makalah pni

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergerakan non-kooperasi merupakan sikap radikal ini yang ditandai dengan taktiknon-kooprasi dari pihak partai politik. Artinya dalam memperjuangkan cita-citanya mereka tidak mau bekerjasama dengan pemerintah Belanda. Semua hal untuk mempercepat cita-cita yang diusahakan sendiri, antara lain memperkokoh persatuan nasional, memajukan pendidikan, meningkatkan kegiatan-kegiatan sosial untuk mensejahterakan rakyat. Mereka juga tidak mau memasuki dewan perwakilan rakyat yang dibentuk pemerintah kolonial baik daerah maupun pusat. Disini kami mencoba membahas beberapa partai politik non-kooprasi. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah Pergerakan Komunis? 2. Bagaimana sejarah Partai Nasional Indonesia? 3. Bagaimana sejarah Gerakan Wanita? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mendiskribsikan sejarah pergerakan komunis 2. Untuk mendiskribsikan Partai Nasional Indonesia 3. Untuk mendiskribsikan Gerakan Wanita

Upload: widisartika597

Post on 26-Oct-2015

551 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

pergerakan nasional indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH PNI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pergerakan non-kooperasi merupakan sikap radikal ini yang ditandai dengan

taktiknon-kooprasi dari pihak partai politik. Artinya dalam memperjuangkan cita-

citanya mereka tidak mau bekerjasama dengan pemerintah Belanda. Semua hal untuk

mempercepat cita-cita yang diusahakan sendiri, antara lain memperkokoh persatuan

nasional, memajukan pendidikan, meningkatkan kegiatan-kegiatan sosial untuk

mensejahterakan rakyat. Mereka juga tidak mau memasuki dewan perwakilan rakyat

yang dibentuk pemerintah kolonial baik daerah maupun pusat. Disini kami mencoba

membahas beberapa partai politik non-kooprasi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah Pergerakan Komunis?

2. Bagaimana sejarah Partai Nasional Indonesia?

3. Bagaimana sejarah Gerakan Wanita?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mendiskribsikan sejarah pergerakan komunis

2. Untuk mendiskribsikan Partai Nasional Indonesia

3. Untuk mendiskribsikan Gerakan Wanita

Page 2: MAKALAH PNI

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pergerakan Komunis

1. Gerakan Awal PKI

Partai ini didirikan atas inisiatif tokoh sosialis Belanda, Henk Sneevliet pada

1914, dengan nama Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) (atau

Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda). Keanggotaan awal ISDV pada

dasarnya terdiri atas 85 anggota dari dua partai sosialis Belanda, yaitu SDAP

(Partai Buruh Sosial Demokratis) dan SDP (Partai Sosial Demokratis), yang aktif

di Hindia Belanda. Pada Oktober 101 SM ISDV mulai aktif dalam penerbitan

dalam bahasa Belanda, "Het Vrije Woord" (Kata yang Merdeka). Editornya adalah

Adolf Baars.

Pada saat pembentukannya, ISDV tidak menuntut kemerdekaan Indonesia.

Pada saat itu, ISDV mempunyai sekitar 100 orang anggota, dan dari semuanya itu

hanya tiga orang yang merupakan warga pribumi Indonesia. Namun demikian,

partai ini dengan cepat berkembang menjadi radikal dan anti kapitalis. Di bawah

pimpinan Sneevliet partai ini merasa tidak puas dengan kepemimpinan SDAP di

Belanda, dan yang menjauhkan diri dari ISDV. Pada 1917, kelompok reformis

dari ISDV memisahkan diri dan membentuk partainya sendiri, yaitu Partai

Demokrat Sosial Hindia. Pada 1917 ISDV mengeluarkan penerbitannya sendiri

dalam bahasa Melayu, "Soeara Merdeka".

