makalah plasenta tali pusat amnion
DESCRIPTION
Makalah Plasenta Tali Pusat AmnionTRANSCRIPT
TUGAS
PLASENTA, TALI PUSAT, AMNION
DOSEN PEMBIMBING:
NUNIK NINGTIYASARI, S.Si.T
Oleh:
FITRI MASRUROHMARIA ULFASAFITRI AYU
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANANUNIVERSITAS TULUNGAGUNG
2013
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas
petunjuk dan kekuatan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Plasenta,
Tali Pusat dan Amnion, dengan lancar tanpa kendala yang berarti.
Tugas ini kami susun dengan tujuan memenuhi kebutuhan kami sebagai
mahasiswa untuk menambah pengetahuan kami tentang mata kuliah ini. Dengan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang relevan, yang nantinya dapat
bermanfaat bagi semua untuk mengatasi kesulitan belajar dalam mempelajari mata
kuliah ini.
Dalam penyelesaian makalah ini tentunya banyak melibatkan berbagai
pihak. Untuk itu ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Tentunya dalam penyusunan tugas ini kami belumlah cukup sempurna.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk menjadikan isi
makalah ini menjadi lebih baik dan menjadi tolak ukur bagi kami untuk menyusun
makalah yang sesuai dengan harapan kita semua yang bermanfaat untuk sekarang
dan masa depan. Semoga segala ikhtiyar kita diridhoi Allah SWT, Amin.
Tulungagung, Maret 2013
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Cover............................................................................................ i
Kata Pengantar............................................................................................. ii
Daftar Isi...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................... 1
C. Tujuan Penulisan................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Plaseta................................................................................. 2
B. Tali Pusat............................................................................. 8
C. Amnion................................................................................ 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................... 15
B. Saran.................................................................................... 15
Daftar Pustaka.............................................................................................. 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peredaran darah janin berbeda dengan orang dewasa,hal ini
dikarenakan, pada janin organ vital untuk metabolisme masih belum
berfungsi. Organ tersebut adalah paru janin dan alat gastrointestinal yang
seluruhnya diganti oleh plasenta.Dalam sirkulasi darah janin ini diperlukan
beberapa faktor untuk berlansungnya sirkulasi darah pada janin diantaranya
adalah foramen ovale, duktus arteriosus bothalii, duktus venousus aranthii,
vena umbilikalis, arteri umbilikalis dan plasenta .
Namun setelah janin lahir sirkulasi darah janin akan berubaha pada
saat bayi lahir dan menangis,hal ini akan dapat meberikan perubahan pada
organ paru dimana paru-paru mulai berkembang dan aliran darah akan
berubah pada sirkulsi pada orang dewasa.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud plasenta dan penjelasannya?
2. Apakah yang dimaksud tali pusat dan penjelasannya?
3. Apakah yang dimaksud amnion dan penjelasannya?
C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang plasenta
2. Menjelaskan tentang tali pusat
3. Menjelaskan tentang amnion
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PLASENTA
Plasenta adalah suatu barier (penghalang) terhadap bakteri dan virus,
akan tetapi tidak efektif dan dewasa ini diragukan sekali bakteri2 dan virus-
viruz tertentu di dalam darah ibu dapat melewati placenta dan menyebabkan
kelainan pada janin yang terkenal adalah pada penyakit rubela. Dan
pembuatan hormon-hormon, khususnya korionik gonadotropin,
korioniksomato-mammotropin (placental laktogen), estrogen dan progesteron.
Korionik tirotropin dan relaksin pun dapat diisolasi dari jaringan placenta.
Kemungkinan bahwa masih ada hormon-hormon lain dalam rangka fungsi
plasenta, khususnya dalam fungsi hormonal dalam kehamilan masih haruz
diselidiki lebih lanjut.
1. Struktur Plasenta
Placenta berbentuk bundar/hampir bundar : diameter 15-20cm &
tebal ±2,5cm, berat rata-rata 500gr. Umumnya placenta terbentuk lengkap
pada kehamilan < 16 mgg dengan ruang amnion telah mengisi seluruh
kavum uteri. Letak placenta umumnya di depan/di belakang dinding
uterus, agak ke atas kearah fundus uteri. Karena alasan fisiologis,
permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak
tempat untuk berimplementasi. Jika diteliti benar, maka placenta
sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu villi
koriales/jonjot chorion & sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari
desidua basalis.
