makalah perilaku keorganisasian

27

Click here to load reader

Upload: dharma-bracha-brocho

Post on 27-Oct-2015

1.128 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

konflik sumbawa

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH perilaku keorganisasian

MAKALAH

PERILAKU ORGANISASI

KONFLIK ETNIS SAMAWA DAN ETNIS BALI DI SUMBAWA BESAR

KABUPATEN SUMBAWA

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir Matakuliah Perilaku

Organisasi

Oleh

I GEDE WIRADHARMA

NIM. A1C 010 007

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MATARAM

2013

| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa

1

Page 2: MAKALAH perilaku keorganisasian

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa yang telah

melimpahkan berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Makalah Perilaku Organisasi yang berjudul “Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di

Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa” ini.penulisan makalah ini ditunjukan untuk

memenuhi tugas akhir matakuliah perilaku organisasi. Adapun isi dari makalah ini yaitu

menjelaskan bagaimana gambaran konflik yang terjadi di kabupaten sumbawa provinsi NTB.

Selain itu didalam makalah ini juga dibahas mengenai bagaimana solusi terbaik untuk

mengatasi konflik tersebut.

Makalah ini tersusun berkat bantuan dari berbagai pihak, baik yang memberikan

dukungan berupa moril ataupun materiil. Terima kasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

Maha Esa, kedua orangtua tercinta, saudara dan segenap sahabat yang setia menemani dan

memberikan arahan terbaik bagi penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan tanpa ada

hambatan yang berarti.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan

terbatasnya pengetahuan maupun pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis memohon

maaf dan terbuka menerima saran maupun kritik yang sifatnya membangun. Selain itu,

penulis juga berharap makalah ini dapat membantu proses belajar untuk lebih memahami arti

dari keberadaan organisasi dan cara untuk menghindari konflik yang terjadi.

Terima kasih.

Mataram, Juni 2013

Penyusun

| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa

2

Page 3: MAKALAH perilaku keorganisasian

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR............................................................................................... 2

DAFTAR ISI.............................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang. .................................................................................................... 4

2. Rumusan Masalah................................................................................................ 6

3. Tujuan dan Manfaat............................................................................................. 6

BAB II PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum Konflik Yang Terjadi............................................................. 8

2. Penyebab Konflik................................................................................................. 10

3. Pelaku konflik.. .................................................................................................... 13

4. Cara Mengatasi Konflik....................................................................................... 13

5. Efektifitas penyelesaian konflik........................................................................... 15

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan.......................................................................................................... 16

2. Saran.................................................................................................................... 16

BAB IV DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 18

| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa

3

Page 4: MAKALAH perilaku keorganisasian

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Konflik berasal dari kata kerja Latin  configere yang berarti saling memukul.

Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau

lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak

lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik juga

merupakan suatu gejala yang umunya muncul sebagai akibat dari interaksi manusia

dalam hidup bermasyarakat. Konflik akan timbul ketika terjadi persaingan baik

individu maupun kelompok. Konflik juga bisa dipicu karena adanya perbedaan

pendapat antara komponen-komponen yang ada di dalam masyarakat membuatnya

saling mempertahankan ego dan memicu timbulnya pertentangan. Bukan hanya

dimasyarakat konflik juga bisa terjadii di satuan kelompok masyarkat terkecil,

keluarga, seperti konflik antar saudara atau suami istri.

beberapa pengertian konflik atau definisi konflik yang dikeluarkan oleh

beberapa ahli:

Berstein (1965), konflik merupakan suatu pertentangan, perbedaan yang tidak dapat

dicegah.

Dr. Robert M.Z. Lawang, menurutnya konflik adalah perjuangan untuk memperoleh

nilai, status, kekuasaan, dimana tujuan dari mereka yang berkonflik, tidak hanya

memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya.

Drs. Ariyono Suyono, menurutnya pengertian konflik adalah proses atau keadaan

dimana ada 2 pihak yang berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing

disebabkan karena adanya perbedaan pendapat, nilai-nilai ataupun tuntutan dari

masing-masing pihak.