Di bawah kepemimpinan Sneevliet, ISDV yakin bahwa Revolusi Oktober

seperti yang terjadi di Rusia harus diikuti Indonesia. Kelompok ini berhasil

mendapatkan pengikut di antara tentara-tentara dan pelaut Belanda yang

ditempatkan di Hindia Belanda. Dibentuklah "Pengawal Merah" dan dalam waktu

tiga bulan jumlah mereka telah mencapai 3.000 orang. Pada akhir 1917, para

tentara dan pelaut itu memberontak di Surabaya, sebuah pangkalan angkatan laut

utama di Indonesia saat itu, dan membentuk sebuah dewan soviet. Para penguasa

kolonial menindas dewan-dewan soviet di Surabaya dan ISDV. Para pemimpin

ISDV dikirim kembali ke Belanda, termasuk Sneevliet. Para pemimpin

Page 3: MAKALAH PNI

pemberontakan di kalangan militer Belanda dijatuhi hukuman penjara hingga 40

tahun. ISDV terus melakukan kegiatannya, meskipun dengan cara bergerak di

bawah tanah. Organisasi ini kemudian menerbitkan sebuah terbitan yang lain,

Soeara Ra’jat. Setelah sejumlah kader Belanda dikeluarkan dengan paksa,

ditambah dengan pekerjaan di kalangan Sarekat Islam, keanggotaan organisasi ini

pun mulai berubah dari mayoritas warga Belanda menjadi mayoritas orang

Indonesia.

2. Pembentukan Partai Komunis

Pada awalnya PKI adalah gerakan yang berasimilasi ke dalam Sarekat Islam.

Keadaan yang semakin parah dimana ada perselisihan antara para anggotanya,

terutama di Semarang dan Yogyakarta membuat Sarekat Islam melaksanakan disiplin

partai. Yakni melarang anggotanya mendapat gelar ganda di kancah perjuangan

pergerakan indonesia. Keputusan tersebut tentu saja membuat para anggota yang

beraliran komunis kesal dan keluar dari partai dan membentuk partai baru yang

disebut ISDV. Pada Kongres ISDV di Semarang (Mei 1920), nama organisasi ini

diubah menjadi Perserikatan Komunis di Hindia. Semaoen diangkat sebagai ketua

partai.

PKH adalah partai komunis pertama di Asia yang menjadi bagian dari

Komunis Internasional. Henk Sneevliet mewakili partai ini pada kongresnya kedua

Komunis Internasional pada 1920. Pada 1924 nama partai ini sekali lagi diubah, kali

ini adalah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI)

3. Pemberontakan 1926

Pada November 1926 PKI memimpin pemberontakan melawan pemerintahan

kolonial di Jawa Barat dan Sumatera Barat. PKI mengumumkan terbentuknya

sebuah republik. Pemberontakan ini dihancurkan dengan brutal oleh penguasa

kolonial. Ribuan orang dibunuh dan sekitar 13.000 orang ditahan. Sejumlah 1.308

orang, umumnya kader-kader partai, dikirim ke Boven Digul, sebuah kamp

tahanan di Papua. Beberapa orang meninggal di dalam tahanan. Banyak aktivis

politik non-komunis yang juga menjadi sasaran pemerintahan kolonial, dengan

alasan menindas pemberontakan kaum komunis. Pada 1927 PKI dinyatakan

Page 4: MAKALAH PNI

terlarang oleh pemerintahan Belanda. Karena itu, PKI kemudian bergerak di

bawah tanah.

Rencana pemberontakan itu sendiri sudah dirancang sejak lama. Yakni di

dalam perundingan rahasia aktivis PKI di Prambanan. Rencana itu ditolak tegas

oleh Tan Malaka, salah satu tokoh utama PKI yang mempunyai banyak massa

terutama di Sumatra. Penolakan tersebut membuat Tan Malaka di cap sebagai

pengikut Leon Trotsky yang juga sebagai tokoh sentral perjuangan Revolusi

Rusia. Walau begitu, beberapa aksi PKI justru terjadi setelah pemberontakan di

Jawa terjadi. Semisal Pemberontakan Silungkang di Sumatra. Pada masa awal

pelarangan ini, PKI berusaha untuk tidak menonjolkan diri, terutama karena

banyak dari pemimpinnya yang dipenjarakan. Pada 1935 pemimpin PKI Moeso

kembali dari pembuangan di Moskwa, Uni Soviet, untuk menata kembali PKI

dalam gerakannya di bawh tanah. Namun Moeso hanya tinggal sebentar di

Indonesia. Kini PKI bergerak dalam berbagai front, seperti misalnya Gerindo dan

serikat-serikat buruh. Di Belanda, PKI mulai bergerak di antara mahasiswa-

mahasiswa Indonesia di kalangan organisasi nasionalis, Perhimpoenan Indonesia ,

yang tak lama kemudian berada di dalam kontrol PKI.

