makalah penelitian kualitatif
TRANSCRIPT
PENELITIAN KUALITATIF
Nora Indrasari1, Novita Dwi Lestary2, Sheila Sandiya Putri3
Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri MalangEmail:[email protected], [email protected],
ABSTRAK : Penelitian Kualitatif adalah study yang meneliti kualitas hubungan, aktivitas, situasi, atau berbagai material. Karakteristik metodologi penelitian secara jelas akan mewarnai setiap langkah kegiatan dalam pelaksanaan penelitian. Kurangnya pemahaman peneliti terhadap karakteristik metodologi tersebut dapat berakibat terhadap rendahnya kualitas penelitian yang dilakukan. Desain penelitian menggambarkan cara pandang maupun budaya mereka melalui sebuah fenomena. Dalam desain penelitian ini kebenaran yang dicari di asumsikan tidak bersifat kaku dan sudah terbentuk, bersifat cair serta tidak stabil. Uji keabsahan data dalam penelitian sering hanya ditekankan pada uji validitas dan reabilitas. Data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Dalam penelitian kualitatif untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel yang diuji adalah datanya. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility, transferability, dependability, dan confirmability. Strategi multi metode pada penelitian kualitatif berarti digunakannya triangulasi dalam pengumpulan data atau temuan. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data pada pengumpul data dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview(wawancara), dokumentasi, observasi(pengamatan) dan gabungan ketiganya. Dalam penelitian kualitatif, teknik analisa data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis.
Kata Kunci: kualitatif, metodologi, validitas, triangulasi, data, analisa
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap penelitian baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif selalu berangkat
dari masalah. Namunterdapat perbedaan yang mendasar antara “masalah” dalam
penelitian kuantitatif dan “masalah” dalam penelitian kualitatif. Kalau dalam
penelitian kuantitatif, maslah yang akan dipecahkan melalui penelitian harus jelas,
spesifik dan dianggap tidak berubah. Tetapi dalam peneltian kualitatif, masalah
yang dibawa oleh peneliti masih remang-remang. Oleh karena masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang atau berganti
setelah peneliti berada di lapangan. Dengan mengangkat judul “Penelitian
Kualitatif” makalah ini disusun untuk mengungkapkan bagaimana penelitian
kualitatif dilakukan serta untuk memenuhi tugas mata kuliah Penelitian
Pembelajaran Fisika yang dibimbing oleh Bapak Parno jurusan fisika Universitas
Negeri Malang
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik penelitian kualitatif
2. Untuk mengetahui desain penelitian kualitatif
3. Untuk mengetahui validitas penelitian kualitatif
4. Untuk mengetahui strategi multi metode penelitian kualitatif
5. Untuk mengetahui teknik pengambilan data penelitian kualitatif
6. Untuk mengetahui teknik analisis data penelitian kualitatif
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian Kualitatif adalah study yang meneliti kualitas hubungan, aktivitas,
situasi, atau berbagai material.Penelitian Kualitatif lebih menekankan pada
deskriptif holistik, yang menjelaskan secara detail tentang kegiatan atau siatuasi
apa yang sedang berlangsung daripada membandingkan efek perlakuan tertentu,
atau menjelaskan tentang sikap atau perilaku orang.
Menurut Sukmadinata (2005) dasar penelitian kualitatif adalah
konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif
dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap
individu. Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat
ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya
dengan situasi sosial mereka (Danim, 2002).
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi
yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk
memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan
demikian arti atau pengertian penelitian kualitatif tersebut adalah penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan
instrumen kunci (Sugiyono, 2005).
B. KARAKTERISTIK PENELITIAN KUALITATIF
Karakteristik metodologi penelitian secara jelas akan mewarnai setiap langkah
kegiatan dalam pelaksanaan penelitian. Kurangnya pemahaman peneliti terhadap
karakteristik metodologi tersebut dapat berakibat terhadap rendahnya kualitas
penelitian yang dilakukan. Beberapa karakteristik penelitian kualitatif yang
menonjol, antara lain sebagai berikut
3
KARAKTERISTIK METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF
Natural setting
Kondisi subjek sama sekali tidak dijamah oleh perlakuan (treatment) yang
dikendalikan secara ketat oleh peneliti seperti halnya di dalam penelitian
eksperimen.
Permasalahan masa kini
Subjek peristiwa yang diteliti adalah subjek masa kini dan bukan subjek
masa lampau seperti kebanyakan penelitian historis (Yin, 1987)
Dengan demikian penelitian kualitatif bersifat empirik dengan sasaran
penelitiannya yang berupa beragam permasalahan yang terjadi pada masa
kini.
Memusatkan pada deskripsi
Menekankan catatan yang menggambarkan situasi yang sebenaranya guna
mendukung penyajian data
Peneliti berusaha menganalisis data dengan semua kekayaan wataknya
yang penuh nuansa
Peneliti sebagai alat utama riset
Dalam penelitian kualitatif ada keyakinan bahwa hanya manusialah
(sebagai instrumen utama penelitian ) yang mampu menggapai dan
menilai makna dari berbagai interaksi ( Lincoln&Guba, 1985)
Purposive sampling
Teknik cuplikan dalam penelitian kualitatif fungsinya sering juga
dinyatakan sebagai “internal sampling” karena sama sekali bukan
dimaksudkan untuk mengusahakan generalisasi pada populasi. Tetapi
untuk memeroleh kedalaman studi di dalam suatu konteks tertentu.
Cuplikan bukan untuk mewakili populasinya tetapi mewakili informasi,
sehingga bila generalisasi harus dilakukan, maka arahnya cenderung
sebagai generalisasi teori.
Pemanfaatan Tacit Knowledge
Cenderung memanfaatkan pengetahuan yang bersifat intuitif dan
dirasakan, sebagai tambahan pengetahuan yang bersifat proposional atau
pengetahuan yang dapat diekspresikan dalam bentuk bahasa karena
4
seringkali nuansa realitas yang tidak tunggal dapat dipahami hanya dengan
cara ini.
Pengetahuan jenis ini mencerminkan secara adil dan akurat nilai-nilai
penelitinya.
Oleh karenanya dalam penelitian semacam ini, peneliti tidak hanya
mencatat apa yang dinyatakan secara formal, tetapi juga mencatat berbagai
hal yang dirasakan dan ditangkap secara intuitif oleh penelitinya.
Makna sebagai perhatian utama penelitian
Peneliti berminat pada bagaimana cara orang memberi makna pada
kehidupannya sendiri (participant’s perspective )
‘asumsi apa yang telah diajukan oleh orang tentang kehidupan mereka
sendiri?’
‘bagaimana orang merundingkan makna’;
bagaimana istilah tertentu muncul dan digunakan?’
‘bagaimana pandangan tertentu timbul dan menjadi bagian dari pandangan
umum atau pengertian umum?’
Analisis Induktif
“empirico inductive research”
Peneliti memasuki lapangan studinya dengan sangat netral sebab suatu
apriori cenderung didasarkan pada generalisasi yang apriori pula
(Lincoln&Guba,1985).
Data yang dikumpulkan bukan dimaksudkan untuk mendukung atau
menolak hipotesis yang telah disusun sebelum penelitian dimulai, tetapi
abstraksi disusun sebagai kekhususan yang telah terkumpul dan
dikelompokkan bersama lewat proses pengumpulan data yang
dilaksanakan secara teliti.
Struktur sebagai ritual constraint
Karya kualitatif menganggap pola-pola aktivitas sosial tertentu pada
dasarnya adalah hasil kebiasaan, kondisi sesaat,pola yang tergantung pada
situasinya, dan interaksi yang sedang berlangsung.
5
Oleh karena itu maka tak perlu ada struktur dasar pokok yang dirumuskan
sebagai dalil yang harus digunakan dalam memandang beragam konteks
lain yang sedang diteliti.
Penelitian kualitatif bersifat holistik
Masalah selalu dipandang di dalam kesatuannya, tidak terlepas dari
kondisi yang lain yang menyatu sebagai konteks.
Bagian tidak memilik arti sendiri secara lengkap. Ia memiliki makna atau
arti yang lengkap bilamana kondisi dan posisinya dikaitkan dengan
kesatuannya.
Desain penelitian bersifat lentur dan terbuka
Susunan proposal dengan desainnya masih bersifat garis besar dan tetap
dalam posisi spekulatif, dengan catatan bahwa apa yang telah dirumuskan
di dalam proposal tetap akan disesuaikan dengan kondisi sebenarnya di
lapangan.
