makalah ppd

29
MENGUAK SISI GELAP KEBERADAAN INVESTASI RAMBUT PALSU ASING SEBAGAI PROBLEMATIKA BARU DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA PANJANG DI KABUPATEN PURBALINGGA Disusun Oleh: Dodi Agustina 7111413077 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TAHUN 2015

Upload: gusti-pangdesa

Post on 11-Dec-2015

51 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tentang purbalingga

TRANSCRIPT

MENGUAK SISI GELAP KEBERADAAN INVESTASI RAMBUT PALSU

ASING SEBAGAI PROBLEMATIKA BARU DALAM PEMBANGUNAN

EKONOMI JANGKA PANJANG DI KABUPATEN PURBALINGGA

Disusun Oleh:

Dodi Agustina

7111413077

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2015

ii Makalah Ilmiah PPD

LEMBAR PERNYATAAN

KEASLIAN MAKALAH ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dodi Agustina

NIM : 7111413077

Jurusan/Fakultas : Ekonomi Pembangunan/FE Unnes

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan makalah ilmiah ini, Saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebut sumber asli.

4. Tidak melakukan pemalsuan dan pemanipulasian data.

5. Mengerjakan sendiri dan mampu bertanggung jawab atas makalah ilmiah

ini.

Apabila dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas makalah ilmiah Saya, dan

telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, dan ditemukan bahwa

Saya melanggar pernyataan di atas, maka Saya siap dikenai sanksi sesuai aturan yang

ditetapkan oleh Dosen pengajar mata kuliah Perencanaan Pembangunan Daerah

(PPD).

Demikian pernyataan ini Saya buat dengan sesungguhnya.

Semarang, 13 Juni 2015

Yang Menyatakan,

Dodi Agustina

iii Makalah Ilmiah PPD

PRAKATA

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah

memberikan limpahan rahmat dan sayang-Nya kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan pembuatan makalah ilmiah ini dengan tepat waktu. Shalawat

serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah

mengemban risalah islam dan menuntun jalan umatnya menuju jalan kebenaran.

Penulis menyadari bahwa selama proses pembuatan makalah ilmiah ini, penulis

banyak menemui hambatan. Upaya dan dukungan dari berbagai pihak sangat

membantu penulis dalam hal ini, sehingga makalah ilmiah ini dapat terselesaikan.

Untuk itu secara khusus penulis mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada:

1. Ibu Fafurida, S.E., M.Sc. selaku dosen pengajar mata kuliah perencanaan

pembangunan daerah (PPD).

2. Kedua orang tua Saya, bapak Waryanto Sorun dan ibu Sutarmi, yang telah

menjadi motivator dan selalu meyertai penulis dengan ketulusan doa dan

restu, serta dukungan moral tanpa henti kepada penulis untuk selalu

optimis, dan tetap semangat dalam menjalani kehidupan.

3. Penulis jurnal ilmiah dan penelitian mengenai sisi gelap pembangunan di

Kabupaten Purbalingga yang tidak dapat penulis sebut satu per satu.

4. Media cetak ataupun elektronik yang telah memberikan berita dan data

sekunder kepada penulis mengenai pembangunan di Purbalingga, dalam

melengkapi penulisan makalah ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

makalah ilmiah ini, namun ini semata-mata karena keterbatasan penulis. Akhir kata,

besar harapan penulis makalah ilmiah ini dapat bermanfaat sekaligus dapat

menambah pengetahuan mengenai sisi gelap pembanguanan yang ada di Kabupaten

Purbalingga yang selama ini belum dan terkesan disembunyikan dari publik.

Semarang, 14 Juni 2015

Dodi Agustina

iv Makalah Ilmiah PPD

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................... ii

PRAKATA ................................................................................................................. iii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK ............................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4

C. Tujuan ............................................................................................................ 4

D. Manfaat .......................................................................................................... 5

E. Sistematika Penulisan .................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 6

A. Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Purbalingga .................................... 6

B. Pembangunan Ekonomi ................................................................................. 7

C. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .................................................... 7

D. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ..................................................................... 8

E. Otonomi Daerah ............................................................................................. 9

F. Corporate Social Responsibility (CSR) ......................................................... 9

G. Stereotip Gender ............................................................................................ 10

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................................. 11

A. Visi Pembangunan Versus Kebijakan Pembangunan .................................... 11

B. PDRB Per Kapita dan UMK di Lapangan ..................................................... 13

C. Stereotip Gender dan Pengangguran .............................................................. 16

D. Investor Rambut Palsu Asing dan Pajak ........................................................ 18

E. Perusahaan Asing dan Corporate Social Responsibility ................................ 21

BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 22

A. Kesimpulan .................................................................................................... 22

B. Saran ............................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 24

v Makalah Ilmiah PPD

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK

Halaman

Tabel 3.1 Daftar Perusahaan Rambut Palsu Asing di Kabupaten Purbalingga.......... 12

Tabel 3.2 Indeks Gini dan Indeks Williamson Kab. Purbalingga dan Prov. Jawa

Tengah Tahun 2005—2009 .............................................................................. 14

Tabel 3.3 Kesenjangan Penggunaan Tenaga Kerja (Laki-Laki dan Perempuan) di

Kabupaten Purbalingga Pada Bidang Pengolahan Rambut Palsu Asing .......... 16

Tabel 3.4 Nilai Anggaran Pendapatan dan Belanja Pada Bidang Ketenagakerjaan

Dalam Ringkasan APBD tahun 2010 ............................................................... 19

Tabel 3.5 Komposisi Pengeluaran Sektor Keteagakerjaan Kabupaten Purbalingga

Tahun 2010 ....................................................................................................... 19

Tabel 3.6 Komposisi Pegawai Dinsoskertrans Kabupaten Purbalingga

(Berdasarkan Golongan) ................................................................................... 20

Tabel 3.7 Komposisi Kepegawaian Dinsoskertrans Kabupaten Purbalingga

Tahun 2010 ....................................................................................................... 20

Grafik 3.1 PDRB Per Kapita Kab. Purbalingga dan PDRB Prov. Jawa Tengah

Tahun 2005—2009 (Jutaan Rupiah) ................................................................. 13

1 Makalah Ilmiah PPD

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kabupaten Purbalingga merupakan salah satu bagian dari Provinsi Jawa Tengah

yang sebelumnya sering dianggap sebagai satu kesatuan dengan Purwokerto karena

kontribusinya yang teramat minim terhadap perekonomian provinsi, bahkan

Kabupaten Purbalingga tersebut pernah dianggap sebagai kota mati yang minim

produksi akan barang dan jasanya. Keadaan itu banyak dipengaruhi oleh minimnya

tingkat pendidikan masyarakat, yang membuat sebagian besar masyarakatnya itu

berprofesi di bidang pertanian tanpa adanya pengolahan pasca panen, sehingga tidak

heran jika hal tersebut menjadikan PDRB (Product Domestic Regional Bruto)

Kabupaten Purbalingga saat itu dan sampai saat ini didominasi oleh bidang pertanian.

Keadaan tersebut berubah secara derastis ketika Triyono Budi Sasongko

menjabat sebagai bupati di Kabupaten Purbalingga, dimana melalui pemerintahannya

Triyono mendeklarasikan Purbalingga sebagai kota yang Pro dengan investasi,

dengan memberikan berbagai bentuk kemudahan kepada para investor yang mau

menanamkan modalnya di Purbalingga termasuk investor-investor asing. Bentuk-

bentuk kemudahan untuk para investor yang dimaksud dapat berupa kemudahan

mengurus izin pendirian PT (Perseroan Terbatas) ataupun kecilnya pajak yang

dibebankan kepada investor-investor yang masuk ke Purbalingga tersebut.

