makalah korupsi

28
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan karuniaNya kami dapat menyelesaikan tugas mengenai Korupsi. Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas semester mata kuliah Patologi dan Rehabilitas Sosial dan juga sebagai sarana dalam memperluas wawasan mengenai ilmu yang terkait. Kami menyadari bahwa dalam penulisan tugas makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dalam segi bahasa maupun sistematika penyusunannya sehingga makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai motivasi kami untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya dan guna evaluasi kami selanjutnya. Akhir kata kami berharap semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua sesuai dengan fungsi dan tujuannya. 1

Upload: apermana19

Post on 24-Oct-2015

76 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH KORUPSI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat limpahan karuniaNya kami dapat menyelesaikan tugas mengenai Korupsi.

Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas semester mata kuliah

Patologi dan Rehabilitas Sosial dan juga sebagai sarana dalam memperluas

wawasan mengenai ilmu yang terkait.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan tugas makalah ini masih terdapat

banyak kekurangan baik dalam segi bahasa maupun sistematika penyusunannya

sehingga makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan segala

kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

sebagai motivasi kami untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya dan guna

evaluasi kami selanjutnya.

Akhir kata kami berharap semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi

kita semua sesuai dengan fungsi dan tujuannya.

Semarang, September 2010

Penyusun

1

Page 2: MAKALAH KORUPSI

BAB I

PENDAHULUAN

Masalah kesehatan jiwa banyak berkaitan dengan sejarah politik suatu bangsa.

Apa yang selama ini disebut sebagai krisis multidimensional sebenarnya

bertolak pada krisis kesehatan jiwa bangsa, yang harus ditelusuri akarnya dari

perjalanan sejarah bangsa ini. Budaya korupsi, jalan pintas, manipulasi dan tidak

ada rasa malu, konflik horizontal dan kekerasan, serta narkoba, adalah manifestasi

adanya gangguan kesehatan jiwa, yang selama ini nyaris dianggap biasa oleh

kebanyakan orang, termasuk para birokrat.

Perilaku korupsi oleh para pejabat, pegawai, bahkan sampai pada pamong

desa pun dari jaman Indonesia belum merdeka hingga saat ini masih terus terjadi

dan bahkan semakin menjamur di Indonesia. Bahkan menurut survey

Transparansi Internasional, Indonesia termasuk 13 negara di dunia yang paling

banyak praktek korupsi di dalamnya. Korupsi merupakan perilaku dan mungkin

sudah menjadi tradisi yang mendarah-daging dan berkembang biak di setiap

sektor kehidupan masyarakat di Indonesia. Baik jabatan di lembaga negeri

maupun swasta. Mulai dari pejabat paling rendah di tingkat kelurahan sampai di

tingkat yang paling tinggi yakni lembaga eksekutif dan legislatif Negara hingga

masyarakat umum pun turut berperilaku yang bisa dikatakan termasuk kategori

korupsi.

Penegakan hukum serta pengusutan secara tuntas dan adil terhadap tindak

korupsi memang harus dilaksanakan dan ditegakkan tanpa pandang bulu. Akan

tetapi, pemahaman yang mendalam dan lebih fundamental juga diperlukan, agar

menumbuhkan sikap arif untuk bersama-sama tak mengulang dan

membudayakan korupsi dalam berbagai aspek kehidupan kita, sehingga tidak

terjadi apa yang dikatakan "patah tumbuh hilang berganti, mati satu tumbuh

seribu" seperti sel kanker ganas karena akarnya yang telah meluas, maka semakin

dibabat semakin cepat penyebarannya.

2

Page 3: MAKALAH KORUPSI

BAB II

PEMBAHASAN

I. Pengertian Korupsi

Kata “Korupsi” berasal dari bahasa latin “Corruptio” (Fockema Andreae :

1951) atau Corruptus (Webster Student Dictionary : 1960). Selanjutnya

disebutkan bahwa “Corruptio” itu berasal pula dari kata asal “Corrumpere”

suatu kata latin yang lebih tua. Dari bahasa latin itulah turun kebanyak bahasa

Eropa seperti Inggris: Corruption, Corrupt; Perancis: Corruption dan Belanda:

Corruptie (korruptie).

