makalah mtht
DESCRIPTION
telinga hidung dan tenggorokanTRANSCRIPT
Seorang Anak Perempuan dengan Keluhan Keluar Cairan dari Telinganya
KELOMPOK 9
Putri Maulia 030.10.224
Putri Sarah 030.10.225
R. Ifan Arief Fahrurozi 030.10.226
Rachel S Aritonang 030.10.227
Rachma Tia Wasril 030.10.228
Radian Savani 030.10.229
Ramayani Batjun 030.10.231
Ratu Suci Anggraini 030.10.232
Raysa Angraini 030.10.233
Reynatta Audralia 030.10.234
Riana Rahmadhany 030.10.235
Ricky Julianto 030.10.236
Riza Ernaldy 030.10.237
Riza Tafson 030.10.238
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Tahun ajaran 2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
Keluarnya cairan dari liang telinga atau otorrhea merupakan gejala klinis yang sering
ditemukan pada kasus penyakit telinga. Bisa ditemukan pada orang dewasa maupun
anak kecil.
Cairan yang keluar dari telinga harus diperhatikan sifat-sifatnya karena dapat
mendukung diagnosis, misal jernih atau purulen, mengandung darah atau tidak,
berbaukah, pulasatil atau non-pulsasi. Gejala penyerta yang lain juga harus di
perhatikan, seperti adanya ganguan pendengaran, tinitus dan otalgia (nyeri telinga).
Sekret yang keluar dapat purulen, mukoid atau mukopurulen, sekres seperti ini
menandai adanya infeksi pada telinga. sekret dapat pula jernih yang bisa disebabkan
oleh berbagai jenis dermatosis meatus akustikus externa atau mungkin sekret yang
jernih itu berasal dari cairan otak (serebrospinalis). semua tipe otore ini dapat
mengandung darah, bisa masif karena trauma dan berbagai neoplasma. sekret dapat
tidak berbau dan berbau sangat busuk (biasanya pada kolesteatoma). Biasanya sekret
ini non-pulsatil, tetapi bila berada di bawah tekanan hebat di celah ruang telinga
tengah, maka ia akan berpulsasi.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Kasus :
Lembar 1
Seorang anak perempuan umur 10 tahun diantar orangtuanya dengan
keluhan keluar cairan kental dari telinga kirinya.
Lembar 2
Lima hari sebelum masuk RS, anak tersebut menderita batuk pilek disertai
demam tinggi yang diikuti dengan keluar cairan kental dari telinga kirinya. Pada usia
6 tahun, ia pernah beberapa kali keluar cairan dari telinga kiri terutama jika batuk
pilek atau sehabis berenang.
Oleh orangtua pasien selama ini diberikan obat tetes telinga yang dibeli
bebas, namun tidak terdapat perubahan.
Menurut orangtuanya, akhir-akhir ini jika dipanggil atau diajak bicara sering kurang
dengar dan minta diulang perkataanya.
Lembar 3
Pada saat pemeriksaan didapatkan pasien demam 380C. pada pemeriksaanTHT telinga
kanan didapatkan liang telinga lapang dan membran timpani hiperemis. Pada liang
telinga kiri berisi lender mukourulen. Membran timpani belum dapat dinilai. Setelah
secret dibersihkan tampak perforasi subtotal membrane timpani. Retroaurikuler kanan
tenang dan retroaurikuler kiri didapatkan nyeri pada penekanan.
Pemeriksaan hidung cavum nasi sempit terisi lender mukopurulen konka inferior
edema dan hiperemis dan tidak terdapat deviasi septum.
3
Pemeriksaan rongga mulut tidak terdapat trismus. Arkus faring simetris tepi
hiperemis. Uvula terletak ditengah. Tonsil T3-T3 hiperemis, terdapat detritus dan
kripta melebar. Dinding posterior faring hiperemis namun tidak menonjol. Kelenjar
getah bening leher tidak membesar.
