makalah luka bakar
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ i
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................................2
1. Tujuan Umum.................................................................................................................2
2. Tujuan Khusus............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................................................3
2.1 DEFINISI LUKA BAKAR..................................................................................................3
2.2 PENYEBAB LUKA BAKAR..................................................................................................3
2.3 PATOFISIOLOGI................................................................................................................7
2.4 FATHWAY............................................................................................................................10
2.5 TANDA DAN GEJALA.......................................................................................................12
1. Kedalaman Luka Bakar..............................................................................................12
2. Luas Luka Bakar.........................................................................................................14
3. Beratnya Luka Bakar................................................................................................15
4. FASE LUKA BAKAR.........................................................................................................16
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG...........................................................................................18
2.7 KOMPLIKASI.....................................................................................................................19
2.8 PENANGANAN.....................................................................................................................20
2.9 ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR.......................................................................29
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................58
A. Kesimpulan.....................................................................................................................58
B. Saran.................................................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................59
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi
para dokter. Luka bakar berat menyebabkan morbiditas dan
derajat cacat yang relatif tinggi dibandinqkan dengan cedera
oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya Pun
tinggi.
Di Amerika Serikat, kurang lebih 250.000 orang mengalami
luka- bakar setiap tahunnya. Dari angka tersebut, 112.000
penderita luka bakar membutuhkan tindakan emergensi, dan
sekitar 210 penderita luka bakar meninggal dunia. Di
Indonesia, belum ada angka pasti mengenai luka hakar, tetapi
dengan bertambahnya jumlah penduduk serta industri, angka luka
bakar tersebut makin meningkat.
Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga
menimbulkan efek sistemik yang sangat kompleks. Luka bakar
biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh
kedalaman luka bakar. Beratnya luka bergantung pada dalam,
luas, dan letak luka. Selain beratnya luka bakar, umur dan
keadaan kesehatan penderita sebelumnya merupakan faktor yang
sangat mempengaruhi prognosis.
B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Luka bakar?
2. Untuk mengetahui etiologi Luka bakar?
3. Untuk mengetahui tanda dan Luka bakar?
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan fathway Luka bakar?
1
5. Untuk mengetahu asuhan keperawatan Luka bakar?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk
mendukung kegiatan belajar-mengajar jurusan keperawatan
khususnya pada mata kuliah keperawatan Advance nursing
practice.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulis dalam menyusun makalah ini agar
mahasiswa mengetahui Pengertian, etiologi, tanda dan
gejala, patofisiologi dan fathway, dan asuhan keperawatan
luka bakar
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI LUKA BAKAR
Luka bakar adalah trauma pada kulit yang disebabkan oleh
panas atau suhu tinggi.
Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk
luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar
jaringan mati (eskar) yang tetap berada pada tempatnya pada
jangka waktu yang lama. Dengan cepat luka bakar akan didiami
oleh bakteri pathogen; mengalami eksudasi dengan perembesan
sejumlah besar air, protein, serta elektrolit; dan sering kali
memerlukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh yang lain
untuk menghasilkan penutupan luka yang permanen.
2.2 PENYEBAB LUKA BAKAR
Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar.
Beratnya luka bakar juga dipengaruhi oleh cara dan lamanya
3
kontak dengan sumber panas (misal suhu benda yang membakar,
jenis pakaian yang terbakar, sumber panas : api, air panas dan
minyak panas), listrik, zat kimia, radiasi, kondisi ruangan
saat terjadi kebakaran dan ruangan yang tertutup. Luka bakar
dikategorikan menurut mekanisme injurinya meliputi :
1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn)
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar
atau kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek
panas lainnya. ( gas, cairan, bahan padat/solid )
Luasnya cedera adalah akibat dari intensitas panas
(suhu) dan durasi pemajanan.
2. Luka bakar listrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang
digerakan dari energi listrik yang dihantarkan melalui
tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya
kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu
sampai mengenai tubuh.
Cedera listrik diklasifikasikan berdasarkan tipe dan
kekuatan arus listriknya.
Tipe arus, antara lain “arus bolak-balik” (AC) yang
dtemukan dirumah tangga (voltase 110 atau 220) dan “arus
searah (DC) yang ditemukan diaki mobil dan alat bedah
elektro. Kontak dengan AC cenderung menyebbkn kontraksi
otot, yang menyebabkan korban sulit untuk melepaskan
sumber listrik tersebut. Kontak dengan DC cenderung
menyebabkan kontraksi otot tunggal yang keras. Kontak
dengan AC cenderung lebih berbahaya daripada kontak dengan
DC. Kekuatan arus dibagi menjadi dua kategori. Voltase
4
tinggi, 1000 volt atau lebih, dan voltse rendah dibawah
1000 volt. Voltase tinggi biasanya menyebabkan lebih
banyak destruksi jaringan.
3. Luka bakar kimiawi
Luka bakar kimiawi terjadi ketika substansi kimia beraksi
dengan kulit, menyebabkan reaksi kimia. Beberapa absorbasi
dapat terjadi dan dapat menyebabkan reaksi sismatik.
Hasilnya dapat dikaitkan dengan empat hal: tipe kimiawi
( asam, alkali, atau subtansi organik), lama pemajanan,
konsentrasi zat, dan jumlah zat. Reaksi kimia dan cedera
dihilangkan dari kulit. Semakin dini tindakan, semakin
sedikit kerusakannya. Luka bakar asam menyebabkan
nekrosis koagulasi dan pengendapan protein yang membatasi
luasnya kerusakan jaringan. Luka bakar alkali menyebabkan
kerusakan lebih banyak dari pada luka bakar asam karna zat
ini menyebabkan nekrosis yang mencair pada jaringan,
denaturasi protein, dan menghilangkan lapisan jaringan,
yang memungkinkan penyebaran luas akibatnya luka bakar
semakin parah. Subtansi organik menyebabkan kerusakan
kutaneus dan dapat di absorpsi, yang menyebabkan
kerusakan hati dan ginjal. 15 zat kimia tertentu seperti
asam hidrofluorat dapat menembus ke jaringa subkutan dan
dapat menyebabkan kerusakan selama beberapa hari setelah
pemajanan.
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber
radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan
penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber
5
radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran.
Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu
lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.
Penyebab luka bakar yang tersering adalah terbakar api
langsung yang dapat dipicu atau diperparah dengan adanya
cairan yang mudah terbakar seperti bensin, gas kompor rumah
tangga, cairan dari tabung pemantik api, yang akan menyebabkan
luka bakar pada seluruh atau sebagian tebal kulit. Pada anak,
kurang lebih 60% luka bakar disebabkan oleh air panas yang
teriadi pada kecelakaan rumah tangga, dan umumnya merupakan
luka bakar superfisial, tetapi dapat juga mengenai seluruh
ketebalan kulit (derajat tiga).
Penyebab luka bakar lainnya adalah pajanan suhu tinggi
dari matahari, listrik, maupun bahan kimia. Bahan kimia ini
bisa berupa asam atau basa kuat. Asam kuat menyebabkan
nekrosis koagulasi, denaturasi protein, dan rasa nyeri yang
hebat. Asam hidroklorida mampu menenebus jaringan sampai ke
dalam dan menyebabkan toksisitas sistemik yang fatal, bahkan
pada luka yang kecil sekalipun. Alkali atau basa kuat yang
banyak terdapat dalam rumah tangga antara lain cairan pemutih
pakaian (bleaching), berbagai cairan pembersih, dll. Luka
bakar yang disebabkan oleh basa kuat akan menyebabkan jaringan
mengalami nekrosis yang mencair (liquefactive necrosis).
