makalah pancasila sebagai ideologi
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sikap positif warga Negara terhadap nilai-nilai Pancasila terlihat dalam
sejarah perjuangan bangsa dan Negara Republik Indonesia. Sejak Proklamasi 17
Agustus 1945 telah terbukti bahwa Pancasila yang merupakan ideologi,
pandangan hidup bangsa, dan dasar Negara Kesatuan RI benar-benar sesuai
dengan kepribadian bangsa dan jiwa bangsa Indonesia serta merupakan sarana
untuk mengatasi dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh bangsa dan
Negara Indonesia.
Pertama, Pancasila hanya akan berkembang kalau segenap komponen
masyarakat bersedia bersikap proaktif, terus-menerus melakukan reinterpretasi
(penafsiran ulang) terhadap Pancasila dalam suasana dialog kritis –konstruktif.
Bila masyarakat bersikap pasif, Pancasila akan makin kehilangan relevansinya.
Atau, bias pula Pancasila berubah menjadi ideology tertutup, karena
penafsirannya didominasi oleh penguasa atau kelompok masyarakat tertentu.
Kedua, karena terbuka untuk ditafsirkan oleh siapa saja, bias terjadi
Pancasila semata-mata ditafsirkan sesuai dengan kepentingan si penafsir.
Sikap positif itu terutama adalah kesediaan segenap komponen
masyarakat untuk aktif mengungkapkan pemahamannya mengenai Pancasila.
Sikap positif lain adalah kesediaan segenap komponen bangsa
menjadikan nilai-nilai Pancasila makin tampak nyata dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehari-hari.
1
Sikap positif yang paling dibutuhkan untuk menjadikan Pancasila sebagai
ideology terbuka yang berwibawa adalah terus – menerus secara konsisten berjuang
memperkecil kesenjangan antara ideal-ideal Pancasila dengan kenyataan kehidupan
berbangsa sehari-hari.
B. Dasar Hukum
Pancasila sebagai dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
telah diterima secara luas dan telah bersifat final. Hal ini kembali ditegaskan
dalam Ketetapan MPR No XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No. II/MPR/1978 tentang
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) dan
Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara jo Ketetapan MPR
No. I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 1960 sampai dengan Tahun
2002. Selain itu Pancasila sebagai dasar negara merupakan hasil kesepakatan
bersama para Pendiri Bangsa yang kemudian sering disebut sebagai sebuah
“Perjanjian Luhur” bangsa Indonesia.
Namun dibalik itu terdapat sejarah panjang perumusan sila-sila Pancasila
dalam perjalanan ketata negaraan Indonesia. Sejarah ini begitu sensitif dan
salah-salah bisa mengancam keutuhan Negara Indonesia. Hal ini dikarenakan
begitu banyak polemik serta kontroversi yang akut dan berkepanjangan baik
mengenai siapa pengusul pertama sampai dengan pencetus istilah Pancasila.
Artikel ini sedapat mungkin menghindari polemik dan kontroversi tersebut. Oleh
2
karena itu artikel ini lebih bersifat suatu "perbandingan" (bukan "pertandingan")
antara rumusan satu dengan yang lain yang terdapat dalam dokumen-dokumen
yang berbeda. Penempatan rumusan yang lebih awal tidak mengurangi
kedudukan rumusan yang lebih akhir.
Pasal 2 Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan menyatakan ‘Pancasila merupakan sumber dari
segala sumber hukum negara. Ironisnya, ketentuan yang maha penting ini –
yaitu mengenai ’sumber dari segala sumber hukum negara’ – tidak diatur dalam
Undang-Undang Dasar yang secara formil merupakan dasar negara. Dengan
demikian, patut dipertanyakan: apa dasarnya dari Pasal 2 UU 10/2004 itu? Kita
dapat melihat bahwa sila-sila dari pancasila telah tercantum dalam pembukaan
dan pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD
1945) Jika dilihat secara keseluruhan; namun, tidak ada ketentuan secara
eksplisit bahwa Pancasila harus menjadi ’sumber dari segala sumber hukum
negara’. Berikut ini saya akan berikan contoh-contoh bab, pasal dan ayat UUD
1945 yang mengandung sila-sila dari Pancasila, namun ini memang sebagai
contoh saja dan tidak menggambarkan secara lengkap bagaimana Pancasila
sudah dijamin dalam UUD 1945.
