makalah promkes fiks
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi ini pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) di setiap tempat kerja termasuk dalam sektor industri sangat dituntut
penerapannya. Untuk itu perlu pengembangan dan peningkatan K3 disektor
industri dalam rangka menekan serendah mungkin resiko kecelakaan dan
penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan produktifitas
dan efisiensi produksi.
Peranan tenaga kerja sebagai sumber daya manusia adalah sangat
penting. Oleh karena itu, upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat
diperlukan. Dengan cara memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
tenaga kerja, maka pencapaian kinerja para pekerja akan lebih maksimal.
Pemeliharaan kesehatan dan keselamatan kerja disetiap industri dapat
dilakukan dengan penerapan penggunaan alat perlindungan diri. Penggunaan
alat perlindungan diri dalam Undang-Undang ketenagakerjaan juga
merupakan suatu keharusan yang harus dilakukan bagi pekerjanya.
Pemakaian alat pelindung diri dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) merupakan instrumen yang melindungi pekerja, perusahaan, lingkungan
hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja (penyakit
dermatitis) dan juga hasil produksi industri yang aman dikonsmsi untuk
masyarakat (hygiene). Perlindungan tersebut merupakan hak azazi yang wajib
dipenuhi oleh perusahaan. K3 yang bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan
menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident) dan penyakit dermatitis,
penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit dermatitis yang menghabiskan banyak biaya
(cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka
panjang yang memberi keuntungan berlimpah pada masa yang akan datang.
Salah satu inventasi yang paling penting adalah pekerja.
Sebagai sumber daya terpenting dalam organisasi, wajar apabila pekerja
dijamin kesehatan yang setinggi-tingginya dari kemungkinan pengaruh yang
1
merugikan kesehatan karena pemajanan oleh bahaya potensial terhadap
kesehatan di tempat kerja. Oleh karena itu, upaya perlindungan pekerja dari
bahaya potensial penyakit dermatitis juga harus didukung oleh pekerja itu
sendiri. Partisipasi pekerja untuk mau menggunakan alat pelindung diri sesuai
standar kerja yang dipersyaratkan harus benar-benar disadari oleh pekerja.
Fokus program promosi kesehatan kerja melalui upaya penyuluhan di
tempat kerja, dapat dilakukan oleh pihak pengusaha bekerjasama dengan
instansi terkait untuk dapat mensosialisasikan penggunaan alat pelindung diri.
Hal ini bermanfaat selain untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap pekerja
(WHO, 1996).
Diketahui masih sangat sedikit sekali pekerja dari perusahaan
mendapatkan pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang
memuaskan, apalagi dari sebuah industri informal yang masih
memperkerjakan sedikit tenaga kerja. Hal ini disebabkan karena masih
banyak pimpinan perusahaan yang kurang menghubungkan antara pengaruh
pekerjaan terhadap kesehatan. Padahal kita ketahui bahwa pekerja yang sehat
akan mejadikan pekerja yang produktif, yang sebenarnya sangat penting
untuk keberhasilan bisnis perusahaan dan pembangunan nasional. Untuk itu,
promosi kesehatan di tempat kerja melalui penyuluhan merupakan bagian
yang sangat penting di tempat kerja terutama untuk melindungi pekerja dari
berbagai potensi bahaya yang ada di tempat kerja serta rasa aman masyarakat
dalam mengkonsumsi produk yaang dihasilkan.
Berdasarkan jenis organ tubuh yang dapat mengalami kelainan akibat
pekerjaan seseorang, maka kulit merupakan organ tubuh yang paling sering
terkena, yakni 50 % dari jumlah seluruh penderita penyakit dermatitis
Penyakit Akibat kerja (PAK). Dari suatu penelitian epidemiologik di luar
negeri mengemukakan, Penyakit Akibat Bekerja (PAK) dapat berdampak
pada hilangnya hari kerja sebesar 25 % dari jumlah hari kerja (Yudistira,
2009: 27-28).
Hal lainnya yang diperhitungkan dalam penggunaan prinsip Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) adalah kemampuan perusahaan untuk
menciptakan produk hygiene. Pekerja yang sehat dan terlindungi dengan
2
safety diri, tentunya akan mampu menghasilkan produksi industri yang juga
sehat dan terjamin kualitas kebersihannya. Dengan demikian, ketenangan
masyarakat dari terkenanya penyakit-penyakit tertentu sebagai akibat
mengkonsumsi makanan yang tidak bersih dapat dihindarkan. Hal ini secara
tida langsung akan memberikan kepercayaan masyarakat untuk
mengkonsumsi produksi industri tersebut dan tentunya memberikan
keuntungan yang besar bagi perusahaan industri terkait.
B. Pengkajian
Pada program Promosi Kesehatan yang dilakukan oleh HG 3 di lapangan
adalah tentang pemantauan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada
industri pengrajin tahu. Pemantauan ini dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : 23 November 2012
Waktu : 08.30 s/d 10.30
Tempat :
1. Kediaman Bapak Solihin (pengelola pabrik tahu)
Jalan Kedondong, Kelurahan Beji, Kecamatan Kemiri
Sawah, kota Depok.