Soerjono Soekanto, menurutnya konflik adalah proses sosial dimana orang atau

kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lain

yang disertai ancaman dan kekerasan.

| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa

4

Page 5: MAKALAH perilaku keorganisasian

Terdapat berbagai macam jenis konflik yang ada dimasyarakat salah satunya

adalah konflik sosial. Menurut Soerjono Soekanto, Pengertian konflik sosial adalah

suatu proses social dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi

tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau

kekerasan Menurut teori konflik, masyarakat senantiasa berada dalam proses

perubahan yang di tandai oleh pertentangan yang terus menerus diantara unsure-

unsurnya. Teori konflik melihat bahwa setiap elemen memberikan sumbangan

terhdapa disintegrasi sosial. Teori konflik melihat bahwa keteraturan yang terdapat

dalam masyarakat itu hanyalah disebabkan karena adanya tekanan atau pemaksaan

kekuasaan dari atas golongan yang berkuasa.

Saat ini khusunya Di Indonesia konflik sosial sangat sering terjadi terutama

konflik-konflik yang berbau SARA (Suku Agama Ras dan Antar golongan). Kasus

yang baru-baru ini terjadi yaitu konflik horizontal yang terjadi di provinsi NTB yaitu

tepatnya di Daerah Sumbawa Besar yang melibatkan etnik bali di tahun 2013. Konflik

semacam ini disebabkan oleh berbagai faktor, terutama penduduknya yang sangat

beragam baik etnis, budaya, dan agamanya

Realitas kemajemukan etnis dan agama di negeri ini meniscayakan adanya

potensi kerentanan konflik sosial, baik dalam bentuk konflik komunal maupun

sektarian. Jacques Bertrand mencatat, konflik sosial yang terjadi dalam kurun 1990-

2002 saja telah memakan 10.000 korban jiwa.

Intensitas konflik cenderung meningkat empat tahun terakhir. Puluhan konflik sosial

sepanjang 2012 seharusnya memaksa pemerintah dan kepolisian lebih siap, bahkan

terlatih, menghadapi gejolak sosial. Namun, ternyata instrumen hukum tidak efektif

dan aparat selalu kedodoran.

Inilah yang mendasari terbitnya Inpres Nomor 2 Tahun 2013 guna meningkatkan

efektivitas penanganan gangguan keamanan domestik dengan menekankan tanggung

jawab kepala daerah dan kepolisian. Penulis di harian ini pernah mengingatkan,

bangunan integrasi sosial bangsa akan terancam jika pemerintah daerah dan kepolisian

tak memiliki sistem deteksi dini konflik, tidak mengurangi kesenjangan ekonomi, dan

membiarkan eksklusi sosial dalam masyarakat.

Kemarahan komunal di Sumbawa mengisyaratkan sumbu konflik komunal sudah

menjalar ke daerah yang rendah tingkat kerentanan konfliknya. Tragisnya ini terjadi di

| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa

5

Page 6: MAKALAH perilaku keorganisasian

Kabupaten Sumbawa yang mengklaim diri ikon miniatur kemajemukan Indonesia

dengan komposisi etnis Sumbawa/Samawa 66,66 persen, Sasak 13,76 persen, Jawa

3,26 persen, Bugis 3,24 persen, Bima 2,78 persen, Bali 2,7 persen, Sunda 0,19 persen,

Dompu 0,13 persen, dan lainnya 7,28 persen.

Padahal, sejak Orde Baru, di Sumbawa nyaris tak ada amuk komunalisme, kecuali

pada November 1980 yang menyeret etnis Samawa dan etnis Bali ke dalam pusaran

konflik.

2. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas penulis dapat merumuskan

berbagai masalah yang terjadi yaitu :

a. Bagaimana gambaran umum konflik yang terjadi di Sumbawa Besar?

b. Apa saja penyebab konflik yang terjadi di sumbawa besar?

c. Bagaimana cara mengatasi konflik yang terjadi di sumbawa besar?

d. Bagaimana efektifitas penyeleesaian konflik yang terjadi di sumbawa besar?