Dapat kita memberanikan diri bahwa dari bahasa Belanda inilah kata itu turun

ke bahasa Indonesia “Korupsi”. Arti harfiah dari kata itu ialah: kebusukan,

keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap tidak bermoral penyimpangan

dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah. Meskipun

kata Corruptio itu luas sekali artinya namun sering “Corruptio” dapat

dipersamakan artinya dengan “penyuapan”.

Kemudian arti kata korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata

bahasa Indonesia disimpulkan oleh Poerwadarminta dalam “Kamus Umum

Bahasa Indonesia”: Korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti pengertian

penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya (Poerwadarminta:

1976).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata korupsi adalah

penyelewengan atau penggelapan (uang negera atau perusahaan dsb) untuk

keuntungan pribadi atau orang lain. Sebenarnya dari asal kata yang mengandung

banyak definisi, sebagaimana disebutkan di awal pembahasan. Termasuk ke

dalam makna korupsi adalah suap.

Menurut dalam buku Patologi Sosial, korupsi merupakan tingkah laku

individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keutungan

pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara.

3

Page 4: MAKALAH KORUPSI

Menurut ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan

dan administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri

maupun orang lain, yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi,

sehingga menimbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan dan pribadi

lainnya.

Menurut para ahli ekonomi, korupsi didefinisikan sebagai pertukaran yang

menguntungkan (antara prestasi dan kontraprestasi, imbalan materi atau non

materi), yang terjadi secara diam-diam dan sukarela yang melanggar norma-

norma yang berlaku, dan setidaknya merupakan penyalahgunaan jabatan atau

wewenang yang dimiliki oleh salah satu pihak yang terlibat dalam bidang umum

dan swasta.

Menurut Brooks, korupsi adalah dengan sengaja melakukan kesalahan atau

melalaikan tugas yang diketahui sebagai kewajiban, atau tanpa keuntungan yang

sedikit banyak bersifat pribadi.

Menurut Haryatmoko (Etika Politik dan Kekuasaan, 2003), korupsi adalah

upaya campur tangan menggunakan kemampuan yang didapat dari posisinya

untuk menyalahgunakan informasi, keputusan, pengaruh, uang atau kekayaan

demi kepentingan keuntungan dirinya.

Korupsi dalam Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 yang diubah dengan

Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi, bahwa yang dimaksud dengan korupsi adalah usaha memperkaya diri

atau orang lain atau suatu korporasi dengan cara melawan hukum yang dapat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Pengertian korupsi yang banyak tersebut dilihat dari sudut pandang fiqih Islam

juga mempunyai dimensi-dimensi yang berbeda. Perbedaan ini muncul karena

beberapa definisi tentang korupsi merupakan bagian-bagian tersendiri dari fiqih

Islam. Adapun pengertian yang termasuk makna korupsi dalam fiqih Islam adalah

sebagai berikut :

4

Page 5: MAKALAH KORUPSI

- Pencurian

- Penggunaan hak orang lain tanpa izin

- Penyelewengan harta negara (ghanimah)

- Suap

- Khianat

- Perampasan

II. Ciri-ciri dan Karakteristik Korupsi

Korupsi adalah tindakan penyalahgunaan jabatan dan adminstrasi, ekonomi

atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri atau orang lain untuk

memperoleh keuntungan pribadi sehingga menimbulkan kerugian masyarakat

umum atau pribadi lainnya. Korupsi di manapun dan kapanpun akan selalu

memiliki ciri khas. Ciri tersebut bisa bermacam-macam, beberapa diantaranya

adalah sebagai berikut :

a. Pengkhianatan terhadap sebuah kepercayaan.

b. Penipuan terhadap badan pemerintah, lembaga swasta atau masyarakat umum.

c. Dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan khusus

d. Dilakukan dengan rahasia.

e. Melibatkan lebih dari satu pihak.

f. Adanya kewajiban dan keuntungan bersama, dalam bentuk uang atau yang

lain.

g. Adanya usaha untuk menutupi perbuatan korup dalam bentuk – bentuk

pengesahan umum.

h. Menunjukkan fungsi ganda yang kontradiktif pada mereka yang melakukan

korupsi.

