makalah metode pelaksanaan konstruksi sistem bottom up dan top down

31
TUGAS METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI (HSKB 527) DOSEN PEMBIMBING: IR. YUSLAN IRIANE, MT ELIATUN, MT OLEH : EKAWATI LAILY RAMADHANI H1A110106 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Upload: rezhie

Post on 27-Dec-2015

256 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

yes... its free

TRANSCRIPT

TUGAS

METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

(HSKB 527)

DOSEN PEMBIMBING:

IR. YUSLAN IRIANE, MT

ELIATUN, MT

OLEH :

EKAWATI LAILY RAMADHANI

H1A110106

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL

BANJARBARU

2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Karena atas rahmat-Nya penulis dapat

menyelesaikan makalah Metode Konstruksi Sistem Top Down dan Bottom Up

sebagai tugas Mata Kuliah Metode Pelaksanaan Konstruksi.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir.

Yuslan Irianie, MT dan Ibu Eliatun, MT sebagai dosen pembimbing pada mata

kuliah Metode Pelaksanaan Konstruksi, juga kepada semua pihak yang telah

membantu sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.

Penulis juga menyadari akan adanya keterbatasan pengetahuan yang

penulis miliki, namun penulis juga berusaha menyelesaikan makalah ini dengan

sebaik-baiknya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata dengan segala kekurangan dan kerendahan hati penulis

mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banjarbaru, November 2013

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER...................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 3

1.3 Batasan Masalah............................................................................... 3

1.4 Tujuan Penulisan.............................................................................. 3

1.5 Metode Penulisan............................................................................. 4

BAB II ISI.................................................................................................... 5

2.1 Pengantar.......................................................................................... 5

2.2 Metode Pelaksanaan Konstruksi Sistem Bottom Up

(Konvensional)................................................................................. 6

2.3 Metode Pelaksanaan Konstruksi Sistem Top Down........................ 8

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pelaksanaan Konstruksi

Sistem Bottom Up dan Sistem Top Down....................................... 13

BAB III PENUTUP....................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan...................................................................................... 15

3.2 Saran................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Metode konstruksi adalah bagian yang sangat penting dalam proyek

konstruksi untuk mendapatkan tujuan dari proyek, yaitu biaya, kualitas dan

waktu. Aspek teknologi, sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi.

Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode-metode

pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis,

cepat, dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada

suatu proyek konstruksi. Sehingga target waktu, biaya dan mutu

sebagaimana ditetapkan akan dapat tercapai.

Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, adakalanya juga

diperlukan suatu metode terobosan untuk menyelesaikan pekerjaan di

lapangan. Khususnya pada saat menghadapi kendala-kendala yang

diakibatkan oleh kondisi lapangan yang tidak sesuai dengan dugaan

sebelumnya. Untuk itu, penerapan metode pelaksanaan konstruksi yang

sesuai kondisi lapangan, akan sangat membantu dalam penyelesaian

proyek konstruksi bersangkutan.

Penerapan metode pelaksanaan konstruksi, selain terkait erat dengan

kondisi lapangan di mana suatu proyek konstruksi dikerjakan, juga

tergantung pada jenis proyek yang dikerjakan. Metode pelaksanaan

pekerjaan untuk bangunan gedung berbeda dengan metode pekerjaan

bangunan irigasi, bangunan pembangkit listrik, konstruksi dermaga

maupun konstruksi jalan dan jembatan.

Semua tahapan pekerjaan gedung mempunyai metode pelaksanaan

yang disesuaikan dengan disain dari konsultan perencana. Perencanaan

metode pelaksanaan pekerjaan struktur didasarkan atas design, situasi dan

kondisi proyek serta site yang ada dalam data-data proyek. Data-data

tersebut merupakan data yang mempengaruhi dalam menentukan dan

merencanakan metode pelaksanaan gedung.

Metode site works atau struktur bawah merupakan metode yang

memiliki pengaruh yang cukup besar dalam metode pekerjaan struktur

secara keseluruhan. Metode struktur bawah akan menentukan ketepatan

schedule pelaksanaan struktur. Hal tersebut disebabkan oleh tingkat

kesulitan yang tinggi dalam pelaksanaannya.

Seiring dengan perkembangan kemajuan teknologi dimana

kebutuhan akan pembangunan semakin meningkat, namun lahan yang

dimiliki terbatas sehingga mendukung para engineer untuk memanfaatkan

lahan yang terbatas semaksimal mungkin menjadi bangunan bertingkat.