Kemampuan alkali menembus jaringan lebih dalam lebih kuat
daripada asam, kerusakan jaringan lebih berat karena sel
mengalami dehidrasi dan terjadi denaturasi protein dan
kolagen. Rasa sakit baru timbul belakangan sehingga penderita
6
sering terlambat datang untuk berobat dan kerusakan jaringan
sudah meluas.
2.3 PATOFISIOLOGI
Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025
m2 pada anak baru lahir sampai 1 m2 pada orang dewasa. Apabila
kulit terbakar atau terpajan suhu tinggi, pembuluh kapiler di
bawahnya, area sekitarnya dan Area yang jauh sekali pun akan
rusak den menyebabkan permeabilitasnya meningkat. Terjadilah
kebocoran cairan intrakapilar ke inrerstisial sehingga terjadi
ude dan bula yang mengandung banyak elektrolit. Rusaknya Kulit
akibat luka bakar akan mengakibatkan hilangnya fungsi kulit
sebagai barier dan penahan penguapan.
Kedua penyebab di atas dengan cepat menyebabkan
berkurangnya cairan intravaskular. Pada luka bakar yang
luasnya kurang dari 20%,mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasinya. Bila kulit yang terbakar luas (lebih dari 20%).
Dapat terjedi syok hipovolemik disertai gejala yang khas,
seperti gelisah, pucat. Dinqin, berkeringat, nadi kecil dan
cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkuranq.
Pembengkakan terjadi Perlahan, maksimal terjadi setelah
delapan jam.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan
permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut
rusak sehingga dapat terjadi anemia.
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi
di wajah, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena
gas, asap, atau uap panas yang terhirup. Udem laring yang
ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan
7
gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara parau, dan dahak
berwarna gelap akibat jelaga.
Dapat juga terjadi keracunan gas co atau gas beracun
lainnya. Karbonmonoksida sangat kuat terikat dengan hemoglobin
sehingga hemoglobin tidak mampu lagi mengikat oksigen tanda
keracunan ringan yaitu lemas, bingung, pusing mual, dan
muntah, pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila lebih 60%
hemoglobin terikat co, penderita dapat meninggal.
Setelah 12-24 jam permeabilitas kapiler mulai membaik dan
terjadi mobilisasi serta penyerapan kembali cairan dari ruang
interstisial ke pembuluh darah yang ditandai dengan
meningkatnya diuresis.
Luka bakar umumnya tidak steril. Kontaminasi pada kulit
mati yang merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman,
akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena
daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami
tromosis. Padahal pembuluh ini membawa system pertahanan tubuh
atau antibiotic. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar,
selain berasal dari kulit penderita sendiri, juga dari
kontaminsasi kuman saluran napas atas dan dan kontaminsai
kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial biasanya
sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten
terhadap berbagai antibiotik.
Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kaukus gan
positif yang berasal dari kulit sendiri atau dari saluran
nafas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman gram
negatif. Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan
eksotoksin protese dan toksin lain yang berbahaya, terkenal
8
sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi
pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau pada kasa penutup
luka bakar. Kuman memproduksi enzim penghancur keropeng yang
bersama dengan eksudasi oleh jaringan granulasi membentuk
nanah.
Infeksi ringan dan noninvasif(tidak dalam) ditandai dengan
keropeng yang mudah lepas dengan nanah yang banyak. Infeksi
yang invasi ditandai dengan keropeng yang kering dengan
perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat
menjadi nekrotik; akibatnya, luka bakar yang mula-mula derajat
dua menjadi derajat tiga, infeksi kuman menimbulkan vaskulitis
pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan
menimbulkan trombosis.
Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat
dua dapat sembuh dengan meninggalkan cacat berupa parut.
Penyembuhan ini dimulai dai sisa elemen epitel yang masih
vital, misalnya dek kelenjar sebasea, sel asal, sel kelenjar
keringat, atau sel pangkal rambut. Luka bakar derajat dua yang
dalam mungkin meninggalakan parut hipertrofi yang nyeri gatal,
gatal, dan secara estetik sangat jelek.
Luka bakar derajat tiga yang dibiarkan sembuh sendiri akan
mengalami kontraktur. Bila ini terjadi di persendian, fungsi
sendi dapat berkurang atau hilang.
Pada luka bakar berat dapat di temukan ileus paralitik.
Pada fase akut, peristalsis usus menurun atau berhenti karena
syok. Juga peristaltik dapat menurun karena kekurangan ion
kalium.
9
Stres atau beban faal serta hipoperfusi daerah splanghikus
pada penderita luka bakar berat dapat menyebabkan terjadinya
tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama
dengan gejala tuak petik. Kelainan ini dikenal dengan sebagai
tuak curling ini adalah penyulit perdarahan yang tampil
sebagai hematemesis dan atau melena.
Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme
sehingga keseimbangan protein menjadi negatif. Protein tubuh
banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi, dan mudah
terjadi infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak
juga mengeluarkan kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan
tubuh pada fase ini terutama di dapat dari pembakaran protein
dari otot skelet. Oleh karena itu, penderita menjadi sangat
kurus, otot mengecil, dan berat badan menurun. Kecacatan
akibat luka bakar bisa sangat hebat, terutama bis mengenai
wajah. Penderita mungkin mengalami beban kejiwaan berat akibat
cat tersebut, sampai bisa menimbulkan gangguan jiwa yang
disebut schizoprenia postburn.
2.4 FATHWAY
2
10
Thermal Burn
Saluran Napas
Destruksi Jaringan
Kulit
Denaturasi protein/ ionisasi sel
Koagulasi sel
Electrical burnChemical Burn Radiasi
Voltase Tinggi > 1000 Watt
Masuk jantung
3
4
5
6
7
11
Ekstravasi/perpindahan natrium, H2O, dan protein
dari ruang intravaskuler ke ruang intersisial
Gangguan perfusi jaringan
Gangguan rasa nyaman nyeri
Peningkatan respon nyeri
Resiko Infeksi
Tekanan onkotik turun
Hipovolemia
Kekurangan Volume Cairan
Penurunan aliran
Respon sistemik
Respon pada
Hipotalamus
Gangguan Termoregulasi
Hipotermi
Lisis Sel
Nekrosis Jantung
Afterload
Kerusakanpertukaran gas
hipovelemia
Kekurangan volume
cairan
Penurunan aliran darah ke gastrointestinal
Syok luka bakar
Respons stres masif, aktivitas System saraf simpatis
Hormon kortikoadrenal pelepasan ketokolaminan
2.5 TANDA DAN GEJALA
1. Kedalaman Luka Bakar
Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan
lamanya pajanan suhu tinggi. Selain api yang langsung
menjilat tuhuh, baju yang ikut terbakar juga memperdalam
luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat
dari bulu domba (wol).Bahan sintetis, seperti nilon dan
12
Penurunan aliran
Metabolisme gastrointestinal menurun
Penurunan peristaltik usus
konstipasi
Vasokontriksi perifer
Penurunan curah jantung
dakron, selain mudah terbakar juga mudah lumer oleh suhu
tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat kedalaman
luka bakar.
Luka bakar derajat 1 dinamakan superficial burn atau luka
bakar permukaan.Luka bakar ini tidak terlalu serius dan
hanya mengenai lapisan kulit bagian atas, tetapi sering
disertai pembentukan vesikel atau gelembung berisi cairan.
Luka bakar derajat satu hanya mengenai epidermis dan
biasanya sembuh dalam 5-7 hari; misalnya tersengat matahari.
Luka tampak sebagai eritema dengah keluhan rasa nyeri atau
hipersensitivitas setempat.
Luka bakar derajat 2 dinamakan partial thickness burn atau
luka bakar parsial. Luka bakar derajat dua mencapai
kedalaman dermis, tetapi masih ada elemen epitel sehat yang
tersisa. Elemen epitel tersebut, misalnya sel epitel basal,
kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut.