i. Melibatkan lebih dari satu orang,

j. Korupsi tidak hanya berlaku di kalangan pegawai negeri atau anggota

birokrasi negara, korupsi juga terjadi di organisasi usaha swasta,

5

Page 6: MAKALAH KORUPSI

k. Korupsi dapat mengambil bentuk menerima sogok, uang kopi, salam tempel,

uang semir, uang pelancar, baik dalam bentuk uang tunai atau benda atau pun

wanita,

l. Umumnya serba rahasia, kecuali sudah membudaya,

m. Melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik yang tidak selalu

berupa uang,

n. Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan, biasanya pada badan publik

atau masyarakat umum,

o. Setiap perbuatan korupsi melanggar norma-norma tugas dan

pertanggungjawaban dalam tatanan masyarakat,

p. Di bidang swasta, korupsi dapat berbentuk menerima pembayaran uang dan

sebagainya, untuk membuka rahasia perusahaan tempat seseorang bekerja,

mengambil komisi yang seharusnya hak perusahaan.Karakteristik Korupsi

Suatu tindakan dapat dikategorikan sebagai korupsi, apabila tindakan tersebut

berbentuk :

a. Merugikan keuangan Negara

b. Suap-menyuap

c. Penggelapan dalam jabatan

d. Pemerasan

e. Perbuataan curang

f. Benturan kepentingan dalam pengadaan

g. Gratifikasi

h. Merintangi proses pemeriksaan korupsi

i. Tidak memberikan keterangan atau memberi keterangan tidak benar

j. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka

k. Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan

palsu.

6

Page 7: MAKALAH KORUPSI

l. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak diberikan keterangan atau

memberi keterangan palsu.

m. Saksi yang membuka identitas pelapor.

Gerald E. Caiden (1998) yang dikutip Jeremy Pope (2003) menjelaskan secara

rinci bentuk-bentuk korupsi yang umum dikenal dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara antara lain adalah :

a. Berkhianat, transaksi luar negeri illegal dan penyelundupan.

b. Menggelapkan barang milik lembaga, Negara, swastanisasi anggaran

pemerintah, menipu dan mencuri.

c. Menjual tanpa izin jabatan pemerintah, barang milik pemerintah/ Negara, dan

surat izin pemerintah.

III. Pendapat Tentang Kasus Korupsi

Saya sangat setuju bahwa aktor korupsi harus diproses sesuai hukum yang

berlaku. Dalam hal ini menurut saya ada beberapa hal yang harus dicermati

khususnya oleh penegak hukum yaitu jenis korupsinya apakah perorangan atau

berjamaah. Untuk yang perorangan mungkin mudah dalam hal penanganannya,

namun untuk korupsi yang berjamaah dalam suatu sistem tentunya tidak mudah

dan dalam hal ini tentunya tidak adil apabila hanya pada lini atas saja yang

dipangkas. Contoh kasus yang terjadi pada departemen xxx yang sekitar 6 bulan

lalu marak ditampilkan di layar televisi, saya melihat korupsi yang terjadi adalah

suatu bentuk korupsi yang tersistem dan sangat tidak sesuai apabila yang dihukum

hanya lini top manajemen, karena hal itu tidak akan mematikan korupsi yang ada.

Menurut saya ada beberapa hal yang dapat dilakukan supaya dapat

meminimalisasi terjadinya kasus korupsi, yaitu :

1. Bentuk sistem dengan blue print tugas pokok, fungsi dan aturan yang jelas

2. Bentuk suatu badan yang memiliki legalitas untuk melakukan audit

7

Page 8: MAKALAH KORUPSI

3. Berikan reward dan punishment yang jelas mulai dari bawah sampai lini

atas.

4. Perhatikan tingkat kesejahteraan pegawai sesuai dengan besar

tanggungjawab yang diembannya, tanpa adanya kesejahteraan yang memadai

kemungkinan terjadinya korupsi sangat besar.

Tentang penanganan terhadap pelaku korupsi, tentunya uang hasil korupsi harus

dikembalikan secara penuh dan proses hukum terus berjalan.

IV. Korupsi Akibat Iklim Politik yang Tidak Sehat

Revolusi fisik tahun 1945-1950 disusun kemudian oleh periode parlementer di

tahun-tahun 1950-1958. Partai-partai politik memegang peranan penting dalam

penentuan haluan Negara dan jalannya pemerintahan pada saat itu. Sayangnya

perjuangan antar partai dilakukan tidak wajar dan tidak sehat. Kehidupan politik

yang tidak sehat itu menyuburkan berkembangnya praktek-praktek penyuapan,

intimidasi, taktik kekerasan dan pemalsuan hasil pemilihan umum, agar bisa

mendudukkan wakil-wakil partainya menjadi pejabat yang bisa dijadikan sumber

kekayaan. Tujuan utama menduduki fungsi dan jabatan ialah menambah kas partai

dan kekayaan pribadi.

