makalah oklusi karotis
DESCRIPTION
Makalah Oklusi KarotisTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sehubungan dengan berkembangnya zaman, banyak faktor yang menyebabkan
bertambah banyaknya pasien dengan gangguan pada pembuluh darah. Pembuluh
darah merupakan bagian vital pada tubuh manusia, karena merupakan saluran tempat
darah mengalir membawa O2 yang diperlukan organ vital untuk tetap hidup. Apabila
saluran tersebut mengalami hambatan secara sebagian atau total, maka organ vital
yang akan tertuju tersebut akan mengalami gangguan.
Gangguan pada pembuluh dapat terjadi dimana saja, termasuk pada arteri
carotis. Arteri carotis merupakan pembuluh darah tempat menyalurkan darah dari
jantung menuju pembuluh darah yang berada di kepala. Apabila saluran tersebut
mengalami hambatan, maka aliran darah ke kepala juga akan berkurang dan akan
timbul berbagai keluhan di kepala.
Apabila pada arteri carotis mengalami hambatan total, hal itu sangat berbahaya
karena akan timbul Transient Ischemic Attacks (TIA), stroke, kerusakan pada otak,
dan bahkan akan mengalami kematian.
Hambatan itu disebabkan oleh darah yang menumpuk sehingga dapat
mengganggu aliran darah. Penumpukan darah itu biasa disebut plaque yg penyebab
utamanya adalah LDL. Untuk mengetahui ada atau tidak hambatan pada pembuluh
darah, dapat dilakukan Ultra Sonography Vasculer.
Pada pemeriksaan Ultra Sonography Vasculer peran teknisi kardiovaskuler
sangat dibutuhkan untuk melakukan Diagnosis Non Invasif ini. Keahlian khusus
diperlukan untuk melakukan pemeriksaan secara tepat dan benar.
1
1.2 Rumusan Masalah
Oklusi karotis adalah penyumbatan secara total pada arteri karotis, sehingga
aliran darah ke kepala menjadi berkurang atau tidak ada. Hal ini menyebabkan
berbagai penyakit yang dapat terjadi di kepala.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Khusus
Mengetahui cara pemeriksaan pembuluh darah dengan diagnosa Oklusi
Karotis dengan menggunakan mesin dupleks sonography.
1.3.2 Tujuan Umum
- Mengetahui Penyebab Oklusi Karotis
- Mengetahui Gambaran B-mode, Kurva Doppler serta Colour pada pasien
Oklusi Karotis
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Kardiovaskular
Sistem kardiovaskular adalah suatu sistem organ yang bertugas untuk
menyampaikan nutrien (seperti asam amino dan elektrolit), hormon, sel darah dll dari
dan menuju sel-sel tubuh manusia, yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan
homeostasis tubuh. Sistem ini terdiri atas organ jantung dan pembuluh-pembuluh
darah.
Jantung merupakan organ yang terdiri dari empat ruangan, yaitu atrium kanan,
ventrikel kanan, atrium kiri dan ventrikel kiri. Sistem ini bekerja dengan mengikuti
pola sebagai berikut:
Gambar 1 : Sistem Sirkulasi
3
Darah yang rendah kandungan oksigen dan tinggi CO2 yang berasal dari
sirkulasi sistemik dihantarkan melalui vena kava superior dan inferior menuju atrium
kanan, masuk ke ventrikel kanan lalu dihantarkan melalui arteri pulmonalis menuju ke
paru untuk di-oksigenasi kembali. Selanjutnya darah yang telah kaya akan oksigen
akan masuk melalui vena pulmonalis menuju atrium kiri, lalu masuk ke ventrikel kiri
untuk dihantarkan menuju sirkulasi sistemik melalui pembuluh aorta,demikian
seterusnya.
Secara umum, pembuluh darah yang ada di dalam tubuh dapat dibagi menjadi:
pembuluh yang membawa darah menjauhi jantung (arteri) dan menuju jantung (vena).
2.1.1 Arteri
Arteri merupakan pembuluh yang bertugas membawa darah menjauhi jantung.