B. Partai Nasional Indonesia

1. Lahirnya Partai Nasional Indonesia

Pada bulan November 1925, tahun terakhirnya Ir. Soekarno menyelesaikan

studinya, membantu mendirikan Algemeene Studieclub “ kelompok belajar umum” di

kalangan mahasiswa. Kelompok belajar-nya Soekarno nyata bersifat politik, dengan

kemerdekaan Indonesia sebagai tujuannya. Pada tanggal 4 Juli 1927 berdirilah di kota

Bandung atas usaha Dr. Cipto Mangoenkoesoemo, Ir. Soekarno, Mr. Iskaq

Cokroadisoerjo, Mr. Sartono, Mr. Boediarto, Mr. Soenarjo, Dr. Samsi, Ir. Anwari dan

lainnya, “Perserikatan Nasional Indonesia” atau PNI. Menarik perhatian bahwa peresmian

berdirinya PNI berlangsung pada tanggal 4 Juli 1927. Tanggal kelahiran PNI jelas bukan

suatu kebetulan. Almarhum Adam Malik dalam bukunya Adam Malik Mengabdi RI

pernah menjelaskan bahwa pilihan tanggal 4 Juli ada kaitannya dengan hari kemerdekaan

Amerika Serikat.

Page 5: MAKALAH PNI

Sejarah mencatat proklamasi kemerdekaan Amerika berlangsung pada tanggal 4

Juli 1776 di Philadelpia. Dengan memilih 4 Juli sebagai hari berdirinya PNI, para

pemimpin PNI berharap semangat, siasat dan keberhasilan revolusi kemerdekaan

Amerika akan mengilhami semangat, siasat dan keberhasilan perjuangan bangsa

Indonesia di bawah pimpinan PNI. Bung Karno berharap bangsa Indonesia dapat bersatu

padu, karena hanya dengan cara begitu mereka dapat menang menghadapi penjajah.

Untuk itu paham atau ideologi yang berbeda perlu dipersatukan lewat persamaan-

persamaan yang ada. Demikianlah Bung Karno pada tahun 1926 mengajak pendukung

ideologi Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme untuk dapat dan mau bersatu.

Perbedaan- perbedaan yang ada mestinya dikesampingkan.

Asas dan tujuan partai ini sangat jelas yaitu perjuangannya yang bersifat

antikolonialisme nonkooperasi, dan organisasi massa. Maka dalam hubungan itu

membangkitkan kesadaran nasional adalah salah satu tugas PNI, yaitu mengsinyafkan

rakyat akan besarnya penderitaan dalam menghadapi eksploitasi ekonomi, sosial, dan

politiknya yang dijalankan oleh penguasa kolonial. Kemudian asas PNI adalah (1)

selfhelp, yaitu prinsip menolong diri sendiri (2) non-mendiacancy atau antipati terhadap

pemerintah serta non-kooperasi yaitu tidak mau bekerja sama dengan pemerintah dan (3)

marhaensime, yaitu ideologi kerakuatan yang mencita-citakan terbentuknya masyarakat

sejahtera secara merata. Sedangkan watak PNI adalah merah putih dan kepala banteng

sebagai lambangnya, kesemuanya melambangkan berani, suci dan percaya kepada diri

sendiri.

Program PNI dalam tiga lapangan yaitu politik, ekonomi, dan sosial.

Dalam politik bertujuan :

1. memperkuat perasaan kebangsaan dan persatuan Indonesia

2. menyebarkan pengetahuan tentang sejarah nasional

3. mempererat hubungan antar bangsa-bangsa di Asia dan

4. menuntut kemerdekaan pers dan kemerdekaan berserikat.

Dalam bidang ekonomi bertujuan :

1. berusaha mencapai perekonomian nasional

Page 6: MAKALAH PNI

2. menyongkong perdagangan dan perindustrian nasional

3. mendirikan fons nasional dan keperesi-koperasi.

Sedangkan tujuan dalam bidang sosial yaitu

1. memajukan pengajaran nasional

2. memperbaiki kedudukan wanita

3. memajukan serikat buruh dan tani

4. memperbaiki kesehatan rakyat dan

5. mengajurkan monogami

Asas dan tujuan partai ini sangat jelas yaitu perjuangannya yang bersifat

antikolonialisme nonkooperasi, dan organisasi massa. Maka dalam hubungan itu

membangkitkan kesadaran nasional adalah salah satu tugas PNI, yaitu mengsinyafkan

rakyat akan besarnya penderitaan dalam menghadapi eksploitasi ekonomi, sosial, dan

politiknya yang dijalankan oleh penguasa kolonial.