Negotiated outcomes
Peneliti cenderung untuk merundingkan makna dan interpretasi dengan
nara sumber utamanya (key informant review ),sebab bentukan realitas
yang akan disusun oleh peneliti berasal darinya.
Usaha pemantapan hasil akhir dilakukan dengan mendiskusikan hasil garis
besar dengan para peneliti lain. Hal ini sering disebut sebagai ‘member
check’ (Yin, 1987).
Bentuk laporan dengan model studi kasus
Laporan penelitian kualitatif cenderung menggunakan model studi kasus
yang berbeda dengan yang sering disebut sebagai “laporan ilmiah”.
Laporan model studi kasus sesuai untuk penyajian realitas multiperspektif
dengan kekayaan deskripsinya.
Laporan penelitian kualitatif bisa berbentuk : struktur komparatif, struktur
kronologis,struktur penyusunan teori, struktur suspense, struktur tak
berurutan ( Yin,1987) .
6
Interpretasi ideografik
Penelitian ini menekankan untuk menafsirkan data (termasuk penarikan
simpulannya)secara ideografik, dalam arti lebih cenderung menyajikan
kekhususan-kekhususan dari pada secara nomotetis (dalam arti mengikuti
hukum-hukum generalisasi)karena interpretasi yang berbeda cenderung
menjadi sangat bermakna bagi realitas yang berbeda pula.
Aplikasi tentatif
Penelitian ini cenderung bersifat tentatif untuk membuat aplikasi luas
tentang hasil temuannya karena realitasnya multiperspektif dan berbeda.
Temuan riset mungkin bisa diterapkan di tempat lain bergantung dari
kesamaan empiris dari kondisi konteksnya.
Keterikatan yang ditentukan oleh fokusnya
Hasil temuan penelitiannya sangat bergantung dari fokus yang dipilih oleh
penelitinya yang mungkin dilakukan berdasarkan tujuan, sasaran evaluasi,
kebijakan dan sebagainya.
Walaupun studi dilakukan pada lokasi yang sama, hasilnya bisa sangat
berbeda bila fokus yang dikaji secara teliti berbeda.
Penggunaan kriteria khusus bagi kebenaran
Terdapat beberapa prosedur untuk memantapkan kegiatan pengumpulan
data misalnya: melakukan usaha triangulasi,’member check’,dan revieuw
oleh informan utama.
Untuk itu database dan prosedur penelitiannya perlu disimpan dan
dinyatakan secara jelas bagi usaha verifikasi bilamana diperlukan.
Menurut Kirk dan Miller (Sumber : Patton : 1990 :40-41) ciri-ciri Penelitian
Kualitatif adalah sebagai berikut:
Ciri- ciri pokok Penelitian Kualitatif
1 Naturalistic inquiry Mempelajari situasi dunia nyata secara alamiah, tidak
melakukan manipulasi,; terbuka pada apapun yang timbul.
2 Inductive analysis Mendalami rincian dan kekhasan data guna menemukan
kategori, dimensi, dan kesaling hubungan.
3 Holistic Seluruh gejala yang dipelajari dipahami sebagai sistem yang
7
perspective kompleks lebih dari sekedar penjumlahan bagian-bagiannya.
4 Qualitative data Deskripsi terinci, kajian/inkuiri dilakukan secara mendalam.
5 Personal contact
and insight
Peneliti punya hubungan langsung dan bergaul erat dengan
orang-orang, situasi dan gejala yang sedang dipelajari.
6 Dynamic systems Memperhatikan proses; menganggap perubahan bersifat
konstan dan terus berlangsung baik secara individu maupun
budaya secara keseluruhan
7 Unique case
orientation
Menganggap setiap kasus bersifat khusus dan khas
8 Context Sensitivity Menempatkan temuan dalam konteks sosial, historis dan waktu
9 Emphatic Netrality Penelitian dilakukan secara netral agar obyektif tapi bersifat
empati
10 design flexibility Desain penelitiannya bersifat fleksibel, terbuka beradaptasi
sesuai perubahan yang terjadi (tidak bersifat kaku)
C. Desain Penelitian Kualitatif
Menggambarkan cara pandang maupun budaya mereka melalui sebuah
fenomena. Tidak jauh berbeda dengan etnografi, untuk etnometodologi
menggunakan cara mendalam atas fenomena yang terjadi di masyarakat. Dalam
desain penelitian ini kebenaran yang mereka cari di asumsikan tidak bersifat kaku
dan sudah terbentuk, bersifat cair serta tidak stabil. Oleh karena itu diperlukan
keterlibatan yang lebih jauh lagi dengan melakukan observasi dan partisipatif
supaya mendapatkan hasil yang sesuai
sedangkan standar desain penelitian ada 5,yaitu:
1. Studi kasus
Menurut (Yin, 2003) studi kasus merupakan inkuiri empiris yang
menyelidiki di dalam konteks kehidupan yang nyata, bilamana batas-batas
antara fenomena dan konteks yang dipelajari tidak tampak dengan tegas
dan bila multi sumber bukti dibutuhkan. Sumber bukti ini terutama akan
8
dibutuhkan apabila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk
mengontrol peristiwa yang akan dipelajari. Fenomena yang dipelajari
(dianalisis) dapat berupa orang, kelompok, unit tertentu, projek, aktivitas,
program ataupun suatu organisasi.
Contohnya: biografi, sejarah lisan atau riwayat klinis, studi inovasi
organisasi, dinamika organisasi,atau karakteristik dan interaksi manusia
dalam organisasi atau sekelompok orang.
Tipe-tipe studi kasus
a. Explanatory: digunakan untuk penyelidikan kausal
b. Exploratory:digunakan sebagai awal untuk penelitian yang lebih
mendalam. Hal ini memungkin peneliti untuk mengumpulkan lebih
banyak informasi sebelum mengembangkan pertanyaan dan
hipotesis penelitian.
c. Descriptive: melibatkan teori deskriptif pada awalnya. Subyek
kemudian diamati dan informasi yang dikumpulkan dibandingkan
dengan teori yang sudah ada.
Macam-macam studi kasus:
a. Kasus tunggal
Jika kasus adalah unik atau ekstrim
Jika kasus belum pernah diteliti sebelumnya
Jika kasus adalah uji coba kritis terhadap suatu teori
yang memperkuat atau menantang
b. Multikasus:
Digunakan bila peneliti ingin mendapatkan data yang lebih
meyakinkan, yaitu meneliti sejumlah kasus tetapi kasus-kasus
tersebut lebih merupakan replikasi daripada sampling logic
9
Dibagi menjadi 2, yaitu:
Holistic: menggunakan satu unit analysis
Contoh: perubahan budaya dalam suatu organisasi
setelah penerapan suatu teknologi baru.
Embedded:menggunakan beberapa sub-unit analysis
Contoh: perubahan budaya organisasi yang
dihubungkan dengan penerapan teknologi baru,
dipelajari dengan melihat pada perubahan gaya
management, perubahan perilaku kerja, tetapi masih
memperlakukan organisasi sebagai kasus tunggal.
2. Ethnografi
Bertujuan untuk belajar dan memahami fenomena budaya yang
mencerminkan pengetahuan dan sistem makna yang menjadi ciri khas atau
membimbing kehidupan kelompok budaya. Menggunakan open-ended in-
depth interview dan observasi. Selalu memasukkan pertimbangan manusia
dan peristiwa dalam setting naturalnya. Pada ethnografi ini
menggabungkan makna simbolis dengan pola interaksi serta
menggabungkan simbol kelompok dan maknanya dengan hubungan sosial.
3. Compressed design : Rapid ethnographic assessment dan focused
ethnographic
Merupakan rancangan ethnografi yang sudah dimodifikasi. Dan harus
fokus pada satu aspek budaya saja. Pengumpulan data biasanya memakai
interview kelompok, in-depth, dan meminta pertimbangan informan kunci,
dan survey singkat pada kelompok kecil. Digunakan untuk
mengembangkan intervensi yang dapat diterima secara budaya. Pada
bagian ini perlu menggunakan triangulasi yaitu pertanyaan yang berulang,
diskusi dan observasi kepada orang dan kegiatan yang berbeda untuk
mencari informasi yang sama.
10
4. Narrative
Merupakan study tentang riwayat hidup individu atau beberapa individu,
pengalaman tentang sesuatu, atau sejarah hidup. Dimana dalam
mempelajari pengalamannya dengan wawancara dan mengumpulkan dan
menganalisis teks tertulis, buku, artikel, permainan, transkrip, film, dan
sebagainya. Fokus pada pengetahuan, kepercayaan dan praktek
berdasarkan interpretasi, konsep dan arti yang diberikan kepada orang
yang bercerita, sehingga waktu dan tempat sangan berperan karena dapat
berubah setiap saat.
