2 Distribusi Responden Menurut umur Di Kel. Baranti Kec. Baranti Kab.
Sidrap Tahun
2012 .............................................................................................
Tabel I.3 Distribusi Responden Menurut Status Perkawinan Di Kel. Baranti Kec.
Baranti Kab. Sidrap Tahun
2012 .......................................................................
Tabel I.4 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir Di Kel. Baranti Kec.
Baranti Kab. Sidrap Tahun
2012 .......................................................................
Tabel II.1 Distribusi Responden Menurut Flu Burung Penyebab Virus Di Kel.
Baranti Kec. Baranti Kab. Sidrap Tahun
2012 ...............................................................
Tabel II.2 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan gejala Flu Burung Di Kel.
Baranti Kec. Baranti Kab. Sidrap Tahun
2012 ..................................................
Tabel II.3 Distribusi Responden Menurut Kematian Mendadak Pada Ayam Di
Kel. Baranti Kec. Baranti Kab. Sidrap Tahun
2012 ..................................................
Tabel II.4 Distribusi Responden Menurut Penurunan Produksi Telur Pada Ayam Di
Kel. Baranti Kec. Baranti Kab. Sidrap Tahun
2012 .....................................................
Tabel II.5 Distribusi Responden Menurut gejala Flu Burung Pada Manusia Di
Kel.Baranti Kec. Baranti Kab. Sidrap Tahun
2012 ...........................................
Tabel II.6 Distribusi Responden Menurut Panas Tinggi menderita Flu Burung Di
Kel. Baranti Kec. Baranti Kab. Sidrap Tahun
2012 ..................................................
Tabel II.7 Distribusi Responden Menurut Kotoran Ayam Penyebab Penularan Di
Kel. Baranti Kec. Baranti Kab. Sidrap Tahun
2012 ..................................................
Tabel II.8 Distribusi Responden Responden Menurut Penularan dari unggas ke
manusia Di Kel. Baranti Kec. Baranti Kab. Sidrap Tahun
2012 .....................................
v
Tabel II.9 Distribusi Responden Menurut penularan menyentuh secara langsung Di
Kel. Baranti Kec. Baranti Kab. Sidrap Tahun
2012 ....................................................
Tabel II.10 Distribusi Responden Responden Menurut Peternak Ayam Berisiko
Di Kel. Baranti Kec. Baranti Kabupaten Sidrap Tahun
2012 .............................
Tabel II.11 Distribusi Responden Menurut Tempat Tinggal beresiko Di Kel. Baranti
Kec. Baranti Kab. Sidrap Tahun
2012 .........................................................................
Tabel II.12 Distribusi Responden Menurut pemusnahan ayam Di Kel. Baranti Kec.
Baranti Kab. Sidrap Tahun
2012 .........................................................................
Tabel II.13 Distribusi Responden Menurut keharusan mencuci tangan Di Kel. Baranti
Kec. Baranti Kab. Sidrap Tahun
2012 ................................................................
Tabel II.14 Distribusi Responden Responden Menurut Keharusan menggunakan
APD Di Kel. Baranti Kec. Baranti Kab. Sidrap Tahun
2012 .......................................
Tabel II.15 Distribusi Responden Menurut pembersihan kotoran ayam setiap hari Di
Kel. Baranti Kec. Baranti Kab. Sidrap Tahun
2012 ....................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Departemen Kesehatan mandefinisikan flu burung sebagai suatu penyakit menular
yang disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang
manusia. Nama lain dari penyakit ini antara lain avian influenza. Penyakit flu burung di
Asia termasuk Indonesia sudah lama diidentifikasi yakni dari virus sub-type H5NI
(Burhanudin Sundu, 2007).
Kasus virus avian influenza atau flu burung, mewabah luas Kabupaten Sidrap,
Sulawesi Selatan. Sedikitnya 10.000 ayam mati mendadak. Bahkan, wabah tersebut
sudah meluas di sebagian besar wilayah sentra peternakan yang ada di Kabupaten Sidrap.
Kecamatan yang terserang adalah Pancarijang, Tanete, Pannanti, Bulo, Paritengngae,
Batang Pulu, dan Panca Laudong. Selain pertambahan area, jumlah ternak ayam yang
mati juga bertambah.
di Propinsi Sulawesi Selatan mengalami kerugian sebagai dampak dari wabah flu
burung. Walaupun kasus flu burung pada manusia di Kabupaten Sidrap belum ditemukan
namun kematian unggas paling banyak terjadi di 10 kecamatan di Kabupaten Sidrap,
karena di kabupaten ini populasi unggas komersial baik ayam petelur dan pedaging
terbesar di Sulawesi Selatan. Kasus flu burung di Sulawesi Selatan pertama kali
dilaporkan terjadi sejak awal bulan Maret 2005 pada 6 kabupaten/kota yaitu Kabupaten
Wajo, Sidrap, Soppeng, Pinrang, Maros dan Pare-Pare dan sampai akhir 2005, 15 dari 23
kabupaten/kota dinyatakan tertular. Tahun 2006 bertambah menjadi 17 kabupaten/kota
tertular, tahun 2007 menjadi 20 kabupaten/kota tertular. Sampai dengan Nopember 2008
semua kabupaten/kota di Sulawesi Selatan dinyatakan sudah tertular flu burung.