Atas dasar kebijakan baru itu, secara cepat Purbalingga mulai dilirik oleh para

investor asing yang kebanyakan berasal dari negara Korea Selatan dan secara cepat

pula para investor tersebut disambut dengan baik oleh pejabat-pejabat dan para

pemegang kekuasaan di Kabupaten Purbalingga. Perlu diketahui bahwa kebanyakan

investor-investor yang masuk ke Purbalingga adalah mereka yang ingin membuat

industri rambut palsu, baik bulu mata palsu ataupun wig (rambut palsu).

Dalam hitungan beberapa tahun dimasa pemerintahan Triyono, keberadaan PT

dan CV rambut palsu di Purbalingga kian menjamur dan mulai berkontribusi terhadap

perekonomian di Kabupaten Purbalingga khususnya peningkatan PDRB dan

menurunnya tingkat pengangguran. Bahkan Purbalingga pernah mendapat

2 Makalah Ilmiah PPD

penghargaan sebagai kota paling pro dengan investasi dan penghargaan sebagai kota

yang memiliki pengangguran paling rendah di Provinsi Jawa Tengah.

Di satu sisi, keberadaan para investor rambut palsu asing di Purbalingga

memang telah memberikan kontribusi yang positif terhadap perekonomian, namun

keberhasilan tersebut sebenarnya bersifat semu dan masih meninggalkan beberapa

catatan merah. Sebab jika dilihat, Purbalingga yang dikenal sebagai kota Perwira ini

memiliki visi pembangunan yang berbunyi, “Purbalingga yang Maju, Mandiri dan

Berdaya Saing Menuju Masyarakat Sejahtera yang Berkeadilan dan Berakhlak

Mulia”. Visi pembangunan tersebut sebenarnya tidak sejalan dengan kebijakan yang

diambil, untuk memberikan kemudahan bagi para investor asing yang menanamkan

modalnya di Purbalingga. Sebab lebih dari 19 perusahaan rambut palsu asing yang

telah berdiri di Purbalingga, menunjukan bahwa Purbalingga masih belum mampu

mewujudkan kemandirian dan daya saingnya. Bahkan keberadaan perusahaan rambut

palsu asing tersebut secara tidak langsung telah menghegemoni masyarakat dan

memberikan efek ketergantungan, yang semakin menjauhkan keadaan Purbalingga

saat ini dengan visi pembangunan yang sudah ditetapkannya.

Secara sederhana, kehadiran para investor asing di Purbalingga memang telah

terbukti meningkatkan PDRB per kapita masyarakat. Namun dalam hal ini perlu

disadari bahwa kadar prosentase peningkatan PDRB per kapita masyarakat belum

tentu sama dengan prosentase penigkatan kesejahteraan masyarakat. Sebab kita

ketahui bahwa komposisi penghitungan PDRB per kapita adalah mengikutsertakan

pendapatan para investor asing melalui nilai output perusahaannya. Sehingga PDRB

per kapita yang ada sebenarnya adalah semu dan belum secara mutlak menunjukan

pendapatan per kapita masyarakat yang sesungguhnya. Secara gamblang dapat

dikatakan bahwa semakin besar kontribusi perusahaan rambut palsu asing di

Purbalingga terhadap perekonomian, maka akan semakin jauh keberadaan masyarakat

dari kata sejahtera dengan asumsi tertentu, karena komposisi PDRB per kapita yang

dihitung banyak dipengaruhi oleh pendapatan orang asing (investor asing) yang

notabene tidak dinikmati oleh masyarakat. Hal ini perlu menjadi catatan dan evaluasi

bersama, bahwa tingginya PDRB per kapita belum tentu akan sama dengan tingginya

3 Makalah Ilmiah PPD

tingkat kesejahteraan masyarakat, apabila perekonomian suatu daerah masih terlalu

bergantung dengan peran pihak asing. Maka dari itu, jangan menelan mentah-mentah

mengenai publikasi pembangunan, karena kita harus tau seluk-beluknya terlebih dulu.

Ditinjau dari sisi pengangguran, keberadaan investor asing di bidang

pengolahan rambut palsu juga dapat dikatakan sudah berkontribusi terhadap

penurunan angka pengangguran di Kabupaten Purbalingga. Namun penurunan angka

pengangguran tersebut masih meninggalkan beberapa tugas dan persoalan, dimana

dari total tenaga kerja yang berhasil diserap oleh perusahaan rambut palsu asing

tersebut lebih didominasi oleh kaum perempuan, karena memang pihak perusahaan

rambut asing di Purbalingga memperuntukkan lowongan kerja yang lebih

dikhususkan untuk perempuan. Hal ini menimbulkan masalah baru bagi kaum laki-

laki di Purbalingga yang semakin sulit untuk memperoleh pekerjaan, yang pada

akhirnya muncul istilah “Pamong Praja” di Purbalingga, yang berarti “Papa Momong

Mama Kerja”. Selanjutnya para pekerja di PT rambut palsu asing tersebut juga hanya

sebatas buruh kasar yang hanya tau satu bagian/step dalam produksi, sehingga tidak

memungkinkan adanya kreativitas dan peningkatan jenjang karir.

Kemunculan perusahaan rambut palsu asing di Kabupaten Purbalingga juga

masih meninggalkan persoalan mengenai program CSR (Corporate Sosial

Responsibility) dari perusahaan rambut palsu asing tersebut yang terbilang nihil

sampai saat ini. Ditambah lagi adanya penerimaan pajak yang sangat minim dari

perusahaan asing tersebut kepada pemerintah, dan pada akhirnya membuat para

investor asing yang ada semakin leluasa untuk mengekspansi usahanya sampai ke

pelosok desa karena pengeluaran pajak yang kecil tersebut.

Dari gambaran umum dan singkat di atas, penulis akan menganalisis lebih jauh

mengenai sisi gelap dari keberadaan para investor rambut palsu asing terhadap

pembangunan ekonomi jangka panjang di Kabupaten Purbalingga, baik dari sisi

peningkatan PDRB per kapita, tingkat pengangguran yang sebenarnya, ataupun

kesenjangan lainnya melalui makalah ilmiah ini yang berjudul “Menguak Sisi Gelap

Keberadaan Investasi Rambut Palsu Asing Sebagai Problematika Baru Dalam

Pembangunan Ekonomi Jangka Panjang Di Kabupaten Purbalingga”.

4 Makalah Ilmiah PPD

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana keserasian antara visi pembangunan Kabupaten Purbalingga yang

telah ditetapkan, dengan kebijakan yang diambil dalam memberikan berbagai

bentuk kemudahan bagi para investor asing untuk menanamkan modalnya di

Kabupaten Purbalingga?

2. Bagaimana PDRB per kapita masyarakat di Kabupaten Purbalingga dengan

kenyataan UMK di lapangan, setelah kemunculan PT dan CV pengolahan

rambut palsu asing di Kabupaten Purbalingga?

3. Bagaimana kondisi tingkat pengangguran dan kondisi kesenjangan penggunaan

tenaga kerja pasca kemunculan PT dan CV pengolahan rambut palsu asing di

Kabupaten Purbalingga?

4. Bagaimana peran PT dan CV pengolahan rambut palsu asing tersebut terhadap

penerimaan pajak di Kabupaten Purbalingga?

5. Bagaimana bentuk CSR (Corporate Social Responsibility) yang telah diberikan

oleh PT dan CV pengolahan rambut palsu asing di Kabupaten Purbalingga?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui sejalan atau tidak antara visi pembangunan Kabupaten

Purbalingga dengan kebijakan yang telah diambil untuk memberikan berbagai

bentuk kemudahan kepada investor asing.