Bangunan bertingkat tidak hanya berarti berada diatas permukaan tanah,

melainkan juga dapat dibuat di bawah permukaan tanah yang dikenal

dengan basement.

Basement adalah sebuah tingkat atau beberapa tingkat dari bangunan

yang keseluruhan atau sebagian terletak di bawah tanah. Jadi dapat

dikatakan bahwa basement adalah ruang bawah tanah yang merupakan

bagian dari bangunan gedung. Struktur basement gedung bertingkat (tidak

termasuk fondasi tiang), secara garis besar, terdiri dari diantaranya raft

foundation, kolom, dinding basement, balok dan pelat lantai. Struktur-

struktur tersebut, yang dikerjakan adalah struktur beton bertulang dengan

sistem dicor ditempat (cast in place).

Adanya basement tentunya akan ada penggalian tanah. Bagian ini

yang biasa terjadi dan merupakan langkah awal berdirinya sebuah gedung

tinggi. Kendala yang dihadapi pada pekerjaan galian basement adalah faktor

runtuhnya dinding tanah vertikal dan munculnya air tanah ke permukaan

pada galian. Sehingga dalam pelaksanaan konstruksi basement, ada tiga hal

penting yang perlu diperhatikan, yakni metode konstruksi, retaining

wall dan dewatering.

1.2 Rumusan masalah

Dari uraian di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan sistem bottom up dan sistem top down?

2. Bagaimana metode pelaksanaan konstruksi sistem bottom up

(konvensional)?

3. Bagaimana metode pelaksanaan konstruksi sistem top down?

4. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari metode pelaksanaan

konstruksi sistem bottom up dan sistem top down?

1.3 Batasan masalah

Dari sekian permasalahan yang ada tidak mungkin dapat dibahasnya

secara keseluruhan, karena mengingat kemampuan yang dimiliki sangat

terbatas. Maka perlu diberikan batasan-batasan masalah untuk makalah ini.

Oleh karena itu, kami memberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Gambaran umum sistem bottom up dan sistem top down pada

pelaksanaan konstruksi.

2. Tahapan pelaksanaan metode konstruksi sistem bottom up

(konvensional) pada pembuatan basement bangunan gedung.

3. Tahapan pelaksanaan metode konstruksi sistem top down pada

pembuatan basement bangunan gedung.

4. Kelebihan dan kekurangan secara umum metode pelaksanaan

konstruksi sistem bottom up dan sistem top down.

1.4 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

a. Mengetahui yang dimaksud dengan sistem bottom up dan sistem top

down pada pelaksanaan konstruksi.

b. Menjelaskan tahapan pelaksanaan metode konstruksi sistem bottom

up (konvensional) dan top down pada pembuatan basement

bangunan gedung.

c. Mengetahui kelebihan dan kekurangan secara umum metode

pelaksanaan konstruksi sistem bottom up dan sistem top down.

1.5 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam membuat makalah ini

bersifat kepustakaan. Penulis mengambil referensi dari literatur dan

beberapa sumber internet yang membahas mengenai metode pelaksanaan

konstruksi sistem bottom up (konvensional) dan sistem top down pada

pembuatan basement bangunan gedung.

BAB II

ISI

2.1 Pengantar

Pelaksanaan struktur basement saat ini ada dua cara, yaitu:

a) Sistem Bottom Up

Pada sistem ini, struktur basement dilaksanakan setelah seluruh

pekerjaan galian selesai mencapai galian elevasi rencana (sistem

konvensional). Pelat basement paling bawah dicor terlebih dahulu

sehingga menjadi Raft foundation dengan metode papan catur,

kemudian basement diselesaikan dari bawah keatas, dengan

menggunakan scaffolding. Kolom, balok dan slab dicor ditempat (cast

in place). Pada sistem ini galian tanah dapat berupa open cut, sering

tidak menggunakan dewatering cut off, tetapi menggunakan

dewatering sistem predrainage dan struktur dinding penahan tanahnya

menggunakan steel sheet pile yang bisa sementara maupun permanen

dengan perkuatan strutting, ground anchor atau free cantilever. Dalam

hal ini pekerjaan dewatering akan diberhentikan, harus dihitung lebih

dahulu apakah struktur basement yang telah selesai dibangun mampu

menahan tekanan ke atas dari air tanah yang ada, agar terjadi

deformasi dari bangunan yang dapat menyebabkan keretakan struktur.

b) Sistem Top Down

Pada sistem ini, struktur basement dilaksanakan bersamaan

dengan pekerjaan galian basement, urutan penyelesaian balok dan

pelat lantainya dimulai dimulai dari atas kebawah, dan selama proses

pelaksanaan, struktur plat dan balok tersebut didukung oleh tiang baja

yang disebut King Post (yang dipasang bersamaan dengan bored pile).