2. Letak Plasenta
Letak plasenta umumnya di depan atau di belkang dinding
uterus,agak ke atas arah fundus uteri.Hal ini ialah fisologis karena
permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas,sehingga lebih banyak
tempat untuk berimplantasi.Bila di teliti benar,maka plasenta sebenrnya
berasal dari sebagian besar dari bagian janin,yaitu villi koriales yang
2
berasal dari korion dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari
desidua basalis.
Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral
arteries yang berada di desidua basalis.Pada sistol darah disemprotkan
dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur kedalam ruamg interviller
sampai mencapai chorionic plate pangkal dari kotiledon-kotiledon janin.
Darah tersebut membasahi semua villi koriales dan kembali perlahan-lahan
dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua.
Di tempat-tempat tertentu ada implantasiplacenta terdapat vena-
vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir
placenta di beberapa tempat terdapat pula suatu ruang vena yang luas
untuk menampung darah yang berasal dari ruang interviller diatas. Ruang
ini disebut sinus marginalis.
3. Pembentukan plasenta
Pada hari 8-9, perkembangan trofoblas sangat cepat, dari selapis sel
tumbuh menjadi berlapis-lapis. Terbentuk rongga-rongga vakuola yang
banyak pada lapisan sinsitiotrofoblas (selanjutnya disebut sinsitium) yang
akhirnya saling berhubungan. Stadium ini disebut stadium berongga
(lacunar stage).
Pertumbuhan sinsitium ke dalam stroma endometrium makin
dalam kemudian terjadi perusakan endotel kapiler di sekitarnya, sehingga
rongga-rongga sinsitium (sistem lakuna) tersebut dialiri masuk oleh darah
ibu, membentuk sinusoid-sinusoid. Peristiwa ini menjadi awal
terbentuknya sistem sirkulasi uteroplasenta / sistem sirkulasi feto-maternal.
Sementara itu, di antara lapisan dalam sitotrofoblas dengan selapis
sel selaput Heuser, terbentuk sekelompok sel baru yang berasal dari
trofoblas dan membentuk jaringan penyambung yang lembut, yang disebut
mesoderm ekstraembrional. Bagian yang berbatasan dengan sitotrofoblas
disebut mesoderm ekstraembrional somatopleural, kemudian akan menjadi
selaput korion (chorionic plate).
Bagian yang berbatasan dengan selaput Heuser dan menutupi bakal
yolk sac disebut mesoderm ekstraembrional splanknopleural. Menjelang
3
akhir minggu kedua (hari 13-14), seluruh lingkaran blastokista telah
terbenam dalam uterus dan diliputi pertumbuhan trofoblas yang telah
dialiri darah ibu. Meski demikian, hanya sistem trofoblas di daerah dekat
embrioblas saja yang berkembang lebih aktif dibandingkan daerah lainnya.
Di dalam lapisan mesoderm ekstraembrional juga terbentuk celah-
celah yang makin lama makin besar dan bersatu, sehingga terjadilah
rongga yang memisahkan kandung kuning telur makin jauh dari
sitotrofoblas. Rongga ini disebut rongga selom ekstraembrional
(extraembryonal coelomic space) atau rongga korion (chorionic space)
Di sisi embrioblas (kutub embrional), tampak sel-sel kuboid
lapisan sitotrofoblas mengadakan invasi ke arah lapisan sinsitium,
membentuk sekelompok sel yang dikelilingi sinsitium disebut jonjot-jonjot
primer (primary stem villi). Jonjot ini memanjang sampai bertemu dengan
aliran darah ibu.
Pada awal minggu ketiga, mesoderm ekstraembrional
somatopleural yang terdapat di bawah jonjot-jonjot primer (bagian dari
selaput korion di daerah kutub embrional), ikut menginvasi ke dalam
jonjot sehingga membentuk jonjot sekunder (secondary stem villi) yang
terdiri dari inti mesoderm dilapisi selapis sel sitotrofoblas dan
sinsitiotrofoblas.