Tujuannya adalah sistemik tubuh, kecuali arteri pulmonalis yang membawa darah
menuju paru untuk dibersihkan dan mengikatkan oksigen. Arteri terbesar yang ada
dalam tubuh adalah aorta, yang keluar langsung dari ventrikel kiri jantung. Arteri
bercabang-cabang membentuk cabang lebih kecil yang disebut arteriole. Arteriole ini
membentuk cabang-cabang lebih kecil dan ujung-ujungnya berhubungan langsung
dengan sel-sel tubuh. Cabang-cabang ini disebut kapiler.
2.1.2 Vena
Vena merupakan pembuluh yang mengalirkan darah dari sistemik kembali ke
jantung (atrium kanan), kecuali vena pulmonalis yang berasal dari paru menuju atrium
kiri. Semua vena-vena sistemik akan bermuara pada vena cava superior dan vena
cava inferior.
Vena mengandung banyak darah kaya karbon dioksida, kecuali vena
pulmonalis mengandung banyak oksigen. Vena merupakan pembuluh berdinding
lebih tipis, kurang elastis, dan lubang pembuluh lebih besar daripada arteri. Pembuluh
ini mempunyai beberapa katup untuk mencegah agar darah tidak berbalik arah.
4
2.1.3 Kapiler
Kapiler merupakan pembuluh darah berukuran kecil sebagai perpanjangan
arteri dan vena. Dinding sel pembuluh ini bersifat permeabel sehingga cairan tubuh
zat-zat terlarut dapat keluar masuk melalui dinding selnya. Selain itu, juga pertukaran
oksigen, karbon dioksida, zat-zat makanan, serta hasil-hasil ekskresi dengan jaringan
yang ada di sekeliling kapiler. Beberapa pembuluh darah kapiler mempunyai lubang
berukuran sempit sehingga sel darah dapat rusak jika melewatinya. Diameter
pembuluh darah ini dapat berubah-ubah . kapiler dapat menyempit karena pengaruh
temperatur lingkungan yang rendah dan membesar bila ada pengaruh temperatur
lingkungan yang tinggi serta bahan kimia, sererti bahan histamin. Meskipun ukuran
arteriole dan kapiler lebih kecil dibandingkan dengan arteri dan vena, tetapi jumlah
volume darah secara keseluruhan lebih besar di areriole dan kapiler. Volume darah di
dalam kapiler 800 kali volume darah di dalam arteri dan vena.
2.2 Lapisan Pembuluh Darah Arteri
Secara umum pembuluh darah terdiri dari 3 lapisan yaitu tunika adventisia,
tunika media dan tunika intima.
Gambar 2 : Lapisan Arteri dan Vena
5
1. Tunika Intima
Adalah lapisan pembuluh darah paling dalam yang bersentuhan langsung
dengan darah terdiri dari sel-sel endotel.
2. Tunika Media
Adalah lapisan pemuluh darah tengah yang terdiri dari otot polos dan
jaringan elastis.
3. Tunika Adventitia
Adalah lapisan pemuluh darah paling terluar berupa jaringan kolagen dan
elastis. Lapisan ini berfungsi melindungi dan menguatkan pembuluh darah
dengan jaringan sekitarnya.
2.3 Anatomi Arteri Karotis
Arteri karotis terdiri dari beberapa bagian yaitu:
1. Arteri Karotis Komunis (Common Carotid Artery/CCA)
Arteri karotis komunis berjalan ke superior mediastinum superior, di
anterolateral leher dan letaknya di sebelah medial vena jugularis. Ujung dari
CCA adalah bifurkasio karotis, yang merupakan asal dari atau percabangan
arteri karotis interna (ICA) dan arteri karotis eksterna (ECA). Diameter CCA
berkisar 5-7 mm.
Gambar 3 : Arteri Karotis
6
2. Arteri Karotis Interna (Interna Carotid Artery / ICA )
Interna Carotid Arteri ( ICA ) merupakan cabang CCA yang lebih
besar, dimulai dari bifurcasio CCA dan berjalan ke basis kranii. Di bagian
pangkal ICA normalnya memiliki suatu pelebaran yang disebut Bulbus
Carotid dan kembali berukuran normal setelah bulbus. Diameter dari
pertengahan ICA hampir setengah diameter bulbus. Diameter ICA adalah 4
mm.