Lembar 4
Pemeriksaan radiologi mastoid
Kesan : mastoid kanan diploik
mastoid kiri sklerotik
Pemeriksaan Audiometri
4
BAB III
PEMBAHASAN
MASALAH DAN HIPOTESIS
Masalah Dasar Masalah Hipotesis
1. Keluar cairan
kental dari telinga
kiri (otore)
Keluarnya cairan kental dari telinga
pasien diduga adanya kelainan pada
telinga yang lebih mengarah pada
telingah tengah. Cairan tersebut dapat
mencapai liang telinga bisa akibat
rupture pada membrane timpani atau
efusi cairan dengan membrane
timpani yang masih utuh. Bisa terjadi
juga karena terjadi oklusi dari tuba
euschtasius yang harusnya
mengalirkan sebagian cairan ke
nasofaring, namun tidak terjadi karena
adanya oklusi sehingga cairan dapat
menumpuk ditelinga dalam yang
dapat merobek mambran timpani.
Otitis media
supuratif
kronis
Otitis media
non supuratif
Otitis media
stadium
perforasi
Ruptur
membrane
timpani
Kolesteatom
2. Lima hari
sebelum masuk
rumah sakit,
pasien
mengalami
demam tinggi,
Demam tinggi menandakan infeksi,
sementara keluarnya secret hidung
bisa disebabkan karena infeksi hidung
bila bilateral, secret jernih hingga
purulen. Bila secret kuning kehijauan
biasanya berasal dari sinusitis hidung.
Rhinitis
Otitis media
stadium
perforasi
5
pilek dan keluar
cairan kental dari
telinga kiri.
Pada anak-anak bila secret hanya pada
satu sisi dan berbau, kemungkinan
terdapat benda asing di hidung.
3. Pada usia 6
tahun, pernah
beberapa kali
keluar cairan dari
telinga kiri
terutama jika
batuk pilek atau
habis berenang.
Cairan yang keluar dari telinga sakit
pernah terjadi 4 tahun yang lalu. Bila
telah terjadi rupture akibat otitis
media, maka pada kasus ini
membrane timpani kemungkinan
belum menutup kembali dengan
sempurna sehingga infeksi yang
terulang kembali akan menyebabkan
keluarnya cairan secret. Berenang
juga merupakan factor resiko untuk
kembali terjadinya infeksi akibat air
masuk ke telingaanya.
Otitis media
supuratif
kronis
Otitis media
non supuratif
Rupture
membrane
timpani
4. Oleh orang tua
diberikan obat
tetes telinga
namun tidak ada
perubahan.
Obat tetes telinga dipasaran
sebenarnya tidak boleh dibeli secara
bebas tanpa indikasi yang sesuai.
Karena kebanyakan obat tetes telinga
merupakan antibiotika untuk
mengatasi kuman penyebab infeksi
telinga bagian luar. Antibiotika
golongan aminoglikosida terutama
banyak digunakan sebagai obat tetes
telinga untuk mengatasi resistensi
Tuli akibat
ototoksik
6
pseudomonas aeroginosa yang
merupakan kuman pathogen yang bisa
menginfeksi otitis eksterna maligna
membrane timpani sehingga dapat
terjadi rupture. (1)
5. Menurut orang
tuanya, akhir-
akhir ini jika
dipanggil atau
diajak bicara
sering kurang
dengar dan minta
diulang
perkataannya.
Penurunan pendengaran pada pasien
ini bisa diakibatkan karena kerusakan
pada membrane timpani, tulang
pendengaran, maupun saraf-syaraf
pendengaran. Untuk mengetahui jenis
tuli dan derajatnya, bisa dilakukan
pemeriksaan audiometri.
Otitis media
stadium
perforasi
Rupture
membrane
timpani
Secret yang keluar dari liang telinga disebut otore. Secret yang sedikit biasanya
berasal dari infeksi telinga luar dan secret yang banyak dan bersifat mukoid umumnya
berasal dari telinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya kolesteatom. Bila
bercampur dengan darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau tumor.
Bila cairan yang keluar seperti air jernih, harus waspada adanya cairan likuor
serebrospinal.
Anamnesis :
Riwayat penyakit sekarang :
1. Keluhan dirasakan sejak kapan?
7
2. Apakah ada keluhan lain seperi nyeri?
3. Nyeri yang dirasakan hebat ataukah ada pencetus baru merasakan nyeri?
4. Bagaimana sifat serta konsistensinya sekretnya?
5. Apakah secret keluar terusa menerus atau intermiten?
6. Selain nyeri apakah ada gejala lain seperti demam, gelisah, gangguan tidur,
sakit tenggorokan?