Situasi semakin meruncing, penuh pertentangan, dan perang konsepsi diantara

partai-partai politik, sehingga menimbulkan krisis nasional pada tahun 1957-

1965. Sebagai akibatnya, praktek-praktek korupsi menjadi semakin merajalela.

Ringkasnya, sistem multi-partai pada tahun-tahun lima puluhan sampai

tahun1965 itu memperlihatkan kelemahan total dari sistem kepartaian di

Indonesia. Efek buruk dari multi-partai ini antara lain sebagsi berikut :

1. Sistem multi-partai tidak mampu membangun kelembagaan

pemerintah yang efektif dan stabil, dan memberi banyak insentif untuk praktek-

praktek korupsi.

8

Page 9: MAKALAH KORUPSI

2. Partai-partai politik menjadi wahana bagi para politisi muda

dan ambisius untuk mengembangkan karier politik pribadi, memperjuangkan

kepentingan dan interest-interest pribadi, juga bertingkah laku korup

3. Partai-partai menjadi agen-agen pemecah belah bagi rakyat.

Yaitu rakyat menjadi terbelah dalam kelompok-kelompok sosial yang saling

bertentangan dan perpecahan ini mendominir sistem kepartaian. Perpecahan-

perpwcahan yang mendalam mengakibatkan instabilitas dan kelemahan politik.

4. Loyalitas partai dan kepentingan diri sendiri ada di atas

loyalitas terhadap Negara dan bangsa. Ada banyak identitas agama, etnis dan

ke daerah personal (pada pribadi pemimpin tertentu). Sebagai akibatnya

terjadilah banyak perpecahan. Serikat buruh, kelompok kaum pengusaha,

petani, kelompok religious, dan kelompok sosial lainnyamenggunakan praktek-

praktek politik sendiri-sendiri, untuk mencapai tujuan masing-masing, dalam

waktu sesingkat mungkin. Terjadilah banyak ketegangan dalam masyarakat,

juga korupsi semakin merajalela.

5. Partai-partai dijadikan alat yang efektif bagi demagog politik

untuk mengekspolitir “kebodohan rakyat demi interest-interest pribadi para

pemimpin. Mereka bertindak korup, baik korupsi politik, ekonomi financial

maupun moril atau susila.

6. Partai-paratai politik yang sangat banyak jumlahnya itu

membuka pintu Negara untuk pengaruh-pengaruh peneratif dan subversive dari

kekuatan luar. Dengan kata lain parati-partai yang menyeripih dan tidak

mempunyai konsepnasional yang tegas itu mudah disuap oleh agen-agen asing

dan dijadikan instrument oleh kekuatan-kekuatan asing.

Gagalnya demokrasi parlementer dengan system multi-partai dicoba diatasi

dengan system Demokrasi Terpimpin oleh presiden Soekarno pada tahun 1959-

1965, dengan harapan mampu menciptakan kehidupan demokrasi dan mekanisme

pemerintahan yang sehat. Akan tetapi dalam realitasnya, Demokrasi Terpimpin itu

tidak bisa menenangkan keadaan, karena presiden Soekarno mempraktekkan

system balance of power, guna mempertentangkan partai-partai yang satu

9

Page 10: MAKALAH KORUPSI

melawan lainnya. Sebagai akibatnya, bukannya persatuan dan pembangunan yang

dicapai, akan tetapi justru semakin meruncingnya rivalitas antar-partai, dan

semakin membesarnya aspirasi-aspirasi politik yang tidak sehat.

Kekuasaan mutlak dari presiden Soekarno pada saat itu tidak ada batasnya,

tidak ada orang yang berani mengontrol dan mengajukan kritik terhadap

keputusan-keputusan tokoh “setengah dewa” Soekarno itu. Timbul kemudian

system favoritism dengan jalan menghadiahkan jabatan kedudukan tinggi kepada

anak-anak emas yang disukai. Grant (izin-izin khusus) banyak diberikan kepada

orang-orang dalam dari ingroup, kepada kawan-kawan politik dan teman-teman

pribadi, guna menduduki jabatan-jabatan vital, tanpa mengikutsertakan kualitas

intelektual, keterampilan/skill teknis dan martabat kepribadiannya. Semua ini

diberikan dengan maksud mendapatkan dukungan yang kuat sekaligus bisa

dijadikan sumber-sumber keuangan khusus.

