makalah pendidikan karakter

22
Makalah pendidikan karakter BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk di sekolah harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan

Upload: nick-krn

Post on 27-Nov-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Makalah pendidikan karakter

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah pendidikan karakter

Makalah pendidikan karakter

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai

sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia

tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting.

Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap

jenjang, termasuk di sekolah harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan

tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu

bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan

penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata

kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis

(hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).

Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill

dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil

dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini

mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk

ditingkatkan. Melihat masyarakat Indonesia sendiri juga lemah sekali dalam penguasaan soft

skill. Untuk itu penulis menulis makalah ini, agar pembaca tahu betapa pentingnya

pendidikan karakter bagi semua orang, khususnya bangsa Indonesia sendiri.

B. Rumusan masalah

Page 2: Makalah pendidikan karakter

Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini

sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Adapun beberapa masalah yang akan dibahas

dalam karya tulis ini antara lain:

1. Apa pengertian dari pendidikan karakter itu?

2. Bagaimana hubungan pendidikan karakter dengan keberadaban bangsa?

3. Bagaimana upaya-upaya dalam meningkatkan mutu dari pendidikan karakter?

4. Bagaimana gambaran dari pendidikan karakter yang sudah berhasil?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang disusun oleh penulis di atas, maka tujuan dalam

penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa itu pendidikan karakter.

2. Untuk mengetahui hubungan pendidikan karakter dengan keberadaban bangsa.

3. Untuk mengetahui upaya-upaya dalam meningktakan mutu dari pendidikan karakter.

4. Untuk mengetahui bagaiamana gambaran dari pendidikan karakter yang sudah

berhasil.

BAB II

PEMBAHASAN

Page 3: Makalah pendidikan karakter

1. Pengertian

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan

Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud

dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama,

hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga

sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri,

sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.  Dalam

pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk

komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan

penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan

sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana,

pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

“Pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh tidak sekedar membentuk anak-anak

muda menjadi pribadi yang cerdas dan baik, melainkan juga membentuk mereka menjadi

pelaku baik bagi perubahan dalam hidupnya sendiri, yang pada gilirannya akan

menyumbangkan perubahan dalam tatanan sosial kemasyarakatan menjadi lebih adil, baik,

dan manusiawi.”(Doni Koesoema A M.Ed)

2. Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa

Dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi

perkembangan karakter, sehingga anggota masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan

berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan sendi-

sendi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan norma-norma sosial di masyarakat

yang telah menjadi kesepakatan bersama.

”Dari mana asalmu tidak penting, ukuran tubuhmu juga tidak penting, ukuran Otakmu

cukup penting, ukuran hatimu itulah yang sangat penting” karena otak (pikiran) dan kalbu

hati yang paling kuat menggerak seseorang itu ”bertutur kata dan bertindak”. Simak, telaah,

dan renungkan dalam hati apakah telah memadai ”wahana” pembelajaran memberikan

peluang bagi peserta didik untuk multi kecerdasan yang mampu mengembangkan sikap-

sikap: kejujuran, integritas, komitmen, kedisipilinan, visioner, dan kemandirian.

Sejarah memberikan pelajaran yang amat berharga, betapa perbedaan, pertentangan,

dan pertukaran pikiran itulah sesungguhnya yang mengantarkan kita ke gerbang

Page 4: Makalah pendidikan karakter

kemerdekaan. Melalui perdebatan tersebut kita banyak belajar, bagaimana toleransi dan

keterbukaan para Pendiri Republik ini dalam menerima pendapat, dan berbagai kritik saat itu.

Melalui pertukaran pikiran itu kita juga bisa mencermati, betapa kuat keinginan para

Pemimpin Bangsa itu untuk bersatu di dalam satu identitas kebangsaan, sehingga perbedaan-

perbedaan tidak menjadi persoalan bagi mereka.

