makalah pancasila kel 4

32
MAKALAH PANCASILA TENTANG KONFLIK RUU PILKADA 2014 Disusun Oleh Kelompok 4 : Ketua : AHMAD FAUZI 14/368035/SV/6667 Anggota : 1. DESI SETYONINGRUM 14/367961/SV/6617 2. IKA RINA SETIYANI 14/367969/SV/6625 3. RAFINO KUSUMA 14/367970/SV/6626 4. SITI AMINAH 14/367972/SV/6627 5. ADRIANUS C 14/367977/SV/06631 6. ORIZA SATIVA 14/367974/SV/6629 7. KHOIRUNISA 14/367976/SV/6630 8. DHAMAR SETYO AJI 14/367989/SV/6636 9. ANTON WAHYONO 14/367991/SV/6638 10. CINDY YOHANA 14/367997/SV/6642 11. TITI PRASETYANI 14/368008/SV/6651 12. HANUNG DWI S 14/368011/SV/6654 13. ADI BAYU PRASETYO 14/368038/SV/6670 14. LUTFIA RAMADHANI 14/369962/SV/7469 15. FITRI FATHONAH 14/369965/SV/7472 16. MOCHAMMAD YUSUF N 14/369993/SV/7500 17. IRVAN ALEY AL AHMAD 14/370017/SV/7524 18. SHINDI MULTI CLANDIA 14/370044/SV/7551 FAKULTAS SEKOLAH VOKASI 1

Upload: ramadhani-vie-vivie

Post on 23-Dec-2015

67 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Pancasila Kel 4

MAKALAH PANCASILA TENTANG KONFLIK RUU

PILKADA 2014

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Ketua : AHMAD FAUZI 14/368035/SV/6667

Anggota :

1. DESI SETYONINGRUM 14/367961/SV/6617

2. IKA RINA SETIYANI 14/367969/SV/6625

3. RAFINO KUSUMA 14/367970/SV/6626

4. SITI AMINAH 14/367972/SV/6627

5. ADRIANUS C 14/367977/SV/06631

6. ORIZA SATIVA 14/367974/SV/6629

7. KHOIRUNISA 14/367976/SV/6630

8. DHAMAR SETYO AJI 14/367989/SV/6636

9. ANTON WAHYONO 14/367991/SV/6638

10. CINDY YOHANA 14/367997/SV/6642

11. TITI PRASETYANI 14/368008/SV/6651

12. HANUNG DWI S 14/368011/SV/6654

13. ADI BAYU PRASETYO 14/368038/SV/6670

14. LUTFIA RAMADHANI 14/369962/SV/7469

15. FITRI FATHONAH 14/369965/SV/7472

16. MOCHAMMAD YUSUF N 14/369993/SV/7500

17. IRVAN ALEY AL AHMAD 14/370017/SV/7524

18. SHINDI MULTI CLANDIA 14/370044/SV/7551

FAKULTAS SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014

1

Page 2: Makalah Pancasila Kel 4

Kata Pengantar

Alhamdulilahirabbilalamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya, kami Kelompok 4 dapat menyelesaikan tugas penyusun makalah Pancasila yang berjudul "KONFLIK RUU PILKADA 2014".

sesuai dengan judul yang telah disebutkan diatas, dalam makalah ini kami memaparkan mengenai latar belakang adanya RUU Pilkada, proses perubahan RUU Pilkada, tujuan RUU Pilkada dibuat, dampak dari pembuatan RUU Pilkada, dan tanggapan masyarakat tentang adanya RUU Pilkada, serta kelebihan dan kerugian adanya RUU Pilkada.

Tujuan dari penyusunan makalah ini, selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah dari Pancasila, juga kami susun sebagai bahan pembelajaran diskusi kami bersama kelompok lain.

Namun di samping itu, kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Dan untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya membangun dari para pembaca sekalian agar kekurangan dalam makalah ini dapat diperbaiki dan menjadi lebih sempurna untuk proses penambahan wawasan kita semua.

Yogyakarta, November 2014

Tim Penyusun

2

Page 3: Makalah Pancasila Kel 4

Daftar isi

Pendahuluan

Latar belakang..............................................................................................1

Rumusan masalah........................................................................................3

Tujuan..........................................................................................................3

Pembahasan

Latar belakang pengesahan RUU...............................................................`4

Proses sidang paripurna...............................................................................7

Tujuan RUU pilkada disahkan.....................................................................8

Tanggapan masyarakat.................................................................................9

Dampak......................................................................................................12

Kelebihan dan kekurangan.........................................................................13

Penutup

Kesimpulan dan solusi...............................................................................17

3

Page 4: Makalah Pancasila Kel 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

RUU pilkada sedang menjadi perdebatan hangat di Indonesia. Rendahnya kualitas demokrasi yang selama ini digembar-gemborkan bahwa Indonesia adalah negara demokrasi kini hanya untaian belaka. Para petinggi rakyat menganggap bahwa demokrasi dilaksanakan tidak harus langsung melainkan diperwakilkan. Rancangan Undang-Undang tentang pemilihan kepala daerah (RUU Pilkada) sudah sejak 2010 dipersiapkan oleh Menteri Dalam negeri. Naskah akademik RUU Pilkada menyebutkan tiga tujuan: pertama, memberikan arahan dalam penyusunan norma-norma pengaturan dalam undang-undang tentang pemerintahan daerah; kedua, menyelaraskan pengaturan norma dalam undang-undang sesuai dengan norma akademis, teoritis dan yuridis; ketiga,  memberikan penjelasan mengenai kerangka pikir dan tujuan norma-norma pengaturan dalam undang-undang tentang pemilihan gubernur dan bupati/walikota.

