makalah pengukuran terhadap kecakapan kerja karyawan
DESCRIPTION
kumpulan makalah http://dfajarbacktonature.blogspot.comTRANSCRIPT
MAKALAH PENGUKURAN TERHADAP KECAKAPAN KERJA KARYAWAN
Disusun oleh: NAMA : FAJAR BUDIMAN NIM : S09108001 Progam Study : S1 Teknik Industri
Ditunjukan Kepada
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INDUSTRI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH KEBUMEN 2011
MAKALAH PENGUKURAN TERHADAP KECAKAPAN KERJA KARYAWAN
Disusun oleh Nama : FAJAR BUDIMAN NIM : S09108001 Program Studi : S1 Teknik Industri
Gombong, Menyetujui Dosen Pembimbing
Mul’an Annafati, S.S
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-
Nya lah saya dapat menyelesekan Makalah Pengukuran Terhadap Kecakapan Kerja
Karyawan.Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Mata
Kuliah Psikologi Industri yaitu Bapak Mul’an dan pihak-pihak lain yang telah
mendukung dalam kelancaran pembuatan makalah ini.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi
dan memenuhi persyaratan yang diwajibkan kepada penulis untuk mengerjakan tugas
Mata Kuliah Psikologi Industri. Di dalam penulisan ini,saya menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan serta kekeliruan.Untuk itu saya mengharap kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk menyusun laporan ataupun tugas lain dimasa yang akan
datang.
Akhirnya saya mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat,tidak hanya
bagi saya,tetapi juga untuk rekan-rekan.Akhir kata saya mengucapkan terima kasih.
Penulis
iii
ABSTRAK
.
Untuk melihat seberapa jauh kemajuan dalam latihan kerja.Untuk sebagai data
yang dipergunakan sebagai bahan pertimbangan apabila ada promosi bagi karyawan
yang bersangkutan.Metologi yang digunakan mengukur sejauh mana seorang
karyawan yang dinilai oleh atasannya dengan beberapa aspek yang dinilai:
1.kedisiplinan
2.ketelitian
3.kegairahan dalam bekerja
4.kerajinan seorang karyawan.
Dengan aspek yang dinilai seorang atasan terhadap karyawan bias memotifasi
seorang karyawan bias bekerja dengan semangat dan tanggung jawab terhadap
pekerjaannya.
iv
DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL…………………………………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………. iii
ABSTRAK……………………………………………………………………… iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. v
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang……………………………………………………... 1
B. Tujuan………………………………………………………………. 2
BAB II ISI……………………………………………………………………… 3
A. Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan Dalam Training………. 4
B. Definisi Training (latihan) dan Pengembangan Personil…………. 7
C. Sistem Training dan Pengembangan………………………………. 8
D.Penetapan Tujuan Latihan dan Pengembangan………………….. 9
E. Evaluasi Program Latihan dan Pengembangan…………………. 10
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………….... 12
BAB IV PENUTUP………………………………………………………...... 17
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pengukuran terhadap kecakapan karyawan sering disebut dengan istilah Rating
Skala (skala penilaian).Menurut Ti fin (1965) skala penilaian adalah memberikan
batasan sebagai evaluasi yang sistematik terhadap karyawan diberikan oleh
Supervisor (atasan,mandor,pengawas) dalam organisasi atau perusahaan.Sedangkan
menurut Ghiseli & Brown (1950)skala penilaian adalah memberikan batasan sebagai
cara yang bersifat subjektif untuk menilai prestasi atau kecakapan kerja seseorang
oleh orang yang berwenang member penilaian.Selanjutnya dikatakan oleh Ghiselli &
Brown bahwa penilaian atau evaluasi ini sangat penting dan bertujuan :
1. Untuk mengukur prestasi kerja ,yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses
dalam pekerjaannya.
2. Untuk melihat seberapa jauh kemajuan dalam latiahan kerja.
3. Untuk sebagai data yang dipergunakan sebagai bahan pertimbangan apabila
ada promosi bagi karyawan yang bersangkutan.
Menurut Tiffin (1965) dan Maxley & Yukl (1977) tujuan mengevaluasi kecakapan
kerja karyawan dapat dikatagorikan atas dua tujuan pokok yaitu:
1. Untuk tujuan adminitrasi.
2. Untuk tujuan perkembangan karyawan perseorangan atau individu employee
development.
Ad 1.Tujuan Adminitrasi
a.Sebagai dasar untuk pembinaan keputusan mengenai kenaikan,pemindahan
pemberhentian dan pelepasan.
b.Sebagai alat untuk menentukan latihan kebutuhan berbagai kesatuan
organisasi.
c.Sebagai keriteria kapan pilihan dan penempatan alat yang sah.
d.Sebagai dasar untuk evaluasi adalah produktif,efisien, didalam organisasi
e.Sebagai dasar utuk evaluasi adalah bermanfaat untuk program pelatihan
dan efektif dalam rencana kerja,cara kerja,susunan organisasi,gaya pengawa-
san,kondisi kerja,dan peralatan.
f.Sebagai cara untuk mengurus gaji,jadi mereka itu menerima gaji dengan
cara rombongan.
