makalah p.i.p ke-ii (aliran-aliran baru dalam pendidikan di ina.docx
TRANSCRIPT
PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN
“ALIRAN – ALIRAN BARU DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN” DI INDONESIA
Dosen: Wirda Hanim
Disusun Oleh:
Kelompok 1
1. Imam AL Muharramain 5215097001
2. Rahadian Jati Pangestu 5215097032
3. Tubagus Ibrahim Hasan 5215097010
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
FAKULTAS TEKNIK, JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA
JAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar untuk memanusiakan manusia, karena manusia adalah insan
pendidikan yang membutuhkan proses pendewasaan diri dalam menjalani hidupnya. Pada
hakikatnya pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus menerus dari generasi
ke generasi. Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan dilaksanakan sesuai pandangan
hidup sosial budaya tiap masyarakat.
Untuk melaksanakan pengabdian terhadap pendidikan, diperlukan pemahaman terhadap aliran-
aliran terkait pendidikan. Saat ini aliran-aliran tersebut dikategorikan menjadi dua pemahaman, yaitu:
aliran konvensional/pendekatan lama/tradisional dan aliran baru/modern. Dikarenakan orientasi aliran
konvensional ialah pengalaman masa lalu, para ahli pendidikan kemudian menemukan berbagai
aliran-aliran modern yang coba menjawab tuntutan jaman yang makin maju.
B. Rumusan Masalah
Memahami perbedaan masing-masing aliran baru dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia.
C. Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan penulisan Makalah ini ialah untuk memahami proses, tujuan, dan pelaksanaan
pembelajaran.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan Makalah ini, metode yang kami gunakan ialah:
1. Metode Observasi, yaitu pengumpulan data dan mencatat sesuai dengan objek serta
permasalahan yang diteliti, lalu dengan pengamatan langsung terhadap masalah yang diteliti.
2. Teknik studi documenter, yaitu meneliti dokumen-dokumen, kepustakaan atau catatan-catatan
lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengajaran Alam Sekitar
a. Konsepsi Pengajaran Alam Sekitar
Secara Kodrati manusia hidup dalam suatu lingkungan tertentu. Oleh sebab itu manusia terikat
pada lingkungannya tersebut dan tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya itu. Maka dari itu pula,
manusia hendaknya mampu memanfaatkan lingkungannya seoptimal mungkin, baik kemanfaatan
bagi kehidupannya sehari-hari maupun kemanfaatan dalam rangka pengembangan pribadi
manusia itu sendiri. Hal itulah yang menjadi tolak ukur usaha pendidikan terhadap anak.
Bila diperhatikan keseharian anak, jelas bahwa semua hal yang menjadi isi alam sekitar besar
sekali pengaruhnya kepada anak. Segala kejadian di alam sekitar anak merupakan sebagian dari
hidup anak baik dalam duka maupun suka: kelahiran, kematian, bertamu, perhelatan, pesta panen,
perayaan dan sebagainya. Juga, rumah, halaman, jalan, sungai, lapangan, gunung, pohon dan lain-
lain merupakan bagian hidup bagi anak-anak yang tidak dapat terlepas dari alam sekitarnya itu.
Konsepsi pengajaran alam sekitar juga diilhami oleh kata-kata yang dipetik dari Emmanuel
Kant: ”pengertian tanpa pengamatan adalah kosong dan pengamatan tanpa pengertian adalah
buta, “ Hal ini berarti bahwa antara pengamatan dan pengertian harus terjalin hubungan yang saling
menunjang serta saling memperkuat. Tak adalah gunanya anak mengamati jika dia tidak mengerti
apa yang diamatinya itu, dan tak adalah gunanya anak memiliki pengertian tertentu jika dia tidak
diberi kesempatan mengamati apa yang dimengertinya itu. Sehingga jelas bahwa alam sekitar anak
memberikan kemungkinan yang amat kaya untuk pengembangan konsep pengertian-pengertian
seperti ini pada anak.