Dengan adanya sisa sel epitel ini, luka dapat sembuh sendiri
dalam dua sampai tiga minggu. Gejala yang timbul adalah
nyeri, gelembung, atau bula berisi cairan eksudat yang
keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya
meningkat.
Luka bakar derajat 3 dinamakan full thickness burn. Luka
bakar ini mengenai seluruh ketebalan kulit. Struktur di
bawah kulitpun sering mengalami kerusakan. Sekalipun
demikian kulit tidak lenyap,musnah,atau hilang atau hilang
tetapi rusak. Luka bakar derajat tiga meliputi seluruh
kedalaman kulit dan mungkin subkutis, atau organ yang lebih
13
dalam. Tidak ada lagi elemen epitel hidup tersisa yang
memungkinkan penyembuhan dari dasar luka biasanya diikuti
dengan terbentuknya eskar yang merupakan jaringan nekrosis
akibat denaturasi protein jaringan kulit. Oleh karena itu,
untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan skin grafting.
Kulit tampak pucat abu-abu gelap atau hitam, dengan
permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yang masih
sehat. Tidak ada bula dan tidak terasa nyeri.
Orang yang mengalami luka bakar derajat 4 terlihat hitam,
seperti arang,dan nekrotik,Derajat empat yaitu luka bakar
yang merusak tulang, otot, dan jaringan dalam, serta luka
bakar akibat sengatan arus listrik yang menyebabkan robeknya
jaringan. Sebagian besar luka bakar merupakan kombinasi dari
ketiga derajat di atas.Pada bagian pinggir,sering terjadi
luka bakar superficial,sedangkan pada pusatnya,pada tempat
terjadinya kontak,timbul parsial atau full thickness burn.
2.Luas Luka Bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9
yang terkenal dengan nama rule of nine atau rule of
wallace yaitu:
14
Bagian tubuh 1 th 5 th Dewasa
Kepala leher 18% 14% 9%
Ekstrimitas atas (kanan dan
kiri)
18% 18% 18 %
Badan depan 18% 18% 18%
Badan belakang 18% 18% 18%
Ektrimitas bawah (kanan dan
kiri)
32% 32% 36%
Genetalia 1% 1% 1%
3.Beratnya Luka Bakar
Dalam menentukan berat luka bakar adalah berdasarkan pada
luas ukuran dan kedalaman. Ada terdapat tiga kategori dalam
menentukan berat luka bakar; mayor, modrat, minor.
15
a. Luka bakar mayor
Terdapat satu atau lebih kriteria :
1) Luka bakar derajat III lebih dari 10% luas permukaan
tubuh
2) Luka bakar derajat dua lebih dari 25% luas permukaan
tubuh pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak
anak.
3) Luka bakar terdapat pada tangan, muka, kaki, atau
genetalia.
4) Luka bakar dengan komplikasi fraktur, atau gangguan
pernapasan.
5) Luka bakar elektrik.
b. Luka bakar Moderat
1) Luka bakar 2% sampai 10% luas permukaan tubuh.
2) Luka bakar derajat II 15% sampai 25% luas permukaan
tubuh pada orang dewasa dan lebih dari 10% samapi 20%
pada anak.
c. Luka bakar minor
1) Luka bakar derajat III kurang dari 2% luas permukaan
tubuh.
2) Luka bakar derajat II kurang dari 15% luas permukaan
tubuh pada orang dewasa dan lebih dari 10% pada anak.
3) Dalam melakukan pengkajian yang harus menjadi
pertimbangan secara khusus adalah lokasi luka bakar :
muka, tangan, kaki, dan genetalia karena kemungkinan
hilangnya fungsi.
16
Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang
ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Walaupun demikian,
beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak luka
Umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya akan sangat
memengaruhi prognosis.
Selain dalam dan luasnya luka bakar, prognosis dan
penanganan ditentukan oleh letak luka, usia, dan keadaan
kesehatan penderita. Perawatan daerah perineum, ketiak,
leher, dan tangan sulit, antara lain karena mudah mengalami
kontraktur. Bayi dan orang usia lanjut daya kompensasinya
lebih rendah, maka bila terbakar digolongkan ke dalam
golongan berat.
4. FASE LUKA BAKAR
a. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal
penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan
nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation
(sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi
segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih
dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera
inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi
adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak
sistemik.
b. Fase sub akut.
17
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang
terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat
kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
1) Proses inflamasi dan infeksi.
2) Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka
telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada
struktur atau organ – organ fungsional.
3) Keadaan hipermetabolisme.
c. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi
parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ
fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan
pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnose
adalah:
1. Hitung darah lengkap
Peningkatan MHT awal menunjukan hemokonsentrasi sehubung
dengan perpindahan atau kehilngan cairan. Selanjutnya
menurunnya Hb dan Ht dapat terjadi sehubungan dengan
kerusakan oleh panas terhadap endothelium pembuluh darah.
2. Sel darah putih
Leukosit dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada
sisi luka dan respon inflamasi terhadap cidera.
3. GDA
Dasar penting untuk kecurigaan cidera inhalasi.
18
4. CO Hbg
Peningkatan lebih dari 15 % mengindikasikan keracunan CO
cidera inhalasi.
5. Elektrolit serum:
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cidera
jaringan/ kerusakan SDm dan penurunan fungsi ginjal.
6. Natrium urine random
Lebih besar dari 20 MEqL mengindikasikan kelebihan
resusitasi cairan, kurang dari 10 MEq / L menduga ketidak
adekuatan resusitasi cairan.
7. Glukosa serum
Rasio albumin / globulin mungkin terbalik sehubungan dengan
kehilangan protein pada edema cairan.
8. Albumin serum
Peningkatan glukosa serum menunjukan respon stress.
9. BUN kreatinin
Peningkatan BUN menujukan penuruna fungsi- fungai ginjal.
10. Urine
Adanya albumin, Hb dan mioglobulin menunjukan kerusakan
jaringan dalam dan kehilangan protein.
11. Foto roentgen dada
Dapat tampak normal pada pansca luka bakar dini meskipun
dengan cidera inhalasi, namun cidera inhalasi yang
sesungguhnya akan ada pada saat progresif tanpa foto dada.
12. Bronkopi serat optic
Berguna dalam diagnosa luas cidera inhalasi, hasil dapat
meliputi edema, perdarahan dan/ tukak pada saluran
pernafasan atas
19
13. Loop aliran volume
Memberikan pengkajian non invasive terhadap efek / luasnya
cidera inhalasi
14. Scan paru
Mungkin dilakukan untuk menentukan luasnya xidera inhalasi
15. EKG
Tanda iskemia miokardiak disritmia dapat terjadi pada luka
bakar listrik
16. Foto grafi luka bakar
Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya
2.7 KOMPLIKASI
1. Infeksi
Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka
penderita dapat mengalami sepsis. Berikan antibiotika
berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk kombinasi.
Kortikosteroid jangan diberikan karena bersifat
imunosupresif (menekan daya tahan), kecuali pada keadaan
tertentu, misalnya pda edema larings berat demi kepentingan
penyelamatan jiwa penderita.
2. Curling’s ulcer (ulkus Curling)
Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari
ke 5–10. Terjadi ulkus pada duodenum atau lambung, kadang-
kadang dijumpai hematemesis. Antasida harus diberikan secara
rutin pada penderita luka bakar sedang hingga berat. Pada
endoskopi 75% penderita luka bakar menunjukkan ulkus di
duodenum.
3. Gangguan Jalan nafas
20
Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul
pada hari pertama. Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema
paru dan infeksi. Penanganan dengan jalan membersihkan jalan
nafas, memberikan oksigen, trakeostomi, pemberian
kortikosteroid dosis tinggi dan antibiotika.
4. Konvulsi
Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah
konvulsi. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan
elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan (penisilin,
aminofilin, difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak
diketahui.
