makalah pengaruh dan keterkaitan bahasa terhadap web viewindonesia memerlukan sumber daya manusia...
TRANSCRIPT
Pengaruh dan Keterkaitan Bahasa Inggris
Terhadap Pendidikan Karakter di SMK 4
Sarolangun
MAKALAH
DIPRESENTASIKAN PADA KULIAH
DESAIN INSTRUCTIONAL
DOSEN PEMBIMBINGDR. ISKANDAR, M.Pd
OLEH :
BENPANI
KONSENTRASI KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dalam berkomunikasi bahasa merupakan suatu keharusan dan modal yang
mampu menunjukkan identitas diri. Baik dari situasi formal maupun non formal.
Bahkan bahasa yang dianggap sebagai budaya berpengaruh besar terhadap
pembentukan karakter anak anak usia dini. Seseorang mulai mengenal bahasa
sejak di lingkungan keluarga, kemudian berlanjut ke lingkungan sekolah, dan
masyarakat. Ini semua yang disebut lingkungan pendidikan. Lingkungan
pendidikan memiliki pengaruh yang besar dalam pendidikan anak, karena proses
pendidikan selalu berlangsung dalam lingkungan tertentu yang berhubungan
dengan ruang dan waktu, karena hal tersebut lingkungan pendidikan harus
diciptakan efektif dan semenarik mungkin terlebih mampu memberikan kontribusi
lebih terhadap siswa, lalu bagaimana proses pendidikan yang berlangsung diluar
sekolah, tentu saja besar pengaruhnya, lingkungan masyarakat terutama, selain di
keluarga dan sekolah, lingkungan masyarakat merupakan lingkungan ketiga dalam
proses pembentukan kepribadian seseorang sesuai keberadaannya. Namun
pendidikan yang ada di lingkungan kita belum mampu memberikan nilai lebih
sehingga mampu membuat seseorang menjadi mudah menghadapi masa depannya
dengan baik. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan
mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan.
Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut, pendidikan memiliki
peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sedangkan salah satu
untuk mendapatkan pendidikan dengan nilai nilai mulia, berakhlak, kreatif dan
memiliki karakter sesuai budaya bangsa dapat diperoleh melalui penggunaan
bahasa yang baik. Seperti yang ditekankan pada pernyataan diatas, bahasa
ternyata memiliki peranan dalam pengelolahan dan menciptakan generasi penerus
yang memiliki nilai lebih. Dengan alasan itulah perlunya menganalisa lebih jauh
bagaimana peran bahasa dalam pendidikan karakter.1
Bahasa selalu ada bersama dengan manusia. Ungkapan itu, bukan sekedar
ungkapan tanpa dasar. Dasar yang sering disebutkan ialah bahwa bahasa
merupakan sarana komunikasi antar-manusia. Bahkan dapat pula dikatakan tanpa
ada manusia lain pun seseorang dapat berbahasa. Manusia dapat berpikir dalam
lamunannya dan dalam mimpinya sehingga dasar yang paling utama sebenarnya
adalah bahasa merupakan bagian dari kehidupan manusia. Setiap anak manusia
yang normal pertumbuhan pikirannya akan belajar bahasa pertama atau bahasa ibu
dalam tahun-tahun pertama dalam hidupnya, dan proses ini terjadi hingga kira-
kira umur 5 tahun. Sesudah itu, pada masa pubertas atau kira-kira 12- 14 tahun
hingga menginjak dewasa atau kira-kira umur 18- 20 tahun.
Dari segi fonologi, gramatikal, dan semantik kemampuan seorang anak
dalam memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-
beda. Dilihat dari segi neurologi bahasa, proses dan perilaku berbahasa lebih
bersifat dua arah, yaitu antara penutur dan pendengar yang semua dikendalikan
oleh otak yang merupakan alat pengatur dan pengendali gerak semua aktivitas
manusia. Pada otak manusia ada bagian-bagian yang sifatnya disebut manusiawi,
seperti bagian-bagian yang berkenaan dengan pendengaran, ujaran, dan
pengontrolan alat ujaran (Chaer, 2003: 116).