2. Untuk mengetahui perbandingan antara besaran PDRB per kapita dengan

realisasi UMK para buruh yang bekerja di perusahaan pengolahan rambut asing

di Kabupaten Purbalingga.

3. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan tenaga kerja laki-laki dan

perempuan, dalam hal ketimpangan penggunaan tenaga kerja dan jenjang karir

di perusahaan pengolahan rambut palsu asing di Kabupaten Purbalingga.

4. Untuk mengetahui bagaimana peran perusahaan pengolahan rambut palsu asing

terhadap penerimaan pajak di Kabupaten Purbalingga dan realisasinya.

5. Untuk mengetahui apa saja program CSR yang telah diberikan oleh perusahaan

pengolahan rambut palsu asing kepada masyarakat di Kabupaten Purbalingga

sebagai bentuk kepeduliannya terhadap dunia sosial.

5 Makalah Ilmiah PPD

D. Manfaat

1. Bagi dunia akademis

Sebagai bahan referensi perbandingan, terhadap objek penelitian pada persoalan

yang sama, berkaitan dengan sisi gelap pembangunan ekonomi jangka panjang

melalui peran para investor asing di Kabupaten Purbalingga.

2. Bagi pemerintah Kabupaten Purbalingga

Sebagai bahan masukan agar lebih peduli terhadap pembangunan ekonomi jangka

panjang, melalui kebijakan yang lebih rasional, searah dengan visi pembangunan,

dan tidak menggunakan kepolosan atau ketidaktahuan masyarakat dalam

pembangunan, sebagai alat politik untuk meningkatkan eksistensi semu dan

pencitraan dihadapan publik, serta sebagai pengendali agar tidak terlalu

bergantung kepada pihak asing dalam menjalankan roda perekonomian kota.

3. Bagi masyarakat Kabupaten Purbalingga

Sebagai sumber pengetahuan, berkaitan dengan sisi gelap pembangunan ekonomi

kota saat ini secara riil, yang selama ini sangat sulit untuk diketahui oleh publik

(masyarakat) karena transparansi sistem pemerintahan kota yang tergolong lebih

tertutup, ditambah lagi peran media yang ada di kabupaten hanya memberitakan

sisi baik pembangunan yang ada, tanpa diimbangi dari sisi negatifnya, sehingga

masyarakat akan lebih sulit mengevaluasi program kerja dan kebijakan yang telah

ditetapkan dan diterapkan oleh pemerintahan kota.

E. Sistematika Penulisan

Makalah ilmiah ini terdiri dari IV Bab, dimana Bab I Pendahuluan terdiri dari:

Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, dan Sistematika Penulisan.

Kemudian Bab II Tinjauan Pustaka terdiri atas: Visi dan Misi Pembangunan

Kabupaten Purbalingga, Pembangunan Ekonomi, PDRB, PAD, Otonomi Daerah,

CSR, dan Stereotip Gender. Pada analisis dan Pembahasan di Bab III terdiri atas: Visi

Pembangunan Versus Kebijakan Pembangunan, PDRB Per Kapita dan UMK di

Lapangan, Stereotip Gender dan Pengangguran, Investor Rambut Palsu Asing dan

Pajak, serta Perusahaan Asing dan CSR. Bab IV terdiri atas: Kesimpulan dan Saran,

serta yang terakhir adalah Daftar Pustaka.

6 Makalah Ilmiah PPD

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Purbalingga

Visi Pembangunan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2010-2015

merupakan Visi Kepala Daerah Kabupaten Purbalingga terpilih yang telah

dikomunikasikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan masyarakat sebelum

proses pemilihan kepala daerah dilaksanakan. Visi Kepala Daerah Kabupaten

Purbalingga tahun 2010-2015 adalah “Purbalingga yang Maju, Mandiri, dan Berdaya

Saing, Menuju Masyarakat Sejahtera yang Berkeadilan dan Berakhlak Mulia”

(RPJMD Kab.Purbalingga,2011:123).

Misi dan tujuan pembangunan Kabupaten Purbalingga tahun 2010—2015 yang

tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten

Purbalingga tahun 2010—2015 adalah sebagai berikut:

1. Misi I :Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.

2. Misi II :Mewujudkan Purbalingga yang aman, damai, tertib, dan

demokratis berlandaskan hukum dan hak asasi manusia (HAM).

3. Misi III :Mewujudkan masyarakat Purbalingga yang semakin

berkualitas, berakhlak mulia, beretika, serta memiliki jatidiri dan semangat

nasionalisme.

4. Misi IV :Meningkatkan pertumbuhan ekonomi Purbalingga yang

semakin berkualitas dan berkeadilan melalui pendayagunaan seluruh

potensi daerah.

5. Misi V :Meningkatkan kapasitas dan kualitas prasarana wilayah,

terutama untuk mendorong keserasian pertumbuhan antarwilayah dan

pemerataan pelayanan sosial.

6. Misi VI :Mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup melalui

peningkatan kualitas pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup

serta pelestarian kekayaan sumber daya hayati (RPJMD

Kab.Purbalingga,2011:126-132).

7 Makalah Ilmiah PPD

B. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi diartikan sebagai peningkatan pendapatan per kapita

masyarakat yaitu tingkat pertambahan Gross Domestic Product (GDP) pada satu

tahun tertentu melebihi tingkat pertambahan penduduk. Perkembangan GDP yang

berlaku dalam suatu masyarakat yang dibarengi oleh perubahan dan modernisasi

dalam struktur ekonomi yang umumnya tradisional, sedangkan pertumbuhan

ekonomi diartikan sebagai kenaikan itu lebih besar dalam GDP tanpa memandang

apakah kenaikan itu lebih besar atau apakah terjadi perubahan struktur atau tidak,

Prishardoyo dalam (Sukirno,1981:13-14).

Todaro mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan

oleh tiga nilai pokok yaitu:

1. Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

pokoknya (basic needs).

2. Meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia.

3. Meningkatnya kemauan masyarakat untuk memilih (freedom from servitude)

yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia.

Dari definisi tersebut jelas bahwa pembangunan ekonomi mempunyai empat

sifat penting, pembangunan ekonomi merupakan: Suatu proses yang berarti

perubahan yang terjadi terus-menerus, usaha untuk menaikkan pendapatan per kapita,

kenaikan pendapatan perkapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang,

perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (misalnya ekonomi, politik, hukum,

sosial, dan budaya), (Prishardoyo,2008:2).

C. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah indikator ekonomi makro

yang dapat memberikan gambaran tentang keadaan perekonomian suatu wilayah. Di

dalam menghitung Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang di timbulkan dari

suatu region, ada 3 pendekatan yang digunakan yaitu:

1. PDRB menurut pendekatan produksi

Merupakan jumlah nilai barang atau jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai

unit produksi yang berada di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu.

8 Makalah Ilmiah PPD

2. PDRB menurut pendekatan pendapatan

Merupakan balas jasa yang digunakan oleh faktor-faktor produksi yang ikut

serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam waktu tertentu.

3. PDRB menurut pendekatan pengeluaran

Merupakan semua komponen pengeluaran akhir seperti: pengeluaran

konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah,

pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor neto dalam

jangka waktu tertentu (Prishardoyo,2008:3).

D. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Sumber keuangan daerah yang utama adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh dari penerimaan

pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain PAD

yang sah, Sari dalam (Nurcholis, 2007). Penerimaan daerah sendiri dipengaruhi oleh

akumulasi kinerja ekonomi yang diukur dari peningkatan PDRB (Produk Domestik

Regional Bruto). Peningkatan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) berarti

peningkatan derajat kesejahteraan masyarakat, dengan syarat persentase peningkatan

PDRB (Produk Domestik Regional bruto) lebih besar dari tingkat pertumbuhan

penduduk. Peningkatan kesejahteraan masyarakat ini ditandai dengan naiknya tingkat

pendapatan per kapita penduduk setiap tahun (Sari,2013:718).

Semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan

seseorng untuk membayar (ability to pay) berbagai pungutan yang ditetapkan oleh

pemerintah. Dengan logika yang sama, pada tingkat distribusi pendapatan tertentu

yang tetap, semakin tinggi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) suatu daerah,

semakin besar pula kemampuan masyarakat daerah tersebut untuk membiayai

pengeluaran rutin dan pembangunan pemerintahannya. Dengan kata lain semakin

tinggi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) per kapita riil suatu daerah, semakin

besar pula potensi sumber penerimaan daerah tersebut, Sari dalam (Halim, 2001). Ini

berarti PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) merupakan salah satu komponen

penting untuk mengetahui potensi daerah sebagai upaya penerimaan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) (Sari:2013:719).

9 Makalah Ilmiah PPD

E. Otonomi Daerah

Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,

otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dari pengertian tersebut di

atas dapat diartikan bahwa otonomi daerah merupakan kemerdekaan atau kebebasan

menentukan aturan sendiri berdasarkan perundang-undangan, dalam memenuhi

kebutuhan daerah sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh daerah.

Otonomi daerah yang sudah berjalan lebih dari enam tahun di negara kita

diharapkan bukan hanya pelimpahan wewenang dari pusat kepada daerah untuk

menggeser kekuasaan. Hal itu ditegaskan oleh Sasana dalam (Kaloh,2002:7), bahwa

otonomi daerah harus didefinisikan sebagai otonomi bagi rakyat daerah dan bukan

otonomi “daerah” dalam pengertian wilayah/territorial tertentu di tingkat lokal.

Otonomi daerah bukan hanya merupakan pelimpahan wewenang tetapi juga

peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Berbagai manfaat

dan argumen yang mendukung pelaksanaan otonomi daerah tidak langsung dapat

dianggap bahwa otonomi adalah sistem yang terbaik. Berbagai kelemahan masih

menyertai pelaksanaan otonomi yang harus diwaspadai dalam pelaksanaannya. Remy

Prud’homme (Sugiyanto,2000) mencatat beberapa kelemahan dan dilemma dalam

otonomi daerah, antara lain :

1. Menciptakan kesenjangan antara daerah kaya dengan daerah miskin

2. Mengancam stabilisasi ekonomi akibat tidak efisiennya kebijakan ekonomi

makro, seperti kebijakan fiskal.

3. Mengurangi efisiensi akibat kurang representatifnya lembaga perwakilan

rakyat dengan indikator masih lemahnya public hearing.

4. Perluasan jaringan korupsi dari pusat menuju daerah.

F. Corporate Social Responsibility (CSR)

Definisi CSR menurut World Bank ( Bank Dunia) ialah : CSR is commitment of

business to contribute to sustainable economic development working with employees

and their representatives, the local community and society at large to improve quality

10 Makalah Ilmiah PPD

of live, in ways that are both good for business and good for development. Yang

dimaksud didalam definisi tersebut adalah CSR merupakan suatu komitmen bisnis

untuk berperan dalam pembangunan ekonomi yang dapat bekerja dengan karyawan

dan perwakilan mereka, masyarakat sekitar dan masyarakat yang lebih luas untuk

memperbaiki kualitas hidup, dengan cara yang baik bagi bisnis maupun

pengembangan (Diba,2012:29).

G. Stereotip Gender

Purbalingga dikenal dengan kota pro investasi dengan tingkat pengangguran

yang redah. Namun dibalik hal tersebut ada persoalan baru terkait dengan rendahnya

angka pengangguran di Purbalingga, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa

penyebab utama ketidaksetaraan kesempatan kerja yang terjadi di Kabupaten

Purbalingga adalah stereotip gender yang melekat pada diri laki-laki yang dipandang

tidak cocok dengan jenis pekerjaan yang banyak tersedia di sana. Saat ini angkatan

kerja laki-laki yang terserap di sektor pengolahan rambut khususnya hanyalah 20%

dari tenaga kerja perempuan (Setiansah dan Prastyani,2011:37).

Setiansah dan Prastyani (dalam Cagatay:2005) mengatakan bahwa di semua

belahan dunia, relasi gender mempengaruhi kesempatan kerja, pembagian kerja,

pendapatan, pendidikan, akses terhadap pelayanan publik. Padahal seharusnya,

dikatakan oleh Setiansah dan Prastyani (dalam Fulcher & Scott:1999) bahwa dalam

sistem pasar seseorang dihargai berdasarkan permintaan dan penawaran atas skill atau

kemampuan, bukan karena gender atau etnik.

Stereotip gender telah menjadi salah satu hambatan yang menyebabkan

seseorang atau sekelompok orang tidak dapat berfungsi dan berperan sesuai

kedudukannya sebagai anggota masyarakat, Setiansah dan Prastyani (dalam

Sumarnonugroho:1984), dan dalam kasus di Kabupaten Purbalingga, laki-lakilah

yang termarjinalkan oleh permasalahan stereotip gender ini. Secara sosial, bagi

lakilaki, kondisi tidak bekerja jauh lebih membebani dibanding kondisi yang sama

pada perempuan (Setiansah dan Prastyani,2011:38).

11 Makalah Ilmiah PPD

BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Visi Pembangunan Versus Kebijakan Pembangunan

Visi dapat dikatakan sebagai satu tujuan utama dan merupakan tujuan akhir

yang ingin diraih atau dicapai. Dengan demikian, dapat pula dikatakan bahwa visi

pembangunan merupakan tujuan utama dan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam

proses pembangunan melalui upaya-upaya pembangunan yang terbagi ke dalam step

by step di dalam komponen misi pembangunan.

Purbalingga sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah memiliki

visi pembangunan yang berbunyi, “Purbalingga yang Maju, Mandiri, dan Berdaya

Saing, Menuju Masyarakat Sejahtera yang Berkeadilan dan Berakhlak Mulia”. Secara

sederhana dari visi pembangunan Kabupaten Purbalingga tersebut dapat dimaknai

secara ekonomi bahwa Purbalingga menginginkan adanya kemajuan dan peningkatan

daya saing melalui kemandirian, agar tercipta kesejahteraan, keadilan, dan terciptanya

akhlak yang baik. Atas dasar adanya visi pembangunan tersebut maka dapat dianalisis

mengenai keserasian antara visi pembangunan yang ada di Kabupaten Purbalingga

dengan Kebijakan Pembangunan yang telah diterapkan dalam mewujudkan visi

pembangunan Kabupaten Purbalingga tersebut terkait dengan investasi asing.

Berdasarkan data yang ada mengenai banyaknya Penanaman Modal Asing

(PMA) di Kabupaten Purbalingga pada bidang pengolahan rambut palsu, menunjukan

adanya ketimpangsiuran antara visi pembangunan yang telah ditetapkan dengan

kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah Kabupaten Purbalingga. Sebab

kemudahan PMA untuk para investor dari luar negeri, seperti kebijakan yang sudah

dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Purbalingga saat ini, dalam jangka panjang

akan membiasakan masyarakat berpikir praktis, merasa nyaman, dan sulit

berkembang, serta mengurangi kemandirian masyarakat untuk memajukan

perekonomiannya sendiri. Hal ini sangat jelas menunjukan bahwa kebijakan yang

telah dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Purbalingga tersebut, adalah tidak

sejalan dengan tujuan utama pembangunan, dalam hal kemandirian, dan daya saing,

seperti yang tertuang dalam visi pembangunan Kabupaten Purbalingga.