Berdasarkan data Dinas Peternakan Propinsi Sulawesi Selatan, populasi unggas
yang terkena wabah flu burung selama tahun 2005 sebanyak 749.334 ekor, sedangkan
kematian terjadi lebih dari 50% nya yaitu sebanyak 429.417 ekor (CFR = 57,31%).
Selama tahun 2006 tidak terdapat kasus flu burung, sedangkan tahun 2007 terdapat
kematian sebanyak 29.220 ekor dan tahun 2008 kematian sebanyak 2.447 ekor.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat khususnya masyarakat di kelurahan
Baranti kabupaten Sidrap tentang penyakit flu burung ?
C. Tujuan
Tujuan umum :
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat khususnya masyarakat di kelurahan
Baranti kabupaten sidrap.
Tujuan Khusus :
Secara khusus bertujuan untuk mengetahui pemahaman masyarakat
tentang Flu Burung.
Mengetahui kesadaran masyarakat dalam mewaspadai gejala, sifat dan
penyebarannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelaksanaan Surveilans di Tingkat Desa
Surveilans penyakit di tingkat desa dilaksanakan oleh kelompok kerja surveilans
tingkat desa, dengan melakukan kegiatan pengamatan dan pemantauan situasi
penyakit/kesehatan masyarakat desa dan kemungkinan ancaman terjadinya KLB secara
terus menerus. Pemantauan tidak hanya sebatas penyakit tetapi juga dilakukan terhadap
faktor risiko munculnya suatu penyakit. Pengamatan dan pemantauan suatu penyakit di
suatu desa mungkin berbeda jenisnya dengan pemantauan dan pengamatan di desa lain.
Hal ini sangat tergantung dari kondisi penyakit yang sering terjadi dan menjadi ancaman
di masing-masing desa. Hasil pengamatan dan pemantauan dilaporkan secara berkala
sesuai kesepakatan (per minggu/ per bulan/ bahkan setiap saat) ke petugas kesehatan di
Poskesdes. Informasi yang disampaikan berupa informasi :
1. Nama Penderita
2. Alamat tinggal
3. Umur
4. Jenis Kelamin
5. Tanda dan gejala tanda kesakitan yang di dapatkan pada penderita
6. Kondisi lingkungan tempat tinggal penderita,dll. atau informasi tentang faktor-
faktor risiko suatu penyakit (dapat dilihat pada lampiran). Apabila ditemukan
faktor risiko/kondisi kesehatan lingkungan yang buruk, maka perlu dilakukan
tindakan perbaikan oleh masyarakat dan apabila ditemukan kondisi diluar dari
biasanya, misalnya ditemukan jumlah kasus “penderita” meningkat atau
ditemukan kondisi lingkungan sumber air yang memburuk, cakupan imunisasi
yang kurang, maka diharapkan masyarakat melapor kepada petugas untuk
bersama-sama mengatasi masalah tersebut.
Atau memberikan laporan informasi tentang faktor-faktor risiko suatu penyakit, seperti
terlihat pada matriks berikut:
SURVEILANS JENIS FAKTOR RESIKO
Flu Burung
Masyarakat melihat munculnya kasus
diare, muntah-muntah ataupun pingsan
dari beberapa orang sehabis menyantap
makanan secara bersama-sama.
Terdapat kematian unggas secara
mendadak dalam jumlah banyak.
Ditemukan warga yang menderita
demam panas ≥ 38 °C disertai dengan
satu atau lebih gejala berikut : batuk,
sakit tenggorokan, pilek dan sesak
nafas/ nafas pendek yg sebelumnya
pernah kontak dengan unggas yang mati
mendadak.
B. Konsep Penyakit Flu Burung
Penularan virus flu burung ke manusia sampai terjadi kejadian sakit dapat melalui
fakot-faktor berikut :
a. Binatang: kontak langsung dengan unggas yang sakit atau produk unggas yang sakit
b. Lingkungan: udara atau peralatan yang tercemar virus tersebut baik yang berasal dari
tinja atau sekret unggas yang terserang virus flu burung (AI)
c. Manusia: sangat terbatas dan tidak efisien (ditemukannya beberapa kasus dalam
kelompok / cluster)
d. Konsumsi produk unggas yang tidak dimasak dengan sempurna mempunyai potensi
penularan virus flu burung.
Sifat virus avian influenza sebagaimana virus lainnya memerlukan bahan organik
untuk tetap hidup. Didalam tubuh unggas dan babi virus avian influenza dapat
berkembang biak atau bereplikasi menjadi sangat banyak Virus avian influenza juga
bersifat labil atau mudah mengalami mutasi dari potogen ringan ke yang ganas atau
sebaliknya.