5. Kontraktur
Merupakan gangguan fungsi pergerakan.
6. Ganguan Kosmetik akibat jaringan parut
2.8 PENANGANAN
Tiga hal yang sangat penting pada penanganan luka bakar, yaitu:
1. Burn Shock
Timbul dalam 48 jam: merupakan suatu jenis yang berbeda
dari shock hemorhagik/ neurologik. Pengertian burn shock
sendiri sebenarnya masih kabur dan belum pasti, aspek-aspek
penting dalam burn shock:
a. Hipokalemia
b. Kekurangan elektrolit dan protein
c. Nyeri
2. Infeksi
Dalam fase kedua ini ada bahaya-bahaya berupa:
21
a. Bila proses supuratif berlangsung untuk beberapa waktu
lamanya, ditakuti terjadi amiloidosis.
b. Osteoforosis karena alat-alat tidak dipakai.
c. Stase urin yang dapat menimbulkan batu-batu dalam
traktus urinarius. Dekat akhir fase burn shock dapat
timbul curling’s ulcers (lambung, duodenum, dan jejenum)
3. Rehabilitasi
Seringkali luka bakar meninggalkan kontraktur yang kadang-
kadang hebat sekali, sehingga penting sekali tindakan
rehabilitasi. Bertujuan untuk mengembalikan bentuk dan
fungsi. Luka bakar yang perlu rehabilitasi terutama luka
bakar yang terdapat di daerah persendian.
a. Dilakukan seawal mungkin untuk mencegah timbulnya
kontraktur
b. Terapi posisi
Prinsip Terapi pada luka bakar
1. Menghentikan sumber pejanan panas
a. Membuka baju
b. Menutupi bagian yang terbakar
2. Rawat luka
a. Mendinginkan dan membersihak luka pada satu jam pertama
b. Menyirami luka dengan air mengalir selama minimal 15
menit
c. Pemberian antiseptik dan antibiotik topikal
d. Antiseptik biasanya digunakan betadine atau nitras-
argenti 0,5% setiap 2 jam
e. Antibiotik topikal bentuk yang digunakan biasanya
berbentuk larutan, salep atau krim (Zilfer Sulfadizin
22
P
Q x 3
1%) dioleskan tanpa pembalut dan dapat dibersihkan dan
diganti tiap hari
3. Menentukan luas dan dalamnya luka bakar
Berdasarkan luas dan dalamnya luka bakar maka dilanjutkan
dengan pemberian terapi cairannya.
Pemberian Terapi Cairan
Menurut Karakata, S dan Bachsinar, B.,1996, cara pemberian
cairan pada luka bakar sebagai berikut:
1. Formula EVANS
Dalam 24 jam I. Berikan :
Dalam 8 jam pertama, jumlah cairan yang diberikan sebesar
setengah dari kebutuhan total. Dalam 16 jam kedua,
diberikan sisa kebutuhan total.
Dalam 24 jam II. Berikan :
Cairan diberikan dalam tetes merata. Cara menghitung tetes,
dipakai rumus :
Keterangan : g = jumlah tetes per menit
p = jumlah cairan dalam cc
Q = jam yang diperkirakan
BB = berat badan penderita (dalam kg).
IWL = (Insensible water lost) adalah kehilangan setiap
hari yang tidak kita sadari. Kehilangan air dengan cara
23
NaCl 0.9% : 1 x BB x % luka bakar.
Koloid : 1 x BB x % luka bakar.
NaCl 0.9% : 1 x BB x % luka bakar.
Koloid : 1 x BB x % luka bakar.
g =
ini berlangsung lewat keringat dan pernapasan. Rata-rata
IWL pada orang dewasa 2000 cc/hari. Pada pemberian cairan
yang tepat, akan dicapai produksi urin 50 cc/jam.
Pada anak-anak, pemberian Dekstrosa 5% sebagai pengganti
IWL berdasarkan berat badannya. Untuk berat badan <10 kg
penggantian IWL sebesar 100 ml/kgBB, berat badan 10-20
kg: 50 ml/kgBB, dan berat badan >20 kg: 25 ml/kgBB
2. Formula BROOKE
Dalam 24 jam I. Berikan :
24 am II. Berikan :
24 jam II Berikan:
3. Formula BAXTER (1971)
Paling banyak saat ini, praktis dan mudah. Pada cara ini
hanya diberikan cairan Ringer laktat.
Dalam 24 jam I. Berikan :
Setengah dari jumlah kebutuhan cairan total diberikan dalam
8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.
Dalam 24 jam II. Berikan :
24
Koloid : 0,5 x BB x % luka bakar.
Ringer laktat : 1,5 x BB x % luka bakar.
Koloid : 0,25 x BB x % luka bakar.
Ringer laktat : 0,75 x BB x % luka bakar.
Ringer laktat : 4 x BB x % luka bakar.
Ringer laktat : 4 x BB x % luka bakar.
Kebutuhan total cairan pada hari kedua sama dengan hari
pertama, hanya cara pemberiannya berbeda. Pada hari kedua
cairan diberikan sedemikian rupa, sehingga produksi urin
sekitar 50-100 ml/jam.
Jumlah cairan dan elektrolit yang diberikan dalam 48 jam
pertama (24 jam I + 24 jam II) tidak banyak berbeda antara
formula satu dengan lainnya. Miliekivalen Natrium rata-rata
normal sekitar 0,5-0,6 mEq/kgBB/%luka bakar.
Jumlah Produksi Urin Normal.
Penting diketahui sebagai acuan untuk mengetahui apakah
pengobatan cairan memadai atau tidak.
Produksi Urin Normal
Berat / usia Produksi urin
Bayi ( < 1
tahun)
<3 kg
4 – 5 kg (0-3 bulan)
4 – 7 kg (4-6 bulan)
8 – 9 ka (7-12 bulan)
8 – 10 ml/jam
10 – 15 ml/jam
15 – 20 ml/jam
20 – 25 ml/jam
Anak (> 1
tahun)
1 – 5 tahun
6 – 10 tahun
11 – 12 tahun
13 – 15 tahun
> 15 tahun
20 – 25 ml/jam
25 – 30 ml/jam
30 – 40 ml/jam
40 – 50 ml/jam
50 – 100 ml/jam
Dewasa — > 50 ml/jam
Medika Mentosa Luka Bakar
1. Hari Pertama
a. Pemberian Analgetik
25
Analgetik yang baik adalah dari jenis morfin
b. Pemberian ATS
Biasanya diulangni tetapi jangan lewat setelah 12 hari
karena dalam waktu 14 hari tubuh sudah membentuk
antibodi terhadap kuman tersebut, sehingga penyuntikan
ATS dapat menyebabkan timbulnya reaksi serum. Untuk
profilaksis diberikan dalam bentuk toksoid.
Untuk memperoleh kekebalan yang cukup, diberikan sebagai
berikut:
1) Mula-mula toksoid dan ATS
2) Sepuluh hari kemudian toksoid
3) Diulang lagi toksoid
c. Antasida
Diberikan untuk pencegahan timbulnya curling’s ulcers
(lambung, duodenum dan jejenum) yang dapat timbul dekat
akhir fase burn shock.
d. Perawatan lukanya sendiri dapat dilakukan dengan 2 macam
cara yaitu
1) Cara dibalut (occlusive dresing). Kerugiannya yaitu
bila terjadi infeksi pada luka diketahui lambat/
tidak segera.
