makalah pendidikan agama islam tentang kerajaan turki usmani
DESCRIPTION
Makalah Pendidikan Agama Islam Tentang Kerajaan Turki UsmaniTRANSCRIPT
Makalah
Pendidikan Agama IslamKerajaan Turki Usmani
KERAJAAN TURKI USMANI (1294-1924)
PENDAHULUAN
Sejak mundur dan berakhirnya era Abbasiyah, keadaan politik umat Islam
mengalami kemajuan kembali oleh tiga kerajaan besar: Turki Usmani di Turki,
Mughal di India, dan Safawi di Persia. Dari ketiganya, Turki Usmani adalah yang
terbesar dan terlama, dikenal juga dengan imperium islam. Dengan wilayahnya
yang luas membentang dari Afrika Utara, Jazirah Arab, Balkan hingga Asia
Tengah, Turki Usmani menyimpan keberagaman bangsa, budaya dan agama, Turki
usmani mampu berkuasa selama kurang lebih 6 abad berturut-turut. Tentunya hal
ini membawa kesan tersendiri bahwa kerajaan Turki Usmani mampu membawa
masyarakat islam dalam keajayaan selama 6 abad, hal yang menurut pemakalah
adalah tergolong luar biasa.
Makalah ini berusaha memaparkan kembali sejarah peradaban islam masa
turki usmani yang penuh dengan suasana politik, makalah ini akan berusaha
menjelaskan bagaimana kerajaan turki usmani mampu menjadi kerajaan islam
yang paling hebat sepanjang masa, serta bagaimana pula kerajaan islam sebesar ini
bisa runtuh dan akhirnya menjadi republik turki pada tahun 1924.
RUMUSAN MASALAH
Dalam pembahasan makalah ini penulis akan menulis dengan mengacu pada
rumusan masalah, yaitu:
Sejarah Singkat Berdirinya Kerajaan Turki Usmani
Raja-Raja Turki Usmani
Kemajuan Turki Usmani
Runtuhnya Kerajaan Turki Usmani
Analisis
PEMBAHASAN
SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA KERAJAAN TURKI USMAN
Bangsa Turki tercatat dalam sejarah atas keberhasilannya mendirikan dua
Dinasti, yaitu Dinasti Turki Saljuk dan Turki Usmani. Kehancuran Dinasti Turki
Saljuk oleh serangan bangsa Mongol merupakan awal dari terbentuknya Dinasti
Turki Usmani.
Anatolia sebelum masa orang-orang utsmaniyah.
Negeri Anatolia (asia kecil) dahulu sebelum islam merupakan kerajaan yang
berada dibawah kekuasaan Byzantium (romawi timmur). Penaklukan-penaklukan
oleh pasukan islam sampai di sebagian wilayah timur negeri ini, dari ujung
Armenia hingga ke puncak gunung thurus sejak tahun 50 H, pada masa
kekhalifahan muawiyah , kam muslim belum mampu menaklukkan
konstanttinopel, walaupun telah dilakukan berulang kali usaha penyerangan.
Setelah perang maladzikr pada tahun 463 H yang dimenagkan oleh orang-
orang saljuk dengan kemenangan yang gemilang aas romawi, pengaruh
kemenangan ini terus meluas ke negeri Anatolia. Mereka saat itu telah memiliki
pemerintahan yang terkemuka yaitu pemerintahan romawi saljuk.
Anatolia kemudian jau ke tangan Mongolia, setelah merebutnya dari saljuk
romawi . maka terjadilah peperangan antara Mongolia dank am muslimin dan ini
terjadi pada tahun 641 H. setelah kekalahan Mongolia pada perang ain jalut, tahun
658 H berangkatlah Zharir Bibris ke saljuk Romawi dan Mongolia, menyusul
kekalahan besar ini sebagai pelajaran besar ini. Bersamaan dengan lemahnya
Mongolia , pemerintahan utsmaniyah lalu menguasainya pada masa yang berbeda.
Orang-orang Utsmaniyah bernasab pada kabilah qobi yang berasal dari
kabilah Ghizz Turkmaniyah yang beragama islam dari negeri Turkistan.Tatkala
terjadi penyerbuan mongolia atas negeri itu, kakek mereka (sulaiman) berhijrah ke
negeri romawi, lalu ke syam dab ke irak. Dan mereka tenggelam di sungai Eufrat.