2. Pabrik Tahu
Jalan Kedondong, Kelurahan Beji, Kecamatan Kemiri
Sawah, kota Depok.
Pada proses pengkajian selain terdapat data subjektif juga terdapat data
objektif. Dimana dari data-data inilah bisa ditentukan apa permasalahan yang
timbul dan pemicu dalam melakukan perencanaan promosi kesehatan. Data
subjektif yang diambil adalah pada saat wawancara pengelola dan para
pengrajin tahu itu sendiri. Sedangkan data objektif diambil dari observasi
pada tempat produksi tahu tersebut yang dapat dilihat dan di nilai
kelayakannya.
Pada kegiatan ini hal-hal yang dilakukan oleh HG 3 dalam
mewawancarai pengelola pabrik tahu yaitu, dengan beberapa daftar
pertanyaan seperti:
3
1. Kapasitas Kerja
a. Berapa lama waktu kerja yang dihabiskan oleh pengrajin
dalam memproduksi tahu?
b. Berapa lama waktu istirahat yang dibutuhkan oleh pengrajin
dalam setiap harinya?
c. Apakah ada aturan-aturan khusus yang diterapkan dari
pihak industri kepada pengrajin dalam memproduksi tahu?
d. Ketika pengrajin sakit, apakah langsung berobat atau tidak?
e. Bagaimana pihak industri memfasilitasi kesehatan
pengrajin untuk pelayanan kesehatannya?.
f. Saat produksi, apakah dari pihak industri menetapkan
standar keamanan untuk para pengrajinnya?
g. Sistem pembuatan apakah berdasarkan pemesanan
atau memproduksi banyak dan didistribusikan?
h. Berapa produksi tahu yang dihasilkan setiap harinya?
i. Berapa kisaran penghasilan produksi dan keuntungan
dalam setiap harinya?
2. Lingkungan Kerja
a. Apakah ada bahaya yang terasa selama proses
produksi?
b. Apakah bahaya tersebut bisa dihilangkan atau tidak?
c. Apakah ada alternatif lain untuk mengurangi bahaya
saat bekerja?
d. Bahan baku untuk produksi tahu terdiri dari apa saja?
Pada kegiatan wawancara para pengrajin tahu sendiri juga memiliki
daftar pertanyaan seperti:
a. Waktu produksi yang dihabiskan dalam waktu sehari?
b. Berapa banyak tahu yang dapat dihasilkan dalam
sehari?
c. Berapa jenis macam tahu yang dihasilkan di pabrik
ini?4
d. Berapa kisaran gaji/penghasilan yang diperoleh?
e. Penghasilan yang diterima dalam jangka waktu apa?
Harian? Mingguan? Bulanan?
f. Jika sakit, apa yang dilakukan?
g. Apa penyakit yang biasa menyerang?
h. Dari pihak industri dalam menangani hal kesehatan
seperti apa?
Selanjutnya, merupakan data objektif yang diperoleh saat observasi yaitu
seperti:
a. Sistem ventilasi dan pencahayaan.
b. Lingkungan kerja.
c. Upaya keamanan pengrajin.
d. Pengemasan produksi.
e. Proses pembuatan.
f. Jumlahnya tenaga pengrajin.
g. Tempat pengolahan.
Wawancara yang dilakukan pada pengelola dan pengrajin tahu
dengan pertanyaan yang telah disebutkan sebelumnya menghasilkan
berbagai informasi yang dikemas dalam proses pengkajian untuk
penyatuan data subjektif dan data objektif.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pengelola dan pengrajin
diperoleh kesimpulan bahwa, pengrajin yang bekerja dalam produksi
tahu tersebut berjumlah 3 (tiga) orang. Setiap harinya mereka bekerja
dimulai pukul 06.00 s/d 15.00 WIB. waktu istirahat mereka terbilang
sebentar yaitu, hanya sekitar 10-15 menit saat adzan dzuhur. Mereka
beranggapan bahwa tidak memerlukan waktu istirahat yang lama, dan
menurut pengelola industri tersebut juga waktu istirahat tidak
diperkenankan lama, karena mengingat bahan yang tidak bisa
ditinggalkan terlalu lama karena sari dari bahan pembuat tahunya tidak
bisa disaring jika sudah mengeras. Ada pun hal lainnya adalah untuk
menjaga kualitas dari hasil produksi juga.
5
Menurut kedua informan (pengelola dan pengrajin tahu), karena ini
merupakan industri usaha kecil, sehingga tidak terdapat aturan khusus
yang diberikan oleh industri kepada para pengrajin.
Ditinjau dari kegiatan produksi, setiap hari dapat dihasilkan sekitar
1500 hingga 2000 kilogram tahu Hal lainnya, dari pengakuan kedua
narasumber, tidak pernah dikeluhkan sakit baik dari pengrajin ataupun
pengelola sendiri. Ada pun apabila pengrajin sakit, pihak industri hanya
membantu sedikit secara individu, dan mereka memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang terdekat, yaitu Puskesmas.