Karena itu pendidikan karakter harus digali dari landasan idiil Pancasila, dan landasan

konstitusional UUD 1945. Sejarah Indonesia memperlihatkan bahwa pada tahun 1928, ikrar

“Sumpah Pemuda” menegaskan tekad untuk membangun nasional Indonesia. Mereka

bersumpah untuk berbangsa, bertanah air, dan berbahasa satu yaitu Indonesia. Ketika

merdeka dipilihnya bentuk negara kesatuan. Kedua peristiwa sejarah ini menunjukan suatu

kebutuhan yang secara sosio-politis merefleksi keberadaan watak pluralisme tersebut.

Kenyataan sejarah dan sosial budaya tersebut lebih diperkuat lagi melalui arti simbol

“Bhineka Tunggal Ika” pada lambang negara Indonesia.

Dari mana memulai dibelajarkannya nilai-nilai karakter bangsa, dari pendidikan

informal, dan secara pararel berlanjut pada pendidikan formal dan nonformal. Tantangan saat

ini dan ke depan bagaimana kita mampu menempatkan pendidikan karakter sebagai sesuatu

kekuatan bangsa. Oleh karena itu kebijakan dan implementasi pendidikan yang berbasis

karakter menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka membangun bangsa ini. Hal ini

tentunya juga menuntut adanya dukungan yang kondusif dari pranata politik, sosial, dan

budaya bangsa.

”Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa” adalah kearifan dari

keaneragaman nilai dan budaya kehidupan bermasyarakat. Kearifan itu segera muncul, jika

seseorang membuka diri untuk menjalani kehidupan bersama dengan melihat realitas plural

yang terjadi. Oleh karena itu pendidikan harus diletakan pada posisi yang tepat, apalagi

ketika menghadapi konflik yang berbasis pada ras, suku dan keagamaan. Pendidikan karakter

bukanlah sekedar wacana tetapi realitas implementasinya, bukan hanya sekedar kata-kata

tetapi tindakan dan bukan simbol atau slogan, tetapi keberpihak yang cerdas untuk

membangun keberadaban bangsa Indonesia. Pembiasaan berperilaku santun dan damai adalah

refreksi dari tekad kita sekali merdeka, tetap merdeka. (Muktiono Waspodo)

3. Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Karakter

Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila

dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum

(KTSP), dan implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan

Page 5: Makalah pendidikan karakter

sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang

harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-

hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada

tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan

tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter,

Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk

setiap jalur,  jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual

dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang

pendidikan.  Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-

kultural tersebut dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development),

Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik  (Physical and kinestetic

development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development).

Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada

grand design tersebut.

Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13

Ayat 1 menyebutkan bahwa Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan

informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur

pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan

kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Peserta didik mengikuti

pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%. Selebihnya (70%),

peserta didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek

kuantitas waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30% terhadap hasil

pendidikan peserta didik.

Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum

memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan

karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif  tinggi, kurangnya

pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di

lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif

terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk

mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu

memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan

pendidikan formal di sekolah. Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu

Page 6: Makalah pendidikan karakter

dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam

pembentukan karakter peserta didik .

Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh sekolah di Indonesia terutama pada

tingkat SMP negeri maupun swasta, karena di masa SMP peserta didik belum terlalu

melawan kepada guru, seperti anak SMA, dan anak SMP tidak terlalu kecil untuk

mendapatkan materi pendidikan karakter, seperti anak SD atau MI.  Semua warga sekolah,

meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi

sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan

pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi contoh untuk

disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya.

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil

pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak

mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. Melalui pendidikan karakter

diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan

pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter

dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya membawa peserta

didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke

pengamalan nilai secara nyata. Permasalahan pendidikan karakter yang selama ini ada di

SMP perlu segera dikaji, dan dicari altenatif-alternatif solusinya, serta perlu

dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan di sekolah.

Melalui program ini diharapkan lulusan-lulusan dari peserta didik dapat memiliki

keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia,

kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik

sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter

nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.

a.  Membangun Karakter Siswa Dengan "Sepiring Nasi" ( Iwan Gunawan,Guru SD Salman Al

Farisi, Bandung )

“Guru kreatif terkadang mengajar dalam bingkai eksplorasi dan ketidakjelasan. Ia

lebih mencari esensialitas daripada rutinitas atas apa yang dipelajari bersama siswa. Ia akan

tersenyum manakala siswa bertanya, ”Pak saya menemukan hal berbeda, tidak seperti yang

bapak katakan atau teman saya temukan, mengapa?”