Praktek-praktek pengangkatan pegawai di pusat pemerintahan yang tidak

wajar, memunculkan system nepotisme yaitu pemerintahan keluarga dengan jalan

menempat keluarga dan kawan sendiri sebagai pejabat-pejabat. Pengangkatan

sedemikian ini kemudian ditiru oleh daerah-daerah. Timbullah system keluarag

“kanca dewe” (teman sendiri). Dan sampai pada periode “neo-feodalisme” pada

saat itu. Jabatan-jabatan diduduki oleh kawan separtai dan keluarga sendiri yang

pada umumnya kurang mempunyai kemampuan teknis dalam bidangnya. Tujuan

penempatan ini adalah agar oknum-oknum tersebut bisa menjadi “bendaharawan

partai”. Dengan sendirinya, praktek sedemikian itu mengakibatkan administrasi

Negara menjadi kacau, karena dikendalikan oleh tangan-tangan yang bertanggung

jawab, dan tidak mempunyai keterampilan teknis.

Akibat dari kehidupan politik multi-partai yang tidak sehat sampai tahun 1958

itu masih dirasakan pada waktu sekarang. Antara lain berupa administrasi Negara

yang masih kusut dan birokrasi yang terlalu ketat kaku. Kabinet berganti-ganti

tanpa kesinambungan/kebijaksanaan dan kurang adanya koordinasi antar

departemental. Disiplin masih tampak menurun. Banyak orang bekerja tanpa

gairah, tanpa dedikasi (pengabdian) kepada bangsa dan Negara. Bahkan lebih

10

Page 11: MAKALAH KORUPSI

mengutamakan kepentingan golongan kecil dan ingroup, atau mendahulukan dan

interest-interest pribadi. Mental mereka cenderung menjadi korup.

V. Infiltrasi Businnes ke Dalam Pemerintahan

Korupsi itu berkembang pararel dengan pesatnya kemajuan-kemajuan di

bidang ekonomi, usaha, dan perdagangan. Tambahan lagi, kebutuhan-kebutuhan

yang menanjak di sektor transport, pertanian dan irigasi, pendidikan dan

kesejahteraan rakyat, pembangunan perumahan, industri-industri berat, yang

semuanya memerlukan budget milyar dan dolar, memberikan kesempatanbagi

kaum koruptor dan profiteur untuk ikut menangguk keuntungan dalam kesibukan

pembangunan tersebut (vide peristiwa Haji Taher di Pertamina, 1980)

Kontrak-kontrak berhadiah dengan komisi-komisi tinggi, akan tetapi dengan

prestasi kerja minim merupakan bentuk penipuan terselimut, berlangsung dimana-

mana. Hal ini merugikan negara dan rakyat banyak, namun menguntungkan sekali

oknum-oknum dan golongan-golongan penguasa tertentu. Izin pemberian kontrak

dan lisensi-lisensi dengan bermacam-macam fasilitas dan pembebasan, banyak

sekali diperdagangkan. Monopoli-monopoli dan previlege-previlege diberikan

oleh pejabat-pejabat atau penguasa kepada para kontraktor, dengan imbalan

bayaran uang dalam jumlah besar. Semua itu adalah penghasilan tambahan illegal

yang dilegalkan.

Konsentrasi jumlah uang yang sangat besar di tangan beberapa orang atau

sindikat perdagangan sering dipergunakan untuk menggoyahkan iman para

pejabat/fungsionaris melalui praktek penyuapan. Bahkan tidak sedikit pejabat,

penegak hukum dan oknum angkatan bersenjata bisa dibeli dengan rupiah atau

dolar. Sebagai contoh terdapat pengadministrasian secara hukum praktek-praktek

prostitusi dan perjudian (casino, lotto, jackpot dan black pot sekitar tahun 1970,

shatan paykiu, dji-it dan koprok macao) di kota-kota besar. Juga terdapat

perdagangan minuman keras dalam bentuk industri kecil setengah legal.