Ditinjau dari Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3), pihak
industri dalam menjaga keselamatan pengrajinnya tidak memiliki alat
pelindung diri khusus. Mereka hanya sebatas memakai kaos dan
celana, bahkan tanpa menggunakan alas kaki. Jika dilihat secara
saksama, terdapat ancaman kesehatan yang berbahaya seperti
dermatitis karena bekerja ditempat yang lembab, panas dan kotor
tanpa menggunakan alas kaki.
Produksi tahu yang dihasilkan setiap hari dipasarkan disekitar
Pasar Kemiri-Depok. Pemasaran ini disesuaikan dengan pemesanan.
Banyaknya macam-macam tahu yang dipesan seperti tahu kuning,
tahu china, dan lain-lain. Tahu-tahu tersebut menggunakan bahan
tambahan lain seperti kunyit. Setiap harinya penghasilan dari
pemasaran produksi ini tidak dapat dipastikan, pengelola sendiri
menargetkan yang terpenting mendapatkan keuntungan setiap harinya.
Ada pun dari penghasilan pengrajinnya sendiri mendapat upah sebesar
Rp 20.000 s/d Rp 30.000 per hari. Industri pabrik tahu ini merupakan
usaha sendiri dari pemilik yang memiliki cabang dibeberapa tempat.
Pabrik tahu ini bernama Sumber Rezeki.
C. Perumusan Masalah Promosi Kesehatan
Dari hasil wawancara dan latar belakang diadakannya promosi
kesehatan ini diperoleh sebuah rumusan rancangan topik promosi kesehatan.
Dimana setiap lingkungan kerja seyogyanya memiliki standar Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) bagi para pekerjanya. 6
Pada kasus disini ditemukan ketidakpeduliannya baik pengelola
maupun pekerja terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja sendiri. Mereka
cenderung terlalu mempermudah segala bentuk ancaman yang mungkin saja
dapat terjadi pada saat proses produksi. Melihat hal ini, kami HG 3
menyimpulkan bahwa masalah besar yang mungkin berisiko terjadi kepada
pengrajin tahu ini adalah dermatitis, oleh karena itu HG 3 ingin memberikan
program promosi kesehatan yang berkaitan dengan:
1. Risiko dermatitis berhubungan dengan defisit pengetahuan tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada pengelola dan
pengrajin pabrik tahu.
2. Risiko Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) berhubungan dengan
defisit pengetahuan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
pada pengelola dan pengrajin pabrik tahu.
3. Risiko penyakit pada konsumen berhubungan dengan defisit hygiene
pada proses pembuatan tahu.
7
BAB II
PERENCANAAN
A. Topik promosi kesehatan:
Kesehatan dan Keselamatan Kerja kepada Pengrajin Tahu.
B. Sasaran promosi kesehatan:
1. Pengrajin tahu Sumber Rezeki sebanyak tiga orang di Jalan Kedondong
Kelurahan Beji Kecamatan Kemirimuka-Kota Depok.
2. Pengelola industri tahu Sumber Rezeki di Jalan Kedondong Kelurahan
Beji Kecamatan Kemirimuka, Kota Depok.
C. Tujuan Promosi Kesehatan:
Tujuan umum:
a. Memberikan promosi kesehatan tentang Standar Operasional Pekerja
(SOP) kepada pengrajin industri tahu.
Tujuan khusus:
a. Memberdayakan para pengrajin tentang pentingnya K3 dalam bekerja.
b. Menjelaskan bahaya dan dampak tidak menerapkan K3 di lingkungan
pabrik tahu pada klien (pengrajin tahu).
c. Mengidentifikasi tanda dan gejala dermatitis, Infeksi Saluran
Pernafasan Akut) ISPA, dan penyakit lain akibat K3 yang tidak
optimal dan kurangnya hygiene saat proses pembuatan tahu.
d. Mengidentifikasi faktor yang menyebabkan dermatitis, ISPA, dan
penyakit lain akibat kurangnya hygiene saat proses pembuatan tahu.
e. Mengajarkan pencegahan dermatitis ISPA, dan penyakit lain akibat
kurangnya hygiene saat proses pembuatan tahu dengan penerapan K3
8
yang benar di lingkungan kerja serta menerapkan konsep hygiene saat
pembuatan tahu.
D. Strategi Promosi Kesehatan:
Strategi promosi kesehatan yang dipiih adalah Komunikasi Informasi
Edukasi (KIE). Komunikasi informasi dan edukasi merupakan suatu strategi
dan metode pendidikan kesehatan dengan meningkatkan hubungan saling
percaya dengan klien sehingga dapat membantu perubahan perilaku ke arah
yang positif. Pada Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) diperlukan
keterlibatan beberapa unsur atau komponen, yaitu:
1. Pengirim atau komunikator (sender)
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai inisiatif
menyampaikan pesan kepada orang lain dalam bentuk verbal
maupun non vorbal. Pengirim pesan akan menyampaikan stimulus
berupa pemberian promosi kesehatan K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja) ke dalam bentuk yang dapat diterima oleh
orang lain secara tepat. Pengirim atau komunikator dalam promosi
kesehatan pada pengrajin pabrik tahu adalah anggota kelompok HG
3.