Virus avian influenza merupakan virus yang lemah dan tidak tahan panas dan zat
desinfektan (pencuci hama). Dalam daging ayam , virus ini mati pada suhu 80˚C selam
satu menit atau 70˚C selama 30 menit. Pada telur ayam, virus avian influenza mati pada
suhu 64˚C selama 4,5 menit. Namun pada kotoran ayam virus avian influenza ini mampu
bertahan selama 35 hari pada suhu 4˚C. Sedangkan dalam air, virus tersebut dapat tahan
hidup selama 4 hari dalam suhu 22˚C dan 30 hari dalam suhu 0˚C. Di kandang ayam
virus bertahan selama 2 minggu setelah depopulasi ayam, namun virus ini dapat mati
dengan desinfektan
Masa inkubasi dari virus flu burung rata-rata 3 (1 – 7 hari). Masa penularan pada
manusia adalah 1 hari sebelum dan 3 – 5 hari setelah gejala timbul, sedangkan penularan
pada anak dapat mencapai 21 hari. Gejala yang ditimbulkan sama seperti flu biasa,
ditandai dengan demam mendadak (suhu 38°C), batuk, pilek, sakit tenggorokan, sesak,
sakit kepala, malaise, muntah, diare dan nyeri otot. Penegakan diagnosa dari penyakit flu
burung terdiri dari:
1. Riwayat penyakit, yaitu keluhan yang dirasakan (digunakan untuk mengetahui klasifikasi
kasus) dan faktor resiko yang dimiliku oleh penderita,
2. Pemeriksaan fisik,
3. Pemeriksaan laboratorium,
Prosedur pengambilan sampel terdiri dari bilas hidung, usap nasofaring,
usap orofaring dan sampel dari urin.
Sampel tersebut akan diuji untuk tes cepat untuk antigen influenza pada
manusia tipe A maupun tipe B dan tes RT-PCR kualitatif untuk influenza
manusia tipe A maupun tipe B.
4. Rontgen,
5. Kondisi pasien cenderung cepat memburuk, dengan komplikasi gagal ginjal, kolaps
kardiovaskular, ventilator associated pneumonia, sepsis (tanpa bakteriemia) dan
kegagalan pernapasan (Respiratory Failure)
Prinsip umum terapi yang dilakukan pada penyakit flu burung terdiri dari,
Terapi harus termasuk pengobatan terhadap pnemonia (penyakit radang paru-paru) yang
didapat di masyarakat yang belum jelas penyebabnya,
Cara penobatan sesuai dengan beratnya keadaan pasien,
Gunakan antibiotika untuk pengobatan infeksi sekunder,
Jangan gunakan aspirin atau derivatnya
C. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Flu Burung
Dalam upaya melaksanakan pencegahan dan penanggulangan flu burung,
Pemerintah RI mempunyai Rencana Strategis Nasional Penanggulangan Avian Influenza.
Strategi untuk penanggulangan Flu burung, yaitu:
1. Pengendalian penyakit avian influenza pada hewan,
2. Penatalaksanaan kasus pada manusia dan pencegahan infeksi baru pada
unggas,
3. Perlindungan pada kelompok resiko tinggi,
4. Surveilans epidmiologi,
5. Restrukturisasi sistem industri perunggasan,
6. Komunikasi, resiko, informasi dan peningkatan kesadaran masyarakat,
7. Memperkuat peraturan perundang-undangan,
8. Peningkatan Kapasitas
9. Penelitian kaji tindak,
10. Monitoring dan evaluasi.
I. Pada Unggas
Virus Avian Influenza dapat menimbulkan gejala penyakit pernafasan pada
unggas,dari yang kurang ganas sampai yang bersifat sangat ganas.
Masa inkubasi penyakit ini adalah 3hari pada unggas luar kandang,sedangkan untuk
unggas didalam kandang mencapai 14-21 hari.
Unggas merupakan sumber penularan virus avian influenza. Kebanyakan virus ini
diisolasi dari itik, meskipun kebanyakan dapat juga terinfeksi termasuk burung liar dan
unggas air.Kerugian akibat kematian unggas karena Flu Burung ialah penurunan harga
produk unggas,tertutupnya peluang ekspor, peningkatan biaya penanggulangan penyakit.
1. Sifat Virus
Didalam tubuh unggas virus avian influenza dapat berkembang biak menjadi sangat
banyak.Virus avian influenza juga bersifat labil. Virus avian influenza juga dapat
beradaptasi dengan obat maupun vaksin.Virus avian influenza merupakan virus yang
lemah yang tidak tahan panas dan zat desinfektan/pensuci hama.Dari sifat virus ini jelas
dapat dilakukan upaya pencegahan penularan virus antar unggas maupun terhadap
manusia.
2. Gejala
Avian influenza memiliki gejala yang bervariasi. Pada umumnya gejala yang ditimbulkan
oleh infeksi virus avian influenza akan menunjukan gejala klinis,sebagai berilkut :
Jengger, pial, kulit perut yang tidak dirumbuhi bulu, berwarna biru keunguan
Kadang–kadang ada cairan dari mata dan hidung.
Pembengkakan di daerah bagian muka dan kepala.
Pendarahan dibawah kulit.
Pendarahan titik pada daerah dada, kaki, dan telapak kaki.
Batuk,bersin dan ngorok.
Unggas mengalami diare dan kematian tinggi
3.Cara Penularan
Penyakit influenza fli burung dapat di tularkan dari unggas ke unggas atau dari
perternakan lainya dengan cara:
Kontak langsung dari unggas terinfeksi dengan hewan yang peka.
Kontak tidak langsung
Penularan dengan kontak tidak lansung melalui :
o Percikan air atau lendir yang berasl dari hidung dan mata
o Paparan muntahan
o Lubang anus (tinjal)unggas yang sakit
o Penularan lewat udara akibat konsentasi virus yang tinggi terdapat dalam
saluran pernafasan
o Melalui sepatu dan pakaian perternak yang terkontaminasi
o Melalui pakaian, air dan peralatan yang terkontaminasi virus
o Melalui perantara angin yang memiliki peran penting dalam penularan
penyakit dalam satu kandang tetapi memiliki peran terbatas dalam
penyebaran antar kandang.