3. Arteri Karotis Eksterna (External Carotid Artery/ ECA)
Externa Carotid Artery ( ECA ) adalah cabang kembar dari ICA pada
bifurcasio dan biasanya berukuran lebih kecil dari ICA. ECA terletak di
anteromedial ICA, tapi setelah berjalan ke cranial, ECA terletak di sebelah
posterolateral ICA. Diameter ECA adalah 3 mm. ECA mempunyai 8 cabang
pembuluh yaitu :
arteri tiroidalis superior
faringealis asendens
lingualis
fasialis
oksipitalis
auricularis posterior dan cabang terminalnya
temporalis
arteri maxilaris interna
2.4 Definisi Oklusi Arteri Karotis
Oklusi Arteri Karotis adalah penyempitan yang terjadi pada arteri karotis
secara total. Hal ini biasanya disebabkan oleh penumpukan zat lemak dan kolesterol
yang disebut plaque. Lokasi Oklusi pada Arteri Karotis dapat terjadi di CCA, ICA dan
ECA.
2.4.1 Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko telah diidentifikasikan, dikategorikan sebagai faktor
resiko yang tidak dapat diubah dan faktor resiko yang bisa diubah/dikontrol.
7
Faktor resiko yang tidak dapat diubah :
1. Usia (resiko meningkat dengan meningkatnya usia)
2. Jenis Kelamin
3. Ras (orang kulit hitam memiliki faktor resiko yang lebih tinggi)
Faktor resiko yang dapat diubah :
1. Hipertensi
2. Kolesterol tinggi
3. Merokok
4. Gaya Hidup
2.4.2 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada pasien dengan Oklusi Karotis :
o Pingsan (sinkop)
o Pusing
o Kepala ringan
o Kebingungan
o Sakit kepala atau mual
o Mati rasa
o Kelemahan (hemiparesis) atau kelumpuhan sementara atau permanen
pada satu sisi tubuh (hemiplegia) juga dapat terjadi.
Keluhan tambahan mungkin termasuk penglihatan kabur, kesulitan
berkomunikasi (afasia), atau penurunan kesadaran.
2.4.3 Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang Oklusi Karotis :
Ultra Sonography Vasculer
Magnetic resonance angiography (MRA)
Computerisasi tomography angiography (CTA)
Cerebral angiography (Carotid angiogram)
8
2.5 Pengertian Dupleks Sonografi Arteri Karotis
Dupleks Sonografi arteri karotis adalah suatu prosedur pemeriksaan diagnostik
yang bersifat non invasif untuk menilai struktur dan fungsi arteri karotis dengan suara
ultra (ultrasound), digunakan metode B-Mode, Doppler warna, dan Spektrum
Doppler.
2.5.1 Tiga Modalitas Dupleks Sonografi Pada Pasien Oklusi Karotis
1. B-Mode
Untuk melihat dan menilai seluruh CCA, bifurkasio, ICA, ECA sampai ke
distal mungkin. Ini merupakan langkah pertama dalam pemeriksaan Dupleks
Sonografi Karotis, untuk mengukur ketebalan intima dan melihat plaque.
Gambar 4 : Arteri Karotis Normal Gambar 5: Oklusi pada ICA
2. Colour Doppler ( Warna )
9
Doppler Warna digunakan untuk mengidentivikasi aliran darah pada
pembuluh darah, apakah lumen pembuluh darah terisi penuh oleh warna pada
arteri. Pada daerah yang terjadi oklusi, tidak akan terisi oleh warna.