2. Pesan (message)
Pesan merupakan informasi yang dikomunikasikan kepada orang
lain. Informasi adalah hasil dari proses intelektual seseorang. Pesan
yang akan diberikan kepada target promosi kesehatan adalah:
a. Pesan kepada pengelola Pabrik Tahu Sumber Rezeki:
Menyarankan pengelola (pengelola mengkomunikasikan
kepada pemilik pabrik) untuk memberikan fasilitas kesehatan
dan keselamatan kerja yang memadai.
b. Pesan kepada pengrajin tahu:
Memproduksi tahu dengan cara yang benar dan baik
menggunakan safety diri (menggunakan masker, alas kaki,
9
baju yang menyerap keringat dan sarung tangan, agar produk
tahu yang diproduksi tetap hygiene dan aman untuk
dikonsumsi oleh masyarakat banyak).
3. Saluran (channel) atau media
Saluran komunikasi adalah sarana untuk menangkap pesan yang
kemudian diterjemahkan dalam bentuk persepsi yang memberi
makna terhadap suatu stimulus atau rangsangan. Saluran atau media
dalam promosi kesehatan K3 dalam industri tahu ini adalah
menggunakan alat peraga, gambar, dan poster.
4. Penerima atau komunikan (receiver)
Komunikan adalah pihak lain yang diajak berkomunikasi atau
sasaran dalam kegiatan komunikasi atau orang yang menerima berita
atau informasi. Komunikan bisa merupakan individu, sekelompok
orang, komunitas, organisasi atau masyarakat yang menjadi sasaran
komunikasi. Penerima promosi kesehatan ini adalah sekelompok
orang (berjumlah 3 orang pengrajin tahu dan 1 orang pengelola) dari
pabrik SR (Sumber Rezeki) di jalan Kedondong Kel. Beji Kec.
Kemirimuka Kota Depok.
5. Umpan balik (feedback)
Umpan balik merupakan hasil atau akibat yang berbalik bagi
rangsangan atau dorongan untuk bertindak lebih lanjut atau
merupakan tanggapan langsung dari pengamatan sebagai hasil dari
kelakuan individu terhadap individu lain. Umpan balik yang
diharapkan dari promosi kesehatan ini adalah pengrajin tahu mampu
menerapkan prosedur K3 yang optimal dan pengelola pabrik
bersedia menyediakan sarana K3 yang memadai di tempat produksi
tahu, sebagai contoh pengrajin tahu mampu menggunakan alat
pelindung diri setiap akan memproduksi tahu.
10
E. Metode Promosi Kesehatan :
1. Metode secara langsung
Metode secara langsung adalah melakukan promosi kesehatan secara
langung dengan orang yang diinginkan. Metode ini dilakukan face to
face kepada pengelola industri tahu serta pengrajin tahu.
2. Pendekatan individu dan kelompok
Pendekatan individu dilakukan kepada pengelola dari industri tahu
tersebut, sedangkan pendekatan kelompok diperuntukkan untuk para
pengrajin. Pendekatan ini bisa dengan melakukan uraian lisan dan tanya
jawab.
F. Media Promosi Kesehatan:
1. Alat peraga
Alat peraga digunakan untuk mendemonstrasikan alat-alat yang
digunakan untuk keselamatan kerja pengrajin tahu. Alat peraga ini adalah
benda asli seperti masker, dan sarung tangan serta gambar-gambar
penunjang.
2. Poster
Poster adalah gambar pada selembar kertas berukuran besar yang
digantung atau ditempel di dinding atau permukaan lain. Poster
merupakan alat untuk mengiklankan sesuatu, sebagai alat propaganda,
dan protes, serta maksud-maksud lain untuk menyampaikan berbagai
pesan. Selain itu, poster juga dipergunakan secara perorangan sebagai
sarana dekorasi yang murah meriah terutama bagi anak muda. Poster
tersebut bertujuan mempermudah penerima promosi kesehatan dalam hal
ini pengrajin tahu dan pengelola, dalam memahami materi.
11
BAB III
IMPLEMENTASI
A. Cara Mencapai Target Sasaran
1. Mampu meyakinkan pengelola industri akan pentingnya penerapan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada industri tahu yang dikelola.
2. Selain memberikan penyuluhan dan pemberian edukasi, pemberi promosi
kesehatan juga memberikan media promosi kesehatan berupa alat K3
standar (masker, sarung tangan, dan alas kaki) kepada tiga orang pengrajin
tahu.
3. Semua promosi kesehatan yang dilakukan tidak akan mengganggu
rutinitas, penghasilan dan pekerjaan yang harus dilakukan setiap harinya.
4. Promosi kesehatan yang dilakukan akan melindungi pengrajin tahu dari
resiko cidera dan menghindari bahaya dermatitis yang dapat mengancam
diri pengrajin tahu.
5. Meyakinkan bahwa keselamatan dan kesehatan pengrajin tahu adalah hal
yang penting bagi keberlangsungan usaha tahu yang dijalankan.
B. Cara Mengundang
1. Salah satu dari perwakilan kelompok pemberi promosi kesehatan
mendatangi rumah pengelola industri tahu untuk menegosiasikan waktu
dan kesediaan untuk diberikan promosi kesehatan. Cara yang dipakai
adalah dengan memakai surat perizinan sebagai bukti legal untuk
melakukan pemberian promosi kesehatan dari pihak FIK UI.