Page 7: Makalah pendidikan karakter

Awalnya ada sedikit keraguan untuk menuliskan pengalaman ini, karena banyak

teman yang ‘agak sedikit’ mengerutkan dahi dengan ‘metode yang agak sedikit nyleneh’

yang saya pakai ini. Tapi biarlah itu berlalu, mungkin mereka belum tahu metode ‘sepiring

nasi’ yang pernah saya gunakan.

Ide awal menggunakan metode ini, didasari oleh sebuah kebingungan mengunakan

metode yang tepat untuk menjelaskan materi PKn tentang ‘Manusia sebagai mahluk sosial’.

Dalam hal ini saya dituntut untuk bisa menterjemahkan hal-hal yang abstrak menjadi nyata

buat siswa, sehingga bisa memudahkan siswa untuk memahami materi yang rumit dengan

cara yang sederhana.

Berbicara tentang sepiring nasi, kita mungkin selalu mengkaitkannya dengan masalah

makan, perut lapar, nikmat dan sebagainya. Tetapi tahukah kita bahwa sepiring nasi

menyimpan banyak rahasia yang bisa digunakan dalam pembelajaran? Lalu apa kaitan antara

sepiring nasi dengan pembelajaran? Secara sepintas mungkin tidak ada. Tetapi apabila kita

mau sedikit kreatif dengan sepiring nasi, maka kita bisa menjadikannya sebagai sebuah

metoda pembelajaran.

Sepiring nasi yang biasa kita makan, sebenarnya memiliki makna yang sangat dalam

bagi tumbuhnya kepekaan, kepedulian dan penghargaan atas hasil jerih payah orang lain.

Mungkin selama ini, kita hanya memandang sesaat sepiring nasi tanpa menganalisisnya lebih

dalam. Bahkan kita tidak punya waktu sama sekali untuk memperhatikan sepiring nasi ini

disaat perut sudah sangat lapar.

Cobalah amati dengan seksama dan luangkan waktu sejenak, “Apa saja” yang ada

dalam sepiring nasi? nasi, ikan asin, ikan goreng, ayam goreng , tahu, lalap, sambal, tempe,

ketimun, garam, vetsin, piring, sendok atau mungkin ada hal yang lainnya?

Dari analisis sederhana ini, cobalah uraikan kembali ‘siapa saja’ yang berperan dalam

menyediakan barang-barang tersebut. Sebagai contoh, petani merupakan pihak yang

bertanggung jawab dalam menyediakan beras, Ibu yang memasak nasi dan menggoreng, tahu

dibuat oleh pengrajin tahu, garam disediakan oleh petani garam, dan tentunya masih banyak

pihak-pihak lain yang terlibat. Pernahkan kita berpikir sejauh itu? Mungkin selama ini kita

hanya siap untuk menerima semua itu dalam keadaan sudah jadi…nasi rames!

Sekarang, apa kaitannya antara sepiring nasi dengan pembelajaran? Kini saatnya guru

untuk menjelaskan tentang keberadaan manusia sebagai mahluk social. Sebagai mahluk

sosial, manusia memiliki keterbatasan dan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhannya

sendiri.

Page 8: Makalah pendidikan karakter

Ajaklah siswa untuk membayangkan suatu keadaan, dimana ketika dia akan ‘makan’

harus mempersiapkan segala sesuatunya seorang diri mulai dari menanam padi selama 6

bulan, mengeringkan air laut untuk membuat garam, menanam kedelai untuk membuat tahu

dan tempe, menangkap ikan di laut untuk membuat ikan asin. Keadaan ‘imaginer’ seperti ini

haruslah diterapkan, agar siswa memiliki kepekaan terhadap hasil kerja dan jerih payah orang

lain.