4. Cara Pencegahan
Dalam menanggulangi avian influenza dilakukan 3 pola yakni; Pencegahan berupa
upaya yang dilakukan untuk menghindari terjadinya avian influenza; Pengendalian
merupakan upaya untuk mengendalikan jika terjadi kasus avian influenza. Pelaksanaan
pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit dilakukan dengan melaksanakan
9 langkah penanggulangan avian influenza hewan yang terdiri atas:
1. Peningkatan keamanan dari penularan
2. Vaksinasi lengkap, 3 kali dalam setahun
3. Pemusnahan terbatas di daerah tertular
4. Pengendalian lalu lintas unggas, produk unggas, dan limbah peternakan unggas
5. Surveilans dan penelusuran
6. Pengisian kandang kembali
7. Pemusnahan menyeluruh di daerah tertular
8. Peningkatan kesadaran masyarakat
9. Monitoring dan evaluasi
Pemusnahan unggas selektif di peternakan tertular dilakukan dengan:
a. Membunuh dengan menyemblih semua unggas hidup yang sakit dan unggas sehat yang
sekandang dan memusanhkan dengan pembakaran.
b. Pembakaran
Membakar dan menguburkan unggas mati
Lubang tempat penguburan harus berlokasi di dalam areal peternakan tertulardan
berjarak minimal 20 meter dari kandang.
Apabila lubang tempat penguburan trletak diluar areal peternakan tertular maka harus
jauh dari pemukiman penduduk.
II. Pada Manusia
Berbagai upaya perlu dilakukan dalam penanggulangan, meningat penyakit flu
burung berpotensi menimbulkan wabah. Selama masih terdapat kasus avian influenza
pada unggas atau belum tuntasnya penanggulangan pada unggas,terjadinya kasus baru
avian influenza pada manusia masih dimungkinkan.
Dalam upaya melaksankan pencegahan dan penanggulangan KLB flu Burung
Departemen Kesehatan RI mempunyai 7 langkah strategis Nasional yaitu ;
Pengendalian KLB pada unggas dan pencegahan infeksi baru pada unggas,
Perlindungan pada kelompok resiko tinggi,
Surveilans Epidemologi
KIE atau komunikasi resiko
Penatalaksanaan kasus dan pengendalian infeksi pada sarana pelayanan kesehatan,
peningkatan studi/Penelitian dan pengembangan.
Pernyataan KLB Nasional Flu Burung
1. Gejala Klinis
Gejala klinis flu burung /avian influenza pada manusia, umumnya seperti gejala influenza
biasa yaitu demam(panas), sakit tenggorokan, batuk,pilek, nyeri otot, sakit kepala, lemas,
kadang-kadang disertai gejala diare.
2. Cara Penularan
Cara Penularan virus flu burung dari unggas ke manusia melalui car kontak langsung
dengan unggas yang sakit, mati,tinja, cairan unggas yang terserang flu burung. Cara
penularan virus flu burung dari unggas ke manusia ke manusia dapat pula melaui kontak
tak langsung melalui lingkungan yang tercemarvirus.
Dari hasil penyelidikan epidemologi terhadap 84 kasus positif Flu burung di Indonesia di
temukan faktor resiko penularan.
3. Pemeriksaan dan pengobatan
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menilai keadaan kesehatan penderita dan juga
untuk mendeteksi bakteri/virus apa yang menyerang penderita tersebut. Pemeriksaan
laboratorim untuk menilai jumlah sel darah putih (leukosit), limfosit,fungsi hati, fungsi
ginjal dan yang penting juga analisis gas darah arteri.
4. Pencegahan dan Kewaspadaan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, secara umu prinsip-prinsip kerja yang
higienis.Khusus pada peternakan dan pemotongan hewan terdapat beberapa anjuran
WHO yang dapat dilakukan :
Semua orang yang kontak dengan binatang terinfeksi harus sering-sering mencuci tangan
dengan sabun
Mereka yang memegang, membunuh dan membawa atau memindahkan unggas yang sakit
dan atau mati karena flu burung harus melengkapi diri dengan baju pelindung.
Ruangan kandang perlu selalu dibersihkan dengan prosedur yang baku dan memerhatikan
faktor keamanan petugas.
Pekerja peternakan pemotongan unggas, dan keluarganya perlu diberi tahu untuk
melaporkan ke petugas kesehatan.
Dianjurkan juga agar petugas yang dicurigai mempunyai potensi tertular harus dalam
pengawasan petugas.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Dengan mencuci tangan secara baik dan benar anak akan
terhindar dari ancaman tertular kuman, bakteri, atau virus flu burung. Juga perlu
dilakukan kebersihan lingkungan disekitar kita.
Cara Mencuci tangan yang Benar
Berikut ini adalah cara–cara sederhana mencuci tangan yang benar.
Cuculah tangan anda dengan air mengalir
Gunakan sabun dan kemudian gosok tangan denan sabun sampai berbusa.
Bilaslah tangan, kemudian keringkan dengan baik mengunakan handuk.
Kebersihan Lingkungan
Kebersihan lingkungan merupakan penangan risiko terbaik dalam pencegahan terhadap
penularan penyakit. Untuk mencegah tertular oleh virus flu burung perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
Bersihkan kandang secara rutin
Buanglah kotoran unggas dengan cara dikubur dan ditimbun Bersihkan
makanan unggas yang tercecer dilantai
Alirkan limbah cair yang berasal dari hasil pembersihan kandang ke
saluran pembuangan kotoran
Jauhkan kandang-kandang unggas dari tempat tinggal
Apabila ada unggas yang mati gunakan sarung tangan atau kantong
plastik dipakai pada kedua tangan.