Menjelang akhir minggu ketiga, dengan karakteristik angiogenik
yang dimilikinya, mesoderm dalam jonjot tersebut berdiferensiasi menjadi
sel darah dan pembuluh kapiler, sehingga jonjot yang tadinya hanya
selular kemudian menjadi suatu jaringan vaskular (disebut jonjot tersier /
tertiary stem villi) (selanjutnya lihat bagian selaput janin).
Selom ekstraembrional / rongga korion makin lama makin luas,
sehingga jaringan embrional makin terpisah dari sitotrofoblas / selaput
korion, hanya dihubungkan oleh sedikit jaringan mesoderm yang
kemudian menjadi tangkai penghubung (connecting stalk). Mesoderm
connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian
akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut
akan menjadi TALI PUSAT.
4
Setelah infiltrasi pembuluh darah trofoblas ke dalam sirkulasi
uterus, seiring dengan perkembangan trofoblas menjadi plasenta dewasa,
terbentuklah komponen sirkulasi utero-plasenta. Melalui pembuluh darah
tali pusat, sirkulasi utero-plasenta dihubungkan dengan sirkulasi janin.
Meskipun demikian, darah ibu dan darah janin tetap tidak bercampur
menjadi satu (disebut sistem hemochorial), tetap terpisah oleh dinding
pembuluh darah janin dan lapisan korion.
Dengan demikian, komponen sirkulasi dari ibu (maternal)
berhubungan dengan komponen sirkulasi dari janin (fetal) melalui plasenta
dan tali pusat. Sistem tersebut dinamakan sirkulasi feto-maternal.
Plasenta “dewasa” / lengkap yang normal :
a. bentuk bundar / oval
b. diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm.
c. berat rata-rata 500-600 g
d. insersi tali pusat (tempat berhubungan dengan plasenta) dapat di
tengah / sentralis, di samping / lateralis, atau di ujung tepi / marginalis.
e. di sisi ibu, tampak daerah2 yang agak menonjol (kotiledon) yang
diliputi selaput tipis desidua basalis.
f. di sisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh korion)
menuju tali pusat. Korion diliputi oleh amnion.
g. sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 300 cc/menit (20 minggu)
meningkat sampai 600-700 cc/menit (aterm).
4. Hormon yang dihasilkan Plasenta
Hormon yang dihasilkan Plasenta antara lain :
a. Human chorionic gonadotropin (HCG),
b. Chorionic somatomammotropin (placental lactogen),
c. Estrogen,
d. Progesteron,
e. Tirotropin korionik dan relaksin,
f. Hormon-hormon lain.
5
5. Fungsi Placenta
Fungsi placenta ialah mengusahan janin tumbuh dengan baik.
Untuk pertumbuhan ini dibutuhkan adanya penyaluran zat asam, asam
amino, vitamin dan mineral dari ibu ke janin, dan pembuangan CO2 serta
sampah metabolisme janin ke peredaran darah ibu. Dapat dikemukakan
bahwa fungsi placenta adalah:
a. Sebagai alat yang memberi makanan pada janin (nutritif).
b. Sebagai alat yang mengeluarkan metabolisme (ekskresi).
c. Sebagai alat yang memberi zat asam, dan mengeluarkan zat CO2
(respirasi)
d. Endokrin : menghasilkan hormon-hormon : hCG, HPL,
estrogen,progesteron, dan sebagainya (cari / baca sendiri).
e. Imunologi : menyalurkan berbagai komponen antibodi ke janin
f. Farmakologi : menyalurkan obat-obatan yang mungkin diperlukan
janin, yang diberikan melalui ibu.
g. Proteksi : barrier terhadap infeksi bakteri dan virus, zat-zat toksik
(tetapi akhir2 ini diragukan, karena pada kenyataanya janin sangat
mudah terpapar infeksi / intoksikasi yang dialami ibunya).
Perlu dikemukakan bahwa plasenta dapat pula dilewati kuman-
kuman dan obat-obat tertentu. Penyaluran zat makanan dan zat lain dari
ibu ke janin dan sebaliknya harus melewati lapisan trofoblas placenta.
Cepatnya penyaluran zat-zat tersebut tergantung pada konsentrasinya
dikedua belah lapisan trofoblas, tebalnya lapisan trofoblas, besarnya
permukaan yang memisahkan dan jenis zat.
