makalah pbl blok 4

20
DAFTAR ISI DAFTAR ISI 1 BAB I. PENDAHULUAN 2 1.1. Tujuan 3 BAB II. PEMBAHASAN 2.1. Talasemia 4 2.2. Klasifikasi talasemia 6 2.3. Gen globin 8 2.4. Mutasi talasemia 9 2.5. Hukum mendel 12 BAB III. PENUTUP 3.1. Kesimpulan 13 DAFTAR PUSTAKA 14 1

Upload: melysa-hilda-lumban-batu

Post on 27-Oct-2015

77 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Pbl Blok 4

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1

BAB I. PENDAHULUAN 2

1.1. Tujuan 3

BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Talasemia 4

2.2. Klasifikasi talasemia 6

2.3. Gen globin 8

2.4. Mutasi talasemia 9

2.5. Hukum mendel 12

BAB III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan 13

DAFTAR PUSTAKA 14

1

Page 2: Makalah Pbl Blok 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit talasemia marupakan kelainan gen globin yang diturunkan secara resesif

autosom. Penyakit ini banyak terdapat pada populasi di dunia termaksud indonesia dan

disebabkan oleh kira-kira 200 mutasi pada gen globin. Cacat molekul (mutasi) pada gen globin α

atau β mengakibatkan tidak terjadinya atau berkurangnya sintesis rantai globin. Keseimbangan

ekspresi gen globin α dan β dibutuhkan untuk fungsi hemoglobin yang normal. Pada talasemia α

terjadi gangguan sintesis rantai globin α , yang mengakibatkan produksi rantai globin α

berkurang atau tidak ada. Sedangkan pada talasemia β terjadi gangguan sintesis rantai globin β,

yang mengakibatkan produksi rantai globin β berkurang atau tidak ada.

Jumlah rantai globin α dan β tidak seimbang pada penderita talasemia mengakibatkan

adanya rantai globin yang tida berpasangan. Rantai globin yang tidak berpasangan ini akan

mengalami prespitasi, yang melekat pada membrane sel darah merah dan mengakibatkan

otooksidasi membrane. Otooksidasi ini dapat menyebabkan terjadinya ikatan lintas silang antara

protein membrane sel darah merah, sehingga terjadi perubahan struktur membrane sel darah

merah. Membrane sel darah merah menjadi lebih rigid sehingga menurunkan kemampuan

deformabilitas membrane sel darah merah. Sifat rigid ini telah dibuktikan dengan rendahnya

resistensi osmotic membrane sel darah merah pada pasien talasemia. Selain rigid, sel darah

merah talasemia menjadi lebih kecil (mikrositik). Perubahan-perubahan ini akan ditanggapi

sebagai suatu sinyal oleh system makrofag berupa isyarat untuk merusak sel dan mengakibatkan

destruksi dini sel darah merah.

2

Page 3: Makalah Pbl Blok 4

B. TUJUAN

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah bagaimana kita

dapat memahami dan mengetahui penyakit genetic seperti Talasemia dan dapat berguna dalam

menambah wawasan serta pengetahuan dalam menghadapi kehidupan yang akan datang.

3

Page 4: Makalah Pbl Blok 4

BAB II

PEMBAHASAN

Talasemia ialah sejenis penyakit anemia yang juga penyakit keturunan. Talasemia boleh

diwarisi oleh anak jika kedua-dua ibu dan bapa mempunyai gen yang terlibat. Walaupun kedua-

dua ibu bapa tidak menghidap anemia, kebarangkalian anak menghidapinya ialah satu per empat.

Anak yang menghidap talasemia tidak boleh menghasilkan hemoglobin yang normal, yaitu

bahan yang menghasilkan warna merah dalam sel darah merah dan merupakan bahan pembawa

oksigen ke seluruh tubuh badan. Masalah ini kentara semasa anak menjangkau tiga bulan. Pada

masa ini, tanda-tanda penyakit anemia mula muncul seperti kelesuan, sesak nafas dan pucat.

Lama-kelamaan anak akan semakin kekurangan tenaga dan mengalami kesukaran menyusu.

Bahagian abdomennya juga akan menjadi besar disebabkan pembesaran limpa dan hati.