3. TUJUAN DAN MANFAAT

a. TUJUAN

1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran umun dan penyebab konflik yang

terjadi di sumbawa besar provinisi NTB.

2. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi konflik yang terjadi di

sumbawa besar provinisi NTB.

3.Mengetahui efektifitas penyelesaian konflik yang terjadi di sumbawa besar

provinsi NTB

b. MANFAAT

1. Manfaat Teoritis

Penulis berharap makalah ini dapat memberikan pengetahuan tentang

berbagai konflik yang dapat terjadi khusunya konflik sosial yang berbau

| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa

6

Page 7: MAKALAH perilaku keorganisasian

SARA dan mengasah kemampuan dalam pembuatan karya ilmiah untuk

peningkatan pengetahuan akademik.

2. Manfaat praktis

Memberikan gambaran kepada pembaca mengenai konflik yang

terjadi di kabupaten sumbawa besar dan diharapkan pembaca dapat

menimbulkan rasa saling menghormati antar umat beragama serta dapat

menghindari terjadinya konflik – konflik yang bersifat negatif.

BAB II

PEMBAHASAN

| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa

7

Page 8: MAKALAH perilaku keorganisasian

1. GAMBARAN UMUM KONFLIK YANG TERJADI

Secara geografis kabupaten Sumbawa terletak pada posisi yang cukup

strategis, yaitu berada pada segitiga emas kawasan pariwisata antara pulau Bali,

Lombok dan pulau Komodo. Kabupaten Sumbawa juga memiliki kekayaan

sumberdaya alam yang cukup potensial, yaitu berupa lahan pertanian dan peternakan

dan telah ditetapkan sebagai lumbung padi dan daerah pengembangan ternak di NTB.

Di samping itu, juga memiliki kekayaan hutan, flora dan fauna, mineral,

pertambangan emas dan tembaga, industri dan sumber daya kelautan dengan panjang

pantai mencapai 900 km. Luas wilayah darat mencapai 8.493 km2 dan wilayah laut

4912,46 km2. Jumlah penduduk seluruhnya 452.746 jiwa, (laki-laki 228.717 jiwa dan

perempuan 224.029 jiwa). Sedangkan jumlah penduduk asli (etnis Samawa) mencapai

68,66% selebihnya adalah berasal dari etnis Bali, Sasak (Lombok), Jawa, Sunda,

Madura, Mbojo (Bima/ Dompu), Bugis Makasar, Minang, Sumba/ Timor, dan Arab.

Dengan berbagai potensi yang dimiliki, kabupaten Sumbawa cukup memiliki daya

tarik bagi para pendatang, khususnya oleh warga etnis Bali yang datang mengadu

nasib dan bekerja di kabupaten Sumbawa. Kehadiran etnis Bali di kabupaten

Sumbawa, dilatarbelakangi oleh faktor migrasi, transmigrasi, dan karena keterdesakan

oleh kondisi ekonomi dan geografis di daerah asal, dengan motivasi ingin merantau,

meningkatkan taraf hidup, mencari kerja, menjadi petani, peternak, pedagang/bisnis,

mutasi jabatan pegawai, pejabat, dan sebagainya. Dalam kurun waktu 10 tahun (1970-

1980) etnis Bali berhasil unggul dalam mengakses sumber-sumber ekonomi, jabatan-

jabatan penting di birokrasi (pemerintahan/swasta/ BUMN). Lambat laun, keberadaan

etnis Bali kemudian membawa warna tersendiri dalam kehidupan masyarakat

Sumbawa, di mana warga etnis Bali mulai menampilkan perilaku dan aktivitas sosial

budaya dan adat Bali yang dianggap mencolok oleh warga etnis Samawa. Semua

kondisi tersebut akhirnya menjadi sumber dan pemicu konflik antara etnis Samawa

dengan etnis Bali. Isu menyebar tak terkendali, kebenaran samar di dalamnya

dimaknai berbeda oleh masing-masing pihak. Isu berkembang menjadi prasangka,

lalu memunculkan stereotype lama yang tersembunyi,kenyataan bahwa selama ini

terdapat kecemburuan sosial antara etnis Sumbawa dan Bali. Konflik sebelumnya

| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa

8

Page 9: MAKALAH perilaku keorganisasian

pernah terjadi pada 17 November 1980. Saat itu konflik dipicu oleh perkelahian

pemuda Bali dengan pemuda Sumbawa, melebar ke kasus kawin lari yang sering

terjadi sepanjang tahun, sampai kepada terjadinya penembakan oleh oknum

pejabat/aparat yang yang mengakibatkan korban luka  dan meninggal dunia, akhirnya