RUU Pilkada terdiri atas 7 bab dan 181. Dalam RUU ini terdapat dua ketentuan baru yang berbeda secara signfikan dari ketentuan UU No. 32/2004: pertama, pilkada hanya memimilih gubernur dan bupati/walikota, sementara wakil gubernur dan wakil bupati/wakil walikota ditunjuk dari lingkungan PNS; kedua, gubernur dipilih tidak lagi dipilih langsung oleh rakyat, meliankan oleh DPRD provinsi.

Alasan lain penetapan RUU ini adalah dalam pemilihan langsung oleh rakyat dilakukan sogok menyogok (money politic) sangat masif dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan pemilihan kepala daerah oleh DPRD dianggap lebih efisien. Sejumlah petinggi lain juga menganggap bahwa pemilihan langsung sebagai bentuk neoliberalisme yang tidak sesui dengan Pancasila.

Pilkada langsung dianggap memunculkan politik balas budi. Sebenarnya masalah utama bukan terletak pada sistem pemilihan. Relasi antara elite politik dan masa baru terjalin saat lobi pemilih dengan menawarkan imbalan uang. Elite politik sepantasnya mengagregasi dan mengartikulasi kepentingan rakyat.

Subtansi demokrasi bukanlah pada perwakilannya melainkan pada permusyawaratan rakyat yang dipimpin oleh hikmat dalam kebijaksanaan. Semakin luas partisipasi,semakin luas prmusyawaratan rakyat,semakin sehat demokrasi.

RUU pilkada ini disiapkan oleh Kementerian Dalam Negeri sejak 2010 dan mengandung ketentuan baru yaitu pilkada hanya memilih gubernur dan bupati/walikota, wakil gubernur dan wakil bupati/ wakil walikota ditunjuk dari lingkungan PNS dan gubernur tidak lagi dipilih oleh rayat, melainkan oleh DPRD provinsi. Hal ini menimbulkan banyak masalah di dalam pemerintahan Indonesia. Ada masyarakat yang pro dengan dibuatnya RUU

4

Page 5: Makalah Pancasila Kel 4

pilkada ini. Namun, tidak sedikit pula yang kontra dengan masalah ini. Pasti dengan dibuat RUU pilkada ada keuntungan dan kerugian yang akan didapat. Menurut sebagian rakyat jika UU pilkada ini tetap ddilaksanakan akan merampas hak mereka sebagai rakyat, dan merupakan pengkhianatan atas demokrasi yang sudah menjadi ciri negara Indonesia yang bertentangan dengan pancasila sila ke-4. Dilihat dari banyaknya masalah demokrasi itulah penulis ingin membahas lebih mendalam tentag RUU pilkada di Indonesia.

5

Page 6: Makalah Pancasila Kel 4

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa latar belakang pengesahan RUU Pilkada ?2. Bagaimana kronologi sidang sebelum pengesahan RUU Pilkada ?3. Apa tujuan RUU Pilkada di buat ?4. Apa dampak dari pengesahan RUU ?5. Apa tanggapan masyarakat tentang RUU Pilkada ?6. Apa kelebihan dan kerugian adanya RUU Pilkada ?

C. TUJUAN MAKALAH

1. Untuk mengetahui latar belakang pengesahan RUU Pilkada 2. Untuk mengetahui kronologi sidang sebelum pengesahan RUU Pilkada3. Untuk mengetahui tujuan RUU Pilkada di buat 4. Untuk mengetahui dampak dari pengesahan RUU 5. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat tentang RUU Pilkada 6. Untuk mengetahui adanya kelebihan dan kerugian adanya RUU Pilkada

6

Page 7: Makalah Pancasila Kel 4

BAB II

PEMBAHASAN

1. Latar belakang

UU No. 27 Tahun 2009 ttg MD3 (UU MD3 Lama) didesain untuk memposisikan parlemen (MPR, DPR, DPD dan DPRD) sebagai lembaga legislatif yang kokoh dan berwibawa. Namun pada taraf implementasinya, dipandang banyak mengandung kelemahan. Parlemen (khususnya DPR), selama 2009-2014 ini menjadi salah satu lembaga yang paling disorot dan diberi cap “buruk”. Baik dalam kinerjanya maupun dalam tingkah lakunya (banyak yang terjerat korupsi, ada pula yang melakukan perbuatan tercela). Tak sedikit pula yang mengujinya di Mahkamah Konstitusi. Karena itu tak mengherankan, dari tahun 2010 (padahal usianya baru 2 tahun), telah dimasukkan RUU Revisi ttg UU 28 Tahun 2009 dalam Prolegnas 2011 (Prolegnas Nomor 26), tahun 2012 (Prolegnas Nomor 40 ) , tahun 2013 (Prolegnas Nomor 48), dan tahun 2014 (Prolegnas Nomor 37) untuk dilakukan perubahan.

Secara umum, kita bisa melihat nuansa kebatinan Anggota DPR yang merasa prihatin terhadap kondisi DPR yang “terinjak-injak” menjadi bahan pergunjingan dimedia massa dan masyarakat. Disebut sarang koruptor, tak aspiratif, dan sebagainya. Karena sebagai pemilik kewenangan membentuk undang-undang, mereka pun bersepakat merubah UU MD3 agar mampu keluar dari gunjingan masyarakat tersebut.

Dalam pengantar pembahasan Revisi UU MD3 ini, Ketua Pansus, Beni K. Harman, misalnya menyebut “Ada keinginan dari Dewan untuk mereformasi parlemen, agar bisa kuat, akuntabel, dan kedap korupsi. Inilah desain besar dari parlemen ke depan”, Kemudian Wakil Ketua Pansus, Ahmad Yani menyebut “latar belakang perubahan UU MD3 di antaranya belum tertatanya alat kelengkapan dewan di DPR. Selain itu relasi antarlembaga parlemen terutama DPR dan DPD belum tertata dengan baik. Kesekjenan DPR juga perlu diperkuat lewat perubahan UU MD3 ini. Argumentasi lainnya dari perubahan ini adalah MPR dan DPD selama ini dalam menjalankan kewenangannya masih terjebak pada seremonial kenegaraan saja. Lalu, kedudukan DPD juga masih lemah, karena menjadi bagian dari birokrasi Pemda.”