1
Ad 2.Tujuan Perkembangan Karyawan Perseorangan
a.Sebagai alat untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan personil dan
dengan demikian bias sebagai bahan pertimbangan agar bisa diikut sertakan
dalam program latihan kerja tambahan.
b.Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan keja kar-
yawan melalui pengecekan secara periodic oleh atasannya.
c.Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan,sehingga dicapai
tujuan untuk mendapatkan perfomance kerja yang baik.
d.Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan (supervisor,
manager,administrator) untuk mengobservasi perilaku dari bawahan supaya di
ketahui minat dari kebutuhan-kebutuhan bawahannya.
e.Sebagai alat untuk bisa melihat kekurangan atau kelemahan-kelemahan di
massa lampau dan meningkatkan kemampuan-kemampuan karyawan.
B.TUJUAN
Pada umumnya tujuan training dan pengembangan berhubungan erat dengan
jenis training.Tujuan training untuk supervisor misalnya,berbeda dengan tujuan
training untuk tenaga pelaksana dan berbeda pula untuk pimpinannya. Meskipun
demikian,tujuan training baik untuk supervisior, tenaga pelaksana,maupun pimpinan
pada dasarnya adalah sama, yakni untuk memperoleh training agar dapat mengetahui
secara tepat pekerjaannya, sehingga efisien dan kegairahan kerja dapat terwujudkan.
Selain daripada yang disebutkan di atas, dalam kenyataannya dengan training
dimaksudkan untuk mempertinggi kerja karyawan dengan mengembangkan cara-cara
berpikir dan bertindak yang tepat serta pengetahuan tentang tugas pekerjaan. Dengan
perkataan lain training dan pengembangan dapat menambah keterampilan kerja
karyawan.
Adapun keterampilan tersebut mempunyai fungsi yaitu:
a.Memperpendek jarak antara waktu penyelesaian tugas dengan permulaan tugas
yang dihadapi.
b.Merangsang dorongan bertindak.
c.Mengisi masa luang.
d.Memberi kepuasan lebih besar.
2
BAB II
Untuk meningkatkan produksi tidak hanya tergantung pada mesin yang serba
modern,modal yang cukup,dan bahan baku yang banyak akan tetapi tergantung pula
pada orang yang melaksanakannya.Oleh karena itu untuk mencapai taraf efisiensi dan
produktifitas tinggi, seseorang pimpinan perusahaan harus dapat mengetahui dan
melayani kebutuhan karyawannya. Besar kecilnya prestasi yang diberikan oleh
karyawan dapat terpenuhi apabila mereka diberi kesempatan untuk megembangkan
kecakapan mereka yang sesuai dengan bakat dan lapangan kerjanya.
Pengembangan kecakapan kerja karyawan dapat dilaksanakan dengan berbagai-
bagai cara dan salah satu diantaranya program training dalm perusahaan. Para
pemimpin perusahaan sudah memulai menyadari kenyataan bahwa biaya yang
dikeluarkan untuk melatih para karyawan akan kembali berlipat ganda sebagai akibat
bertambahnya mutu pekerjaan mereka.
Karyawan yang mengikuti training dan pengembangan tanpa ada minat padanya
sudah tentu tidak akan membawa hasil yang memuaskan. Sebaliknya,dengan
timbulnya minat, maka perhatiannya terhadap training yang akan dijalaninya akan
semakin besar. Dengan mengetahui arti serta tujuan daripada tugas yang akan
dilakukan itu, dapat diharapkan timbulnya perhatian tersebut.
Oleh karena itu maka sebelum para karyawan menjalani training, hendaknya
kepada mereka diberikan penjelasan mengenai arti dan tujuan training terlebih
dahulu.
Pada umumnya tujuan training dan pengembangan berhubungan erat dengan
jenis training. Tujuan training untuk supervisor misalnya, berbeda dengan tujuan
training untuk tenaga pelaksana dan berbeda pula untuk pimpinan. Meskipun
demikian, tujuan training baik untuk supervisior, tenaga pelaksana maupun pimpinan
pada dasarnya adalah sama, yakni untuk memperoleh training agar dapat mengetahui
secara tepat pekerjaannya, sehingga efisiensi dan kegairahan kerja dapat diwujudkan.
Selain daripada yang disebutkan diatas, dalam kenyataannya dengan
mengembangakan cara-cara berpikir dan bertindak yang tepat serta pengetahuan
tentang tugas pekerjaan.
3
Dengan perkataan lain training dan pengembangan dapat menambahkan ketrampilan
kerja karyawan.
