makalah leukimia
DESCRIPTION
keperawatanTRANSCRIPT
MAKALAH SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI“GANGGUAN SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI PADA
PENDERITA LEUKIMIA”
Ditujukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Sistem Imun dan Hematologi
Dosen Tutor : Sri Hartati , S.Kep., Ners.,M.KepTutor : 1 (Satu)Ketua : Firda Halifah R. 220110120060Notulen : Putri Septina 220110120144Scriber : Lusi Sri Solihah 220110120012
Fauziah Dyan Ayu K.W. 2201101200 24Septiani Puspa Dewi 220110120036Riris Purwita W. 220110120048Agni Auliya F. 220110120072Annisa Bella Diena 220110120084
Entri Aprilia 220110120096 Nurul Azmi Nabilah 220110120108 Tantri Novianti 220110120120 Eva Fauziyah 220110120132 Wita Lestari 220110120168
Fakultas Keperawatan Angkatan 2012Universitas Padjadjaran
A. Definisi Leukimia
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam
jaringan pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and
Bare, B.G, 2002 : 248 ).
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa
proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan
sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke
jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495).
Berdasarkan dari beberapa pengetian diatas dapat disimpulkan bahwa
leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi sel leukosit
yang ganas serta sering disertai adanya leukosit dalam jumlah berlebihan dari sel
pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.
B. Etiologi
Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti, namun diketahui beberapa
faktor yang dapat memengaruhi frekuensi leukemia, seperti:
a. Radiasi
Radiasi dapat meningkatkan frekuensi LMA dan LMA. Tidak ada laporan
mengenai hubungan antara radiasi dengan LLK. Beberapa laporan yang
mendukung:
Para pegawai radiologi lebih sering menderita leukemia
Penderita dengan radioterapi lebih sering menderita leukemia
Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom Hiroshima
dan Nagasaki, Jepang.
b. Faktor leukemogenik
Terdapat beberapa zat kimia yang telah diidentifikasi dapat memengaruhi
frekuensi leukemia:
Racun lingkungan seperti benzena
Bahan kimia industri seperti insektisida
Obat untuk kemoterapi
Herediter
Penderita sindrom Down memiliki insidensi leukemia akut 20 kali lebih besar dari
orang normal.
c. Virus
Virus dapat menyebabkan leukemia seperti retrovirus, virus leukemia feline,
HTLV-1 pada dewasa.
Genetik
Merokok
Lingkungan (pekerjaan)
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan pekerjaan dengan
kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang, sebagian
besar kasus berasal dari rumah tangga dan kelompok petani.
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi leukimia diantaranya, yaitu:
a. Aktivitas : kelelahan, kelemahan, malaise, kelelahan otot
b. Sirkulasi : palpitasi, takikardi, murmur jantung, membran mukosa pucat.
c. Eliminasi : diare, nyeri tekan perianal, darah merah terang, feses hitam,
penurunan haluaran urine
d. Integritas ego : perasaan tidak berdaya, menarik diri, takut, mudah
terangsang, ansietas.
e. Makanan/cairan : anoreksia, muntah, perubahan rasa, faringitis, penurunan
BB dan disfagia
f. Neurosensori : penurunan koordinasi, disorientasi, pusing kesemutan,
parestesia, aktivitas kejang, otot mudah terangsang.
g. Nyeri : organomegali, nyeri abomen, sakit kepala, nyeri sendi, perilaku
hati-hati gelisah
h. Pernafasan : napas pendek, batuk, dispneu, takipneu, ronkhi, gemericik,
penurunan bunyi nafas
i. Keamanan : gangguan penglihatan, perdarahan spontan tidak terkontrol,
demam, infeksi, petechiae , purpura, pembesaran nodus limfe.
j. Seksualitas : perubahan libido, perubahan menstruasi, impotensi,
menoragia.
D. Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda adanya anemia (pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat)
2) Tanda-tanda adanya leukopenia (demam, infeksi)
3) Tanda-tanda adanya trombositopenia (ptekie, purpura, perdarahan membran
mukosa)
4) Tanda-tanda adanya limfadenopati, hepatomegali, splenomegali
5) Tanda-tanda adanya hematuria (eritrosit di dalam darah), hipertensi, gagal
ginjal, inflamasi pada rectal, nyeri, berat badan turun, gangguan penglihatan
(perdarahan nodus okuli)
Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah lengkap (Complete Blood Cells) yang terdiri dari :
- HCT (Hematokrit) untuk mengukur presentase eritrosit dalam seluruh
volum darah. Nilai normal pada anak 33-38.
- McH (Mean Cells Hemoglobin) untuk mengukur bobot Hb rata-rata
dalam eritrosit. Nilai normal pada anak usia 1-5 tahun 23-31 pikogram.
- MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) untuk mengukur
konsentrasi Hb per unit volume eritrosit. Nilai normal pada anak usia 5-10
tahun yaitu 32-36 gr/dl.
- TiBC ( Total Iron Binding Capacity) untuk mengukur jumlah zat besi yang
diangkut dalam serum oleh suatu protein transferin.
- Hitung Sel Darah Putih (white blood cell count/WBC) adalah jumlah total
leukosit. Leukosit tinggi (hitung sel darah putih yang tinggi) umumnya
berarti tubuh kita sedang melawan infeksi. Leukosit rendah artinya ada
masalah dengan sumsum tulang. Leukosit rendah, yang disebut leukopenia
atau sitopenia, berarti tubuh kita kurang mampu melawan infeksi. Nilai
normal leukosit adalah 5.000-10.000 sel/mm3.
- Trombosit untuk mengukur kemamouan darah dalam membeku. Nilai
normal pada anak adalah 150.000-450.000 sel/mm3.
2) Bone Marrow Puncture (BMP) untuk mengukur sumsum tulang apakah ada
sel leukemia atau tidak dengan cara memberi anestesi lokal pada daerah di
bagian belakang tulang pinggul atau tulang krista iliak prosterior (posterior
iliac crest), dan dada dengan mengambil cairan sumsum tulang dengan alat
jarum berongga tebal yang prosesnya 10-15 menit. Setelah prosedur selesai,
biasanya pasien harus berbaring selama 5-10 menit untuk memberi tekanan
pada tempat pengambilan tulang sumsum tadi, jika tidak terjadi pendarahan
maka pasien bisa berdiri dan melakukan aktivitas normal kembali.
3) Sitogenetik untuk meneliti kromosom dari sampel darah tepi, sumsum tulang,
dan kelenjar getah bening.
4) X Ray dada untuk melihat kondisi mediastinum dan lesi pada tulang. Pada
kasus leukemia mediastinum terlihat membesar karena adanya pembesaran
timus.
5) Pemindaian hati, ginjal untuk melihat filtrat leukemia
6) Sudden Black, PHS dan mieloferokside untuk mendeteksi apakah termasuk
jenis leukemia akut mielotik ata akut limfatik.
7) Diagnosis leukemia dilakukan dengan pemeriksaan fisik, tes darah lengkap,
CT scan, MRI, biopsi sumsum tulang, apusan darah tepi, dan analisis
cytogenic dan spinal tap.
E. Klasifikasi
Ada dua macam klasifikasi leukemia secara dasar, yaitu:
Leukemia kronis dengan kemunculan leukemia yang berjalan lamban
sehingga masih memiliki harapan untuk hidup yang lebih lama lagi,
hingga lebih dari 1 tahun bahkan ada yang bisa mencapai 5 tahun.
Leukimia kronis biasanya ditandai dengan tipe sel yang lebih matur /
berdiferensiasi baik.
Leukemia akut yang ditandai dengan kemunculan penyakit leukemia
yang berjalan secara sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila
tidak segera ditangani dan diobati, maka penderita akan meninggal hanya
dalam hitungan minggu bahkan dalam beberapa hari. Leukimia ini
ditandai dengan sel-sel primitif (blas) yang secara morfologi
berdiferansiasi buruk
Leukemia diklasifikasikan lagi sesuai dengan jenis sel yang diketemukan
pada darah perifer atau darah tepi, yaitu:
Saat leukemia mempengaruhi sel mieloid seperti neutrofil, basofil, dan
eosinofil, maka hal ini disebut leukemia mielositik.