Kabilah ini lalu terpecah-pecah. Satu kelompok lalu kembali ke negeri
asalnya. Dan satu kelompoknya bersama dengan Erthoghul bin sulaiman. Nama
Kerajaan Usmani diambil dari nama putra Erthogrul. Ia mempunyai seorang putra
yang bernama Usman yang lahir pada tahun 1258. Nama Usman inilah yang
kemudian lahir istilah Kerajaan Turki Usmani atau Kerajaan Usmani. Pendiri
Kerajaan ini adalah bangsa Turki dari Kabila Oghus. Yang mendiami daerah
Mongol dan daerah Utara Negeri Cina, kemudian pindah ke Turkistan, lalu ke
Persia dan Iraq sekitar abad ke-9 dan 10.
Pada abad ke-13 M, Erthoghul pergi ke Anatolia. Wilayah itu berada
dibawah kekuasaan Sultan Alaudin II (Salajikoh Alaudin Kaiqobad). Erthoghul
membantunya melawan serangan dari Byzantium. Ertoghul menang dan
mendapatkan sebagian wilayah (Asyki Syahr) dari Alaudin dari Byzantium dan
sebagian hartanyamereka melarikan diri ke wilayah Barat sebagai akibat dari
serangan Mongol. mereka mencari tempat perlindungan dari Turki Saljuk di
daratan Tinggi Asia Kecil. Di bawah pimpinan Ertugrul, mereka mengabdikan diri
pada Sultan Alauddin II, Sultan Saljuk yang berperang melawan Bizantium. Atas
jasa baiknya, Sultan Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil, yang
berbatasan dengan Bizantium dan memilih Syukud sebagai Ibu kotanya.
Ertugrul meninggal dunia pada tahun 1289 M. kepemimpinannya
dilanjutkan oleh putranya yang bernama Usman (1281-1324), atas persetujuan
Alauddin. Pada tahun 1300, bangsa Mongol Menyerang Kerajaan Saljuk, dan
Dinasti ini terpecah-pecah dalam beberapa Dinasti kecil. Dalam kondisi
kehancuran Saljuk inilah, Usman mengklaim Kemerdekaan secara penuh atas
wilayah yang didudukinya, sekaligus memproklamirkan berdirinya kerajaan Turki
Usmani. Dengan demikian, secara tidak langsung mereka mengakui Usman
sebagai penguasa tertinggi dengan gelar “Padinsyah Ali Usman”.
Setelah Usman mengakui dirinya sebagai Raja Besar Keluarga Usman pada
tahun 699 H/1300 M, secara bertahap ia memperluas wilayahnya. Penyerangan
awal dilakukan di sekitar daerah perbatasan Bizantium dan Brussa (Broessa)
dijadikan salah satu daerah yang menjadi objek taklukan. Pada tahun 1317 M.
wilayah tersebut dapat dikuasainya dan dijadikan sebagai ibu kota pada tahun 1326
M.
Diakhir kehidupannya Usman menunjuk Orchan (42) anak yang lebih muda
dari kedua orang putranya sebagai calon pengganti memimpin kerajaan. Keputusan
tersebut disandarkan pada pertimbangan kemampuan dan bakat anaknya masing-
masing. Orchan sebagai prajurit yang potensial telah mendapat pengawasan dari
ayahnya dan telah menunjukkan kemampuannya dalam konteks militer pada
penaklukkan Brossa. Sementara Alauddin (kakaknya) lebih potensial dalam bidang
http://www.abdain.com/karakteristik-ajaran-islam.html”>agama dan
hukum. Meskipun mereka sama-sama dibina dan dididik oleh ayahnya. Sasaran
Orchan setelah penobatannya menjadi raja ialah penaklukkan kota Yunani seperti
Nicea dan Nicomania. Nicea menyerah pada tahun 1327 dan Nocomedia takluk
pada tahun 1338 M.
RAJA-RAJA TURKI USMANI
Dalam masa kurang lebih 6 abad (1294-1924), berkuasa, kerajaan turki
usmani mempunyai raja sebanyak 40 orang yang silih berganti, namun demikian,
dalam makalah ini akan kami bahas beberapa raja yang berpengaruh saja,
diantaranya:
1. Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)
Pada tahun 699 H usman melakukan perlusan kekuasaannya sampai ke
Romawi Bizantium setelah ia mengalahkan Alauddin Saljuk. Usman diberi gelar
sebagai Padisyah Al-Usman (Raja besar keluarga usman), gelar inilah yang dijuliki
sebagi Daulah Usmaniyyah. Usman berusaha memperkuat tentara dan memajukan
negrinya. kepada raja-raja kecil dibuat suatu peraturan untuk memilih salah satu
dari tiga hal, yaitu:
1) Masuk Islam
2) Membayar Jizyah; atau
3) Berperang
Penerapan sistem ini membawa hasil yang menggembirakan, yaitu banyak raja-raja
kecil yang tunduk kepada Usman.
2. Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)
Sultan Urkhan adalah putera Utsman I. sebelum urkhan ditetapkan menjadi raja,
ia telah banyak membantu perjuangan ayahnya. Dia telah menjadikan Brousse
sebagai ibu kota kerajaannya.
Pada masa pemerintahannya, dia berhsil mengalahkan dan menguasai sejumlah
kota di selat Dardanil. Tentara baru yang dibentuk oleh Urkhan I diberi nama
Inkisyaiah. Pasukan ini dilengkapi dengan persenjataan dan pakaian seragam. Di
zaman inilah pertama kali dipergunakan senjata meriam.
3. Sultan Murad I bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389 M)
Pengganti sultan Urkhan adalah Sultan Murad I. selain memantapkan keamanan
di dalam negrinya, sultan juga meneruskan perjuangan dan menaklukkan bebrapa
daerah ke benua Eropa. Ia menaklukkan Adrianopel, yang kemudian dijadikan
sebagai ibukota kerajaan yang baru serta membentuk pasukan berkuda (Kaveleri).
Perjuangannya terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota
Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu
bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta bantuan
Paus Urban II untuk mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa. Maka
peperangan antara pasukan Islam dan Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362 M).
Peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Murad I, sehingga Balkan jatuh ke
tangan umat Islam. Selanjutnya pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa
Timur seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan Saloniki.
4. Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M)
Bayazid adalah putra Murad I. Ia meneruskan perjuangan ayahnya dengan
memperluas wilayahnya seperti Eiden, Sharukan, dan Mutasya di Asia Kecil dan
Negri-negri bekas kekuasaan Bani saluki. Bayazid sangat besar pengaruhnya,
sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonifacius mengadakan
penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan peperangan inilah yang merupakan
cikal bakal terjadinya Perang Salib.
Tentara Salib ketika itu terdiri dari berbagai bangsa, namun dapat dilumpuhkan
oleh pasukan Bayazid. Namun pada peperangan berikutnya ketika melawan Timur
Lenk di Ankara, Bayazid dapat ditaklukkan, sehingga mengalami kekalahan dan
ketika itu Bayazid bersama putranya Musa tertawan dan wafat dalam tahanan
Timur Lenk pada tahun 1403 M.
Kekalahan Bayazid di Ankara itu membawa akibat buruk bagi Turki Usmani,
sehingga penguasa-penguasa Saljuk di Asia Kecil satu persatu melepaskan diri dari
genggaman Turki Usmani. Hal ini berlangsung sampai pengganti Bayazid muncul.
5. Sultan Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/ 1403-1421 M)
Kekalahan Bayazid membawa akibat buruk terhadap penguasa-penguasa Islam
yang semula berada di bawah kekuasaan Turki Usmani, sebab satu sama lain
berebutan, seperti wilayah Serbia, dan Bulgeria melepaskan diri dari Turki
Usmani. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I putra
Bayazid dapat mengatasinya. Sultan Muhammad I berusaha keras menyatukan
kembali negaranya yang telah bercerai berai itu kepada keadaan semula.
Berkat usahanya yang tidak mengenal lelah, Sultan Muhammad I dapat
mengangkat citra Turki Usmani sehingga dapat bangkit kembali, yaitu dengan
menyusun pemerintahan, memperkuat tentara dan memperbaiki kehidupan
masyarakat. Akan tetapi saat rakyat sedang m,engharapkan kepemimpinannya
yang penuh kebijaksaan itu, pada tahun 824 H (1421 M) Sultan Muhammad I
meninggal.
6. Sultan Murad II bin Muhammad ( 824-855 H/ 1421-1451 M)
Sepeninggalannya Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil alih oleh Sulatan
Murad II. Cita-citanya adalah melanjutkan usaha perjuangan Muhammad I.
Perjuangan yang dilaksanakannya adalah untuk menguasai kembali daerah-daerah
yang terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama yang
dikuasainya adalah Asia Kecil, Salonika Albania, Falokh, dan Hongaria.
Setelah bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai tentara Islam, Paus
Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II menderita
kekalahan dalam perang salib itu. Akan tetapi dengan bantuan putranya yang
bernama Muhammad, perjuangan Murad II dapat dilanjutkan kenbali yang pada
akhirnya Murad II kembali berjaya dan keadaan menjadi normal kembali sampai
akhir kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama Sultan Muhammad Al-Fatih.