Di dalam keterangan azasnya diterangkan bahwa susunan masyarakat Indonesia,

baik dalam aspek politik, ekonomi dan sosial sudah dirusak oleh kapitalisme-

imperialisme, dirusak oleh penjajahan. Maka jalan satu-satunya adalah untuk

memperbaiki susunan masyarakat yang sudah rusak itu ialah dengan mencapai terlebih

dahulu kemerdekaan politik yang berarti berakhirnya pengaruh perusak kapitalisme

imperialisme yang berbuntut penjajahan. Dengan demikian seluruh tenaga nasional akan

dikerahkan untuk mencapai kemerdekaan politik, untuk melaksanakan cita-cita Indonesia

Merdeka.

2. Perkembangan PNI

PNI lahir sebagai tanda kesadaran kesadaran rakyat Indonesia dan sebagai

kelanjutan pergerakan kebangsaan Indonesia yang sudah dirintis oleh organisasi sosial

politik sebelumnya. PNI didirikan dan dipimpin oleh kaum muda yang terpelajar dan

telah mendapatkan pendidikan politik melalui kursus-kursus politik maupun buku-buku

pergerakan. Dalam kongres di Surabaya tanggal 27-30 Mei 1928, diputuskan untuk

Page 7: MAKALAH PNI

mengganti perkataan ”perserikatan” menjadi perkataan ”partai”. Perkumpulan selanjutnya

akan disebut ”Partai Nasional Indonesia” atau dikenal sebagai PNI. Pergantian nama ini

berarti meningkatnya PNI menjadi suatu organisasi yang lebih tersusun, menjadi suatu

partai politik yang harus mempunyai program politik, ekonomi, dan sosial yang tertentu

dan berhati-hati dalam penerimaan anggota.

Popularitas PNI berkembang pesat karena pengaruh Soekarno dengan pidato-

pidatonya yang sangat menarik perhatian rakyat. Kewibawaan dan gaya bahasa sebagai

alat bagaimana pidato-pidato Soekarno sangat ditunggu-tunggu disetiap pertemuan rapat

PNI. Pada akhir tahun 1928 sudah ada 2787 orang anggotanya, sampai Mei 1929

anggotanya telah mencapai 3860 orang (sebagian besar di Bandung, Batavia, dan

Surabaya); pada akhir tahun 1929, jumlah anggota partai ini mencapai 10.000 orang.

Soekarno menekadkan untuk mengejar Indonesia Merdeka di bawah panji-panji Merah

Putih Kepala Banteng (Merah-keberanian, Putih-kebersihan hati, Kepala Banteng-percaya

kepada kekuatan dan tenaga sendiri). Usaha propaganda dilakukan dengan membentuk

serikat sekerja supir ”Persatuan Motoris Indonesia”, Serikat Anak Kapal Indonesia”,

Persatuan Jongos Indonesia”.

Bagi PNI, untuk memperoleh pergerakan rakyat yang sadar, maka perkumpulan

perlu mempunyai azas yang terang dan jelas, perlu mempunyai suatu teori nasionalisme

yang radikal yang dapat menimbulkan kemauan yang satu, yaitu kemauan nasional. Bila

kemauan nasional ini cukup tersebar dan masuk mendalam di hati sanubari rakyat, maka

kemauan nasional ini menjadi suatu perbuatan, yaitu perbuatan nasional (nationale geest-

nationale wil-nationale daad). Dan di dalam anggaran dasar PNI dicantumkan maksud

dan tujuannya secara tegas, yaitu Indonesia Merdeka. Ini berarti PNI mengambil jalan

non-kooperatif dengan pemerintah Hindia Belanda. Masa-masa awal sangat dipengaruhi

oleh ideologi PNI dan mentalitas PNI dalam membentuk mesin birokrasi dan

mengerahkan massa. Maka, disinilah arti penting PNI-Birokrasi menjadi eksis dalam

percaturan politik yang terjadi Indonesia.

Melihat aktifitas politik PNI yang semakin meningkat, pemerintah Hindia

Belanda memberi peringatan kepada pimpinan PNI pada tanggal 15 Mei 1928 di sidang

pembukaan “Volksraad” yang diucapkan oleh Gubernur Jenderal de Graeff untuk

menahan diri. Meski ada peringatan dari pemerintah Hindia Belanda, PNI tetap terus

Page 8: MAKALAH PNI

melakukan kegiatan politiknya, salah satunya adalah dengan menyelenggarakan kongres

yang pertama. Pada kongres yang diadakan di Surabaya, tanggal 27-30 Mei 1928, PNI

memutuskan merubah namanya menjadi “Partai Nasional Indonesia”. Perubahan nama ini

berarti meningkatnya PNI menjadi suatu organisasi yang lebih tersusun rapi, menjadi

suatu partai politik yang harus mempunyai program politik, ekonomi dan sosial yang

lebih baik dan berhati-hati dalam penerimaan anggota. Sebagai anggota hanya dapat

diterima orang-orang yang sadar dan aktif.