7. Apakah ada gangguan pendengaran?
8. Apakah ada kebiasaan sering mengkorek telinga?
Riwayat penyakit dahulu :
1. Apakah pernah mengalami infeksi saluran nafas atas?
2. Apakah pernah mengalami trauma?
3. Apakah ada riwayat alergi?
4. Bagaimana riwayat pengobatannya?
PEMERIKSAAN FISIK
Pada saat pemeriksaan didapatkan:
Keadaan Umum
Suhu = 380C menandakan pasien febris (n=36,5-37,2 0C)
Status Lokalis
Telinga
Telinga kanan Telinga kiri Keterangan
Liang telinga lapang berisi lender
mukopurulen
Lendir yang
mukopurulen berasal
dari cairan telinga
tengah yang
8
mengalami efusi atau
keluar akibat rupture
membrane timpani
Retroaurikuler tenang
nyeri pada
penekanan
Nyeri menunjukan
adanya peradangan
yaitu mastoiditis
Membrane timpani hiperemis
Setelah secret
dibersihkan
tampak
perforasi
subtotal
membrane
timpani
Hiperemis
menandakan adanya
pelebaran pembuluh
dara setempat akibat
reaksi inflamasi.
Hidung dan Paranasal
Cavum nasi dekstra Cavum nasi sinistra
Cavum nasi Sempit dan berisi lender mukopurulen
Konka inferior Edema dan hiperemis
Deviasi septum (-)
Cavum nasi sempit dikarena reaksi radang yang menyebabkan udem. Secret hidung
yang bilateral dan bersifat mukopurulen biasanya disebabkan oleh infeksi hidung.
Konka inferior yang edema dan hiperemis juga disebabkan oleh radang yang bisa
disebabkan oleh alergi maupun bakteri.
9
Tengorokan
Rongga mulut : tidak terdapat trismus (saraf tidak mengalami gangguan)
Arkus faring : simetris tepi hiperemis (terdapat faringitis)
Uvula : terletak ditengah (normal)
Tonsil : T3-T3 hiperemis, terdapat detritus dan kripta melebar
T3 menunjukan pembesaran tonsil telah melebihi garis khayal (garis khayal
merupakan garis yang dibetuk dari setengah lebar molar ke-3 dengan uvula) dan
merupakan indikasi untuk tonsilektomi. Hiperemis adanya peradangan. Detritus
adalah kumpulan leukosit, bakteri yang mati, dan epitel yang terlepas. Kriptus yang
melebar adalah akibat proses radang berulang yang menyebabkan epitel mukosa juga
jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti
oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti melebar. Hal ini
merupakan gejala dari tinsilitis kronik.
Dinding posterior faring : hiperemis namun tidak menonjol
Kelenjar getah bening leher : tidak membesar
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gambaran diploik pada telinga kanan bila pneumatisasi mastoid terganggu oleh
proses infeksi, maka hanya beberapa kelompok sel-sel yang besar. sedangkan
gambaran sklerotik pada telinga kiri diduga akibat aktivitas osteoblas yang dirangsang
10
oleh infeksi kronik atau berulang. Derajat perkembangan mastoid dijelaskan secara
radiologik sebagai pneumatik, diploik, sklerotik dan tidak berkembang. Bila
pneumatisasi mastoid normal terjadi tanpa adanya hambatan akibat infeksi berulang di
masa kanak-kanak ataupun anomali perkembangan lainnya, maka rongga-rongga
udara mastoid yang terbentuk sempurna tersebut dikenal sebagai tipe pneumatik.(4)
Hasil audiometri menunjukkan bahwa
Telinga kanan : BC normal atau kurang dari 25 dB
AC lebih dari 25 dB
(Tuli konduktif ringan)
Telinga kiri : BC lebih dari 25 dB
AC lebih besar dari BC
(Tuli campuran berat)
Derajat ketulian dan nilai ambang pendengaran menurut ISO 1964 dan ANSI 1969.
Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran
Normal : -10 dB sampai 26 dB
Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB
Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB
Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB
Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB
Tuli total : lebih dari 90 dB.
Tuli konduktif pada pasien adalah akibat kerusakan rangkaian tulang-tulang
pendengaran yang disertai perforasi serta kemungkinan ada diskontinuitas rangkaian
tulang pendengaran dibelakang membran, karena nilai AC > 50 dB.
