makalah mp7 (1)

18
LAPORAN KASUS: IMPETIGO VESIKO-BULOSA KELOMPOK III 030.09.014 Andika Widyatama 030.09.030 Arumtyas C W 030.09.016 Andreas Ronald 030.09.032 Asih Kurnia 030.09.018 Andri Changat 030.09.034 Athika Rodhya 030.09.020 Angelika 030.09.036 Ayu Prima Dewi 030.09.022 Angga Haditya 030.09.038 Ayu Rahmi M. 030.09.024 Anissa Aulia 030.09.040 Ayunda Afdal 030.09.026 Annisa Parasayu 030.09.042 Azizah Chairiani 030.09.028 Arianda Nurbani W

Upload: gung-indrayana

Post on 07-Nov-2015

222 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

kedokteran

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUS:

LAPORAN KASUS:

IMPETIGO VESIKO-BULOSAKELOMPOK III

030.09.014 Andika Widyatama030.09.030 Arumtyas C W

030.09.016 Andreas Ronald030.09.032 Asih Kurnia

030.09.018 Andri Changat030.09.034 Athika Rodhya

030.09.020 Angelika 030.09.036 Ayu Prima Dewi

030.09.022 Angga Haditya030.09.038 Ayu Rahmi M.

030.09.024 Anissa Aulia030.09.040 Ayunda Afdal

030.09.026 Annisa Parasayu030.09.042 Azizah Chairiani

030.09.028 Arianda Nurbani W

JAKARTA

30 Maret 2010Pendahuluan

Pada dasarnya, hal yang terpenting untuk seorang dokter adalah menetapkan diagnosis secara baik dan tepat. Di mulai dari anamnesis pasien, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, menetapkan diagnosis, penatalaksanaan, dan prognosis. Hal-hal tersebut harus dilakukan secara holistik, paripurna, dan komprehensif. Biasanya anamnesis memegang hampir 80% peranan dalam proses penegakan diagnosis terutama pada anak-anak.Dalam makalah ini, kami akan membahas penanganan pasien anak yang menderita kelainan kulit yaitu impetigo. Impetigo merupakan pioderma superfisialis terbatas pada epidermis. Terdapat dua tipe impetigo yaitu impetigo krustosa dan impetigo bulosa. Kedua tipe ini salah satunya dibedakan berdasarkan bakteri penyebabnya.1Beberapa penyakit banyak yang memiliki kesamaan gejala maupun tanda-tanda, sehingga memunculkan diagnosis banding. Untuk menegakkan diagnosis dibutuhkan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan khusus.

Laporan kasus:

Pada hari Senin 9 Maret 2010, pagi hari seorang ibu membawa anak perempuannya yang bernama Butet (usia 4 tahun) ke Puskesmas terpadu. Menurut ibunya, Butet sudah satu minggu ini mengalami kelainan kulit di daerah pipi, hidung, bibir atas, kemudian menjalar ke perut dan paha, berupa gelembung berisi cairan dengan ukuran macam-macam. Karena digaruk, gelembung-gelembung ini banyak yang pecah dan menimbulkan kerak. Butet batuk pilek sudah dua minggu ini, dan karena badannya sering panas, maka oleh ibunya ia tidak diperbolehkan untuk mandi. Butet juga mengeluh sakit gigi.PembahasanPada kasus diatas, dari identitas awal sebagai seorang dokter, faktor resiko yang dipikirkan adalah penyakit yang berhubungan dengan infeksi karena sebagian besar penyakit pada anak di Indonesia adalah karena infeksi. Setelah di observasi secara sepintas dalam diri pasien tampak banyak luka akibat kelainan kulit didaerah pipi, hidung, bibir atas, perut dan paha. Dari hal tersebut menunjukkan tanda-tanda penyakit seperti impetigo vesiko bulosa, impetigo krustosa, dermatofitosis, ektima. Setelah itu untuk memperkuat dugaan dilakukan anamnesis untuk memperoleh informasi yang lebih jelas dari pasien baik autoanamnesis maupun alloanamnesis. Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara untuk mengetahui riwayat timbulnya keluhan atau tanda-tanda pada tubuh pasien yang diingat, diketahui, dan diyakini atau diperkirakan pasien yang menyebabkan penyakit itu menimpanya.2-3Adapun sistematika anamnesis adalah:1. Riwayat penyakit sekarang

Merupakan bagian anamnesis terpenting, karena dapat memberikan gambaran jelas tentang penyakit yang diderita pasien. RPS harus ditulis secara kronologis, lengkap tapi singkat, jelas dan terdiri dari 5 alinea dan terdiri dari 3 bagian, yaitu keluhan utama, keluhan tambahan dan perjalanan penyakit. Keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat. Keluhan tambahan merupakan keluhan lain yang timbul disamping keluhan utama, seperti gejala-gejala lain yang timbul. Keluhan yang diceritakan oleh pasien harus dicatat sesuai dalam istilah yang diceritakan oleh pasien sendiri atau apa adanya. Setelah mengetahui keluhan utama dan keluhan tambahan dari pasien, kita bisa mencari perjalanan penyakit sejak saat keluhan timbul hingga pasien datang berobat.