memicu meletusnya konflik secara meluas pada tanggal 17 November 1980 (puncak

amuk massa secara besar-besar di seluruh kota maupun di beberapa desa/kecamatan).

Isu SARA (suku-agama-ras) berhasil dihembuskan oleh kelompok kepentingan yang

ingin menjadi Bupati Sumbawa periode berikutnya . Dan puncaknya baru – baru ini

konflik di daerah sumbawa yang melibatkan etnik bali yang terjadi di awal tahun

2013. Kerusuhan ini berawal dari meninggalnya seorang mahasiswi warga Desa

Brang Rea, Moyo Hulu yang diduga diperkosa oleh oknum polisi asal bali, isu yang

disebarkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab ini menyebabkan warga marah.

Informasi yang disebarkan warga ini berbeda dengan apa yang diberitakan oleh pihak

kepolisian. Pihak kepolisian menguraikan bahwa korban meninggal akibat kecelakaan

di jalan raya jurusan sumbawa-kanar, kilometer 15-16, didekat tambak udang dusun

Empang, Desa Lab Badas, Sumbawa Besar pada sabtu, 19 januari 2013 sekitar pukul

23.00. saat itu, personel polisi bernama I Gede Eka Swarjana, 29 tahun, berboncengan

dengan Arniati, 30 tahun, dengan menggunakan motor yamaha mio dengan nomor

polisi DK 5861 WY. Keduanya melaju dari kanar menuju sumbawa sesampainya di

dekat tambak udang dusun empang desa lab badas motor tersebut selip dan terjatuh ke

kanan jalan, sehingga mengakibatkan arniati meninggal.

Isu-isu yang beredar secara tidak jelas inilah yang menyulut emosi warga dan

menjadi awal terjadinya konflik berbau sara di sumbawa yang berbuntut pada

perusakan rumah ibadah milik warga bali di Sumbawa, Kantor, dan Ruko. Kerusuhan

Sumbawa ini menjadikan aktivitas perkantoran, pelayanan umum, bisnis, dan

ekonomi setempat sempat lumpuh. Bank-bank yang beroperasi di sana sempat tutup,

bahkan satu bank pemerintah di sana mengungsikan karyawannya dari etnik tertentu

keluar Pulau Sumbawa menuju Kota Mataram memakai kapal.

2. PENYEBAB KONFLIK

| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa

9

Page 10: MAKALAH perilaku keorganisasian

Tampaknya sakit hati masa lalu masih bersisa, prasangka masih berkembang

dan diwariskan kepada generasi muda. Begitu dalamnya luka masa lalu tersebut

hingga sebuah isu yang tentu belum dapat dipastikan kebenarannya dapat membakar

amarah warga. Itulah yang terjadi saat ini. Namun tentu saja, sebuah kecemburuan

sosial tak akan meledak bila tak ada api yang membakar sumbu peledak. Api itu

bernama kegagalan komunikasi.

Kegagalan Komunikasi

Diberitakan terjadi kecelakaan yang menimbulkan kematian seorang

perempuan. Masalah muncul ketika keluarga korban melihat luka yang diderita tak

hanya luka kecelakaan. Terdapat lebam di tubuhnya, hal yang seharusnya tak ada

dalam luka kecelakaan. Keluarga berpikir akan kemungkinan adanya tindak

penganiaayan terhadap putri tercinta. Isu menyebar perlahan. Ratusan mahasiswa

mendatangi kantor polisi meminta penjelasan. Mahasiswa melakukan ini karena sang

korban sebelumnya dibawa oleh oknum polisi , kekasihnya untuk berkencan.Namun

cerita cinta berakhir menjadi berita kematian di pagi hari. Tindakan mahasiswa

meminta penjelasan yang selanjutnya disebut unjuk rasa ini tak mendapatkan hasil.

