makalah prososial behavior
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tingkah laku prososial (Prososial Behavior) adalah tingkah laku sosial
positif yang menguntungkan atau membuat kondisi fisik atau psikis orang lain
lebih baik, yang di lakukan atas dasar sukarela tanpa mengharapkan rewards
eksternal. Tingkah laku prososial adalah tingkah laku yang dilakukan secara
sukarela dan menguntungkan orang lain tanpa antisipasi rewards eksternal,
yang meliputi menolong, membantu, membagi, dan menyumbang.
Tingkah laku prososial variasinya sangat besar. Ini bisa mulai dari
bentuk yang paling sederhana seperti sekedar memberi perhatian hingga yang
paling hebat. Misalnya, mengorbankan diri demi orang lain. Pendapat tersebut
menunjukkan bahwa intensitas tingkah laku prososial berbed-beda, ada yang
tinggi dan ada yang rendah.
Dalam proses pengambilan keputusan untuk melakukan tingkah laku
prososial, orang harus mengetahui bahwa ada seseorang yang membutuhkan
bantuan. Selanjutnya, penolong mungkin menentukan apakah akan dibantu
atau tidak, dan bagaimana cara memberi bantuan tersebut. Keputusan tersebut
juga bergantung pada dua pertimbangan. Pertama, penolong mungkin
menunjukkan rasa tanggung jawab terhadap orang yang memerlukan bantuan,
yang kedua, penolong menganalisis berapa besar reward yang diterima setelah
memberikan pertolongan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tingkah laku/ perilaku prososial (prososial behavior)?
2. Apa sajakah sumber-sumber prilaku prososial?
3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi dan mendorong tindakan
prososial?
2
4. Bagaimana perkembangan tingkah laku prososial?
5. Apa sajakah aspek - aspek prososial?
C. Tujuan Dan Manfaat Makalah
1. Tujuan Makalah
a. Menjelaskan tentang pengertian tingkah laku/ perilaku prososial
(prososial behavior).
b. Menjelaskan tentang sumber prilaku prososial.
c. Menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dan
mendorong tindakan prososial.
d. Menjelaskan tentang perkembangan tingkah laku prososial.
e. Menjelaskan tentang aspek - aspek prososial.
2. Manfaat Makalah
a. Meningkatkan pemahaman tentang pengertian tingkah laku/ perilaku
prososial (prososial behavior).
b. Meningkatkan pemahaman tentang sumber prilaku prososial.
c. Meningkatkan pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
dan mendorong tindakan prososial.
d. Meningkatkan pemahaman tentang perkembangan tingkah laku
prososial.
e. Meningkatkan pemahaman tentang aspek - aspek prososial.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tingkah Laku/ Perilaku Prososial (Prososial Behavior)
Perilaku prososial dapat diartikan tindakan yang menguntungkan
orang lain tetapi tidak memberikan keuntungan yang nyata bagi orang yang
melakukan tindakan tersebut. Perilaku prososial kadang-kadang dapat
melibatkan risiko di pihak orang yang memberikan bantuan. Istilah-istilah
lain, seperti perilaku menolong, amal kebajikan, dan volunterisme juga
digunakan untuk menggambarkan tentang hal-hal “baik” yang dilakukan
orang untuk memberikan bantuan yang dibutuhkan kepada orang lain.
Tingkah laku prososial adalah tingkah laku sosial positif yang
menguntungkan atau membuat kondisi fisik atau psikis orang lain lebih baik,
yang di lakukan atas dasar sukarela tanpa mengharapkan rewards eksternal.
Terdapat beberapa pendapat para ahli psikologi tentang prilaku
prososial diantaranya :
1. Sears dkk (1992)
Mendefenisikan bahwa tingkah laku prososial merupakan tingkah
laku yang menguntungkan orang lain. Menurut sears tingkah laku
prososial meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau
direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memperhatikan motif si
penolong.
2. Sri Utari Pidada (1982)
Mendefenisikan bahwa pilaku prososial adalah suatu tingkah laku
yang mempunyai suatu akibat atau konsekuensi positif bagi patner
interaksi, selain itu tingkah laku yang bisa di klasifikasikan sebagai
tingkah laku sosial sangat beragam di mulai dari bentuk yang paling
sederhana hingga yang paling luar biasa.
4
3. Wispe (1981)
Tingkah laku prososial adalah tingkah laku yang mempunyai
konsekuensi sosial positif yaitu menambah kondisi fisik dan psikis orang
lain menjadi lebih baik.
