makalah pbl bioetik

15
Penerapan Prinsip-Pinsip Dasar Bioetik Kelly / 102012078 / D 8 Mahasiswi Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 kelly @civitas.ukrida.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kemajuan teknologi yang semakin canggih dan pesat membuat akses informasi yang beredar saat ini seolah tak terbendung. Masyarakat semakin cerdas dalam menentukan pilihannya termasuk dalam urusan kesehatan. Dengan akses informasi yang tak terbatas, masyarakat semakin diperdalam pengetahuannya dalam bidang kesehatan, terutama mengenai hak-hak yang wajib mereka dapat dan mengenai penyakit yang mereka derita. Seorang dokter yang baik tentu harus memperhatikan hal tersebut, agar bisa mengimbangi pasien yang datang untuk berobat padanya. 1

Upload: kresentia-kelly

Post on 30-Sep-2015

3 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pbl

TRANSCRIPT

Penerapan Prinsip-Pinsip Dasar Bioetik

Kelly / 102012078 / D 8

Mahasiswi Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

[email protected]

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Kemajuan teknologi yang semakin canggih dan pesat membuat akses informasi yang beredar saat ini seolah tak terbendung. Masyarakat semakin cerdas dalam menentukan pilihannya termasuk dalam urusan kesehatan. Dengan akses informasi yang tak terbatas, masyarakat semakin diperdalam pengetahuannya dalam bidang kesehatan, terutama mengenai hak-hak yang wajib mereka dapat dan mengenai penyakit yang mereka derita. Seorang dokter yang baik tentu harus memperhatikan hal tersebut, agar bisa mengimbangi pasien yang datang untuk berobat padanya.

Penerapan kaidah dasar bioetik merupakan sebuah keharusan bagi seorang dokter karena kaidah bioetik adalah sebuah panduan dasar dan standar tentang bagaimana seorang dokter harus bersikap atau bertindak terhadap suatu persoalan atau kasus yang dihadapi oleh pasiennya. Kaidah dasar bioetik harus dipegang teguh oleh seorang dokter dalam proses pengobatan pasien.

Pada kasus kali ini, penulis akan membahas tentang kasus yang dialami oleh dokter Bagus, seorang dokter yang bertugas di suatu desa terpencil.

1.2Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ilmiah ini adalah mengetahui dan memahami tentang prinsip-prinsip dasar bioetik beserta contoh kasusnya.

1.3Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA dapat memahami kaidah dasar bioetik dengan baik dan mampu menerapkan pinsip-prinsip dasar bioetik seperti Beneficence, Non - Maleficence, Autonomi dan Justice apabila sudah menjadi seorang dokter di masa yang akan datang.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1Definisi bioetik

Bioetika berasal dari kata bios yang berarti kehidupan dan ethos yang berarti norma-norma atau nilai-nilai moral. Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro maupun makro di masa kini dan masa mendatang. Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama, ekonomi, dan hukum bahkan politik.1,3

2.2Pembahasan Masalah

Kaidah-kaidah dasar bioetik merupakan sebuah hukum mutlak bagi seorang dokter. Seorang dokter wajib mengamalkan prinsip-prinsip yang ada dalam kaidah tersebut. Akan tetapi pada beberapa kasus, karena kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah untuk digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain. Kondisi seperti ini disebut sebagai Prima Facie. Ada 4 prinsip dasar bioetik yang sering digunakan oleh para dokter yaitu:

Beneficence

Non - Maleficence

Justice

Autonomi

2.2.1Beneficence

Prinsip beneficence menegaskan peran dokter untuk memberikan kemudahan dan kesenangan kepada pasien untuk memaksimalisasi akibat baik daripada akibat buruk. Prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya antara lain:

Mengutamakan alturisme (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain)

Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia

Memandang pasien atau keluarga atau sesuatu tidak hanya sejauh menguntungkan dokter

Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya

Paternalisme bertanggung jawab / berkasih sayang

Menjamin kehidupan baik-minimal manusia

Pembatasan goal based

Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan / preferensi pasien

Minimalisasi akibat buruk

Kewajiban menolong pasien gawat darurat

Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan

Tidak menarik honorarium di luar kepantasan

Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan

Mengembangkan profesi secara terus menerus

Memberikan obat berkhasiat namun murah

Menerapkan Golden Rule Principle

Prinsip Beneficence dalam kasus dokter Bagus yaitu:

1.Dokter Bagus bertugas dari pagi hari sampai sore hari tetapi tidak menutup kemungkinan ia harus mengobati pasien di malam hari bila ada warga desa yang membutuhkan pertolongannya. (Paragraf 1)

Disini dr. Bagus menunjukkan bahwa ia melayani pasien tanpa mengenal waktu, walaupun sebenarnya ia merasa lelah. Hal tersebut tidak menurunkan niatnnya untuk menolong pasien. Dokter Bagus rela berkorban demi orang lain.