Saat leukemia mempengaruhi limfosit atau sel limfoid, maka hal ini
disebut leukemia limfositik.
Klasifikasi melalui jumlah leukosit dalam darah, adalah:
Disebut leukemia aleukemik, bila jumlah leukosit di dalam darah kurang
dari batas normal, dan tidak terdapat sel-sel abnormal
Disebut leukemia subleukemik, bila jumlah leukosit di dalam darah kurang
dari batas normal, dan terdapat sel-sel abnormal.
Disebut leukemia leukemik, bila jumlah leukosit di dalam darah lebih dari
batas normal, dan terdapat sel-sel abnormal.
Melalui kombinasi dari klasifikasi yang pertama, maka leukemia dapat
dibagi lagi menjadi:
sel darah leukemia
LLK atau Leukemia Limfositik Kronis yang sering sekali diderita oleh
orang dewasa berusia lebih dari 55 tahun. Terkadang juga diderita oleh
orang dewasa yang masih muda dan hampir tidak ada pada anak-anak.
LMK atau Leukemia Mielositik Kronis jenis ini sering diderita oleh orang
dewasa. Juga dapat terjadi pada anak-anak, namun sedikit sekali.
LLA atau Leikemia Limfositik Akut yang merupakan jenis leukemia yang
paling sering menimpa pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada
orang dewasa terutama yang berusia 65 tahun atau lebih.
LMA atau Leukemia Mielositik Akut yang merupakan leukemia yang
lebih sering menimpa orang dewasa . dulu LMA sering disebut Leukemia
nonlimfositik akut.
Menurut Gambaran Darah Tepi :
1. Leukemik , ditandai dengan peningkatan hitung sel darah putih dan
banyaknya sel leukemik .Bentuk ini adalah bentuk yang sering terjadi.
2. Subleukemik , ditandai dengan hitung sel darah putih total normal atau
rendah ,tetapi terdapat sel-sel leukemik yang dapat dikenali didalam darah
tepi.
3. Aleukemik , keadaan dengan hitung sel darah putih total normal atau rendah
dan tidak ada sel-sel leukemik yang dapat dikenali dalam darah
tepi.Leukimia ini jarang terjadi ,tetapi dapat terjadi pada awal penyakit.
Menurut Tipe Sel :
Leukimia Limfositik
a. Leukimia Limfositik Akut ditandai dengan keberadaan sel-sel besar seragam
didalam sum-sum tulang dan darah tepi ,menyerupai limfoblas yang berproliferasi
pada perkembangan janin.Lebih lanjut lagi diklasifikasikan menurut gambaran
morfologis atau menurut sifat imunologik atau genetik :
L1 :Blas homogen berukuran sedang ,secara imunologi bukan petanda tetapi
meliputi beberapa tipe ,mencakup ALL biasa dan ALL pra B,sering terjadi
pada masa anak-anak dengan prognosis baik.
L2 :Sel blas heterogen , sekali lagi merupakan kelompok campuran,beberapa
bukan penanda sebagian besar tipe sel T ,tipe biasa terlihat pada orang
dewasa dan memiliki prognosis buruk.
L3 :Sel blas tipe Burkitt basofil homogen ,ditandai sebagai sel B ,prognosis
buruk.
Merupakan kanker yang paling sering menyerang anak-anak umur
dibawah 15 tahun denga puncak insiden umur 3-4 tahun.manifestasi
berupa proliferasi limfoblas abnormal didalam sum-sum tulang dan
tempat-tempat ekstra medular.LLA selanjutnya digolongkan berdasarkan
kriteria imunologik CD yang sebelumnya telah dibahas mengindentifikasi
sel T dengan penanda CD5 dan CD7 ,antigen LA yang lazim (cALLa)
sekarang dikenal sebagai CD10 ,juga mempunyai gambaran CD19 dan Tdt
,sel B membawa CD19 ,CD20,CD21,CD22 .Sel ”nul” menggambarkan sel
B imatur sehingga tidak memiliki penanda CD yang mengidentifikasi.
