makalah pbl blok 4
TRANSCRIPT
![Page 1: Makalah Pbl Blok 4](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082214/55cf9c21550346d033a8b742/html5/thumbnails/1.jpg)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 1
BAB I. PENDAHULUAN 2
1.1. Tujuan 3
BAB II. PEMBAHASAN
2.1. Talasemia 4
2.2. Klasifikasi talasemia 6
2.3. Gen globin 8
2.4. Mutasi talasemia 9
2.5. Hukum mendel 12
BAB III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan 13
DAFTAR PUSTAKA 14
1
![Page 2: Makalah Pbl Blok 4](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082214/55cf9c21550346d033a8b742/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit talasemia marupakan kelainan gen globin yang diturunkan secara resesif
autosom. Penyakit ini banyak terdapat pada populasi di dunia termaksud indonesia dan
disebabkan oleh kira-kira 200 mutasi pada gen globin. Cacat molekul (mutasi) pada gen globin α
atau β mengakibatkan tidak terjadinya atau berkurangnya sintesis rantai globin. Keseimbangan
ekspresi gen globin α dan β dibutuhkan untuk fungsi hemoglobin yang normal. Pada talasemia α
terjadi gangguan sintesis rantai globin α , yang mengakibatkan produksi rantai globin α
berkurang atau tidak ada. Sedangkan pada talasemia β terjadi gangguan sintesis rantai globin β,
yang mengakibatkan produksi rantai globin β berkurang atau tidak ada.
Jumlah rantai globin α dan β tidak seimbang pada penderita talasemia mengakibatkan
adanya rantai globin yang tida berpasangan. Rantai globin yang tidak berpasangan ini akan
mengalami prespitasi, yang melekat pada membrane sel darah merah dan mengakibatkan
otooksidasi membrane. Otooksidasi ini dapat menyebabkan terjadinya ikatan lintas silang antara
protein membrane sel darah merah, sehingga terjadi perubahan struktur membrane sel darah
merah. Membrane sel darah merah menjadi lebih rigid sehingga menurunkan kemampuan
deformabilitas membrane sel darah merah. Sifat rigid ini telah dibuktikan dengan rendahnya
resistensi osmotic membrane sel darah merah pada pasien talasemia. Selain rigid, sel darah
merah talasemia menjadi lebih kecil (mikrositik). Perubahan-perubahan ini akan ditanggapi
sebagai suatu sinyal oleh system makrofag berupa isyarat untuk merusak sel dan mengakibatkan
destruksi dini sel darah merah.
2
![Page 3: Makalah Pbl Blok 4](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082214/55cf9c21550346d033a8b742/html5/thumbnails/3.jpg)
B. TUJUAN
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah bagaimana kita
dapat memahami dan mengetahui penyakit genetic seperti Talasemia dan dapat berguna dalam
menambah wawasan serta pengetahuan dalam menghadapi kehidupan yang akan datang.
3
![Page 4: Makalah Pbl Blok 4](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082214/55cf9c21550346d033a8b742/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
Talasemia ialah sejenis penyakit anemia yang juga penyakit keturunan. Talasemia boleh
diwarisi oleh anak jika kedua-dua ibu dan bapa mempunyai gen yang terlibat. Walaupun kedua-
dua ibu bapa tidak menghidap anemia, kebarangkalian anak menghidapinya ialah satu per empat.
Anak yang menghidap talasemia tidak boleh menghasilkan hemoglobin yang normal, yaitu
bahan yang menghasilkan warna merah dalam sel darah merah dan merupakan bahan pembawa
oksigen ke seluruh tubuh badan. Masalah ini kentara semasa anak menjangkau tiga bulan. Pada
masa ini, tanda-tanda penyakit anemia mula muncul seperti kelesuan, sesak nafas dan pucat.
Lama-kelamaan anak akan semakin kekurangan tenaga dan mengalami kesukaran menyusu.
Bahagian abdomennya juga akan menjadi besar disebabkan pembesaran limpa dan hati.
Talasemia adalah penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif. Secara
molekuler talasemia dibedakan atas talasemia alfa dan beta, sedangkan secara klinis dibedakan
atas talasemia mayor dan minor.