Talasemia adalah penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif. Secara

molekuler talasemia dibedakan atas talasemia alfa dan beta, sedangkan secara klinis dibedakan

atas talasemia mayor dan minor.

Talasemia

Apakah talasemia itu? Adalah penyakit keturunan (genetik) dimana terjadi kelainan darah

(gangguan pembentukan sel darah merah). Sel darah merah sangat diperlukan untuk mengangkut

oksigen yang diperlukan oleh tubuh kita.Pada penderita talasemia karena sel darah merahnya ada

kerusakan (bentuknya tidak normal, cepat rusak, kemampuan membawa oksigennya menurun)

maka tubuh penderita talasemia akan kekurangan oksigen, menjadi pucat, lemah, letih, sesak dan

sangat membutuhkan pertolongan yaitu pemberian transfusi darah. Bila tidak segera ditransfusi

bisa berakibat fatal, bisa meninggal setelah ditransfusi, penderita talasemia menjadi segar

kembali. Kemudian darah yang sudah ditransfusikan tadi setelah beberapa waktu akan hancur

lagi. Kembali terulang penderita kekurangan oksigen, timbul gejala lagi, perlu transfusi lagi,

demikian berulang-ulang seumur hidup. Bisa tiap minggu penderita memerlukan transfusi darah,

bahkan bisa lebih sering. Jadi seperti di ceritera Drakula, kalau sudah menghisap darah menjadi

segar lagi.

Celakanya, darah yang ditransfusi terus-menerus tadi ketika hancur akan menyisakan masalah

besar yaitu zat besi dari darah yang hancur tadi tidak bisa dikeluarkan tubuh. Akan menumpuk,

4

Page 5: Makalah Pbl Blok 4

kulit menjadi hitam, menumpuk di organ dalam penderita misalnya di limpa, hati, jantung.

Penumpukan di jantung sangat berbahaya, jantung menjadi tidak bisa memompa lagi dan

kemudian penderita talasemia meninggal. Untuk membuang zat besi dalam tubuh ada obatnya

yaitu desferoksamin, ada yang disuntikkan dan ada yang diminum. Namun harganya mahal

sekali. Sehingga untuk perawatan seorang penderita talasemia dibutuhkan biaya yang banyak

sekali yaitu sekitar Rp 250.000.000/tahun. Untuk mempertahankan hidupnya, keluarga yang

kaya sekalipun bisa menjadi miskin. Uang sebesar itu untuk transfusi, obat pengambil zat besi,

obat-obat penunjang lain, pemeriksaan laboratorium, dan berbagai keperluan perawatan

talasemia. Anak penderita talasemia kadang sudah mulai ditransfusi pada awal-awal kehidupan,

pertumbuhan dan perkembangan terganggu, pucat, lemah. Mukanya menjadi tidak normal,

hidung menjadi pesek, mata menjauh karena pertumbuhan tulang tengkorak terganggu, mukanya

khas yang di dunia kedokteran dikenal sebagai muka (facies) Cooley. Perut membuncit karena

limpa, hati membesar, bahkan kadang-kadang perlu limpanya diangkat karena membesar tadi.

Talasemia tidak menular dan dapat dicegah

Talasemia bukan penyakit menular, tapi dapat dicegah. Mengapa dapat dicegah? Karena

penderita talasemia dilahirkan dari ibu dan ayah pembawa sifat talasemia, kedua orang tua

tersebut normal-normal saja tidak menunjukan gejala talasemia sedikitpun.

Bila ibu pembawa sifat menikah dengan ayah pembawa sifat maka kemungkinan 25% anaknya

menderita talasemia, 50% menjadi pembawa sifat lagi dan hanya 25% yang normal.

Oleh karena itu, untuk mencegah lahirnya seorang bayi talasemia, seorang ibu yang pembawa

sifat jangan menikah dengan ayah yang pembawa sifat juga.

Apakah kita ada peluang punya anak talasemia?

Benar sekali, kita punya peluang sangat besar punya anak menderita talasemia karena kita di

Indonesia berada di daerah yang jumlah pembawa sifatnya sangat banyak yaitu antara 6-10%

dari jumlah penduduk. Dari satu survey di sebuah fakultas kedokteran di Indonesia ternyata 5,9%

mahasiswanya adalah pembawa sifat talasemia.