A.Faktor-faktor yang harus diperhatian dalam training
Menurut Dale Yoder (1965) agar training dan pengembangan dapat berhasil
dengan baik, maka harus diperhatikan delpan factor sebagai berikut:
1. Individual differences.
2. Relation to job analysis.
3. Motivation.
4. Active participation.
5. Selection of trainees.
6. Selection of trainers.
7. Trainer training.
8. Training menthods.
Faktor-faktor tersebut di atas harus diperhatikan sekali pada waktu akan
memberikan training. Sebab faktor-faktor ini mempunyai pengaruh terhadap berhasil
tidaknya latihan yang dijalankan. Dibawah ini akan dijelaskan artinya satu persatu.
Ad.1. Individual differences
Kenyataannya dunia ini tidak ada dua individu yang mempunyai sifat yang
benar-benar sama. Tiap-tiap individu mempunyai cirri khas, yang berbeda satu sama
lain, baik mengenai sifatnya, tingkah lakunya, bentuk badannya maupun dalam
pekerjaannya.
Oleh karena itu dalam merencanakan dan melaksanakan suatu training harus
diingat adanya perbedaan individu ini. Perbedaan ini dapat nampak pada waktu para
karyawan mengejakan suatu pekerjaan yang sama, dengan diperoleh hasil yang
berbeda.
Ad.2. Relation to job analysis
Analisa jabatan dapat dianggap merupakan alat bagi pimpinan dalm memecahkan
masalah-masalah kemanusiaan. Masalah kemanusiaan dalam perusahaan dianggap
merupakan faktor yang sangat penting dan harus diperhatikan.
Tugas utama dari analisa jabatan untuk memberikan pengertiaan akan tugas yang
harus dilaksanakan di dalam suatu pekerjaan,
4
serta untuk mengetahui alat-alat apa yang harus dipergunakan dalam menjalankan
tugas itu.
Untuk memberikan training pada karyawan terlebih dahulu harus diketahui
keahlian yang dibutuhkannya. Dengan demikian program dari training dapat
diarahkan atu ditunjukan untuk mencapai keahlian itu. Suatu training yang tidak
disesuaikan dengan bakat, minat dan lapangan kerja karyawan, berakibat merugikan
berbagai pihak, yaitu karyawan, perusahaan dan masyarakat.
Ad.3. Motivation
Motivasi adalah suatu usaha menimbulkan dorongan untuk melakukan suatu
tugas. Sehubungan dengan itu, training sebaiknya dibuat sedemikian rupa agar dapat
menimbulkan motivasi bagi para trainees.
Motivasi dalam training ini sangat perlu sebab pada dasarnya motif yang
mendorong karyawan untuk menjalankan training tidak berbeda dengan motif yang
mendorongnya untuk melakukan tugas pekerjaannya. Karyawan mempunyai gairah
bekerja karena ada keinginan untuk berprestasi, ingin mendapatkan kedudukan yang
lebih tinggi, dan hasil-hasil lainnya yang lebih menguntungkan dirinya. Misalnya saja
seorang karyawan, yang mengikuti training segera setelah selese mengikutinya
diangkat untuk menjabat jabatan yang lebih tinggi.
Ad.4. Active participation
Di dalam pelaksanaan pendidikan training, para trainees, harus turut aktif
mengambil bagian di dalam bagian pembicaraan-pembicaraan mengenai pelajaran
yang diberikan, sehinggaakan menimbulkan kepuasan pada para trainees apabila
saran-sarannyadiperhatikan dan dipergunakan sebagai bahan-bahan pertimbangan
untuk memecahkan kesulitan yang mungkin timbul.
Tugas daripada trainer tidak hanya memberikan pelajaran teori dan pratek saja,
tetapi di samping itu dapat membentuk cara berpikir yang kritis, dan bagaimana
mempratekkan pengetahuan yang diperoleh.
Dengan diadakannya partisipasi trainees makin menyadari masalah-masalah yang
dihadapi trainer, sehingga ia berusaha memecahkan masalah yang sulit itu bersama-
sama.
5
Ad.5. Selection of trainees
Training sebaiknya diberikan kepada mereka yang berminat dan menunjukkan
bakat untuk dapat mengikuti latihan itu dengan berhasil. Dengan demikian apabila
latihan diberikan pada mereka yang tak mempunyai minat, bakat dan pengalaman,
kemungkinan untuk berhasil sedikitsekali. Oleh karena itulah sangat perlu diadakan
seleksi. Adanya seleksi yang demikian merupakan daya perangsang pula. Pada
umumnya orang menganggap bahwa adanya seleksi memberikan gambaran, bahwa
hanya orang-orang yang cakap saja yang dapat mengikuti latihan itu.
Ad.6. Selection of trainers
Tidak setiap orang dapat menjadi seorang pengajar yang bai. Seorang pengajar
(trainers) harus mempunyai syarat-syarat tertentu. Hal ini disebabkan karena trainers
akan mengahadapi manusia yang mempunyai sifat yang berlain-lainan.