Berikut ini ulasan terkait isu-isu yang dipermasalahkan sesuai dengan yang menjadi fokus diskusi.

Isu Hak untuk Mengusulkan dan Memperjuangkan Program Aspirasi Pembangunan Daerah Pemilihan Oleh Anggota DPR

Hak ini, terdapat dalam Pasal 80 huruf (j) bahwa Anggota DPR berhak mengusulkan dan memperjuangkan program pembangunan daerah pemilihannya. Hak ini muncul dengan berbagai alasan, yaitu

Sistem pemilu legislatif yang memilih langsung Anggota DPR, membuat Caleg banyak mengumbar janji, sehingga harus dibukakan kanal terhadap pelaksanaan janji

7

Page 8: Makalah Pancasila Kel 4

tersebut. Sehingga hak ini sebagai respon Anggota DPR yang sering ditagih konstituennya di daerah dalam memperjuangkan progam pembangunan daerah.

Sebagai respon terhadap klaim eksekutif baik pusat maupun daerah terkait program pembangunan daerah, sehingga Anggota DPR sering dianggap tidak dapat bekerja dan merealisasikan pembangunan daerah.

Karena itu, kita dapat melihat bahwa hak ini merupakan hak yang wajar muncul akibat sistem pemilu dan budaya masyarakat ketika bertemu pejabat akan menagih kemampuannya memperjuangkan pembangunan daerahnya. Apalagi, berdasarkan studi banding dengan parlemen di Amerika Serikat, Anggota Parlemennya memiliki anggaran khusus untuk program pembangunan.

PERMASALAHAN  PILKADA DAN ISU-ISU PILKADA

1. Daftar Pemilih tidak akurat

a) Sebagian besar DP4 dari Kab/Kota tidak dapat diandalkan.

b) Calon pemilih banyak yang memiliki domisili lebih dari satu tempat.

c) Calon pemilih dan Parpol bersikap pasif dalam menyikapi DPS.

d) Pelibatan RT/RW dalam pemutakhiran data pemilih tidak maksimal.

e) Para pihak baru peduli atas kekurang-akuratan data pemilih ketika sudah ditetapkan sebagai daftar pemilih tetap atau ketika sudah mendekati hari pemungutan suara.

f) Kontrol Panwaslu untuk akurasi data pemilih tidak maksimal.

2. Proses pencalonan yang bermasalah

a) Munculnya dualisme pencalonan dalam tubuh partai politik.

b) Perseteruan antar kubu calon yang berasal dari partai yang sama.

c) KPU tidak netral dalam menetapkan pasangan calon.

d) Tidak ada ruang untuk mengajukan keberatan dari pasangan calon/Parpol terhadap penetapan pasangan calon yang ditetapkan oleh KPU.

e) Terhambatnya proses penetapan pasangan calon.

f) Dalam hal terjadi konflik internal Parpol, KPU berpihak kepada salah satu pasangan calon/pengurus parpol tertentu sehingga parpol yang sebenarnya memenuhi syarat namun gagal mengajukan pasangan calon. Akibat lebih lanjut, partai politik maupun konstituen kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kepala daerah yang merupakan preferensi mereka.

8

Page 9: Makalah Pancasila Kel 4

3.  Pemasalahan pada Masa kampanye :

a) Pelanggaran ketentuan masa cuti.b) Manuver politik incumbent untuk menjegal lawan politik

c) Care taker yang memanfaatkan posisi untuk memenangkan PILKADA.

d) Money politics.

e) Pemanfaatan fasilitas negara dan pemobilisasian birokrasi.

f) Kampanye negative.

g) Pelanggaran etika dalam kampanye.

h) Curi start kampanye, kampanye terselubung, dan kampanye di luar waktu yang telah ditetapkan

4.   Manipulasi dalam penghitungan suara dan rekapitulasi hasil penghitungan:

a)  Belum terwujudnya transparansi mengenai hasil penghitungan suara dan rekapitulasi penghitungan suara.

b) Manipulasi penghitungan dan rekapitulasi penghitungan suara dilakukan oleh PPK, KPU Kab/kota, dan KPU Provinsi.

c) Belum  lengkapnya instrument untuk mengontrol akuntabilitas PPK,  KPU Kabupaten/Kota, dan KPU Provinsi.

d) Keterbatasan saksi-saksi yang dimiliki oleh para pasangan calon.

e) Keterbatasan    anggota    Panwas    mengontrol    hasil    penghitungan    dan rekapitulasi hasil penghitungan suara.

5.  Penyelenggara Pilkada tidak adil dan netral

a) Keberpihakan anggota KPUD dan jajarannya kepada salah satu pasangan calon.b) Kewenangan KPUD yang besar dalam menentukan pasangan calon.

c) Tidak adanya ruang bagi para bakal calon untuk menguji kebenaran hasil penelitian administrasi persyaratan calon.

d) Pengambilalihan penyelenggaraan sebagian tahapan Pilkada oleh KPU di atasnya.

e) Keberpihakan anggota Panwaslu kepada salah satu pasangan calon.

f) Anggota Panwasal menjadi pembela/promotor bagi pasangan calon yang kalah.    