12 Makalah Ilmiah PPD

Tabel 3.1

Daftar Perusahaan Rambut Palsu Asing di Kabupaten Purbalingga

No. Nama Perusahaan No. Nama Perusahaan

1 Best Lady 15 International Eyelash

2 Bintang Mas Triyasa 16 Interwork Indonesia

3 Boyang Industrial 17 Kesan Baru Sejahtera

4 Cipta Kreasi Megah 18 Royal Korindah

5 Dasindo 19 Sinar Cendana Abadi

6 Elise Eye Lash 20 Sinhan Creatindo

7 Fair Lady 21 SUN Starindo Wirahusada

8 Midas Indonesia 22 Sung Chang Cab. Bobotsari

9 Milan Indonesia 23 Sung Chang Indonesia

10 Mitra Jaya Mandiri 24 Sung Shim Int

11 Hanmi Hair Int 25 Tigaputra Abadi Perkasa

12 Hasta Pusaka Sentosa 26 Morisse

13 Hyup Sung 27 Wonjin

14 Indokores Sahabat 28 Yuro Mustika Sumber: Dinsosnakertrans Kab. Purbalingga, 2011

Tabel di atas menunjukan secara jelas, bahwa kebijakan pemerintah Kabupaten

Purbalingga dalam memberikan berbagai bentuk kemudahan kepada para investor

asing, telah membuat jumlah perusahaan rambut palsu asing di Purbalingga semakin

menjamur. Keadaan ini semakin lama akan membuat adanya peralihan dalam

masyarakat, dan akan mengurangi kemandirian masyarakat untuk berusaha, karena

dengan semakin banyaknya perusahaan rambut palsu asing di Purbalingga, maka

akan semakin membuat masyarakat lebih condong untuk bekerja sebagai buruh PT,

dari pada melakukan usaha sendiri. Sehingga ini menunjukan, bahwa kebijakan

pemerintah Purbalingga dalam mewujudkan visi pembangunannya adalah masih

semu, tidak sejalan dan belum memperhitungkan dampak jangka panjang dari adanya

kebijakan yang sudah diterapkannya saat ini, terkait dengan kemudahan Penanaman

Modal Asing di Kabupaten Purbalingga.

Dari analisis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan pemerintah

Kabupaten Purbalingga saat ini, mengenai kemudahan Penanaman Modal Asing bagi

13 Makalah Ilmiah PPD

para investor dari luar negeri, adalah tidak sesuai dan tidak sejalan dengan visi

pembangunan Kabupaten Purbalingga yang sudah ditetapkan.

B. PDRB Per Kapita dan UMK di Lapangan

PDRB per kapita merupakan total nilai output barang dan jasa yang dihasilkan

oleh suatu wilayah, dalam kurun waktu tertentu (1 tahun), dan sudah dibagi dengan

total penduduk yang ada di wilayah tersebut. Sehingga secara kasar dapat dikatakan

bahwa penduduk yang masih di bawah umur dan pengangguran, yang umumnya

belum berpenghasilan tetap ikut menjadi pembagi dalam penghitungan PDRB per

kapita di suatu wilayah.

Grafik 3.1

PDRB Per Kapita Kab. Purbalingga dan PDRB Prov. Jawa Tengah

Tahun 2005—2009 (Jutaan Rupiah)

Sumber: Olahan RPJMD Kab. Purbalingga 2010—2015

Grafik 3.1 di atas menunjukan besaran PDRB per kapita Kabupaten

Purbalingga yang dibandingkan dengan PDRB Provinsi Jawa Tengah, dimana dari

grafik di atas dapat dikatakan bahwa PDRB Kabupaten Purbalingga memiliki

kecenderungan lebih kecil dari PDRB Provinsi Jawa Tengah tiap tahunnya, dan

memiliki rasio 1:2 antara PDRB Kabupaten Purbalingga dan PDRB Jawa Tengah.

PDRB per kapita Kabupaten Purbalingga memang memiliki kecenderungan

yang naik setiap tahunnya, namun dalam hal ini perlu diperhatikan mengenai besaran

PDRB tersebut agar bisa meningkat dan semakin berkualitas. Kenyataan memang

3,325,494 3,862,595 4,377,449 4,970,626 5,838,901 6,275,651

7,538,997 8,281,309 9,522,019 10,228,762

2005 2006 2007 2008 2009Tahun

Kab. Purbalingga Prov. Jawa Tengah

14 Makalah Ilmiah PPD

menunjukan bahwa PDRB per kapita Kabupaten Purbalingga adalah relatif lebih

rendah dari PDRB Provinsi Jawa tengah, namun dalam hal ini patut di apresiasi

mengenai indeks gini dan indeks Williamson di Kabupaten Purbalingga yang

menunjukan bahwa ketimpangan di kabupaten tersebut adalah tergolong sedang,

dimana hal tersebut terbukti dari tabel di bawah ini:

Tabel 3.2

Indeks Gini dan Indeks Williamson Kab. Purbalingga dan Prov. Jawa Tengah

Tahun 2005—2009

Tahun Indeks Gini Indeks Williamson

Kab.

Purbalingga

Prov. Jawa

Tengah

Kab.

Purbalingga

Prov. Jawa

Tengah

2005 0.2713 0.28 0.46 0.72

2006 0.2873 0.27 0.47 0.75

2007 0.2727 0.25 0.48 0.73

2008 0.2676 0.25 0.49 0.74

2009 0.2625 0.25 0.49 0.7 Sumber: RPJMD Kab. Purbalingga 2010—2015

Keterangan Indeks Gini:

a. G < 0,3 = Ketimpangan Rendah

b. 0,3 ≤ G ≤ 0,5 = Ketimpangan Sedang

c. G > 0,5 = Ketimpangan Tinggi

Keterangan Indeks Williamson:

a. Indeks Williamson = 0, kesenjangan sangat rendah (merata

sempurna)

b. Indeks Williamson = 0,5 – 1, kesenjangan sangat tinggi (tidak merata

sempurna)

c. Indeks Williamson = 0,3 – 0,5, kesenjangan sedang

d. Indeks Williamson = < 0,3, kesenjangan rendah

Berdasarkan kedua tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa PDRB per

kapita Kab. Puebalingga adalah relatif lebih kecil dari PDRB per kapita Prov. Jawa

Tengah. Namun demikian PDRB Kab. Purbalingga memiliki distribusi yang lebih

15 Makalah Ilmiah PPD

merata walau tingkat PDRB per kapita yang dimaksud adalah lebih kecil dari PDRB

Prov. Jawa Tengah.

Meskipun distribusi pendapatan di Kabupaten Purbalingga sudah menunjukan

keadaan yang tidak begitu timpang, namun dalam hal implementasi UMK yang

diterapkan oleh perusahaan rambut palsu asing di Kabupaten Purbalingga masih

menunjukan berbagai persoalan, dimana UMK yang ditetapkan dan yang berlaku

masih hanya sebatas hitam di atas putih.

Ketua SPSI Kabupaten Purbalingga, Supono A. Warsito menyebutkan

setidaknya ada tiga persoalan mendasar yang dihadapi Kabupaten Purbalingga dalam

konteks isu ketenagakerjaan dan hak atas pekerjaan. Pertama, soal upah yang rendah.