11
Tuli sensorineural yang dihubungkan dengan difusi produk toksin ke dalam skala
timpani melalui membran fenstra rotundum, sehingga menyebabkan penurunan
ambang hantaran tulang secara temporer/permanen yang pada fase awal terbatas pada
lengkung basal kohlea tapi dapat meluas kebagian apek kohlea.
Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai
berikut :
1. Darah lengkap
Untuk melihat hitung jenis (menentukan penyebab radang), melihat adanya
infeksi kronis atau akut, dan kemungkinan anemia sebagai factor predisposisi
infeksi berulang pada pasien.
2. Bakteriologi
Walapun perkembangan dari OMSK merupakan lanjutan dari
mulainya infeksi akut, bakteriologi yang ditemukan pada sekret yang kronis
berbeda dengan yang ditemukan pada otitis media supuratif akut. Namun bila
pengambilan secret dari liang telinga sulit dilakukan karena sakit yang dialami
pasien maka secret dari tonsil yang meradang dapat dikultur dan dilakukan uji
resistensi.
DIAGNOSIS
Otitis Media Supuratif Kronik sinistra dan Otitis Media Akut dekstra
stadium hiperemis dengan Tonsillitis Kronis.
Otitis media adalah salah satu infeksi tersering pada anak-anak. Suatu peneliatian oleh
Howie menunjukkan bahwa suatu episode infeksi S. pneumoniae dalam tahun
12
pertama kehidupan telah dihubungkan dengan berlanjutnya insidens episode otitis
akut berulang. Keadaan ini lebih sering ditemukan pada anak laki-laki.
DIAGNOSIS BANDING
OTITIS MEDIA SEROSA / NON-SUPURATIF
Otitis media serosa disebabkan oleh transudasi plasma dari pembuluh darah ke dalam
rongga telinga tengah yang terutama disebabkan perbedaan tekanan hidrostatisk,
sementara otitis media mukoid merupakan akibat sekresi aktif kelenjar dan kista pada
lapisan epitel celah telinga tengah.
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
Meningkatkan kebersihan daerah telinga dan mulut agar tidak terjadi infeksi
berulang
Tidak boleh berenang sampai kondisi membrane timpani sembuh total.
Medikamentosa
Pembersihan telinga dengan menggunakan H2O2 3% selama 3-5 hari, karena
peroksida dapat membunuh bakteri anaerob penyebab infeksi.
Antibiotika : ampisilin atau eritromisin (bila resisten ampisilin) oral dan
topical.
Meringoplasti jika dalam waktu 2 bulan tidak terjadi penutupan dari
membrane timpani yang mengalami rupture
Timpanoplasti
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang lebih
berat atau OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan
13
medikamentosa. Tujuan operasi ini adalah untuk menyembuhkan penyakit
serta memperbaiki pendengaran.
Tonsilektomi dengan indikasi pembesaran tonsil mencapai T3 karena
ditakutkan komplikasi berupa sumbatan saluran nafas.
KOMPLIKASI
Sinusitis
Abses parafaring
Bronchitis
Obstruksi saluran nafas
PROGNOSIS
1. Ad Vitam : ad Bonam
2. Ad Functionam : Dubia ad Bonam.
3. Ad Sanationam : Dubia ad malam
14
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
FISIOLOGI PENDENGARAN
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea.
Getaran tersebut menggetarkan membrane timpani diteruskan ke telinga tengah
melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui
daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani
dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke
stapes yang menggerakan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibuli
bergerak. Getaran diteruskan melalui membrana Reissner yang mendorong endolimfa,
sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran
tektoria. Proses ini merupakan rangsan mekanik yang menyebabkan terjadinya
defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan
ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel
rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus
auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.(2)
Gelombang suara
Getaran membran timpani
Getaran tulang telinga tengah
Getaran jendela oval
Gerakan cairan di dalam koklea
Getaran membran basilaris
Menekuknya rambut di reseptor sel rambut dalam organ corti sewaktu
getaran membran basilaris menggeser rambut-rambut ini
secara relatif terhadap membran tektorium di atasnya yang berkontak
dengan rambut tersebut
Perubahan potensial berjenjang (potensial reseptor) di sel reseptor
Perubahan frekuensi potensial aksi yang dihasilkan di saraf auditorius
Perambatan potensial aksi ke korteks auditorius di lobus temporalis otak untuk
persepsi suara
15
Getaran jendela bundar
Pembuyaran energi (tidak ada persepsi
suara)
ANATOMI TELINGA
16
1. Telinga Luar
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis
auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengah oleh struktur seperti
cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga
terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat
ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak
dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu
pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis
auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi
temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan
ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut.
Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga
lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat.
Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis
auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal
mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi
seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga
mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen
17
nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi
kulit.
2. Telinga Tengah
Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di
sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial, celah telinga tengah terletak
di antara keduanya. Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius
eksternus dan menandai batas lateral telinga, membran ini sekitar 1 cm dan
selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen. Telinga
tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang
telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan
dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus,
stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh persendian, otot, dan
ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval
dan dinding medial telinga tengah) yang memisahkan telinga tengah dengan
telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara
dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara.
Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes
ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. Anulus jendela
bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan
dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini
dinamakan fistula perilimfe.
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1 mm panjangnya sekitar 35 mm,
menghubungkan telinga tengah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii
tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan
18
manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai
drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah
dengan tekanan atmosfer.
3. Telinga Dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ
untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu
juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis),
semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis
semisirkularis bersama menyusun tulang labirin. Ketiga kanalis semisirkularis;
posterior, superior dan lateral, terletak membentuk sudut 90 derajat satu sama
lain (saling tegak lurus) dan mengandung organ yang berhubungan dengan
keseimbangan.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm
dengan dua setengah lingkaran spiral, dan mengandung organ akhir untuk
pendengaran, dinamakan organ Corti. Labirin membranosa terendam dalam
cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan
serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa
tersusun atas utrikulus, sakulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis,
dan organ Corti. Labirin membranosa memegang cairan yang dinamakan
endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan
endolimfe dalam telinga dalam. Banyak kelainan pada telinga dalam yang
terjadi apabila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan
gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merangsang sel-sel
rambut labirin membranosa. Akibatnya terjadi aktivitas elektris yang berjalan
sepanjang cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi
19
kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Hal ini
mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus
kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (yang
muncul dari koklea) bergabung dengan nervus vestibularis (yang muncul dari
kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus) menjadi nervus koklearis
(nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis
auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis
auditorius internus membawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang
otak..(4)
OTITIS MEDIA (5,6,7)
Definisi
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas
otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (= otitis media serosa , otitis
media skretoria ,otitis media musinosa ,otitis media efusi/OME ). Masing-masing
mempunyai bentuk akut dan kronis. Pada beberapa penelitian, diperkirakan terjadinya
otitis media yaitu 25% pada anak-anak. Infeksi umumnya terjadi dua tahun pertama
kehidupan dan puncaknya pada tahun pertama masa sekolah .
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis pada
telinga tengahdengan perforasi membran tympani dan sekret keluar dari
telinga terus menerusatau hilang timbul, sekret dapat encer atau kental, bening atau
berupa nanah. Otitis media supuratisf kronis selian merusak jaringan lunak pada
telinga tengah dapat juga merusak tulang dikarenakan terbentuknya jaringan patologik
sehingga sedikit sekali / tidak pernah terjadi resolusi spontan.
20
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis
media kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi
kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk.
Gejala otitis media supuratif kronis antara lain otorrhoe yang bersifat purulen atau
mokoid, terjadi gangguan pendengaran, otalgia, tinitus, rasa penuh di telinga dan
vertigo .1
Epidemiologi
Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi, kondisi
sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek.
Kebanyakan melaporkan prevalensi OMSK pada anak termasuk anak yang
mempunyai kolesteatom .
Etiologi dan Patogenesis
• Streptococcus pneumoniae
• Haemophilus influenzae
• Moraxellacataralis
• Staphylococcus aureus
• Pseudomonas aeruginosa
21
22
OMSK adalah stadium dari penyakit telinga tengah dimana terjadi peradangan
kronis dari telinga tengah dan mastoid dan membran timpani tidak intak ( perforasi )
dan ditemukan sekret (otorea), purulen yang hilang timbul. Sekret mungkin encer atau
kental, bening atau berupa nanah dan berlangsung lebih dari 2 bulan.