9

Page 10: Makalah Pancasila Kel 4

6.  Putusan MA dan MK yang menimbulkan kotroversi

7.  Putusan-putusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 12 Tahun 2008.

8.  Penyesuaian tata cara pemungutan suara dan penggunaan KTP sebagai kartu pemilih.

9. Posisi kepala daerah/wakil kepala daerah incumbent dalam Pilkada

10. Penggabungan PILKADA (Pilkada serentak).

11. Sistem pemilihan gubernur.

12. Sistem pemilihan wakil kepala daerah

2. Proses sidang Paripurna sebelum pengesahan RUU pilkada

Proses persidangan pembahasan RUU pilkada berlangsung ricuh dan penuh drama, para anggota DPR terbagi menjadi dua kubu yaitu kubu pro dan kontra. Untuk saat ini ada 4 faksi yang mendukung pilkada langsung yaitu PDIP, PKB, Hanura dan Demokrat sedangkan 5 partai lainya seperti Gerindra, Golkar, PKS, PAN dan PPP memilih pilkada melalui DPRD. Pada saat itu ada 3000 massa yang melakukan demo di Senayan untuk menolak pengesahan RUU pilkada baru. Yang datang dari berbagai elemen seperti DEN-KSBSI, Bara Revolusi Metal dan Mahasiswa. Kronologi Sidang pembahasan RUU pilkada sebagai berikut :

Kamis 25 september 2014 pukul 14.00 sidang paripurna dibuka dengan legislator yang hadir sebanyak 496 dari 560 kursi. Dua opsi pemilihan kepala daerah dikemukakan. Pukul 15.07 WIB Demokrat resmi mengajukan opsi baru yaitu pemilihan langsung dengan 10 kriteria, salah satunya melalui uji publik. Kedua kubu menolak usulan tersebut. Pukul 18.00 sidang paripurna diskors dan boleh dilakukan lobi antar fraksi, hal ini dikemukakan oleh pimpinan sidang paripurna, Priyo Budi Santoso 1 jam selanjutnya lobi digelar tapi tidakmelahirkan kesepakatan karena partai demokrat bersikeras pada keputusanya dan kubu Jokowi-JK setuju tetapi tidak dengan kubu Prabowo- Hatta. Pukul 22.40 lobi ditutup dan rapat paripurna dibuka kembali dan kubu Jokowi-JK setuju dengan usulan Demokrat. Pukul 23.45 WIB Priyo Budi membuat keputusan voting digelar dengan dua opsi yakni pemilihan langsung dan tidak langsung. Kubu Jokowi-JK mendatangi Priyo di atas podium. Akhirnya Priyo menskors rapat dan meminta seluruh pimpinan fraksi ke ruang lobi.Pukul 00.15 WIB

10

Page 11: Makalah Pancasila Kel 4

Rapat paripurna kembali dibuka. Kali ini Priyo didesak untuk mencabut keputusannya dan akhirnya diapun mencabut keputusannya menggelar voting, namun Demokrat memilih keluar atau walkout dari ruang sidang paripurna dan memilih netral. Pukul 01.10 WIB Pemungutan suara digelar dan hasilnya didapatkan pemilihan langsung Kepala Daerah dihapus dan digantikan dengan pemilihan yang dilakukan oleh DPRD. Sebanyak 226 suara mendukung pilkada digelar lewat DPR dan 135 suara meminta pilkada secara langsung. Keputusan demokrat yang walkout saat sidang disesalkan oleh berbagai pihak apalagi oleh koalisi merah-putih. Tidak lama setelah RUU pilkada disetujui oleh pemerintah, sejumlah pihak sudah ancang-ancang untuk membawanya ke Mahkamah Konstitusi karena menurut pihak tersebut Pilkada melalui DPRD adalah pengkhianatan besar kepada rakyat.

3. Tujuan Pengesahan RUU

Peraturan perundang-undangan dibuat untuk menciptakan masyarakat yang tertib dan

teratur. Namun, tujuan itu tidak akan tercapai jika kita tidak mendukung pelaksanaan undang-

undang. Kita harus membantu kepolisian dan kehakiman dalam menegakkan undang-undang.

Lalu, bagaimana cara kita turut berperan serta menegakkan peraturan perundang-undangan ?

a) Mengenali dan mengetahui peraturan perundang-undangan yang berlaku. Melalui

media massa kita dapat mengenali dan mengetahui perundang-undangan. Pemerintah

selalu menyiarkan peraturan perundang-undangan yang diberlakukan. Penyiaran itu

bisa lewat buku panduan, iklan-iklan dikoran, radio atau televisi. Pemrintah member

petugas khusus untuk memberitahukan peraturan itu kepada masyarakat.

b) Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setelah mengenal dan

mengetahui peraturan perundang-undangan saatnya kita mematuhinya. Mematuhi

peraturan perundang-undangan haruslah disertai dengan sikap tanggung jawab. Selain

itu, kita harus bersikap jujur terhadap diri sendiri. Artinya, kita taat peraturan bukan

karena takut kepada polisi. Namun, karena tahu bahwa peraturan perundang-

11

Page 12: Makalah Pancasila Kel 4

undangan memiliki tujuan yang baik. Tujuannya adalah agar masyarakat hidup teratur

dan tertib 

c) Mendorong orang lain untuk mematuhi peraturan perundang-undangan. Menegakkan

peraturan perundang-undangan tidak cukup hanya dengan menaati peraturan tersebut.

Kita juga harus mengajakl orang disekitar kita untuk menaati peraturan. Misalnya

dengan mengajak teman atau keluarga kita.

Rancangan Undang-undang tentang Pemilihan Kepala Daerah (RUU Pilkada) sudah

sejak 2010 disiapkan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Sesuai kesepakatan

antara Komisi II DPR dengan Kemendagari, RUU Pilkada akan diselesaikan sebelum

penyelenggaraan Pemilu 2014. Dengan demikian pilkada pasca-Pemilu 2014 sudah

menggunakan undang-undang baru.