2. Jika sudah disetujui maka perwakilan kelompok akan memvalidasi waktu
yang sesuai dan tidak mengganggu kegiatan kerja para pengrajin tahu, agar
tidak mengganggu penghasilan dan pekerjaan yang harus diselesaikan.
3. Memastikan bahwa semua kegiatan yang dilakukan tidak akan
mengganggu dan merusak kegiatan bekerja tetapi akan memberikan
dampak positif pada keberlangsungan pabrik tahu di waktu yang akan
datang.
12
C. Satuan Pelaksanaan (SATPEL)
1. Proses Penyampaian
Pertemuan Pertama
a. Orientasi
Waktu : Rabu, 12 Desember 2012 (pukul 15.00 WIB)
Durasi : 5 menit
Tempat : Rumah pengelola pengrajin tahu
Tujuan:
- Mengetahui tujuan, metode, dan materi kegiatan dengan
bahasa yang mudah dipahami oleh klien (pengrajin tahu).
- Mengenal sesama pengrajin tahu dan pemberi promosi
kesehatan (perkenalan).
- Membuat aturan, kontrak waktu dan tata tertib kegiatan
pemberian promosi kesehatan.
13
b. Kegiatan Inti
Waktu : Rabu , 12 Desember 2012 (pukul 15.05 WIB)
Durasi : 30 menit
Tempat : Rumah pengelola pengrajin tahu
Tujuan :
- Mengetahui keadaan penerapan K3 yang ada di pabrik jika ada.
- Menjelaskan bahaya dan dampak tidak menerapkan K3 di lingkungan pabrik tahu pada klien (pengrajin tahu) dan pengelola.
- Mengidentifikasi tanda dan gejala dermatitis, ISPA, dan penyakit lain akibat K3 yang tidak optimal serta kurang hygiene saat proses pembuatan tahu.
- Mengidentifikasi faktor yang menyebabkan dermatitis, ISPA, dan penyakit lain akibat K3 yang tidak optimal serta kurang hygiene saat proses pembuatan tahu.
- Mengajarkan pencegahan dermatitis, ISPA, dan penyakit lain akibat kurang hygiene saat proses pembuatan tahu dengan penerapan K3 yang benar di lingkungan kerja serta penerapan higiene saat proses pembuatan tahu.
14
c. Penutup
Waktu : Rabu, 12 Desember 2012 (pukul 15.35 WIB)
Durasi : 5 menit
Tempat : Rumah pengelola pengrajin tahu
Tujuan :
- Mengakhiri kegiatan
- Mengadakan kontrak selanjutnya (jika disetujui oleh kedua
belah pihak)
- Memberikan kesimpulan kegiatan
15
Pertemuan Kedua
a. Pemantauan Penerapan Promosi kesehatan
Waktu : Sabtu, 15 Desember 2012 (pukul 10.00 WIB)
Durasi : 30 menit
Tempat : Pabrik tahu
Tujuan:
- Sebagai bentuk aplikasi psikomotor setelah pemberian promosi
kesehatan yang dilakukan pada pertemuan sebelumnya.
- Klien (pengrajin tahu) mampu melaksanakan dan melakukan
penerapan K3 secara benar dan teratur agar kegiatan
memproduksi tahu menjadi aman dan nyaman.
- Peserta didik mampu mempraktikkan cara yang benar dalam
penerapan K3 dengan instruksi pemantau penerapan promosi
kesehatan.
16
17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu faktor
yang sangat penting dalam suatu pekerjaan karena dengan tidak adanya K3
akan banyak terjadi kecelakaan dalam kerja, baik yang bersifat ringan
maupun yang bersifat berat. Oleh karena itu, setiap industri atau pabrik harus
menjamin kesehatan dan keselamatan kerja pegawainya, baik pengelola
maupun pengrajin itu sendiri. Salah satu industri atau pabrik yang belum
menjamin kesehatan dan keselamatan kerja pegawainya adalah pabrik tahu
SR (Sumber Rezeki) di jalan Kedondong Kelurahan Beji Kecamatan
Kemirimuka Kota Depok. Dikarenakan hal tersebut, maka pabrik tahu SR
perlu diberikan promosi kesehatan agar pabrik tahu SR tersebut mampu
menjamin kesehatan dan keselamatan kerja bagi pengelola dan pengrajin
tahu. Rencana tindak lanjut yang diharapkan dari promosi kesehatan adalah
pengelola dan pengrajin tahu mampu menerapkan penggunaan alat pelindung
diri setiap mereka bekerja. Dengan demikian, kesehatan dan keselamatan
pengelola dan pengrajin pabrik tahu akan terjamin sehingga dapat
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal.
B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan, perawat memiliki peran yang penting dalam
promosi kesehatan. Apalagi diketahui bahwa salah satu peran perawat adalah
sebagai fasilitator perubahan. Dengan peran tersebut, diharapkan seorang
perawat dapat membawa perubahan dari kebiasaan yang kurang baik menjadi
kebiasaan yang baik. Salah satu harapan dari pembuatan makalah ini adalah
pengelola dan pengrajin tahu dapat merubah kebiasaan mereka dari yang
sebelumnya tidak memperhatikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
menjadi memperhatikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dengan
menggunakan alat pelindung setiap kali bekerja.