C. Identifikasi/Perumusan Masalah
1. Sebutkan tiga contoh peristiwa yang pernah terjadi yang mengancam
keberadaan Pancasila?
2. Bagaimana kedudukan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa?
3
3. Sebutkan tiga contoh sikap positif yang sesuai dengan sila persatuan
Indonesia?
D. Tujuan/Manfaat Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk menyelesaikan tugas dari mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.
2. Untuk menambah nilai mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Manfaat penulisan makalah, yaitu:
1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang sikap positif terhadap
Pancasila.
2. Untuk memperdalam ilmu pengetahuan dalam pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sikap Positif Terhadap Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa Dan
Bernegara
1. Pentingnya sikap positif terhadap pancasila
Bangsa Indonesia telah meyakini Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila memiliki sejarah menunjukkan bahwa Pancasila berhasil melalui
berbagai cobaan yang mengancam keberadaan pancasila sebagai dasar
Negara Republik Indonesia
Berikut berbagai peristiwa yang pernah mengancam keberadaan Indonesia.
a. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun pada tahun
1948 yang ingin didirikan Negara komunis di Indonesia.
b. Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang ingin
mendirikan Negara Islam Indonesia.
c. Gerakan 30 September pada tahun 1965 yang dikenal dengan sebutan
G30 S/PKI. Gerakan ini ingin mengganti dasar Negara pancasila dengan
ideologi komunis.
2. Sikap positif terhadap pancasila
Upaya mempertahankan pancasila sebagai ideoligi dan dasar Negara.dengan
cara berikut.
a. Menetapkan pancasila sebagai ideologi dan dasar Negara.
Penetapan ini merupakan suatu keputusan politik yang tertuang dalam
UUD yang berlaku di Indonesia.
b. Mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila
5
Nilai-nilai tersebut yaitu nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan social. Jika nilai-nilai tersebut diamalkan maka
pancasila akan tetap bertahan sebagai ideologi bangsa dan akan mampu
mewujudkan masyarakat Indonesia yang religious, humanis, rukun,
demokratis dan sejahtera.
c. Ketegasan pemerintah
Pemerintah menindak secara tegas segala bentuk rongrong dan upaya
penggantian pancasila dengan ideologi lain. Hal ini penting sebab
berdasarkan pengalaman sejarah, pancasila telah beberapa kali
mengalami ancaman.
B. Sikap Positif Terhadap Pancasila Dalam Kehidupan Bermasyarakat
Dalam kehidupan bermasyarakat kita harus menerapkan nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila
1. Pelaksanaan sila Ketuhanan YME
Dalam sila ini hal yang harus diperhatikan adalah katuhanan dan sikap
beragama. Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah kenyataan adanya
perbedaan agama ditengah masyarakat sehingga ada keyakinan dan
kepercayaan masyarakat yang beranekaragam
Pelaksanaan dalam sila ini dapat dilakukan dalam bentuk sebagai berikut:
a. Percaya dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan agama
yang dianut.
b. Menghormati, menghargai dan bertoleransi terhadap pemeluk dan
kegiatan peribadatan agama lain.
6
c. Melaksanakan ajaran moral agama dalam semua kegiatan
kemasyarakatan (bekerja, berdagang, bergaul, dll)
d. Melaksanakan ajaran dan moral agama tidak hanya dalam bentuk
peribadatan atau hubungan dengan Tuhan.
e. Membina kerukunan dan kedamaian hidup dengan pemeluk agama lain
yang berbeda.
2. Pelaksanaan sila kedua yang adil dan beradab.
Sila ini menyelenggarakan terhadap warga Negara yang harus
mempertimbangkan segi-segi keadilan dan peradaban. Pengamalan sila ini
dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Melaksanakan hak;
b. Tidak melakukan tindakan pelanggaran terhadap orang lain;
c. Tidak menganggap memiliki kedudukan;
d. Menghormati, menghargai dan menyayangi.
3. Pelaksanaan sila “Persatuan Indonesia”
Sila ketiga memuat nilai pokok persatuan pengamalan sila ketiga beberapa
perbuatan
a. Mengakui dan menghargai keberadaan suku yang ada di Indonesia
b. Memnbina kerjasama dan hubungan yang baik individu maupun
masyarakat
c. Mengutamakan kepentingan bersama
d. Bersikap toleran terhadap pelaksanaan tradisi atau adat istiadat.