Naskah akademik RUU Pilkada menyebutkan tiga tujuan: pertama, memberikan

arahan dalam penyusunan norma-norma pengaturan dalam undang-undang tentang

pemerintahan daerah; kedua, menyelaraskan pengaturan norma dalam undang-undang sesuai

dengan norma akademis, teoritis dan yuridis; ketiga,  memberikan penjelasan mengenai

kerangka pikir dan tujuan norma-norma pengaturan dalam undang-undang tentang pemilihan

gubernur dan walikota.

RUU Pilkada terdiri atas 7 bab dan 181. Dalam RUU ini terdapat dua ketentuan baru

yang berbeda secara signfikan dari ketentuan UU No. 32/2004: pertama, pilkada hanya

memimilih gubernur dan bupati/walikota, sementara wakil gubernur dan wakil bupati/wakil

walikota ditunjuk dari lingkungan PNS; kedua, gubernur dipilih tidak lagi dipilih langsung

oleh rakyat, meliankan oleh DPRD provinsi.

12

Page 13: Makalah Pancasila Kel 4

4. Tanggapan Masyarakat

Tanggapan dari berbagai kalangan

Gejolak penolakan secara luas seketika muncul pasca pengesahan UU Pilkada oleh DPR Jumat dini hari (26/9). Gelombang elemen masyarakat yang berancang-ancang mengajukan gugatan uji materi (judicial review) ke Mahkamah Konstitusi (MK), khususnya soal pilkada lewat DPRD, pun terus bermunculan.Kelompok masyarakat yang tergabung dalam Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) segera menyiapkan permohonan uji materi. Mereka menilai sistem pilkada lewat DPRD malah merusak demokrasi. ’’Kami pasti lakukan judicial review ke MK setelah tuntasnya administrasi UU tersebut,’’ tegas Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggraini (26/9).

Dia menyatakan, pihaknya tidak sendirian mengajukan judicial review tersebut. Setidaknya 30 lembaga akan bergabung. ’’Saat ini demokrasi secara resmi mundur ke belakang. Rakyat kehilangan hak dasar mereka dalam pemilihan kepala daerah,’’ ujarnya.Pihak lain yang juga sudah bersiap-siap adalah advokat Andi Asrun. Rencananya,Senin (26/9) dia mengajukan gugatan terhadap UU Pilkada.Senada dengan Titi, Andi juga menuturkan, pengembalian pilkada kepada DPRD sebagaimana diatur dalam UU Pilkada telah mengkhianati rakyat. Hak rakyat untuk memilih kepala daerah menjadi hilang. ’’Apalagi ini menyuburkan politik uang di DPRD. Karena itulah, UU tersebut harus digugat,’’ ungkapnya.Soal legal standing-nya, dia menjelaskan, pihaknya mewakili 17

13

Page 14: Makalah Pancasila Kel 4

organisasi buruh harian, lembaga survei, dan sejumlah bupati. Banyak elemen masyarakat yang memang tidak setuju dengan pilkada tidak langsung. ’’Warga negara yang hak pilihnya dihilangkan tentu sudah memenuhi kedudukan hukum,’’ terangnya.

Bukti apa saja yang akan dibawa ke MK? Dia menuturkan, pihaknya bakal membawa dokumen UU Pilkada, risalah rapat paripurna DPR, serta sejumlah pendapat ahli mengenai pilkada tidak langsung. ’’Saya yakin MK berpihak kepada rakyat,’’ tegasnya.Di bagian lain, saat dikonfirmasi, Ketua MK Hamdan Zoelva menuturkan, pihaknya akan memproses setiap undang-undang yang masuk ke MK. Untuk UU Pilkada tersebut, dia menyatakan tidak ada persiapan khusus karena hampir sama dengan perkara pengujian UU lainnya. ’’Sama semuanya kok,’’ ujarnya melalui pesan singkat.Sementara itu, atas munculnya gelombang penolakan di tengah publik tersebut, PDIP sudah menduga. Wakil Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto menjelaskan, pihaknya sejak awal yakin bakal ada warga yang bergerak melawan pengesahan UU Pilkada. Karena itu, PDIP akan men-support penuh. ’’Masyarakat bergerak, kami bertugas mengorganisasi,’’ terangnya.

Menurut dia, fenomena tersebut muncul karena rakyat merasa ada kekuatan kekuasaan yang berlebihan dan ingin melupakan mereka. ’’Tentu yang seperti itu akan berhadapan dengan rakyat,’’ tegasnya di Rumah Transisi.Deputi Tim Transisi itu juga menyayangkan sikap Partai Demokrat yang memutuskan walk out dalam pengambilan keputusan penting seperti itu. Apalagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) justru pergi ke luar negeri saat bangsanya mengalami perubahan sejarah yang begitu penting. ’’Yang jelas, apa yang terjadi tadi malam tidak menyurutkan langkah PDIP,’’ ujarnya.Dalam pengambilan keputusan RUU pilkada, keputusan walkout Partai Demokrat itulah yang kemudian memastikan kemenangan kubu pengusung pilkada lewat DPRD. Meski mengajukan 10 syarat yang harus masuk tanpa terkecuali dalam undang-undang, partai besutan SBY tersebut termasuk mendukung pilkada langsung.

Pendapat KPU

Di bagian lain, Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan menjadi lembaga yang paling terdampak atas pengesahan UU Pilkada. Pekerjaan penyelenggara pemilu itu diprediksi berkurang. Mereka hanya akan menyelenggarakan pileg dan pilpres.Dikonfirmasi soal tersebut, Ketua KPU Husni Kamil Manik justru bersikap pasrah. Dia menuturkan, pihaknya akan menunggu sampai UU Pilkada tersebut terbit. ’’Posisi kami masih menunggu,’’ katanya.