Gambar 6: Arteri Karotis Normal Gambar 7: Oklusi pada ICA
3. Spektrum Doppler ( Kurva Aliran )
Kecepatan aliran merupakan parameter utama untuk menilai morfologi kurva
spektrum doppler pada pembuluh darah arteri karotis. Gambaran Sepektrum
doppler pada arteri karotis adalah monophasik end diastolik tinggi, karena
menghadapi resisten yang rendah
Gambar 8 : Spektrum Doppler ICA Gambar 9 : Spektrum Doppler
Normal terdapat Oklusi
Perkiraan Kecepatan Spektrum Doppler dan Plak dihubungkan dengan derajat
stenosis ICA
10
% stenosis PSV ICA (cm/det)Perkiraan %
Plak
Rasio PSV
ICA/CCA
EDV ICA
(cm/det)
Normal <125 Tidak Ada <2 <40
<50 <125 <50 <2 <40
50-69 125-230 >50 3-4 40-110
70, hampir
Oklusi>230 >50 >4 >110
Hampir
Oklusi
Tinggi/rendah/tidak
terdeteksiKelihatan Variabel Variabel
Oklusi Total Tidak ada
Kelihatan,
tidak
terdeteksi
lumen
Tidak ada Tidak Ada
2.5.2 Komponen Utama Mesin Dupleks Sonografi
Komponen utama sebuah mesin dupleks sonografi yaitu; tranduser, monitor,
papan kontrol, perekam video dan printer.
1. Layar Monitor
Monitor berguna untuk memantau semua kegiatan pada saat melakukan pemeriksaan.
Pada layar monitor ini pula kita dapat melihat objek yang akan kita lihat baik secara
B– mode, spektrum doppler, dan warna.
2. Papan Kontrol
Papan control adalah instrument yang paling penting untuk dipahami oleh teknisi.
Karena pada papan control ini terletak tombol–tombol untuk mengatur fungsi mesin.
11
Gambar 10 : Seperangkat alat Ultrasound
3. Tranduser
Merupakan sebuah prangkat komponaen mesin dupleks sonografi. Selain seperangkat
elemen piezoelektrik, tranduser terdiri atas elektrode arus listrik untuk memacu
elemen piezoelektrik dan merekan tegangan pada arah yeng berlawanan. Pada
prinsipnya tranduser menghasilkan gelombang suara ultra (ultrasound) untuk
keperluan pemeriksa medik walaupun gelombang ultra sound yang di ahsilkan oleh
tranduser berjalan seperti garis halus. Berkas gelombang cinderung menyebar pada
saat gelombang ultra sound berpenetrasi ke dalam jaringan.
Tingkat penyebaran berkas gelombang ultra sound ditentukan oleh besarnya ukuran
tranduser dan frekuensinya. Semakin luas daerah permukaan kepala tranduser, berkas
gelombang cenderung brsatu untuk untuk jarak yang lebih panjang sedangkan semain
tinggi frekuensi tranduser (panjang gelombang semakin pendek) berkas gelombang
cenderung tetep pada ukuran sebelum menyebar.
4. Perekam Video
Setiap mesin dupleks sonografi di lengkapi dengan video untuk menyimpan data guna
penilaian ulang, pengambilan gambar dan sebagai arsip.
5. Printer berwarna dan hitam putih ( BW )
Selain disimpan dalam bentuk video, hasil pemeriksaan juga di simpan dalam foto
yang di print dalam kertas berwarna dan kertas hitam putih.
12
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Study Kasus
Nama Pasien : DLS. TN
Usia : 60 TAHUN
No. Med Rec : 2012.33.3x.xx
Diagnosa : HHD, UAP , Old Ant MCI
Pengirim : dr. Xxx , SpJP
3.1.1 Prosedure Pemeriksaan Pada pasien Arteri Karotis
a. Persiapan Mesin
Pastikan Mesin sudah dalam posisi ON
Periksa isi dari kertas printer baik pada printer color dan printer black
and white
Periksa juga ribon atau tinta printer dari printer color
13
Check kembali kelengkapan dan fungsi alat sebelum pameriksaan
dimulai
b. Persiapan Penunjang
Tranduser linear
Jelly
Handuk
Tempat tidur dan perlengkapannya bantal dan selimut
c. Persiapan Pasien
o Pasien membawa kelengkaan administrasi dan surat konsul dari dokter
untuk dilakukan pemeriksaan carotis
o Memanggil pasien sesuai nomor urut
o Mengecek ulang identitas pasien (nama, umur dan medical record)
o Menjelaskan kepada pasien tujuan pemeriksaan dan area yang akan
diperiksa
o Menganjurkan pasien untuk membuka kacamata, serta kalung (apabila
memakai)
o Menganjurkan pasien untuk membuka kancing baju/ melonggarkan
pakaiannya
o Menyarankan pasien untuk berbaring di atas tempat tidur dan
memposisikan pasien dengan kepala sedikit ekstensi
o Meletakkan handuk/ tissue pada daerah yang akan diperiksa
d. Prosedure Pemeriksaan
Menjelaskan kepada pasien tentang daerah mana saja yang akan
diperiksa.