4. Pelaksanaan sila “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan”
7
Dalam pelaksanaan sila keempat ini hal yang perlu diperhatikan adalah
musyawarah dan demokrasi. Untuk itu, perbuatan-perbuatan yang harus
dilakukan untuk mengamalkan sila ini, antara lain:
a. Memperhatikan aspirasi masyarakat atau anggota kelompok dalam
setriap membuat keputusan yang menyangkut kepentingan barsama.
b. Memberi kesempatan kepada masyarakat atau anggota kelompok untuk
menyampaikan pendapat berkenaan dengan keputusa yang akan di ambil
bersama.
c. Mengutamakan cara musyawarah dalam menyelesaikan masalah dan
membuat keputusan yang menyangkut kepentingan bersama.
d. Menghoramti dan melaksanakan hasil musyawarah yang telah di ambil
dan di sepakati bersama.
5. Pelaksanaan sila”Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
Sila kelima memuat nilai pokok tentang keadilan.Untuk mewujudkan
keadilan dalam kehidupan bermsyarakat,kita dapat melakukan:
a. Berlaku adil terhadap sesama tanpa membedakan suku,agama,jenis
kelamin,golongan,dan asal-usul lain;
b. Ikut aktif menciptakan tata pergaulan dan kehidupan yang adil.
c. Ikut mendukung berbagai upaya penyelesaian masalah-masalah
kemasyarakatan dan kelompok secara adil.
C. Proses perumusan pancasila
Anggota BPUPKI resmi dilantik pada tanggal 28 Mei 1945. Sehari
berikutnya yaitu tanggal 29 Mei 1945, BPUPKI mulai bersidang. Sidang
8
berlangsung sampai tanggal 1 Juni 1945. Salah satu agendanya adalah
merumuskan dasar negara Indonesia merdeka. Dalam sidang tersebut, beberapa
anggota mengajukan usulan tentang dasar negara. Ada tiga tokoh yang
mengajukan gagasan tentang dasar negara Indonesia. Mereka adalah Mohammad
Yamin, Soepomo, dan Soekarno.
Muh. Yamin
Pada tanggal 29 Mei 1945, Mohammad Yamin mengemukakan
gagasannya. Menurutnya, negara Indonesia harus berpijak pada lima dasar
Merdeka yang diidam-idamkan. Kelima asas tersebut adalah.
1. Peri Kebangsaan.
2. Peri Kemanusiaan.
3. Peri Ketuhanan.
4. Peri Kerakyatan.
5. Kesejahteraan Rakyat.
Setelah berpidato, Mr. Muhammad Yamin menyampaikan usulan secara
tertulis mengenai rancangan Undang-Undang Dasar (UUD) Republik Indonesia.
Dalam rancangan UUD itu tercantum pula rumusan lima asas dasar negara
sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusian yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
9
Prof.Dr.soepomo
Pada tanggal 31 Mei 1945 Prof. Dr. Mr. Soepomo tampil berpidato di
hadapan sidang BPUPKI. Dalam pidatonya itu beliau menyampaikan
gagasannya mengenai lima dasar negara Indonesia merdeka yang terdiri
dari:
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
Ir.Soekarno
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan pidatonya di hadapan
sidang BPUPKI. Dalam pidato tersebut diajukan oleh Ir. Soekarno secara
lisan usulan lima asas sebagai dasar negara Indonesia yang akan dibentuk.
Rumusan dasar negara yang diusulkan Ir. Soekarno tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan social
5. Ketuhanan yang berkebudayaan
Lima asas di atas oleh Ir. Soekarno diusulkan agar diberi nama “Pancasila”.
Dikatakan oleh beliau istilah itu atas saran dari salah seorang ahli bahasa. Usul
mengenai nama “Pancasila” bagai dasar negara tersebut secara bulat diterima oleh
10
sidang. Selanjutnya beliau mengusulkan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas
menjadi Tri Sila yang rumusannya:
1. Sosio Nasionalisme, yaitu Nasionalisme dan Internasionalisme
2. Sosio Demokrasi, yaitu Demokrasi dengan Kesejahteraan Rakyat
3. Ketuhanan Yang Maha Esa
Ir. Soekarno mengusulkan bahwa Tri Sila tersebut masih dapat diperas lagi
menjadi Eka Sila atau satu sila yang intinya adalah “gotong-royong”. Setelah Ir.