Lalu, bagaimana posisi KPU jika pilkada digelar secara tidak langsung? Husni menyatakan, seharusnya hal itu ditanyakan kepada DPR. KPU belum mengetahui apa-apa mengenai masalah tersebut. ’’Setelah terbit, baru bisa komentar,’’ tuturnya.Di gedung KPK, Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto menyampaikan pandangan lembaganya atas hasil rapat paripurna. Menurut dia, justru lebih banyak mudaratnya jika pilkada dilaksanakan lewat DPRD. Tentu saja hal itu dilihat dari kewenangan KPK dalam menangani kasus korupsi. ’’Itu analisis yang didapat,’’ katanya.Mantan advokat tersebut menjelaskan, tidak ada jaminan pemilihan lewat DPRD tanpa transaksi. Apalagi kalau berkaca pada tingginya kasus yang dihadapi anggota parlemen di pusat maupun daerah. Menurut data Ditjen Otonomi Daerah, ada 3 ribu wakil rakyat yang berurusan dengan hukum. Kepala daerah yang bersalah mencapai 290-an dengan 51 perkara di antaranya ditangani KPK. Nah, kalau DPRD yang memiliki banyak kasus menjadi pemilih, kualitas yang dipilih tentu mengkhawatirkan. ’’Diduga, ada konsesi-konsesi, tukar-menukar kepentingan,’’ jelasnya.

14

Page 15: Makalah Pancasila Kel 4

Pria yang akrab disapa BW itu lantas memberikan contoh. Dalam pilkada langsung, transaksi uang umumnya terjadi di masyarakat. Itu pun angkanya kecil dan bertujuan untuk membeli suara. Jika pilkada dilakukan DPRD, nilai transaksinya jauh lebih besar. ’’Transaksinya besar dan sistemik. Periodenya juga lima tahun. Kalau ke rakyat, paling cuma sekali,’’ jelasnya.Sebenarnya, lanjut BW, KPK pernah menyampaikan pandangan saat bertemu unsur pimpinan DPR. Yakni, soal potensi-potensi atau lubang terjadinya tindak pidana dalam pilkada. Namun, tampaknya, hasil perbincangan tersebut tidak terlalu didengar. Buktinya, sampai saat ini DPR tidak fair terhadap KPK.’’Kalau KPK diminta terlibat lebih jauh dalam pilkada, buka itu perwakilan KPK. Enggak fair kalau KPK diminta, tapi enggak dibuka jalannya,’’ tegasnya. Akibatnya, lembaga pimpinan Abraham Samad itu selama ini hanya berusaha membangun sistem.

5. Dampak

Diprediksi kepala daerah tidak akan fokus bekerja dan mengabdi untuk rakyat, tapi

akan menjadi pelayan bagi kepentingan pengurus partai politik dan anggota DPRD.

Hasilnya, kepentingan publik tidak akan terurus karena merasa rakyat tidak memilihnya.

Dampak negatif lainnya akan menguatnya oligarki partai politik. Oligarki partai dimaksud

akan mengurangi partisipasi dan akses masyarakat terhadap kebijakan yang dibuat

pemerintah. Tentunya Oligarki ini menyebabkan kerugian bagi masyarakat secara

keseluruhan. Akan terjadi pembajakan dan pemasungan demokrasi karena kedaulatan rakyat

digantikan kedaulatan elite partai.Hingga akhirnya rakyat hanya bisa gigit jari dan tidak

menutup kemungkinan akan menyuburkan politik dinasti di tengah masyarakat. Dampak

lanjutannya, politik akan menjadi arena permainan para elite parpol.

15

Page 16: Makalah Pancasila Kel 4

6. Kelebihan dan Kekurangan UU Pilkada Langsung dan Tidak Langsung

Wacana untuk mengembalikan pemilihan kepala daerah melalui mekanisme DPRD menuai banyak protes, baik dari seluruh Kepala Daerah yang saat ini menjabat sebagai Kepala Daerah, maupun dari sebagian besar golongan masyarakat.

Polemik yang terjadi saat ini di masyarakat adalah pembahasan RUU Pilkada yang sedang berlangsung di DPR.Tentu saja Pilkada-pilkada yang telah kita lakukan selama kurang lebih 9 tahun memang membutuhkan Evaluasi dan sudah pasti juga membutuhkan banyak perbaikan.Untuk itu tentu tidak ada salahnya bagi DPR melakukan beberapa perbaikan dan perubahan atas UU Pilkada tersebut agar dapat menjadi lebih efektif, lebih maksimal dan lebih bermanfaat. Pandangan seperti ini sudah pasti akan dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.

Tapi kemudian yang menjadi masalah adalah Konstelasi Politik pasca Pilpres 2014 kemarin ternyata menimbulkan paradigma yang berbeda pada anggota legislative yang ada. Ada kesan kuat ataupun diduga ada kecenderungan dari kelompok-kelompok tertentu untuk mencoba mengambil keuntungan dari pembahasan RUU ini demi kepentingan partainya maupun kepentingan kelompoknya.

16

Page 17: Makalah Pancasila Kel 4

Pembahasan RUU ini sebenarnya sudah dimulai bulan Melalui dan sudah ada pandangan dari beberapa Fraksi untuk RUU ini.Sayangnya pembahaan RUU tertunda hingga awal September ini.Dan begitu dimulai kembali pembahasannya, ternyata sikap-sikap berbagai Fraksi yang ada banyak yang berbalik 180 derajat.Dan mayoritas menginginkan Pilkada seperti 10 – 20 tahun yang lalu dimana Kepala Daerah dipilih oleh DPRD/DPRD Tingkat II.Inilah yang akhirnya menimbulkan Pro dan Kontra di masyarakat.