Sedangkan dinding basement dicor lebih dulu dengan sistem

diaphragm wall, dan sekaligus diaphragm wall berfungsi sebagai cut

off dewatering.

2.2 Metode Pelaksanaan Konstruksi Sistem Bottom Up (Konvensional)

Secara garis besar kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada

pelaksanaan konstruksi basement dengan metode bottom up ialah sebagai

berikut:

1. Mobilisasi peralatan.

2. Pelaksaanaan pondasi tiang.

3. Pelaksanaan dinding penahan tanah (sheet pile).

4. Penggalian dan pembuangan tanah.

5. Dewatering.

6. Poer pondasi.

7. Waterproofing.

8. Tie beam dan pondasi rakit.

9. Dinding basement dan struktur bertahap keatas.

10. Lantai basement bertahap keatas.

Secara umum, kegiatan-kegiatan pekerjaan tersebut diatas adalah

item pekerjaan utama yang hampir dapat selalu ditemukan dalam suatu

pelaksanaan pekerjaan basement dengan metode bottom up. Berikut adalah

gambaran pelaksanaan pekerjaan berdasarkan urutan pekerjaan yang mana

harus dimulai dari lantai dasar basement.

Gambar 2.1 Pelaksanaan Basement dengan Metode Bottom Up

Kemungkinan lain dapat saja terjadi, tetapi pada umumnya tata cara

pelaksanaan metode basement bottom up akan mengikuti pola demikian.

Beberapa hal yang dapat disebut merupakan ciri-ciri pelaksanaan basement

dengan metode bottom up yang lazim dilakasanakan dari jabaran di atas

adalah:

1. Metode bottom up tidak memerlukan tata cara manajemen proyek

secara khusus, karena umumnya sudah menjadi hal yang biasa

dilaksanakan.

2. Diperlukan pengendalian muka air tanah sekeliling secara intensif.

3. Dinding penahan tanah dapat tetap atau sementara, tetapi yang pasti

untuk pelakasanaannya tidak dapat dilakukan simultan dengan

pekerjaan lain, dinding penahan tanah adalah awal dari pekerjaan

basement yang mutlak dilakukan sebelum pekerjaan lainnya dimulai

kecuali tiang pondasi.

4. Setiap usaha mempercepat waktu pelaksanaan, pada umumnya

menyebabkan penambahan sumber daya baik manusia maupun

peralatan yang tidak sebanding dengan produksinya.

5. Semakin dalam (semakin banyak jumlah basement) metode

pelaksanaan ini akan semakin sulit.

6. Diperlukan luas lahan yang cukup untuk mengendalikan transportasi

galian tanah vertikal.

7. Akibat proses penggalian dan kebutuhan akan konstruksi samentara

yang banyak, maka kondisi lingkungan proyek akan padat dan kotor.

8. Kemungkinan melakukan kombinasi pelaksanaan secara simultan

dengan kegiatan lainnya amat minim karena metode konstruksi

memberikan urutan kegiatan demikian.

9. Biaya pelaksanaan sampai dengan kedalaman tertentu relatif lebih

murah.

2.3 Metode Pelaksanaan Konstruksi Sistem Top Down

Pada metode konstruksi Top Down, stuktur basement dilaksanakan

bersamaan dengan pekerjaan galian basement, urutan penyelesaian balok

dan plat lantainya dimulai dari atas ke bawah, dan selama proses

pelaksanaan, struktur plat dan balok tersebut didukung oleh tiang baja

yang disebut King Post (yang dipasang bersamaan dengan bored pile).

Sedang dinding basement dicor lebih dulu dengan sistem diaphragm wall,

dan sekaligus diaphragm wall tersebut.

Biasanya untuk penggalian basement digunakan alat khusus, seperti

excavator ukuran kecil. Bila jumlah lantai basement banyak, misal lima

lantai, maka untuk kelancaran pekerjaan, galian dilakukan langsung untuk

dua lantai sekaligus, sehingga space cukup tinggi untuk kebebasan proses

penggalian. Lantai yang dilalui, nantinya dilaksanakan dengan cara biasa,

menggunakan scaffolding (seperti pada sistem bottom up biasa).