2) Cara terbuka
Luka dibiarkan terbuka sehingga terkena udara
(exposed to air), untuk mencegah infeksi dibaringkan
pada tempat tidur yang baik dan bersih dan diberi
kelambu yang bersih juga. Bula yang utuh dibiarkan
tetapi bulla yang sudah pecah dibuka sama sekali
karena lipatan kulit disudut bulla merupakan tempat
26
yang baik sekali baik kuman-kuman. Apabila luka-luka
kotor maka dibersihkan dengan hati-hati (jangan
digosok keras-keras) dan bila pembresihan luka
memberikan rasa yang amat sakit dilakukan dengan
narkose. Keuntungan cara terbuka dengan cara tertutup
adalah:
a) Luka tidak sembab (kering)
b) Tidak ada jaringan granulasi yang berlebihan
c) Bila infeksi segera terlihat
Kemungkinan infeksi memang lebih besar, karena itu
penting sekali perawatan yang bersih dan dijaga
sampai timbul sepsis (Schwart, 2000)
2. Hari Kedua
a. Pemberian antibiotik sistemik
Pada hari kedua permeabilitas pembuluh darah mulai
membaik dan terjadi mobilitas dan penyerapan cairan
edema ke pembuluh darah ini ditandai dengan meningkatnya
diuresis.
b. Evaluasi luka bakar
Diuresis, minimal 30 cc/ jam, kecuali untuk penderita
gagal ginjal, diabetes melitus dan gagal jantung
diuresis 15 cc/ jam sudah dianggap cukup
c. Fisioterapi
Fisioterapi adalah terapi fisik yang meliputi
pergerakan-pergerakan normal suatu ekstremitas,
fisioterapi terutama dilakukan bila luka bakar mengenai
daerah persendian, tujuan dari fisioterapi segera dan
aktif ini adalah untuk mencegah terjadinya kontraktur,
27
fisioterapi segera dan aktif ini adalah untuk mencegah
terjadinya kontraktur, fisioterapi meliputi gerakan-
gerakan normal yang dilakukan oleh persendian yang
permukannya terkena luka maka dilaksanakan semaksimal
mungkin dan dilakukan secara bertahap sehingga
morbiditas penderita dapat dikurangi.
d. Skin Grafting
Sesudah timbul jaringan granulasi pada luka-luka bakar
dilakukan skin grafting, terutama bila luka bakarnya
luas dan tidak adanya pulau-pulau epitel (sisanya
folikel rambut). Kadang-kadang dalam stadium awal sudah
dilakukan skin grafting, yaitu luka-luka bakar ditutupi
dengan kulit kemudian dibalut dengan maksud agar tidak
terjadi kehilangan cairan yang terlalu banyak melalui
luka-luka bakar tersebut. Tetapi lebih dianjurkan,
dibiarkan luka dirawat terbuka dulu baru kemudian
dilihat apakah perlu dilakukan grafting.
e. Nutrisi
1. Minuman
a) Segera setelah peristaltik normal
b) Sebanyak 25 ml/Kg/BB/ hari
c) Sampai diuresis minimal 30 ml/ jam
2. Makanan
a) Segera setelah dapat minum tanpa kesulitan
b) Sedapat mungkin 2.500 – 3.000 kalori/ hari
c) Sedapat munkin mengandung 100-150 grm protein/
hari
f. Suplemen
28
1. Vitamin A, B dan D
2. Vitamin C 500 mg
Menurut teori, kandungan albumin yang tinggi bisa
mempercepat kesembuhan luka operasi dan luka bakar. Albumin
juga berperan mengikat obat-obatan yang tidak mudah larut,
seperti aspirin, antikoagulan koumarin, dan obat tidur.
Selain mengobati luka bakar dan luka pascaoperasi, albumin
bisa digunakan untuk menghindari timbulnya sembap paru-paru
dan ginjal, serta carrier faktor pembekuan darah (Pamuji, H
dan Hidayat, R., 2003).
Menurut Eddy Suprayitno selaku guru besar ilmu biokimia
difakultas perikanan, Universitas Brawijaya yang menemukan
kadar albumin cukup tinggi dalam kandungan ekstrak ikan
gabus. Dengan meminum ekstrak ikan gabus, pasien hanya
membutuhkan 24 kilogram ikan gabus untuk menyembuhkan luka
operasi atau luka bakar. Malah, menurut Eddy, luka dapat
sembuh tiga hari lebih cepat ketimbang menggunakan serum
albumin. Hal ini Eddy terinspirasi dari orang-orang Cina
yang mengobati luka bakar dengan memakan ikan gabus
(Pamuji, H dan Hidayat, R., 2003).
29
2.9 ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR.
1.PENGKAJIAN
a. Anamnesa
1) Identitas
2) Identitas klien
a) Nama :
b) Umur :
Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya
luka bakar akan tetapi anak dibawah umur 2 tahun
dan dewasa diatsa 80 tahun memiliki penilaian
tinggi terhadap jumlah kematian.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar adalah
nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat disebabkan karena iritasi
terhadap saraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri harus
diperhatikan paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t).
sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien
mengalami luka bakardan disebabkan karena pelebaran
pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas
30
bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada
penurunan ekspansi paru.
c. Riwayat Kesehatan
2) Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar,
penyabeb lamanya kontak, pertolongan pertama yang
dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan
perawatan ketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat
meliputi beberapa fase : fase emergency (±48 jam
pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam
pertama beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif
(menjelang klien pulang).
3) Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah
diderita oleh klien sebelum mengalami luka bakar.
Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai
riwayat penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis,
atau penyalagunaan obat dan alkohol.
4) Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan
penyakit yang berhubungan dengan kesehatan klien,
meliputi : jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga
mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai
masalah kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan.
d. Pola ADL (Activity Daily Living)
31
1) Aktifitas/istirahat: Tanda: Penurunan kekuatan,
tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang
sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
2) Sirkulasi: Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari
20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer
distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi
perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan
dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik);
pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
3) Eliminasi: Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama
fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila
terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot
dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan
mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan
bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar
kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.
4) Makanan/cairan: Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia;
mual/muntah.
5) Neurosensori: Gejala: area batas; kesemutan, Tanda:
perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks
tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas
kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan
retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok
listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik);
paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
32
6) Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat
pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh;
ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar
ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara
respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua
tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar
derajat tiga tidak nyeri.
7) Pernafasan: Gejala: terkurung dalam ruang tertutup;
terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi). Tanda:
serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum;
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis;
indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin
terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan
nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan
laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas:
gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal);
sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
8) Keamanan:
Tanda:
a) Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak
terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses
trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab,
pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya
penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan
cairan/status syok.
33
b) Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam
sehubunagn dengan variase intensitas panas yang
dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong;
mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada
faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau
lingkar nasal.
c) Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen
penyebab. Kulit mungkin coklat kekuningan dengan
tekstur seperti kulit samak halus; lepuh; ulkus;
nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara
mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan
kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam
setelah cedera.
d) Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya
lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka
bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar
(eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada
proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal
sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda
motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok
listrik).
e. Riwayat psikososial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep
diri body image yang disebabkan karena fungsi kulit
sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan. Selain itu
juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam
34
sehingga mengganggu klien dalam melakukan aktifitas. Hal
ini menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut.
f. Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka
bakar (luas dan kedalaman luka). Prinsip pengukuran
persentase luas uka bakar menurut kaidah 9 (rule of nine
lund and Browder) sebagai berikut :
Bagian
tubuh
1 th 5 th Dewasa
Kepala
leher
18% 14% 9%
Ekstrimitas
atas (kanan
dan kiri)
18% 18% 18 %
Badan depan 18% 18% 18%
Badan
belakang
18% 18% 18%
35
Ektrimitas
bawah
(kanan dan
kiri)
32% 32% 36%
Genetalia 1% 1% 1%
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan
keracunan karbon monogsida, inhalasi asap dan obstruksi
saluran nafas atas.
2. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan
dengan edema dan efek inhalasi asap .
3. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan
penurunan suplai O2 ke jaringan dan interupsi aliran
darah arteri / vena.