2. Riwayat penyakit dahulu

Adalah penyakit-penyakit yang jelas diagnosisnya bagi pasien maupun dokternya yang pernah diderita pasien dahulu untuk menetahui ada atau tidaknya hal tersebut yang menimbulkan penyakit sekarang atau memperberat penyakit sekarang.

3. Riwayat penyakit dalam keluarga

Adalah penyakit keturunan atau familier yang terdapat dalam keluarga pasien (sedarah) atau penyakit menular pada orang-orang amat dekat hidupnya, atau berhubungan dengan pasien yang karenanya memungkinkan pasien dapat menderita hal yang sama.

4. Riwayat hidup/ data pribadi dan kebiasaan-kebiasaan

Adalah hal-hal penting dalam perjalanan kehidupan pasien serta kebiasaan-kebiasaan dalam hidupnya yang mungkin berpengaruh terhadap timbulnya penyakit pasien sekarang atau yang dapat menjadi penyulit dalam upaya pengobatan atau penyembuhan pasien.3Tinjauan keluhan menurut sistem adalah keluhan-keluhan pasien yang lain yang tidak termasuk keluhan sekarang yang hendak diobati, yang diurut menurut sistem-sistem dalam tubuh.

Pada pasien ini, anamnesis dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan seperti:1. Sejak kapan kelainan kulit ini timbul?2. Apakah luka itu ada ketika pertama kali timbul?3. Apakah terdapat lepuh waktu pertama kali timbul?4. Apa yang anda rasakan sakit atau gatal?5. Pengobatan apa saja yang pernah dilakukan sebelum mengunjungi dokter?

6. Apakah ada anggota keluarga/ orang sekitar yang mengidap penyakit sejenis?

7. Bagaimana lingkungan sekitar anda? (panas, dingin, atau lembab)8. Bagaimana kebiasaan anda sehari-hari?Setelah melalui proses-proses di atas dan mendapatkan data-data yang lengkap mengenai penyakit yang diderita pasien, pada kasus ini kami mendapat diagnosis sementara bahwa pasien menderita impetigo vesiko bulosa.

Impetigo vesiko-bulosa, sinonimnya impetigo bulosa, cacar monyet adalah penyakit kulit yang biasanya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus yang terbatas pada lapisan epidermis. Tempat predileksi di ketiak, dada, punggung sering bersama-sama dengan miliaria pada anak-anak dan orang dewasa. Kelainan kulit berupa eritema, lepuh, bula, bula hipopion dan koloret (keadaan yang tampak akibat bula memecah dan dasarnya masih eritematosa).4Adapun beberapa hal yang dapat memperparah kondisi pasien tersebut yaitu kebiasaan Butet yang sering menggaruk bagian tubuh yang terkena penyakit sehingga luka yang ditimbulkan dapat menyebabkan infeksi dan faktor sanitasi yang buruk (jarang mandi).Dalam setiap kasus, disamping mendapatkan diagnosis kerja, kita juga harus memiliki diagnosis banding. Diagnosis banding adalah penyakit-penyakit yang mempunyai persamaan gejala dan atau tanda tertentu.

Pada kasus ini diagnosis banding yang kita dapatkan antara lain :Impetigo

vesiko-bulosa4Impetigo krustosa4Dermatofitosis5Sindrom

Stevens-Johnson6Ektima7

SinonimImp. kontagiosa, imp. vulgaris; imp. Tillburry FoxImp. Vesiko-bulosa,

Cacar monyetTinea corporis (dermatofitosis pada kulit)Eritema multiform mayor-

EtiologiS.beta hemolyticusS. aureusjamur Tinea CorporisAlergi obat 50%, sebagian kecil akibat infeksi, vaksinasi, penyakit graft-versus-host, neoplasma dan radiasi.S. beta hemolyticus

Gejala klinis pada anak

KU tidak dipengaruhi pada anak & dewasa

KU tidak dipengaruhiLebih sering pada anak-anak dari pada dewasajarang terjadi pada usia 3th kebawahdemam tinggi,malese, nyeri kepala, batuk, pilek, dan nyeri tenggorokananak & dewasa