Talasemia
Apakah talasemia itu? Adalah penyakit keturunan (genetik) dimana terjadi kelainan darah
(gangguan pembentukan sel darah merah). Sel darah merah sangat diperlukan untuk mengangkut
oksigen yang diperlukan oleh tubuh kita.Pada penderita talasemia karena sel darah merahnya ada
kerusakan (bentuknya tidak normal, cepat rusak, kemampuan membawa oksigennya menurun)
maka tubuh penderita talasemia akan kekurangan oksigen, menjadi pucat, lemah, letih, sesak dan
sangat membutuhkan pertolongan yaitu pemberian transfusi darah. Bila tidak segera ditransfusi
bisa berakibat fatal, bisa meninggal setelah ditransfusi, penderita talasemia menjadi segar
kembali. Kemudian darah yang sudah ditransfusikan tadi setelah beberapa waktu akan hancur
lagi. Kembali terulang penderita kekurangan oksigen, timbul gejala lagi, perlu transfusi lagi,
demikian berulang-ulang seumur hidup. Bisa tiap minggu penderita memerlukan transfusi darah,
bahkan bisa lebih sering. Jadi seperti di ceritera Drakula, kalau sudah menghisap darah menjadi
segar lagi.
Celakanya, darah yang ditransfusi terus-menerus tadi ketika hancur akan menyisakan masalah
besar yaitu zat besi dari darah yang hancur tadi tidak bisa dikeluarkan tubuh. Akan menumpuk,
4
![Page 5: Makalah Pbl Blok 4](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082214/55cf9c21550346d033a8b742/html5/thumbnails/5.jpg)
kulit menjadi hitam, menumpuk di organ dalam penderita misalnya di limpa, hati, jantung.
Penumpukan di jantung sangat berbahaya, jantung menjadi tidak bisa memompa lagi dan
kemudian penderita talasemia meninggal. Untuk membuang zat besi dalam tubuh ada obatnya
yaitu desferoksamin, ada yang disuntikkan dan ada yang diminum. Namun harganya mahal
sekali. Sehingga untuk perawatan seorang penderita talasemia dibutuhkan biaya yang banyak
sekali yaitu sekitar Rp 250.000.000/tahun. Untuk mempertahankan hidupnya, keluarga yang
kaya sekalipun bisa menjadi miskin. Uang sebesar itu untuk transfusi, obat pengambil zat besi,
obat-obat penunjang lain, pemeriksaan laboratorium, dan berbagai keperluan perawatan
talasemia. Anak penderita talasemia kadang sudah mulai ditransfusi pada awal-awal kehidupan,
pertumbuhan dan perkembangan terganggu, pucat, lemah. Mukanya menjadi tidak normal,
hidung menjadi pesek, mata menjauh karena pertumbuhan tulang tengkorak terganggu, mukanya
khas yang di dunia kedokteran dikenal sebagai muka (facies) Cooley. Perut membuncit karena
limpa, hati membesar, bahkan kadang-kadang perlu limpanya diangkat karena membesar tadi.
Talasemia tidak menular dan dapat dicegah
Talasemia bukan penyakit menular, tapi dapat dicegah. Mengapa dapat dicegah? Karena
penderita talasemia dilahirkan dari ibu dan ayah pembawa sifat talasemia, kedua orang tua
tersebut normal-normal saja tidak menunjukan gejala talasemia sedikitpun.
Bila ibu pembawa sifat menikah dengan ayah pembawa sifat maka kemungkinan 25% anaknya
menderita talasemia, 50% menjadi pembawa sifat lagi dan hanya 25% yang normal.
Oleh karena itu, untuk mencegah lahirnya seorang bayi talasemia, seorang ibu yang pembawa
sifat jangan menikah dengan ayah yang pembawa sifat juga.
Apakah kita ada peluang punya anak talasemia?
Benar sekali, kita punya peluang sangat besar punya anak menderita talasemia karena kita di
Indonesia berada di daerah yang jumlah pembawa sifatnya sangat banyak yaitu antara 6-10%
dari jumlah penduduk. Dari satu survey di sebuah fakultas kedokteran di Indonesia ternyata 5,9%
mahasiswanya adalah pembawa sifat talasemia.