Semuanya menjadi sumber yang bisa dieksploitir oleh golongan-golongan

tertentu, misalnya oleh oknum polisi, oknum angkatan bersenjata dan pejabat-

11

Page 12: MAKALAH KORUPSI

pejabat lokal. Bahkan, di samping pembayaran pajak-pajak biasa, banyak pula

merajalela pajak serta iuran-iuran liar di luar ketentuan resmi. Juga banyak

intimidasi dan pemerasan dilakukan oleh orang-orang dalam, gerombolan-

gerombolan pemuda liar dan penjahat-penjahat. Pemerasan untuk ini dilakukan,

baik terhadap rakyat biasa, maupun terhadap para penguasa dan pedagang-

pedagang.

Sangat menarik ialah upacara gubernur Jawa barat Solichin G.P dalam

pembukaan rapat IWAPI dan IKAHI Jawa Barat, yang mengemukakan banyaknya

penyelewengan besar, dan kemudian diselesaikan di luar hokum, sehingga

undang-undang negara atau kekuatan hukum tidak punya arti lagi. Juga bekas

ketua Mahkamah Agung, Profesor Subekti S.H. menyatakan adanya perkara-

perkara korupsi secara besar-besaran yang diselesaikan di luar pengadilan (berita

Kompas, 10 Maret 1970). Antara lain menyangkut masalah korupsi COOPA. Hal

ini merefleksikan permainan “licin” yang dilakukan oleh pejabat-pejabat, penegak

hukum dan penguasa setempat. Dengan demikian, rule of law ditundukkan oleh

rule of trade (aturan hokum ditundukkan oleh aturan dagang).

Tindakan-tindakan penyelewengan di bidang politik dan ekonomi itu jelas

menurunkan derajat moralitas politik dan moralitas bisnis. Kedua-duanya sama

buruknya. Menurunnya kedua moralitas itu menambah berkembangnya praktek-

praktek korupsi. Maka berlangsunglah rangkaian interrelasi dia antara kekuatan-

kekuatan politik-ekonomi-moralitas-korupsi dalam wujud lingkaran setan atau

vicious circle yang sulit dipecahkan.

Di samping itu, ada usaha-usaha untuk mengendalikan dan mengontrol

perdagangan secara intensif oleh pemerintah dan pejabat-pejabat formal, sehingga

ikhtiar ini menumbuhkan etatisme (ikut campurnya pihak Pemerintah secara

berlebih-lebihan). Peristiwa inilah justru menyuburkan praktek-praktek

penyelundupan, penyuapan dan korupsi, yang didalangi oleh kaum koruptor,

yaitu: pejabat-pejabat dan para penegak hukum yang korup. Jelas relasi “akrab”

antara sector bisnis dan pemerintah akrab namun sifatnya deviatif/ menyimpang

12

Page 13: MAKALAH KORUPSI

dalam periode modernisasi dan pembangunan dewasa ini, membuka banyak

kesempatan bagi kaum koruptor untuk menangguk keuntungan pribadi.

Penanaman modal asing dan hadirnya pengusaha-pengusaha asing di tanah air

juga ikut merangsang berkembangnya korupsi. Kekuasaan memberikan perizinan,

fasilitas usaha dan monopoli ekonomi tertentu. Di samping itu juga membuka

kesempatan bagi pejabat-pejabat eksekutif dan tokoh-tokoh politik kunci untuk

berbuat korup, dengan dalih berhak mendapatkan imbalan jasa dalam bentuk

jutaan rupiah atau milyaran dolar. Maka, para penanam modal dan pengusaha

asing itu harus pandai-pandai mengikat pertalian/ aliansi dengan para policy

makers dan decision makers, baik yang lokal maupun yang ada di Pusat. Lalu

terbinalah dwialisasi di antara bidang politik eksekutif dengan.

VI. Dampak Korupsi

Korupsi memiliki beberapa dampak yang sangat membahayakan kondisi

perekonomian sebuah bangsa. Dampak-dampak tersebut antara lain :

1. Menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.

Menurut Chetwynd et al (2003), korupsi akan menghambat pertumbuhan

investasi. Baik investasi domestik maupun asing. Mereka mencontohkan fakta

business failure di Bulgaria yang mencapai angka 25 persen. Maksudnya, 1

dari 4 perusahaan di negara tersebut mengalami kegagalan dalam melakukan

ekspansi bisnis dan investasi setiap tahunnya akibat korupsi penguasa.

Selanjutnya, terungkap pula dalam catatan Bank Dunia bahwa tidak kurang

dari 5 persen GDP dunia setiap tahunnya hilang akibat korupsi. Sedangkan

Uni Afrika menyatakan bahwa benua tersebut kehilangan 25 persen GDP-nya

setiap tahun juga akibat korupsi.