7. Sultan Muhammad Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481 M)
Setelah Sultan Murad II meninggal dunia, pemerintahan kerajaan Turki Usmani
dipimpin oleh putranya Muhammad II atau Muhammad Al-Fatih. Ia diberi gelar
Al-fatih karena dapat menaklukkan Konstantinopel. Muhammad Al-Fatih berusaha
membangkitkan kembali sejarah umat Islam sampai dapat menaklukkan
Konstantinopel sebagai ibukota Bizantium. Konstantinopel adalah kota yang
sangat penting dan belum pernah dikuasai raja-raja Islam sebelumnya.
Seperti halnya raja-raja dinasti Turki Usmani sebelumnya, Muhammad Al-Fatih
dianggap sebagi pembuka pintu bagi perubahan dan perkembangan Islam yang
dipimpin Muhammad.Tiga alasan Muhammad menaklukkan Konstantinopel, yaitu:
Dorongan iman kepada Allah SWT, dan semangat perjuangan berdasarkan hadits
Nabi Muhammad saw untuk menyebarkan ajaran Islam.
Kota Konstantinopel sebagai pusat kemegahan bangsa Romawi.
Negrinya sangat indah dan letaknya strategis untuk dijadikan pusat kerajaan atau
perjuangan.
Usaha mula-mula umat Islam untuk menguasai kota Konstantinopel dengan
cara mendirikan benteng besar dipinggir Bosporus yang berhadapan dengan
benteng yang didirikan Bayazid. Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli
Haisar (Benteng Rum).
Benteng yang didirikan umat Islam pada zaman Muhammad Al-Fatih itu
dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk menyerang kota Konstantinopel.
Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, dilakukan pengepungan selama 9
bulan. Akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam ( 29 Mei 1453 M)
dan Kaitsar Bizantium tewas bersama tentara Romawi Timur. Setelah memasuki
Konstantinopel disana terdapat sebuah gereja Aya Sofia yang kemudian dijadikan
mesjid bagi umat Islam.
Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, akhirnya kota itupun
dijadikan sebagai ibukota kerajaan Turki Usmani dan namanya diganti menjadi
Istanbul. Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan umat Islam, berturut-turut pula
diikuti oleh penguasaan Negara-negara sekitarnya seperti Servia, Athena, Mora,
Bosnia, dan Italia. Setelah pemerintahan Sultan Muhammad, berturut-turut
kerajaan Islam dipimpin oleh beberapa Sultan, yaitu:
1. Sultan Bayazid II (1481-1512 M)
2. Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)
3. Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)
4. Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)
5. Sultan Murad III ( 1573-1596 M)
Setelah pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20 orang Sultan
Turki Usmani sampai berdirinya Republik Islam Turki. Akan tetapi kekuasaan
sultan-sultan tersebut tidak sebesar kerajaan-kerajaan sultan-sultan sebelumnya.
Para sultan itu lebih suka bersenang-senang., sehingga melupakan kepentingan
perjuangan umat Islam. Akibatnya, dinasti turki Usmani dapat diserang oleh
tentara Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia. Sehingga kekuasaan Turki
Usmani semakin lemah dan berkurang karena beberapa negri kekuasaannya
memisahkan diri,diantaranya adalah:
1. Rumania melepaskan diri dari Turki Usmani pada bulan Maret 1877 M.
2. Inggris diizinkan menduduki Siprus bulan April 1878 M.
3. Bezarabia, Karus, Ardhan, dan Bathum dikuasai Rusia.
4. Katur kemudian menjadi daerah kekeusaan Persia.
Untuk lebih jelas tentang kekhilafaan dinasti Turki Utsmani ini, berikut kami akan
tampilkan sejumlah nama raja-raja serta tahun pengangkatannya dalam table
dibawah ini:
No. Nama Khilafah1 Utsman I2 Orhan3 Murad I4 Bayazid I Peralihan Kekuasaan5 Muhammad I6 Murad II7 Muhammad II8 Murad II (menjabat yang kedua kalinya)9 Muhammad II (menjabat ketiga kalinya)10 Bayazid II11 Saim I12 Sulaiman I13 Salim II14 Murad III15 Muhammad III16 Ahmad I17 Musthofa I18 Utsman II19 Musthofa I (menjabat kedua kalinya)20 Murad IV21 Ibrahim22 Muhammad IV23 Sulaiman II
24 Ahmad II25 Musthofa II26 Ahmad III27 Mahmud I28 Utsman III29 Musthofa III30 Abdul Hamid I31 Salim III32 Musthofa IV33 Mahmud II34 Abdul Majid I35 Abdul Aziz36 Murad V37 Abdul Hamid II38 Muhammad Rasyid V39 Muhammad Wahid al-Din40 Abdul Majid II (hanya bergelar sebagai khalifah saja)
KEMAJUAN TURKI USMANI
1. ASPEK KEKUASAAN WILAYAH
Sepeninggal Sultan Usman pada Tahun 1326 M, Kerajaan dipimpin oleh
anaknya Sultan Orkhan I (1326-1359 M). Pada masanya berdiri Akademi militer
sebagai pusat pelatihan dan pendidikan, sehingga mampu menciptakan kekuatan
militer yang besar dan dengan mudahnya dapat menaklukan Sebagian daerah
benua Eropa yaitu, Azmir (Shirma) tahun 1327 M, Tawasyanli 1330 M,
Uskandar 1338 M, Ankara 1354 M dan Galliopoli 1356 M.