Karena itu sangat bijaksana apabila kita sebelum menikah sudah mengetahui apakah kita

pembawa sifat atau bukan, baik laki-laki maupun perempuan perlu mengetahuinya.Mencegah itu

5

Page 6: Makalah Pbl Blok 4

jauh lebih baik daripada mengobati. Wanita pembawa sifat jangan menikah dengan pria

pembawa sifat. Kalau pun ngotot akan menikah janganlah punya anak, dan selalu dalam

pengawasan dokter spesialis kebidanan dan kandungan.Kita perlu memeriksakan diri dan

melakukan tes yang disebut tes skrining talasemia. Pemeriksaannya sangat mudah dan biayanya

pun murah dapat dilakukan di tempat praktik dokter yang telah ikut program tes skrining

ini.Pemeriksaannya hanya sedikit ujung jari ditusuk, darah diambil setetes, kemudian di tes dan

waktunya pun sangat singkat, kurang dari 10 menit. Pemeriksaan itu dikenal dengan nama tes

skrining talasemia dengan Thalcon-OF.Bila hasilnya negatif, kemungkinan sangat besar kita

bukan pembawa sifat. Tapi bila positif, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan di

laboratorium. Apakah ada penyakit lain ataukah memang benar pembawa sifat talasemia.

Klasifikasi talasemia

Talasemia dapat kita klasifikasikan berdasarkan jenis rantai globin apa yang terganggu.

Berdasarkan dasar klasifikasi tersebut, maka terdapat beberapa jenis talasemia, yaitu talasemia

alfa, beta, dan delta.

Berdasarkan gangguan pada rantai globin yang terbentuk, talasemia dibagi

menjadi:

1. Talasemia alpha

Talasemia alpha disebabkan karena adanya mutasi dari salah satu atau seluruh

globin rantai alpha yang ada. Talasemia alpha dibagi menjadi :

• Silent Carrier

State (gangguan pada 1 rantai globin alpha)

Pada keadaan ini mungkin tidak timbul gejala sama sekali pada penderita, atau

hanya teradi sedikit kelainan berupa sel darah merah yang tampak lebih pucat

(hipokrom).

• Alpha Thalassaemia Trait (gangguan pada 2 rantai globin alpha)

Penderita mungkin hanya mengalami anemia kronis yang ringan dengan sel darah

merah yang tampak pucat (hipokrom) dan lebih kecil dari normal (mikrositer).

6

Page 7: Makalah Pbl Blok 4

• Hb H Disease (gangguan pada 3 rantai globin alpha)

Gambaran klinis penderita dapat bervariasi dari tidak ada gejala sama sekali,

hingga anemia yang berat yang disertai dengan perbesaran limpa (splenomegali).

• Alpha Thalassaemia Major (gangguan pada 4 rantai globin aplha)

Talasemia tipe ini merupakan kondisi yang paling berbahaya pada talasemia tipe

alpha. Pada kondisi ini tidak ada rantai globin yang dibentuk sehingga tidak

ada HbA atau HbF yang diproduksi. Biasanya fetus yang menderita alpha talasemia

mayor mengalami anemia pada awal kehamilan, membengkak karena kelebihan cairan

(hydrops fetalis), perbesaran hati dan limpa. Fetus yang menderita kelainan ini

biasanya mangalami keguguran atau meninggal tidak lama setelah dilahirkan.

 2. Talasemia Beta

Disebabkan karena penurunan sintesis rantai beta. Dapat dibagi berdasarkan tingkat

keparahannya, yaitu talasemia mayor, intermedia, dan karier. Pada kasus talasemia mayor Hb

sama sekali tidak diproduksi. Akibatnya, penderita akan mengalami anemia berat. Jika tidak

diobati, bentuk tulang wajah berubah dan warna kulit menjadi hitam. Selama hidupnya penderita

akan tergantung pada transfusi darah. Ini dapat berakibat fatal, karena efek sampingan transfusi

darah terus menerus yang berupa kelebihan zat besi (Fe). Talasemia beta terjadi jika terdapat

mutasi pada satu atau dua rantai globin yang ada. Talasemia beta dibagi menjadi :

• Beta Thalassaemia trait

Pada jenis ini penderita memiliki satu gen normal dan satu gen yang bermutasi.