Bagi pekerja pada peternakan unggas seharusnya:
1.menggunakan pakaian pelindung diri
2.Cuci tangan dengan desifektans atau sabun
3.Jangan merokok dan makan di dalam areal kandang
4.Apabila akan menggunakan pupuk kandang pada tanaman diharapkan
menggunakan sarung tangan.
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Keadaan Geografi
Kelurahan Baranti kecamatan Baranti kabupaten Sedenreng Rappang yang
letaknya berbatas dengan empat kelurahan. Adapun batas wilayah kelurahan Baranti
adalah sebagai berikut :
- Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Duampanua
- Sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Duampanua
- Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Benteng
- Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Passeno
Luas wilayah kelurahan Baranti tercatat 47.80 km secara administrasi
pemerintahan terbagi menjadi 1 kelurahan. Jumlah penduduk terdapat pada kelurahan
Baranti sebanyak 4.108 jiwa.
B. Keadaan Penduduk
Masalah utama kependudukan di Indonesia pada dasarnya meliputi tiga hal
pokok, yaitu : jumlah penduduk yang besar, komposisi penduduk yang kurang
menguntungkan dimana proporsi penduduk berusia muda masih relatif tinggi dan
persebaran penduduk yang kurang merata.
1. Pertumbuhan penduduk
Jumlah kelurahan yang ada di kelurahan Beranti sebanyak 1 kelurahan dengan
jumlah penduduk sebanyak 4.108 jiwa dan jumlah kepala keluarga sebanyak
1.648 KK.
BAB III
METODE SURVEI EPIDEMIOLOGI
A. Jenis Survei
Rancangan jenis survei yang digunakan dalam survei ini adalah penelitian yang
dirancang untuk memperoleh informasi tentang pengetahuan masyarakat terhadap
penyakit flu burung penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan
sesuatu. Penelitian ini juga sering disebut noneksperimen, karena pada penelitian ini
penelitian tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian.
a. Tahap Persiapan
1) Pembuatan kuesioner.
2) Penyebaran kuesioner.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pengambilan data sebagai berikut:
1) Peneliti memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari penelitian
kepihak masyarakat yang akan dijadikan sampel penelitian (responden).
2) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada kuesioner.
3) Melakukan pengamatan, hal yang diamati meliputi lingkungan masyarakat
4) Pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah pertanyaan.
B. Waktu dan tempat
1. Tempat Pelaksanaan
Berdasarkan hasil tempat penelitian yang ditentukan antara kabupaten Sidrap dan
kabupaten Pinrang, maka kami memilih tempat penelitian adalah di kabupaten Sidrap.
2. Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan setelah konsultasi tentang kuesioner pengetahuan masyarakat
terhadap penyakit flu burung kepada dosen mata kuliah pratikum surveilans .
Konsultasi kuesioner yaitu tanggal 1 juni 2012
Pembagian kuesioner yaitu tanggal 7 juni 2012
C. Instrumen Survei
Instrumen yang digunakan adalah :
Kuesioner
Kuesioner dalam penelitian ini digunakan sebagai alat pengumpulan data.
D. Pengumpulan data
Cara yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah secara langsung,
dimana dengan wawancara person dengan person, berhadapan langsung dengan sumber
informasi, untuk memperoleh data tersebut digunakan teknik pengumpulan data yang
digunakan sebagai berikut :
a. Wawancara
Metode wawancara yang digunakan adalah jenis wawancara bebas terstruktur
yang ditujukan pada bagian yang berhubungan dengan penelitian. Metode ini dilakukan
dengan mengadakan dialog dengan pihak masyarakat. Metode ini digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang gambaran pengetahuan masyarakat terhadap penyakit flu
burung.
b. Observasi
Observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu
objek dengan menggunakan seluruh alat indra.
c. Kuesioner
Pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah pertanyaan.
E. Penyajian data
Data hasil penelitian yang telah diperoleh diolah secara manual, selanjutnya
dianalisis sesuai dengan distribusi frekuensi masing-masing variable dan kemudian
disajikan dalam bentuk table dan narasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Survei
Berdasarkan hasil survei dari kelompok 1 di kelurahan Baranti kecamatan
Baranti kabupaten Sidrap dengan mengambil sampel 50 orang, Hasil survei observasi
lapangan selama 1 hari dengan perincian sebagai berikut :
1. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 50 responden.
2. Adapun pendataan yang diperoleh yaitu bagaimana tingkat pengetahuan
masyarakat terhadap penyakit flu burung.
1. Identitas Responden
Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Di
Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap
Jenis
Kelamin F %
laki-laki 27 54
perempuan 23 46
Jumlah 50 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 1 dari hasil survei kelompok 1 distribusi responden menurut
jenis kelamin yang dimintai keterangan tentang pengetahuan penyakit flu burung di
kelurahan Baranti kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi
yang menyatakan nilai maksimun terdapat pada jenis kelamin laki-laki adalah 27
orang dengan persentase 54% adapun jumlah frekuensi yang menyatakan nilai
minimun adalah jenis kelamin perempuan adalah 23 orang dengan persentase 46%.