Janin sendiri hanya mempunyai kemampuan terbatas untuk
membentuk antibodi. Untungnya molekul antibodi tertentu dari ibu dapat
masuk ke janin, sehingga dapat melindungi janin secara pasif. Umpanya,
jika ibu dapat vaksinasi cacar (pariola), difteria, poliomielitis atau jika ibu
waktu hamil menderita sakit campak, dapat suntikan tetanus toksoid dan
sebagainya. Kekebalan yang diperoleh janin dapatberlangsung terus
hingga 6 bulan setelah dilahirkan.
6
6. Sirkulasi placenta
Darah ibu yg berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries
yangn berada di desidua basalis. Pada sistosel darah disemprotkan dengan
tekanan 70-80mmhg seperti air mancur ke dalam ruang interviler sampai
mencapai chorionic plate, pangkal kotiledon-kotiledon janin. Darah
tersebut membasahi semua villi koriales & kembali perlahan-lahan dengan
tekanan 80mmhg ke vena-vena di desidua.
Di tempat-tempat tertentu ada implantasiplacenta terdapat vena-
vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir
placenta di beberapa tempat terdapat pula suatu rung vena yang luas untuk
menampung darah yang berasal dari ruang interviller diatas. Ruang ini
disebut sinus marginalis.
Darah ibu yang mengalir di seluruh placenta diperkirakan menaik
dari 300 ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap
menit pada kehamilan 40 minggu. Seluruh ruang interviller tanpa villi
koriales mempunyai volume lebih kurang 150-250 ml. Permukaan semua
villi koriales diperkirakan seluas lebih kurang 11 m2. Dengan demikian
pertukaran zat-zat makanan terjamin benar.
Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot selama
kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari
villi tidak berubah, akan tetapi dari lapisan sititrofoblas sel-sel
berkurangdan hanya ditemukan sebagai kelompok sel-sel, stroma jonjot
menjadi lebih padat, mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh
darahnya menjadi lebih besar dan lebih mendekati lapisan trofoblas. Pada
kehamilan 36 minggu sebagian besar sel-selsitotrofoblas tak ada lagi, akan
tetapi antara sirkulasi ibu dan janin selalu ada lapisan trofoblas. Terjadi
klasifikasi pembuluh-pembuluh darah dalam jonjot dan pembentukan
fibrin di permukaan beberapa jonjot. Kedua hal terakhir ini mengakibatkan
pertukaran zat-zat makanan, zat asam, dan sebagainya antara ibu dan janin
mulai terganggu.
Deposit fibrin ini dapat terjadi sepanjang masa kehamilan
sedangkan banyaknya juga berbeda-beda. Jika banyak, maka deposit ini
7
dapat menutup villi dan villi itu kehilangan hubungan dengan darah ibu
lalu berdegenerasi. Dengan demikian, timbullah infark.
7. Tipe-Tipe Plasenta
a. Menurut Bentuknya
1) plasenta normal
2) plasenta membranasea (tipis)
3) plasenta suksenturiata (satu lobus terpisah)
4) plasenta spuria
5) plasenta bilobus (2 lobus)
6) plasenta trilobus ( 3 lobus)
b. Menurut Pelekatan dengan Dinding Rahim
1) plasenta adhesiva (melekat)
2) plasenta akreta (lebih melekat)
3) plasenta inkreta (sampai ke otot polos)
4) plasenta perkreta (sampai ke serosa)
B. TALI PUSAT
Tali pusat atau funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi
janin selama dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran
inilah yang selama kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin.
Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus
dipotong dan diikat atau dijepit.
Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan
angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan
connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat.
Pada tahap awal perkembangan, rongga perut masih terlalu kecil untuk
usus yang berkembang, sehingga sebagian usus terdesak ke dalam rongga
selom ekstraembrional pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan ketiga,
penonjolan lengkung usus (intestional loop) ini masuk kembali ke dalam
rongga abdomen janin yang telah membesar.
Kandung kuning telur (yolk-sac) dan tangkai kandung kuning telur
(ductus vitellinus) yang terletak dalam rongga korion, yang juga tercakup
8
dalam connecting stalk, juga tertutup bersamaan dengan proses semakin
bersatunya amnion dengan korion.