18
Lampiran
MEDIA PROMOSI KESEHATAN
A. Alat Peraga
Alat peraga ini digunakan untuk mendemonstrasikan alat-alat yang digunakan
untuk keselamatan kerja pengrajin tahu. Alat peraga ini adalah benda asli
seperti masker, dan sarung tangan serta gambar-gambar penunjang.
1. Masker (3 buah)
2. Sarung tangan kain (3 buah pasang)
3. Alas Kaki (3 buah direkomendasikan kepada pengelola, pengelola
merekomendasikannya kepada pemilik)
19
4. Gambar (dermatitis)
5. Hadiah (beberapa susu kental manis kemasan kaleng)
B. Poster
Poster tersebut bertujuan mempermudah penerima promosi kesehatan dalam
hal ini pengrajin tahu dan pengelola, dalam memahami materi.
20
PENJABARAN ROLE PLAY
A. Proses Penyampaian
Pertemuan Pertama
1. Orientasi
Waktu : Rabu, 12 Desember 2012 (pukul 15.00 WIB)
Durasi : 5 menit
Tempat : Rumah pengelola pengrajin tahu
Bahasan:
Perkenalan
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat sore,
salam sejahtera untuk kita semua. Bagaimana kabar bapak sekalian?
Semoga selalu dalam keadaan sehat walafiat dan selalu dalam
perlindungan Allah SWT. Pada sore hari ini perkenalkan kami
mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan dari Universitas Indonesia
angkatan 2011. Saya A, B, dan C yang akan memberikan
penyuluhan dan D, E, dan F juga yang akan membantu saya dalam
memberi penyuluhan kepada bapak-bapak semuanya. Di sini kami
akan memberikan penyuluhan tentang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3). Sebelumnya, kita kenalan dulu yuk! Ini dengan bapak
siapa? Oke, kita mulai ya.”
Penjelasan latar belakang, tujuan, metode, dan materi kegiatan
“Pertama, alangkah baiknya kita mengawali kegiatan kita hari ini
dengan bacaan basmallah bersama-sama. Bismillahirohmanirrohim.
Saya akan menjelaskan latar belakang, tujuan, cara, dan materi
kegiatan penyuluhan kita hari ini. Apakah bapak-bapak tahu
mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)? Kesehatan dan
Keselamatan Kerja merupakan upaya untuk mencegah atau
21
mengurangi kecelakaan atau penyakit saat bekerja. Peranan bapak-
bapak sebagai tenaga kerja sangat penting. Oleh karena itu, upaya
perlindungan terhadap bapak-bapak sekalian sangat perlu. Dengan
cara memelihara dan meningkatkan kesehatan bapak-bapak sekalian
maka hasil kerja akan menjadi lebih baik. Dari hasil penelitian,
kebanyakan para pengrajin tahu menderita penyakit kulit atau dalam
bahasa ilmiahnya dermatitis. Bapak-bapak pasti menganggap
penyakit ini merupakan penyakit yang sepele bukan? Padahal
penyakit itu cukup berbahaya bila dibiarkan begitu saja. Selain itu,
bapak-bapak juga bisa mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Atas
(ISPA). Kami akan menyampaikan beberapa informasi ini dengan
cara penyuluhan. Nantinya kami juga akan memberikan poster
mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Kami juga akan
mengajarkan bagaimana cara melakukan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja yang benar dan tepat. Selain K3, kami akan
memberikan informasi mengenai pentingnya menerapkan higiene
atau kebersihan pada makanan (tahu) terutama saat proses
pembuatan tahu. Tujuan untuk kegiatan ini adalah untuk
menjelaskan bahaya dan dampak tidak melaksanakan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di lingkungan pabrik tahu, tanda dan gejala,
faktor yang menyebabkan, serta pencegahan penyakit kulit atau
dermatitis, ISPA, dan penyakit lain karena tidak melaksanakan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) serta higienisitas pada
proses pembuatan tahu.”
Kontrak waktu, aturan, dan tata tertib
“Bagaimana kalau kita melaksanakan kegiatan kita pada sore hari ini
selama 40 menit? Setuju tidak bapak-bapak semuanya? Selama kami
berbicara dan memberi penyuluhan diharapkan bapak-bapak
mendengarkan dan memperhatikan dengan baik ya. Bila ingin
bertanya silahkan langsung tunjuk tangan saja. Bagaimana setuju,
Pak?
22
2. Kegiatan inti
Waktu: Rabu, 12 Desember 2012 (pukul 15.05 WIB)
Durasi: 30 menit
Tempat : Rumah pengelola pengrajin tahu
Bahasan:
Pemberi promosi kesehatan menanyakan kebenaran dari ada dan
tidaknya penerapan K3 yang optimal di lingkungan bekerja pada
pengrajin tahu yang berani menjawab diapresiasi dengan pemberian
hadiah berupa satu kaleng susu.
“Sebelum saya memulai penyuluhan, saya ingin tahu. Apakah di pabrik
tahu tempat bapak-bapak bekerja telah melakukan K3? Terima kasih atas
jawabannya ya Pak! Ini ada sekedar hadiah untuk Bapak.
Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, K3 adalah upaya untuk
mencegah atau menghilangkan kecelakaan atau penyakit saat bekerja.
Saat membuat tahu bapak-bapak menggunakan air cuka bukan? Nah,
perlu diketahui air cuka apabila terkena kulit akan menjadi penyebab
penyakit kulit atau dermatitis. Atau saat mengolah tahu lebih sering
terkena air panas bukan? Apakah bapak-bapak tahu tentang penyakit
dermatitis? Dermatitis adalah penyakit yang dapat terjadi akibat dari
terkena zat-zat kimia seperti air cuka yang digunakan saat proses
penggumpalan tahu. Dermatitis bisa disebabkan pula apabila terkena air
panas. Nah, ini gambarnya! Gejala atau tanda-tanda dermatitis menurut
Departemen Kesehatan tahun 2009 adalah iritasi, gatal-gatal, kulit kering
dan pecah-pecah, kemerah-merahan, dan koreng yang sulit sembuh.
Penyebab lain dermatitis yaitu proses pembuatan yang tidak mengukus
bahan kedelai sebelum dicampurkan pati kental sehingga hal ini
memungkinkan jamur lebih mudah berkembang dan dapat menimbulkan
reaksi gatal pada kulit.
23
Kemudian saat melakukan proses perendaman dan penggilingan kedelai,
apabila sikap kerja yang tidak benar dapat mengakibatkan sakit pada otot,
gangguan fungsi dan bentuk otot, serta tumpahan cairan panas dapat
menyebabkan luka bakar pada bagian tubuh yang terkena. Saat
melakukan penyaringan, uap panas yang timbul dapat mengakibatkan
peradangan atau Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA) dengan gejala batuk,
pilek, sesak napas, dan demam. Panas dapat menimbulkan banyak
kehilangan cairan, serta kemungkinan timbulnya kejang otot dan
menurunnya kesadaran.
Saat proses pengolahan, hendaknya memperhatikan kebersihan makanan
tersebut dan kebersihan lingkungan kerja. Kebersihan lingkungan kerja
yang kurang baik seperti panas, lembab, lantai kotor dan basah, bau yang
menyengat, dan lain-lain dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti
penyakit infeksi, gangguan kenyamanan kerja, kecelakaan, penyakit
alergi atau dermatitis. Penyakit infeksi yang sering diderita perajin tahu
adalah infeksi jamur, karena kondisi lingkungan kerja yang basah dan
lembab, yang merupakan kondisi yang lebih baik bagi jamur untuk
berkembang biak. Sirkulasi udara yang kurang memenuhi syarat dapat
menimbulkan penyakit saluran pernapasan, gangguan kenyamanan kerja,
dan lain-lain. Apabila tahu diolah tanpa ada penerapan higiene, maka hal
demikian dapat merugikan konsumen atau pembeli. Tahu menjadi tempat
berkumpulnya kuman. Mereka yang mengkonsumsi tahu akan menderita
sakit perut atau diare. Sepintas diare terdengar merupakan penyakit
sepele, namun bukan alasan untuk mengabaikannya. Hal ini karena
apabila seseorang mengalami diare hebat akan mengakibatkan zat-zat
gizi hilang dari tubuh, kehilangan cairan tubuh, dan dapat meninggal bila
kehilangan cairan tubuh lebih banyak.
Saat ini berita tentang penggunaan formalin pada makanan sedang
heboh-hebohnya. Apakah bapak-bapak tahu apa itu formalin? Apa
bahayanya bila menggunakan formalin untuk pengawet makanan
terutama tahu? Formalin adalah zat kimia yang biasanya digunakan untuk
24
bahan pengawet mayat. Selain itu, formalin juga digunakan sebagai anti
bakteri atau pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih
lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat, dan berbagai serangga
lain. Coba bapak-bapak bayangkan apa yang akan terjadi bila zat tersebut
masuk atau terhirup ke dalam tubuh kita? Formalin sangat berbahaya jika
terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat
berupa luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi
alergi, dan bahaya kanker pada manusia. Jika kandungan dalam tubuh
tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel,
sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang
menyebabkan kerusakan pada organ tubuh. Formalin merupakan zat yang
bersifat karsinogenik atau bisa menyebabkan kanker. Beberapa penelitian
terhadap tikus dan anjing pemberian formalin dalam dosis tertentu jangka
panjang secara bermakna mengakibatkan kanker saluran cerna seperti
adenocarcinoma pylorus atau kanker usus. Penelitian lainnya
menyebutkan pengingkatan resiko kanker faring (tenggorokan), sinus,
dan cavum nasal (hidung) pada pekerja tekstil akibat paparan formalin
melalui hirupan.
Nah, mengerikan bukan? Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan
pencegahan. Contohnya penggunaan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, alas kaki, masker serta alat pelindung diri lainnya yang
berhubungan dengan pekerjaan sangat dibutuhkan pengrajin untuk
menghindari diri dari penyakit akibat kerja seperti dermatitis atau ISPA.