Untuk membangun rasa kepekaan dan kepedulian, ajaklah siswa untuk membuat

pengandaian-pengadaian seperti ini “Seandainya tidak ada petani, kita tidak bisa makan

nasi”, “seandainya tidak ada petani garam, tentunya makanan kita tidak ada rasanya”. Dari

pengandaian-pengandaian ini, guru bisa mengajak siswa untuk menyimpulkan sendiri tentang

‘pentingnya ada orang lain di sekitar kita’, tanpa adanya mereka maka kebutuhan-kebutuhan

kita tidak akan bisa terpenuhi.

Sepiring nasi! Kau telah memberi sebuah inspirasi. Lalu, apakah kita sebagai guru

masih bingung dalam mencari metode untuk mengajarkan suatu materi? Ijinkan saya

mengutip sebuah anekdot

“Suatu saat dua orang yang berasal dari sekolah yang sama bertemu. Walaupun

berbeda angkatan tetapi mereka cepat akrab dan pada saat mereka membicarakan salah

seorang gurunya, mereka kemudian tertawa bersama-sama karena setelah obrolan yang

panjang terungkap bahwa sang guru tersebut masih melakukan praktek pengajaran yang

persis sama, bahkan ketika waktu kelulusan mereka terpaut lebih dari 7 tahun. Ini

membuktikan bahwa guru yang bersangkutan tidak mau berubah dan mensejajarkan diri

dengan kemajuan jaman. Sudah bukan jamannya lagi kita mengajar berdasarkan diktat kuliah

serta keterangan dari dosen-dosen yang mengajar kita saat di universitas dahulu. Jaman

berubah demikian cepat dan informasi bertambah terus menerus membuat sebuah ilmu

menjadi cepat usang dan ketinggalan.

b.  Kekuatan Do’a Dalam Pembelajaran ( Iwan Gunawan, Guru SD Salman Al Farisi, Bandung )

Seringkali kali dalam suatu pembelajaran banyak siswa yang tidak berminat terhadap

suatu pelajaran tertentu, baik karena sikap gurunya ataupun materi yang disampaikan kurang

menarik dan berkenan di hati para siswa.

Ketidaktertarikan siswa ini bisa ditampilkan dalam bentuk pembangkangan, ribut

ataupun mungkin dengan cara yang lebih sopan, misalnya dengan bertanya kepada guru

tentang “apa manfaatnya bagiku” belajar materi ini. Di tengah semakin ketatnya persaingan

di dunia pendidikan dewasa ini, merupakan hal yang wajar apabila para siswa sering khawatir

Page 9: Makalah pendidikan karakter

akan mengalami kegagalan atau ketidakberhasilan dalam meraih prestasi belajar atau bahkan

takut tinggal kelas.

Sepintas, pertanyaan “apa manfaatnya bagiku” ini agak sepele dan tidak perlu

pembahasan lebih lanjut. Akan tetapi bagi siswa, hal ini penting untuk diketahui karena

menyangkut keaktifan dalam merespon materi pembelajaran, dan rasa aman di dalam

mengahadapi masa depan mereka. Sebagaima dikatakan Arden N. Fardesen bahwa hal yang

mendorong seorang siswa untuk belajar adalah:

1. Adanya sifat ingin tahu dan menyelidiki dunia yang amat luas.

2. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju.

3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman.

4. Adanya uasaha untuk memperbaiki kegagalaan yang lalu dengan usaha yang baru,

baik dengan koprasi maupun dengan kompetisi.

5. Adanya usaha untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.

6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai konsekwensi dari belajar.

Guru harus memberikan rasa aman dan keselamatan kepada setiap peserta didik di

dalam menjalani masa-masa belajarnya. Hal ini senada dengan pendapat Moh. Surya (1997)

tentang peranan guru di sekolah, keluarga dan masyarakat di pandang dari segi diri-

pribadinya (self oriented), seorang guru harus berperan sebagai :

1. Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan pelayanan

kepada masyarakat.

2. Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara terus menerus

untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya.

3. Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap peserta didik

di sekolah.