Bila struktur basement telah selesai, maka tiang king post dicor beton

dan bila diperlukan dapat ditambah penulangannya. Lubang lubang lantai

basement yang dipergunakan untuk pegankutan tanah galian, ditutup

kembali. Pengecoran struktur atas, dilaksanakan seperti biasa, yaitu dari

bawah ke atas (lantai satu, dua, dan seterusnya).

Untuk pelaksanaan lantai yang dilalui agar space galian cukup

longgar. Maka lantai yang bersangkutan dicor dengan sistem scaffolding

biasa. Bila struktur king post cukup kuat. Maka pada saat menyelesaikan

basement, dapat dibarengi dengan struktur atas (sering disebut dengan

sistem up and down).

Pada prinsipnya metode Top down dapat disebut sebagai cara

membangun terbalik, yaitu membangun dari atas ke bawah . secara teknis,

metode ini sudah bukan menjadi masalah lagi di Indonesia, tetapi

mengingat bahwa metode baru pada akhir-akhir ini dicoba, maka

permasalahan yang timbul adalah kapan digunakan metode ini serta

bagaimana teknik manajemennya agar tercapai tujuan utama proyek tsb.

Berikut ini tahapan dalam pelaksanaan metode konstruksi top down:

1. Pengecoran bored pile dan pemasangan king post

2. Pengecoran diaphragm wall.

3. Lantai basement 1, dicor di atas tanah dengan lantai kerja

4. Galian basement 1, dilaksanakan setelah lantai basement 1 cukup

strenghtmya menggunakan excavator kecil). Disediakan lubang

lantai dan ramp sementara untuk pembuangan tanah galian.

5. Lantai basement 2, dicor diatas tanah dengan lantai kerja.

6. Galian basement 2, dilaksanakan seperti galian basement 1, begitu

seterusnya.

7. Terakhir mengecor raft foundation.

8. King post dicor, sebagai kolom struktur.

9. Bila diperlukan, pelaksanaan basement, dapat dimulai struktur atas,

sesuai dengan kemampuan dari king post yang ada (sistem up &

down)

Gambar 2.2 Pemasangan bore pile dan king post

Gambar 2.3 Pengecoran lantai basement 1 dan 2

Gambar 2.4 Pengecoran lantai basement 1, 2 dan 3

Gambar 2.5 Galian Raft Foundation

Biasanya untuk penggalian basement digunakan alat khusus, seperti

excavator ukuran kecil. Bila jumlah lantai basement banyak, misal lima

lantai, maka untuk kelancaran pekerjaan, galian dilakukan langsung untuk

dua lantai sekaligus, sehingga space cukup tinggi untuk kebebasan proses

penggalian. Lantai yang dilalui, nantinya dilaksanakan dengan cara biasa,

menggunakan scaffolding (seperti pada sistem bottom up biasa).

Bila struktur basement telah selesai, maka tiang king post dicor beton

dan bila diperlukan dapat ditambah penulangannya. Lubang-lubang lantai

basement yang dipergunakan untuk pengangkutan tanah galian, ditutup

kembali. Pengecoran struktur atas, dilaksanakan seperti biasa, yaitu dari

bawah ke atas (lantai satu, dua, dan seterusnya) .

Untuk pelaksanaan yang dilalui agar space galian cukup longgar,

maka lantai yang bersangkutan dicor dengan sistem scaffolding biasa. Bila

struktur king post cukup kuat. Maka pada saat menyelesaikan basement,

dapat dibarengi dengan struktur atas (sering disebut dengan up and down).

Gambar 2.6 Struktur Basement Top Down

Salah satu detail king post, dapat dijelaskan sebagai berukut:

a. Lantai pertama dan sebagian kolom dicor, dengan memasang starter

bar untuk kolom.

Gambar 2.7 Penulangan lantai basement

b. Lantai berikutnya juga dicor dengan cara yang sama. Kemudian

starter bar kolom bawah dan atasnya disambung. Kemudian kolom

yang bersangkutan. dicor.

Gambar 2.8 Penulangan tiang king post

2.4 Kekurangan dan Kelebihan Metode Pelaksanaan Konstruksi Sistem

Bottom Up dan Sistem Top Down

A. Metode Konstruksi Bottom Up

Kekurangan metode konstruksi Bottom Up ini diantaranya ialah:

a) Transportasi vertikal membutuhkan lahan yang luasnya

sebanding dengan kedalamannya.

b) Pelaksanaan dewatering perlu lebih intensif.

c) Penggunaan konstruksi sementara sangat banyak.

d) Hampir dapat dipastikan diperlukan ground anchor.

e) Waste material tiang pancang pada saat penggalian.

f) Tidak memungkinkan pelaksanaan dengan superstruktural

secara efisien.