Karena itu sangat bijaksana apabila kita sebelum menikah sudah mengetahui apakah kita
pembawa sifat atau bukan, baik laki-laki maupun perempuan perlu mengetahuinya.Mencegah itu
5
![Page 6: Makalah Pbl Blok 4](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082214/55cf9c21550346d033a8b742/html5/thumbnails/6.jpg)
jauh lebih baik daripada mengobati. Wanita pembawa sifat jangan menikah dengan pria
pembawa sifat. Kalau pun ngotot akan menikah janganlah punya anak, dan selalu dalam
pengawasan dokter spesialis kebidanan dan kandungan.Kita perlu memeriksakan diri dan
melakukan tes yang disebut tes skrining talasemia. Pemeriksaannya sangat mudah dan biayanya
pun murah dapat dilakukan di tempat praktik dokter yang telah ikut program tes skrining
ini.Pemeriksaannya hanya sedikit ujung jari ditusuk, darah diambil setetes, kemudian di tes dan
waktunya pun sangat singkat, kurang dari 10 menit. Pemeriksaan itu dikenal dengan nama tes
skrining talasemia dengan Thalcon-OF.Bila hasilnya negatif, kemungkinan sangat besar kita
bukan pembawa sifat. Tapi bila positif, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan di
laboratorium. Apakah ada penyakit lain ataukah memang benar pembawa sifat talasemia.
Klasifikasi talasemia
Talasemia dapat kita klasifikasikan berdasarkan jenis rantai globin apa yang terganggu.
Berdasarkan dasar klasifikasi tersebut, maka terdapat beberapa jenis talasemia, yaitu talasemia
alfa, beta, dan delta.
Berdasarkan gangguan pada rantai globin yang terbentuk, talasemia dibagi
menjadi:
1. Talasemia alpha
Talasemia alpha disebabkan karena adanya mutasi dari salah satu atau seluruh
globin rantai alpha yang ada. Talasemia alpha dibagi menjadi :
• Silent Carrier
State (gangguan pada 1 rantai globin alpha)
Pada keadaan ini mungkin tidak timbul gejala sama sekali pada penderita, atau
hanya teradi sedikit kelainan berupa sel darah merah yang tampak lebih pucat
(hipokrom).
• Alpha Thalassaemia Trait (gangguan pada 2 rantai globin alpha)
Penderita mungkin hanya mengalami anemia kronis yang ringan dengan sel darah
merah yang tampak pucat (hipokrom) dan lebih kecil dari normal (mikrositer).
6
![Page 7: Makalah Pbl Blok 4](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082214/55cf9c21550346d033a8b742/html5/thumbnails/7.jpg)
• Hb H Disease (gangguan pada 3 rantai globin alpha)
Gambaran klinis penderita dapat bervariasi dari tidak ada gejala sama sekali,
hingga anemia yang berat yang disertai dengan perbesaran limpa (splenomegali).
• Alpha Thalassaemia Major (gangguan pada 4 rantai globin aplha)
Talasemia tipe ini merupakan kondisi yang paling berbahaya pada talasemia tipe
alpha. Pada kondisi ini tidak ada rantai globin yang dibentuk sehingga tidak
ada HbA atau HbF yang diproduksi. Biasanya fetus yang menderita alpha talasemia
mayor mengalami anemia pada awal kehamilan, membengkak karena kelebihan cairan
(hydrops fetalis), perbesaran hati dan limpa. Fetus yang menderita kelainan ini
biasanya mangalami keguguran atau meninggal tidak lama setelah dilahirkan.
2. Talasemia Beta
Disebabkan karena penurunan sintesis rantai beta. Dapat dibagi berdasarkan tingkat
keparahannya, yaitu talasemia mayor, intermedia, dan karier. Pada kasus talasemia mayor Hb
sama sekali tidak diproduksi. Akibatnya, penderita akan mengalami anemia berat. Jika tidak
diobati, bentuk tulang wajah berubah dan warna kulit menjadi hitam. Selama hidupnya penderita
akan tergantung pada transfusi darah. Ini dapat berakibat fatal, karena efek sampingan transfusi
darah terus menerus yang berupa kelebihan zat besi (Fe). Talasemia beta terjadi jika terdapat
mutasi pada satu atau dua rantai globin yang ada. Talasemia beta dibagi menjadi :
• Beta Thalassaemia trait
Pada jenis ini penderita memiliki satu gen normal dan satu gen yang bermutasi.