Adapun bentuk pengajaran alam sekitar diselenggarakan terhadap anak dengan
memperkenalkan bagian alam sekitar tertentu kepada anak dan mengolah apa yang diperkenalkan
itu melalui proses pengajaran yang aktif dan kreatif. Dalam praktek di sekolah, memperkenalkan
alam sekitar itu dilakukan penyelenggaraan perjalanan sekolah.
b. Langkah-langkah pokok pengajaran alam sekitar
Langkah-langkah pokok pengajaran alam sekitar ialah menetapkan tujuan, mengadakan
persiapan, melakukan pengamatan, dan mengolah apa yang diamati.
b.1. Dalam menetapkan tujuan, pertimbangan utama yang harus diperhitungkan ialah kemampuan
dan tingkat perkembangan anak. Penetapan tujuan ini sekaligus dikaitkannya objek yang akan
diamati. Penetapan objek yang akan diamati didasarkan atas prinsip konsentris, yaitu dimulai dari
yang paling dekat, makin lama makin menjauh dan makin meluas.
b.2. Persiapan perlu dilakukan, baik persiapan guru maupun murid. Persiapan guru dimaksudkan
untuk melancarkan proses peninjauan dan pengamatan objek yang telah ditetapkan serta
pengolahannya, sedangkan persiapan untuk murid-murid dimaksudkan agar mereka memiliki
kesiapan mental (antara lain tahu tujuan dan memiliki dorongan kuat melakukan peninjauan, tahu
kegiatan apa yang akan dilakukan). Bahkan jika perlu murid-murid dibagi dalam kelompok-
kelompok dengan tugas-tugas khusus dan dilengkapi dengan peralatan yang deperlukan.
b.3. Jika langkah persiapan telah dilakukan dengan baik, pelaksanaan pengamatan biasanya
dapat berjalan dengan lancar. Adapun hal-hal khusus yang ditemukan di lapangan menjadi
tanggung jawab guru untuk menanganinya sehingga hal itu tidak mengganggu kelancaran kegiatan,
tetapi justru membantu memperkaya pengajaran yang sedang dijalankan itu.
b.4. Langkah pengolahan tidak harus dilakukan diluar proses kegiatan pengamatan itu sendiri.
Biasanya sambil mengamati anak-anak sudah langsung belajar bahkan menangkap berbagai
permasalahan dari objek pengamatan itu. Keluasan dan kedalaman pengamatan serta berbagai
permasalahan dari yang diamati itu banyak tergantung pada perencanaan, kesiapan guru, dan
murid. Berikutnya apa yang diperoleh pada tahap kegiatan pengamatan itu diolah dan dijadikan titik
tolak serta bahan dasar bagi pengajaran lebih lanjut. Kegiatan berikutnya dapat berupa ekspresi
lisan atau tertulis, menggambar, menyanyi, diskusi, pekerjaan tangan, dan kegiatan-kegiatan lain
yang langsung dihubungkan dengan bidang-bidang pelajaran seperti Bahasa, Matematika, IPA,
IPS, Sopan santun, Olahraga dan Kesehatan.
c. Keuntungan Pengajaran Alam Sekitar
Pengajaran alam sekitar memberikan berbagai keuntungan, antara lain:
1. Pengajaran ini menentang verbalisme dan intelektualisme. Anak selalu didorong dan
dirangsang untuk tidak hanya menghafal kata-kata, melainkan memiliki pengertian yang
didukung oleh kenyataan yang terdapat di lingkungannya.
2. Objek alam sekitar dapat membangkitkan perhatian spontan dari anak-anak yang akan
mendorongnya melakukan kegiatan dengan sepenuh hati.
3. Anak selalu didorong untuk aktif dan kreatif.
4. Bahan-bahan yang diajarkan dapat mempunyai nilai praktis bagi anak-anak karena yang
mereka pelajari adalah apa yang mereka jumpai sehari-hari.
5. Anak-ank dijadikan subjek bagi alam sekitarnya.
Selanjutnya, pengajaran alam sekitar menjadi benih bagi berkembangnya pengajaran pusat
perhatian, sekolah kerja dan pengajaran proyek.
2. Pengajaran pusat perhatian
a. Konsepsi Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian didasarkan pada pengajaran alam sekitar yang objek-objek
pengamatan dititik-beratkan pada sesuatu pusat tertentu, yaitu hal-hal yang menarik perhatian anak
didik (dan manusia pada umumnya) dalam menjalani hidup ini selalu mendesak untuk dipenuhi.
Berbagai hal yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan itu akan menarik perhatian anak.
O. Decorly (1871-1932, seorang ahli pendidikan bangsa belgia yang menjadi tokoh pengajaran
pusat perhatian) mengaitkan kebutuhan anak dengan empat instink pokok yang selalu ada pada diri
anak, yaitu instink untuk makan, untuk memilki dan mempertahankan, untuk melindungi diri dari
bahaya, dan untuk aktif. Berkenaan dengan instink-instink ini Decroly melihat adanya beberapa
pusat perhatian yang dapat dijadikan pusat pengajaran, yaitu makanan, pakaian, perlindungan diri,
bekerja dan olahraga. Masing-masing pusat perhatian ini diuraikan lebih lanjut dan dikaitkan
langsung dengan diri anak dan alam sekitarnya:
1. Dengan alam sekitar yang paling dekat; benda-benda mati, tumbuh-tumbuhan, binatang,
orang lain;
2. Dengan lingkungan sosial yang lebih luas: pergaulan yang lebih luas, sopan santun, adat;
3. Dengan lingkungan yang lebih jauh dalam arti tempat maupun waktu: keadaan di tempat lain,
keadaan di waktu lampau, kemungkinannya di waktu yang akan datang.