Tabel 2. Distribusi Responden Menurut umur Di
Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap
umur F %
<10-19 1 2
20-29 7 14
30-39 15 30
>40 27 54
Jumlah 50 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 2 dari hasil survei kelompok 1 distribusi responden menurut
umur yang dimintai keterangan tentang pengetahuan penyakit flu burung di kelurahan
Baranti kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi yang
menyatakan nilai maksimun terdapat pada umur >40 tahun adalah 27 orang dengan
persentase 54% adapun jumlah frekuensi yang menyatakan nilai minimun terdapat pada
umur <10-19 tahun adalah 1 orang dengan persentase 2%.
Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Status Perkawinan Di
Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap
status
perkawinan F %
Kawin 39 78
belum kawin 11 22
Jumlah 50 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 3 dari hasil survei kelompok 1 distribusi responden menurut
status perkawinan yang dimintai keterangan tentang pengetahuan penyakit flu burung di
kelurahan Baranti kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi
yang menyatakan nilai maksimun terdapat pada status kawin adalah 39 orang dengan
persentase 78% adapun jumlah frekuensi yang menyatakan nilai minimun adalah 11
orang dengan persentase 22%.
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir Di
Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap
Pendidikan F %
tidak sekolah 10 20
SD 9 18
SMP 9 18
SMA 17 34
Diploma/S1/
S2 5 10
Jumlah 50 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4 dari hasil survei kelompok 1 distribusi responden menurut
pendidikan terakhir yang dimintai keterangan tentang pengetahuan penyakit flu burung di
kelurahan Baranti kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Di dapatkan jumlah frekuensi
yang menyatakan bahwa nilai maksimun terdapat pada tingkat SMA adalah 17 orang
dengan persentase 34%. Adapun nilai minimun terdapat pada tingkat Diploma/S1/S2
adalah 5 orang dengan persentase 10%.
2. Pengetahuan Flu Burung
Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Flu Burung Penyebab Virus Di
Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap
Pengetahuan
Responden F %
Ya 46 92
Tidak 4 8
Jumlah 50 100
Berdasarkan tabel 1 dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan
responden menurut flu burung disebabkan oleh virus di kelurahan Barati kecamatan
Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi yang menjawab Ya sebanyak 46
orang dengan persentase 92% adapun jumlah frekuensi yang menjawab Tidak adalah 4
orang dengan persentase 8% ini menyatakan bahwa frekuensi kelompok yang menjawab
Ya yang paling banyak mengetahui bahwa flu burung disebabkan oleh virus.
Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan gejala Flu Burung Di
Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap
Pengetahuan
Responden F %
Ya 41 82
Tidak 9 18
Jumlah 50 100
Berdasarkan tabel 2. dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan
responden menurut tahu gejala flu burung pada ayam di kelurahan Barati kecamatan
Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi yang menjawab Ya sebanyak 41
orang dengan persentase 82% adapun jumlah frekuensi yang menjawab Tidak adalah 9
orang dengan persentase 18% ini menyatakan bahwa frekuensi kelompok yang menjawab
Ya yang paling banyak mengetahui gejala flu burung pada ayam.
Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Kematian Mendadak Pada Ayam Di
Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap
Pengetahuan
Responden F %
Ya 47 94
Tidak 3 6
Jumlah 50 100
Berdasarkan tabel 3 dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan
responden menurut tahu ayam yang terkena flu burung mengalami kematian mendadak di
kelurahan Barati kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi
yang menjawab Ya sebanyak 47 orang dengan persentase 94% adapun jumlah frekuensi
yang menjawab Tidak adalah 3 orang dengan persentase 6% ini menyatakan bahwa
frekuensi kelompok yang menjawab Ya yang paling banyak mengetahui bahwa ayam
yang terkena flu burung mengalami kematian mendadak.
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Penurunan Produksi Telur Pada Ayam Di
Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap
Pengetahuan
Respnden F %
Ya 39 78
Tidak 11 22
Jumlah 50 100
Berdasarkan tabel 4. dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan
responden menurut tahu ayam yang terkena flu burung terjadi penurunan produksi telur
di kelurahan Barati kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi
yang menjawab Ya sebanyak 36 orang dengan persentase 78% adapun jumlah frekuensi
yang menjawab Tidak adalah 11 orang dengan persentase 22% ini menyatakan bahwa
frekuensi kelompok yang menjawab Ya yang paling banyak mengetahui bahwa ayam
yang terkena flu burung terjadi penurunan produksi telur.
Tabel 5. Distribusi Responden Menurut gejala Flu Burung Pada Manusia Di
Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap
Pengetahuan
Responden F %
Ya 21 42
Tidak 29 58
Jumlah 50 100
Berdasarkan tabel 5. dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan
responden menurut tahu gejala flu burung pada manusia di kelurahan Barati kecamatan
Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi yang menjawab Ya sebanyak 21
orang dengan persentase 42% adapun jumlah frekuensi yang menjawab Tidak adalah 29
orang dengan persentase 58% ini menyatakan bahwa frekuensi kelompok yang menjawab
Tidak yang paling banyak tidak mengetahui gejala flu burung pada manusia.
Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Panas Tinggi menderita Flu Burung Di
Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap
Pengetahuan
Responde F %
Ya 30 60
Tidak 20 40
Jumlah 50 100
Berdasarkan tabel 6. dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan
responden menurut tahu orang yang terkena flu burung menderita panas tinggi di
kelurahan Barati kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi
yang menjawab Ya sebanyak 30 orang dengan persentase 60% adapun jumlah frekuensi
yang menjawab Tidak adalah 20 orang dengan persentase 40% ini menyatakan bahwa
frekuensi kelompok yang menjawab Ya yang paling banyak mengetahui bahwa orang
yang terkena flu burung menderita panas tinggi.
Tabel 7 Distribusi Responden Menurut Kotoran Ayam Penyebab Penularan Di
Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap
Pengetahuan
Responden F %
Ya 14 28
Tidak 36 72
Jumlah 50 100
Berdasarkan tabel 7 dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan
responden menurut tahu kotoran ayam dapat menularkan penyakit flu burung di
kelurahan Barati kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi
yang menjawab Ya sebanyak 14 orang dengan persentase 28% adapun jumlah frekuensi
yang menjawab Tidak adalah 36 orang dengan persentase 72% ini menyatakan bahwa
frekuensi kelompok yang menjawab Tidak yang paling banyak tidak mengetahui bahwa
kotoran ayam dapat menularkan penyakit flu burung.
Tabel 8. Distribusi Responden Menurut Penularan dari unggas ke manusia Di
Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap
Pengetahuan
Responden F %
Ya 42 84
Tidak 8 16
Jumlah 50 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 8. dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan
responden menurut tahu penyakit flu burung penularan dari unggas ke manusia di
kelurahan Barati kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi
yang menjawab Ya sebanyak 42 orang dengan persentase 84% adapun jumlah frekuensi
yang menjawab Tidak adalah 8 orang dengan persentase 16% ini menyatakan bahwa
frekuensi kelompok yang menjawab Ya yang paling banyak mengetahui bahwa penyakit
flu burung dapat menular dari unggas kemanusia.
Tabel 9 Distribusi Responden Menurut penularan menyentuh secara langsung Di
Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap
Pengetahuan F %
Responden
Ya 34 68
Tidak 16 32
Jumlah 50 100
Berdasarkan tabel 9 dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan
responden menurut tahu penularan flu burung menyentuh unggas secara langsung di
kelurahan Barati kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi
yang menjawab Ya sebanyak 34 orang dengan persentase 68% adapun jumlah frekuensi
yang menjawab Tidak adalah 16 orang dengan persentase 32% ini menyatakan bahwa
frekuensi kelompok yang menjawab Ya yang paling banyak mengetahui bahwa
menyentuh secara langsung ayam yang terkena flu burung dapat menyebabkan penularan
penyakit flu burung.
Tabel 10 Distribusi Responden Menurut Peternak Ayam Berisiko
Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap
Pengetahuan
Responden F %
Ya 44 88
Tidak 6 12
Jumlah 50 100
Berdasarkan tabel 10 dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan
responden menurut tahu petenak ayam berisiko terkena penyakit flu burung di kelurahan
Barati kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi yang
menjawab Ya sebanyak 44 orang dengan persentase 88% adapun jumlah frekuensi yang
menjawab Tidak adalah 6 orang dengan persentase 12% ini menyatakan bahwa frekuensi
kelompok yang menjawab Ya yang paling banyak mengetahui bahwa peternak ayam
berisiko terkena penyakit flu burung.
Tabel 11. Distribusi Responden Menurut Tempat Tinggal beresiko
Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap
Pengetahua
n
Responden F %
Ya 17 34
Tidak 33 66
Jumlah 50 100
Berdasarkan tabel 11 dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan
responden menurut tahu tempat tinggal disekitar lokasi peternak beresiko terkena flu
burung di kelurahan Barati kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah
frekuensi yang menjawab Ya sebanyak 17 orang dengan persentase 34% adapun jumlah
frekuensi yang menjawab Tidak adalah 33 orang dengan persentase 66% ini menyatakan
bahwa frekuensi kelompok yang menjawab Tidak yang paling banyak tidak mengetahui
bahwa bertempat tinggal di sekitar lokasi peternakan ayam berisiko terkena flu burung.
Tabel 12. Distribusi Responden Menurut pemusnahan ayam Di
Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap
Pengetahuan
Responden F %
Ya 50 50
Tidak 0 0
Jumlah 50 50
Berdasarkan tabel 12 dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan
responden menurut tahu ayam yang terkena penyakit flu burung harus dimusnahkan di
kelurahan Barati kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi
yang menjawab Ya sebanyak 50 orang dengan persentase 50% ini menyatakan bahwa
semua responden mengetahui bahwa apabila ayam yang terkena penyakit flu burung
harus dimusnahkan
Tabel 13. Distribusi Responden Menurut keharusan mencuci tangan Di
Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap
Pengetahuan
Responden F %
Ya 50 50
Tidak 0 0
Jumlah 50 100
Berdasarkan tabel 13 dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan
responden menurut tahu peternak ayam harus mencuci tangan dengan sabun sehabis
bekerja di kelurahan Barati kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah
frekuensi yang menjawab Ya sebanyak 50 orang dengan persentase 50% ini menyatakan
bahwa semua responden mengetahui bahwa peternak ayam harus mencuci tangan dengan
sabun sehabis bekerja.
Tabel 14 Distribusi Responden Menurut Keharusan menggunakan APD
Di Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap
Pengetahuan
Responden F %
Ya 50 50
Tidak 0 0
Jumlah 50 100
Berdasarkan tabel 14 dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan
responden menurut tahu keharusan menggunakan APD pada saat bekerja di kelurahan
Barati kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi yang
menjawab Ya sebanyak 50 orang dengan persentase 50% ini menyatakan bahwa semua
responden mengetahui bahwa peternak ayam harus menggunakan alat pelindung diri pada
saat bekerja.