Imbas dari munculnya RUU Pilkada ini setelah Jokowi disundul menjadi Presiden RI oleh PDIP dimana elektabilitas Prabowo yang sebelumnya sudah tinggi, anjlok drastis akibat dari majunya Jokowi sebagai Kandidat Presiden RI oleh partai pengusungnya, PDIP.Sehingga hasil akhirnya dapat ditebak, Jokowi meraup suara terbanyak yang menghantarnya ke Istana Negara sebagai orang nomor satu di negeri ini. Ini merupakan pelajaran yang pahit, sehingga pemilihan kepala daerah diwacanakan melalui DPRD saja untuk menghindari hal-hal sebagai berikut;

1. Terpilihnya pemimpin yang berbasis pencitraan.

2. Terpilihnya pemimpin yang didanai oleh cukong-cukong dan pengusaha hitam untuk kelancaran kepentingan bisnis kelompok tertentu.

3. Terpilihnya boneka-boneka kapitalis yang tak memiliki kapasitas, kapabilitas, integritas, intelektualitas, etika, dan moral.

4. Terpilihnya pemimpin kapitalis, liberalis, imperialis, globalis beserta antek-anteknya.

5. Merajalelanya sindikat jaringan kejahatan Pemilu dengan brutalnya permainan money politic dari tangan para boneka Kapitalis dan para bunglon dibelakang layar.

Karena dengan pilkada langsung dinilai akan :

1. Terpilihnya pemimpin yang berbasis pencitraan.

2. Terpilihnya pemimpin yang didanai oleh cukong-cukong dan pengusaha hitam untuk kelancaran kepentingan bisnis kelompok tertentu.

3. Terpilihnya boneka-boneka kapitalis yang tak memiliki kapasitas, kapabilitas, integritas, intelektualitas, etika, dan moral.

4. Terpilihnya pemimpin kapitalis, liberalis, imperialis, globalis beserta antek-anteknya.

5. Merajalelanya sindikat jaringan kejahatan Pemilu dengan brutalnya permainan money politic dari tangan para boneka Kapitalis dan para bunglon dibelakang layar.

Kelebihan dan kekurangan Pilkada Langsung dan DPRD adalah

PILKADA LANGSUNG

A.Kelebihan Pilkada Langsung oleh rakyat.

17

Page 18: Makalah Pancasila Kel 4

Pilkada-pilkada yang telah kita lakukan selama 9 tahun bisa dikatakan mempunyai sisi positif antara lain :

1. Kepala Daerah Terpilih diyakini telah merepresentasikan atau merupakan keterwakilan dari rakyat mayoritas.

2 .Kepala Daerah Terpilih mempunyai legitimasi tinggi karena dihasilkan oleh proses Demokrasi yang melibatkan rakyat sehingga lebih berkualitas dari sebelumnya.

3.Sebagai Catatan pinggir, Pilkada langsung telah menghasilkan pemimpin seperti Walikota Surabaya, Walikota Bandung, Walikota Solo dan Gubernur Jateng.

4.Akan tetapi harus dicatat juga bahwa banyak Kepala Daerah Terpilih malah melakukan Korupsi. Bahkan disebut-sebut sekitar 60% dari Kepala Daerah yang ada.

B.Kekurangan-Kekurangan Pilkada Langsung.

Berdasarkan pengalaman 9 tahun terakhir Pilkada-pilkada langsung ternyata menimbulkan beberapa dampak yaitu :

1.Biaya yang dikeluarkan Pemerinta Cukup Besar. Pilkada-pilkada terdiri dari Pilgub 33 Propinsi dan 495 Kabupaten/ Kota.Biaya pelaksanaan Pilkada-pilkada dikeluarkan untuk semua kebutuhan KPU seperti Gaji, Peralatan, Inventaris, Logistik dan lainnya.

2.Sering terjadi konflik horizontal selama dilaksanakannya Pilkada-pilkada di daerah. Bahkan sering terjadi Anarkistis dan Pengrusakan fasilitas public.

3.Konflik itu juga sering menimbulkan ketegangan di masyarakat untuk waktu yang lama, bahkan mungkin ada juga dendam.

4.Sering terjadi Partisipasi yang rendah dari masyarakat untuk mengikuti Pilkada. Mungkin bosan dengan begitu banyaknya Pemilu.

5.Sering terjadi Jor-joran dalam biaya kampanye oleh calon-calon Kepala daerah disertai terjadinya money politic.

6.Calon yang akhirnya menang setelah menjadi Pemimpin sering korupsi untuk mengembalikan modal. Bahkan ada juga Dinasti Politik.

Itulah Kelebihan dan Kekurangan Pilkada yang dilaksanakan langsung oleh rakyat. Lalu bagaimana dengan Pilkada yang dilakukan oleh DPRD?.

PILKADA LEWAT DPRD

A.Keuntungan dari Pilkada yang dilakukan oleh DPRD adalah :

1.Mampu menekan Biaya Pelaksanaan. Negara akan mampu menghemat Trilyunan Rupiah.

18

Page 19: Makalah Pancasila Kel 4

2.Mampu menekan potensi terjadinya Konflik Horizontal. Ini bisa dikatakan sangat signifikan.

3.Pilkada ini juga akan mengurangi biaya-biaya kampanye yang dikeluarkan calon kepala daerah.

4.Sebagai catatan pinggir juga, Pilkada ini tidak menjamin Kepala Daerah Terpilih Tidak akan melakukan Korupsi.

B.Kekurangan-kekurangan Pilkada lewat DPRD :

1.Tidak mampu merepresentasikan Aspirasi rakyat mayoritas atau Keterwakilan rakyat.

2.Legitimasi Kepala Daerah lemah dikarenakan Kualitas Demokrasi yang rendah dan tidak melibatkan rakyat yang ada.