Predileksilubang hidung, mulutketiak,dada, punggungKulit yang tidak berambut seperti sela pahaKulit,mulut,muka, dan genitaliatungkai bawah

Lesieritema, vesikel, krusta

tebal kuning, dasar

erosieritema, bula, bula

hipopion, koleret, dasar

eritematosaBulat / lonjong berbatas tegas, sirkumskrip. Terdiri dari eritema, skuama, kadang-kadang ada vesikel dan papul ditepiEritema, vesikel, dan bula, erosiKrusta tebal kuning,

dasar ulkus dangkal

TerapiAntibiotik topikal atau

sistemikAntiseptik

Antibiotik topikal /sistemik

Perbaiki higiene,

lingkungan/ventilasi-Obat yang tersangka sbg kausanya dihentikan.prednisonAntibiotik topikal atau

sistemik

Untuk menyingkirkan diagnosis banding dan menegakkan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan jasmani dilakukan dengan menggunakan seluruh panca indera dokter dan alat-alat sederhana, seperti termometer, tensimeter, lampu senter, palu reflex, spatel lidah meteran, stethoskop. Pemeriksaan jasmani dilakukan secara berurutan yaitu inspeksi (memeriksa dengan melihat), palpasi (memeriksa dengan meraba), perkusi (memeriksa dengan mengetuk), auskultasi (memeriksa dengan mendengar dengan bantuan stethoskop). Pemeriksaan pasien harus dilakukan secara sistematik dan hasilnya dicatat dalam status.3Tidak jarang untuk melengkapi pemeriksaan diperlukan pemeriksaan penunjang, seperti kimia darah, serologic, bakteriologik, pencitraan (radiologis), termasuk foto sinar x, elektrokardiografi, dan lain-lain.3 Pada kasus ini, pemeriksaan penunjang yng dibutuhkan adalah pemeriksaan bakteriologi (diktat petunjuk modul pengantar klinik medik). Sampel untuk pemeriksaan diambil dari cairan dalam vesikel. Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui jenis bakteri yang menjadi penyebab timbulnya penyakit dan biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama.Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan, kelompok kami menyimpulkan diagnosis definitifnya yaitu impetigo krustosa. Untuk penatalaksanaan pada kasus ini, ada dua jenis terapi yaitu terapi medica mentosa dan terapi non-medica mentosa.8Untuk terapi medica mentosa diberikan 2 jenis obat, yaitu antibiotik sistemik dan topical.

a. Antibiotik sistemik yaitu obat yang dikonsumsi pasien dan masuk ke peredaran darah, antara lain :

i. Proksasilin

ii. Rifamilfine

iii. DicloxacilinProksasilin dan Rifamilfine berfungsi untuk mengurangi infeksi dan menekan pertumbuhan bakteri. Jika sudah diberikan salah satu dari dua obat tersebut dan masih terdapat komplikasi, dapat diberikan dicloxacilin yang berfungsi untuk membunuh sel bakteri dan menghambat sintesis dinsing sel.

b. Antibiotik topical yaitu obat luar untuk terapi lesi kulit pasien yang dapat berupa salep, antara lain :

i. Mupirosin

ii. Retapamulin

iii. Gentamicyn (jika lesi kering)

iv. Larutan permanganas (untuk kompres jika lesi basah)

Sedangkan untuk terapi non-medica mentosa,dapat berupa:

a. Memberikan edukasi pada pasien mengenai penyakitnya dan faktor-faktor yang membuat penyakitnya makin memburuk

b. Untuk membantu menghilangkan lesi kulit pasien harus mandi bersih teratur

c. Menghilangkan krusta dengan mengusap krusta menggunakan lap basah

d. Memberi edukasi pasien untuk menjaga lingkungan tetap bersih

Prognosis adalah ramalan atau perkiraan arah perjalanan penyakit. Prognosis bergantung pada jenis penyakit, organ/ sistem yang sakit, penyebab penyakit, kondisi tubuh dan mental, kondisi social dan ekonomi, fasilitas pengobatan dan obat yang tersedia, dan dokter yang menangani.9 Pada kasus ini, kelompok kami menyatakan bahwa prognosis untuk pasien Butet adalah dubia ad bonam. Hal ini dikarenakan secara keseluruhan, penyakit ini dapat sembuh tanpa meninggalkan bekas. Namun, sebagai pasien anak, Butet sering menggaruk bula ditubuhnya sehingga menimbulkan luka yang mudah terinfeksi dan ibunya yang kurang memiliki pengetahuan tentang penyakit ini memiliki resiko memperparah kondisi sakit yang diderita anaknya melalui larangannya untuk tidak mandi. STATUS LENGKAPIDENTITAS PASIEN