Penderita mungkin mengalami anemia ringan yang ditandai dengan sel darah merah

yang mengecil (mikrositer).

• Thalassaemia Intermedia

Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa memproduksi

sedikit rantai beta globin. Penderita biasanya mengalami anemia yang derajatnya

tergantung dari derajat mutasi gen yang terjadi.

• Thalassaemia Major (Cooley’s Anemia)

Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat memproduksi

7

Page 8: Makalah Pbl Blok 4

rantai beta globin. Biasanya gejala muncul pada bayi ketika berumur 3 bulan

berupa anemia yang berat.

GEN GLOBIN

Darah terdiri dari plasma yang berupa cairan, sel darah merah (eritrosit), sel darah putih

(leukosit), dan keping darah (trombosit). Leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap

infeksi, dan trombosit berfungsi untuk mekanisme pembekuan darah. Eritrosit membawa satu

protein yang disebut hemoglobin yang berfungsi untuk mengikat oksigen di paru-paru,

membawanya ke peredaran darah, dan melepaskannya ke sel dan jaringan tubuh.

Molekul hemoglobin terdapat pada semua eritrosit dan menjadi penyebab dari merahnya

warna darah manusia. Hemoglobin terdiri dari haem (suatu kompleks yang terdiri dari zat besi)

dan berbagai macam globin ( rantai protein yang ada di sekeliling kompleks haem). Pada orang

normal, hemoglobin dibagi menjadi :

1. Hb A (95%-98%)

HbA mengandung dua rantai alpha (α) dan dua rantai beta (β).

1. Hb A2 (2%-3,5%)

HbA2 mempunyai dua rantai alpha (α) dan dua rantai delta (δ).

1. Hb F (<2%)

HbF diproduksi pada saat masa kehamilan dan akan menurun seiring dengan

bertambahnya usia. HbF mempunyai dua rantai alpha (α) dan dua rantai gamma (γ).

Pada talasemia terjadi kelainan pada gen-gen yang mengatur pembentukan dari rantai globin

sehingga produksinya terganggu. Gangguan dari pembentukan rantai globin ini akan

mengakibatkan kerusakan pada sel darah merah yang pada akhirnya akan menimbulkan

pecahnya sel darah tersebut.

8

Page 9: Makalah Pbl Blok 4

Mutasi talasemia

Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik (DNA maupun RNA), baik pada taraf

urutan gen (disebut mutasi titik) maupun pada taraf kromosom. Mutasi pada tingkat

kromosomal biasanya disebut aberasi. Mutasi pada gen dapat mengarah pada munculnya alel

baru dan menjadi dasar bagi kalangan pendukung evolusi mengenai munculnya variasi-variasi

baru pada spesies. Mutasi terjadi pada frekuensi rendah di alam, biasanya lebih rendah daripada

1:10.000 individu. Mutasi di alam dapat terjadi akibat zat pembangkit mutasi (mutagen,

termasuk karsinogen), radiasi surya maupun radioaktif, serta loncatan energi listrik seperti petir.

Individu yang memperlihatkan perubahan sifat (fenotipe) akibat mutasi disebut mutan. Dalam

kajian genetik, mutan biasa dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami perubahan sifat

Macam-macam Mutasi Berdasarkan Sel yang Bermutasi

Mutasi somatik adalah mutasi yang terjadi pada sel somatik. mutasi ini tidak akan

diwariskan pada keturunannya. Mutasi Gametik adalah mutasi yang terjadi pada sel gamet.

Karena terjadinya di sel gamet, maka akan diwariskan oleh keturunannya. Pada umumnya,

mutasi itu merugikan, mutannya bersifat letal dan homozigot resesif. namun mutasi juga

menguntungkan, diantaranya, melalui mutasi, dapat dibuat tumbuhan poliploid yang sifatnya

unggul. Contohnya, semangka tanpa biji, jeruk tanpa biji, buah stroberi yang besar,dll. T

erbentuknya tumbuhan poliploid ini menguntungkan bagi manusia, namun merugikan bagi

tumbuhan yang mengalami mutasi, karena tumbuhan tersebut menjadi tidak bisa berkembang

biak secara generatif. Bahan-bahan yang menyebabkan terjadinya mutasi disebut MUTAGEN.