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,
jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring
(adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba
Eustachius . Organisme-organisme dari meatus auditoris eksternal termasuk
staphylococcus, pseudomonas aeruginosa, B.proteus, B.coli dan aspergillus.
23
Organisme dari nasofaring diantaranya streptococcus viridans ( streptococcus A
hemolitikus, streptococcus B hemolitikus dan pneumococcus .
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani
menetap pada OMSK:
Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan
produksi sekret telinga purulen berlanjut.·
Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan
pada perforasi.·
Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui
mekanisme migrasi epitel.·
Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan
yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga
mencegah penutupan spontan dari perforasi.
Patogensis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini
merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) yang sudah terjadi lebih dari
2 bulan dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang
terus menerus .
Letak perforasi
Letak perforasi di membrane timpani penting untuk menentukan
tipe/jenisOMSK. Perforasi membrane timpani dapat ditemukan di daerah
sentral, marginalatau atik .
1 . P e r f o r a s i s e n t r a l
24
Perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan diseluruh tepi perforasi
masihada sisa membrane timpani
2. P e r f o r a s i m a r g i n a l
P a d a p e r f o r a s i m a r g i n a l i n i m a k a s e b a g i a n t e p i
p e r f o r a s i l a n g s u n g berhubungan dengan annulus atau sulkus timpanikum .
3. P e r f o r a s i a t i k
Perforasi ini adalah perforasi yang terletak di pars flaksida
Jenis Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)
OMSK dapat dibedakan atas 2 jenis yaitu:
1.OMSK tipe aman = tipe tubotimpani (tipe mukosa/benigna)
Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja
danb i a s a n y a t i d a k m e n g e n a i t u l a n g d a n p e r f o r a s i n y a
t e r l e t a k d i s e n t r a l . Umumnya OMSK tipe aman jarang menimbulkan
komplikasi yang berbahaya.Pada OMSK tipe aman tidak terdapat kolesteatoma.
Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas :
1.1 Penyakit aktif
Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh perluasan
infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang dimana kuman
masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen.
1.2. Penyakit tidak aktif
25
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga
tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain
yang dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga.
2.OMSK tipe bahaya (tipe tulang/maligna)
Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna yaitu OMSK yang disertai dengan
kolesteatoma. Perforasi pada OMSK tipe ini terletak di marginal atau di atik,kadang-
kadang juga terdapat kolesteatoma pada OMSK dengan perforasisubtotal.
Sebagian besar komplikasi timbul pada OMSK tipe ini
Table perbedaan Otitis media supuratif kronis tipe benigna dan maligna :
OMSK Benigna OMSK Maligna
Proses peradangan berbatas pada mukosa Proses peradangan tidak terbatas pada
mukosa
Proses peradangan tidak mengenai tulang Proses peradangan mengenai tulang
Perforasi timpani tipe sentral Perforasi timpani paling sering tipe
marginal dan atik .kadang tipe subtotal
(sentral) dengan kolesteatoma.
Jarang terjadi komplikasi berbahaya Sering terjadi komplikasi berbahaya
Kolesteatoma tidak ada Kolesteatoma ada
Gejala klinis :
1. Telinga Berair (Otorrhoe)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada OMSK tipe
jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai
26
reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi.
Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai
adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga
tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret
yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip
telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret
yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.
2. Gangguan Pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya
ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan
dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna
biasanya didapat tuli konduktif berat.
3. Otalgia (Nyeri Telinga)
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat
berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya
durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri
merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal
abses atau trombosis sinus lateralis.
4. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi
dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan
tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat
27
terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin
lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin
juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi
serebelum.
Pemeriksaan Klinis
Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagai
berikut :
Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli
konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian
tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas
Pemeriksaan Radiologi.
1. Proyeksi Schuller
Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto
ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan
tegmen.
2. Proyeksi Mayer atau Owen,
Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulang-
tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah
mengenai struktur-struktur.
28
3. Proyeksi Stenver
Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas
memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis.
Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat
menunjukan adanya pembesaran akibat
4. Proyeksi Chause III
Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan
kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat
menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom.2
Bakteriologi
1. Bakteri spesifik
Misalnya Tuberkulosis. Dimana Otitis tuberkulosa sangat jarang ( kurang dari
1% menurut Shambaugh). Pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh infeksi paru
yang lanjut. Infeksi ini masuk ke telinga tengah melalui tuba. Otitis media tuberkulosa
dapat terjadi pada anak yang relatif sehat sebagai akibat minum susu yang tidak
dipateurisasi3.
2. Bakteri non spesifik baik aerob dan anaerob.
Bakteri aerob yang sering dijumpai adalah Pseudomonas aeruginosa,
stafilokokus aureus dan Proteus sp. Antibiotik yang sensitif untuk Pseudomonas
aeruginosa adalah ceftazidime dan ciprofloksasin, dan resisten pada penisilin,
sefalosporin dan makrolid. Sedangkan Proteus mirabilis sensitif untuk antibiotik
29
kecuali makrolid. Stafilokokus aureus resisten terhadap sulfonamid dan trimethoprim
dan sensitif untuk sefalosforin generasi I dan gentamisin.
Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana
pengobatan dapat dibagi atas :
1. Konservatif
2. Operasi
OMSK Benigna tenang
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan
mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan
segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan
sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk
mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.
OMSK Benigna aktif
Prinsip pengobatan OMSK adalah3 :
1.Membersihkan liang telinga dan kavum timpani.
2.Pemberian antibiotika : – topikal antibiotik ( antimikroba)
- sistemik.
30
Pemberian antibiotik topikal
Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang banyak tanpa
dibersihkan dulu, adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang/tidak progresif lagi
diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid.4 Mengingat
pemberian obat topikal dimaksudkan agar masuk sampai telinga tengah, maka tidak
dianjurkan antibiotik yang ototoksik misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari
1 minggu .
Bubuk telinga yang digunakan seperti:
a. Acidum boricum dengan atau tanpa iodine
b. Terramycin.
c. Asidum borikum 2,5 gram dicampur dengan khloromicetin 250 mg
Pengobatan antibiotik topikal dapat digunakan secara luas untuk OMSK aktif yang
dikombinasi dengan pembersihan telinga.
Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah3 :
1. Polimiksin B atau polimiksin E
Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E.
Koli Klebeilla, Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif, Proteus, B.
fragilis Toksik terhadap ginjal dan susunan saraf.
2. Neomisin
31
Obat bakterisid pada kuma gram positif dan negatif, misalnya :
Stafilokokus aureus, Proteus sp. Resisten pada semua anaerob dan Pseudomonas.
Toksik terhadap ginjal dan telinga.
3. Kloramfenikol
Obat ini bersifat bakterisid
OMSK Maligna
Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif
dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan
pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan
tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.
Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki
membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan
pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran. Pedoman umum
pengobatan penderita OMSK adalah Algoritma beriku
KOMPLIKASI
Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan
patologik yang menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan
kurang efektifnya pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi
didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu
eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat
menyebabkan komplikasi1,2.
32
Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi
akut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom
A. Komplikasi ditelinga tengah :
1. Perforasi persisten
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial
B. Komplikasi telinga dalam
1. Fistel labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf ( sensorineural)
C. Komplikasi ekstradural
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hindrosefalus otitis
33
BAB V
KESIMPULAN
Pada pasien ini telah terjadi kompikasi perforasi membrane timpani dari otitis
media akut yang di deritanya saat berumur 6 tahun. Diduga otitis media pada psaien
diawali oleh rhinitis dan tonsillitis. Dengan pengobatan dan terapi yang adekuat
diharapkan kondisi pasien dapat kembali baik dan tidak terulang lagi.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran dan Kelainan
Telinga. In: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin, J, Restuti RD, Editors. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. 6th ed.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. p. 13;55
2. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran dan Kelainan
Telinga. In: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin, J, Restuti RD, Editors. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. 6th ed.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. p. 13;16
3. Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC; 2011. p. 184
4. Higler AB. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC; 1997. p. 30-5
5. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku
ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta:
FKUI, 2001.
6. Helmi. Komplikasi otitis media supuratif kronis dan mastoiditis. Dalam: Soepardi
EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala
leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001.
7. Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.I., Setiowulan, W. Kapita
Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius. 2000.
35