Seorang trainer yang cakap belum tentu dapat berhasil memberikan
kepandaiannya kepada orang lain. Berhasil atau tidaknya seseorang melakukan tugas
sebagai pengajar, tergantung kepada ada tidaknya seorang melakukan tugas sebagai
pengajar, trgantung kepada ada tidaknya persamaan kualifikasi orang tersebut dengan
kualifikasi yang tercantum dalam analisa jabatan mengajar. Itulah sebabnya seorang
trainer yang baik harus mempunyai kecakapan-kecakapan sebagai berikut :
1. Pengetahuan vak yang mendalam dan mempunyai kecakapan vak.
2. Mempunyai rasa tanggungjawab dan sadar akan kewajiban.
3. Bijaksana dalam segala tindakan dan sabar.
4. Dapat berpikir secara logis.
5. Mempunyai kepribadian yang menarik.
Ad.7. Trainer training
Trainer sebelum diserahi tanggungjawab untuk memberikan pelajaran hendaknya
telah mendapatkan pendidikan khusus untuk menjadi tenaga pelatih. Dengan
demikian salah satu asa yang penting dalam pendidikan ialah agar para pelatih
mendapat didikan sebagai pelatih.
Ad.8. Traning menthods
Suatu latihan akan berhasil tidak trgantung pada tenaga pengajarnya saja akan
tetapi juga tergantung pada metode yang diperjuangkan.
6
Metode yang dipergunakan dalam training harus sesuai dengan jenis training yang
diberikan. Misalnya metode pemberian kuliah tidak sesuai untuk karyawan pelaksana.
Untuk karyawan pelaksana hendaknya diberikan lebih banyak peragaan di samping
pelajaran teoritis.
B. Definisi Training ( latihan) dan Pengembangan Personil
a. Menurut Wexley & Yukl (1976) dikatakan:
“Disini pelatihan dan pengembangan adalah istilah-istilah yang menyangkut usaha-
usaha yang berencana yang diselenggarakan agar supaya dicapai penguasaan akan
ketrampilan, pengetahuan, dan sikap-sikap yang relevan terhadap pekerjaan.
Untuk istilah latihan dan pegembangan ada beberapa pendapat seperti misalnya
Campbell, Dunnette, Lawler, and Weick :
“Training adalah proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur
sistemmatis dan terorganisasi, yang mana tenaga kerja non managerial mempelajari
pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan-tujuan tertentu.
Yang disebut pengembangan ialah proses pendidikan jangka panjang yang
mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisasi, dengan mana tenaga kerja
managerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritik untuk tujuan-tujuan
umum.
Pada prinsipnya batas antara training dan pengembangan tidaklah jelas. Ada yang
menggunakan training melibatkan para personil tingkat bawah dan menampilkan
problema-problema yang lebih factual dan terbatas sedang penggunaan
pengembangan lebih menitik beratkan pada level manager agar trampil dalam
pembuatan kepeutusan-keputusan serta peningkatan dalam masalah human relation.
b. Menurut Wexley & Yukl (1977) ada tiga alasan mengapa latihan dan
pengembangan personil itu perlu diselenggarakan oleh organisasi perusahaan,
diantaranya ialah :
a. Personel selection dan placement tidak selalu menjamin akan personil tersebut
cukup terlatih dan bisa memenuhi persyaratan pekerjaannya secara tepat.
Kenyataannya banyak diantara mereka harus mempelajari pengetahuan,
keterampilan, dan sikap-sikap yang diperlukan setelah mereka diterima dalam
pekerjaan.
b. Bagi personil-personil yang sudah senior ( lanjut usia, berpengalaman)
kadang-kadang perlu ada penyegaran dengan latihan-latihan kerja.
7
c. Hal ini disebabkan berkembangan job content, cara mengoperasikan mesin-
mesin dan teknisnya, untuk promosi maupun mutilasi.
d. Manajemen sendiri menyadari bahwa program training yang efektif dapat
berakibat : peningkatan produktivitas, mengurangi absen, mengurangi labour
turn over dan peningkatan kepuasan kerja.
Identifikasi Kebutuhan Training dan Pengembangan Kerja
Untuk menghindari suatu program training yang tidak tepat maka perlu
dilaksanakan identifikasi kebutuhan training dan pengembangan. Tanpa adanya
analisis ini sebenarnya training hanya akan membuang-buang waktu dan uang karena
pada dasarnya hanya mengikuti mode belaka.
Suatu program training sebenarnya dapat disusun untuk tenaga kerja yang baru
diterima dapat pula untuk tenaga yang telah lama berkerja pada perusahaan.