Di kongres kedua yang diadakan di Jakarta tanggal 18-20 Mei 1929, ketua PNI

Bung Karno memberikan pidato yang berapi-api di depan peserta kongres. Bung Karno

memantapkan kebulatan hati anggota PNI untuk mengejar Indonesia Merdeka dibawah

panji-panji “Merah-Putih-Kepala Banteng”. Merah berarti keberanian, putih kebersihan

hati sedangkan kepala banteng berarti percaya pada kekuatan dan tenaga sendiri. Media

Propaganda PNI Pemerintah Hindia Belanda yang semakin hari bertambah cemas melihat

pengaruh yang diperoleh PNI dimana-mana, mulai menunjukkan tangan besi.

Program-program tersebut lalu disosialisasikan ileh Ir. Soekarno, sehingga dalam

waktu singkat PNI telah meluas dengan cepatnya. Melihat perkembangan PNI yang

begitu pesat, maka Gubernur Jendral dalm pidato pembukaan Volksraad tanggal 15 Mei

1928 memandang perlu memberikan peringatan kepada pemimpin-pemimpin PNI supaya

menahan diri dalam ucapanya, propogandanya dan lain-lain. Ternyata peringata itu tidak

dihiraukan oleh pemimpin-pemimpin PNI, sehingga pmerintah Hindia Belanda

memandang perlu memberikan peringatan kedua dalam bulan Juli 1929. Pada akhir tahun

1929 tersiar kabar yang bersifat provokasi, yang mendesas-desuskan bahwa PNI akan

mengadakan pemberontakan pada awal tahun1930. Berdasarkan berita propovaksi itu,

maka pada tanggal 24 Desember 1929 pemerintah Hindia Belanda menggadakan

penggeledahan dan menangkap empat pemimpin PNI yaitu Ir. Soekarno, Maskun, Gatot

Mangkuprojo, dan Supriadinata. Keempat pempin PNI itu lalu dihadapkan kemuka

pengadilan di Bandung. Karena adaya pasal-pasal karet yang bisa menjerat pembicaraan

dalam rapat maupun tulisan-tulisan di surat kabar, maka pengadilan negeri Bandung

merasa berhak menghukum keempat orang ini.

3. Perpecahan di Tubuh PNI

Sesudah Bung Karno ditahan, dan dijatuhi hukuman selama 4 tahun

kepemimpinan PNI diambil alih oleh Mr. Sartono. Setelah melalui kongres pada bulan

Page 9: MAKALAH PNI

April 1931 di Jakarta, Pengurus Besar PNI mengeluarkan maklumat tentang pembubaran

PNI dengan alasan untuk menjaga anggota-anggota PNI lainnya agar tidak mendapatkan

kesulitan karena dituduh sebagai anggota partai terlarang. Pengurus besar PNI atas

anjuran Mr. Sartono, berkenaan dengan keputusan pengadilan negeri Bandung tersebut,

mengusulkan pembubaran PNI dan sebagai gantinya mereka mendirikan Partai Indonesia

(Partindo). Partai ini bertujuan Indonesia Merdeka dan berdiri atas dasar nasionalisme dan

“self-help” atau yang lazimnya dikenal sebagai sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi.

Ketika Bung Karno keluar dari penjara Sukamiskin pada pertengahan 1932, ia mendapati

PNI (lama) telah terpecah menjadi dua yaitu PNI (Baru) dan Partindo. Namun akhirnya

Bung Karno memilih Partindo sebagai basis perjuangannya. Partindo hampir sam persisi

dengan PNI yang telah dibubarkan berjuang secara langsung menuju sasarannya secara

konfrontasi yaitu langsung menuju tercapainya Indonesia merdeka, namun sifat radikal

dikendorkan. Jika PNI lama berkepala banteng, maka Partindo berlambang benteng utuh,

serta merupakan partai masal.