5. Penelitian aksi
Merupakan setiap penelitian yang dilakukan dengan maksud untuk
perubahan struktur dan lembaga suatu masyarakat atau kelompok. Dan
selalu menyertakan pendapat masyarakat kelompok yang diteliti, yang
melalui:
a. Identifikasi masalah
b. Melakukan penelitian bersama untuk mengetahui permasalahan
dengan lebih baik
c. Analisa
d. Mengambil tindakan untuk perbaikan.
Standar desain ini sangat sesuai dengan paradigma kritis.
C. VALIDITAS DESAIN KUALITATIF
1. Pengertian Validitas Penelitian Kualitatif
Uji keabsahan data dalam penelitian sering hanya ditekankan pada uji
validitas dan reabilitas. Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang
terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti.
Dengan demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data
yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek
penelitian. Kalau dalam obyek penelitian terdapat warna merah, maka peneliti
11
akan melaporkan warna merah. Bila peneliti membuat laporan yang tidak sesuai
dengan apa yang terjadi pada obyek, maka data tersebut dapat dinyatakan tidak
valid.
Sugiyono (2009: 117) menyatakan bahwa terdapat dua macam validitas
penelitian, yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal
berkaitan dengan derajad akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai.
Kalau dalam desain penelitian dirancang untuk meneliti etos kerja pegawai , maka
data yang diperoleh seharusnya adalah data yang akurat tentang etos kerja
pegawai. Penelitian menjadi tidak valid apabila yang ditemukan adalah motivasi
kerja pegawai.
Validitas eksternal berkenaan dengan derajad akurasi apakah hasil penelitian
dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dimana sampel tersebut
diambil. Bila sampel penelitian representatif, instrumen penelitian valid dan
reliabel, cara mengumpulkan dan analisis data benar, maka penelitian akan
memilki validitas eksternal yang tinggi.
Dalam hal reliabilitas, Susan Stainback dalam Sugiyono (2009: 118)
menyatakan bahwa reliabilitas berkenaan dengan derajad konsistensi dan stabilitas
data atau temuan. Dalam pandangan positivistik (kuantitaif), suatu data
dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam obyek yang sama
menghasilkan data yang sama, atau peneliti sama dalam waktu berbeda
menghasilkan data yang sama, atau sekelompok data bila dipecah menjadi dua
menunjukkan data yang tidak berbeda. Suatu data yang reliabel atau konsisten
akan cenderung valid, walaupun belum tentu valid. Misalnya orang yang
berbohong secara konsisten akan terlihat valid, walaupun sebenarnya tidak valid.
Obyektivitas berkenaan dengan derajad kesepkatan atau interpersonal
agreement anatr banyak orang terhadap suatu data (Sugiyono, 2009: 118). Bila
ada 100 orang, terdapat 99 orang menyatakan bahwa terdapat warna merah dalam
obyek penelitian itu, sedangkan yang satu orang menyatakan warna lain, maka
data tersebut adalah data yang obyektif. Data yang akan cenderung valid,
walaupun belum tentu valid.
Dalam penelitian kuantitatif, untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel
yang diuji validitas dan reabilitasnya adalah instrumen penelitiannya. Sedangkan
12
dalam penelititian kualitatif yang diuji adalah datanya. Oleh karena itu Susan
Stainback dalam Sugiyono (2009: 119) menyatakan bahwa penelitian uantitatif
lebih menekankan pada aspek realibilitas, sedangkan penelitian kualitatif lebih
pada aspek validitas.
Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila
tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa
kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi
jamak dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam diri seorang
sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakangnya. Oleh
karena itu bila terdapat 10 peneliti dengan latar belakang yang berbeda meneliti
pada obyek yang sama, akan mendapatkan 10 temuan yang berbeda, dan
semuanya valid, kalau yang ditemukan itu tidak berbeda dengan kenyataan
sesungguhnya yang terjadi pada obyek yang diteliti.
Menurut penelitian kualitatif, suatu realitas itu bersifat majemuk/ ganda,
dinamis/ selalu berubah, sehingga tidak ada yang konsisten dan berulang seperti
smula. Waktu terus berubah, situasi senantiasa berubah dan demikian pula
perilaku manusia yang terlibat dalam situasi sosial. Dengan demikian tidak ada
suatu data yang tetap/konsisten/stabil.
Selain itu, cara melaporkan penelitian kualitatif bersifat ideosyneratic dan
individualistik, selalu berbeda daro orang per orang. Tiap peneliti memberi
laporan menurut bahasa dan jalan pikiran sendiri. Demikaian pula dalam
pengumpulan data, pencatatan hasil obseravasi dan wawancara terkandung unsur-
unsur individualistik. Proses penelitian sendiri selalu bersifat personalistik dan
tidak ada dua peneliti akan menggunakan cara yang persis sama.
13
2 Pengujian Validitas Penelitian Kualitatif
Dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif menggunakan
istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Perbedaan tersebut ditunjukkan
pada tabel 3.1 berikut.
TABEL 3.1 PERBEDAAN ISTILAH DALAM PENGUJIAN KEABSAHAN
DATA ANTARA METODE KUALITATIF DAN KUANTITATIF
No Aspek Metode Kualitatif Metode Kuantitatif
1 Nilai kebenaran Kredibilitas (credibility) Validitas internal
2 Penerapan Transferability /
keteralihan
Validitas eksternal
(generalisasi)
3 Konsistensi Auditability,
dependability
Reliabilitas
4 Netralitas Confirmability (dapat
dikonfirmasi)
Obyektivitas
Jadi uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility,
transferability, dependability, dan confirmability. Hal ini dapat digambarkan
seperti gambar 3.1 berikut.
Gambar 3.1 Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif
1) Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,
14
peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman
sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.
a. Perpanjangan pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke
lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber
data yang pernah ditemui maupu yang baru. Hal ini hal ini berati
hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk
rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka,
saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang
disembunyikan lagi.
Berapa lama perpanjangan pengamatan ini dilakukan akan sangat
bergantung pada kedalaman, keluasan, dan kepastian data.
Kedalaman artinya apkah peeliti ingin menggali data sampai pada
tingkat makna. Makna berarti dta dibalik yang tampak. Keluasan
berarti banyak sedikitnya informasi yang diperoleh. Data yang
pasti adalah data yang valid yang sesuai dengan pa yang terjadi.
Dalam perpanjanagna pengamatan untuk menhuji kredibilitas data
penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data
yang diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek
kembali ke lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila
setelah dicek kembali ke lapangan data sudah benar berarti
kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.
Untuk membuktikan bahwa peneliti melakukan uji kredibilitas
melalui perpanjangan pengamatan atau tidak, maka kana lebih baik
kalau dibuktikan dengan surat keterangan perpanjangan ini
dilampirkan dalam laporan penelitian.
b. Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara
lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka
kepastian data dan urutan peristiwa aakan dapat direkam secara
pasti dan sistematis.
15
Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah
dengan cara membaca berbagi referensi buku maupun hasil
penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan
temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti
akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk
memeiksa data yang ditemukana itu benar/ dipercaya atau tidak.
c. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan
berbagai waktu. Dengan demikian terdapat trianguasi sumber,
teknik pengunpulan data, dan waktu. Triangulasi dapat juga
dilakukan degan cara mengecek hasil penelitian, dari tim penelitian
lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.
Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberpa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji
kredibilitas data tentang gaya kepemimpinan seseorang
maka pengumpulan data dan pengujian data yang telah
diperoleh dilakukan ke bawahan yang dipimpin, ke atasan
yang menugasi, dan ke teman kerja yang merupakan
kelompok kerjasama. Data dari ketiga sumber tersebut,
tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian
kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana
pandangan yang sma, yang berbeda, dan mana spesifik dari
tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh
peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan
selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check)
dengan tiga sumber data tersebut.
16
Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh
dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi,
dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik
pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data
yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih
lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang
lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar.
Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya
berbeda-beda.
Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu waktu juga sering memengaruhi
kredibiltas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik
wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar,
belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih
valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka
pengujian kredibiltas data dapat dilakukan degan cara
melakukan pengecekan wawancara, observasi atau teknik
lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji
menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara
berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian
datanya.
d. Analisis kasus negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan
hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Melakukan analisis kasus
negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan
bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi
dta yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data
yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Tetapi bila peneliti masih
mendapatkan data –data yang bertentangan dengan data yang
17
ditemukan, maka peneliti mungkin akan merubah temuannya. Hal
ini bergantung seberapa besar kasus negatif yang muncul. Sebagi
contoh, bila ada 99% orang mengatakan bahwa si A pengedar
narkoba, sedangkan 1% menyatakan tidak. Dengan adanya kasus
negatif ini maka peneliti justru hars mencari tahu secara mendalam
mengapa masih ada data yang berbeda. Peneliti harus menemukan
kepastian apakah 1% kelompok yang menyatakan si A bukan
pengedar narkoba itu benar atau tidak. Kalau akhirnya yang 1%
kelompok menyatakan bahwa si A adalah pengedar narkoba,
berarti kasus negatifnya tidak ada lagi. Dengan demikian temuan
penelitian menjadi lebih kredibel.
e. Menggunakan bahan referensi
Yang dimaksud dengan bahan referensi adalah adanya pendukung
untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti.
Sebagai conth, data hasil wawancara perlu didukung dengan
adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia, atau
gambaran keadaan perlu didukung oleh foto-foto. Alat-alat bantu
perekam data dalam penelitian kualitaif, seperti camera, handycam,
alat rekam suara, sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas
data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dlam laporan penelitian,
sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi dengan
foto-foto atau dokumen autentik, sehingga menjadi lebih dpat
dipercaya.
f. Mengadakan member check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk
mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa
yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan
disepakati oleh para pemberi data berarti datanya tersebut valid,
sehingga semakin kredibel/dipercaya. Tetapi apbila data yang
ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati
oleh pemberi data, maka peneliti pelu melakukan diskusi dengan
18
pemebri data. Apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus
merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang
dibrikan oleh pemberi data. Jadi tujuan member check adalah agar
informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan
laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau
informan.
Pelaksanaan member check dapat dilakukan setelah satu periode
pengumpulan data selesasi, atau setelah mendapat suatu temuan
atau kesimpulan. Caranya dapat dilakukan secara individual
dengan cara peneliti datang ke pemberi data, atau melalui forum
diskusi kelompok. Dalam diskusi kelompok peneliti
menyampaikan temuannya kepada sekelompok pemberi data.
Dalam diskusi kelompok tersebut, mungin ada data yang
disepakati, ditambah, dikurangi atau ditolak oleh pemberi data.
Setelah data disepakati bersama, maka para pemberi data diminta
untuk menandatangani, supaya lebih otentik dan sebagai bukti
bahwa peneliti telah melakukan member check.
2) Uji Transferability
Transferability ini merupakan validitas eksternal yang berkaitan
dengan derajad kesepakatan atau diterapkannya hasil penelitian ke
populasi dimana sampel tersebut diambil.
Nilai transfer ini berkaitan dengan pertanyaan, hingga mana hasil
penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Bagi peneliti
naturalistik, nilai transfer bergantung pada pemakai, hingga manakah hasil
penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain.
Peneliti sendiri tidak menjamin validitas eksternal ini.
Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian
kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasik penelitian
tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan
uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian
maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat
19
memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian
tersebut di tempat lain. Bila pembaca laporan penelitian memperoleh
gambaran yang sedemikian jelasnya, “semacam apa” suatu hasil penelitian
dapat diberlakukan (transferability), maka laporan tersebut memenuhi
standar transferabilitas.
3) Uji Dependability
Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan
melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering tejadi
peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa
memberikan data. Peneliti seperti ini perlu diuji dependabilitynya. Untuk
itulah perlu dilakukan uji dependabilty dengan cara melakukan audit
terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor
yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas
peneliti dalam melakukan penelitian. Bagaimana peneliti mulai
menentukan masalah/ fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber
data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai
membuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh peneliti. Jika peneliti
tak mempunyai dan tak dapat menunjukkan “jejak kativitas lapangannya”,
maka dependabilitas penelitiannya patut diragukan.
4) Uji Confirmabilty
Pengujian konfirmability dalam penelitian kualitatif mirip dengan uji
dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan.
Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan
proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses
penelitian yang dilakukan, maka penelitian telah memenuhi standar
konfirmability. Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada, tetapi
hasilnya ada.
D. STRATEGI MULTI METODE
Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang
dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Strategi multi
20
metode pada penelitian kualitatif berarti digunakan triangulasi dalam
pengumpulan data atau temuan. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti
dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika
didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut
pandang yang berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran
yang handal. Karena itu, triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara
terhadap objek penelitian.
Dalam penelitian kualitatif instrumen pokok adalah peneliti itu sendiri dan
karena hal tersebut maka kualitas penelitian kualitatif sangat tergantung pada
kualitas diri penelitinya, termasuk pengalamannya melakukan penelitian
merupakan sesuatu yang sangat berharga. Semakin banyak pengalaman seseorang
dalam melakukan penelitian, semakin peka memahami gejala atau fenomena yang
diteliti. Namun demikian, sebagai manusia, seorang peneliti sulit terhindar dari
subjektivitas peneliti sendiri. Karena itu, setiap peneliti haruslah berusaha untuk
semaksimal mungkin bersikap netral dalam penelitiannya sehingga kebenaran
yang diperoleh menjadi sebuah kebenaran yang valid atau ilmiah.
Arikunto (2007: 136) menjelaskan bahwa triangulasi merupakan penyilangan
informasi yang diperoleh dari sumber sehingga pada akhirnya hanya data yang
absah saja yang digunakan untuk mencapai hasil penelitian. Menurutnya,
triangulasi meliputi empat hal, yaitu: triangulasi metode, triangulasi antar-
peneliti , triangulasi sumber data, dan triangulasi teori. Selanjutnya dapat
dijeaskan bahwa :
1) Triangulasi metode
Tringulasi metode dilakukan dengan mengumpulkan data dengan
metode lain. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif peneliti
menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei. Untuk memperoleh
kebenaran informasi yang tepat dan gambaran yang utuh mengenai
informasi tertentu, peneliti bisa menggunakann dari metode-metode
tersebut. Peneliti dapat menggabungkan metode wawancara bebas dan
wawancara terstruktur. Peneliti dapat juga menggunakan wawancara dan
obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu,
21
peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek
kebenaran informasi tersebut.
Melalui berbagai perspektif atau pandangan diharapkan diperoleh hasil
yang mendekati kebenaran. Karena itu, triangulasi tahap ini dilakukan jika
data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian
diragukan kebenarannya. Dengan demikian, jika data itu sudah jelas,
misalnya berupa teks atau naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya,
triangulasi tidak perlu dilakukan.
2) Triangulasi Antar Peneliti
Triangulasi antar peneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih
dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data atau mengadakan
pengecekan dengan peneliti lain. Teknik ini diakui memperkaya
pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian. Tetapi
perlu diperhatikan bahwa orang yang diajak menggali data itu harus yang
telah memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari konflik kepentingan
agar tidak justru merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari
triangulasi.
3) Triangulasi sumber data
Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informai tertentu
dengan menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil
wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu
subjek yang dianggap memeiliki sudut pandang yang berbeda. Tentu
masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda,
yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula
mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan
keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.
4) Triangulasi Teori
Yang dimaksud triangulasi teori adalah dimana hasil akhir penelitian
kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau thesis statement. Informasi
tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan
untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan
yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman
22
pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik secara
mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh. Diakui tahap ini
paling sulit sebab peneliti dituntut memiliki expert judgement ketika
membandingkan temuannya dengan perspektif tertentu, lebih-lebih jika
perbandingannya menunjukkan hasil yang jauh berbeda.
Sedangkan menurut Sugiyono (2007: 274) , teknik pengumpulan data
triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada. Menurut Sugiyono ada tiga macam triangulasi yaitu :
1) Triangulasi sumber
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk
menguji kredibilitas data tentang perilaku murid, maka pengumpulan dan
pengujian data yang telah diperoleh dapat dilakukan ke guru, teman murid
yang bersangkutan dan orang tuanya. Data dari ketiaga sumber tersebut,
tidak bias diratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi di
deskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda,
dan mana yang spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah di
analisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya
dimintakan kesepakatan (member chek) dengan ketiga sumber data tersebut.
2) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi,
dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data
tersebut, menghasilakan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan
diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain,
untuk mestikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya
benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.
3) Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengruhi kredibilitas data. Data yang dikumpul
dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar,
23
belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga
lebih kredibel. Untuk itu, dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat
dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara ,
observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil
uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang
sehingga ditemukan kepastian datanya.
Triangulasi menjadi sangat penting dalam penelitian kualitatif, kendati pasti
menambah waktu dan biaya serta tenaga. Tetapi harus diakui bahwa triangulasi
dapat meningkatkan kedalaman pemahaman peneliti baik mengenai fenomena
yang diteliti maupun konteks di mana fenomena itu muncul. Bagaimana pun,
pemahaman yang mendalam atas masalah yang diteliti merupakan hal yang
sangatlah urgen untuk diperhatikan atau dijunjung tinggi oleh setiap peneliti
kualitatif. Sebab penelitian kualitatif lahir untuk menangkap arti yang sebenarnya
atau memahami gejala, peristiwa, fakta, kejadian, realitas atau masalah tertentu
mengenai peristiwa sosial dan kemanusiaan dengan kompleksitasnya secara
mendalam, dan bukan untuk menjelaskan hubungan antar-variabel atau
membuktikan hubungan sebab akibat atau korelasi dari suatu masalah tertentu.
Kedalaman pemahaman akan diperoleh hanya jika data cukup kaya, dan berbagai
perspektif digunakan untuk memotret sesuatu fokus masalah secara komprehensif.
Karena itulah memahami dan menjelaskan jelas merupakan dua wilayah yang
tidaklah sama.
Jadi Tringulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-
perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu
mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai
pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan tringulasi, peneliti dapat mengecek
kembali temuan dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber,
metode, atau teori.
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA KUALITIATIF
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
24
yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam metode penelitian kualitatif,
pengumpulan data dilakukan pada natural (kondisi yang alamiah), yaitu; 1)
wawancara, 2) observasi, 3) dokumentasi, 4) diskusi terfokus (Focus Group
Discussion) dan 5) triangulasi (gabungan). Penelitian kualitatif kebanyakan
menggunakan teknik pengumpulan data seperti observasi berperan serta
(participan observation), wawancara mendalam (in depth intervatiew), dan
dokumentasi (Sugioyono,2012). Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu
gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden,
dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15).
Sebelum masing-masing teknik tersebut diuraikan secara rinci, perlu
ditegaskan di sini bahwa hal sangat penting yang harus dipahami oleh setiap
peneliti adalah alasan mengapa masing-masing teknik tersebut dipakai, untuk
memperoleh informasi apa, dan pada bagian fokus masalah mana yang
memerlukan teknik wawancara, mana yang memerlukan teknik observasi, mana
yang harus kedua-duanya dilakukan. Pilihan teknik sangat tergantung pada jenis
informasi yang diperoleh.
1. Observasi
Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan panca
indera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh
informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil
observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana
tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Melalui observasi, peneliti belajar
tentang prilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Observasi dilakukan untuk
memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab
pertanyaan penelitian (Guba dan Lincoln, 1981: 191-193).
a) Macam-macam Observasi
Bungin (2007: 115-117) mengemukakan beberapa bentuk observasi,
yaitu: 1). Observasi partisipasi, 2). observasi tidak terstruktur, dan 3).
observasi kelompok. Berikut penjelasannya:
Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian
25
melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat dalam
keseharian informan. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan
kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan,
peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan
ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka
data yang dihasilkan akan lebih lengkap, tajam dan sampai
mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.
Spradley (dalam Sugiono, 2010) membagi observasi berpartisipasi
menjadi empat, yaitu passive participation (observasi yang pasif),
moderate participation (observasi yang moderat), active participation
(observasi yang aktif), dan complete participation (observasi yang
lengkap). Penjelasannya sebagai berikut:
a. Partisipasi pasif yaitu peneliti datang di tempat kegiatan orang yang
diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
b. Partisipasi moderat yaitu peneliti menjadi orang dalam dengan
orang yang asing. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut
observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tapi tidak
semuanya.
c. Partisipasi aktif yaitu peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan
oleh narasumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.
d. Partisipasi lengkap yaitu peneliti sudah terlibat sepenuhnya
terhadap apa naf dilakukan informan. Jadi suasananya sudah
natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Hal ini
merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas
kehidupan yang diteliti.
Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa
menggunakan pedoman observasi dan tidak menggunakan instrumen
yang telah baku, sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya
berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan. Pada observasi
jenis ini, fokus observasi akan berkembang selama kegiatan observasi
berlangsung.
26
Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh
sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi
objek penelitian.
b) Manfaat Observasi
Menurut Patton dalam Nasution (dalam Sugiono,2010), dinyatakan
bahwa manfaat observasi adalah sebagai berikut:
1) Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu
memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan
dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh,
2) Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung
sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan
induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan
sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan
melakukan penemuan atau discovery,
3) Dengan observasi peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau
tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam
lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak
akan terungkapkan dalam wawancara,
4) Dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya
tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena
bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama
lembaga,
5) Dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar
persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang
lebih komprehensif,
6) Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya
mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-
kesan pribadi dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.
27
c) Obyek Observasi
Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut
Spradley dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu
place (tempat), actor (pelaku), dan activities (aktivitas).
1) Place (tempat) yaitu tempat di mana interaksi dalam situasi sosial
sedang berlangsung
2) Actor (pelaku) yaitu orang-orang yang sedang memainkan peran
tertentu
3) Activities (aktivitas) yaitu kegiatan yang dilakukan oleh actor
dalam situasi sosial yang sedang dilakukan.
Dari tiga elemen utama tersebut, dapat diperluas sehingga apa yang
dapat diamati adalah ruang dalam aspek fisiknya, pelaku(orang yang
terlibat), serangkaian aktivitas pelaku, benda-benda yang ada di tempat
penelitian, tindakan-tindakan tertentu, urutan kegiatan, tujuan yang ingin
dicapai orang-orang, dan emosi yang dirasakan serta diekspresikan oleh
orang-orang.
d) Tahapan Observasi
Menurut Spradley (dalam Sugiono 2010) tahapan observasi ada tiga
yaitu tahapan observasi deskriptif, tahapan observasi terfokus dan tahapan
observasi terseleksi.
1) Observasi deskriptif
Observasi deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi
social tertentu sebagai objek penelitian. Pada tahap ini peneliti
belum membawa masalah yang akan diteliti, maka peneliti
melakukan penjelajahan umum, dan menyeluruh, melakukan
deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan.
Semua data direkam, oleh karena itu hasil dari observasi ini
disimpulkan dalam keadaan belum tertata. Observasi tahap ini
sering disebut sebagai grand tour observation dan peneliti
mendapatkan kesimpulan pertama tapi tidak utama. Bila dilihat
dari segi analisis maka peneliti melakukan analisis domain,
sehingga mampu mendeskripsikan terhadap semua yang ditemui.
28
2) Observasi terfokus
Pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini tour observation
yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada
aspek tertentu. Observasi ini juga dinamakan observasi terfokus
karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis taksonomi
sehingga dapat menemukan fokus.
3) Observasi terseleksi
Pada tahap observasi ini peneliti telah menguraikan fokus yang
ditemukan sehingga datanya lebih rinci. Dengan melakukan
analisis komponensial terhadap fokus, maka pada tahap ini peneliti
telah menemukan karakteristik, kontras-kontras/perbedaan dan
kesamaan antar kategori, serta menemukan hubungan antara satu
kategori dengan kategori yang lain. Pada tahap ini, diharapkan
peneliti telah dapat menemukan pemahaman yang mendalam atau
hipotesis.
2. Wawancara
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan
informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau
subjek penelitian (Emzir, 2010: 50). Dengan kemajuan teknologi informasi
seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni
melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan
kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu
atau tema yang diangkat dalam penelitian atau merupakan proses pembuktian
terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang
lain sebelumnya.
Byrne (2001) menyarankan agar sebelum memilih wawancara sebagai
metoda pengumpulan data, peneliti harus menentukan apakah pertanyaan
penelitian dapat dijawab dengan tepat oleh orang yang dipilih sebagai
partisipan. Studi hipotesis perlu digunakan untuk menggambarkan satu proses
yang digunakan peneliti untuk memfasilitasi wawancara. Wawancara baik
29
yang dilakukan dengan face to face ataupun melalui pesawat telepon, akan
selalu terjadi kontak pribadi, oleh karena itu pewawancara perlu memahami
situasi dan kondisi sehingga dapat memilih kapan waktu yang tepat dan di
mana harus melakukan wawancara. Kalau dipaksakan wawancara saat
responden dalam keadaan tidak memungkinkan untuk diwawancarai (sibuk,
sakit, atau marah), maka akan menghasilkan data yang tidak valid dan akurat.