Mereka pun membubarkan diri.

Tak ada kejelasan, informasi masih bias, kebenaran tampak remang dan

keluarga korban terus diliputi kebingungan dan kesedihan mendalam. Kematian putri

tersayang meninggalkan bayang gelap bernama prasangka. Hal sangat wajar

mengingat kematian putri tersayang yang tiba-tiba dan berbagai keanehan luka yang

diderita. Kecurigaan keluarga tentu menjadi hal yang manusiawi. Sayangnya,

prasangka menjadi isu dan menyebar begitu cepat.

Tak berapa lama setelah mahasiswa membubarkan diri muncullah kerusuhan.

Kebetulan oknum polisi yang dicurigai tersebut beretnis Bali. Tak pelak hal ini

membuka cerita 17 November 1980. Luka masa lalu meledak, warga Sumbawa

mengamuk (Amock) dan mel ampiaskannya kepada etnis Bali lainnya yang tak

terlibat.

Mari berandai-andai, bila sebelumnya pihak keluarga mendapatkan kejelasan

tentang kematian putrinya hampir bisa dipastikan tak akan terjadi kerusuhan. Bila

| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa

10

Page 11: MAKALAH perilaku keorganisasian

korban meninggal akibat penganiyaan maka usut pelaku sesegera mungkin. Pihak

yang berhak melakukannya adalah polisi, apalagi ditambah dengan salah satu pihak

yang dicurigai keluarga korban adalah salah satu oknum kepolisian. Bangun

komunikasi terbuka antar polisi dengan keluarga korban.

Kemarahan warga diakibatkan oleh tersumbatnya jalur komunikasi. Keluarga

korban sangat terpukul dan marah akan kematian putri mereka dan membutuhkan

penjelasan. Mahasiswa mencoba membuka jalur komunikasi namun hal ini gagal. Tak

lama, kebuntuan komunikasi berbuah petaka. Prasangka yang awalnya dapat segera

hilang lewat komunikasi terbuka justru berkembang menjadi isu mematikan dan

menyebar cepat bahkan terlalu cepat. Warga membeli isu tersebut akibat luka lama

yang diderita semenjak masa lalu dan belum terselesaikan. Amarah membutakan

logika dan menyengsarakan manusia.

Saat ini masalahnya telah melebar, tak lagi hanya kegagalan komunikasi

namun mencakup kecemburuan sosial dan dendam masa lalu yang saat ini telah

berbunga. Ibarat deposito, amuk warga Sumbawa justru memunculkan kebencian

etnis Bali terhadap mereka. Bunga deposito dendam ini akan terus membesar dan

meledak bila tak segera diredam.

Dominasi Pendatang

Studi Ardiansyah (2010) memperlihatkan, dalam kurun 1970-1980 etnis Bali

yang bermigrasi ke Sumbawa berhasil mendominasi akses ekonomi, menguasai

pelbagai jabatan strategis birokrasi, dan mempraktikkan kebudayaan kelompok dalam

konfigurasi sosial ke dalam mayoritas etnis Samawa.

Formasi ekonomi-politik ini memengaruhi pola relasi kekuasaan pusat-daerah

yang meminggirkan aktor-aktor tradisional non-negara, seperti diungkap Permana

dalam Dinamika Peran Elit Lokal Pasca Orde Baru: Studi Kasus Sumbawa (2010).

Menurut Permana, birokrasi lokal, kekuatan militer, dan Golkar adalah

penjelmaan otoritas negara. Akibatnya, kekuasaan politik lokal menjadi monolitik dan

menyingkirkan kekuatan-kekuatan politik yang tidak terwadahi dalam struktur politik

baru. Politik sentralisasi semacam ini bermuara pada ketidakadilan distribusi sumber

| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa

11

Page 12: MAKALAH perilaku keorganisasian

daya, menegasikan integrasi budaya, dan mempertajam friksi komunal. Konstelasi

inilah yang menyulut kecemburuan etnis Sumbawa yang merasa menjadi minoritas.