Anak-anak dalam menguasai bahasa tentu lebih mudah memahami dan
membuat kalimat dalam bahasa ibu dibandingkan dengan menguasai bahasa
kedua (bahasa Inggris, misalnya). Hal pertama yang dikuasai oleh anak-anak
dalam berbahasa adalah komponen tata bunyi, tata kata, dan tata kalimat yang
merupakan proses pemerolehan berbahasa (Chaer, 2003). Dalam memeroleh
1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) . Bandung: CV Nuansa Mulia.
bahasa anak tidak saja melalui fitur-fitur natural (alamiah), tetapi juga ditentukan
oleh perkembangan kognitif.
Pemerolehan bahasa kedua khususnya bahasa asing yang dilakukan di
kelas tentunya lebih banyak dilakukan dengan sistem pembelajaran. Pembelajaran
bahasa Inggris mulai jenjang sekolah dasar (SD) memberikan kesempatan kepada
peserta didik sejak dini untuk belajar bahasa Inggris2. Pemerintah secara khusus
memberikan perhatian pada pembelajaran bahasa Inggris dengan memberlakukan
kurikulum 2004 melalui kurikulum muatan lokal, tertuang dalam Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Peraturan Menteri Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Peraturan
Menteri Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompentensi Kelulusan
(Chodidjah, 2007: 5).
Aktivitas pembelajaran berbasis bahasa secara mendasar akan bergantung
pada pemahaman siswa terhadap kosakata. Para siswa harus mempunyai akses
pada makna kata yang digunakan oleh guru dan lingkungan sekitarnya.
Keterbatasan pemahaman kosakata siswa mengakibatkan terhambatnya
pencapaian kompetensi berbahasa. Mengacu pada penguasaan bahasa kedua pada
pendidikan formal, yaitu melalui pendidikan di sekolah, menurut Ellis (dalam
Chaer. 2003: 243), ada dua tipe pembelajaran bahasa, yaitu tipe naturalistik dan
tipe formal di dalam kelas. Tipe naturalistik bersifat alamiah, tanpa guru dan tanpa
sengaja. Pembelajaran berlangsung dalam kehidupan keluarga dan kehidupan
masyarakat. Tipe kedua bersifat formal dalam kelas, namun kenyataannya
hasilnya masih belum memuaskan. Penyebabnya banyak faktor yang
memengaruhi meskipun telah diadakan berbagai penataran dan pelatihan yang
diberikan pada tenaga pendidik. Rivers (dalam Nunan, 1991: 117) menyatakan
bahwa kosakata merupakan hal yang penting agar dapat menguasai bahasa kedua
(second language). Tanpa kosakata yang luas, seseorang tidak dapat
menggunakan struktur dan fungsi bahasa dalam komunikasi secara komprehensif.
Tarigan (1986: 2) menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas berbahasa seseorang
2 Kosasih, E. 1998. Kapan Anak Belajar Bahasa Inggris. http ://www. Indomedia.Com/intisari/1998/September/bing.htm – 18k.
bergantung pada kualitas kosakata yang dimiliki. Makin kaya kosakata yang
dimilikinya maka makin besar pula kemungkinan ia terampil berbahasa.
Dalam pemerolehan bahasa, baik bahasa ibu maupun bahasa asing,
diperlukan proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural
(alami) dan belajar di dalam kelas, yaitu siswa yang diajar oleh guru. Apabila
diperhatikan dengan saksama, ditemukan kesalahankesalahan yang dibuat siswa.
Kesalahan tersebut disebabkan, antara lain, oleh ketidakpahaman siswa terhadap
bahasa kedua, khususnya bahasa Inggris dalam pembelajaran.