PNI baru didirikan oleh para pemimpin yang menentang pembubaran PNI lama

sehingga ingin tetap mempertahankan nama PNI. Oleh karena itu untuk membedakan PNI

lama dan PNI baru dibentuk sebauah nama PNI baru, tujuan PNI baru partai lebih

mementingkannkader-kader demokrat sejati. Karena ia terbatas pada lingkungan yang

lebih kecil, khususnya golongan intelektual. Terjaminya kebebasan-kebebasan demokrasi

dan perbaikan ekonomi lebih mengutamkan untuntuk menjamin tersusunya kekuatan

menghadapi kekuatan Belanda. Ir. Soekarno yang mendpat pengurungan hukuman 1

tahun, maka setelah keluar dari penjara akhirnya masuk ke Partindo. Karena Ir. Soekarno

setelah itu masih sama tetap saja berporopoganda dengan cara yang sama saja seperti

sebelum dihukum, Ir Soekarno akhirnya ditangkap lagi pada tanggal 30 Juli 1930. Dalam

perkembanganya pemerintah Belanda membiarkan begitu saja gerakan Partindo dan PNI

Baru, karena sudah dilumpuhkan dengan melarang kedua partai itu untuk berapat.

Tentunya perkumpulan yang dilarang untuk berapat dengan sendirinya tidak bisa terus.

Karena itu pada akhir tahun 1934, Partindo dan PNI Baru bubar.

C. Gerakan Wanita

Berbeda dengan gerakan PKI, PI maupun PNI yang langsung non-kooperasi,

maka pergerakan wanita tidak langsung berhadapan dengan pemerintah kolonial

tetapi dimulai dari gerakan sosial yaitu perjuangan untuk menaikkan derajat wanita

Page 10: MAKALAH PNI

dalam masyarakat. Perintis pergerakan wanita di Indonesia adalah R.A. Kartini, putri

bupati Jepara, yang kemudian diperistri Jayodinigrat (bupati Rembang) dan dimadu

pula. Berdasarkan pengamatanya, nasib buruk kaum wanita karena kurangnya

pendidikan, sehingga banyak wanita tergantung pria. Oleh karena itu mengangkat

derajat wanita hanya bisa dicapai lewat pendidikan.

Raden Adjeng Kartini adalah seorang putri Raden Mas Sosroningrat, bupati

Jepara. Kartini lahir dari keluarga ningrat Jawa. Kartini adalah anak ke-5 dari 11

bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak

perempuan tertua. Beliau adalah keturunan keluarga yang cerdas. Sampai usia 12

tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini

antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus

tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit. Karena Kartini bisa berbahasa Belanda,

maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan timbul keinginannya untuk memajukan

perempuan pribumi, dimana kondisi sosial saat itu perempuan pribumi berada pada

status sosial yang rendah. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh

kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih

luas. Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, Raden

Adipati Joyodiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada

tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi

kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang

kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan

sebagai Gedung Pramuka.

Gerakan kebangsaan Indonesia tidak hanya dibidang politik melainkan juga

sosial dan wanita. Salah seorang tokoh wanita yang menyuarakan pentingnya

emansipasi antara pria dan wanita adalah RA. Kartini. Cita-cita tersebut juga sering

disebut gerakan emansipasi yang bertujuan untuk mencapai persamaan derajat antara

laki-laki dan perempuan, terutama menyangkut urusan keluarga dan perkawinan.

Wanita mempunyai hak yang sama dengan pria, sehingga bukan sekedar (koki), tetapi

juag bisa mencari nafkah. Disamping itu dalm hal berkelurga, wanita juga berhak

menentukan pilihan (jodoh) bukan kawin paksa. Demikian juga wanita tidak senang

dimadu sehingga memperjuangkan perkawinan monogami. Pergerakan ini kemudian

dianggap sebagai pelopor terutama menyangkut dalam tulisan-tulisannya menuntut

agar wanita Indonesia diberi pendidikan karena mereka memikul tugas sebagai

Page 11: MAKALAH PNI

seorang ibu yang bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya. Cita-cita Kartini

itu terungkap dari surat-surat yang dikirim kepada teman-temanya di Negeri Belanda.

“Habis Gelap Terbitlah Terang” adalah buku yang merupakan kumpulan surat-surat

Kartini tentang berbagai buah pikirannya. Buku ini ditulis oleh Abendadon pada

1899. Isinya antara lain tentang posisi wanita dalam keluarga, adat istiadat, dan

keterbelakangan wanita, Karena senang membaca dan bergaul dengan berbagai

kalangan Kartini memiliki pandangan yang positif tentang betapa pentingnya

memajukan kaumnya dan menolak konvervatisme adalah sangat penting. Demikian

juga adat yang mengharuskan wanita hanya tinggal di dalam rumah harus dirombak.