Ketika Sultan Murad I (1359-1389 M) pengganti orkhan naik. Ia
memantapkan keamanan dalam negri dan melakukan perluasan ke benua Eropa
dengan menaklukan Adrianopel (yang kemudian menjadi ibu kota kerajaan baru) ,
Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh bagian utara Yunani. Merasa cemas
dengan kesuksesan Kerajaan Usmani, negara Kristen Eropa pun bersatu yang di
pimpin oleh Sijisman memerangi kerajaan, hingga terjadilah pertempuran di
Kosovo tahun 1389 M, namun musuh dapat di pukul mundur dan di hancurkan .
Pada tahun 1389 M, Sultan Bayazid naik tahta (1389-1403 M), Perluasan
berlanjut dan dapat menguasai Salocia, morea, Serbia, Bulgaria, dan Rumania juga
pada tahun 1394 M, memperoleh kemenangan dalam perang Salib di Nicapolas.
Selain menghadapi musuh-musuh Eropa, Kerajaan juga dipaksa menghadapi
pemberontak yang bersekutu dengan Raja islam yang bernama Timur Lenk di
samarkand. Pada tahun 1402 M pertempuran hebat pun terjadi di Ankara, yang
pada akhirnya Sultan Bayazid dengan kedua putranya Musa dan Erthogrol,
tertangkap dan meninggal di tahanan pada tahun 1403 M. Sebab kekalahan ini
Bulgaria dan Serbia memproklamirkan kemerdekaannya.
Setelah Sultan Bayazid meninggal, terjadi perebutan kekuasaan di antara
putra –putranya (Muhammad, isa dan sulaiman) namun di antara mereka Sultan
Muhammad I lah yang naik tahta (1403-1421 M), di masa pemerintahannya ia
berhasil menyatukan kembali kekuatan dan daerahnya dari bangsa mongol,
terlebih setelah Timur lenk meninggal pada tahun 1405 M.
Pada tahun 1421 M, Sultan Muhammad meninggal dan di teruskan oleh
anaknya, Sultan Murrad II (1421-1484 M) hingga mencapai banyak kemajuan
pada masa Sultan Muhammad II/ Muhammad Al Fatih (1451-1484 M) putra
Murrad II. Pada masa Muhammad II, Tahun 1453 M ia dapat mengalahkan
Bizantium dan menaklukan Konstantinopel . Setelah Beliau meninggal di gantikan
oleh putranya Sultan Bayazid II
Berbeda dengan Ayahnya, Sultan Bayazid II (1481-1512 M) lebih
mementingkan kehidupan Tasawuf dari pada penaklukan wilayah, sebab itu
muncul kontroversial akhirnya ia mengundurkan diri dan di gantikan putranya
Sultan Salim I
Pada masa Sultan Salim I (1521-1520 M) terjadi perubahan peta arah
perluasan, memfokuskan pergerakan ke arah timur dengan menaklukan Persia,
Syiria hingga menembus Mesir di Afrika Utara yang sebelumnya di kuasai
mamluk.
Setelah Sultan Salim I Meninggal , Muncul Putranya Sultan Sulaiman I
(1520-1566 M) sebagai Sultan yang mengantarkan Kerajaan Turki Usmani pada
masa keemasannya, karena telah berhasil menguasai daratan Eropa hingga Austria,
Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania, Afrika Utara
hingga Mesir, Aljazair, Libia, Dan Tunis. Asia hingga Persia, Amenia, Siria.
meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut Tengah, Laut Hitam. juga daerah-daerah
di sekitar kerajaan seperti Irak, Belgrado, Pulau Rodes, Tunis, Budapest dan
Yaman.