Leukimia Limfositik Kronik ditandai dengan proliferasi limfosit matur
kecil yang menyerupai sisa limfosit kecil pada darah tepi .Pada 95%
kasus ,limmfosit tersebut adalah sel-B ,sisanya sel-T.
Bila leukimia limsfositik mengenai kelenjar getah bening ,leukimia tersebut
mempunyai tampilan limfoma maligna.CLL pada kelenjar getah bening identik
dengan limfoma limfoblastik ( tipe B ,T atau tipe bukan penanda dulu
diklasifikasikan dalam kategori lebih luas pada limfoma limfositik berdeferensiasi
buruk).CLL dalam kelenjar getah bening identik dengan limfoma limsitik kecil
(tipe B atau tipe T dulu dinamakan limfoma limfositik terdiferensiasi baik).
Leukimia Mieloid (granulositik) ,ditandai dengan proliferasi sel seri
granulosit ,biasanya netrofil meskipun tidak jarang terjadi proliferasi eosinofil dan
basofil secara bersamaan .
a. AML ditandai dengan proliferasi mieloblas .Mieloblas sulit dibedakan secara
morfologi dengan limfoblas kecuali : mieloblas mengandung batang Auer ,yang
merupakan inklusi sitoplasmik kristalin warna ungu,mieloblas bermaturasi
menjadi promielosit dan terlihat granul kasar dalam sitoplasma dan digunakan
sebagai penanda sitokimia atau imunologik.(Patologi Anatomi sitasi sda) AML
lebih lanjut diklasifikasikan menurut sifat morfologisnya (patofisiologi sitasi sda)
M0 : Berdiferensiasi minimal :
M1 : Berdifrensiasi granulositik tanpa maturasi
M2 : Diferensiasi granulositik dengan maturasi sampai stadium promielositik .
M3 : Diferensiasi granulositik dengan promielositik
hipergranular ,dihubungkan dengan koagulasi intravsakular diseminata.
M4 : Leukimia mielomonositik akut ,garis sel monosit dan dranulosit ,garis sel
monosit dari granulosit.
M5a : Leukimia monosit akut ,berdiferensiasi buruk
M5b : Leukimia monosit akut ,berdiferensiasi baik
M6 : Eritroblasia yang menonjol dengan diseritropoesis berat.
M7 : Leukimia megakariosit
b. Leukimia mielositik kronik ditandai dengan proliferasi sel granulosit yang
telah matur melebihi stadium mieloblas.Kurang dai 5% sel didalam sum-sum
adalah mieloblas.Bila pasien leukimia mielositik kronis memiliki sum-sum tulang
yang mengandung lebih dari 5 % mieloblas ,pasien tersebut didefinisikan sedang
mengalami akselerasi atau fase blas penyakit yang dideritanya.
Leukimia Monositik,secara tradisional dibedakan 2 bentuk leukimia monositik :
monositik akut ( tipe schiling) dan mielomonositik akut (tipe naegeli) .Keduanya
saat ini dimasukan dalam leukimia mielolastik akut pada klasifikasi
FAB,mengingat asalnya yang sama dengan granulosit .Tidak terdapat bentuk
kronis yang terdefinsi baik pada leukimia monositik atau
mielomonositik ,meskipun beberapa gangguan mieloproliferatif memang
menunjukan proliferasi monosit.
a. Leukimia monositik ( monoblastik) akut (FAB –M5) ditandai dengan dengan
proliferasi monoblas .Leukimia ini dapat secara terpecaya dibedakan dari blas
lainnya hanya dengan menggunakan penanda sitokimia .
b. Leukimia mielomonositik akut (FAB-M4) ditandai dengan blas yang memiliki
karakteristik mieloblas dan monoblas,baik secara morfologis maupun secara
sitokimia
F. Komplikasi
Berikut ini dapat dicermati komplikasi yang timbul pada leukemia:
1. Anemia (kurang darah). Hal ini karena produksi sel darah merah kurang
atau akibat perdarahan. S
2. Terinfeksi berbagai penyakt. Hal ini dikarenakan sel darh putih yang ada
kurang berfungsi dengan baik meskipun jumlahnya berlebihan tetapi sudah
berubah menjadi ganas sehingga tidak mampu melawan infeksi dan benda
asing yang masuk ke dalam tubuh. Disamping itu, pada leukemia, obat-
obatan anti-leukemia menurunkan kekebalan.