3.Sulit menghasilkan Pemimpin terbaik dari tokoh-tokoh yang ada di daerah tersebut. Pilihan DPRD cenderung hanya pada tokoh-tokoh yang dikenal oleh DPRD saja.

4. Memperbesar peluang terjadinya politik transaksional wani piro antara calon kepala daerah dengan legislative pada saat Proses Pilkada berlangsung.

5.Membuat Legislatif menjadi Superior terhadap Eksekutif. Legislatif bukannya mengawasi Eksekutif bahkan mengendalikan Eksekutif.Ini membuat Eksekutif lebih mementingkan kepentingan Legislatif daripada kepentingan rakyat.

6.Eksekutif atau Kepala Daerah akan kurang bertanggung-jawab pada kepentingan rakyat karena tidak merasa dipilih oleh rakyat.

7.Memperbesar Peluang terjadinya Kongkalikong antara Eksekutif dan Legislatif untuk mengkorupsi anggaran pembangunan yang ada.

8.Berpotensi Kongkalikong Eksekutif-Legislatif untuk pengeluaran izin-izin swasta terutama pemanfaatan kekayaan Negara seperti tambang, Hutan dan lain sebagainnya.

9.Berpotensi menciptakan terjadinya Dinasti Politik legislative dan eksekutif maupun Oligarki. Peluang ini sangat besar juga potensi korupsi berjamaah.

10.Berpotensi terjadi politik remote control dimana kepala-kepala daerah dipilih oleh elit-elit partai yang berada di pengurus pusat partai.

19

Page 20: Makalah Pancasila Kel 4

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan dan solusi

1) Kesimpulan

RUU pilkada menjadi salah satu perbincangan yang hangat di dalam masyarakat indonesia.

RUU pilkada menuai berbagai respon dalam masyarakat baik respon yang positif maupun respon negatif.

Wacana untuk mengembalikan pemilihan kepala daerah melalui mekanisme DPRD menuai banyak protes, baik dari seluruh Kepala Daerah yang saat ini menjabat sebagai Kepala Daerah, maupun dari sebagian besar golongan masyarakat.

Baik pilkada langsung maupun pilkada lewat DPRD mempunyai kekurangan dan keuntungannya masing-masing.

2) Solusi

Beberapa solusi yang mungkin bisa diambil yaitu :

20

Page 21: Makalah Pancasila Kel 4

a. Dilakukan pemilihan langsung oleh rakyat hanya untuk kepala daerahnya saja, sedangkan wakilnya dipilih oleh kepala daerah terpilih dan diusulkan kepada DPRD untuk ditetapkan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya konflik kepentingan antara kepala daerah dan wakilnya yang kerap kali terjadi dan berimbas pada terganggunya pelayanan publik.

b. Untuk penghematan biaya pelaksanaan Pilkada, maka sebaiknya dilaksanakan serentak (Pemilihan Gubernur, Walikota dan Bupati). Diperkirakan biaya Pilkada untuk kabupaten/kota Rp 25 miliar, untuk Pilkada provinsi Rp 100 miliar. Jadi untuk keseluruhan pilkada di Indonesia diperlukan Rp 17 triliun. Kalau dilaksanakan secara serentak diperlukan Rp 10 triliun.

c. Sumber pembiayaan Pilkada langsung secara serentak ditanggung oleh APBN, sehingga tidak menganggu keuangan daerah. Sebab bagi daerah yang kemampuan fiskalnya rendah, kewajiban membiayai pilkada ternyata mengurangi belanja pelayanan publik seperti urusan pendidikan dan kesehatan.

Ketiga hal diatas setidaknya bisa menjadi solusi alternatif untuk mengakhiri polemik Pilkada. Sekaligus memberikan jaminan bagi masa depan demokrasi kita ke arah yang lebih baik.

21

Page 22: Makalah Pancasila Kel 4

B. Daftar Pustaka

http://nasional.kompas.com/read/2014/10/16/11194781/Menyelamatkan.Demokrasi http://politik.kompasiana.com/2014/09/09/pilkada-langsung-tanpa-konflik-dan-berbiaya-rendah-673355.html.

http://politik.kompasiana.com/2014/09/15/ini-keuntungan-dan-kerugian-pilkada-langsung-dan-tak-langsung-bagi-sosok-kepala-daerah-seperti-jokowi-688045.html

http://www.lemhannas.go.id/portal/daftar-artikel/1634-permasalahan-dan-solusi-pemilukada.html

http://meisusanto.com/2014/09/24/warisan-wakil-rakyat-kontroversi-uu-md3-dan-ruu-pilkada/

http://m.liputan6.com/news/read/2116006/tak-percaya-perppu-sby-lbh-dewa-ruci-gugat-uu-pilkada-ke-mk

22

Page 23: Makalah Pancasila Kel 4

C. Daftar Pustaka

http://nasional.kompas.com/read/2014/10/16/11194781/Menyelamatkan.Demokrasi http://politik.kompasiana.com/2014/09/09/pilkada-langsung-tanpa-konflik-dan-berbiaya-rendah-673355.html.

http://politik.kompasiana.com/2014/09/15/ini-keuntungan-dan-kerugian-pilkada-langsung-dan-tak-langsung-bagi-sosok-kepala-daerah-seperti-jokowi-688045.html

http://www.lemhannas.go.id/portal/daftar-artikel/1634-permasalahan-dan-solusi-pemilukada.html

http://meisusanto.com/2014/09/24/warisan-wakil-rakyat-kontroversi-uu-md3-dan-ruu-pilkada/

http://m.liputan6.com/news/read/2116006/tak-percaya-perppu-sby-lbh-dewa-ruci-gugat-uu-pilkada-ke-mk

23