Bahasa Inggris adalah salah satu media komunikasi yang berbentuk lisan
maupun tertulis. Bisa atau mampu menggunakan bahasa Inggris, merupakan
tuntutan hidup saat ini karena hampir semua media elektronik yang kita gunakan,
diprogram dengan menggunakan bahasa Inggris, Contoh kecilnya adalah Hand
Phone dan Komputer. pelajaran Bahasa Inggris memiliki empat skill atau
keterampilan yaitu: Reading (Membaca), Speaking (Berbicara), Writing (Menulis)
dan Listening (Mendengarkan).
Pembelajaran Bahasa Inggris yang konvensional cenderung berpusat pada
guru dan mengabaikan keberadaan peserta didik. Pembelajaran bahasa Inggris
yang baik tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif namun juga
menanamkan nilai pada diri peserta didik. Nilai-nilai pendidikan karakter bangsa
pada mata pelajaran bahasa Inggris adalah bersahabat/komunikatif, peduli sosial,
rasa ingin tahu, demokratis, mandiri, kerja keras, disiplin, dan senang membaca.
Nilai-nilai pendidikan karakter bangsa dapat ditanamkan pada diri peserta didik
dengan pembelajaran bahasa Inggris secara kontekstual. Konsep constructivism,
inquiry, dan questioning relevan dengan nilai-nilai mandiri, kerja, dan rasa ingin
tahu. Sedangkan, nilai-nilai bersahabat/ komunikatif, peduli sosial, disiplin, gemar
membaca, dan demokratis dapat ditanamkan dengan konsep learning community,
modeling, reflection, dan authentic assessment. Prosedur pembelajaran bahasa
Inggris yang berkarakter adalah membuat peserta didik mengkonstruksi
pengetahuan bahasa Inggris secara aktif, memperoleh pengetahuan melalui
pengalaman, berdiskusi dalam kelompok, dan bekerja dalam kelompok. Di
samping itu, guru menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, melakukan
refleksi di akhir pertemuan, dan melakukan penilaian proses.
2. PERMASALAHAN
Penyaji mencoba menganalisis permasalahan tentang pengaruh bahasa
terhadap pendidikan karakter antara lain yaitu;
1. Bagaimana kaitan bahasa Inggris dalam pendidikan karakter?
2. Bagaimana pengaruh bahasa Inggris dalam pendidikan karakter?
3. TUJUAN
Tujuan dalam penelitian ini untuk memberikan informasi pada masyarakat
tentang pentingnya bahasa sebagai salah satu faktor penanaman pendidikan
karakter.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Di dunia, bahasa Inggris merupakan bahasa kedua yang pertama dipelajari.
Indonesia termasuk salah satu negara yang menjadikan bahasa Inggris penting untuk
dipelajari. Hampir seluruh sekolah di Indonesia, dari mulai SD sampai dengan
perguruan tinggi, menjadikan bahasa Inggris sebagai kurikulum pelajaran. Suatu
mata pelajaran mempunyai karakteristik yang mungkin sangat berbeda dengan
karakteristik mata pelajaran yang lain. Sebagai contoh, Bahasa Inggris
mempunyai karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran Biologi. Oleh
karena itu, agar dapat mengajar dengan baik, guru memerlukan informasi tentang
karakteristik mata pelajaran Bahasa Inggris.
Mata pelajaran Bahasa Inggris mempunyai karakteristik yang berbeda
dengan mata pelajaran eksakta atau mata pelajaran ilmu sosial yang lain.
Perbedaan ini terletak pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Hal ini
mengindikasikan bahwa belajar Bahasa Inggris bukan saja belajar kosakata dan
tatabahasa dalam arti pengetahuannya, tetapi harus berupaya menggunakan atau
mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kegiatan komunikasi. Seorang siswa
belum dapat dikatakan menguasai Bahasa Inggris kalau dia belum dapat
menggunakan Bahasa Inggris untuk keperluan komunikasi, meskipun dia
mendapat nilai yang bagus pada penguasaan kosakata dan tatabahasanya.