Hingga kini, pihak kepolisian masih mengusut pelaku dan mengejar dalang

kerusuhan. Belum diketahui akar masalah kecuali hasutan masif melalui pesan

berantai (SMS) dan media sosial (Facebook) terkait tewasnya seorang perempuan dari

etnis Samawa. Yang dituduh adalah pasangannya yang berbeda etnis.

Seperti sudah diingatkan Bertrand, lembaga politik adalah bagian dari konteks

yang membentuk identitas etnis, bahkan mengikat konflik (2012:16). Oleh karena itu,

kerusuhan komunal serupa sangat mungkin meledak kembali, juga di tempat lain,

apabila birokrasi dan institusi politik lokal tidak memberi tempat pada representasi

etnis dan tidak adil dalam distribusi sumber daya.

Faktanya, perjalanan hampir 15 tahun pasca-Orde Baru belum mendorong

reformasi kelembagaan dan birokrasi di tingkat lokal. Struktur politik yang masih

sentralistik telah mengeksklusi hak representasi dan akses bagi etnis-etnis

terpinggirkan dalam proses politik lokal. Hal ini bermuara pada ketidakpastian bahkan

keterancaman pada kelompok-kelompok terpinggirkan.

Dengan kerangka ini, penyelesaian konflik sosial di Sumbawa tidak bisa

berangkat dari premis kegagalan kelompok etnis menegosiasikan identitas

kulturalnya. Mereka harus didudukkan dalam konteks kegagalan pemerintah lokal

mengembangkan proyek integrasi budaya pada ranah ekonomi dan politik.

Adapun langkah-langkah penyelesaian konflik yang di gagaskan oleh bupati

sumbawa yaitu terdapat lima butir cara pemerintah mengatasi kerusuhan di Sumbawa

Besar yaitu langkah pertama menertibkan tempat-tempat karaoke di lokasi wisata

Pantai Batu Gong sekitar 15 kilometer arah barat dari kotasumbawa besar. “80 persen

perkara kriminal bersumber dari Batu Gong,”Kesepakatan kedua adalah menindak

pelaku kerusuhan, ketiga melakukan otopsi terhadap Arnyati, 30 tahun, mahasiswa

Fisipol Universitas Samawa yang diisukan mati karena diperkosa oleh pacarnya

sendiri Brigadir Gede Eka Swarjana. Hasil otopsi tidak membuktikan adanya

pemerkosaan, adapun kesepakatan keempat adalah menindak tegas pelaku kerusuhan.

Yang keempat adalah memperbaiki rumah-rumah etnis Bali yang rusak. Terakhir

adalah kebersamaan atau menghormati perbedaan.

| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa

12

Page 13: MAKALAH perilaku keorganisasian

3. PELAKU KONFLIK

Jika dilihat dari permasalahan yang menyebabkan terjadinya konflik berbau

SARA di Sumbawa maka dapat disimpulkan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam

konflik ini adalah oknum polisi yaang merupakan pacar korban (I Gede Eka

Swarjana), keluarga dari korban meninggal, masyarakat setempat (etnis sumbawa),

etnis Bali, dan tentunya oknum yang menyebarkan isu-isu tidak benar tentang

bagaimana meninggalnya Amiati yang menyulut emosi warga.

4. CARA MENGATASI KONFLIK

Cara mengatasi konflik yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah upaya

untuk membangun hubungan baru dan bertahan lama di antara kelompok etnis

Samawa dengan etnis Bali yang pernah berkonflik, yaitu dengan mengacu pada

berbagai strategi penanganan konflik yang berbasis komunitas etnis. Tujuannya

adalah mencapai suatu kesepakatan untuk mengakhiri konflik maupun mencari

formula baru karena masih adanya berbagai perbedaan pemahaman terhadap sumber

dan penyebab konflik. Atau dengan kata lain resolusi konflik adalah upaya

pengelolaan keharmonisan hubungan di antara kelompok etnis yang pernah

berkonflik. Adapun beberapa upaya resolusi konflik etnis Samawa dengan etnis Bali

yang ditempuh oleh berbagai kalangan pasca konflik, antara lain:

1) rapat koordinasi di tingkat muspida dengan melibatkan berbagai tokoh etnis yang

ada di Sumbawa, khususnya dari etnis Bali dalam rangka meredam konflik yang

lebih luas;

2) meningkatkan intensitas komunikasi antar etnis dan golongan dalam upaya

mengantisipasi isu-isu yang sifatnya provokatif;

3) menindak tegas para pelaku dan otak kerusuhan melalui upaya mencari,

menahan/menangkap serta menghukum sesuai dengan undang-undang dan hukum

yang berlaku;

4) menghimbau kepada etnis Bali agar tetap tenang dan sabar dan untuk masa-masa

yang akan datang dapat meninjau kembali pola penampilan adat/budaya yang tidak

sesuai dengan tradisi/adat/budaya orang Sumbawa;

| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa

13

Page 14: MAKALAH perilaku keorganisasian

5) memberikan bantuan santunan untuk kebutuhan hidup sehari-hari kepada etnis Bali

yang mengalami kerugian harta benda maupun jiwa.

Upaya penyelesaian konflik etnis Samawa dengan etnis Bali pasca konflik

seperti disebutkan di atas, dilakukan dengan melibatkan tokoh dari kedua etnis yang

ada di kabupaten Sumbawa, yaitu dalam upaya meningkatkan komunikasi budaya

antar kedua etnis, mewaspadai berbagai bentuk isu dan provokasi dari pihak-pihak

yang tidak bertangung jawab, agar tetap menjaga rasa aman, dan kembali menjalin

hubungan yang harmonis, saling pengertian dan toleransi. Cara-cara mengatasi

konflik adalah setiap masyarakat perlu mengembangkan manajemen resolusi konflik,

yakni strategi penanggulangan konflik yang tidak saja mencakup apresiasi terhadap

konflik yang berwujud perilaku menerima perbedaan dan keanekaragaman, tetapi juga

menstimulinya, lalu menyelesaikannya guna mewujudkan perbaikan-perbaikan yang

bermanfaat bagi kelangsungan hidup sistem sosial. Penerapan manajemen resolusi

konflik berkaitan dengan pemahaman tentang sumber konflik, di mana konflik bisa

bersumber pada perebutan sumber daya ekonomi, sumber daya sosial, prestise dan

atau sumber daya kekuasaan yang berbaur dengan dualisme kultural yang tercermin

dari pemberlakuan paham kekitaan dan kemerekaan yang diperkuat dengan

etnosetrisme, fanatisme agama, dan elemen kultural yang lainnya, baik sebagai

penguat identitas etnis maupun pelegitimasi konflik. Namun di sisi lain, walaupun ada

sumber konflik, namun mereka belum tentu berkonflik, melainkan bisa saja mereka

berintegrasi. Sebagai implementasi nyata dari konsep/teori di atas, dapat dilakukan

dengan cara pembentukkan kelompok sosial antar etnis yang menyilang dan

memotong, atau pola kehidupan yang berkomplementer, yaitu melalui pembentukan

forum komunikasi antar etnis yang dapat digunakan sebagai sarana penyampaian

informasi budaya masing-masing dalam rangka memelihara saling pengertian dan

toleransi.

5. EFEKTIFITAS PENYELESAIAN KONFLIK

| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa

14

Page 15: MAKALAH perilaku keorganisasian

Menurut penulis langkah-langkah yang diambil baik oleh pihak berwajib

maupun masyarakat dalam menyelesaikan konflik yang dilakukan sudah cukup baik.

Namun kefektifan dalam penyelesaian konflik, masih diragukan keefektifannya, Hal

ini didasarkan pada lemahnya penanganan konflik tidak hanya pada saat terjadi, tetapi

juga lemahnya peran pemerintah saat sebelum dan setelah peristiwa. Sikap pembiaran

pemerintah yang dilakukan pemerintah daerah dan juga kepolisian nampak dalam cara

menangani konflik yang terjadi. Polisi cenderung enggan menetapkan tersangka

bahkan menjatuhkan sanksi atau hukuman penjara bagi para pelaku. Pemerintah

daerah juga cenderung membiarkan ketegangan sosial saat konflik sudah mereda,

bahkan menganggapnya tidak ada. Namun dibalik hal itu kini situasi di sumbawa

besar ibu kota kabupaten sumbawa berangsur-angsur pulih, warga sudah mulai

membersihkan rumah mereka dan toko-toko sudah mulai dibuka.