Bila responden yang akan diwawancarai telah ditentukan orangnya, maka
sebaiknya sebelum melakukan wawancara, pewawancara minta waktu
terlebih dahulu, kapan dan di mana bisa melakukan wawancara. Dengan cara
ini, maka susunan wawancara akan lebih baik sehingga data yang diperoleh
akan lebih lengkap dan valid.
Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiono, 2010) ada beberapa
tahapan yang harus diperhatikan dalam melakukan wawancara, yaitu:
1) The setting, peneliti perlu mengetahui kondisi lapangan penelitian
yang sebenarnya untuk membantu dalam merencanakan pengambilan
data. Hal-hal yang perlu diketahui untuk menunjang pelaksanaan
pengambilan data meliputi tempat pengambilan data, waktu dan
lamanya wawancara, serta biaya yang dibutuhkan.
2) The actors, mendapatkan data tentang karakteristik calon partisipan.
Di dalamnya termasuk situasi yang lebih disukai partisipan, kalimat
pembuka, pembicaraan pendahuluan dan sikap peneliti dalam
melakukan pendekatan.
3) The events, menyusun protokol wawancara, meliputi:
Pendahuluan,
Pertanyaan pembuka,
Pertanyaan kunci, dan
Probing, pada bagian ini peneliti akan memanfaatkan hasil pada
bagian kedua untuk membuat kalimat pendahuluan dan pernyataan
pembuka, serta hasil penyusunan pedoman wawancara sebagai
pertanyaan kunci.
30
a) Macam- macam Wawancara
Esterberg (dalam Sugiono, 2010) mengemukakan beberapa macam
wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semistruktur, dan tidak terstruktur.
1) Wawancara terstruktur (structured interview)
Wawancara terstruktur digunakan bila peneliti atau pengumpul
data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, peneliti telah
menyiapkan instrumen berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternatif jawabannya pun telah tersedia. Dengan wawancara
terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan
peneliti mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula,
pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai
pengumpul data. Supaya setiap pewawancara mempunyai ketrampilan
yang sama, maka diperlukan training kepada calon pewawancara.
2) Wawancara semiterstruktur (semistructure interview)
Jenis wawancara ini sedah termasuk in-depth interview, di mana
dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara
terstruktur. Tujuan dari wawancara bentuk ini adalah untuk
menemukan permasalahan lebih terbuka, di mana pihak yang diajak
wawancara dimintai pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan
wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa
yang dikemukakan oleh informan.
3) Wawancara tak berstruktur (unstructure interview)
Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang bebas di
mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan.
Wawancara jenis ini sering digunakan dalam penelitian
pendahuluan atau untuk penelitian yang lebih mendalam tentang
31
subyek yang akan diteliti. Pada penelitian pendahuluan, peneliti
berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau
permasalahan yang ada pada obyek, sehingga peneliti dapat dengan
pasti menemukan permasalahan atau variabel apa yang akan diteliti.
Untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang lebih lengkap, maka
peneliti perlu melakukan wawancara pada pihak-pihak yang mewakili
berbagai tingkatan yang ada dalam obyek. Selain itu, untuk
mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang responden, maka
peneliti dapat juga menggunakan wawancara yang tidak terstruktur.
Sedangkan menurut Miles dan Huberman (Sugiono 2010) terdapat dua
jenis wawancara, yakni: 1). wawancara mendalam (in-depth interview), di
mana peneliti menggali informasi secara mendalam dengan cara terlibat
langsung dengan kehidupan informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa
pedoman pertanyaan yang disiapkan sebelumnya sehingga suasananya hidup,
dan dilakukan berkali-kali. 2). wawancara terarah (guided interview) di mana
peneliti menanyakan kepada informan hal-hal yang telah disiapkan
sebelumnya. Berbeda dengan wawancara mendalam, wawancara terarah
memiliki kelemahan, yakni suasana tidak hidup, karena peneliti terikat
dengan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Sering terjadi
pewawancara atau peneliti lebih memperhatikan daftar pertanyaan yang
diajukan daripada bertatap muka dengan informan, sehingga suasana terasa
kaku.
b) Langkah-langkah Wawancara
Lincoln dan Guba (dalam Sugiono, 2010), mengemukakan ada tujuh
langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam
penelitian kualitatif, yaitu
1) menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
2) menyiapkan pokok-pokok masalah yang kan menjadi bahan
pembicaraan
3) mengawali atau membuka alur wawancara
32
4) melangsungkan alur wawancara
5) mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
6) menuliskan hasil wawancara ke dalam hasil lapangan
7) mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang diperoleh
c) Jenis-jenis Wawancara
Patton (dalam Sugiono,2010) menggolongkan 6 jenis pertanyaan yang
saling berkaitan:
1) Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman
Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan pengalaman yang
telah dialami oleh informan atau subyek yang diteliti dalam hidupnya.
Hasil dari wawancara ini, selanjutnya peneliti dapat mengkonstruksi
profil kehidupan seseorang sejak lahir sampai akhir hayatnya. Contoh:
Bagaimana pengalaman bapak saat menjabat lurah di sini?
2) Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat
Adakalanya peneliti ingin minta pendapat kepada informan
terhadap data yang diperoleh dari sumber tertentu. Oleh karena itu
pertanyaan peneliti yang disampaikan kepada informan berkenaan
dengan pendapatnya tentang data tersebut. Contoh:
Bagaimanapendapat anda terhadap kebijakan kenaikan harga bahan
bakar minyak (BBM)?
3) Pertanyaan yang berhubungan dengan perasaan
Mendapatkan data tentang perasaan orang yang sifatnya afektif
lebih sulit dibandingkan mendapatkan data yang sifatnya kognitif atau
psikomotorik. Namun demikian, perasaan senang atau sedih dari
seseorang akan terlihat dari ekspresi wajahnya. Oleh karena itu
pertanyaan yang digunakan untuk bertanya perasaan seseorang
digunakan pertanyaan yang tidak langsung. Pada awalnya dilakukan
percakapan yang biasa, dan lama-kelamaan diarahkan kepada
pertanyaan yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan. Contoh:
Bagaimana pendapat anda tentang tindakan pemerintah atas bantuan
33
yang diberikan untuk korban bencana gunung Kelud ini? Sudah
puaskah anda?
4) Pertanyaan tentang pengetahuan
Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan pengetahuan
informasi suatu kasus atau peristiwa yang mungkin diketahui.
Responden dipilih karena diduga ikut dalam peristiwa tersebut.
Contoh: Bisa Anda ceritakan bagaimana proses terjadinya gunung
Kelud meletus?
5) Pertanyaan yang berkenaan dengan indera
Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan data atau
informasi karena yang bersangkutan menggunakan panca inderanya
pada suatu peristiwa. Contoh: Anda kan telah memakan buah apel
Malang itu, bagaimana rasanya?
6) Pertanyaan berkaitan dengan latar belakang atau demografi
Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan latar belakang
subyek yang dipelajari meliputi status sosial ekonomi, latar belakang
pendidikan, asal usul, tempat lahir, usia, pekerjaan dan lain-lain.
Contoh: Di mana beliau dilahirkan? Sedang menjabat apakah beliau
sekarang?
d) Alat-alat Wawancara
Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki
bukti telah melakukan wawancara kepada narasumber, maka diperlukan
alat-alat bantuan seperti berikut:
1) Buku catatan: berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan
narasumber. Sekarang sudah ada banyak smartphone, tablet, yang
dapat digunakan untuk membantu mencatat hasil wawancara.
2) Tape recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau
pembicaraan. Penggunaan tape recorder dalam wawancara perlu
memberi tahu narasumber apakah diperbolehkan atau tidak.
3) Camera: berfungsi untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan
pembicaraan dengan narasumber. Dengan adanya foto ini, maka dapat
34
meningkatkan keabsahan penelitian yang lebih terjamin, karena
peneliti betul-betul melakukan pengumpulan data.
3. Dokumentasi
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh
lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil
rapat, biografi, peraturan, kebijakan, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data
berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi
di masa silam. Studi dokumen merupakan pelengkap dari metode wawancara
dan observasi dalam penelitian kualitatif. Peneliti perlu memiliki kepekaan
teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar
barang yang tidak bermakna. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara
akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi
kehidupan di masa lampau. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel bila
didukung foto-foto atau karya tulis akademik atau seni yang sudah ada.
Tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibilitas
yang tinggi. Sebagai contoh banyak foto yang tidak menceritakan keadaan
aslinya, karena foto dibuat untuk kepentingan tertentu. Demikian juga
autobiografi yang ditulis untuk dirinya sendiri, sering subyektif.
4. Diskusi terfokus (Focus Group Discussion)
Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah lewat Diskusi terpusat
(Focus Group Discussion), yaitu upaya menemukan makna sebuah isu oleh
sekelompok orang lewat diskusi untuk menghindari diri pemaknaan yang
salah oleh seorang peneliti. Misalnya, sekelompok peneliti mendiskusikan
hasil UN 2011 di mana nilai rata-rata siswa pada matapelajaran bahasa
Indonesia rendah. Untuk menghindari pemaknaan secara subjektif oleh
seorang peneliti, maka dibentuk kelompok diskusi terdiri atas beberapa orang
peneliti. Dengan beberapa orang mengkaji sebuah isu diharapkan akan
diperoleh hasil pemaknaan yang lebih objektif.
35
5. Triangulasi (Gabungan)
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan
pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti
mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data yaitu mengecek
kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai
sumber data. Dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data bila
dibandingkan hanya dengan satu pendekatan. Tujuan triangulasi bukan untuk
mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan
pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.
Jenis triangulasi ada 2, yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber.
Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik yang bermacam-
macam untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Sedangkan
triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari narasumber yang
berbeda-beda dengan teknik yang sama.
F. TEKNIK ANALISIS DATA KUALITATIF
1. Pengertian
Dalam penelitian kualitatif, teknik analisa data yang digunakan sudah jelas,
yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis. Data
yang diperoleh dari berbagai sumber dan dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yang bermacam-macam dan dilakukan secara terus menerus
hingga datanya jenuh. Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut,
mengakibatkan variasi data tinggi sekali sehingga teknik analisis data yang
digunakan belum ada polanya yang jelas. Oleh karena itu sering melakukan
kesulitan dalam melakukan analisis.
Analisis data kualitatif bersifat induktif yaitu suatu analisis berdasarkan
data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan
hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data
36
lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah
hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang telah terkumpul.
Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan
teknik triangulasi ternyata hipotesisnya diterima, maka hipotesis tersebut akan
berkembang menjadi teori.
2. Proses Analisis Data
a) Analisis sebelum di lapangan
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti
memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi
pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan
fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di
lapangan.
b) Analisis di lapangan model Miles dan Huberman (dalam
Sugiono,2010)
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data
dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan
analisis terhadap jawaban narasumber. Bila jawaban yang diberikan
narasumber dianggap belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan
pertanyaan lagi sampai tahap tertentu sehingga diperoleh data yang
dianggap kredibel. Menurut Miles dan Huberman (1984) aktivitas dalam
analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.
1) Reduksi data (data reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak, untuk itu maka
perlu dicatat secara rinci dan teliti. Seperti yang telah dikemukakan,
semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin
banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis
data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
37
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila
diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik
seperti komputer.
Dalam suatu situasi sosial tertentu, peneliti dalam mereduksi data
mungkin akan memfokuskan pada orang miskin, pekerjaan sehari-hari
yang dikerjakan, dan rumah tinggalnya. Dalam bidang manajemen,
dalam mereduksi data mungkin peneliti akan memfokuskan pada
bidang pengawasan dengan melihat perilaku orang-orang yang jadi
pengawas, metode kerja, tempat kerja, interaksi antara pengawas
dengan yang diawasi, serta hasil pengawasan. Dalam bidang
pendidikan, setelah peneliti memasuki setting sekolah sebagai tempat
penelitian, maka banyak permasalahan yang pasti peneliti sudah
memutuskannya untuk dijadikan bahan penelitian.
Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan
yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah
temuan. Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang
memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang
tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data
dapat mendiskusikannya dengan teman atau orang lain yang telah ahli.
Melalui diskusi itu maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga
dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan
pengembangan teori yang signifikan.
2) Penyajian data (data display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan
sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk mendisplaykan data
dari penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Dengan mendispleykan data maka akan memudahkan untuk
38
memahami apa yang akan terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
3) Verifikasi data (conclusion drawing)
Langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh data-
data yang valid dan konsisten saat peneliti ke lapangan dan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam
penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskann sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti
yang telah dikemukakan bahwa rumusan masalah dalam penelitian
kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
penelitian berada di lapangan.
c) Analisa selama di lapangan model Spradley (dalam Sugiono, 2010)
Tahapan analisis data yang dilakukan ada empat yaitu analisis domain,
taksonomi, komponensial dan tema budaya.
1) Analisis domain
Peneliti menetapkan domain tertentu sebagai pijakan untuk
penelitian selanjutnya. Makin banyak domain yang dipilih, maka akan
semakin banyak waktu yang diperlukan untuk penelitian.
2) Analisis taksonomi
Domain yang telah dipilih tersebut selanjutnya dijabarkan lebih
rinci untuk mengetahui struktur internalnya.
3) Analisis komponensial
Di sini peneliti mencari ciri spesifik pada setiap struktur internal
dengan cara mengkontraskan antar elemen.
39
4) Analisis tema budaya
Mencari hubungan di antara domain dan bagaimana hubungan
dengan keseluruhan dan selanjutnya dinyatakan ke dalam tema/judul
penelitian.
40
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Karakteristik metodologi penelitian secara jelas akan mewarnai setiap langkah kegiatan dalam pelaksanaan penelitian. Berikut karakteristik penelitian kualitatif:
Natural setting Permasalahan masa kini Memusatkan pada deskripsi Peneliti sebagai alat utama riset Purposive sampling Pemanfaatan Tacit Knowledge Makna sebagai perhatian utama penelitian Analisis Induktif Struktur sebagai ritual constraint Penelitian kualitatif bersifat holistik Desain penelitian bersifat lentur dan terbuka Negotiated outcomes Bentuk laporan dengan model studi kasus Interpretasi ideografik Aplikasi tentatif Keterikatan yang ditentukan oleh fokusnya Penggunaan kriteria khusus bagi kebenaran
Desain penelitian kualitatif ada 5 yaitu studi kasus, ethnografi, compressed
design : Rapid ethnographic assessment dan focused ethnographic, narrative dan
penelitian aksi
Uji keabsahan data dalam penelitian sering hanya ditekankan pada uji
validitas dan reabilitas. Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang
terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti.
Untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel yang diuji validitas dan
reabilitasnya adalah datanya. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif
meliputi uji credibility, transferability, dependability, dan confirmability.
Strategi multi metode pada penelitian kualitatif berarti digunakan triangulasi
dalam pengumpulan data atau temuan. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang
diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi
jika didekati dari berbagai sudut pandang. Menurut Arikunto (2007: 136),
triangulasi meliputi empat hal, yaitu: triangulasi metode, triangulasi antar-peneliti,
41
triangulasi sumber data, dan triangulasi teori. Sedangkan menurut Sugiyono
(2007: 274) , teknik pengumpulan data triangulasi meliputi : triangulasi sumber,
teknik dan waktu.
Dalam metode penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural
(kondisi yang alamiah), yaitu; 1) wawancara, 2) observasi, 3) dokumentasi, 4)
diskusi terfokus (Focus Group Discussion) dan 5) triangulasi (gabungan).
Sedangkan analisis data kualitatif bersifat induktif yaitu suatu analisis berdasarkan
data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan
hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data
lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah
hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang telah terkumpul.
42
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Fatoni. Sampel Purposive dan Strategi Multi Metode, (Online), (http://fatonikeren.blogspot.com/2013/11/sampel-purposiv-dan-strategi-multi.html), diakses Jum’at 21 Februari 2014.
Anonim.2013. Desain Penelitian Kualitatif. http://seputarpendidikan003.blogspot.com/2013/08/desain-penelitian-kualitatif.html . (Diakses pada tanggal 19 Februari 2014).
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Iful, Muhammad. 2012. (Online). Karakteristik Penelitian. Kualitatif. http://ifulmuhammad69.blogspot.com/2012/03/karakteristik- penelitian-kualitatif.html. (diakses pada tanggal 19 Februari 2014).
Saputra, Deddy. 2012. Model Penelitian Kualitatif, (Online), (http://deddy-poetra.blogspot.com/2012/05/penelitian-kualitatif.html), diakses Kamis 20 Februari 2014.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Thoriq. 2011. Strategi Multi Metode Dalam Penelitian Kualitatif, (Online), (http://alaulawy.blogspot.com/2011/03/strategi-multi-metode-dalam-penelitian.html), diakses Kamis 20 Februari 2014.