Yang juga tidak kalah menarik adalah riset yang dilakukan oleh Mauro

(2002). Setelah melakukan studi terhadap 106 negara, ia menyimpulkan

bahwa kenaikan 2 poin pada Indeks Persepsi Korupsi (IPK, skala 0-10) akan

mendorong peningkatan investasi lebih dari 4 persen. Sedangkan Podobnik et

al (2008) menyimpulkan bahwa pada setiap kenaikan 1 poin IPK, GDP per

13

Page 14: MAKALAH KORUPSI

kapita akan mengalami pertumbuhan sebesar 1,7 persen setelah melakukan

kajian empirik terhadap perekonomian dunia tahun 1999-2004.

Tidak hanya itu. Gupta et al (1998) pun menemukan fakta bahwa

penurunan skor IPK sebesar 0,78 akan mengurangi pertumbuhan ekonomi

yang dinikmati kelompok miskin sebesar 7,8 persen. Ini menunjukkan bahwa

korupsi memiliki dampak yang sangat signifikan dalam menghambat investasi

dan pertumbuhan ekonomi.

2. Korupsi melemahkan kapasitas dan kemampuan pemerintah dalam

menjalankan program pembangunan.

Akibatnya, kualitas pelayanan pemerintah terhadap masyarakat mengalami

penurunan. Layanan publik cenderung menjadi ajang 'pungli' terhadap rakyat.

Akibatnya, rakyat merasakan bahwa segala urusan yang terkait dengan

pemerintahan pasti berbiaya mahal. Sebaliknya, pada institusi pemerintahan

yang memiliki angka korupsi rendah, maka layanan publik cenderung lebih

baik dan lebih murah. Terkait dengan hal tersebut, Gupta, Davoodi, dan

Tiongson (2000) menyimpulkan bahwa tingginya angka korupsi ternyata akan

memperburuk layanan kesehatan dan pendidikan. Konsekuensinya, angka

putus sekolah dan kematian bayi mengalami peningkatan.

3. Sebagai akibat dampak pertama dan kedua, maka korupsi akan menghambat

upaya pengentasan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan. Yang terjadi

justru sebaliknya, korupsi akan meningkatkan kemiskinan dan kesenjangan

pendapatan.

Terkait dengan hal ini, riset Gupta et al (1998) menunjukkan bahwa

peningkatan IPK sebesar 2,52 poin akan meningkatkan koefisien Gini sebesar

5,4 poin. Artinya, kesenjangan antara kelompok kaya dan kelompok miskin

akan semakin melebar. Hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya aliran

dana dari masyarakat umum kepada para elit, atau dari kelompok miskin

kepada kelompok kaya akibat korupsi.

4. Korupsi juga berdampak pada penurunan kualitas moral dan akhlak. Baik

individual maupun masyarakat secara keseluruhan. Selain meningkatkan

14

Page 15: MAKALAH KORUPSI

ketamakan dan kerakusan terhadap penguasaan aset dan kekayaan korupsi

juga akan menyebabkan hilangnya sensitivitas dan kepedulian terhadap

sesama.

Rasa saling percaya yang merupakan salah satu modal sosial yang utama

akan hilang. Akibatnya, muncul fenomena distrust society, yaitu masyarakat

yang kehilangan rasa percaya, baik antar sesama individu, maupun terhadap

institusi negara. Perasaan aman akan berganti dengan perasaan tidak aman

(insecurity feeling). Inilah yang dalam bahasa Al-Quran dikatakan sebagai

libaasul khauf (pakaian ketakutan).

Terkait dengan hal tersebut, Uslaner (2002) menemukan fakta bahwa

negara dengan tingkat korupsi yang tinggi memiliki tingkat ketidakpercayaan

dan kriminalitas yang tinggi pula. Ada korelasi yang kuat di antara ketiganya.

VII. Saran-saran Penanggulangan Korupsi

Dalam memberantas korupsi, diperlukan adanya partisipasi segenap lapisan

masyarakat. Partisipasi sangat diperlukan karena korupsi sudah berurat dan

berakar di dalam sendi-sendi masyarakat kita. Segala usaha, undang-undang dan

komisi-komisi akan terhambat jika tanpa adanya partisipasi dan dukungan dari

masyarakat. Adapun beberapa saran yang dikemukakan untuk memberantas

budaya korupsi, antara lain dengan cara :

1. Rakyat harus memiliki kesadaran untuk ikut memikul tanggung jawab

dalam berpartisipasi politik maupun dengan kontrol sosial dan tidak bersikap

apatis acuh tak acuh. Kontrol sosial baru bisa efektif apabila bisa dilaksanakan

oleh dewan-dewan perwakilan yang benar-benar representatif dan otonom,

pada taraf desa sampai taraf pusat/nasional.