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan
akibat evaporasi dari daerah luka bakar.
5. Diangnosa keperawatan: hipotermia yang berhubungan dengan
gangguan mikro sirkulasi kulit dan luka yang terbuka.
6. Diangnos keperawatan: nyeri yang berhubungan dengan
cedera jaringan dan syaraf serta dampak emosional cedera.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan kehilangan barrier
kulit dan terganggunya respon imun.
8. Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit
sekunder destruksi lapisan kulit.
36
9. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan
ketahanan dan kekuatan otot.
10. Konstipasi berhubungan dengan Penurunan peristaltic usus
akibat penurunan aliran darah ke gastrointestinal.
11. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan hipovelemia
dan peningkatan afterload akibat disfungsi konduksi
listrik
4.Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan data-data hasil pengkajian, diagnosis
keperawatan yang menjadi prioritas dalam asuhan keperawatan
di ruang rawat darurat pada cedera luka bakar, meliputi hal-
hal berikut ini.
1. Aktual/risiko gangguan pertukaran gas b.d. keracunan
karbon monoksida, inhalasi asap dan obstruksi saluran
napas atas.
2. Aktual/risiko bersihan jalan napas tidak efektif b.d.
edema dan efek dari inhalasi asap.
3. Aktual/risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
b.d. peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan
cairan akibat evaporasi dari daerah luka bakar.
4. Aktual/risiko hipotermia b.d. gangguan mikrosirkulasi
kulit dan luka yang terbuka.
5. Nyeri b.d. hipoksia jaringan, cedera jaringan, serta
saraf dan dampak emosional dari luka bakar.
5.Rencana Keperawatan
Tujuan utama fase darurat/resusitasi dalam perawatan luka
bakar mencakup
37
pemeliharaan saluran napas yang paten, ventilasi, dan
oksigenasi jaringan; pencapaian keseimbangan cairan serta
elektrolit yang optimal dan perfusi organorgan vital;
pemeliharaan suhu tubuh yang normal; rasa nyeri serta
ansietas yang minimal; dan tidak adanya komplikasi yang
potensial.
NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Aktuak atau
resiko
gangguan
petukaran
gas b.d
keracunakn
kkarbon
monoksida
in,inhalasi
asap dan
obstrubsi
saluran
nafas atas
Dalam waktu
1x 24jam
gangguan
pertukaran
gas teratasi
Kriteria hsil
:
1. Pasien
tidak sedak
nafas
2. RR dalam
rentanng
nomal sesuai
vaktor usia
3.
pemeriksaan
gas arteri pH
7,40+-
0,005,HCO3
24+- 2mEq/L,
an paCO, 40
mmHg
1. Kaji faktor
penyebab gangguan
pertukaran gas.
Pemeriksaan untuk
mengkaji pertukaran
gas yang adekuat dan
bersihan saluran
napas merupakan
aktivitas keperawatan
yang esensial.
Frekuensi, kualitas,
dan
dalamnya respirasi
harus dicatat. Paru-
paru diauskultasi
untuk mendeteksi
suara tambahan
(abnormal). Di
samping pengkajian
keperawatan terhadap
status respirasi,
oksimeter denyut nadi
dapat digunakan untuk
memantau
kadar oksigen dalam
darah arterial.
Pemakaian oksimeter
denyut nadi pada
pasien luka bakar
38
memiliki kekurangan,
yaitu perfusi
jaringan yang buruk,
serta edema
mempersulit pemeriksa
untuk mendapatkan
signal yang akurat,
dan oksimeter tidak
dapat membedakan
karboksil hemoglobin
dengan oksihemoglobin
2. monitor TTV Perubahan TTV akan
memberikan dampak
pada risiko
asidosis yang
bertambah berat dan
berindikasi pada
intervensi untuk
secepatnya melakukan
koreksi asidosis.
Beri oksigen
4l/menit dengan
metode kanul atau
sungkup non
rebreathing
Terapi pemeliharaan
untuk kebutuhan
asupan oksigenasi.
Istirahatkan
pasien dengan
posisi fowler.
Posisi fowler akan
meningkatkan ekspansi
paru optimal.
Istirahat akan
mengurangi kerja
jantung, meningkatkan
dan menurunkan
39
tekanan darah.
Ukur intake dan
output.
Penurunan curah
jantung,
mengakibatkan
gangguan
perfusi ginjal,
retensi atrium/air
dan penurunan urine
output.
Manajemen
lingkungan:
lingkungan tenang
dan
batasi pengunjung.
Lingkungan tenang
akan menurunkan
stimulus nyeri
eksternal dan
pembatasan pengunjung
akan membantu
meningkatkan kondisi
O, ruangan yang akan
berkurang apabila
banyak pengunjung
yang berada di
ruangan.
kolaborasi
Berikan
bikarbonat.
jika penyebab masalah
adalah masukan
klorida, maka
pengobatannya adalah
ditujukan pada
menghilangkan
sumber klorida.
Pantau data
laboratorium
analisis gas darah
Tujuan intervensi
keperawatan pada
asidosis metabolik
adalah meningkatkan
pH sistemik sampai ke
40
berkelanjutan batas yang aman, dan
menanggulangi sebab-
sebab asidosis yang
mendasarinya. Dengan
monitoring perubahan
dari analisa gas
darah berguna untuk
menghindari
komplikasi yang tidak
diharapkan.
2 Aktual/
resiko
bersihan
jalan nafas
tidak
efektif b.d
edema dan
efek dari
inflasi
asap.
Dalam waktu 1
X 24Jam
paskah bedah
hati,
kebersihan
jalan nafas
pasien tetap
optimal
Kriteria
evaluasi:
1. Jalan
nafas
bersih,
tidak
adanya
obstruk
si pada
jalan
nafas.
2. Suara
nafas
normal
tidak
ada
bunyi
Kaji dan monitor
jalan napas.
Deteksi awal untuk
interpretasi
intervensi
selanjutnya.Salah
satu cara untuk
mengetahui apakah
pasien bernapas
atau tidak adalah
dengan menempatkan
telapak tangan di
atas hidung dan mulut
pasien untuk
merasakan hembusan
napas. Gerakan toraks
dan diafragma tidak
selalu menandakan
nasien bernaoas.
41
nafas
tambaha
n
seperti
stridor
.
3. Tidak
adanya
penggun
aan oto
bantu
nafas.
4. RR
dalam
rentang
normal
sesuai
tingkat
usia,
misalny
a pada
dewasa
12-
20X/men
it
1. Tempatkan
pasien di
bagian
resusitasi
2. Untuk memudahkan
dalam melakukan
monitoring status
kardiorespirasi
dan intervensi
kedaruratan.
3. Beri oksigen
4m/menit dengan
metode kanul atau
sungkup non-
rebreathing.
3. Pemberian oksigen
dilakukan pada fase
awal pascabedah.
Pemenuhan oksigen
dapat membantu
42
meningkatkan
PaO, di cairan otak
yang akan memengaruhi
pengaturan pernafasan
4. Lakukan
tindakan
kedaruratan
jalan napas
agresif
4. Tindakan perawatan
pulmoner yang
agresif, termasuk
tindakan membalikkan
tubuh pasien,
mendorong
pasien untuk batuk
serta bernapas dalam,
memulai
inspirasi kuat yang
periodik dengan
spirometri, dan
mengeluarkan timbunan
sekret melalui
pengisapan trakea
jika diperlukan.
Semuanya ini
merupakan tindakan
yang penting terutama
pada pasien luka
bakar dengan
cedera inhalasi.