Pusat-pusat perhatian yang telah diperinci itu kemudian dijadikan titik tolak bagi penyelenggaraan
pengajaran yang berasaskan pengajaran alam sekitar itu.
b. Asas-asas Pengajaran Pusat Perhatian
Telah dijelaskan bahwa asas pokok pengajaran pusat perhatian ialah pengajaran alam sekitar.
Di samping itu ada asas-asas tertentu yang tampaknya lebih menonjol dalam kaitan dengan
pengajaran pusat perhatian, yaitu:
1. Pengajaran ini didasarkan atas kebutuhan anak dalam hidup dan perkembangannya.
2. Setiap bahan pengajaran harus merupakan suatu keseluruhan (totalitas), tidak mementingkan
bagian-bagian itu. Bagian-bagian hanya ada dan dibahas untuk menciptakan suatu keseluruhan
yang berarti.
3. Hubungan keseluruhan antara bagian-bagian itu adalah hubungan simbiosis, yaitu: saling
butuh-membutuhkan, saling hidup-menghidupi, saling tergantung, dan saling memberi arti.
4. Anak didorong dan dirangsang untuk selalu ktif dan dididik untuk menjadi anggota masyarakat
yang dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab.
5. Harus ada hubungan kerjasama yang erat antara rumah dan sekolah.
3. Sekolah kerja
a. Aliran Pendidikan individual dan social.
Konsepsi sekolah kerja lahir dalam kaitannya dengan aliran pendidikan social yang
berkembang dan aliran pendidikan social yang ekstrim. Aliran pendidikan individual yang ekstrim
mengatakan bahwa di dalam masyarakat yang paling pokok(primer ialah individu, orang seorang,
dan masyarakat adalah sekunder. Tugas masyarakat adalah melayani keubutuhan individu dan
menjadi tempat berkembangnya hasrat keseorangan tiap-tiap individu itu.
Dalam kaitan ini, tugas pendidikan ialah melayani masing – masing individu untuk
memperkembangkan diri seluas-luasnya. Aliran individual ekstrim bertolak belakang dengan aliran
social ekstrim yang berpendapat bahwa di dalam kehidupan bermasyarakat masyarakatlah yang
paling utama sedangkan individu adalah sekunder. Individu adalah sekadar anggota masyarakat
yang tidak dapat berdiri sendiri, Individu hanya mempunyai arti bila berada dalam masyarakat, dan di
luar masyarakat individu tidak mempunyai arti sama sekali.
Aliran social modern, memadukan kedua paham yang ekstrim itu. Individu dan masyarakat
sama pentingnya. Tanpa individu yang baik tidak mungkin terbina masyarakat yang baik dan hanya
dalam masyarakat yang baiklah individu dapat mengembangkan keseorangnannya secara penuh.
Kedua unsur itu saling membuthukan. Dalam kaitan ini pendidikan harus ditujukan secara seimbang,
yaitu untuk kepentingan individu dan untuk kepentingan masyarakat. Untuk ini anak didik harus
dibina agar dirinya dapat berkembang secara, agar bersedia menyumbangkan segenap
kepandaian,kecakapan, dan kemampuannya untuk kepentingan masyarakat, dan sebaliknya
masyarakat harus rela menyediakan segala sesuatunya agar setiap warganya dapat mencapai
tingkat perkembangan yang setinggi-tingginya. Kedua belah pihak insaf bahwa kemajuan tergantung
pada kemajuan individu, dan sebaliknya.
b. John Dewey(1859-1952)
John Dewey, seorang pemikir dan pendidik bangsa amerika yang menentang konsepsi
tentang hakekat manusia, masyarakat dan pengetahuan yang menjadi dasar pelaksanaan sekolah-
sekolah tradisional. Konsepsi tradisional ini menganggap bahwa:
- Manusia itu dengan sendirinya akan dapat berprakarsa;
- Masyarakat hendaklah teridiri dari sekelompok kecil kaum elite yang pnuh dengan
kehormatan;
- Pengetahuan dapat diperoleh melalui bahan-bahan yang bersifat tertulis dari buku-buku dan
ide-ide yang telah lalu.