Kartini meminta agar rakyat Indonesia diberi pendidikan karena pendidikan

merupakan salah satu pokok bagi masyarakat Indonesia. Pendidikan yang diperoleh

itu selain untuk mengasah intelegensi juga menurut kartini adalah kombinasi antara

kebudayaan Barat dan Timur. Setelah sebagian wanita Indonesia mendapatkan

pendidikan barat serta bergaul dengan tokoh-tokoh emansipasi barat, munculah

perkumpulan atau organisasi wanita. Perkumpulan terseubut salah satunya

diantaranya adalah Putri Mardika (1912) yang bertujuan memajukan pengajaran

terhadap anak-anak perempuan dengan memberikan penerangan dan bantuan dana.

Demikian pula dengan sekolah Koetamaan istri yang didirikan oleh Raden Dewi

Sartika di Bandung pada tahun 1904. Sekolah kartini juga didirikan di Jakarta pada

tahun 1913, di Madiun pada 1914, di Malang dan Cirebon pada 1916, Pekalongan

pada 1917, Indramayu, Surabaya dan Rembang 1918.

Selanjutnya pada 1920 mulai muncul perkumpulan wanita yang bergerak di bidang

sosial dan kemasyarakatan. Di Minahasa berdiri De Gorintalocsche

Mohammedaansche Vrouwen Vereeinging. Di Yogyakarta lahir perkumpulan wanita

Utomo yang mulai memasukan perempuan ke dalam kegiatan dasar pekerjaan.

Corak kebangasaan sudah mulai masuk dan besar pengaruhnya dalam pergerakan

wanita setelah 1920, sehingga dirasakan perlu ada hubungannya dan dipengaruhi oleh

propaganda PNI mendorong dilangsungkannya Kongres Perempuan Indonesia di

Yogyakarta pada 1928. Kongres tersebut dihadiri oleeh oleh berbagai wakil organisasi

wanita, diantaranya Ny. Sukamto (Wanita Utomo), Nyi Hajar Dewantara (Taman

Siswa Bagian Wanita) dan Nona Suyatin (Pemuda Indonesia bagian Keputrian).

Dalam kongres itu pada umunya disepakati untuk memajukan wanita Indonesia serta

Page 12: MAKALAH PNI

mengadakan gabungan yang berhaluan kooperatif. Hasil kongres yang terpenting

adalah dibentuknya federasi perkumpulan wanita, bernama Perikatan Perempuan

Indonesia (PPI) .

Dalam Kongres pada 28-31 Desember 1929 di Jakarta nama perikatan

Perempuan Indonesia diubah menjadi perserikatan Perhimpunan Indonesia (PPPI)

Kongres Perempuan Indonesia II diadakan atas inisiatif PPII di Jakarta pada tanggal

20-24 Juli 1935. Kongres yang dipimpin oleh Ny. Sri Mangunsarkoro itu

membicarakan masalah tentang masalah perburuan perempuan, pemberantasan buta

huruf, dan perkawinan. Dalam kongres tersebut, pergerakan wanita Indonesia

mendapat perhatian dari Komite Perempuan Sedunia yang berkedudukan di Paris.

Kongres Perempuan III berlangsung pada tanggal 23 – 28 Juli 1938 dibidang

dipimpin oleh Ny. Emma Puradireja. Kongres tersebut menyetujui suatu rencana

undang-undang perkawinan modern yang disusun oleh Ny. Mr. Maria Ulfah Santoso.

Kongres juga membicarakan masalah politik, antara lain hak pilih dan dipilih bagi

kaum wanita untuk Badan Perkawinan. Selain ini, kongres memutuskan pada 22

Desember menjadi hari Ibu, dengan menyatakan bahwa peringatan hari Ibu tiap bulan

diharapkan akan menambah kesadaran kaum wanita akan diwajibkan sebagai hari Ibu

Bangsa.