Penderita mungkin mengalami anemia ringan yang ditandai dengan sel darah merah
yang mengecil (mikrositer).
• Thalassaemia Intermedia
Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa memproduksi
sedikit rantai beta globin. Penderita biasanya mengalami anemia yang derajatnya
tergantung dari derajat mutasi gen yang terjadi.
• Thalassaemia Major (Cooley’s Anemia)
Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat memproduksi
7
![Page 8: Makalah Pbl Blok 4](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082214/55cf9c21550346d033a8b742/html5/thumbnails/8.jpg)
rantai beta globin. Biasanya gejala muncul pada bayi ketika berumur 3 bulan
berupa anemia yang berat.
GEN GLOBIN
Darah terdiri dari plasma yang berupa cairan, sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit), dan keping darah (trombosit). Leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap
infeksi, dan trombosit berfungsi untuk mekanisme pembekuan darah. Eritrosit membawa satu
protein yang disebut hemoglobin yang berfungsi untuk mengikat oksigen di paru-paru,
membawanya ke peredaran darah, dan melepaskannya ke sel dan jaringan tubuh.
Molekul hemoglobin terdapat pada semua eritrosit dan menjadi penyebab dari merahnya
warna darah manusia. Hemoglobin terdiri dari haem (suatu kompleks yang terdiri dari zat besi)
dan berbagai macam globin ( rantai protein yang ada di sekeliling kompleks haem). Pada orang
normal, hemoglobin dibagi menjadi :
1. Hb A (95%-98%)
HbA mengandung dua rantai alpha (α) dan dua rantai beta (β).
1. Hb A2 (2%-3,5%)
HbA2 mempunyai dua rantai alpha (α) dan dua rantai delta (δ).
1. Hb F (<2%)
HbF diproduksi pada saat masa kehamilan dan akan menurun seiring dengan
bertambahnya usia. HbF mempunyai dua rantai alpha (α) dan dua rantai gamma (γ).
Pada talasemia terjadi kelainan pada gen-gen yang mengatur pembentukan dari rantai globin
sehingga produksinya terganggu. Gangguan dari pembentukan rantai globin ini akan
mengakibatkan kerusakan pada sel darah merah yang pada akhirnya akan menimbulkan
pecahnya sel darah tersebut.
8
![Page 9: Makalah Pbl Blok 4](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082214/55cf9c21550346d033a8b742/html5/thumbnails/9.jpg)
Mutasi talasemia
Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik (DNA maupun RNA), baik pada taraf
urutan gen (disebut mutasi titik) maupun pada taraf kromosom. Mutasi pada tingkat
kromosomal biasanya disebut aberasi. Mutasi pada gen dapat mengarah pada munculnya alel
baru dan menjadi dasar bagi kalangan pendukung evolusi mengenai munculnya variasi-variasi
baru pada spesies. Mutasi terjadi pada frekuensi rendah di alam, biasanya lebih rendah daripada
1:10.000 individu. Mutasi di alam dapat terjadi akibat zat pembangkit mutasi (mutagen,
termasuk karsinogen), radiasi surya maupun radioaktif, serta loncatan energi listrik seperti petir.
Individu yang memperlihatkan perubahan sifat (fenotipe) akibat mutasi disebut mutan. Dalam
kajian genetik, mutan biasa dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami perubahan sifat
Macam-macam Mutasi Berdasarkan Sel yang Bermutasi
Mutasi somatik adalah mutasi yang terjadi pada sel somatik. mutasi ini tidak akan
diwariskan pada keturunannya. Mutasi Gametik adalah mutasi yang terjadi pada sel gamet.
Karena terjadinya di sel gamet, maka akan diwariskan oleh keturunannya. Pada umumnya,
mutasi itu merugikan, mutannya bersifat letal dan homozigot resesif. namun mutasi juga
menguntungkan, diantaranya, melalui mutasi, dapat dibuat tumbuhan poliploid yang sifatnya
unggul. Contohnya, semangka tanpa biji, jeruk tanpa biji, buah stroberi yang besar,dll. T
erbentuknya tumbuhan poliploid ini menguntungkan bagi manusia, namun merugikan bagi
tumbuhan yang mengalami mutasi, karena tumbuhan tersebut menjadi tidak bisa berkembang
biak secara generatif. Bahan-bahan yang menyebabkan terjadinya mutasi disebut MUTAGEN.