2. Mengutamakan kepentingan nasional, kejujuran serta pengabdian pada

bangsa dan negara, melalui sistam pendidikan formal, non formal dan

pendidikan agama.

15

Page 16: MAKALAH KORUPSI

3. Para pemimpin dan pejabat harus bisa memberikan teladan yang baik

dengan mematuhi pola hidup sederhana, dan memiliki rasa tanggung jawab

susila.

4. Adanya sanksi dan kekuatan untuk menindak, memberantas dan

menghukum tindak korupsi. Tanpa adanya kekuatan riil dan berani bertindak

tegas, maka semua undang-undang dan komisi-komisi akan menjadi mubazir

dan tidak ada artinya.

5. Adanya koordinasi antar departemen yang lebih baik dengan melakukan

reorganisasi dan rasionalisasi dari organisasi pemerintahan melalui

penyerdehanaan jumlah departemen disertai sistem kontrol yang teratur

terhadap administrasi pemerintah pusat maupun daerah.

6. Dalam penerimaan pegawai harus didasari dengan prinsip achievement

atau keterampilan teknis, dan bukan berdasarkan ascription, sehingga

memberikan keleluasan bagi berkembangnya nepotisme.

7. Adanya kebutuhan pada pegawai-pegawai negeri yang non politik, demi

kelancaran administrasi pemerintah dengan ditunjang oleh gaji yang memadai

bagi para pegawai serta ada jaminan di hari tua.

8. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur. Kompleksitas hierarki

administrasi harus disertai disipilin kerja yang tinggi. Sedangkan jabatan dan

kekuasaan didistribusikan melalui norma-norma teknis.

9. Menyelenggrakan sistem pemungutan pajak dan bea cukai yang efektif

dan ada supervisi yang ketat , baik di pusat maupun daerah.

10. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan perorangan yang

menyolok dengan pengenaan pajak yang tinggi. Kekayaan yang statusnya

tidak jelas dan diduga menjadi hasil korupsi, disita oleh negara.

Tindakan korup itu merupakan tindak pidana yang sangat merugikan bangsa

dan negara dan menjadi hambatan utama bagi pembangunan. Walaupun demikian,

korupsi juga memiliki fungsi positif yaitu :

1. Mencegah meluasnya ketidakpuasan karena adanya distribusi kekuasaan

dan kekayaan yang tidak merata.

16

Page 17: MAKALAH KORUPSI

2. Sekaligus juga menjadi pengaman bagi munculnya revolusi sosial,

khususnya mencegah keresahan dan revolusi urban.

BAB III

KESIMPULAN

a. Simpulan

Korupsi adalah tindakan penyalahgunaan jabatan dan adminstrasi, ekonomi

atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri atau orang lain untuk

memperoleh keuntungan pribadi sehingga menimbulkan kerugian masyarakat

umum atau pribadi lainnya. Intervensi yang dilakukan untuk memberantas korupsi

dilakukan oleh semua kalangan dalam masyarakat untuk mendukung

pemberantasan korupsi yang berkembang di Negara kita.

b. Saran

Dalam memberantas korupsi, diperlukan adanya partisipasi segenap lapisan

masyarakat. Partisipasi sangat diperlukan karena korupsi sudah berurat dan

berakar di dalam sendi-sendi masyarakat. Dukungan dari semua lapisan

masyarakat sangat membantu mengatasi bahkan membantu memberantas tindakan

korupsi.

17

Page 18: MAKALAH KORUPSI

BAB IV

DAFTAR ISI

Kartono, Kartini. 1992. Patologi Sosial Jilid I Edisi Baru. Jakarta: Rajawali.

http://www.transparansi.or.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=48&Itemid=16

http://zainuddin-dikmenjur.tripod.com/Pendapat_Ttg_Kasus_Korupsi.htm l

http://www.transparansi.or.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=48&Itemid=16

http://www.blogtopsites.com/outpost/e27c6f691ee0e7e0f2172e66849d4fb1

18