3. Perdarahan. Hal ini terjadi sebagai akibat penekanan sel leukemia pada
sumsum tulang sehingga sel pembeku darah produksinya pun berkurang.
4. Gangguan metabolism:
- Berat badan turun,
- Demam tanpa infeksi yang jelas,
- Kalium dan kalsium darah meningkat malahan ada yang rendah serta
- Gejala asidosis sebagai akibat asam laktat meningkat.
5. Penyusupan sel-sel pada organ-organ:
- Terlihat organ limpa membesaR
- Gejala gangguan saraf otak
- Gangguan kesuburan, serta
- Tanda-tanda bendungan pembuluh darah paru
6. Berbagai komplikapada kehamilan apabila penderita hamil.
7. Kelelahan (fatigue)Jika leukosit yang abnormal menekan sel-sel darah merah maka anemia dapat terjadi. Kelelahan merupakan akibat dari keadaan anemia tersebut.
Proses terapi LGK juga dpat menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah.
8. Pendarahan (bleeding)Penurunan jumlah trombosit dalam darah (trombositopenia) pada keadaan LGK dapat mengganggu proses hemostasis. Keadaan ini dapat menyebabkan pasien mengalami epistaksis, pendarahan dari gusi, ptechie, dan hematom.
9. Rasa sakit (pain)Rasa sakit pada LGK dapat timbul dari tulang atau sendi. Keadaan ini disebabkan oleh ekspansi sum-sum tulang belakang dengan leukosit abnormal yang berkembang pesat.
10. Pembesaran limfa (splenomegali)Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat keadaan LGK sebagian berakumulasi di limfa. Hal ini menyebabkan limpa bertambah besar, bahkan beresiko untuk pecah.
11. Stoke atau clotting yang berlebihan (excess clotting)Beberapa pasien dengan lasu LGK memproduksi trombosit secara berlebihan. Jika tidak dikendakilan, kadar trombosit yang berlebihan dalam darah (trombositosis) dapat menyebabkan clot yang abnormal dan mengakibatkan stroke.
12. InfeksiLeukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal, tidak menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien menjadi rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LGK juga menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak efektif.
13. Kematian
G. Penatalaksanaan
Pencegahan
a. Hindari terpapar sinar radiasi langsung
b. Berhenti merokok
c. Gunakan APD yang aman dan lengkap saat bekerja
Pengobatan
Sementara, pilihan pengobatan kanker yang biasa tersedia untuk leukemia
adalah kemoterapi, terapi radiasi, transplantasi sumsum tulang dan terapi
biologi.
a. Kemoterapi
a) Kemoterapi pada penderita LLA
Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian
besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi
kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang
karena obat menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses
membunuh sel leukemia. Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi
kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin, prednison dan asparaginase.
Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi
yang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk
mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat.
Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian.
Tahap 3 ( profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP.
Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis
yang lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang
berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk
mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat.
Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap
ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun.
Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis.
Tidak hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi
sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi lengkap dan
sepertiganya mengalami harapan hidup jangka panjang, yang dicapai
dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.
b. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel
leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain
dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi
gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x-ray dan sinar gamma.
Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan pendesakan
karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.
c. Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang
yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat
disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu,
transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang
rusak karena kanker. Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-80% angka
keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah
terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen (HLA) yang sesuai.
Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita yang tidak
memberikan respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang pada
awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.
d. Terapi Suportif
Terai suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan
penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah
untuk penderita leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk
mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.
e. Biopsi
Biopsi merupakan satu-satunya cara pasti mengetahui keberadaan sel-sel
leukimia di dalam sumsum tulang.
f. Sitogenetik
Pemeriksaan ini akan meneliti kromosom dari sampel sel darah sumsum tulang
atau kelenjar getah bening. Jika hasil kromosom abnormal, maka hasil tes akan
menunjukkan jenis leukimia yang diderita
g. Spinal Top
Dokter mengambil beberapa cairan serebrospinal yaitu cairan yang mengisi
ruang di dalam serta sekitar otak dan sumsum tulang belakang.