2. ASPEK PEREKONOMIAN
Tercatat beberapa kota yang maju dalam bidang industri pada waktu itu di
antaranya :
Mesir sebagai pusat produksi kain sutra dan katun
Anatoli selain sebagai pusat produksi bahan tekstil dan kawasan pertanian yang
subur, juga menjadi pusat perdagangan dunia pada saat itu.[2]
3. ASPEK ILMU PENGETAHUAN
Tempat pendidikan
Secara umum pada masa dinasti usmaniyah tidak terlalu memfokuskan
perhatian terhadap ilmu pengetahuan, sehingga mengakibatkan Bidang ilmu
pengetahuan kurang begitu menonjol, tidak seperti Dinasti islam sebelumnya,
akan tetapi ada beberapa titik kemajuan yang terlihat yaitu pada masa sultan
Muhammad al-fatih.
Pada masa sultan alfatih, ilmu pengetahuan memdapat cukup perhatian,
sehingga pada masa itu tampak kemajuannya, terbukti dengan tersebarnya sekolah-
sekolah dan akademisi-akademisi di semua kota besar ataupun kecil, demikian
pula dengan desa-desa terpencil. Disamping itu semua sekolah-sekolah dan
akademisi-akademisi telah terorganisir, berjenjang dan memiliki kurikulum serta
bersistem jurusan.
Disamping pembangunan sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi
kepedulian akan ilmu pengetahuan juga terlihat dari perpustakaan-perpustakaan
yang dibangun di sekitar sekolah dimana pengelolaan perpustakaan tersebut sangat
tertib, terbukti dengan keteraturan catatan peminjan.
Penerjemahan kitab-kitab
Pada masa sultan al-fatih telah dilakukan penerjemahan khazanah-khazanah
lama dari bahasa yunani, latin, Persia dan arab kedalam bahasa turki, salah satu
buku yang diterjemahkan adalah masyahir al-rijal (orang-orang terkenal) karya
poltark, buku-buku lainnya yang diterjemahkan ke bahasa turki adalah buku
karangan abu al-qasim al-zaharowi al-andalusi, seorang ahli kedokteran yang
berjudul al-tashrif fi al-thibbi. Buku ini kemudian diberi tambahan pembahasan
alat-alat untuk bedah dan posisi pasien tatkala terjadi operasi bedah.
RUNTUHNYA KERAJAAN TURKI USMANI
Faktor-Faktor Keruntuhan Khilafah Utsmaniyah (974-1171 H/1566-1757 M)
Kenaikan Sultan Salim II (1566-1574) telah dianggap sebagai permulaan
keruntuhan Turki Utsmani dan berakhrnya zaman keemasannya.
Hal ini ditandai dengan melemahnnya semangat perjuangan prajurit utsmani yang
menyebabkan sejumlah kekalahan dalam pertempuran menghadapi mmusuh-
musuhnya. Pada tahun 1663 , tentara utsmani menderita kekalahan dalam
penyerbuan hongaria. Tahun 1676 turki kalah dalam pertempuran di Mohakez,
Hungaria dan menandatangani perjanjian karlowits pada tahun 1699 yang berisi
pernyataan seluruh wilayah Hungaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada
penguasa Venetia.
Pada tahun 1774, penguasa Utsmani, Abdul Hamid menandatangani perjanjian
dengan Rusia yang berisi pengakuan kemerdekaan Crimenia dan penyerahan
benteng-benteng pertahanan di laut hitam serta memberikan izin kepada rusia
untuk melintasi selat antara laut hitam dengan laut putih. Apabila dikategorikan,
maka faktor-faktor keruntuhan kerajaan turki usmani adalah:
Faktor internal
Karena luas wilayah kekuasaan serta buruknya system pemerintahan, sehingga
hilangnya keadilan, banyaknya korupsi dan meningkatnya kriminalitas.
Heterogenitas penduduk dan agama.
Kehidupan istimewa yang bermegahan.
Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang pada sebagian besar
peperangan turki mengalami kekalahan.
Faktor Eksternal
Munculnya gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan turki
selama berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut. Kemudian ketika
turki mulai lemah mereka bangkit untuk melawannya.
Terjadinya kemajuan teknologi di barat khususnya bidang persenjataan. Turki
selalu mengalami kekalahan karena mereka masih menggunakan senjata
tradisional, sedangkan wilayah barat seperti eropa telah menguunakan senjata yang
lebih maju lagi.