Tabel 15 Distribusi Responden Menurut pembersihan kotoran ayam setiap
hari Di Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap
Pengetahuan F %
Responden
Ya 32 64
Tidak 18 36
Jumlah 50 100
Berdasarkan tabel 15 dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan
responden menurut tahu kotoran ayam harus dibersihkan setiap hari di kelurahan Barati
kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi yang menjawab Ya
sebanyak 32 orang dengan persentase 64% adapun jumlah frekuensi yang menjawab
Tidak adalah 18 orang dengan persentase 36% ini menyatakan bahwa frekuensi
kelompok yang menjawab Ya yang paling banyak mengetahui bahwa kotoran ayam harus
dibersihkan setiap hari.
B. Pembahasan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari
beberapa penelitian mengatakan bahwa ternyata perilaku tidak terlepas dari
pengetahauan, sikap dan tindakan. Olehnya itu pengetahuan peternak dalam kaitannya
dengan penyebaran penyakit flu burung sangat penting untuk melihat sejauh mana
peternak dapat mengambil keputusan untuk menghindari dirinya dari kemungkinan
terjangkit suatu penyakit (Notoatmodjo, 1993).
Faktor kebersihan lingkungan kandang adalah salah satu bagian penting dan
merupakan aspek potensial yang mempengaruhi kemungkinan masuknya agen penyakit
ke dalam peternakan. Penyebaran virus flu burung antar kandang dapat dikurangi dengan
selalu menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, apalagi jika selalu
menggunakan desinfektan yang tepat.
Dari hasil penilaian tingkat pengetahuan masyarakat dikelurahan baranti
kecamatan baranti kabupaten Sidrap, telah menunjukan bahwa pengetahuan masyarakat
terhadap penyakit flu burung (Avian Influenza) sudah cukup baik, terutama mengenai
gejala flu burung, yang berisiko, pencegahan pada ayam, pencegahan pada manusia serta
cara penanggulangan. Namun pengetahuan peternak ayam terhadap gejala penyakit flu
burung (Avian Influenza) pada manusia masih kurang dengan adanya jumlah persentasi
yaitu 58% yang tidak mengetahui gejala flu burung pada manusia, salah satu
penyebabnya adalah informasi yang mereka dapatkan selama ini baik dari televisi, media
cetak maupun sosialisasi dari instansi terkait masih kurang karena yang lebih
disosialisasikan hanya lebih kemasalah gejala penyakit flu burung (Avian Influenza) pada
ayam saja.
Tingkat pengetahuan memang tidak selalu berkorelasi dengan perilaku sehat,
namun demikian mengetahui apa itu penyakit Avian Influenza merupakan langkah
pertama yang perlu diketahui setiap individu terutama orang-orang dengan resiko tinggi
atau populasi berisiko.
Pengetahuan peternak terhadap penyakit Avian Influenza sangat tergantung pada
informasi yang diterimanya baik melalui penyuluhan maupun media massa lainnya dan
kemampuan untuk menyerap dan menginterprestasikan informasi tersebut. Pengetahuan
yang cukup mengenai Avian Influenza akan menyebabkan seseorang mengetahui cara
terhindar dari penyakit Avian Influenza sehingga upaya pencegahan ataupun pengobatan
akan cepat dilaksanaka
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kasus virus avian influenza atau flu burung, mewabah luas Kabupaten Sidrap, Sulawesi
Selatan. Sedikitnya 10.000 ayam mati mendadak. Bahkan, wabah tersebut sudah meluas
di sebagian besar wilayah sentra peternakan yang ada di Kabupaten Sidrap. Kecamatan
yang terserang adalah Pancarijang, Tanete, Pannanti, Bulo, Paritengngae, Batang Pulu,
dan Panca Laudong. Selain pertambahan area, jumlah ternak ayam yang mati juga
bertambah.
Di Propinsi Sulawesi Selatan mengalami kerugian sebagai dampak dari wabah flu
burung. Walaupun kasus flu burung pada manusia di Kabupaten Sidrap belum ditemukan
namun kematian unggas paling banyak terjadi di 10 kecamatan di Kabupaten Sidrap,
karena di kabupaten ini populasi unggas komersial baik ayam petelur dan pedaging
terbesar di Sulawesi Selatan. Kasus flu burung di Sulawesi Selatan pertama kali
dilaporkan terjadi sejak awal bulan Maret 2005 pada 6 kabupaten/kota yaitu Kabupaten
Wajo, Sidrap, Soppeng, Pinrang, Maros dan Pare-Pare dan sampai akhir 2005.
B. Saran
Gejala suatu penyakit merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui, karena dengan mengetahui gejala suatu penyakit maka upaya-upaya pencegahan dapat dilakukan lebih dini sehingga tidak menimbulkan dampak yang lebih besar. Penyakit Avian Influenza lebih banyak menyerang ternak unggas, diterapkan peternak ayam harus mengenal gejala penyakit Avian Influenza secara benar sehingga apabila terdapat gejala-gejala yang mengindikasikan adanya penyakit Avian Influenza maka dapat dilakukan upaya-upaya pencegahan secara cepat dan tepat.