Memang diakui bahwa seseorang tidak mungkin akan dapat berkomunikasi
dengan baik kalau pengetahuan kosakatanya rendah. Oleh karena itu, penguasaan
kosakata memang tetap diperlukan tetapi yang lebih penting bukan semata-mata
pada penguasaan kosakata tersebut tetapi memanfaatkan pengetahuan kosakata
tersebut dalam kegiatan komunikasi dengan Bahasa Inggris.3
3 Ratna Megawangi. 2008. Pendidikan Karakter. http//www. Jakarta
Dalam belajar bahasa, orang mengenal keterampilan reseptif dan
keterampilan produktif. Keterampilan reseptif meliputi keterampilan menyimak
(listening) dan keterampilan membaca (reading), sedangkan keterampilan
produktif meliputi keterampilan berbicara (speaking) dan keterampilan menulis
(writing). Baik keterampilan reseptif maupun keterampilan produktif perlu
dikembangkan dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris. 4
2. Kedudukan dan fungsi bahasa Inggris dalam pendidikan karakter
Bahasa adalah sebuah bentuk budaya dasar yang dihasilkan oleh manusia dan
untuk memanusiakan manusia pada setiap generasi dalam suatu masyarakat bahasa.
Di samping itu, bahasa dikatakan sebagai budaya dasar karena menjadi alat utama
pembentuk berbagai wujud dan jenis budaya lain. Dengan demikian, perbedaan
bahasa menjadi penanda permukaan adanya perbedaan sistem dan pola budaya. Lebih
lanjut dapat dikatakan pula bahwa perbedaan sistem dan pola budaya menjadi
penanda perbedaan karakteristik, sifat, atau watak suatu masyarakat bahasa. Secara
singkat ingin dikatakan bahwa tidak ada dua bahasa atau dua budaya yang sama di
muka bumi ini. 5
Bahasa selain menunjukkan budaya tetapi juga kecerdasan personal
seseorang (intelegensi linguistic). Bahasa mempunyai peranan yang sangat
penting dalam hidup manusia. Manusia sudah menggunakan bahasa sebagai alat
komunikasi antarsesamanya sejak berabad-abad silam. Bahasa hadir sejalan
dengan sejarah sosial komunitas-komunitas masyarakat atau bangsa. Pemahaman
bahasa sebagai fungsi sosial menjadi hal pokok manusia untuk mengadakan
interaksi sosial dengan sesamanya. Keraf (1980:03) yang menyatakan bahwa
bahasa apabila ditinjau dari dasar dan motif pertumbuhannya, bahasa berfungsi
sebagai :
1) alat untuk menyatakan ekspresi diri,
2) alat komunikasi,
3) alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, dan
4) alat untuk mengadakan kontrol sosial.4 http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Inggris5 Mackey, William F. 1987. Ilmu Bahasa: Pengantar (seri ILDEP). Yogyakarta: Yayasan
Kanisius.
5) Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan
emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang studi.
6) Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya,
budayanya, dan budaya orang lain.
7) Selain itu, pembelajaran bahasa juga membantu peserta didik mampu
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan
bahkan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif
yang ada dalam dirinya.6
Tujuh fungsi yang diungkapkan Keraf diatas, salah satunya menunjukkan
cara yang bisa dikatagorikan sebagai lingkungan pendidikan yaitu masyarakat.