Sedangkan kelebihan metode konstruksi Bottom Up ini diantaranya

ialah sebagai berikut:

a) Biaya peralatan lebih murah.

b) Sumber daya manusia yang terlatih sudah banyak memadai.

c) Peralatan yang digunakan adalah peralatan yang umum

digunakan misalnya: Backhoe, Shovel Loader dan lainnya,

tidak diperlukan peralatan khusus.

d) Tidak memerlukan teknologi yang tinggi.

e) Biaya dinding penahan tanah yang digunakan relatif lebih

murah dibanding dengan diapraghm wall yang umum

digunakan untuk metode Top down.

f) Teknik pengendalian pelaksanaan konstruksi sudah dikuasai

karena sudah banyak proyek bangunan basement yang sudah

dikerjakan sehingga pengalaman dan contoh cukup

mendukung (project documentation).

B. Metode Konstruksi Top Down

Kekurangan metode konstruksi Top Down ini diantaranya ialah:

a) Diperlukan peralatan berat yang khusus.

b) Diperlukan ketelitian dan ketepatan lebih.

c) Sumber daya manusia terbatas.

d) Diperlukan pengetahuan spesifik untuk mengendalikan proyek.

e) Biaya dinding penahan tanah yang digunakan lebih mahal

dibanding dengan sheet pile yang umum digunakan untuk

metode Bottom Up.

Sedangkan kelebihan metode konstruksi Top Down ini diantaranya

ialah sebagai berikut:

a) Relatif tidak mengganggu lingkungan.

b) Jadwal pelaksanaan dapat dipercepat.

c) Memungkinkan pekerjaan simultan.

d) Area lahan proyek lebih luas.

e) Resiko teknis lebih kecil.

f) Mutu dinding penahan tanah dapat lebih dikontrol.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dijelaskan pada bab II, maka dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Sistem Bottom Up merupakan metode pelakasaan konstruksi

pembuatan struktur basement yang dilaksanakan setelah seluruh

pekerjaan galian selesai mencapai galian elevasi rencana (sistem

konvensional). Pelat basement paling bawah dicor terlebih dahulu

sehingga menjadi Raft foundation dengan metode papan catur,

kemudian basement diselesaikan dari bawah keatas, dengan

menggunakan scaffolding. Kolom, balok dan slab dicor ditempat

(cast in place).

2. Sistem Top Down merupakan metode pelakasaan konstruksi

pembuatan struktur basement yang dilaksanakan bersamaan dengan

pekerjaan galian basement, urutan penyelesaian balok dan pelat

lantainya dimulai dimulai dari atas kebawah, dan selama proses

pelaksanaan, struktur plat dan balok tersebut didukung oleh tiang

baja yang disebut King Post (yang dipasang bersamaan dengan

bored pile). Sedangkan dinding basement dicor lebih dulu dengan

sistem diaphragm wall, dan sekaligus diaphragm wall berfungsi

sebagai cut off dewatering.

3.2 Saran

Dari kedua metode pelaksanaan konstruksi untuk pembuatan struktur

basement yaitu metode bottom up dan top down, masing-masing metode

memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Khusus untuk metode

top down yang dapat dikatakan sebagai metode baru, memang masih perlu

banyak dilakukan penelitian lebih mendalam lagi tentang

pengaplikasiannya di lapangan. Sehingga dalam memilih kedua metode ini

diperlukan banyak pertimbangan dan analisis-analisis pendahuluan yang

cukup mendetail dari keadaan nyata dilapangan agar penggunaannya nanti

dapat seefisien dan seekonomis mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Asiyanto.2008. Metode Konstruksi Gedung Bertingkat. Jakarta: UI Press.

Suloko. 2008. Tesis: Pemilihan dan Optimasi Metode Konstruksi Bottom-Up

Pada Pembangunan Basement Bangunan Bertingkat di Jakarta Berbasis

Expert Knowledge. Depok : Fakultas Teknik UI.

http://agunghartoyo.wordpress.com/2010/02/05/metode-konstruksi-gedung/.

Diakses pada tanggal : 15 November 2013 Pukul 15.35 WITA.