Sangat diperlukan perilaku yang baik bagi setiap pekerja seperti
pengetahuan yang baik, sikap yang positif, dan tindakan yang sesuai
dalam melaksanakan pekerjaan. Istirahat yang cukup agar stamina tetap
terjaga. Sekarang saya akan mempraktikkan cara memakai sarung tangan
yang benar. Pertama pastikan sarung tangan dalam keadaan yang bersih.
Kemudian pastikan saat memakai sarung tangan kanan untuk tangan
kanan dan sarung tangan kiri untuk tangan kiri. Memakai sarung tangan
saat memasukkan air cuka untuk menggumpalkan kedelai menjadi tahu
dan saat mengaduk bahan kedelai saat dikukus. Saat bekerja gunakan
25
selalu alas kaki dan masker. Hindari merokok, terlebih bekerja sambil
merokok, pola makan yang tidak terartur dan tidak seimbang, ceroboh
dan tidak mengindahkan aturan kerja yang berlaku misalnya menolak
anjuran menggunakan alat pelindung diri, bercanda berlebihan dengan
teman sekerja pada waktu bekerja, menggunakan obat-obat terlarang atau
minum-minuman berenergi secara berlebihan. Selama bekerja,
gunakanlah masker dan sarung tangan agar tahu tidak terkena kotoran
dari kita. Supaya saat bekerja lebih nyaman, pastikan lingkungan kerja
bersih dan sirkulasi udara cukup. Saat melakukan proses pembuatan tahu
diusahakan untuk menerapkan higienis atau kebersihan. Saat berhadapan
dengan panas, gunakanlah bahan pakaian yang menyerap keringat seperti
bahan dari katun. Pastikan tidak ada keringat yang menetes dibahan
kedelai. Salurkan air bekas pembuatan tahu ke saluran air. Saat proses
memecah kedelai sebagai bahan tahu, gunakan tongkat yang terbuat dari
kayu. Setelah bekerja, bersihkan pabrik. Hindari penggunaan bahan
pengawet berbahaya seperti formalin karena formalin memang sangat
berbahaya. Nah, ini gambar dari K3, dipasang ditempat kerjanya ya Pak
supaya bisa selalu ingat.”
3. Penutup
Waktu : Rabu, 12 Desember 2012 (pukul 15.35 WIB)
Durasi : 5 menit
Tempat : Rumah pengelola pengrajin tahu
Bahasan:
Pemberi promosi kesehatan mengakhiri kegiatan dengan pemberian alat
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
“Nah, tidak terasa masuk dipenghujung acara. Bagaimana perasaan
bapak-bapak setelah mengikuti penyuluhan ini? Coba kita ulangi lagi
tadi kita membahas apa saja? Ya benar sekali Pak! Ternyata Bapak
memperhatikan sekali penyuluhan kali ini. Di sini kami ada beberapa
26
alat untuk Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk bapak-
bapak semuanya. Dipakai terus ya sesuai dengan yang kami ajarkan
tadi!”
Pemberi promosi kesehatan menjelaskan kontrak selanjutnya mengenai
pemantauan
“Tentunya bapak-bapak semuanya ingin sehat selalu selama bekerja?
Oleh karena itu, apa yang telah kami ajarkan tadi dipraktikkan selalu
ya Pak. Nah, untuk itu, kami akan kembali ke sini lagi hari Selasa
tanggal 4 Desember 2012 jam 10 pagi untuk melihat apakah bapak-
bapak sudah mempraktikkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
dan higienisitas tahu atau belum. Bagaimana bapak-bapak
semuanya? Bersedia tidak Pak?”
Pemberi promosi kesehatan menyampaikan kesimpulan dan ucapan
terima kasih kegiatan dan mengakhiri acara hari itu dengan pembacaan
doa
“Terima kasih ya bapak-bapak semuanya sudah bersedia
meluangkan waktunya untuk mengikuti penyuluhan tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) hari ini. Kami harap, bapak-
bapak dapat menerapkannya saat bekerja secara terus menerus agar
kesehatan bapak-bapak tetap terjaga dan bisa bekerja dengan baik.
Karena tadi kita memulai dengan basmallah maka mari kita akhiri
kegiatan kita kali ini dengan bacaan hamdallah.
Alhamdullillahirobbilallamin. Terima kasih sekali lagi ya Pak!
Semoga bermanfaat. Wassallamualaikum warahmatullahi
wabarokatuh.”
27
Form Observasi
Judul : Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Pengrajin Tahu
Hari/Tanggal Observasi : Rabu, 12 Desember 2012
Tempat : Jalan Kedondong, Kecamatan Kemirimuka, Beji-Depok.
Pengobservasi : Anggota-anggota HG3 PROMKES kelas C.
Nama pengrajin yang diobservasi : 1. A
2. B
3. C
NO INDIKATOR OBSERVASI
HASIL PENGAMATAN KET
Diterapkan Tidak diterapkan
1. Memakai sarung tangan saat bekerja.
2. Memakai masker saat bekerja.
3. Memakai alas kaki saat bekerja.
28
DAFTAR PUSTAKA
Koh, David, dan Jeyaratnam. (2010. Buku ajar praktik kedokteran kerja).
Jakarta: EGC.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32834/4/Chapter
%20I.pdf.
http://champenrio.blogspot.com/2012/04/tugas-kesehatan-dan-
keselamatan-kerja.html.
29