Didalam lingkungan daerah yang terisolir maupun daerah yang jauh dari pusat
kota, pendidikan diluar sekolah tentu saja yang berada dalam masyarakat sangat
dibutuhkan, karena bagi daerah seperti ini lingkungan pendidikan yang
menediakan ilmu pengetahuan, keterampilan, atau performans yang berfungsi
dapat menggantikan pendidikan dasar utama. Pada ketetapan MPR nomor
IV/MPR/1988 tentang garis garis besar haluan Negara pada bab IV yaitu pola
umum pelita ke lima bagian pendidikan berbunyi sebagai berikut: “ Pendidikan
merupakan proses budaya, untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia”
pendidikan berlangsung seumur hidup dan dapat dilaksanakan didalam
Lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, karena itu pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sumarsono
dan Paini Partana dalam Sosiolinguistik (2006, hal) menyatakan bahwa bahasa
sebagai produk sosial atau produk budaya. Bahasa tidak dapat dipisahkan dengan
kebudayaan manusia. Sebagai produk sosial atau budaya, bahasa berfungsi
sebagai wadah aspirasi sosial, kegiatan dan perilaku masyarakat, dan sebagai
wadah penyingkapan budaya termasuk teknologi yang diciptakan oleh masyarakat
pemakai bahasa itu. Zainuddin juga mengutaran bahwa Bahasa diperoleh dengan
belajar, maksudnya tiap orang belajar bahasa dari semenjak anak anak, dan
6 http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/01/karakteristik-mata-pelajaran-bahasa.html
lingkungan yang terdekat dan mampu memberikan pendidikan bahasa salah
satunya lingkungan keluarga. (1985:19)
3. Penanaman pendidikan karakter melalui mata pelajaran Bahasa Inggris
Seiring perkembangan zaman yang terus berubah, memaksa pendidikan
yang dinilai mempunyai peran besar harus pandai berinovasi, Hamidjojo
mengemukakan hal – hal yang memaksa adanya inovasi pendidikan antara lain
1. Besarnya eksploasi pendidikan
2. Melonjaknya anspirasi dikalangan masyarakat luas, menambah makin
berat dan besarnya keperluan penduduk yang lebih baik
3. Kurangnya sumber
4. Kelemahan system
Oleh sebab perihal tersebut, adanya inovasi dalam perbaikan pendidikan di
negara kita antara lain dengan adanya pendidikan karakter, Koesuma dalam
artikelnya menyatakan tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter
yang terwujud dalam kesatuan esensial si subyek dengan perilaku dan sikap hidup
yang dimilikinya. Bagi Foerster, karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi
seorang pribadi. Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman
kontingen yang selalu berubah. Dari kematangan karakter seperti inilah, kualitas
seseorang secara pribadi mampu diukur. 7
Pendidikan berbasis karakter merupakan salah satu upaya dalam
pembaharuan di dunia pendidikan, besar pengaruh penanaman karakter pada anak
dianggap sebagai hal pokok. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan
karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Karakter merupakan
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa,
diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
7 http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/pendidikan/umum1.htm
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu bila ditinjau dari segi
tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai, ataupun materi yang dipelajari dalam
rangka menunjang tercapainya kompetensi tersebut. Ditinjau dari segi tujuan atau
kompetensi yang ingin dicapai, mata pelajaran bahasa Inggris ini menekankan
pada aspek keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan berbahasa lisan
dan tulis, baik reseptif maupun produktif. Secara umum bahasa digunakan sebagai
alat untuk berkomunikasi. Tentu saja proses komunikasi akan berjalan dengan
baik kalau kedua pihak yang berkomunikasi dibekali dengan pengetahuan tentang
bahasa dan keterampilan berbahasa. Sebagai contoh, untuk dapat berbicara bahasa
Inggris dengan baik, dalam arti dapat dipahami oleh orang lain, seseorang perlu
menguasai kosakata dan tata bahasa yang berlaku di antara penutur asli bahasa
Inggris . Begitu pula orang yang diajak bicara juga harus menguasai kosakata dan
tata bahasa tersebut. Dengan penguasaan kosakata dan tata bahasa ini keduanya
dapat saling memahami apa yang sedang dibicarakan. Selain itu mereka juga perlu
dibekali dengan pengetahuan tentang budaya penutur asli bahasa Inggris agar
tidak melakukan kesalahan kultural.8
Karakteristik bahasa inggris: Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis.
Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran,
perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya.
Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan
berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan
dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu
mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau
menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat.
Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu
berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu.
8 http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/01/karakteristik-mata-pelajaran-bahasa.html
Tingkat literasi:
Tingkat literasi mencakup performative, functional, informational, dan
epistemic.
Pada tingkat performative, orang mampu membaca, menulis,
mendengarkan, dan berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan.
Pada tingkat functional, orang mampu menggunakan bahasa untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca surat kabar,
manual atau petunjuk.
Pada tingkat informational, orang mampu mengakses pengetahuan dengan
kemampuan berbahasa
Pada tingkat epistemic orang mampu mengungkapkan pengetahuan ke
dalam bahasa sasaran (Wells,1987).
Menurut Foerster ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter, (1)
Keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Nilai
menjadi pedoman normatif setiap tindakan. (2) Koherensi yang memberi
keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-
ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi merupakan dasar yang
membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan
kredibilitas seseorang. (3) Otonomi. Di situ seseorang menginternalisasikan aturan
dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian
atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain.(4) keteguhan
dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa
yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas
komitmen yang dipilih. Kematangan keempat karakter ini, lanjut Foerster,
memungkinkan manusia melewati tahap individualitas menuju personalitas.
”Orang-orang modern sering mencampuradukkan antara individualitas dan
personalitas, antara aku alami dan aku rohani, antara independensi eksterior dan
interior.” Karakter inilah yang menentukan format seorang pribadi dalam segala
tindakannya. Pendapat Foerster ini semakin mendukung program pendidikan yang
tidak hanya berfungsi sebagai lembaga yang memberdayakan anak dalam
pengertian kecerdasan dan keterampilan melainkan program pendidikan juga
menadarkan tentang pentingnya menjaga moralitas dan peningkatan kemampuan
pertimbangan rasional dalam pengambilan keputusan. Apabila segala fenomena
tentang pentingnya pendidikan tidak terealisasi dengan baik, maka keberhasilan
pemperhati pendidikan karakter akan mengalami kegagalan. Dampak yang dinilai
sangat mempengaruhi pendidikan anak adalah Lingkungan, baik keluarga, sekolah
maupun masyarakat.
Dan pemberian pendidikan akan tersampaikan dengan baik jika
penggunaan bahasa diberikan dengan tepat. Bahasa yang sopan,baik dan tidak
mampu membuat anak merasa tertekan. Bahasa dapat pula berperan sebagai alat
integrasi sosial sekaligus alat adaptasi sosial, hal ini mengingat bahwa bangsa
Indonesia memiliki bahasa yang majemuk. Kemajemukan ini membutuhkan satu
alat sebagai pemersatu keberseragaman tersebut. Di sinilah fungsi bahasa sangat
diperlukan sebagai alat integrasi sosial. Bahasa disebut sebagai alat adaptasi sosial
apabila seseorang berada di suatu tempat yang memiliki perbedaan adat, tata
krama, dan aturan-aturan dari tempatnya berasal. Proses adaptasi ini akan berjalan
baik apabila terdapat sebuah alat yang membuat satu sama lainnya mengerti, alat
tersebut disebut bahasa. Dari uraian ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa bahasa
merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia.9
Kartomiharjo (1982:1) menguraikan bahwa salah satu butir sumpah
pemuda adalah menjunjung tinggi bahasa persatuan,bahasa Indonesia. Dengan
dengan demikian bahasa dapat mengikat anggota-anggota masyarakat pemakai