4. model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus dicontoh oleh para

peserta didik.

5. Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik diharapkan akan merasa

aman berada dalam didikan gurunya.

Seringkali, kita sebagai guru mengarahkan permasalahan ini kepada siswa sebagai

penyebabnya, baik karena siswa yang malas, tidak punya buku paket atau alasan lain.

Seorang guru harus senantiasa mau beintrospeksi pada diri sendiri. Betapa banyak guru

Page 10: Makalah pendidikan karakter

sering menempatkan dirinya sebagai “dewa kebenaran” yang seolah-olah serba tahu semua

keinginan muridnya. Padahal sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung

jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk

senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian kemampuan profesionalnya.

Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran

peserta didik. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling

well informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang tumbuh,

berkembang, berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-

satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah peserta didiknya.

Guru seringkali terjebak dalam pemecahan masalah “apa manfaatnya bagiku” dengan

menggunakan metode-metode yang belum tentu sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Dari

beberapa metode dan pendekatan yang digunakan, ada satu hal yang kiranya bisa dijadikan

‘alternative’ untuk memecahkan masalah tersebut terlepas dari cara yang telah dilakukan oleh

guru seperti memperjelas tujuan yang ingin dicapai, membangkitkan minat siswa,

menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar, memberi pujian yang wajar

terhadap setiap keberhasilan siswa, memberikan penilaian, memberi komentar terhadap hasil

pekerjaan siswa, dan menciptakan persaingan dan kerja sama yang sehat. Alternatif ini sangat

murah dan mudah dilakukan, tanpa perlu mempelajari teori yang rumit yaitu berdoa.

Lalu apa hubungannya antara doa dengan kebermaknaan dalam pembelajaran?

Cobalah ingat-ingat kembali oleh kita, berapa kali kita mendoakan siswa-siswa kita dalam

belajar atau minimal mendoakan mereka diawal atau diakhir pembelajaran? Walaupun semua

guru berbuat demikian, betapa jarang kita mendoakan mereka diawal atau diakhir

pembelajaran.

Mungkin kita hanya menutup dan membuka pembelajaran dengan ucapan “selamat

pagi anak-anak”, “selamat siang”, “selamat sore” serta ucapan-ucapan lainnya, atau bisa juga

langsung ngeloyor meninggalkan anak-anak tanpa sepatah kata pun. Ucapan-ucapan ini

bukannya tidak bagus, akan tetapi masih terlalu umum.

Guru adalah orang tua para siswa. Karenanya, Rosulullah melarang para orangtua

(guru) mendoakan keburukan bagi anak-didiknya. Mendoakan keburukan kepada anak

merupakan hal yang berbahaya. Dapat mengakibatkan kehancuran anak dan masa depannya.

Cobalah tambahkan doa dalam memulai dan mengakhiri pembelajaran kita dengan

doa seperti ini “semoga pembelajaran hari ini bisa bermanfaat buat masa depan kalian”,

“mudah-mudahan Allah SWT memberikan keberkahan terhadap ilmu yang baru saja kalian

pelajari” atau mungkin dengan doa-doa lain yang lebih khusus. Ternyata hal ini sejalan

Page 11: Makalah pendidikan karakter

dengan firman Allah “Berdoalah kamu kepadaKu niscaya Aku perkenankan doa permohonan

kamu” (QS: Al-Mukmin:60).

Jadi, kalau selama ini anak-anak kita membangkang, ribut dan tidak menyenangi

materi yang kita sampaikan, atau ilmu yang disampaikan oleh kita dirasakan tidak bermanfaat

oleh anak didik kita, boleh jadi karena kita kurang mendoakan mereka atas ilmu yang telah

dipelajarinya. Dengan dilantunkannya doa oleh guru buat murid, maka akan terjalin pola

pembelajaran dalam suasana takaful yaitu perasaan senasib dan sepenanggungan; semangat

saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran di dalam mencapai tujuan belajar. Dengan

melafadzkan do'a pada awal dan akhir pembelajaran akan tercipta check-and-balance dan

menjadikan do'a sebagai parameter kesuksesan pembelajaran kita.

Rosulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian mendoakan keburukan kepada diri

kalian, janganlah kalian mendoakan keburukan kepada anak-anak kalian, janganlah kalian

mendoakan keburukan kepada pelayan-pelayan kalian, dan janganlah mendoakan keburukan

kepada harta kalian. Janganlah kalian mendoakan keburukan sebab jika waktu doa kalian

bertepatan dengan saat-saat dikabulkannya doa, maka Allah akan mengabulkan doa kalian

(yang buruk itu).” (HR. Abu Dawud). Semoga kita termasuk guru-guru yang senantiasa

memanfaatkan akal dan mendoakan para siswanya untuk kemajuan pembelajaran. Amiin

4. Pendidikan Karakter Yang Berhasil

Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian

indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan

SMP, yang antara lain meliputi sebagai berikut:

1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja.

2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri.

3. Menunjukkan sikap percaya diri.

4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas.

5. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi

dalam lingkup nasional.

6. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain

secara logis, kritis, dan kreatif.

7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.

8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang

dimilikinya.

Page 12: Makalah pendidikan karakter

9. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan

sehari-hari.

10. Mendeskripsikan gejala alam dan social.

11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab.

12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia.

13. Menghargai karya seni dan budaya nasional.

14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya.

15. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan

baik.

16. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun.

17. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat;

Menghargai adanya perbedaan pendapat.

18. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana.

19. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam

bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana.

20. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah.

21. Memiliki jiwa kewirausahaan.

Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan  karakter adalah terbentuknya

budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang

dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus berlandaskan

nilai-nilai tersebut.

BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Dari pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan beberapa kategori yaitu:

1. Bangsa Indonesia telah berusaha untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu

pendidikan karakter melalui sekolah-sekolah, terutama Sekolah Menengah Pertama

Page 13: Makalah pendidikan karakter

(SMP), karena anak usia SMP sangat cocok untuk diberi pembelajaran tentang

pendidikan karakter.

2. Guru adalah orang tua para siswa. Karenanya, Rosulullah melarang para orangtua

(guru) mendoakan keburukan bagi anak-didiknya. Mendoakan keburukan kepada

anak merupakan hal yang berbahaya. Dapat mengakibatkan kehancuran anak dan

masa depannya.

3. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil

pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan

akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

Bila pendidikan karakter telah mencapai keberhasilan, tidak diragukan lagi kalau

masa depan bangsa Indonesia ini akan mengalami perubahan menuju kejayaan. Dan bila

pendidikan karakter ini mengalami kegagalan sudah pasti dampaknya akan sangat besar bagi

bangsa ini, negara kita akan semakin ketinggalan dari negara-negara lain.

B.   Saran

1. Pemerintah harus selalu memantau atau mengawasi dunia pendidikan, karena dari dari

dunia pendidikan Negara bisa maju dan karena dunia pendidikan juga Negara bisa

hancur, bila pendidikan sudah disalah gunakan.

2. Selain mengajar, seorang guru atau orang tua juga harus mendo’akan anak atau

muridnya supaya menjadi lebih baik, bukan mendo’akan keburukan bagi anak

didiknya.

3. Guru harus memberikan rasa aman dan keselamatan kepada setiap peserta didik di

dalam menjalani masa-masa belajarnya, karena jika tidak semua pembelajaran yang di

jalani anak didik akan sia-sia. Semoga karya tulis dapat bermanfaat bagi kita semua,

khususnya bagi pembaca. Amiiin..

DAFTAR PUSTAKA

http://www.pendidikankarakter.org/

http://www.jugaguru.com/column/

http://sulaimanzen.wordpress.com/2010/06/30/pendidikan-karakter-kekuatan-doa-dalam-

pembelajaran/

http://keyanaku.blogspot.com/2009/11/membangun-karakter-siswa-dengan.html

Page 14: Makalah pendidikan karakter

http://blog-indonesia.com/blog-archive-6519-116.html