2.Setelah memeriksakan anak tersebut, dr. Bagus memberikan beberapa macam obat dan vitamin serta nasehat agar istirahat yang cukup. (Paragraf 2)Disini dokter Bagus memberi perhatian penuh kepada pasien dalam mengusahakan agar kebaikan serta manfaatnya lebih besar dibandingkan dengan kerugian yang akan diterima pasien.

3.Setelah memeriksakan anak tersebut, dr. Bagus menyarankan agar anak tersebut dirawat di rumah sakit yang berada di kota. (Paragraf 3)Dapat kita lihat bahwa dr. Bagus telah melakukan suatu tindakan yang berhubungan dengan prinsip Beneficence yaitu mengusahakan agar kebaikan atau manfaat lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya, dan meminimalisasi akibat buruk.

4.Baiklah kalau begitu saya akan memberi ibu obat dan oralit untuk anak ibu, nanti ibu berikan obat tersebut sesuai dengan aturan dan usahakan anak ibu minum oralit sesering mungkin, nanti sore setelah selesai tugas saya akan mampir ke rumah ibu untuk melihat kondisi keadaan anak ibu. (Paragraf 3)

Dapat dilihat jika dokter Bagus juga menjalankan prinsip Beneficence yang ke 15 yaitu, memberikan obat berkhasiat namun murah kepada pasiennya. Ia juga rela mengorbankan waktu istirahatnya untuk melihat kondisi keadaan anak tersebut setelah ia selesai bertugas.

5.Pak, yang hanya dapat saya lakukan adalah memberi obat-obatan penunjang agar anak bapak tidak terlalu menderita, kata dr. Bagus sambil menyerahkan obat kepada orang tua pasien. (Paragraf 4)

Dokter Bagus memberikan obat penunjang untuk meminimalisasi akibat buruk agar pasien tidak terlalu menderita.

6.Melihat kondisi pasien yang baik dan stabil, akhirnya pasien diperbolehkan pulang dengan diberi beberapa macam obat dan anjuran agar besok datang kembali untuk kontrol. (Paragraf 5)

Disini dokter Bagus memberi perhatian penuh kepada pasien dalam mengusahakan agar kebaikan serta manfaatnya lebih besar dibandingkan dengan kerugian yang akan diterima pasien.

7.Dokter Bagus curiga pasien tersebut menderita penyakit jantung sehingga ia membuat surat rujukan ke rumah sakit yang berada di kota. (Paragraf 6)

Dokter Bagus mengusahakan agar kebaikan atau manfaat lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya dan meminimalisasi akibat buruk.

8.Dokter Bagus tidak menanggapi keluhan si ibu muda tadi dan segera membuat surat rujukan untuk ibu tersebut ke LAB KLINIK Cepat tepat langganannya yang berada di kota, jauh dari puskesmas. (Paragraf 7)

Dokter Bagus mengusahakan agar kebaikan atau manfaat lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya dan meminimalisasi akibat buruk.

9.Demikianlah kegiatan sehari-hari dr. Bagus dan tanpa terasa sudah 25 tahun dokter Bagus mengabdi di desa tersebut. (Paragraf 7)

Disini dokter Bagus menunjukkan sisi altruisme, ia menolong dan rela berkorban demi kepentingan orang lain, serta tidak mementingkan dirinya sendiri.

2.2.2Non Maleficence

Non - maleficence adalah suatu prinsip dimana seorang dokter tidak melakukan perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan dengan resiko terkecil bagi pasien yang dirawat olehnya. Prinsip non-malficence mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

Menolong pasien emergensi

Mengobati pasien yang luka

Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia)

Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien

Tidak memandang pasien sebagai obyek

Mengobati secara tidak proporsional

Mencegah pasien dari bahaya

Menghindari misrepresentasi dari pasien

Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian

Memberikan semangat hidup

Melindungi pasien dari serangan

Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan/kerumah-sakitan yang merugikan pihak pasien/keluarganya

Prinsip non - maleficence dalam kasus dr. Bagus yaitu:

1.Dokter Bagus meminta kesediaan pasien keempat untuk menunggu di luar karena ia akan terlebih dahulu memberi pertolongan pada pemuda yang tidak sadarkan diri tersebut. (Paragraf 5).

Disini dokter Bagus lebih mengutamakan untuk menolong pasien emergensi.

2.Pak mantri tolong umumkan ke pasien, saya akan istirahat makan sejenak, kata dr. Bagus. (Paragraf 8)

Dokter Bagus mencegah pasien dari bahaya karena kelalaiannya dengan istirahat makan terlebih dahulu.