Memberitahu pasien bahwa pemeriksaan akan dimulai
Menganjurkan pasien menengok ke arah yang berlawanan dengan
daerah yang akan diperiksa
Memilih transduser linier yang mempunyai frekuensi 9-12 MHz
14
Memberi jelly pada transduser
Pemeriksaan segera dimulai
Menilai pembuluh darah karotis secara Short Axis (untuk melihat
apakah terdapat plaque atau tidak ada pada pembuluh darah.
• Transduser diletakkan secara melintang di atas klavikula
sehingga tergambar pembuluh darah CCA
• Kemudian dorong transduser ke atas agar terlihat gambar bulatan
yang lebih besar (bifurkasio)
• Transduser tetap didorong ke atas sehingga terlihat bulatan pecah
menjadi 2 yaitu pembuluh darah ICA dan ECA.
Mengambil gambar secara Long Axis arteri karotis komunis (CCA)
• Rotasi (putar) transduser secara memanjang di atas klavikula
• Kemudian ambil gambar Doppler Warna dengan menekan Flow
dan Doppler CCA dengan menekan tombol PW
• Atur sample volume dengan mengatur angle antara “45o - 60o”
• Posisikan sample volume di bagian tengah pembuluh darah CCA.
15
• Apabila sudah terlihat gambaran spectrum doppler pada
pembuluh darah CCA tekan tombol Freeze dan kemudian ukur
IMT, PSV, EDV gambaran tersebut
• Beri nama pada gambar lokasi pemeriksaan (RT CCA)
Gambar 11 : CCA
• Kembalikan gambar ke posisi B Mode (tekan B) untuk memulai
pemeriksaan yang lainnya.
Mengambil gambar Long Axis arteri karotis interna (ICA)
• Dari posisi B-mode CCA, transduser diarahkan ke atas sehingga
terlihat bifurkasio
• Arahkan kembali transduser ke arah telinga agar terlihat gambar
pembuluh darah ICA dan akan tampak Oklusi pada RT ICA
• Beri colour (atur colour box sesuai arah aliran darah) untuk
memastikan terdapat oklusi
Gambar 12: RT ICA terdapat Oklusi
16
• Kemudian ambil gambar Spectrum Doppler dan akan timbul
gambaran doppler yang disebut No Flow
Gambar 13: Spektrum Doppler pada Oklusi
• Beri nama pada gambar lokasi pemeriksaan
• Kembalikan gambar ke posisi B Mode (tekan B) untuk memulai
pemeriksaan yang lainnya
Mengambil gambar Long Axis arteri karotis eksterna (ECA)
• Dari posisi B-mode CCA, transduser diarahkan ke atas sehingga
terlihat bifurkasio
• Arahkan kembali transduser ke arah wajah agar terlihat gambar
pembuluh darah ECA
• Kemudian ambil gambar Spectrum Doppler dan Colour ECA dan
ukur IMT, PSV, EDV (dengan cara seperti pemeriksaan CCA)
• Beri nama pada gambar lokasi pemeriksaan
• Kembalikan gambar ke posisi B Mode (tekan B) untuk memulai
pemeriksaan selanjutnya
Mengambil gambar arteri vertebralis
• Dari posisi CCA, arahkan transduser ke leher luar daerah lateral
sehingga terlihat gundukan hitam
• Diantara gundukan hitam itu, terdapat pembuluh darah arteri
vertebralis
17
• Kemudian ambil gambar Doppler dari pembuluh darah A.
vertebralis dan ukur PSV, EDV serta diameter lumen pembuluh
darah tersebut
• Beri nama pada gambar lokasi pemeriksaan
• Kembalikan gambar ke posisi B Mode (tekan B) untuk memulai
pemeriksaan yang lainnya.