bahasa menjadi masyarakat yang kuat, bersatu, dan maju. Lalu bagaimana bahasa
mulai bias dikatakan berpengaruh terhapa proses pemberian pendidikan karakter,
ada lima slogan yang dikumandangkan oleh para pengamat AM/Moulton, 1961,
dalam “ International Congress of Linguistic”, yakni: (a) Bahasa adalah Lisan,
bukan tulisan (b) Bahasa adalah seperangkat kebiasaan (c) yang diajarkan adalah
bahasa, bukan tentang bahasa (d) bahasa adalah yang diajarkan oleh si penutur asli
(e) bahasa adalah berbeda beda. (Subana,2000:23). Dari slogan trsebut ada satu
hal yang dianggap berpengaruh penting terhadap pendidikan karakter yaitu bahasa 9 Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
adalah seperangkat kebiasaan, kebiasaan bisa dikatakan adat, dalam situs
Wikipedia menyebutkan bahwa adat ialah Adat adalah gagasan kebudayaan yang
terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum
adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan
akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat
setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang.10
Stevick dalam Sudana menyatakan maksud dari pengajaran bahasa adalah,
meningkatkan harga diri, menumbuhkan pikiran positif, meningkatkan
pemahaman diri, menumbuhkna keakraban dengan orang lain, dan mampu
menemukan kelebihan dan kelemahan diri (2009:28) dari pernyataan tersebut
maksud pengajaran bahasa berorientasi pada pemerolehan nilai nilai sesuai
pendidikan karakter yaitu, menumbuhkan pikiran positif dan menumbuhkan
keakraban dengan orang lain.
BAB III
10 http://id.wikipedia.org/wiki/Adat
PENUTUP
Simpulan
Setelah membaca dan memahami serta menganalisis Pengaruh dan
keterkaitan bahasa terhadap pendidikan karakter dapat disimpulakan sebagai
berikut:
1. Bahasa merupakan suatu hal yang dianggap perlu untuk dilaksanakan pada
lingkungan pendidikan, karena Pemerolehan bahasa dikaitkan dengan
penguasaan sesuatu bahasa tanpa disadari atau dipelajari secara langsung
yaitu tanpa melalui pendidikan secara formal untuk mempelajarinya,
sebaliknya memperolehnya dari bahasa yang dituturkan oleh ahli masyarakat
di sekitarnya.
2. Bahasa diberikan pada lingkungan pendidikan, dan dimulai dari usia anak
anak, sehingga penanaman nilai nilai yang diberikan sejak anak anak dinilai
lebih maksimal dari pada diberikan pada usia dewasa.
Saran
Dari makalah ini, harapan untuk selalu memberikan pendidikan berbasis
karakter melalui pengajaran bahasa agar terus ditingkakan dan dijadikan suatu
rutinitas dalam segala lingkungan pendidikan. Karena terselenggaranya
pendidikan di tiga lingkungan sangat memungkinkan penggunaan bahasa
memiliki pengaruh yang besar.
Dari cerminan tersebut perlunya pengajaran bahasa dan kaitannya dengan
pendidikan dinilai mampu memberikan hal positif dalam pembentukan karakter
seseorang melalui pendidikan berbasis karakter.
Mempelajari dan mengembangkan bahasa dalam pendidikan sangatlah perlu
ditingkatkan, oleh sebab itu kita sebagai pemerhati pendidikan mempunyai peran
penting dalam menanamkan nilai nilai positif serta pembentuka karakter
seseorang melalui bahasa yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Adat
Bandung: Angkasa.Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1988. Pengajaran
Analisis Kesalahan Berbahasa.
http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/01/karakteristik-mata-pelajaran-
bahasa.html
http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/pendidikan/umum1.htm
http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/01/karakteristik-mata-pelajaran-
bahasa.html
Mackey, William F. 1987. Ilmu Bahasa: Pengantar (seri ILDEP). Yogyakarta:
Yayasan Kanisius.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Inggris
Ratna Megawangi. 2008. Pendidikan Karakter. http//www. Jakarta
Indomedia.Com/intisari/1998/September/bing.htm – 18k.
Kosasih, E. 1998. Kapan Anak Belajar Bahasa Inggris. http ://www.
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) . Bandung: CV Nuansa Mulia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. 2005 tentang
Sistem