43
LAMPIRAN
CONTOH PENELITIAN KUALITATIF
Kelompok 1
1. Judul Skripsi
Remidiasi Pemahaman Konsep Siswa Kelas X Tentang Pembentukan
Bayangan Oleh Pembiasan Pada Permukaan Datar dan Lensa Menggunakan
Pertanyaan Socratik
Analisis
1) Tujuan Penelitian
Terjadi banyak kemungkinan siswa mengalami kesulitan dalam
memahami materi optika geometri. Khususnya tentang bayangan yang
terbentuk dari proses pembiasan, baik pada permukaan datar maupun
lensa. Penelitian ini bertujuan untuk meremidiasi kesulitan tersebut dengan
menggunakan pertanyaan Socratik.
2) Subjek Penelitian
Subyek penelitian terdiri atas sepuluh siswa yang mengalami kesulitan
seperti telah disebutkan.
3) Desain Penelitian Kualitatif
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif.
4) Validitas Desain Kualitatif
Data yang diperoleh dari pekerjaan siswa berdasarkan tes awal kemudian
diverifikasi dengan wawancara menggunakan metode pertanyaan Socratik
yang disertai dengan praktikum. Pengecekan keabsahan temuan dilakukan
dengan kehadiran peneliti di lapangan dan triangulasi
5) Langkah-langkah Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik perekaman audio dan foto serta dokumentasi gambar dan tulisan
yang dikerjakan subjek penelitian berdasarkan hasil tanya-jawab dan
praktikum yang dilakukan.
44
6) Analisis Data
Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan model Miles and
Huberman yang meliputi data reduction, data display and
conclusion drawing/verification. Proses remidiasi dilakukan
dengan menghadirkan fenomena melalui kegiatan praktikum.
Proses tersebut dapat membantu siswa mengatasi kesulitannya.
2. Judul Skripsi
Profil Kemampuan Mahasiswa Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)
Universitas Negeri Malang dalam Merencanakan dan Melaksanakan
Pembelajaran Fisika Di SMP
Analisis
1) Tujuan Penelitian
Penelitian dilakukan untuk mengetahui (1) kemampuan mahasiswa PPL
dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, (2) kesulitan yang
dialami mahasiswa PPL dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran, (3) kesesuaian matakuliah yang diajarkan di kampus terhadap
pelaksanaan PPL, dan (4) respons guru pamong terhadap kemampuan
mahasiswa dalam melaksanakan pembelajaran.
2) Subjek Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini adalah 24 mahasiswa PPL jurusan fisika
yang mengajar di SMP se-kota Malang, 6 guru pamong, dan 6 siswa yang
diajar oleh mahasiswa PPL. Pemilihan sampel untuk kegiatan wawancara
dan observasi dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, yang
dikenal dengan istilah purposive sampling.
3) Desain Penelitian Kualitatif
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik, yakni penelitian yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala secara
objektif berdasarkan data yang ada.kualitatif.
45
4) Validitas Desain Kualitatif
Data yang diperoleh kemudian diverifikasi dengan Teknik triangulasi.
Teknik ini digunakan untuk mengecek keabsahan temuandengan
membandingkan data temuan melalui sumber-sumber yang berbeda.
5) Langkah-langkah Pengumpulan Data
Data-data penelitian diperoleh melalui tiga teknik, yakni angket/kuesioner,
wawancara, dan observasi.
6) Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yakni reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Data dalam penelitian ini
disajikan ke dalam tabel berupa penjelasan deskriptif. Selama penelitian
berlangsung, berbagai data dan analisis yang diperoleh diverifikasi
berdasarkan hasil reduksi dan sajian data terkait dengan pelaksanaan PPL
jurusan fisika UM tahun 2013 hingga diperoleh kesimpulan penelitian.
46
KELOMPOK 3
1. Galuh Fitriasari (110321419551)
2. Shofi Hikmatuz Zahroh (110321406359)
Judul Skripsi: Optimalisasi Pembelajaran Fisika dengan Model Doing Sciences
(Melakukan Sains) pada Siswa Kelas VII D SMP Muhammadiyah
3 Depok Tahun Ajaran 2009/2010
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan proses
pembelajaran fisika dan mengoptimalkan pembelajaran sains fisika siswa kelas
VII D SMP Muhammadiyah 3 Depok Tahun Ajaran 2009/2010 dengan
menerapkan model pembelajaran doing sciences (melakukan sains). Penerapan
model doing sciences dalam pembelajran sains fisika, siswa lebih ditekankan
untuk berinteraksi langsung dengan objek yang dipelajarinya atau dengan kata
lain belajar sambil berbuat.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
secara kolaboratif dan partisipatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Subjek
penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII D SMP Muhammadiyah 3 Depok
sebanyak 32 siswa. Desain penelitian ini menggunakan model dari Kemmis dan
Taggart. Data penelitian diperoleh dari lembar observasi untuk aktivitas belajar
siswa, soal pretest dan posttest untuk hasil beljar siswa, dan lembar skala sikap
untuk sikap siswa.
47
Kelompok 10
1. Vicki Dian Prastiwi (110321419566)
2. Vivien Dwi Indriyani (130321611981)
Contoh Penelitian Kualitatif : Penelitian Pengembangan
Judul: PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA SMA BERBASISGRAPHIC ORGANIZERS MELALUI BELAJAR KOOPERATIF TIPE STAD
Desain PenelitianDalam merancang model pembelajaran graphic organizers ini, ada 6
langkah yang diperhatikan sesuai dengan model pembelajaran yang dikembangkan oleh seorang pakar di bidang pengembangan kurikulum, Bella H. Banathy, pada tahun 1968. Model ini kemudian diadopsi di Indonesia dengan nama “Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional” atau selanjutnya dikenal dengan sebutan “Model PPSI”.Langkah 1. Merumuskan TujuanLangkah 2. Mengembangkan TesLangkah 3. Materi yang DikembangkanLangkah 4. Komponen-komponen Program PengajaranLangkah 5. Penerapan ModelLangkah 6. Evaluasi
Validitas DesainUntuk melihat apakah model pembelajaran yang dirancang sudah baik
atau tidak maka dilakukan uji validasi kepada Pakar dan praktisi yaitu Guru-guru Fisika SMA. Dalam hal ini, pakar pendidikan yang dilibatkan sebanyak 2 orang sedangkan guru-guru Fisika yang dilibatkan sebanyak 12 orang.Dan uji terbatas pada siswa SMA
Langkah-langkah Pengumpulan Data1. Tes
Dalam mengungkap masalah yang ditemui di lapangan seperti rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep Fisika digunakan tes diagnostik yang telah dikembangkan oleh David Hestenes (1992). Tes yang digunakan ini telah diujicobakan dan diperoleh reabilitasnya 0,62 (kategori baik).Bentuk tes yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah tes diagnostik tentang konsep-konsep Fisika.Bentuk tes yang digunakan terdiri dari tes pemahaman dan aplikasi yang berupa soal essay.
2. AngketSebelum dilakukan Uji validasi model kepada pakar dan guru-guru Fisika terlebih dahulu dibuat angket yang menggambarkan apakah materi, model yang dikembangkan, alat evaluasi yang digunakan sudah sesuai
48
dengan tuntutan kurikulum atau tidak. Kemudian angket yang disusun dilakukan uji coba kepada subjek yang bukan merupakan sampel penelitian. Angket yang disusun sebanyak 25 butir, hanya 15 item angket yang valid dengan nilai r besar dari 0,60, sedangakan reabilitas angket adalah 0,65. Setelah memperoleh angket yang valid dan reliable, maka angket diberikan kepada subjek penelitian yaitu pakar pendidikan dan guru-guru Fisika SMA.
3. ObservasiObservasi dilakukan untuk mengetahui respon Siswa Terhadap Model Graphic Organizers yang Dikembangkan. Berdasarkan hasil observasi melalui wawancara yang dilakukan terhadap siswa yang menjadi subjek penelitian diperoleh beberapa respon dari siswa.
Analisis DataAnalisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah :
1. Menghitung jumlah siswa yang menjawab salah dari hasil tes diagnostik yang dilakukan. Hasil ini ditabelkan dan dibuat persentase banyak siswa yang salah menjawab pertanyaan.
2. Mendeskripsikan hasil validasi model dalam bentuk persentase dan uji statistik.
49