Mutagen dibagi menjadi 3, yaitu:

Mutagen bahan Kimia, contohnya adalah kolkisin dan zat digitonin. Kolkisin adalah zat yang

dapat menghalangi terbentuknya benang-benang spindel pada proses anafase dan dapat

menghambat pembelahan sel pada anafase.

Mutagen bahan fisika, contohnya sinar ultraviolet, sinar radioaktif,dll. Sinar ultraviolet dapat

menyebabkan kanker kulit.

9

Page 10: Makalah Pbl Blok 4

Mutagen bahan biologi, diduga virus dan bakeri dapat menyebabkan terjadinya mutasi. Bagian

virus yang dapat menyebabkan terjadinya mutasi adalah DNA-nya.

Macam-macam mutasi berdasarkan bagian yang bermutasi

Mutasi titik

Mutasi titik merupakan perubahan pada basa N dari DNA atau RNA. Mutasi titik relatif sering

terjadi namun efeknya dapat dikurangi oleh mekanisme pemulihan gen. Mutasi titik dapat

berakibat berubahnya urutan asam amino pada protein, dan dapat mengakibatkan berkurangnya,

berubahnya atau hilangnya fungsi enzim. Teknologi saat ini menggunakan mutasi titik sebagai

marker (disebut SNP) untuk mengkaji perubahan yang terjadi pada gen dan dikaitkan dengan

perubahan fenotipe yang terjadi. contoh mutasi gen adalah reaksi asam nitrit dengan adenin

menjadi zat hipoxanthine. Zat ini akan menempati tempat adenin asli dan berpasangan dengan

sitosin, bukan lagi dengan timin.

Aberasi

Mutasi kromosom,sering juga disebut dengan mutasi besar/gross mutation atau aberasi

kromosom adalah perubahan jumlah kromosom dan susunan atau urutan gen dalam kromosom.

Mutasi kromosom sering terjadi karena kesalahan meiosis dan sedikit dalam mitosis.

Aneuploidi

adalah perubahan jumlah n-nya. Aneuploidi dibagi menjadi 2, yaitu: >> Autopoliploidi, yaitu n-

nya mengganda sendiri karena kesalahan meiosis. >> Allopoliploidi, yaitu perkawinan atau

hibrid antara spesies yang berbeda jumlah set kromosomnya.

10

Page 11: Makalah Pbl Blok 4

Aneusomi

adalah perubahan jumlah kromosom. Penyebabnya adalah anafase lag (peristiwa tidak

melekatnya beneng-benang spindel ke sentromer) dan non disjunction (gagal berpisah).

Aneusomi pada manusia dapat menyebabkan:

Sindrom Turner, dengan kariotipe (22AA+X0). Jumlah kromosomnya 45 dan kehilangan 1

kromosom kelamin. Penderita Sindrom Turner berjenis kelamin wanita, namun ovumnya tidak

berkembang (ovaricular disgenesis).

Sindrom Klinefelter, kariotipe (22 AA+XXY), mengalami trisomik pada kromosom gonosom.

Penderita Sindrom Klinefelter berjenis kelamin laki-laki, namun testisnya tidak berkembang

(testicular disgenesis) sehingga tidak bisa menghasilkan sperma (aspermia) dan mandul

(gynaecomastis) serta payudaranya tumbuh.

Sindrom Jacobs, kariotipe (22AA+XYY), trisomik pada kromosom gonosom. Penderita sindrom

ini umumnya berwajah kriminal, suka menusuk-nusuk mata dengan benda tajam, seperti

pensil,dll dan juga sering berbuat kriminal. Penelitian di luar negeri mengatakan bahwa sebagian

besar orang-orang yang masuk penjara adalah orang-orang yang menderita Sindrom Jacobs.