Nama

: Butet

Usia

: 4 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Alamat

:

Tanggal masuk

: 9 Maret 2010Nama orangtua

:

Pekerjaan

:

Pendidikan

:

Alamat

:

SUBJEKTIF

Keluhan utama

: Kelainan kulit

Riwayat penyakit sekarang:

Batuk, pilek, dan demam (2 minggu terakhir)

Vesikel dan bula pada pipi, hidung, bibir atas dan menjalar ke perut dan paha (1 minggu terakhir)

Riwayat penyakit dahulu:

Riwayat penyakit keluarga:

PEMERIKSAAN FISIK

I. Tanda Vital :

1. Suhu2. Denyut nadi3. Tekanan darah4. PernapasanII. Keadaan Umum :

1. Kesan sakit

2. Keadaan gizi

3. Tingkat kesadaran: Compos mentis

4. Warna kulit

5. Postur tubuh6. Umur pasien ditaksir pemeriksa7. Cara berjalan 8. Cara berbaring9. Cara berbicara10. Ada / tidaknya : dyspnoe , oedema , dehydrasi , kejang , tremor 11. Sikap dan watak pasien 12. Penampilan pasien III. Kulit

1. Efloresensi primer

: Vesikel dan bula 2. Efloresensi sekunder

: KrustaIV. Kelenjar Getah Bening

V. Kepala dan Wajah

VI. Leher

VII. Thorax

VIII. Abdomen dan visceraIX. Genitalia Externa

X. Anus dan Rektum

XI. Extremitas Superior dan Inferior DIAGNOSIS KERJA

Impetigo vesiko-bulosa

DIAGNOSIS BANDING

1. Impetigo krustosa

2. Dermatofitosis

3. Sindrom Stevens-Johnson

4. Ektima

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

Pewarnaan gram positif: dalam cairan bula, tampak Streptococcus beta hemoliticusDIAGNOSIS PASTI

Impetigo krustosaPENATALAKSANAANTerapi medica mentosaAntibiotik sistemik yaitu obat yang dikonsumsi pasien dan masuk ke peredaran darah, antara lain :

1. Proksasilin

2. Rifamilfine3. DicloxacilinProksasilin dan Rifamilfine berfungsi untuk mengurangi infeksi dan menekan pertumbuhan bakteri. Jika sudah diberikan salah satu dari dua obat tersebut dan masih terdapat komplikasi, dapat diberikan dicloxacilin yang berfungsi untuk membunuh sel bakteri dan menghambat sintesis dinsing sel. Antibiotik topical yaitu obat luar untuk terapi lesi kulit pasien yang dapat berupa salep, antara lain :

1. Mupirosin2. Retapamulin

3. Gentamicyn (jika lesi kering)

4. Larutan permanganas (untuk kompres jika lesi basah)Sedangkan untuk terapi non-medica mentosa,dapat berupa:a. Memberikan edukasi pada pasien mengenai penyakitnya dan faktor-faktor yang membuat penyakitnya makin memburuk b. Untuk membantu menghilangkan lesi kulit pasien harus mandi bersih teraturc. Menghilangkan krusta dengan mengusap krusta menggunakan lap basahd. Memberi edukasi pasien untuk menjaga lingkungan tetap bersihPROGNOSIS

Dubia ad bonamKesimpulanDari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang yang dilakukan, didiagnosis bahwa Butet menderita impetigo krustosa. Penyakit ini merupakan kelainan dermatologi yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus hemoliticus. Keberadaan bakteri ini dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium dari sampel cairan bula pada kulit penderita.Impetigo krustosa yang diderita oleh pasien Butet merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya dan tidak meninggalkan bekas.DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:FKUI,2007;p.58. 2. Diagnosis Fisik pada Anak, penyunting Corry S Matondang, Iskandar W, Sudigdo S. Jakarta:PT Sagung Seto,2009;p.1.3. Natadijaja H. Penuntun kuliah: Anamnesis dan Pemeriksaan Jasmani. Bagian Ilmu Penyakit Dalam. FK USAKTI. Jakarta:2003. 4. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:FKUI,2007;p.58-9. 5. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:FKUI,2007;p.92-5. 6. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:FKUI,2007;p.163-5. 7. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:FKUI,2007;p.60. 8. Word Press. [Internet] Impetigo. [Updated ]. Available from: http://dokmud.wordpress.com/2009/II/02/impetigo/ Accessed 2010 March 28. 9. Rosseti.