Melihat faktor-faktor yang menyebabkan kehancuran turki tersebut, hal ini berawal
dari orang-orang arab yang menghadapi orang-orang utsmaniyah, mereka berada
dalam dilema yaitu mereka di sisi lain ingin menghormati turki sebagai cerminan
persatuan kaum muslimin, di sisi lain mereka mempunyai landasan berfikir ingin
memerdekakan diri dari kerajaan turki tersebut.[7]
ANALISIS
Dalam kurun waktu 6 abad berkuasa, kerajaan turki usmani telah diakui oleh
sejarah sebagai kerajaan islam terbesar dan terlama disbanding dengan kerajaan
islam lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal penting sehingga kerajaan ini
mampu bertahan sedemikian lamanya. Penulis ingin menganalisis dari bebagai
aspek, yaitu:
Sistem sosial masyarakat, salah satu kunci kesuksesan dan keberhasilan turki
usmani adalah adanya persatuan di antara masyarakatnya yang begitu banyak,
(pada tahun 1520 jumlah penduduk kerajaan turki usmani adalah 11,692,480
peduduk). Persatuan ini oleh pemerintah diwadahi dalam bentuk organisasi
keagamaan bernama millet. Millet adalah kelompok agama yang diperbolehkan
membangun komunitasnya sendiri di bawah peraturan dan perlindungan kerajaan
turki usmani. pluralitas yang diberikan pada rakyatnya mampu memberikan rasa
persatuan bagi rakyat dari berbagai wilayah yang ditaklukannya sehingga, semua
masyarakatnya bersatu. Namun pada akhirnya sistem ini runtuh bersamaan dengan
munnculnya paham nasionalisme yang disebarkan oleh bangsa barat, yang
memang bertujuan menyerang dari dalam masyarakatnya. Sehingga setiap
wilayah / kerajaan kecil yang ditaklukannya mulai memberontak dari dalam atas
semangat nasionalisme mereka, masyarakat kerajaan turki usmani pun kemudian
terpecah belah, setelah sebelumnya bersatu, bahkan kerajaan turki usmani
mendapat julukan “The Sickman Europe” (Orang Eropa yang sakit). Hal ini
kemudian ingin dihilangkan dengan memberikan paham pan-turkisme, paham
untuk menyatukan seluruh masyrakat turki, namun paham ini tidak bisa diterima
rakyat, berlanjut dengan paham pan-islamisme oleh Sultan Abdul Hamid II, paham
yang menyerukan umat islam bersatu secara politik, persatuan ini diwujudkan
berupa pengakuan sultan turki usmani sebagai khalifah umat islam, gagasan ini
berhasil mendapat simpati umat islam untuek beberapa tahun. Namun perlawanan
barat tidak berhenti sampai di situ, kartu As terakhir mereka adalah mengusung
paham demokrasi yang kemudian mengakhiri kerajaan turki usmani dan
memunculkan republik turki yang dipelopori oleh Mustafa kemal attaturk.
Kekuatan militer, berbeda dengan kerajaan-kerajaan islam sebelumnya,
kerajaan turki usmani, mulai dari raja pertamanya Usman hingga raja terhebatnya
Sulaiman Al Qanuni, lebih memfokuskan pada perkembangan militer. Hal ini
dikarenakan bangsa turki terkenal sebaga bangsa yang berdarah militer, sehingga
semangat militernya sangat kuat, untuk itu sebagian besar APBN kerajaan
dipergunakan untuk membiayai prajurit perang daripada untuk keperluan lain,
seperti agama, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Bahkan untuk memperbanyak
prajurit, raja kedua turki usmani, Orkhan mengangkat Bangsa-bangsa non-Turki
sebagai prajurit, bahkan anak-anak Kristen yang masih kecil diasramakan dan
dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Program ini ternyata
berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut pasukan
Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Usmani
menjadi mesin perang yang paling kuat, dan memberikan dorongan yang amat
besar dalam penaklukkan negeri-negeri non muslim. Hal ini menjadikan kerajaan
ini lebih kuat dibandingkan kerajaan-kerajaan lain, sehingga semakin banyak
wilayah yang ditaklukkan maka semakin banyak pula prajurit-prajurit baru yang
dapat dilatih untuk dijadikan tentara islam. Jadilah kerajaan turki usmani kerajaan
yang hebat dan berwilayah yang luas.
Sistem pemerintahan, saat wilayah semakin luas, tentunya sistem
pemerintahan harus hebat juga, dalam mengelola wilayah yang luas sultan-sultan
Turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Sulaiman Al Qanuni menerapkan sistem
pemerintahan pembagian wilayah kekuasaan, sehingga dalam struktur
pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh shadr al-a’zham
(perdana menteri), yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai
daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq atau
al-’alawiyah (bupati). Hal ini menjadikan kerajaan turki usmani pada masa
sulaiman Al-Qanuni bisa mengatur wilayah yang sedemikian besarnya.