Mutagen dibagi menjadi 3, yaitu:
Mutagen bahan Kimia, contohnya adalah kolkisin dan zat digitonin. Kolkisin adalah zat yang
dapat menghalangi terbentuknya benang-benang spindel pada proses anafase dan dapat
menghambat pembelahan sel pada anafase.
Mutagen bahan fisika, contohnya sinar ultraviolet, sinar radioaktif,dll. Sinar ultraviolet dapat
menyebabkan kanker kulit.
9
![Page 10: Makalah Pbl Blok 4](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082214/55cf9c21550346d033a8b742/html5/thumbnails/10.jpg)
Mutagen bahan biologi, diduga virus dan bakeri dapat menyebabkan terjadinya mutasi. Bagian
virus yang dapat menyebabkan terjadinya mutasi adalah DNA-nya.
Macam-macam mutasi berdasarkan bagian yang bermutasi
Mutasi titik
Mutasi titik merupakan perubahan pada basa N dari DNA atau RNA. Mutasi titik relatif sering
terjadi namun efeknya dapat dikurangi oleh mekanisme pemulihan gen. Mutasi titik dapat
berakibat berubahnya urutan asam amino pada protein, dan dapat mengakibatkan berkurangnya,
berubahnya atau hilangnya fungsi enzim. Teknologi saat ini menggunakan mutasi titik sebagai
marker (disebut SNP) untuk mengkaji perubahan yang terjadi pada gen dan dikaitkan dengan
perubahan fenotipe yang terjadi. contoh mutasi gen adalah reaksi asam nitrit dengan adenin
menjadi zat hipoxanthine. Zat ini akan menempati tempat adenin asli dan berpasangan dengan
sitosin, bukan lagi dengan timin.
Aberasi
Mutasi kromosom,sering juga disebut dengan mutasi besar/gross mutation atau aberasi
kromosom adalah perubahan jumlah kromosom dan susunan atau urutan gen dalam kromosom.
Mutasi kromosom sering terjadi karena kesalahan meiosis dan sedikit dalam mitosis.
Aneuploidi
adalah perubahan jumlah n-nya. Aneuploidi dibagi menjadi 2, yaitu: >> Autopoliploidi, yaitu n-
nya mengganda sendiri karena kesalahan meiosis. >> Allopoliploidi, yaitu perkawinan atau
hibrid antara spesies yang berbeda jumlah set kromosomnya.
10
![Page 11: Makalah Pbl Blok 4](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082214/55cf9c21550346d033a8b742/html5/thumbnails/11.jpg)
Aneusomi
adalah perubahan jumlah kromosom. Penyebabnya adalah anafase lag (peristiwa tidak
melekatnya beneng-benang spindel ke sentromer) dan non disjunction (gagal berpisah).
Aneusomi pada manusia dapat menyebabkan:
Sindrom Turner, dengan kariotipe (22AA+X0). Jumlah kromosomnya 45 dan kehilangan 1
kromosom kelamin. Penderita Sindrom Turner berjenis kelamin wanita, namun ovumnya tidak
berkembang (ovaricular disgenesis).
Sindrom Klinefelter, kariotipe (22 AA+XXY), mengalami trisomik pada kromosom gonosom.
Penderita Sindrom Klinefelter berjenis kelamin laki-laki, namun testisnya tidak berkembang
(testicular disgenesis) sehingga tidak bisa menghasilkan sperma (aspermia) dan mandul
(gynaecomastis) serta payudaranya tumbuh.
Sindrom Jacobs, kariotipe (22AA+XYY), trisomik pada kromosom gonosom. Penderita sindrom
ini umumnya berwajah kriminal, suka menusuk-nusuk mata dengan benda tajam, seperti
pensil,dll dan juga sering berbuat kriminal. Penelitian di luar negeri mengatakan bahwa sebagian
besar orang-orang yang masuk penjara adalah orang-orang yang menderita Sindrom Jacobs.
Sindrom Patau, kariotipe (45A+XX/XY), trisomik pada kromosom autosom. kromosom
autosomnya mengalami kelainan pada kromosom nomor 13, 14, atau 15.