Sindrom Patau, kariotipe (45A+XX/XY), trisomik pada kromosom autosom. kromosom

autosomnya mengalami kelainan pada kromosom nomor 13, 14, atau 15.

Sindrom Edward, kariotipe (45A+XX/XY), trisomik pada autosom. Autosom mengalami

kelainan pada kromosom nomor 16,17, atau 18. Penderita sindrom ini mempunyai tengkorak

lonjong, bahu lebar pendek, telinga agak ke bawah dan tidak wajar.

11

Page 12: Makalah Pbl Blok 4

HUKUM MENDEL

Talasemia merupakan salah satu jenis anemia hemolitik dan merupakan penyakit keturunan

yang diturunkan secara autosomal yang paling banyak dijumpai di Indonesia dan Italia. Enam

sampai sepuluh dari setiap 100 orang Indonesia membawa gen penyakit ini. Kalau sepasang dari

mereka menikah, kemungkinan untuk mempunyai anak penderita talasemia berat adalah 25%.

Talasemia dilahirkan dari ibu dan ayah pembawa sifat talasemia, kedua orang tua tersebut

normal-normal saja tidak menunjukan gejala talasemia sedikitpun.

Bila ibu pembawa sifat menikah dengan ayah pembawa sifat maka kemungkinan 25% anaknya

menderita talasemia, 50% menjadi pembawa sifat lagi dan hanya 25% yang normal.

Oleh karena itu, untuk mencegah lahirnya seorang bayi talasemia, seorang ibu yang pembawa

sifat jangan menikah dengan ayah yang pembawa sifat juga.

Hukum mendel I:

2 anggota dari pasangan gen terpisah (segregasi) masing-masing ke dalam gamet, maka ½ gamet

membawa 1 anggota dari pasangan gen, dan ½ gamet lainnya membawa 1 anggota dari pasangan

gen yang lain.

Hukum mendel II:

Selama pembentukan gamet, proses pemisahan (segregasi) alel dari satu gen yang independent

dari segregasi alel suatu gen yang lainnya.

12

Page 13: Makalah Pbl Blok 4

BAB III

PENUTUP

Talasemia merupakan penyakit kelainan gen tunggal yang diturunkan secara resesif

autosom, ditandai dengan adanya anemia hipokrom mikrositik. Penyakit ini disebabkan karena

adanya cacat molekul pada gen globin α atau β yang mengakibatkan tidak terjadi atau

berkurangnya sintesis rantai globin tersebut. Ketidakseimbangan jumlah antara rantai globin α

dan rantai globin β pada pasien talasemia, mengakibatkan adanya rantai globin yang tidak

berpasangan. Rantai globin yang tidak berpasangan ini akan mengalami prespitasi, yang lekat

pada membrane dan mengakibatkan otooksidasi membrane sel darah merah. Otooksidasi tersebut

dapat terjadi pada lipid dan protein membrane sel darah merah, sehingga pada akhirnya akan

terjadi perubahan struktur normal, fungsi dan deformabilitas membrane sel darah merah.

Membrane sel darah merah menjadi rigid. Perubahan-perubahan ini akan ditanggapi sebagai

suatu sinyal oleh makrofag berupa isyarat untuk merusak sel tersebut( destruksi dini sel darah

merah). Penurunan kemampuan deformabilitas membran sel darah merah juga dapat

mengakibatkan pendeknya usia sel terutama pada saat melalui pembuluh darah yang sangat

kecil.

13

Page 14: Makalah Pbl Blok 4

DAFTAR PUSTAKA

1. Suryohudoyo P. Kapita selekta: ilmu kedokteran molekuler. 2000 : vi+129hlm

2. Oliveri NF. The β-thalassemias. N Engl J Med 1999;341:99-109

3. Shinar E, shalev O, rachmilewitz EA, schrier SL. Erythrocyte membrane skeleton abnormalities

in severe β-thalassemia. Blood 1987;70:158-64

4. Aprilia R. Pengaruh oksidator dan antioksidan terhadap membrane sel darah merah penderita

talasemia. Skripsi Sarjana FMIPA UI, Depok, 1998.

5. Talasemia. Edisi 30 september 2009. Diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Talasemia 9

februari 2010.

14