C. Sistem Training dan Pengembangan
Untuk setiap training dan pengembangan akan dijumpai komponen-komponen
sebagai berikut :
1. Sasaran training
Setiap training harus mempunyai sasaran yang jelas yang bisa diuraikan ke
dalam perilaku-perilaku yang dapat diamati dan diukur.Jika sasaran training
ini tidak jelas maka akan tidak bisa diketahui efektivitas dari training itu
sendiri sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
2. Pelatih
Tugas pelatih adalah mengajarkan bahan-bahan latihan dengan metode-
metode tertentu sehingga peserta akan memperoleh pengetahuan, ketrampilan,
dan sikap yang diperlukan sesuai dengan sasaran yang diinginkan oleh
perusahaan.
3. Bahan-bahan latihan
Berdasarkan sasaran training barulah disusun untuk menentukan bahan-bahan
latihan yang relevan.Kalau bahan ini tidak relevan jelas sasaran training juga
tidak akan tercapai.
8
4. Metode-metode latihan
Setelah bahan latihan ditentukan maka langkah berikutnya adalah menyusun
metode latihan yang tepat.
Apabila metode latihan itu kurang tepat maka sasaran latihan juga tidak bisa
didapat. Misal : kalau sasaran latihan adalah kecakapan dalam bidang
penjualan, sedangkan metode latihannya adalah kuliah dan diskusi tanpa
latihan-latihan untuk ketrampilan, maka kemungkinan besar sasaran latihan
juga tidak bisa tercapai.
5. Peserta
Peserta adalah komponen yang cukup penting, sebab berhasilnya suatu
program latihan tergantung pada peserta.Sejauh mana peserta memang
memerlukan dan merasa mampu untuk mengikuti program latihan merupakan
dua hal yang memperngaruhi kadar keberhasilan suatu program pelatihan dan
pengembangan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelima komponen ( sasaran, pelatih,
bahan, metode, dan peserta) di atas saling tergantung dan saling mempengaruhi
keberhasilan suatu program pelatihan dan pengembangan ditentukan oleh kelima
komponen tersebut.
D. Penetapan tujuan latihan dan pengembangan
Tujuan dari latihan dan pengembangan dapat dibedakan menjadi dua ialah tujuan
umun dan khusus. Untuk tujuan umum menurut Sikula (1976) sebagai berikut :
1. Meningkatkan produktivitas kerja
2. Training dapat meningkatkan performance kerja pada posisi jabatannya yang
sekarang. Kalau level of perfomancenya naik maka berakibat peningkatan dari
produktivitas dan peningkatan keuntungan bagi perusahaan.
3. Meningkatkan mutu kerja
4. Ini berarti peningkatan baik kuantitas maupun kualitas. Tenaga kerja yang
berpengetahuan jelas akan lebih baik dan akan lebih sedikit berbuat kesalahan
dalam operasionalnya.
5. Meningkatkan ketepatan dalam human resources planning
9
6. Training yang baik bisa mempersiapkan tenaga kerja untuk keperluan di masa
yang akan datang. Apabila ada lowongan-lowongan maka secara mudah akan
diisi oleh tenaga-tenaga dari dalam perusahaan sendiri.
7. Meningkatkan moral kerja
8. Apabila perusahaan menyelenggarakan program training yang tepat maka
iklim dan suasana organisasi pada umumnya akan lebih menjadi baik. Dengan
iklim kerja yang sehat maka moral kerja (semangat kerja) juga meningkat.
9. Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja
10. Suatu training yang tepat dapat membantu menghindari timbulnya
kecelakaan-kecelakaan akibat kerja. Selain daripada itu lingkungan kerja akan
menjadi lebih aman dan tentram.
11. Menunjang pertumbuhan pribadi
12. Ini dimaksudkan bahwa program training yang tepat sebenarnya member
keuntungan kedua belah pihak yaitu perusahaan dan tenaga kerja itu sendiri.
Bagi tenaga kerja, jelas dengan mengikuti program training akan lebih
memasakkan dalam bidang kepribadian, intelektual, dan keterampilan.
E. Evaluasi Program Latihan dan Pengembangan
Evaluasi program latihan dan pengembangan ini diartikan sebagai penetapan
kriteria keberhasilan berserta tolak ukurnya.Suatu program latihan memang sangat
perlu untuk dievaluasi sebab dengan evaluasi akan diketahui seberapa banyak usaha
latihan ini bisa mengubah perilaku dari peserta sesuai dengan yang diharapkan oleh
pelatih dan perusahaan.
Menurut Wexley & Yukl (1977) sering dijumpai bahwa evaluasi terhadap latihan
ini kurang mendapat perhatian sebagaimana mestinya. Adapun alasan-alasan tersebut
antara lain:
1. Beberapa manager merasa enggan mengevaluasi oleh karena mereka
merasa yakin semuannya berjalan beres dan lancar.
2. Banyak pimpinan-pimpinan program pelatihan tidak mempunyai
keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengadakan penelitian
evaluasi.
3. Penyelenggaraan pelatihan kerja hanya karena didorong oleh factor imitasi
saja (karena saingannya juga menyelenggaarakan training) sehingga untuk
mengevaluasi merasa enggan.