NB: Proses otopsi arniati

BAB III

| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa

15

Page 16: MAKALAH perilaku keorganisasian

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Konflik yang terjdi di Kabupaten Sumbawa tepatnya di Sumbawa

besar yang melibatkan etnis samawa dan etnis bali bukanlah konflik yang

pertama kali terjadi, konflik semacam ini sebelumnya pernah terjadi pada 17

November 1980. Saat itu konflik dipicu oleh perkelahian pemuda Bali dengan

pemuda Sumbawa, melebar ke kasus kawin lari yang sering terjadi sepanjang

tahun, sampai kepada terjadinya penembakan oleh oknum pejabat/aparat yang

yang mengakibatkan korban luka  dan meninggal dunia, akhirnya memicu

meletusnya konflik secara meluas pada tanggal 17 November 1980

Konflik bernuansa etnis seringkali dikaitkan dengan semangat

etnosentrisme dan nasionalisme sempit. Etnosentrisme adalah sebuah cara

berpikir yang menjadikan kelompok sendiri sebagai pusat dari segalanya dan

menjadi tolak ukur dalam menilai dan mengukur kelompok lain. Tiap-tiap

kelompok diasumsikan memupuk sendiri-sendiri kebanggaan dan harga diri,

merasa superior, mengagungkan kesucian kelompok sendiri dan memandang

rendah kelompok lain.

Konflik ini seharusnya bisa dengan cepat diatasi apabila terdapat

kesadaran masyarakat akan pentingnya arti hidup berdampingan dan saling

menghormati perbedaan serta meningkatkan rasa toleransi antar umat beragama.

Peran pemerintah juga sangat penting dalam menanggulangi kasus konflik

semacam ini, seperti bersikap sigap menghadapi persoalan-persoalan yang

dihadapi masyarakatnya.

2. SARAN

Jika diperhatikan dengan seksama , konflik seperti ini yang hanya di awali

dengan hal sepele tidak seharusnya menjadi besar dan menyebabkan kerugian

materil maupun non materil yang sangat besar bahkan sampai-sampai

menimbulkan korban jiwa.

| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa

16

Page 17: MAKALAH perilaku keorganisasian

Seharusnya seluruh masyarakat bisa lebih mengontrol emosi dan tidak

mudah teprovokasi oleh desas-desus yang belum pasti kebenaranya. Dan

masyarakat seharusnya mempercayakan kasus-kasus kriminal dan hal-hal

yang berbau hukum kepada pihak kepolisian.

Untuk kasus-kasus semacam ini seharusnya pihak kepolisian harus

lebih tegas dalam menanganinya dan tidak terpengaruh oleh oknum-oknum

yang hanya memikirkan kepentingan kelompoknya.

BAB IV

| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa

17

Page 18: MAKALAH perilaku keorganisasian

DAFTAR PUSTAKA

http://linjamsos.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=75

http://maarifinstitute.org/id/opini/40/pembiaran-konflik-sosial#.UcAiiuemiwA

http://budisansblog.blogspot.com/2013/01/pembiaran-konflik-sosial.html

http://www.tempo.co/read/news/2013/01/26/058457118/Ini-Lima-Langkah-Bupati-

Sumbawa-Atasi-Kerusuhan

file:///D:/sumbawa/desas-desus-sms-penyebab-konflik-sumbawa.htm

file:///D:/sumbawa/kecamatanlunyuk.blogspot.com%20%20Januari%202013.htm

Ardiansyah. S.I (2010) Konflik Etnis Samawa dengan Etnis Bali: Tinjauan Sosi Politik dan Upaya Resolusi Konflik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Samawa, Sumbawa Besar, NTB.

| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa

18