Ilmu pengetahuan, meskipun kerajaan turki usmani hebat dalam hal sistem
militer dan sistem pemerintahan, namun mereka tidak terlalu memperhatikan ilmu
pengetahuan, yang sebenarnya bisa lebih memperkuat tenaga militer. APBN
Negara sebagian besar dipergunakan untuk membiayai pendidikan militer bangsa-
bangsa non-turki untuk dijadikan prajurit islam yang kuat, sehingga hanya sedikit
yang dipergunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini merupakan
kelemahan tersendiri bagi mereka. Berbeda dengan kerajaan-kerajaan barat yang
lebih memfokuskan perhatian pada ilmu pengetahuan, sehingga perkembangan
ilmu pengetahuannya berkembang pesat, yang kemudian memperkuat militer
dengan senjata-senjata api baru, yang tidak dimiliki oleh turki usmani. ketika
bangsa turki usmani diserang oleh bangsa barat dengan senjata baru mereka,
bangsa turki usmani mulai kekualahan. Sehingga pasca kehebatan dan wilayahnya
yang luas, sedikit demi sedikit kerajaan ini mulai digerogoti, baik dari luar
kerajaan maupun dari dalam kerajaan (pemberontak).
Munculnya kaum elit, bahwa raja-raja setelah sulaiman al qanuni, kurang
bisa mengatur pemerintahannya, bahkan ditambah lagi munculnya kaum elit
kapitalis di wilayah pemerintahan, sehingga individualitas antar pemimpin dan
golongan-golongan elit semakin tumbuh, yang berlanjut dengan penumpukan harta
umtuk kepentingan masing-masing, hal ini dimanfaatkan oleh Negara-negara yang
telah dikuasainya untuk memerdekakan diri, mereka tidak mau lagi dimanfaatkan
tenaganya oleh bangsa turki untuk dijadikan tentara, disamping itu serangan-
serangan barat pada wilayah terluar kerajaan juga semakin memperburuk suasana
pemerintahan, anggaran dana yang seharusnya dipergunakan untuk memperkuata
pertahanan militer Negara sebagian besar dikuasai dan dimonopoli oleh kaum elit
kerajaan, hal ini mengakibatkan semangat berperang prajurit melemah karena tidak
adanya dana untuk peperangan yang memadai, sehingga perlahan-lahan wilayah
kerajaan mulai mengalami penyusutan, hingga pada tahun 1924 kerajaan turki
usmani berubah menjadi republik turki.
KESIMPULAN
Kerajaan turki utsmani merupakan kerajaan yang dipimpin oleh 40 sultan.
Pada abad pertengahan memang masa yang paling bersejarah bagi bangsa arab,
bahkan kemunduran bagi bangsa barat, dalam segi pandang kerajaan, kekuasaan
wilayah adalah yang terpenting. Turki utsmani yang memimpin selama kurang
lebih 6 abad memberikan bukti kejayaannya sampai ke Eropa, akan tetapi dari
stagnanisasi bangsa utsmani mereka lebih memajukan kemiliteran mereka dari
pada pendidikannya, bagi mereka kemiliterannya adalah satu hal yang terpenting
yang harus dimiliki leh seorang pemimin, dengan orientasi penalukan
konstantinopel, membuat mereka menjadi bersemangat untuk menjadikan kerajaan
turki utsmani menjadi symbol kejayaan islam.
Penyimpangan orientasi mereka ini membuat terlena dengan keluasan wilayah
sehingga membuat mereka meninggalkan perkembangan pendidikan mereka.
Berbeda dengan bangsa Eropa yang telah mengugguli mereka, kemunduran
kerajaan turki utsmani ini terlihat dari bagian bagian wilayah yang dikuasai oleh
turki utsmani ini mulai tergerak ingin merubah hidupnya menjadi yang lebih baik
dan muncul paham kapitalisme individual sehingga sebagian mereka ingin
melepaskan diri. Tampaknya pengaruh barat mulai mendapatkan hasil dengan
kelemahan kerajaan turki ini, dan terlahir paham-paham yang ingin membebaskan,
sehingga paham turki sendiri tidak dapat menghalangi mereka.
PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami buat, kami menyadari tentunya makalah ini
tak lepas dari kesalahan-kesalahan, baik itu kesalah tulisan atau kesalahan materi,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari segenap pembaca dan dosen
pengampu senantiasa kami harapkan, demi kesempurnaan makalah ini.