Menurut Dewey, kehidupan social mencakup kegiatan saling tukar-menukar pengertian,
norma, ide, keyakinan dan pengalaman. Mengenai jiwa, Dewey berpendapat bahwa jiwa
merupakan kumpulan yang sudah jadi daya-daya yang memiliki kemampuan untuk
berhubungan dengan dunia luar,tetapi jiwa itu berkembang berkat kegiatan sehari-hari yang
berisi saling tukar-menukar tersebut, kegiatan hidup sehari-hari ini pulalah yang
memungkinkan berkembangnya poengetahuan pada diri individu. Dalam hubungan ini bentuk
masyarakat yang baik, yaitu masyarakat yang demokratis, ialah masyarakat yang:
- di dalamnya terdapat kemungkinan yang seluas-luasnya untuk saling bertukar pendapat dan
pengalaman serta saling berinteraksi social bagi setiap anggota masyarakat tanpa perbedaan
kelas social.
- Memungkinakan penerapan pengetahuan untuk meningkatkan secara progresif pemanfaatan
sumber – sumber daya kemasyarakatan untuk kebahagian bersama.
Selanjutnya Dewey, berpendapat bahwa pendidikan merupakan lembaga yang memungkinkan
berkembangnya hal-hal tersebut di atas.
Dalam hal ini penyelenggaraan pengajaran haruslah berpusat pada kehidupan nyata yang:
- Benar – benar merupakan perwujudan dari hasrat pribadi yang ada pada diri individu;
- Memungkinkan berlangsungnya interaksi social dan berkembangnya kemampuan
pengendalian suasana;
- Bersifat problematic sehingga merangsang penejelajahan yang lebih mendalam(metode
inukuiri).
Metode inukuiri di atas hendaklah mengikuti metode ilmiah yang meliputi tahap-tahaap
perumusan masalah, penyusunan hipotesis untuk memecahkan masalah itu, dan pengujian
kebenaran hipotesis tersebut. Metode ilmiah seperti ini perlu di arahkan pada rekonstruks
pengalaman yang terus menerus yang sekaligus mengembangkan kecerdasan anak didik.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa Dewey termasuk ke dalam aliran social modern yang
merupakan keseimbangan antara individu dan masyarakat. Di samping itu Dewey
menekankan pentingnya penyelengaraan pengajaran yang berisfat aktif, ilmiah dan
masyarakat.
C. Dasar – Dasar Sekolah Kerja
Sekolah kerja merupakan bentuk penyelenggaraan konsepsi pendidikan menurut aliran
pendidikan social. Penyelenggaraan pendidikan ini di sebut sekolah kerja katena
mendasarkan usaha-usahanya pada kegiatan bekerja, yaitu keaktifan langsung dan nyata baik
rohani maupun jasmani anak didik.Keaktifan ini bukanlah keaktifan yang di cari-cari melainkan
keaktifan yang berkaitan dengan kegunaan untuk kehidupan sehari-hari demi kepentingan
anak didik itu sendiri maupun masyarakat. Dengan bekerja anak didik di dorong dan
dirangsang untuk mengembangkan jiwanya, pengetahuannya, rasa tanggung jawabnya,
keterampilannya, kemauannya dan kehalusan budi pekertinya.
Mengenai dasar-dasar sekolah kerja dapat dikemukan sebagai berikut:
1. Di dalam sekolah kerja anak aktif berbuat, mengamati sendiri, mencari jalan sendiri
memikirkan dan memecahkan sendiri setiap persoalan yang di hapadi
2. Pusat kegiatan pendidikan dan pengajaran ialah anak, bukan guru, metode, atau pun
bahan pelajaran.
3. Sekolah kerja mendidik anak menjadi pribadi yang berani beridir sendiri dan betanggung
jawab sebagai anggota masyarakat yang baik
4. Bahan pelajaran disusun dalam suatu keseluruhan (totalitas) yang berpusat pada masalah
kehidupan. Masalah-masalah kehidupan ini haruslah erat hubungannya dengan minat dan
perhatian anak.
5. Sekolah kerja tidak mementingkan pengetahuan siap yang bersifat hafalan atau hasil
peniruan, melinkan pengetahuan fungsional yang dapat dipergunakan untuk berprakarsa,
mencipta dan berbuat.
6. Pendidikan kecerdasan tidak dapat diberikan dengan memeberitahukan atau
menceritakkannya kepada anak melaiknkan anak sendiri yang harus menjalani proses
berfikir sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
7. Sekolah kerja merupakan suatu bentuk masyarakat kecil yang di dalamnya anak-anak
mendapatkan latihan dan pengalaman yang amat penting artinya bagi pendidikan moral,
social, dan kecerdasan.