3.1.2 Hasil Pemeriksaan
Pada Pemeriksaan DUPLEX SONOGRAPHY CAROTIS didapatkan:
Lokasi IMC PSV EDV Plaque
Rt CCA 0,8 46,0 10,7 -
Rt ICA - - - -
Rt Bifurcatio - - - -
Lt CCA 0,6 81,6 31,4 -
Lt ICA 0,7 83,0 35,00 -
Lt Bifurcatio - - - -
Arteri Vertebralis Diameter PSV Current Flow
18
Rt Vertebralis 4,6 52,6 Cephalad
Lt Vertebralis 3,7 56,8 Cephalad
Kesimpulan :
Oklusi pada arteri carotis interna kanan
Normal flow pada arteri carotis kiri
Normal diameter dan flow pada arteri vertebralis kanan dan kiri
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Setelah penulisan makalah tentang Oklusi Karotis dan Peranan Dupleks
Sonografi untuk memgetahui Oklusi yang terjadi pada Arteri Karotis. Maka penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Dupleks sonografi merupakan tindakan non invasif .
2. Pemeriksaan duplex sonografi sangat berguna untuk mendiagnosa kelainan-
kelainan yang terdapat pada pembuluh darah
3. Pemeriksaan Dupleks sonografi merupakan pemeriksaan sangat akurat dan
tepat dengan angka sensitifitas dan spesifisitasnya mendekati 100% dalam
menegakan diagnosa.
19
4. Oklusi Arteri Karotis adalah penyumbatan yang terjadi pada arteri karotis
secara total.
5. Lokasi Oklusi pada Arteri Karotis dapat terjadi di CCA, ICA dan ECA.
6. Penyebab terjadinya oklusi adalah plaque menutup seluruh lumen.
7. Terdapat 3 modalitas dalam Dupleks Sonografi yaitu B-Mode, Doppler Colour
dan Doppler Spektrum
8. Dalam Dupleks Sonografi pada pemeriksaan Oklusi Karotis, Karotis hanya
dapat terlihat pada Doppler Colour dan Doppler Spektrum.
9. Pada Oklusi Karotis, morfologi Doppler Spektrum disebut No Flow
4.2 Saran
Setelah penulis membuat suatu kesimpulan maka dapat dirumuskan saran- saran
sebagai berikut :
1. Sebelum melakukan pemeriksaan seorang tekhnisi kardiovaskuler harus
menguasai peran dupleks sonografi, anatomi - fisiologi pembuluh darah dan
tekhnik pemeriksaan vaskuler terutama arteri carotis
2. Dalam menegakan diagnosa terutama pada pemeriksaan Oklusi pada arteri
karotis, sebagai tekhnisi kardiovaskuler harus melakukan pemeriksaan
berdasarkan tiga modalitas yaitu; B-mode, spektrum doppler dan doppler
colour.
3. Perbanyak melakukan latihan pemeriksaan agar dalam melakukan teknik
pemeriksaan dapat lancar sehingga mendapatkan hasil yang optimal.
4. Dalam melakukan pemeriksaan, kenyamanan pasien juga harus diperhatikan
20
DAFTAR PUSTAKA
Lars Norgren and William R Hiatt, John A Dormandy and Mark R Nehler,
Kenneth A Harris and F Gerry R Fowkes, Robert B Rutherford. TASC II
GUIDLINE
W.Schberle. ULTRASONOGRAPHY IN VASCULAR DEASES.
Germany 2005.
Abigail Thrust, Tim Hartshorne. PERIPHERAL VASCULAR
ULTRASOUND. China 2005
Mark A.Creager, MD John A.Kaufan,MD, Micheal s,Conte,MD. THE
NEW ENGLAND JOURNAL OF MEDICINE.
http://www.livestrong.com/CarotidArteryOcclusionSymptoms.htm
http://www.ultrasoundcases.info/Slide-View.aspx?cat=218&case=2236
21