Menurut Supono, sebagian besar perusahaan yang ada masih memberikan upah di

bawah Upah Minimum Kabupaten (UMK). Kedua, masalah diskriminasi jender

dalam penyediaan lapangan kerja dimana daya serap industri yang ada nyaris 100

persen hanya untuk perempuan. Ketiga, soal kesehatan dan kenyamanan kerja yang

belum terjamin. ”Di atas kertas Purbalingga itu sudah bagus UMK-nya bahkan lebih

tinggi dari daerah-daerah tetangga seperti Banyumas, Kebumen, dan Banjarnegara.

Namun prakteknya, upah yang diterima buruh itu rata-rata masih di bawah UMK,”

ujar Supono.

Meskipun besaran UMK di Kabupaten Purbalingga setiap tahun meningkat,

namun sejatinya hal itu tidak berjalan di lapangan. Kepala Sosnakertrans Kabupaten

Purbalingga, Agus Winarno mengatakan, dari hasil pemantauan, tidak lebih dari 50

persen dari total perusahaan yang ada di Kabupaten Purbalingga yang memberikan

upah sepadan dengan UMK. “Besaran UMK di Kabupaten Purbalingga tahun 2009

sebesar Rp 618.750, sedangkan tahun 2010 naik menjadi Rp 695.000. Jumlah itu

lebih tinggi dibanding UMK di Banyumas yang di bawah Rp 670.000. Namun,

besaran UMK tersebut lebih banyak di atas kertas,” ujarnya (Asgart,2010:9).

Permasalahan penerapan UMK masih harus diperjuangkan oleh pembuat

regulasi agar masyarakat tidak hanya diperlihatkan data hitam di atas putih tanpa ada

kesesuaian antara regulasi tersebut dengan kenyataan yang ada di lapangan.

16 Makalah Ilmiah PPD

C. Stereotip Gender dan Pengangguran

Banyaknya perusahaan asing yang telah berdiri di Kabupaten Purbalingga pada

bidang pengolahan rambut palsu ternyata masih meninggalkan persoalan mengenai

penggunaan tenaga kerja di kabupaten tersebut. Rambut palsu baik wig ataupun bulu

mata palsu merupakan produk kecantikan yang sangat identik dengan perempuan,

baik dalam hal penggunaan maupun pembuatannya, ditambah lagi perusahaan-

perusahaan asing yang ada di Purbalingga juga lebih mengkhususkan lowongan kerja

untuk para kaum perempuan. Atas dasar hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa

terdapat kesenjangan penggunaan tenaga kerja di Kabupaten Purbalingga, dimana

perempuan memiliki akses yang lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan

dibandingkan dengan laki-laki. Bukti dari adanya kesenjangan penggunaan tenaga

kerja di Kabupaten Purbalingga yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kesenjangan Penggunaan Tenaga Kerja (Laki-Laki dan Perempuan)

di Kabupaten Purbalingga Pada Bidang Pengolahan Rambut Palsu Asing

No Nama Perusahaan Jumlah TK

No Nama Perusahaan Jumlah TK

L P L P

1 Best Lady 15 63 15 International Eyelash 8 75

2 Bintang Mas Triyasa 304 702 16 Interwork Indonesia 117 610

3 Boyang Industrial 183 7135 17 Kesan Baru Sejahtera 54 126

4 Cipta Kreasi Megah 37 110 18 Royal Korindah 325 3556

5 Dasindo 8 11 19 Sinar Cendana Abadi 33 30

6 Elise Eye Lash 37 56 20 Sinhan Creatindo 89 270

7 Fair Lady 5 17 21 SUN Starindo Wirahusada 17 220

8 Midas Indonesia 52 1001 22 Sung Chang Cab. Bobotsari 32 512

9 Milan Indonesia 62 927 23 Sung Chang Indonesia 275 2040

10 Mitra Jaya Mandiri 50 355 24 Sung Shim Int 88 2045

11 Hanmi Hair Int 75 813 25 Tigaputra Abadi Perkasa 98 514

12 Hasta Pusaka Sentosa 42 550 26 Morisse 11 19

13 Hyup Sung 198 1234 27 Wonjin 22 162

14 Indokores Sahabat 423 2823 28 Yuro Mustika 64 694

Jumlah 1491 15797 Jumlah 1233 10873 Sumber: Dinsosnakertrans Kab. Purbalingga, 2011

17 Makalah Ilmiah PPD

Dari 28 perusahaan pengolahan rambut palsu di atas, dapat dilihat bahwa tenaga

kerja perempuan lebih mendominasi dari total tenaga kerja yang terserap kedalam

perusahaan pengolahan rambut palsu tersebut. Kesenjangan penggunaan tenaga

kerjanya pun tergolong sangat tinggi, karena perbandingan antara tenaga kerja laki-

laki dan tenaga kerja perempuan yang terserap mencapai 1:10. Kesenjangan seperti

ini seharusnya lebih cepat ditangani, agar kondisi dan culture budaya masyarakat

tidak bergeser atau berubah kearah yang tidak dikehendaki.

Kesenjangan penggunaan tenaga kerja di Kabupaten Purbalingga ternyata juga

tidak lepas dari permasalahan stereotip gender, dimana menurut hasil penelitian yang

dilakukan oleh Mite Setiansah dan Shinta Prastyanti, menyebutkan bahwa

permasalahan atau penyebab utama yang menimbulkan adanya ketidaksetaraan

kesempatan kerja yang terjadi di Kabupaten Purbalingga adalah stereotip gender

yang melekat pada diri laki-laki yang dipandang tidak cocok dengan jenis pekerjaan

yang banyak tersedia di Kabupaten Purbalingga (Industri Pengolahan Rambut Palsu

Asing). Selanjutnya dari hasil wawancara yang dilakukan oleh Mite Setiansah dan

Shinta Prastyanti juga menyebutkan bahwa perempuan dipandang lebih cocok

berdasarkan pertimbangan stereotip gender mereka, yaitu teliti, rajin, tidak banyak

menuntut, dan lemah lembut. Sementara laki-laki dipandang tidak tepat, kare

stereotype mereka yang dipandang lebih identik dengan pekerjaan yang kasar.

Timpangnya penggunaan tenaga kerja di Kabupaten Purbalingga telah

memberikan warna baru di kabupaten. Pengangguran banyak dari kaum laki-laki,

walaupun di sisi lain pemerintah sudah memberikan lapangan kerja untuk laki-laki di

Purbalingga seperti CV. Kayu Lapis, namun sayang jumlahnya relatif lebih terbatas

dan hal itupun masih terkendala oleh sistem kerja yang kurang sesuai, serta gaji yang

tergolong minim. Penyelesaian masalah ketimpangan penggunaan tenaga kerja di

Kabupaten Purbalingga harus diselesaikan dua arah, dimana peran penduduk laki-laki

yang masih menganggur juga sangat dibutuhkan dalam hal ini dan tidak hanya

mengandalkan pemerintah saja, sebab kualifikasi pendidikan rata-rata di Purbalingga

masih tergolong rendah, maka dari itu hal ini menjadi salah satu bahan yang perlu

dipertimbangkan dalam menyiapkan lapangan kerja untuk kaum laki-laki.

18 Makalah Ilmiah PPD

D. Investor Rambut Palsu Asing dan Pajak

Secara sederhana kehadiran para investor, baik dari dalam negeri ataupun dari

luar negeri ke dalam suatu daerah, seharusnya berkoleasi positif dengan Pendapatan

Asli Daerah (PAD), sebab dapat dikatakan bahwa masuknya investasi ke dalam suatu

wilayah akan memperbesar penerimaan pajak di dareah tersebut. Namun hal ini

berbeda cerita dengan kondisi yang ada di Purbalingga, dimana peran swasta terhadap

Penerimaan Asli Daerah adalah tergolong nihil, bahkan investor asing yang ada di

Purbalingga dibebaskan dari berbagai macam pungutan (Pajak).