D. Macam-macam Sekolah Kerja
Sekolah kerja ternyata tidak hanya satu macam dan sekolah kerja yang satu
memberikan penekanan khusus tersendiri dari yang lain. Dikenal adanya sekolah kerja
sosiologis, sekolah kerja psikologis, sekolah kerja sosilogis,psikologis, dan sekolah kerja
kepribadian.
1. Sekolah kerja sosilogis digerakkan oleh G.Kerschensteiner (1854 – 1932), bangsa jerman.
Tokoh ini lebih cenderung pada aliran pendidikan social ekstrim yang berpendapat bahwa
masyarakatnlah yang primer. Negara yang merupakan bentuk masyarakat yang tertinggi
harus diutamakan. Tugas pendidikan ialah memimpin anak menjadi warga Negara yang
baik.Penekanan khusus ini menyebabkan sekolah Kerschensteiner ini di beri sifat sebagai
Pendidikan kewarganegaraan.
2. Sekolah ini mempersiapkan anak menjadi warga Negara melalui latihan bekerja dengan
pertimbangan sebagai berikut :
o Tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan pekerjaan atau jabatan Negara;
o Tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan Negara;
o Dalam menunaikan kedua tugas tersebut tiap warga Negara harus ikut membantu
memepertinggi dan menyempurnakan kesusilaan dan keselamatan Negara.
3. Sekolah kerja yang didasarkan atas konsepsi Decroly di namakan sekolah kerja psikologis,
karena amat menekankan perkembangan anak didik. Segalam kegiatan anak melaui
proses pengajaran yang aktif dan kreatif itu harus ditunjukan untuk memungkinkan
perkembangan kejiwaan anak secara mantap dan sepenuhnya. Bahan pelajaran
ditentukan berdasarkan pusat perhatian anak.
4. John Dewey mengikuti aliran pendidikan social modern yang menekankan secara
seimbang peranan individu dan masyarakat. Oleh karena itu sekolah kerja yang didasarkan
atas konsepsinya itu di sebut sekolah kerja sosiologis-psikologis. Dalam sekolah kerja ini
harus diciptakan suasana yang memungkinkan anak dapat bekerja.Secara bebas dan
spontan sehingga perkembangan pribadi anak dapat berlangsung dengan baik. Pada segi
lain, sekolah tidak boleh hanya mementingkan pendidikan kecerdasan saja tetapi juga
pendidikan kemasyarakatan dan kesusilaan.
5. Sekolah kerja yang dipelopori oleh H.Gaudig (1860-1923, bangsa jerman) lebih
menekankan pentingnya pengembangan kepribadian anak. Di yakini bahwa manusia
bukan hanya seorang warga Negara, melainkan juga makhluk tuhan, anggota masyarakat
dan seorang, individu yang berkepribadian. Dalam hubungan ini anak wajub di beri
pendidikan
6. Ketuhanan, kesosialan dan kesusilaan sehingga perkembangan kepribadian anak menjadi
lengkap dan harmonis. Dengan cirri-ciri khusus ini, sekolah gaudig dinamakan sekolah
kerja kepribadian. Di samping itu juga ditekankan bahwa sekolah kerja jangan sampai
menjadi sekolah vak(kejujuran) namun arus tetap sekolah umum yang mempergunakan
bekerja sebagai bentuk pengajaran.
4. Pengajaran Proyek
a. Dasar dan konsepsi Pengajaran Proyek
Konsepsi pendidikan yang dikemukan oleh Dewey menarik perhatian berbagai
ahli pendidikan . salah seorang di antaranya ialah W.H.Kilpatrick yang menyelenggarakan
suatu system pengajaran proyek. Prinsip pokok yang selalu diikuti dalam pengajaran
proyek ialah bahwa pengajaran itu harus aktif, ilmiah dan memasyarakat
“proyek pada dasarnya adalah tugas yang harus dipecahkan melaui suatu rencana dan
penyelenggaraan kegiatan secara baik. Hasil kegiatan itu akhirnya dinilai. Permasalahan
yang di bahas haruslah yang ada kaitannya dengan kehidupan anak secara nyata, yaitu
yang ada di lingkungan atau masyarakat di mana anak hidup. Mulai dari penentuan
masalah sampai pada penilaian anak harus diikut sertakan secara aktif, baik secara
perorangan maupun berkelompok.
b. langkah-langkah Pokok Pengajaran Proyek
Pada dasarnya ada tiga langkah pokok yaitu persiapan, kegiatan belajar, dan maperan
1. Persiapan. Termasuk dalam langkah ini ialah penetapan masalah yang akan di bahas.
Dalam langkah ini guru merangsang anak-anak agar mereka dapat memikirkan,
mengusulkan dan mendiskusikan apa yang perlu mereka pelajari.