Soekarno menyampaikan pidatonya, dr. Radjiman Wedyodiningrat, selaku ketua
BPUPKI menganjurkan supaya para anggota mengajukan usulnya secara tertulis.
Usul tertulis harus sudah masuk paling lambat tanggal 20 Juni 1945. Dibentuklah
Panitia Kecil untuk menampung dan memeriksa usulan lain mengenai rumusan dasar
negara. Anggota panitia terdiri atas delapan orang (Panitia Delapan), yakni sebagai
berikut:
1. Ir. Soekarno (Ketua), dengan anggota-anggotanya terdiri atas:
2. Mr. A.A. Maramis (anggota)
3. Ki Bagoes Hadikoesoemo (anggota)
4. K.H. Wahid Hasjim (anggota)
5. M. Soetardjo Kartohadikeosoemo (anggota)
6. Rd. Otto Iskandardinata (anggota)
7. Mr. Muhammad Yamin (anggota)
8. Drs. Mohammad Hatta (anggota)
11
Kemudian, pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara BPUPKI,
Panitia Delapan, dan Tyuo Sangi In (Badan Penasihat Pemerintah Pusat Bala Tentara
Jepang). Rapat dipimpin Ir. Soekarno di rumah kediaman beliau Jalan Pegangsaan
Timur Nomor 56 Jakarta. Rapat menyetujui Indonesia merdeka selekasnya, sebagai
negara hukum yang memiliki hukum dasar dan memuat dasar/filsafat negara dalam
Mukadimahnya. Untuk menuntaskan hukum dasar maka dibentuklah Panitia
Sembilan dengan susunan anggota sebagai berikut.
1. Ir. Soekarno (Ketua)
2. Drs. Mohammad Hata (Anggota)
3. Mr. A.A. Maramis (Anggota)
4. K.H. Wahid Hasjim (Anggota)
5. Abdoel Kahar Meozakir (Anggota)
6. H. Agoes Salim (Anggota)
7. Abikeosno Tjokrosoejoso (Anggota)
8. Mr. Achmad Soebardjo (Anggota)
9. Mr. Muhammad Yamin Anggota)
Pada tanggal 22 Juni 1945 malam Panitia Sembilan langsung mengadakan rapat
di rumah kediaman Ir. Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta. Rapat
berlangsung alot, karena terjadi perbedaan konsepsi antara golongan nasionalis dan
Islam tentang rumusan dasar negara. Akhirnya disepakati rumusan dasar negara yang
tercantum dalam Mukadimah (Pembukaan) Hukum Dasar, sebagai berikut.
1. Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk
pemeluknya
12
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Naskah Mukadimah yang ditandatangani oleh 9 orang anggota Panitia Sembilan
itu kemudian terkenal dengan nama “Jakarta Carter” atau “Piagam Jakarta”.
Mukadimah tersebut selanjutnya dibawa ke sidang BPUPKI tanggal 10-17 Juli
1945. Pada tanggal 14 Juli 1945 Mukadimah disepakati oleh BPUPKI. Pada tanggal
17 Juli 1945 sidang berhasil menyelesaikan rumusan Hukum Dasar dan Pernyataan
Indonesia Merdeka.
Dalam perkembangan selanjutnya, Jepang mengalami kekalahan dalam perang
melawan sekutu. Pemerintah Jepang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Zyunby Inkai. Untuk keperluan pembentukan
panitia tersebut, pada tanggal 8 Agustus 1945, Ir Soekarno, Drs. Mohammad Hata
dan dr. Radjiman Wedyodiningrat berangkat ke Saigon untuk memenuhi panggilan
Jenderal Besar Terauchi. Menurut Ir. Soekarno, Terauchi memberikan keputusan
sebagai berikut:
1. Ir. Soekarno dianggkat sebagai Ketua PPKI, Drs Mohammad Hatta sebagai
wakil ketua dan dr. Radjiman Wedyodiningrat sebagai anggota.