Sindrom Edward, kariotipe (45A+XX/XY), trisomik pada autosom. Autosom mengalami
kelainan pada kromosom nomor 16,17, atau 18. Penderita sindrom ini mempunyai tengkorak
lonjong, bahu lebar pendek, telinga agak ke bawah dan tidak wajar.
11
![Page 12: Makalah Pbl Blok 4](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082214/55cf9c21550346d033a8b742/html5/thumbnails/12.jpg)
HUKUM MENDEL
Talasemia merupakan salah satu jenis anemia hemolitik dan merupakan penyakit keturunan
yang diturunkan secara autosomal yang paling banyak dijumpai di Indonesia dan Italia. Enam
sampai sepuluh dari setiap 100 orang Indonesia membawa gen penyakit ini. Kalau sepasang dari
mereka menikah, kemungkinan untuk mempunyai anak penderita talasemia berat adalah 25%.
Talasemia dilahirkan dari ibu dan ayah pembawa sifat talasemia, kedua orang tua tersebut
normal-normal saja tidak menunjukan gejala talasemia sedikitpun.
Bila ibu pembawa sifat menikah dengan ayah pembawa sifat maka kemungkinan 25% anaknya
menderita talasemia, 50% menjadi pembawa sifat lagi dan hanya 25% yang normal.
Oleh karena itu, untuk mencegah lahirnya seorang bayi talasemia, seorang ibu yang pembawa
sifat jangan menikah dengan ayah yang pembawa sifat juga.
Hukum mendel I:
2 anggota dari pasangan gen terpisah (segregasi) masing-masing ke dalam gamet, maka ½ gamet
membawa 1 anggota dari pasangan gen, dan ½ gamet lainnya membawa 1 anggota dari pasangan
gen yang lain.
Hukum mendel II:
Selama pembentukan gamet, proses pemisahan (segregasi) alel dari satu gen yang independent
dari segregasi alel suatu gen yang lainnya.
12
![Page 13: Makalah Pbl Blok 4](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082214/55cf9c21550346d033a8b742/html5/thumbnails/13.jpg)
BAB III
PENUTUP
Talasemia merupakan penyakit kelainan gen tunggal yang diturunkan secara resesif
autosom, ditandai dengan adanya anemia hipokrom mikrositik. Penyakit ini disebabkan karena
adanya cacat molekul pada gen globin α atau β yang mengakibatkan tidak terjadi atau
berkurangnya sintesis rantai globin tersebut. Ketidakseimbangan jumlah antara rantai globin α
dan rantai globin β pada pasien talasemia, mengakibatkan adanya rantai globin yang tidak
berpasangan. Rantai globin yang tidak berpasangan ini akan mengalami prespitasi, yang lekat
pada membrane dan mengakibatkan otooksidasi membrane sel darah merah. Otooksidasi tersebut
dapat terjadi pada lipid dan protein membrane sel darah merah, sehingga pada akhirnya akan
terjadi perubahan struktur normal, fungsi dan deformabilitas membrane sel darah merah.
Membrane sel darah merah menjadi rigid. Perubahan-perubahan ini akan ditanggapi sebagai
suatu sinyal oleh makrofag berupa isyarat untuk merusak sel tersebut( destruksi dini sel darah
merah). Penurunan kemampuan deformabilitas membran sel darah merah juga dapat
mengakibatkan pendeknya usia sel terutama pada saat melalui pembuluh darah yang sangat
kecil.
13
![Page 14: Makalah Pbl Blok 4](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082214/55cf9c21550346d033a8b742/html5/thumbnails/14.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Suryohudoyo P. Kapita selekta: ilmu kedokteran molekuler. 2000 : vi+129hlm
2. Oliveri NF. The β-thalassemias. N Engl J Med 1999;341:99-109
3. Shinar E, shalev O, rachmilewitz EA, schrier SL. Erythrocyte membrane skeleton abnormalities
in severe β-thalassemia. Blood 1987;70:158-64
4. Aprilia R. Pengaruh oksidator dan antioksidan terhadap membrane sel darah merah penderita
talasemia. Skripsi Sarjana FMIPA UI, Depok, 1998.
5. Talasemia. Edisi 30 september 2009. Diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Talasemia 9
februari 2010.
14