Berikut cuplikan penelitian mengenai nihilnya peran swasta di Purbalingga,

“Ironisnya lagi, keberadaan banyaknya perusahaan yang beroperasi di Kabupaten

Purbalingga tidak berkorelasi posistif dengan sumbangsih perusahaan itu terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diterima. Semua informan penelitian ini

menuturkan bahwa perusahaan swasta yang ada di Purbalingga tidak pernah ada yang

memberikan sumbangan dalam bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (corporate

social responsibility/CSR). Bahkan, jangankan dituntut untuk melakukan CSR,

semua perusahaan yang ada di Kabupaten Purbalingga justru dibebaskan dari segala

bentuk pajak. Ini diakui sendiri oleh Bupati Purbalingga, Triyono Budi Sasongko.

“Ini merupakan konsekuensi kita untuk menjadikan Kabupaten Purbalingga sebagai

kota pro-investasi yang memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi para investor,

termasuk salah satunya dengan membebaskan pajak dan membebaskan para investor

dari segala bentuk pungutan yang mengganggu kenyamanan mereka berinvestasi”,

ujarnya. (Asga,2010:11).

Kutipan di atas sangat jelas menunjukan bahwa pemerintah membebaskan

segala macam bentuk pajak kepada para investor dengan dalih agar mereka merasa

nyaman berinvestasi di Purbalingga. Sebenarnya hal ini kurang tepat, karena dapat

dikatakan bahwa pembebasan pemungatan pajak terhadap investor adalah merugikan

pemasukan pendapatan pemerintah daerah. Ini seharusnya menjadi bahan evaluasi

agar tidak terlalu mendewakan kehadiran para investor asing di Kabupaten

Purbalingga. Bebasnya pajak dari investor membuat para investor tersebut lebih

mudah untuk mengekspansi usahanya dan merebut roda perekonomian kota.

19 Makalah Ilmiah PPD

Tabel 3.4

Nilai Anggaran Pendapatan dan Belanja Pada Bidang Ketenagakerjaan

Dalam Ringkasan APBD Tahun 2010

Pendapatan 20,000,000

Belanja 3,160,911,000 Sumber: (Asgart,2010:11)

Tabel di atas menunjukan adanya ketimpangan antara pendapatan dan belanja

pada bidang ketenagakerjaan, yang sebenarnya hal tersebut sangat tidak rasional jika

di renungi. Bagaimana mungkin tidak, Purbalingga yang di dalamnya beroperasi

ratusan perusahaan baik PMA maupun PMDN hanya mendapat Rp.20.000.000 dari

sektor ketenagakerjaan dalam satu tahun, sedangkan di sisi lain jumlah belanja yang

harus dikeluarkan untuk sektor ketenagakerjaan dalam satu tahun Rp.3.160.911.00.

Angka ini merepresentasikan bahwa terjadi kesenjangan antara pendapatan para

buruh pabrik yang rata-rata di bawah UMK dengan gaji pegawai di lingkungan

Dinsosnakertras. Dengan mengacu pada ringkasan APBD Kabupaten Purbalingga

Tahun anggaran 2010, tampak bahwa pengeluaran sektor ketenagakerjaan lebih

banyak di dominasi oleh pos anggaran “belanja tidak langsung” yang biasanya

diperuntukkan untuk gaji pegawai di sektor itu.

Tabel 3.5

Komposisi Pengeluaran Sektor Ketenagakerjaan Tahun 2010

Belanja Langsung 836,775,000

Tidak Langsung 2,324,136,000

Total 3,160,911,000 Sumber: (Asgart,2010:12)

Tabel 3.5 di atas menunjukan bahwa pengeluaran sektor ketenagakerjaan

terbesar adalah untuk membiayai belanja tidak langsung yang sebesar

Rp.2.324.136.000, sedangkan besarnya belanja tidak langsung hanya sebesar

Rp.836.775.000. Kesenjangan antara pendapatan pegawai Dinsosnakertrans dengan

para buruh pabrik masih bisa dihitung dengan tabel 3.5 di atas dengan ditambah

komposisi pegawai Dinsosnakertrans yang berjumlah 54 orang sebagai berikut:

20 Makalah Ilmiah PPD

Tabel 3.6

Komposisi Pegawai Dinsoskertans Kabupaten Purbalingga

(Berdasarkan Golongan)

Gol 1 Gol 2 Gol 3 Gol 4 Jumlah

4 4 43 3 54

Sumber: (Asgart,2010:12)

Artinya, bila total pengeluaran “belanja tidak langsung” yang berjumlah

2.324.136.000 rupiah itu dibagi dengan jumlah pegawai Dinas Ketenagakerjaan yang

berjumlah 54 orang maka secara umum rata-rata penghasilan atau gaji pegawai pada

Dinas Ketenagakerjaan berkisar 5 juta rupiah. Angka ini tentu sangat luar biasa

disparitasnya bila dibandingkan dengan UMK yang diterima para buruh pada tahun

yang sama yaitu 690 ribu rupiah (Asgart,2010:12). Paradoks yang lain adalah dalam

hal komposisi kepegawaian di Dinsosnakertrans sebagai berikut:

Tabel 3.7

Komposisi Kepegawaian Dinsoskertrans

Kabupaten Purbalingga Tahun 2010

Pejabat Struktural 15

Tenaga Fungsional 0

Tenaga Administrasi 39

Jumlah 54 Sumber: (Asgart,2010:12)

Data tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa sektor ketenagakerjaan

sejatinya tidak mendapat perhatian, apalagi menjadi prioritas pemerintah. Pemerintah

Kabupaten Purbalingga bahkan tidak menempatkan seorang pun pegawai pada Dinas

ketenagakerjaan yang benar-benar memfungsikan dirinya sebagai staff fungsional.

Para pegawai yang ada di sub-dinas ketenagakerjaan hanyalah para pejabat struktural

dan tenaga administrasi yang tentu tidak punya keahlian dan kapasitas khusus yang

memadai untuk menangani persoalan ketenagakerjaan secara lebih serius.

Permasalahan pajak investor asing, kesenjangan pendapatan antara pegawai dan

buruh harus dikaji ulang dan harus menjadi prioritas pembangunan yang berkeadilan.

21 Makalah Ilmiah PPD

E. Perusahaan Asing dan Corporate Social Responsibility (CSR)

Kabupaten Purbalingga telah berhasil mencanangkan diri sebagai “Kota

Investasi”.Puluhan investor asing telah menanamkan modalnya. Kehadiran

perusahaan asing telah menyerap puluhan ribu tenaga kerja dan berimplikasi pada

meningkatnya daya beli masyarakat. Namun demikian, situasi ketenagakerjaan

menyisakan sejumlah dilema yang bukan saja tergambar pada masih minimnya

jaminan atas hak-hak pekerja. Kontribusi perusahaan asing dalam hal tanggung jawab

sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) tidak ada sama sekali.

Sementara dukungan pemerintah dan bahkan juga kalangan legislatif dalam hal

ketenagakerjaan sangat merisaukan sehingga kondisinya masih sangat lemah, masih

tersisih di persimpangan jalan (Asgart,2010:6).