Pengaturan posisi
tubuh pasien untuk
mengurangi kerja
pernapasan, menir-
rgkatkan ekspansi
43
dada yang maksimal,
dan pemberian oksigen
yang
dilembapkan atau
pelaksanaan ventilasi
mekanis dapat
menurunkan lebih
lanjut stres
metabolik dan
memastikan
oksigenasi jaringan
yang'adekuat. Asepsis
dipertahankan
melalui perawatan
untuk menghindari
kontaminasi
pada traktus
respiratorius dan
mencegah infeksi yang
meninskatkan
kebutuhan oksisen
rnetabolik.
3. Aktual/
resiko
bersihan
jalan nafas
tidak
efektif b.d
edema dan
efek dari
inflasi
asap.
Bersihkan sekresi
pada jalan napas
dan lakukan
suctioning apabila
kemampuan
mengevakuasi
sekret
tidak efektif.
Kesulitan pernapasan
dapat terjadi akibat
sekresi lendir
yang berlebihan.
Membalikkan pasien
dari satu sisi ke
sisi lainnya
memungkinkan cairan
yang terkumpul untuk
keluar dari sisi
44
mulut. |ika gigi
pasien mengatup,
mulut
dapat dibuka secara
manual, tetapi hati-
hati dengan spatel
lidah yang dibungkus
kasa.
Mukus yang menyumbat
faring atau trakea
diisap
dengan ujung pengisap
faringeal atau
kateter nasal yang
dimasukkan ke dalam
nasofaring atau
orofaring.
Instruksikan
pasien untuk
pernapasan dalam
dan
melakukan batuk
efektif.
Pada pasien luka
bakar disertai
inhalasi asap dengan
tingkat toleransi
yang baik, maka
pernapasan diafragma
dapat meningkatkan
ekspansi paru. Untuk
memperbesar
ekspansi dada dan
pertukaran gas,
beragam tindakan
seperti meminta
pasien unfuk menguap
45
atau dengan
melakukan inspirasi
makimal.
Batuk juga didorong
untuk melonggarkan
sumbatan
mukus.
Evaluasi dan
monitor
keberhasilan
intervensi
pembersihan jalan
napas.
Apabila tingkat
toleransi pasien
tidak optimal, maka
lakukan kolaborasi
dengan tim medis
untuk segera
dilakukan terapi
endoskopik atau
pemasangan tamponade
balon.
3. Aktual/
resiko
ketidakseim
bangan
cairan dan
elektrolit
b.d
peningkatan
permeabilit
as kapiler
dan
kehilangan
cairan
akibat
evaporasi
dari luka
Tujuan: dalam
waktu 1X24
jam tidak
terjadi
ketidakseimba
ngan cairan
dan
elektrolit
Kriteria
hasil:
1. Pasien
tidak
mengelu
h
pusing
Intervensi
pemenuhan cairan:
. Identifikasi
faktor penyebab,
awitan (onset),
spesifikasi usia,
luas luka bakar,
kedalaman luka
bakar, dan adanya
riwayat penyakit
lain.
Parameter dalam
menentukan intervensi
kedaruratan.
Perpindahan dan
kehilangan cairan
yang cepat selama
periode awal pasca-
luka bakar
mengharuskan Perawat
untuk memeriksa
tanda-tanda vital dan
urine output
dengan sering di
samping menilai
46
bakar. ttv
dalam
batas
normal,
kesadar
an
optimal
, urine
> 600
ml/hari
.
2. Membran
mukosa
lembap,
turgor
kulit
normal,
CRT <3
detik.
3. Keluhan
diare,
mual,
dan
muntah
berkura
ng.
Laboratorium
: nilai
elektrolit
normal,
analisis gas
darah normal.
tekanan vena sentral,
tekanan arteri
pulmonalis, serta
curah jantung pada
pasien
luka bakar yang
sakitnya berat.
Pemberian cairan
infrrs
dilakukan menurut
Program medis. Volume
cairan yang '
diinfuskan harus
sebanding dengan
volume urine ouq)ut'
Pencatatan intake dan
output cairan yang
cermat serta
berat badan pasien
juga diperlukan'
Kadar elektrolit
serum
harus dipantau.
Perawat biasanya
merupakan Petugas
pertama untuk
mengenali terjadinya
ketidalaeimbangan
cairan dan
elektrolit.
Kolaborasi skor
dehidrasi
Menentukan jumlah
cairan yang akan
47
diberikan sesuai
dengan derajat
dehidrasi dari
individu
Lakukan pemasangan
IVFD (Intravenous
fluida drop)
Apabila kondisi diare
dan muntah berlanjut
maka
lakukan pemasangan
IVFD. Pemberian
cairan intravena
disesuaikan dengan
derajat dehidrasi.
Pemberian 1-2 L
cairan Ringer Laktat
secara tetesan cePat
sebagai kompensasi
awal hidrasi cairan
diberikan untuk
mencegah syok
hipovolemik (lihat
intervensi
kedaruratan
syok hipovolemik).
Dokumentasi dengan
akurat tentang
intake dan output
diare
Sebagai evaluasi
Penting dari
intervensi hidrasi
dan mencegah
terjadinya over
hidrasi.
Intervensi pada
Penurunan kadar
Untuk mendeteksi
adanya kondisi
48
elektrolit.
. Evaluasi kadar
elektrolit serum.
hiponatremi dan
hipokalemi sekunder
dari hilangnya
elektrolit dari
plasma'
Dokumentasikan
perubahan klinik
dan
laporkan dengan
tim medis.
Perubahan klinik
seperti Penurunan
urine outPut
secara akut perlu
diberitahu kepada tim
medis untuk
mendapatkan
intervensi
selanjutnya dan
menurunkan
risiko tirjadinya
asidosis metabolik
Monitor khusus
ketidakseimbangan
elektrolit
pada lansia.
Individu lansia dapat
dengan cepat
mengalami dehidrasi
dan menderita kadar
kalium rendah
(hipokalemia)
sebagai akibat diare.
Individu lansia yang
menggunakan digitalis
harus waspada
terhadap cePatnya
dehidrasi dan
hipokalemia pada
diare.
4 Aktual/ Dalam waktu Kaji Semakin tinggi
49
resiko
hipotermia
b.d
gangguan
mikrosirkul
asi kulit
dan luka
yang
terbuka
1X 24 jam
fase kritis
NET tidak
mengalami
hipotermi
Kriteria
hasil:
1. Suhu
tubuh
dalam
rentang
normal
36-37
0C
2. CRT <3
Detik
3. Akral
hangat
derajat,
kondisi
kedalaman,
dan luasnya
lesi
derajat, kedalaman,
dan luas dari luka
bakar
maka risiko hipotermi
akan lebih tinggi'
Penderita luka bakar
luas cenderung untuk
menggigil'
Dehidrasi dapat
semakin berat jika
daerah kulit yang
rusak
terkena aliran udara
hangat yang terus-
menerus'
sesuaikan kamar
dalam kondisi
tidak terlalu
hangat dan tidak
terlalu dingin.
Pasien biasanya
sensitif terhadap
perubahan suhu kamar.
Tindakan yang
diimplementasikan
pada pasien luka
bakar, seperti
pemakaian selimut
katun, lampu
penghangat
Yang dipasang pada
langit-langit kamar
atau alat
.
Pelindung panas
sangat berguna untuk
mempertahankan
kenyamanan dan suhu
50
tubuh pasien
Lakukan intervensi
perawatan luka
dengan cepat
Untuk mengurangi
gejala menggigil dan
kehilangan- panas,
perawat harus bekerja
dengan cepat dan
efisien ketika luka
yang lebar harus
dibuka bagi perawatan
luka. Suhu tubuh
oasien dipantau
dengan cermat.
Evaluasi suhu
tubuh, menggigil,
atau minta pasien
untuk melaporkan
apabila merasa
kedinginan
Intervensi penting
untuk mencegah
hipotermi yang lebih
berat.