10
4. Beberapa model latihan kerja ini karena sangat kompleknya sehingga
perilaku-perilakunya sangat sulit untuk diukur.
5. Biasannya biaya untuk menyelenggarakan program latihan cukup besar
sehingga untuk mengeluarkan biaya evaluasi menjadi keberatan.
Sebagai kriteria keberhasilan suatu program training dan pengembangan dapat
ditetapkan perilaku-perilaku trainess (peserta) sebagaimana ditampilkan pada akhir
program training atau dapat pula ditetapkan melalui prestasi kerja peserta setelah
mereka kembali ke pekerjaan mereka masing-masing selama waktu tertentu.
11
BAB III
Evaluasi Terhadap Reaksi (Tanggapan Peserta)
Disini dimaksudkan, evaluasi justru dari pihak peserta untuk mengetahui apakah
peserta menyukai program pelatihan tersebut. Maksudnya dari evaluasi ini antara
lain:
1. Untuk menentukan apa yang sebenarnya diinginkan oleh para peserta
latihan.
2. Bentuk evaluasi sebaiknya anonim sehingga rahasia evaluator bisa
dijamin.
3. Adanya kesempatan dari peserta latihan untuk memberikan komentar-
komentar tambahan pada evaluasinya.
Metode-metode Latihan dan Penembangan
Penetapan metode-metode latihan adalah suatu langkah setelah langkah
penetapan kriteria dengan alat-alat ukurnya. Teknik dari training ada dua model yaitu:
Off the job training dan on the job training.
1. Metode off-side
Metode-metode latihan off-side atau training di luar pekerjaannya meliputi :
a. Teknik presentasi informasi
b. Simulasi methods
A) Teknik Presentasi Informasi
Teknik-teknik presentasi informasi di sini dimaksudkan sebagai suatu cara
pendekatan untuk mengubah : skills, knowledge, dan attitude dari peserta
latihan dengan tanpa meminta mereka berpartisipasi dalam suatu simulasi
pekerjaan.
Adapun teknik-tekniknya ialah :
1) Lecture.
2) Television and film.
3) Coference ( discussion)
4) Programmed instruction.
5) Computer – assisted instruction.
6) T – Group (or sensitivity) training
7) Behavior modeling.
Selanjutnya akan diuraikan masing-masing teknik tersebut:
12
Ad.1 Lecture (kuliah,ceramah)
Kuliah merupakan suatu ceramah yang disampaikan secara lisan untuk tujuan-
tujuan pendidikan. Jadi kuliah adalah pembicaraan-pembicaraan yang diorganisir
secara formal tentang hal-hal yang khusus. Metode ini bisa dipakai untuk kelompok
yang besar sehingga biaya per perserta relative lebih rendah, selain daripada itu bahan
pengetahuan yang diberikan akan banyak dalam waktu yang relative singkat.
Kelemahan yang utama adalah metode ini kurang bisa membuat aktif dari pada
peserta karena komunikasinya hanya searah sehingga tidak ada umpan balik. Selain
daripada itu, kuliah cenderung untuk menekankan faktor ingatan saja akan fakta-fakta
dan gambar-gambar.
Walaupun nanpaknya metode kuliah ini banyak kelemahan-kelemahan tetapi
metode ini tetap mempunyai nilai terutama apabila dalam program training itu
menggunakan metode kuliah di samping metode-metode training yang lainnya.
Berdasarkan metode survey yng dilakukan oleh Carrol (1972) terhadap direktur-
direktur latihan dari 500 perusahaan dapat disimpulkan bahwa metode kuliah menurut
ranking adalah kurang efektif dibandingkan dengan metode yang lainnya.
Ad.2. Television and film
Penggunaan TV dan film sebagai suatu metode penyampaian untuk suatu
program latihan mempunyai keuntungan-keuntungan yang spesifik bila dibandingkan
dengan metode kuliah. Keuntungan tersebut antara lain :
1) Pada TV bisa disajikan contoh-contoh yang riel terutama pada kejadian-
kejadian yang perlu ditonjolkan.
2) Pada TV bisa melukiskan kejadian-kejadian yang tidak bisa digambarkan
apabila metode kuliah.
3) Apabila penyelenggaraan program latihan dibagi dalam kelompok-kelompok
dan serentak maka tape TV atau kopi film bisa dikirimkan ke semua
kelompok untuk dipergunakan dalam waktu latihan yang sama.
Ad.3. Conference (diskusi)
Konferensi merupakan pertemuan formal di mana terjadi diskusi ataupun
konsultasi tentang suatu hal yang penting. Dalam hal ini konferensi lebih
menekankan adanya :
- Diskusi kelompok kecil
- Bahan yang terorganisir
- Keterlibatkan peserta secara aktif.
13
Tujuan daripada metode konferensi :
- Megembangkan ketrampilan-ketrampilan personi dalam pembuatan
keputusan dan pemecahan masalah.
- Menyampaikan informasi-informasi yang relatife baru.