Setelah struktur lengkung usus, kandung kuning telur dan duktus
vitellinus menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah
umbilikal (2 arteri umbilikalis dan 1 vena umbilikalis) yang menghubungkan
sirkulasi janin dengan plasenta.
Pembuluh darah umbilikal ini diliputi oleh mukopolisakarida yang
disebut Wharton’s jelly.
1) Letak : Funiculus umbilicalis terbentang dari permukaan fetal plasenta
sampai daerah umbilicus fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada
perbatasan tersebut. Funiculus umbicalis secara normal berinsersi di
bagian tengah plasenta.
2) Bentuk : Funiculus umbilicalis berbentuk seperti tali yang memanjang dari
tengah plasenta sampai ke umbilicus fetus dan mempunyai sekitar 40
puntiran spiral.
3) Ukuran : Pada saat aterm funiculus umbilicalis panjangnya 40-50 cm dan
diameternya 1-2 cm. Hal ini cukup untuk kelahiran bayi tanpa menarik
plasenta keluar dari rahim ibu. Tali pusat menjadi lebih panjang jika
jumlah air ketuban pada kehamilan trimester pertama dan kedua relatif
banyak, diserta dengan mobilitas bayi yang sering. Sebaliknya, jika
oligohidromnion dan janin kurang gerak (pada kelainan motorik janin),
maka umumnya tali pusat lebih pendek. Kerugian apabila tali pusat terlalu
panjang adalah dapat terjadi lilitan di sekitar leher atau tubuh janin atau
menjadi ikatan yang dapat menyebabkan oklusi pembuluh darah
khususnya pada saat persalinan.
1. Stuktur Tali Pusat
a. Amnion : Menutupi funiculus umbicalis dan merupakan lanjutan
amnion yang menutupi permukaan fetal plasenta. Pada ujung fetal
amnion melanjutkan diri dengan kulit yang menutupi abdomen. Baik
kulit maupun membran amnion berasal dari ektoderm.
b. Tiga pembuluh darah : Setelah struktur lengkung usus, yolk sack dan
duktus vitellinus menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung
9
pembuluh darah umbilikal yang menghubungkan sirkulasi janin
dengan plasenta. Ketiga pembuluh darah itu saling berpilin di dalam
funiculus umbilicalis dan melanjutkan sebagai pembuluh darah kecil
pada vili korion plasenta. Kekuatan aliran darah (kurang lebih 400 ml/
menit) dalam tali pusat membantu mempertahankan tali pusat dalam
posisi relatif lurus dan mencegah terbelitnya tali pusat tersebut ketika
janin bergerak-gerak. Ketiga pembuluh darah tersebut yaitu :
1) Satu vena umbilicalis membawa oksigen dan memberi nutrien ke
sistem peredaran darah fetus dari darah maternal yang terletak di
dalam spatium choriodeciduale.
2) Dua arteri umbilicalis mengembalikan produk sisa (limbah) dari
fetus ke plasenta dimana produk sisa tersebut diasimilasi ke dalam
peredaran darah maternal untuk di ekskresikan.
c. Jeli Wharton : Merupakan zat yang berkonsistensi lengket yang
mengelilingi pembuluh darah pada funiculus umbilicalis. Jeli Warthon
merupakan subtansi seperti jeli, juga berasal dari mesoderm seperti
halnya pembuluh darah. Jeli ini melindungi pembuluh darah tersebut
terhadap kompresi, sehingga pemberian makanan yang kontinyu untuk
janin dapat di jamin. Selain itu juga dapat membantu mencegah
penekukan tali pusat. Jeli warthon ini akan mengembang jika terkena
udara. Jeli Warthon ini kadang-kadang terkumpul sebagai gempalan
kecil dan membentuk simpul palsu di dalam funiculus umbilicalis.
Jumlah jeli inilah yang menyebabkan funiculus umbilicalis menjadi
tebal atau tipis.
2. Fungsi Tali Pusat
Fungsi tali pusat yaitu :
a. Sebagai saluran yang menghubungkan antara plasenta dan bagian
tubuh janin sehingga janin mendapat asupan oksigen, makanan dan
antibodi dari ibu yang sebelumnya diterima terlebih dahulu oleh
plasenta melalui vena umbilicalis.
b. Saluran pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbon
dioksida yang akan meresap keluar melalui arteri umbilicalis.