2. Panitia persiapan boleh mulai bekerja pada tanggal 9 Agustus 1945
3. Cepat atau tidaknya pekerjaan panitia diserahkan sepenuhnya kepada panitia.
13
Setelah pertemuan di Saigon terjadi dua peristiwa yang sangat bersejarah dalam
proses kenerdekaan Republik Indonesia. Pertama, tanggal 14 Agustus 1945 Jepang
menyerah tanpa syarat. Kedua, pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia
memproklamirkan kemerdekaanya.
Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI bersidang untuk mengesahkan naskah Hukum
Dasar Indonesia yang sekarang kita kenal dengan Undang-Undang Dasar Tahun
1945 yang disingkat UUD 1945. UUD 1945 terdiri atas tiga bagian yaitu
Pembukaan, Batang Tubuh (yang berisi 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan dan 2 pasal
aturan tambahan) dan Penjelasan. Pembukaan UUD 1945 terdiri atas empat alenia.
Pada alenia keempat tercantum rumusan Pancasila yang berbunyi sebagai berikut:
1. Ketuhanan yang maha esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sejak saat itulah perkataan Pancasila telah menjadi salah satu kosakata dalam
bahasa Indonesia dan merupakan istilah umum. Walaupun dalam alinea IV
Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah Pancasila, namun yang dimaksudkan
dasar negara Republik Indonesia adalah Pancasila.
14
BAB III
PEMBAHASAN
Sikap positif warga Negara terhadap pancasila didasari oleh fungsi pancasila.
Dalam bentuknya yang sekarang, pancasila berfungsi sebagai dasar Negara yang
statis karena merupakan landasan berdirinya Negara kesatuan Republik Indonesia;
tuntutan yang dinamis karena pancasila bersifat fleksibel dan dapat disesuaikan
dengan perubahan zaman (inilah mengapa pancasila dimaknai sebagai ideology
terbuka); serta alat pemersatu bangsa.
Sikap positif terhadap pancasila pada dasarnya adalah sejauh mana kita
memaknai nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila, untuk selanjutnya diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Kita sering mendengar bahwa pancasila perlu
diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pengamalan
pancasila dalam kehidupan bernegara dapat dilakukan melalui cara sebagai berikut.
1. Pengamalan secara objektif
Pengamalan secara objektif adalah melaksanakan dan menaati peraturan
perundang-undangan sesuai norma hukum Negara yang berlandaskan pancasila.
Pengamalan secara objektif memerlukan dukungan kekuasaan Negara. Pengamalan
secara objektif bersifat memaksa dan disertai sanksi hukum. Artinya, siapa saja yang
melanggar norma hukum mendapatkan sanksi. Pengamalan objektif ini merupakan
konsekuensi dari perwujudan nilai dasar pancasila sebagai norma hukum Negara.
15
2. Pengamalan secara subjektif
Pengamalan secara subjektif adalah menjalankan nilai-nilai pancasila yang
berwujud norma etik secara pribadi atau kelompok sebagai pedoman bersikap dan
bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam pengamalan
secara subjektif ini, pancasila menjadi sumber etika dalam bersikap dan bertingkah
laku setiap warga Negara dan penyelenggara Negara. Etika kehidupan berbangsa dan
bernegara yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila sebagaimana tertuang dalam
Ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 adalah norma-norma etik yang dapat kita
amalkan. Pelanggaran terhadap norma etik tidak mendapatkan sanksi hukum,
melainkan sanksi dari diri sendiri. Pengamalan secara subjektif merupakan
konsekuensi dari mewujudkan nilai dasar pancasila sebagai norma etik berbangsa
dan bernegara.
16
BAB IV
KESIMPULAN
Dari makalah yang telah dibuat tadi dapat di simpulkan bahwa pancasila
mempunyaiarti sangat penting bagi kehidupan masyarakat bangsa indonesia,
pancasila mempunyai nilai-nilai positif bagi kehidupan kita.Disamping itu banyak
langkah - langkah yang harus kita ambil untuk menjalankan atau menerapkan
pancasila dalam kehidupan kita.
17
DAFTAR PUSTAKA
Buku Paket Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII.
Mijitin Kebot Sadja. 2012. Dikutip dari http://kulimijit.blogspot.com/2009/07/sikap-
positif-terhadap-pancasila.html (Pukul 14.38 tgl 11-10-2012)
Undang Undang Dasar 1945
Wajar. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Penerbit : CV. Graha Pustaka
18