2. Kegiatan belajar. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan pelaksanaan dari rencana
yang telah disiapkan terdahulu itu. Kegiatan dapat diawali dengan perjalanan
sekolah,karyaawsata,peninjauan atau pengamatan suatu objek, membaca buku,
majalah dan membuat catatan tentang apa yang di amati dan/atau di baca itu.
3. Penilaian. Bentuk penilaian yang sering di lakukan ialah dengan mengadakan pameran.
Semua hasil kegiatan yang di lakukan oleh anak-anak di pamerkan.seluruh warga kelas
memeperhatikan apa yang di pamerkan itu, member tanggapan, kritik menambah hal-
hal yang di rasa masih kurang, dan sebagainya.
5.Taman Siswa dan INS
Di sadari bahwa sejak di tanah air telah berlangsung usaha pendidikan dengan system
tertentu, baik pendidikan pada zaman pra hindu-budha pendidikan yang di selenggarakan
setelah datangnya agama hindu, budha dan islam, serta pendidikan dalam suasana
penjajahan. Sampai kemerdekaan tercapai berbagai konsep pendidikan di tanah air muncul
dan di coba di kembangkan dalam bentuk usaha pendidikan secara nyata.
1.Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan Kebangsaan Taman siswa (disingkat taman siswa) didirikan oleh
R.M.Soewardi suryaningrat (yang kemudian berganti nama Ki Hajar Dewantara) pada tanggal
3 juli 1992 di Jogjakarta. Perguruan ini di landasi oleh semangat kebangsaan, yaitu bagaimana
membangun bagnsa yang merdeka lahir dan batin serta mampu memanfaatkan dan
mengembangkan kebudayaan bangsa sendiri sesuai dengan harkat alan dan kodrat
kemanusiaan.Ki Hajar Dewantara adalah tokoh penentang penjajah belanda yang
mengutamakan gerakannya di bidang pendidikan nasional.
a. Asas-asas Taman siswa
Pada waktu pendirian taman siswa (1922) Ki Hajar Dewantara menegaskan asas-asas
yang dapat disarikan sebagai berikut:
1. Adalah menjadi hak seseorang mengatur dirinya sendiri dengan mengingat tertibnya
oersatuan dengan tujuan terbinanya tertib dan damai dalam kehidupan bersama.
2. Pengajaran harus membimbing anak menjadi manusia yang merdeka dalam rasa,
dalam berfikir, dan dalam mempergunakan tenaganya.
3. Pendidikan harus di dasarkan atas kebudayaan bangsa sendiri tanpa
mengesampingkan pergaulan dengan kebudayaan bangsa-bangsa lain.
4. Pendidikan harus merata untuk seluruh rakyat.
5. Taman siswa harus hidup dan berkembang dengan kekuatan sendiri dan menolak
segenap bantuakn yang menimbulkan ikatan, baik lahir maupun batin.
6. Pendidik harus berhamba kepada sang anak atas dasar sikap “tanpa pamrih”( tidak
menuntut belas jasa) dan dengan hati yang suci.
Asas-asas tersebut di atas dengan teguh di jalankan oleh Taman siswa sejak
awal berdirinya. Perguruan ini segera berkembang di berbagai wilayah tanah air
dan sikapnya yang tidak mau bekerja sama dengan pemerintah belanda (non-
koperasi) menimbulkan kecurigaan bagi pemerintah penjajah itu.
b. Panca dharma
Setelah kemerdekaan Indonesia tercapai Taman siswa menyesuaikan diri
dengan pemerintah nasional, khususnya yang berkenaan dengan sikapnya yang non-
koperasi itu. Bahkan Ki Hajar Dewantara menjadi Menteri Pengajaran pada cabinet R.I.
yang pertama.
Selanjutnya Taman siswa mendaasarkan pelaksanaan usaha-usahanya pada apa yang
di sebut panca dharma tampa mengesampingkan asas-asas tersebut di atras yang
tetap menjiwai perguruan itu. Panca Dharma itu adalah:
1. Dasar Kemanusiaan
2. Dasar Kebangsaan
3. Dasar Kebudayaan
4. Dasar Kodrat Hidup
5. Dasar Kemerdekaan
1. Dasar kemanusiaan
Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan adab kemanusiaan manusia. Adab
kemanusiaan ini hendaknya mewarnai kehidupan manusia lahir batin, baik dalam arti
perorangan maupun kelompok. Pendidikan diharapkan mampu memajukan kehidupan
anak didik lahir batin melalui keterpaduan pengaruh pembawaan anak dan
lingkungannya.