Page 13: MAKALAH PNI

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

PNI adalah entitas yang dinamis karena pertentangan berbagai unsur di dalamnya. PNI

adalah Jawasentris dan sekuler, tetapi mencakup unsur non-Jawa dan Islam. Kelompok

birokrat priayi, lapisan sosial atas berpendidikan Barat, dan Berbeda dengan agama yang

disatukan oleh konsep “umat” atau komunisme yang mewadahi perjuangan kelas proletar,

nasionalisme memiliki kontradiksi karena penyatuan rakyat dilakukan bukan atas nama

mereka, tetapi atas nama bangsa dan negara dengan sebuah identitas primordial. Lalu partai

nasionalis sering mencari figur karismatis untuk menyatukan pengikutnya. Pendukungnya

yang memiliki beragam identitas primordial dan kelas sosial menemukan wadah kulturalnya,

yakni budaya feodal yang masih berakar kuat. Sehingga kita dapat melihat bagaimana

Soekarno menjadi jantung dari pergerakan PNI.

PNI langsung kehilangan pamornya ketika Soekarno ditangkap . Pada era 1950-an, PNI

melakukan propaganda dengan menyebut Soekarno sebagai pemimpin PNI, padahal itu

terjadi pada era 1920-an. Kedekatan PNI dengan soekarno membuat PNI mendapatkan

dukungan yang besar dari rakyat Indonesia . PNI berhasil memenangkan pemilu pertama dan

juga mendapatkan posisi strategis dipemerintahan. Itu semua tidak lepas dari nama besar

soekarno sebagai pendiri PNI. Sehingga PNI dapat di Identikan dengan Seokarno.

Berbeda dengan gerakan PKI, PI maupun PNI yang langsung non-kooperasi, maka

pergerakan wanita tidak langsung berhadapan dengan pemerintah kolonial tetapi dimulai dari

gerakan sosial yaitu perjuangan untuk menaikkan derajat wanita dalam masyarakat. Perintis

pergerakan wanita di Indonesia adalah R.A. Kartini, putri bupati Jepara, yang kemudian

diperistri Jayodinigrat (bupati Rembang) dan dimadu pula. Berdasarkan pengamatanya, nasib

buruk kaum wanita karena kurangnya pendidikan, sehingga banyak wanita tergantung pria.

Oleh karena itu mengangkat derajat wanita hanya bisa dicapai lewat pendidikan.

Gerakan kebangsaan Indonesia tidak hanya dibidang politik melainkan juga sosial dan

wanita. Salah seorang tokoh wanita yang menyuarakan pentingnya emansipasi antara pria dan

wanita adalah RA. Kartini. Cita-cita tersebut juga sering disebut gerakan emansipasi yang

bertujuan untuk mencapai persamaan derajat antara laki-laki dan perempuan, terutama

menyangkut urusan keluarga dan perkawinan. Wanita mempunyai hak yang sama dengan

Page 14: MAKALAH PNI

pria, sehingga bukan sekedar (koki), tetapi juag bisa mencari nafkah. Disamping itu dalm hal

berkelurga, wanita juga berhak menentukan pilihan (jodoh) bukan kawin paksa. Demikian

juga wanita tidak senang dimadu sehingga memperjuangkan perkawinan monogami.

Pergerakan ini kemudian dianggap sebagai pelopor terutama menyangkut dalam tulisan-

tulisannya menuntut agar wanita Indonesia diberi pendidikan karena mereka memikul tugas

sebagai seorang ibu yang bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya. Cita-cita Kartini

itu terungkap dari surat-surat yang dikirim kepada teman-temanya di Negeri Belanda. “Habis

Gelap Terbitlah Terang” adalah buku yang merupakan kumpulan surat-surat Kartini tentang

berbagai buah pikirannya. Buku ini ditulis oleh Abendadon pada 1899. Isinya antara lain

tentang posisi wanita dalam keluarga, adat istiadat, dan keterbelakangan wanita, Karena

senang membaca dan bergaul dengan berbagai kalangan Kartini memiliki pandangan yang

positif tentang betapa pentingnya memajukan kaumnya dan menolak konvervatisme adalah

sangat penting. Demikian juga adat yang mengharuskan wanita hanya tinggal di dalam

rumah harus dirombak. Kartini meminta agar rakyat Indonesia diberi pendidikan karena

pendidikan merupakan salah satu pokok bagi masyarakat Indonesia.

Page 15: MAKALAH PNI

DAFTAR PUSTAKA

Kartodirjdo, Sartono. 1993. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Jilid II Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama

Lubis, L.M. 1987. Sejarah Pergerakan dan Kemerdekaan Indonesia. Jakarta : Dian Rakyat

Ricklefts, M.C. Sejarah Indonesia Modern. Gadjah Mada University Press:Yogyakarta 1991