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui adanya sel-sel leukimia
atau tanda-tanda lain dari masalah.
h. X-Ray Dada
Pemeriksaan X-ray dapat menunjukkan adanya pembengkakan kelenjar getah
bening atau tanda-tanda lain dari penyakit di dalam dada.
H. Ptofisiologi
I. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi :
a. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari
b. Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
c. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau
dibutuhkan
d. Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional
a. menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
b. menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan
jaringan
c. mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi
d. memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
2. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang
dapat diterima anak
Intervensi :
a. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
b. Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non
invasif, alat akses vena
c. Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
d. Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
e. Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional :
a. informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau
keefektifan intervensi
b. untuk meminimalkan rasa tidak aman
c. untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
d. sebagai analgetik tambahan
e. untuk mencegah kambuhnya nyeri
3. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan
tubuh
Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
Intervensi :
a. Pantau suhu dengan teliti
b. Tempatkan Px dalam ruangan khusus
c. Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan
teknik mencuci tangan dengan baik
d. Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasive
e. Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti
tempat
penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
f. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
g. Berikan periode istirahat tanpa gangguan
h. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
i. Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional
a. untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
b. untuk meminimalkan terpaparnya Px dari sumber infeksi
c. untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
d. untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
e. untuk intervensi dini penanganan infeksi
f. rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
g. menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
h. untuk mendukung pertahanan alami tubuh
i. diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
4. Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan
penurunan jumlah trombosit
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Intervensi :
a. Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada
daerah ekimosis
b. Cegah ulserasi oral dan rectal
c. Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
d. Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
e. setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat,
dan pucat)
f. Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
g. Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan
hidung
karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya anemia
Rasional
a. karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
b. untuk mencegah perdarahan
c. untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
d. karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
e. untuk mencegah perdarahan
5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual
dan muntah
Tujuan:
a. Tidak terjadi kekurangan volume cairan
b. Pasien tidak mengalami mual dan muntah
Intervensi:
a. Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
b. Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
c. Kaji respon anak terhadap anti emetic
d. Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
e. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
f. Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional
a. untuk mencegah mual dan muntah
b. Rasional: untuk mencegah episode berulang
c. Rasional: karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
d. Rasional: bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
e. Rasional: karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
f. Rasional: untuk mempertahankan hidrasi
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi
dan atau stomatitis
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Intervensi :
a. Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan
b. Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan
untuk
memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat
c. Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk
atau suplemenyang dijual bebas
d. Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
e. Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
f. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
g. Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional
a. jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual
dan muntah serta kemoterapi
b. untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
c. untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
d. untuk mendorong agar anak mau makan
e. karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
f. kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk
menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting
dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
g. membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila
BB dan pengukuran antropometri kurang dari normal
J. Prognosis
Leukemia Limfositik Akut (ALL)
a. Jumlah leukosit awal, pada saat diagnostik ditegakkan merupakan
prognosis yang bermakna. Jumlah leukosit > 50.000 untuk prognosis yang
buruk.
b. Perempuan lebih baik prognosisnya daripada anak laki-laki.
c. Kebanyakan pasien LLA dewasa mencapai remisi tapi tidak sembuh
dengan kemoterapi saja, dan hanya 30% yang bertahan hidup lama.
d. Kebanyakan pasien yang sembuh dengan kemoterapi adalah usia 15 – 20
tahun dengan faktor prognostik baik lainnya.
e. Overall disease-free survival rate untuk LLA dewasa kira-kira 30%
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol: 1, Edisi
8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC
eprints.undip.ac.id
Guyton, Arthur C. & John E. Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi
11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
http://digilib.unimus.ac.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Leukemia
http://intisari-online.com/read/tanda-tanda-leukemia-pada-anak
http://tipsanak.com/1525/pengertian-gejala-dan-penyebab-leukimia-pada-anak/
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Merdeka.