2. Dasar Kebangsaan
Dalam kebersamaannya manusia-manusia yang hidup di Indonesia menumbuhkan
kesatuan dan kebudayaan kebangsaan Indonesia.semangat dan isi kebangsaan ini
hendaklah mewarnai penyelenggaraan pendidikan tanpa meninggalkan dasar
kemanusiaan, bahkan antara keduanya saling isi mengisi.
3. Dasar Kebudayaan
Menurut Ki Hajar Dewantara dasar kebudayaan ini tidak dapat dipisahkan dari dasar
kemanusiaan dan dasar kebangsaan. Kebudayaan adalah buah budi manusia untuk
mengatasi berbagai rintangan di dalam hidup dan kehidupan manusia guna mencapai
keselamatan dan kebahagiaan.tiap-tiap kebudayaan menunjukan tinggi rendahnya
adab kemanusiaan tiap-tiap bangsa yang juga menunjukkan keluhuran dan kehalusan
bangsa yang memilikinya.pendidikan sebagai kebudayaan bermaksud memajukan dan
menyesuaikan kebudayaan terhadap pergantian alam dan jaman serta mencegah
pengasingan (isolasi) kebudayaan yang akan menyebabkan kemunduran dan kematian
kebudayaan itu sendiri.
4. Dasar Kodrat Hidup
Pendidikan yang luhur adalah terkandung dalam kodrat alam atau kodrat hidup.secara
umum arahpendidikan ialah menuju ke kesempurnaan hidup manusia hingga dapat
memenuhi segala keperluan hidup lahir dan batin sebagaimana terkandung pada diri
manusia menurut kodrat alamnya. Dalam hal ini jelaslah bahwa pendidikan tidak boleh
mementingkan pencapaian penguasaan pengetahuannya oleh anak didik, tetapi
pendidikan harus mementingkan keperluan dan kodrat alam anak didik, penguasaan
poengetahuan bukanlah tujuan melainkan alat untuk penyempurnaan hidup sesuai
dengan kodrat alam.
5. Dasar Kemerdekaan
Dsar kemerdekaan ini menunjukkan bahwa mendidik berarti berusaha membantu anak
didik agar menjadi manusia uyang merdeka batinnya, merdeka pikirannya, dan
merdeka pengerahan kegiatannya.kemerdekaan merupakan syarat mutlak dalam
usaha oendidikan. Hal ini didasarkan atas pandangan bahwa manusia karena
kodratnya sendiri dapat memelihara, memajukan, mempertinggi dan menyempurnakan
hidupnya sendiri.Tiap-tipa perkosaan atas kemerdekaan akan menyukarkan dan
menghambat perkembangan anak didik.
1. Corak Pendidikan Nasional menurut taman siswa pada dasarnya bersifat, berisi, dan
berorientasi pada kebudayaan kebangsaan .ini tidak berarti bahwa kebudayaan
asing harus ditolak atau dimusuhi, tetapi unsure-unsur kebudayaan asing dapat
diterima selama tidak merusak kebudayaan sendiri dan selama unsure-unsur itu
bermanfaat bagi pengembangan dan peninggalan kebudayaan sendiri.
2. Sistem Among menekankan pengembangan kodrat alam anak didik yang pada
dasarnya merdeka itu. Dalam hal ini pendidik merupakan pamong yang tidak
memerintah atau member melainkan tut wuri handayani, mengikuti dari belakang
sambuil terus menerus menumbuhkan keuatan pada anak didik untuk
berkembang.perkembanga anak dilandasi oleh kebebasan, artinya anak diberi
kesempatan untuk mengatur dirinya sendiri dengan mengingat kepentingan orang
lain dan tertib damainya hidup bersama.Disamping itu system among sangat
mementingakan keakraban hubungan antara pendidik dan anak didik.
C. Trisentra
Taman siswa percaya bahwa pendidikan harus dilakukan di tiga pusat
pendidikan, yaitu di alam keluarga, alam perguruan, dan alam pergerakan pemuda.
Alam Keluarga adalah pusat pendidikan pertama dan terpenting oleh karena sejak
timbulnya adab kemanusiaan hingga kehidupan keluarga itu selalu mempengaruhi
perkembangan anak manusia. Alam perguruan (khususnya balai wiyata) terutama
sekali berkewajiban mengusahakan perkembangan kecerdasan dan penguasaan
pengetahuan, namun usaha perguruan ini jangan sampai menimbulkan
intelektualisme.Alam gerakan pemuda terutama sekali penting untuk pendidikan diri
sendiri, memadukan perkembangan kecerdasan, budi pekerti dan perilaku social.