- Secara langsung bisa mengubah sikap-sikap dari peserta seperti yang
diingikan dari pelatihnya.
Menurut Carol (1972) ternyata metode konferensi lebih efektif daripada metode
ceramah terutama kalau tujuan latihan adalah untuk mengubah sikap peserta. Menurut
Bass & Barret (1972) metode konferensi ini sangat tergantung pada ketrampilan,
pendidikan, dan kepribadian dari pimpinan diskusi.
Kelemahan utama dari metode konferensi ini adalah terbatasnya para peserta
yang relatif kecil ( sekitar 15 sampai 20 orang) sehingga biaya per peserta relatif
menjadi lebih besar. Kelemahan yang lain adalah pada metode ini kemampuan
pengajarannya lebih lambat.
Ad.4 Program Instruksi (PI)
Program Instruksi adalah bimbingan berencana atau instruksi bertahap.
Program ini terdiri dari satu urutan langkah yang berfungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan suatu pekerjaan. Menurut Wexy & Yukl (1977) Program instuksi
adalah :
1) Bahan latihan dibagi menjadi bagian-bagian yang kecil.
2) Bagian-bagian ii disusun menurut urutan tertentu dari yang paling mudah ke
yang paling sulit.
3) Pada akhir dari setiap urutan langkah tersebut, peserta diminta untuk
memberikan suatu respons untuk bisa dinilai seberapa jauh pengetahuannya
pada langkah tersebut.
4) Peserta segera diberi tahu jawaban yang benar atau yang salah yang
diperbuatnya. Jika responsnya itu benar maka peserta bila langsung
melanjutkan ke langkah urutan berikutnya, demikian pula apabila respons itu
salah maka perlu perlakuan tersendiri sampai responsnya benar.
Keuntungan dari metode ini (PI) adalah :
1) Peserta dapat belajar sesuai dengan tempo belajarnya tersendiri.
2) Bahan yang harus dipelajari dibagi-bagi ke dalam satuan-satuan kecil,
sehingga mudah diserap dan diingat.
14
3) Ada umpan balik secara langsung.
4) Ada partisipasi peserta secara aktif.
5) Perbedaan antar individu (individu differences) sangat diperhatikan.
6) Latihan bisa diselenggarakan di mana saja dan kapan saja.
Ad.5. Computer – Assisted Intruction
Pengajaran dengan komputer adalah cara yang lebih baru dalam bidang
metodologi pengajaran. Menurut Goldstein (1974) dalam metode ini individu secara
langsung berinteraksi dengan sebuah komputer pada mesin-mesin ketik elektronis.
Komputer dalam hal ini mampu untuk mengevaluasi kemajuan belajar dari orang
yang dilatih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Oleh karena alat ini
termasuk alat yang mahal harganya maka kenyataannya perusahaan-perusahaan di
Indonesia masih keberatan untuk menggunakannya.
Ad.6. T-Group 9or sensitivity) training
Teknik pengembangan manajemen yang populer digunakan adalah dengan
pendidikan laboratori. Model ini menjadi sangat terkenal oleh karena perusahaan-
perusahaan yang menginginkan pengembangan menejemennya dengan teknik
ceramah dan diskusi kurang berhasi. Oleh sebab itu begitu model ini diperkenalkan
untuk memperbaiki perilaku interpersonal dari para manager dan kebanyakan merasa
berhasil maka model ini menjadi sangat populer.
Tujuan T-Group :
1) Memberikan kepada peserta pengertian mengenai bagaimana dan mengapa ia
bertindak terhadap orang-orang lain (persepsi) dan mengenai cara ia
mempengaruhi perilaku mereka.
2) Memperoleh pengertian mengapa orang lain bertindak menurut cara mereka.
3) Mengajarkan kepada para peserta untuk menjadi pendengar yang baik dari
pembicara orang lain.
4) Memperoleh pengertian mengenai bagaimana kemauan dari kelompok untuk
bertingkah laku laku dalam kondisi-kondisi tertentu.
5) Mempercepat perkembangan rasa toleransi dan pengertian terhadap perilaku
orang lain.
6) Menciptakan suatu situasi di mana peserta dapat mnggunakan cara
berinteraksi yang baru dengan orang lain dan sekaligus akan mendapatkan
umpan balik dari pengalamannya.
15
Syarat agar T – Group bisa berjalan lancar perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Harus ada partisipasi penuh untuk para peserta.
2) Harus ada pimpinan untuk kelompok dari hasil pilihan yang seksama.
3) Seleksi terhadap peserta dilakukan secara ketat sesuai dengan tujuan latihan.
4) Tujuan-tujuan latihan harus bisa dijabarkan dalam istilah-istilah yang rinci.
Ad.7. Behavior modeling
Goldstein & Socher (1974) telah menerapkan prisip-prinsip modeling dalam
suatu program pengembangan tentang cara pengawasan yang baik bagi para
manager kepada para bawahannya. Latihan dimulai dengan diskusi mengenai
perilaku kepemimpinan yang baik yang diharapkan oleh bawahan mereka.