10
3. Sirkulasi Tali Pusat
Fetus yang sedang membesar di dalam uterus ibu mempunyai dua
keperluan yang sangat penting dan harus dipenuhi, yaitu bekalan oksigen
dan nutrien serta penyingkiran bahan kumuh yang dihasilkan oleh sel-
selnya. Jika keperluan ini tidak dapat dipenuhi, fetus akan menghadapi
masalah dan mungkin maut. Struktur yang bertanggung jawab untuk
memenuhi keperluan fetus ialah plasenta. Plasenta yang terdiri daripada
tisu fetus dan tisu ibu terbentuk dengan lengkapnya pada ujung minggu
yang ke-16 kehamilan.
Gambar 1.1 Letak janin dalam kandungan ibu
Pada plasenta banyak terdapat unjuran seperti “Jari” atau vilus
tumbuh dari membran yang menyelimuti fetus dan menembusi dinding
uterus, yaitu endometrium. Endometrium pada uterus adalah kaya dengan
aliran darah ibu. Di dalarn vilus terdapat jaringan kapilari darah fetus.
Darah yang kaya dengan oksigen dan nutrien ini dibawa melalui vena
umbilicalis yang terdapat di dalam tali pusat ke fetus. Sebaliknya, darah
yang sampai ke vilus dari fetus melalui arteri umbilicalis dalam tali pusat
mengandungi bahan kumuh seperti karbon dioksida dan urea. Bahan
kumuh ini akan meresap merentas membran dan memasuki darah ibu yang
terdapat di sekeliling vilus. Pertukaran oksigen, nutrien, dan bahan kumuh
lazimnya berlaku melalui proses resapan. Dengan cara ini, keperluan bayi
dapat dipenuhi.
11
Walaupun darah ibu dan darah fetus dalam vilus adalah begitu
rapat, tetapi kedua-dua darah tidak bercampur kerana dipisahkan oleh
suatu membran. Oksigen, air, glukosa, asid amino, lipid, garam mineral,
vitamin, hormon, dan antibodi dari darah ibu perlu menembus membran
ini dan memasuki kapilari darah fetus yang terdapat dalam vilus. Selain
oksigen dan nutrien, antibodi dari darah ibu juga meresap ke dalarn darah
fetus melalui plasenta. Antibodi ini melindungi fetus dan bayi yang
dilahirkan daripada jangkitan penyakit.
Gambar 1.2 Sirkulasi pada tali pusat pada janin
4. Kelainan Letak Tali Pusat
Tali pusat secara normal berinsersi di bagian sentral ke dalam
permukaan fetal plasenta. Namun, ada beberapa yang memiliki kelainan
letak seperti :
a. Insersi tali pusat Battledore ® Pada kasus ini tali pusat terhubung ke
palin pinggir plasenta seperti bentuk bet tenis meja. Kondisi ini tidak
bermasalah kecuali sambungannya rapuh.
b. Insersi tali pusat Velamentous ® Tali pusat berinsersi ke dalam
membran agak jauh dari pinggir plasenta. Pembuluh darah umbilikus
melewati membran mulai dari tali pusat ke plasenta. Bila letak plasenta
normal, tidak berbahaya untuk janin, tetapi tali pusat dapat terputus
bila dilakukan tarikan pada penanganan aktif di kala tiga persalinan.
12
Tali pusat terdapat antara pusat janin dan permukaan foetal
placenta. Warnanya dari luar putih & bukan merupakan tali yang lurus
tetapi yang berpilin. Panjangnya ±55cm (30 – 100cm) & diameter 1-
1,5cm. Pembuluh-pembuluh darahnya biasanya lebih panjang dari tali
pusatnya sendiri sehingga pembuluh berkelok-kelok. Kadang-kadang
menimbulkan tonolan pada permukaan tali pusat & diber nama simpul
palsu. Insersi/letak tali pusat ke placenta :
1) Tengah : insertio sentralis
2) Sedikit ke samping: insertio paracentralis
3) Samping : insertio lateralis
4) Pinggir : insertio marginalis
5) Di luar placenta/di selaput janin : insertio velamentosa
Tali pusat diliputi oleh amnion, yanng sangat erat melekat. Tali
pusat mengandung 2 arteri umbilikalis & 1 vena umbilikalis, selebihnya
terisi oleh zat seperti agar – agar yang disebut sele wharton (wharton’s
jelly). wharton’s jelly mengandung banyak air, maka setelah bayi lahir, tali
pusat mudah menjadi kering dan lekas terlepas dari pusar bayi. Tali pusat
juga mengandung sisa-sisa dari kandung kuning telur & allantois yang
hanya dilihat dengan microscop.