Penjelasan di atas merupakan kutipan dari penelitian yang ditulis oleh Sofian

Munawar Asgart. Ini sekaligus mempertegas penulisan makalah ilmiah saya bahwa

sampai saat ini keberadaan perusahaan asing di Purbalingga khususnya PT dan CV

pengolahan rambut palsu belum ada kontribusinya sedikitpun kepada dunia sosial

(CSR). Ditambah lagi pemerintahan yang ada seolah tidak memikirkan hal tersebut,

bahkan pajak para investor pun dibebaskan. Keadaan semacam ini seharusnya

menjadi bahan pertimbangan bagi para penguasa pemerintahan di Kabupaten

Purbalingga untuk meregulasi peran investor asing terhadap perekonomian, agar

keuntungan dari keberadaan investor asing tersebut tidak hanya dinikmati oleh para

penguasa saja, melainkan juga dinikmati oleh masyarakat secara umum.

Ketidakjelasan aturan mengenai CSR di Kabupaten Purbalingga sebenarnya

sangat menguntungkan bagi para investor, dimana hal ini menjadikan keuangan

mereka semakin efisien, apalagi tidak adanya beban pajak yang mereka tanggung.

Hal ini semakin membuat ekspansi usaha mereka semakin luas, semakin

mendapatkan keuntungan yang lebih tebal, dan semakin membuat ketergantungan

bagi masyarakat setempat, sehingga perekonomian akan lebih didominasi oleh pihak

asing dan pihak yang berkepentingan. Ini harus segera diselesaikan, dibongkar, dan

ditemukan kecurangan-kecurangan antar penguasa dan pengusaha di dalamnya, agar

nantinya informasi yang ada tidak asimetri dan bisa diketahui publik.

22 Makalah Ilmiah PPD

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari semua analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat

diambil beberapa kesimpulan dari masing-masing sub bab pembahasan yang

dimaksud yaitu sebagai berikut:

1. Terdapat ketidaksesuaian antara visi pembangunan yang telah dicanangkan

oleh pemerintahan Kabupaten Purbalingga, dengan implementasi kebijakan

pembangunan yang diambil, dalam hal pemberian berbagai bentuk

kemudahan yang diberikan kepada para investor asing (rambut palsu).

2. Kehadiran investor asing (rambut palsu) terbukti meningkatkan PDRB per

kapita masyarakat Kabupaten Purbalingga, namun masih terdapat beberapa

catatan dan persoalan mengenai penerapan besaran UMK para buruh PT dan

CV pengolahan rambut palsu asing yang selama ini masih sebatas aturan

hitam di atas putih dan belum sesuai kenyataan yang terjadi.

3. Keberadaan perusahaan pengolahan rambut palsu asing telah mendominasi

dan menyerap hampir semua angkatan kerja di Kabupaten Purbalingga,

namun dalam hal ini perlu disadari bahwa telah terjadi kesenjangan

penggunaan tenaga kerja laki-laki dan perempuan dengan perbandingan 1:10

di Kabupaten Purbalingga tersebut. Ditambah lagi dengan peran pemerintah

di sektor ketenagakerjaan yang sangat minim dan terbilang nihil dalam

mengatasi kesenjangan penggunaan tenaga kerja yang dimaksud.

4. Banyaknya perusahaan asing yang telah berdiri di Kabupaten Purbalingga

khususnya industri pengolahan rambut palsu asing, ternyata tidak berkorelasi

positif dengan Penerimaan Asli Daerah (PAD), karena pembebasan pajak

untuk para investor asing tersebut.

5. Puluhan perusahaan pengolahan rambut palsu asing yang selama ini sudah

berdiri, tidak ada satu pun dari perusahaan pengolahan rambut palsu asing

tersebut yang sampai saat ini menunjukan kepeduliannya terhadap dunia

sosial melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).

23 Makalah Ilmiah PPD

B. Saran

1. Untuk Akademisi di Kabupaten Purbalingga

Pendidikan adalah penting adanya bagi pembangunan suatu daerah, tuntutlah ilmu

dengan baik, tingkatkan kualitas SDM, dan berjuanglah untuk Purbalingga Perwira,

agar sendi-sendi perekonomian yang ada saat ini dapat dievaluasi dan diperbaiki

menjadi lebih baik dikemudian hari. Berjuang dan wujudkanlah Purbalingga yang

mandiri, berdikari, tanpa sokongan dari pihak-pihak asing yang merugikan

perekonomian kita dalam jangka panjang.

2. Untuk masyarakat di Kabupaten Purbalingga

Masyarakat adalah subyek dan sekaligus obyek dalam pembangunan. Mencari tau

mengenai kondisi pembangunan yang ada mengenai keberadaan investor asing di

Purbalingga dan memperkuat persatuan adalah sangat penting adanya untuk

menyatukan dan menyalurkan aspirasi pembangunan. Penguatan organisasi buruh

dalam hal ini juga sangat perlu, sebab selama ini organisasi buruh yang ada di

Kabupaten Purbalingga hanya sebatas formalitas tanpa adanya fungsi yang nyata.

Perlu diketahui masyarakat, bahwa kuatnya organisasi buruh akan bisa menjamin

hak-hak buruh dalam bekerja.

3. Untuk Pemerintah di Kabupaten Purbalingga

Perlu diketahui bahwa rata-rata pendidikan masyarakat di Purbalingga adalah minim.

Dalam hal pembangunan seharusnya pemerintah tidak memanfaatkan kondisi

ketidaktahuan masyarakat tersebut sebagai alat politik dan pencitraan semu semata.

Transparansi capaian pembangunan juga harus ditingkatkan, website purbalingga

harus bisa diakses agar masyarakat dapat melihat kondisi kotanya dengan mudah,

sebagai bahan pengetahuan dan evaluasi kepada pemerintah dalam pembangunan.

Sebagai contoh, Badan Pusat Statistika Purbalingga/www.bpspurbalingga.go.id

sampai saat ini tidak menunjukan adanya data apa pun mengenai Kabupaten

Purbalingga (Semua link kosong). Ini merupakan cacatnya transparansi dalam

pembangunan, dan hal ini akan membuat masyarakat semakin buta terhadap

informasi pembangunan kotanya sendiri dan semakin sulit mengevaluasi kinerja

pemerintah dalam pembangunan. Ini benar-benar perlu dikaji ulang.

24 Makalah Ilmiah PPD

DAFTAR PUSTAKA

Asgart, Sofian Munawar. 2010. Dilema Hak Ekosob: Studi Kasus di Purbalingga.

Jurnal. Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto.

Diba, Farah. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Regulasi Pemerintah

Terhadap Pengungkapan Laporan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada

Laporan Tahunan di Indonesia. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Kabupaten Purbalingga. 2011. Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga No. 06

Tahun 2011 tentang “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah”.

Lembaran Kabupaten Purbalingga Tahun 2011. Sekertariat Kabupaten

Purbalingga.

Prishardoyo, Bambang. 2008. Analisis Tingkat Pertumbuhan Ekonomi terhadap

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pati Tahun 2002—2005.

Jurnal Ekonomi Pembangunan. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang “Otonomi

Daerah”. Lembaran RI tahun 2004. Sekertariat Negara Jakarta.

Sari, Putu Lia Perdana. 2013. Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Bali. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan

Humanika. Universitas Brawijaya. Singaraja.

Sasana, Hadi. 2009. Analisis Dampak Pertumbuhan Ekonomi, Kesenjangan Antar

Daerah dan Tenaga Kerja Terserap Terhadap Kesejahteraan di Kabupaten/Kota

Provinsi Jawa Tengah Dalam Era Desentralisasi Fiskal. Jurnal Bisnis dan

Ekonomi. Universitas Diponegoro Semarang. Semarang.

Setiansah, Mite dan Prastyanti, Shinta. 2011. Tidak Ada Pekerjaan untuk Laki-Laki

di Purbalingga (Menguak Sisi Gelap Pembangunan Masyarakat di Kabupaten

Purbalingga). Jurnal Acta diurnA. Univesritas Jendral Soedirman. Purwokerto.