5 Nyeri b.d
hipoksia
jaringan,ce
dera
jaringan
serta saraf
dan dampak
emosional
dari luka
bakar
Dalam waktu
1x24 jam
nyeri
berkurang
/hilang atau
teradaptasi
Kriteria
evaluasi:
1. Suara
subjekt
if
melapor
kan
nyeri
berkura
ng atau
Kaji nyeri dengan
pendekatan PQRST.
Menjadi parameter
dasar untuk
mengetahui sejauh
mana intervensi yang
diperlukan dan
sebagai evaluasi
keberhasilan dari
intervensi manajemen
nyeri
keperawatan.
Gejala kegelisahan
dan ansietas sering
dikaitkan dengan
rasa nyeri sebenarnya
yaitu dapat berasal
dari keadaan
hipoksia. Oleh karena
51
dapat
diadapt
asi.
Skala
nyeri
0-1 (0-
4)
2. Dapat
mengide
ntifika
si
aktivit
as yang
meningk
atkan
atau
menurun
kan
nyeri.
3. Pasien
tidak
gelisah
itu, pengkajian
status respirasi yang
saksama sangat
penting sebelum
pemberian analgetik
yang dapat menyupresi
sistem pernapasan
dalam periode awal
pasca-luka bakar.
Jelaskan dan bantu
pasien dengan
tindakan pereda
nyeri
nonfarmakologi dan
noninvasif.
Pendekatan dengan
menggunakan relaksasi
dan
nonfarmakologi
lainnya telah
menunjukkan
keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
Lakukan manajemen
nyeri keperawatan:
. Atur posisi
fisiologis.
Posisi fisiologis
akan meningkatkan
asupan O, ke jaringan
yang mengalami
peradangan.
Pengaturan posisi
52
idealnya
adalah pada arah yang
berlawanan dengan
letak dari lesi.
Bagian tubuh yang
mengalami inflamasi
lokal dilakukan
imobilisasi untuk
menurunkan respons
peradangan dan
meningkatkan
kesembuhan.
Istirahat klien Istirahat diperlukan
selama fase akut.
Kondisi ini akan
meningkatkan suplai
darah pada jaringan
yang mengalami
peradangan.
Ajarkan teknik
relaksasi
pernapasan dalam.
Meningkatkan asupan
O, sehingga akan
menurunkan
nyeri sekunder dari
peradangan.
Ajarkan teknik
distraksi pada
saat nyeri'
Distraksi (pengalihan
perhatian) dapat
menurunkan
stimulus internal
dengan mekanisme
peningkatan
produksi endorfin dan
enkefalin yang dapat
memblok
reseptor nyeri untuk
tidak dikhimkan ke
53
korteks serebri
sehingga menurunkan
persepsi nyeri.
Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian
analgetik preparat
morfi n.
Analgetik memblok
lintasan nyeri
sehingga nyeri akan
berkurang.
Penyuntikan intravena
preparat morfin atau
analgetik opioid
lainnya biasanya
diprogramkan untuk
mengurangi nyeri.
Namun, pemberian
dengan dosis
yang tinggi perlu
dihindari dalam fase
darurat karena
terdapatnya bahaya
supresi PernaPasan
Pada pasien yang
dirawat dengan
ventilatasi
nonmekanis dan
kemungkinan
tersamarnya gejala
yang lain. Cara
penyuntikan subkutan
dan intramuskular
tidak digunakan
karena gangguan
sirkulasi pada
jaringan yang cedera
membuat absorpsi
preparat tersebut
tidak bisa
diperkirakan'
54
Pemberian
intiavena preparat
sedatif mungkin
diperlukan pula.
Obat-obat pereda
nyeri yang memadai
harus disediakan
dalam perawatan
pasien dengan Iuka
bakar yang akut
karena obat-obat
tersebut bukan hanya
untuk menjamin
kenyamanan pasien,
tetapi juga untuk
mengurangi
kebutuhan oksigen
jaringan akibat
respons nyeri
fisiologik
Oleh karena
intensitasnya, nyeri
yang berhubungan
dengan luka bakar
tidak mungkin bisa
dihilangkan sama
sekali.
Kecemasan
b.d kondisi
penyakit,
kerusakan
luas pada
jaringan
kulit
Dalam waktu
1X24 jam
kecemasan
pasien
berkurang
Kriteria
Hasil
1. Pasien
menyata
Kaji kondisi
fisikdan emosional
pasien dan
keluarga dari
adanya luka bakar
yang dialami.
Normalnya, pasien
luka bakar dan
keluarganya akan
mengalami stres
emosional dan
ansietas yang hebat.
Kendati demikian,
tingkat ansietas yang
tinggi pada
pasien luka bakar
55
kan
kecemas
an
berkura
ng,
mengena
l
perasaa
nnya,
dapat
mengide
ntifika
si
penyeba
b atau
factor
yang
memenga
ruhinya
,
koopera
tif
terhada
p
tindaka
n dan
wajah
rileks.
fase darurat harus
dihindari dengan
dua alasan: (1)
ansietas akan
meningkatkan rasa
nyeri
fisik dan psikologik
yang berkaitan dengan
luka bakar
dan (2) tingkat
ansietas yang tinggi
lebih lanjut akan
meningkatkan stres
fisiologik yang
merugikan pasien.
Pengkajian dengan
penuh kewaspadaan
terhadap
dinamika keluarga,
strategi koping dan
tingkat ansietas
dapat memfasilitasi
penl'usunan rencana
intervensi yang
disesuaikan menurut
kebutuhan masing-
masing
Hindari
konfrontasi.
Konfrontasi dapat
meningkatkan rasa
marah, menurunkan
keria sama dan
munqkin memperlambat
penyembuhan.
Mulai melakukan
tindakan untuk
mengurangi
Selama periode
darurat, dukungan
emosional dan
56
kecemasan. Beri
lingkungan yang
tenang dan
suasana penuh
istirahat.
yang sederhana
tentang Prosedur
penanganan,
serta perawatan
pasien harus
diberikan. Namun,
karena
prioritas utama dalam
periode ini adalah
stabilisasi kondisi
fisik pasien, maka
intervensi
psikososial merupakan
tindakan yang
terbatas dalam
pemberian dukungan
bagi pasien dan
keluarganya untuk
melewati fase inisial
syok luka bakar.
Peredaan rasa nyeri
yang adekuat akan
membantu mengurangi
tingkat ansietas dan
meningkatkan
kemampuan koping.
iika pasien tetap
terlihat sangat cemas
dan agitatif sesudah
dilakukan intervensi
psikologik,
pemberian obat-obat
antiansietas dapat
dipertimbangkan
oleh tim medis yang
merawat pasien.
Mengurangi rangsangan
57
eksternal yang tidak
perlu
Beri kesempatan
kepada pasien
untuk
mengungkapkan
ansietasnya
Dapat menghilangkan
ketegangan terhadap
kekhawatiran yang
tidak diekspresikan.
Kolaborasi:
berikan anticemas
sesuai
indikasi,contohnya
diazepam
Meningkatkan
relaksasi dan
menurunkan kecemasan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka bakar adalah trauma pada kulit yang disebabkan oleh panas atau suhu tinggi, Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar, Luka bakar suhu tinggi, Luka bakar listrik, Luka bakar kimiawi, Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
B. Saran
Untuk askep luka bakar akan sangat penting diperhatikan akibat
dari luka bakar, apabila tidak ditangani secara tepat. Dan untu
58
penatalaksanaannya yaitu denga antibiotic dan yang penting juga
yaitu nutrisi yg diberikan kepada klien.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala.2012. Asuhan keperawatan gangguan
system integument. Jakarta: salemba medika
Kidd, Pamela S.2010. PEDOMAN KEPERAWATAN EMERGENSI.Jakarta:EGC
http://www.slideshare.net/BudiSutaryanto/askep-luka-bakar-asli
59