Selanjutnya diperlihatkan kepada para peserta latihan suatu model seorang
pemimpin dalam melakukan pengawasan.
B) Simulation Menthod
Metode simulasi berusaha menciptakan suatu situasi yang merupakan tiruan dari
keadaan nyata. Dalam hubungannya dengan training, maka suatu simulasi adalah
sesuatu jenis alat atau teknik yang menjalin setempat mungkin kondisi-kondisi nyata
yang ditemukan dalam pekerjaan. Dalam bidang manajemen dikenal dengan business
game, dimana situasi perusahaan dengan berbagai masalahnya.
Untuk metode simulasi ini, para personil dapat belajar mengoperasikan
( misalnya bongkar pasang mesin) ,belajar mempraktekan prosedur-prosedur baru
sebelum mereka dihadapkan pada pekerjaan mereka yang dianggap membahayakan.
Bagi pekerjaan yang menyangkut kegiatan penjualan (salesmen took, asuransi,)
metode ini merupakan uji coba terhadap perilaku yang bersifat relasi untuk bisa
mempengaruhi orang lain.
16
BAB IV
PENUTUP
Pemimpin perusahaan menyadari bahwa berhasil atau tidaknya usaha
mempertinggi produksi serta efisiensi banyak tergantung kepada unsur manusianya
yang melakukan pekerjaan dan melayani alat-alat kerja. Oleh karena itu sangat perlu
adanya penghargaan terhadap tenaga kerja sesuai dengan sifat dan keadaannya. Sebab
tenaga kerja itu bukan barang mati melainkan makhluk hidup yaitu manusia yang
mempunyai pikiran, perasaan, dan kemauan.
Penghargaan yang dimaksud terutama ialah pemeliharaan agar tenaga kerja dapat
lama dan efisien. Pemeliharaan itu pertama-tama tentu dididik ke arah mempunyai
kecakapan kerja. Setiap pimpinan dalam perusahaan bertanggung jawab untuk
memajukan atau mengembangkan kecakapan daripada karyawannya. Dengan
mengembangkan kecakapan karyawan dimaksudkan sebagai setiap usaha dari
pimpinan untuk menambah keahlian kerja tiap karyawan sehingga di dalam
melaksanakan tugas-tugasnya dapat lebih efisien dan produktif.
Untuk meningkatkan produksi tidak hanya tergantung pada mesin yang serba
modern, modal yang cukup, dan bahan baku yang banyak. Akan tetapi tergantung
pula pada orang yang melaksanakannya. Oleh karena itu untuk mencapai taraf
efisiensi dan produksifitas yang tinggi, seorang pimpinan perusahaan harus dapat
mengetahui dan melayani kebutuhan karyawannya. Besar kecilnya prestasi yang
diberikan oleh karyawan dapat terpenuhi apabila mereka diberi kesmpatan untuk
mengembangkan kecakapan mereka yang sesuai dengan bakat dan lapangan kerjanya.
Pengembangan kecakapan kerja karyawan dapat dilaksanakan dengan berbagai
cara dan salah satunya diantaranya melalui program training dalam perusahaan. Para
pemimpin perusahaan sudah mulai menyadari kenyataan bahwa biaya yang
dikeluarkan untuk melatih para karyawan akan kembali berlipat ganda sebagai akibat
bertambahnya mutu pekerjaan mereka.
Karyawan yang mengikuti training dan pengembangan tanpa ada minat padanya
sudah tentu tidak akan membawa hasil yang memuaskan. Sebaliknya, dengan
timbulnya minat, maka perhatiaannya terhadap training yang akan dijalaninya akan
semakin besar. Dengan mengetahui arti serta tujuan daripada tugas yang akan
dilakukan , dapat diharapkan timbul perhatian tersebut.
17
Oleh karena itu maka sebelum para karyawan menjalani training, hendaknya
kepada mereka diberikan penjelasan mengenai arti dan tujuan training terlebih
dahulu.
Tujuan training dan pengembangan berhubungan erat dengan jenis training.
Yaitu untuk memperoleh training agar dapat mengetahui secara tepat pekerjaannya,
sehingga efisiensi dan kegairahan kerja dapat terwujut. Selain itu dalam kenyataannya
dengan training dimaksudkan untuk mempertinggi kerja karyawan dengan
mengembangkan cara-cara berpikir dan bertindak yang tepat serta pengetahuan
tentang tugas pekerjaan. Dengan perkataan lain training dan pengembangan dapat
menambah ketrampilan kerja karyawan.
Adapun ketrampilan tersebut mempunyai beberapa fungsi :
- Memperpendek jarak antara waktu penyelesaian tugas dengan permulaan
tugas yang dihadapi.
- Merangsang dorongan bertindak.
- Mengisi masa luang.
- Member kepuasan lebih besar.
18