2 .Pendidikan INS
Seperti Taman Siswa, pendidikan INS melancarkan usaha-usahanya dengan semangat
kebangsaan, INS didirikan tanggal 31 oktober 1926 di Kayutanam Sumatera Barat oleh Moh.
Syafei. Dalam cabinet RI 1946, Moh Syafei menjabat sebagai menteri pengajaran, pendidikan
dan kebudayaan
a. Tujuan INS
Secara umum dapat di kemukakan bahwa sejak awal cita-cita INS adalah
membangkitkan jiwa patriotism pada bangsa Indonesia yang sedang di jajah dan
membentuk watak yang merdeka yang sanggup berdiri sendiri bebas dari
ketergantungan pada bangsa lain. Tujuan ini secara lebih terperinci di rumuskan:
1. Mendidik rakyat kearah kemerdekaan
2. Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuha masyarakat
3. Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
4. Menanamkan kepercayaan kepada kepada diri sendiri dan berani bertanggung
jawab
5. Berusaha untuk dapat berdiri sendiri dan tidak bersedia menerima bantuan orang
lain yang mengurangkan kebebasan
Tujuan di atas selalu dipegang oleh INS dalam menyelenggarakan usaha-
usahanya.
b. System Pendidikan INS
Sebagai seorang pejuang Moh. Syafei menekankan bahwa bangsa Indonesia
harus meiliki watak yang merdeka. Prasarana untuk membentuk watak yang
merdeka ini ialah dengan memberikan alat yang akan menyadarkan, bahwa mereka
(anak didik, para pemuda, segenap warga Negara) mempunyai kemampuan untuk
berbuat segala yang berguna bagi kehidupannya sendiri dan bagi orang lain di
dalam lingkungan hidupnya; Yang berkewajiban alat itu ialah sekolah, yaitu dengan
memberikan kesempatan kepada setiap anak didik untuk tumbuh menurut kodrat
yang di takdirkan tuhan kepadanya. Sistem pendidikan yang mencetak setiap orang
shingga memiliki keseragaman kecakapan dan limu adalah bertentangan dengan
kodrat insaniah.Sebagai sekolah umum, INS memperlihatkan keunikan tertentu,
yaitu mempergunakan pekerjaan tangan, kesenian, koperasi, olah raga, dan
kegiatan-kegiatan kreatif lainnya , sebagai alat pendidikan. Kegiatan pendidikan INS
meliputi bidang-bidang seperti:
1. Pendidikan Keterampilan yang meliputi antara lain pendidikan pertukangan
kayu, besi, keramik, listrik, pateri.
2. Pendidikan Pertanian yang meliputi hal bercocok tanam, peternakan,
perikanan yang di tunjang oleh tekhnologinya.
3. Pendidikan Karya Seni yang meliputi senirupa, drama, music, tari, olahraga.
4. Pendidikan Manajemen yang meliputi kegiatan seperti pengelolaan
koperasi,perpustakaan, asrama.
Seperti Taman Siswa, INS juga menekankan pentingnya asrama bagi anak didik.
Manfaat asrama ini hanya membentuk suatu lingkungan hidup untuk berinisiatif
dan berkreasi, tetapi juga untuk membangun naluri positif bagi pembinaan
semangat setia kawan dan bertenggang rasa antar sesame manusia yang
memiliki berbagai pandangan hidup dan pembawaan. Dalam suasana seperti ini
sifat disiplin, bertanggung jawab dan tekun dalam bekerja, cermat dalam
pemeliharaan dan perawatan milik bersama dan milik pribadi,di harapkan akan
timbul dan berkembang menggantikan kebiasaan yang negative.
6.Pesantren dan Muhammadiyah
Dasar pemikiran pendidikan sisitem pesantren yaitu pendidikan yang dilakukan
berlandaskan pada akikah hokum agama yang berlaku. Pengetahuan yang di berikan adalah
pembentukan dan pengenmbangan akhlah serta moral agama. Sehingga pola pemikirannya
masih bersifat tradisional(lama).Lama kelamaan, Sesuai dengan perkembangan jaman dan
kebutuhan masyarakat pola pemikiran lama sudah harus di tinggalkan. Perintis modernisasi ini
adalah kalangan Muhammadiyah yang memadukan unsure pendidikan pesantren dengan ilmu
pengetahuan. Disini kita lihat adanya perubahan pola piker lama kearah pola piker baru,
sehingga dikatakan Muhammadiyah perintis modernisasi pendidikan di Indonesia.
BAB III
A.