C. AMNION
Amnion membentuk dinding ruang amnion. Ruangan yang dilapisi
oleh selaput janin (amnion dan korion) berisi air ketuban (liquor amnii).
Cairan amnion diproduksi oleh sel-sel dinding amnion. Cairan amnion
berwarna putih keruh, berbau amis, dan terasa manis. Reaksinya agak alkalis
sampai netral dengan berat jenis 1,008. Volume cairan amnion mencapai
1000-1500 cc (99% air dan 1% glukosa, protein, garam mineral) pada akhir
kehamilan. Cairan amnion terus bersirkulasi dan 1/3 volumenya tiap jam
mengalir, sehingga urin ibu hamil meningkat.
Pertumbuhan janin menyebabkan ruangan amnion semakin membesar,
amnion dan korion menjadi lisut, tali penghubung bersama dengan yolk sac
13
membentuk tali pusat. Bila tidak ada cairan amnion yang memadai selama
hamil, janin akan mengalami hipoplasia paru bahkan kematian.
Kandungan cairan amnion antara lain: prolaktin, Alpha-feto protein,
lesitin-sphingomielin, sitokin, Interleukin-1-beta, prostaglandin dan Platelet-
activing factor (PAF).
Fungsi amnion antara lain:
1. Melindungi janin dari trauma atau benturan dengan benda di luar uterus
2. Sebagai pembersih/pelicin jalan lahir
3. Menahan tekanan uterus
4. Menstabilkan suhu tubuh janin agar tetap hangat
5. Memungkinkan janin bergerak bebas
6. Tempat perkembangan muskuloskeletal
7. Menjaga perkembangan dan pertumbuhan normal dari paru-paru dan
traktus gastro intestinal
Cairan amnion dapat diketahui dengan menggunakan kertas lakmus,
secara makroskopis (berbau amis, terdapat lanugo, verniks caseosa dan
mekonium), secara mikroskopis (terdapat lanugo dan rambut) dan secara
laboratorium (kadar ureum rendah bila dibandingkan dengan air kemih).
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Plasenta adalah suatu barier (penghalang) terhadap bakteri dan virus,
akan tetapi tidak efektif dan dewasa ini diragukan sekali bakteri2 dan virus-
viruz tertentu di dalam darah ibu dapat melewati placenta dan menyebabkan
kelainan pada janin yang terkenal adalah pada penyakit rubela. Dan
pembuatan hormon-hormon, khususnya korionik gonadotropin,
korioniksomato-mammotropin (placental laktogen), estrogen dan progesteron.
Korionik tirotropin dan relaksin pun dapat diisolasi dari jaringan placenta.
Kemungkinan bahwa masih ada hormon-hormon lain dalam rangka fungsi
plasenta, khususnya dalam fungsi hormonal dalam kehamilan masih haruz
diselidiki lebih lanjut.
Tali pusat atau funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi
janin selama dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran
inilah yang selama kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin.
Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus
dipotong dan diikat atau dijepit.
Amnion membentuk dinding ruang amnion. Ruangan yang dilapisi
oleh selaput janin (amnion dan korion) berisi air ketuban (liquor amnii).
Cairan amnion diproduksi oleh sel-sel dinding amnion. Cairan amnion
berwarna putih keruh, berbau amis, dan terasa manis.
B. Saran
Sebagai mahasiswa calon tenaga kebidanan, kita dituntut untuk
memahami tentang materi kebidanan khususnya tentang tali pusat, plasenta
dan amnion, sehingga mahasiswa benar-benar bisa memahami materi tersebut.
15
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba I.BG.2007.Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Fadlie. 2011. Proses Sirkulasi darah Janin. Pontianak : http://www.fadlie.web.id/?p=2294 Dibuka Tanggal 22/02/2013 Pukul: 2:07 PM
Prawirohardjo, Sarwono.2005. Ilmu Kebidanan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Varney, Helen dkk.2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
16