2.2.3Autonomi

Dalam pinsip autonomi, seorang dokter wajib menghormati martabat dan hak pasien. Setiap pasien diberi hak untuk berpikir secara logis dan membuat keputusan sendiri. Prinsip autonomi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien

Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (pada kondisi elektif)

Berterus terang

Menghargai privasi

Menjaga rahasia pasien

Menghargai rasionalitas pasien

Melaksanakan informed consent

Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri

Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien

Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri

Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi

Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikann pasien

Menjaga hubungan (kontrak)

Prinsip autonomi dalam kasus dr. Bagus yaitu :

1. Setelah memeriksakan anak tersebut, dr. Bagus menyarankan agar anak tersebut dirawat di rumah sakit yang berada di kota. Namun ibu tersebut menolak karena tidak mempunyai uang untuk berobat. (Paragraf 3)

Disini dokter Bagus menunjukkan bahwa setiap keputusan itu berada di tangan pasien dan ia tidak mengintervensi keputusan dari ibu tersebut yang menolak untuk dirawat di rumah sakit yang berada di kota.

2. Dokter Bagus menjelaskan kepada orang tuanya bahwa kondisi anaknya tidak dapat ditingkatkan dan sangat sulit bagi mereka untuk membeli obat-obatan mahal tersebut. (Paragraf 4)

Disini dr. Bagus berterus terang tentang keadaan pasien yang sesungguhnya.

3. Walau dengan berat hati, istri pemuda tersebut menyetujui tindakan yang akan dilakukan dokter Bagus. (Paragraf 5)

Disini terlihat bahwa pasien dewasa dan kompeten dalam mengambil keputusan sendiri.

4. Melihat kondisi pasien yang baik dan stabil, akhirnya pasien diperbolehkan pulang dengan diberi beberapa macam obat dan anjuran agar besok datang kembali untuk kontrol. (Paragraf 5).

Dapat dilihat bahwa dokter Bagus tetap menjaga hubungannya dengan pasien melalui kontrol rutin yang dilakukannya.

2.2.4Justice

Justice adalah suatu prinsip dimana seorang dokter wajib memberikan perlakuan sama rata serta adil untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Dokter harus memberikan kontribusi yang sesuai dengan kebutuhan pasien.5 Prinsip justice mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Memberlakukan segala sesuatu secara universal

Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan

Memberikan kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama

Menghargai hak sehat pasien

Menghargai hak hukum pasien

Menghargai hak orang lain

Menjaga kelompok rentan

Tidak membedakan pelayanan terhadap pasien atas dasar SARA, status social, dan sebagainya

Tidak melakukan penyalahgunaan

Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien

Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya

Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian secara adil

Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten

Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah atau tepat

Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit atau gangguan kesehatan

Bijak dalam makroalokasi

Prinsip justice dalam kasus dr. Bagus yaitu :

1.Pada suatu pagi hari, ketika ia datang ke puskesmas sudah ada 5 orang pasien yang sedang mengantri. Dokter bagus memeriksa pasien sesuai nomor urut pendaftaran, hal ini dilakukannya agar pemeriksaan pasien berjalan tertib teratur. (Paragraf 2)

Disini dokter Bagus menunjukkan keadilannya dalam menangani pasien. Ia memberikan kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama. Ia memeriksa pasiennya secara teratur menurut nomor urut pendaftaran agar pemeriksaan berjalan dengan tertib, lancar dan tidak membeda-bedakan pasien.

2.Dokter Bagus meminta kesediaan pasien keempat untuk menunggu diluar karena ia akan terlebih dahulu memberi pertolongan pada pemuda tersebut. (Paragraf 5).

Di sini dokter Bagus menjalankan prinsip Justice yang ke tiga, yaitu memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama. Ia lebih mengutamakan untuk menolong pasien emergensi.

2.3Identifikasi Istilah

Asites merupakan keadaan patologis berupa terkumpulnya cairan dalam rongga peritoneal abdomen2

Amputasi adalah tindakan pembedahan dengan membuang bagian tubuh2

Kemoterapeutik adalah antimikroba yang dihasilkan secara sintesis-pabrik4

BAB III

PENUTUP

3.Kesimpulan

Prinsip-prinsip dalam bioetik ada 4 yaitu beneficence, non maleficence, autonomy dan justice. Keempat prinsip tersebut dapat dilihat dari setiap tindakan yang dilakukan oleh seorang dokter. Hal ini terlihat dari hasil pembahasan mengenai kasus dokter Bagus yang melakukan prinsip-prinsip bioetik dalam kegiataanya sehari-hari sebagai seorang dokter.

DAFTAR PUSTAKA

1. Chang, William. 2009. Bioetika : Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius.

2. Davey, Patrick. 2005. At A Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.

3. Hanafiah, J., M. Jusuf, Amri Amir. 2009. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan (4th ed). Jakarta: EGC.

4. Manuaba, Ida Bagus Gde. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Ed 2. Jakarta: EGC.

5. Sachrowardi, Qomariyah S., Ferryal Basbeth. 2011. Bioetika : Isu & Dilema. Jakarta: Pensil-324.

10