4. Brigham (1991)
Menyatakan bahwa wujud tingkah laku prososial meliputi : murah
hati (charity), persahabatan (friendship), kerja sama (cooperation),
menolong (helping), penyelamatan (rescuing) dll.
5. Bar-Tal (1976)
Tingkah laku prososial merupakan tingkah laku yang dilakukan
secara sukarela, menguntungkan orang lain tanpa anti sipasi reward
eksternal, dan tindakan prososial ini tidak dilakukan untuk dirinya sendiri.
6. Wrightsman dan Deaux (1981)
Mendefinisikan perilaku prososial sebagai perilaku seseorang yang
mempunyai konsekuensi sosial positif yang ditujukan bagi kesejahteraan
orang lain secara fisik maupun psikologis.
Dari beberapa pendapat di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa
tingkah laku prososial adalah tingkah laku sosial positif yang
menguntungkan, yang ditujukan bagi kesejahteraan orang lain sehingga
menjadikan kondisi fisik dan psikis orang lain menjadi lebih baik, selain itu
tindakan prososial dilakukan atas dasar sukarela tanpa mengharapkan reward
eksternal.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa
perkembangan perilaku prososial telah dimulai sejak masa anak-anak.
Dengan bertambahnya usia seorang anak, maka empatinya terhadap orang
lain juga akan semakin berkembang. Dalam psikologi perkembangan juga
dikatakan bahwa kemampuan seorang anak dalam berbagai hal akan
meningkat sesuai dengan bertambahnya usia.
5
B. Sumber Prilaku Prososial
Sumber tingkah laku prososial terdiri dari 2 bagian yaitu ;
1. Endosentris
Sumber tingkah laku prososial berasal dari dalam diri seseorang.
Sumber endosentris merupakan keinginan untuk mengubah diri dengan
menampilkan self-image (penampilan diri). Secara keseluruhan endosentris
ini meningkatkan konsep diri (self-concept), salah satu bentuk konsep diri
adalah self-expectation (harapan diri) yang berbentuk rasa bahagia,
kebanggaan, rasa aman, evaluasi diri yang positif.
Harapan diri muncul karena seseorang hidup di lingkungan sosial,
dimana dalam lingkungan sosial terdapat norma dan nilai. Norma sosial di
peroleh remaja melalui proses sosialisi yang kemudian di internalisasikan
sehingga menjadi bagian dari diri remaja itu sendiri. Norma yang di
internalisasikan kedalam harapan diri (self-expectation) terdiri dari :
a. Norms of aiding (norma menolong), adalah norma sosial untuk
menolong orang lain yang membutuhkan.
b. Norm of social responssibility, adalah suatu norma sosial yang dimana
seorang individu menolong orang yang membutuhkan pertolongan
walaupun orang yang ditolong tidak dapat membalas sama sekali.
c. Norm of giving, adalah norma sosial dimana seseorang menolong
dengan sukarela.
d. Norm of justice, adalah suatu norma sosial dimana tingkah laku
menolong didasarioleh norma keadilan yaitu keseimbangan antar
memberi dan menerima.
e. Norm of reciprocity, adalah suatu norma sosial dimana seorang
individu menolong orang lain karena merasa akan mendapat imbalan.
f. Norm of equity, adalah suatu norma sosial dimana seorang individu
menolong orang lain karena pernah ditolong sebelumnya.
2. Eksosentris
Adalah sumber untuk memperhatikan lingkungan eksternal yaitu
membuat kondisi lebih baik dan menolong orang lain dari kondisi buruk
6
yang dialami. Orang yang melakukan tindakan menolong karena
mengetahui atau merasakan kebutuhan, keinginan, dan penderitaan orang
lain. Hal ini dijelaskan oleh Piliavin & Piliavin bahwa tindakan menolong
terjadi karena :
a. Adanya pengamatan terhadap kebutuhan atau penderitaan orang lain.
Pengematan ini akan menimbulkan:
1) Persepsi untuk memutuskan bahwa terjadi kecelakaan.
2) Jarak kedekatan fisik
b. Adanya pengamatan terhadap penderitaan yang dirasakan oleh orang
lain, sehingga menimbulkan motivasai untuk menguranginya.
Menurut Derlega & Grzelak tingkah laku prososial bisa terjadi
karena adanya penderitaan yang dialami oleh orang lain, pertolongan yang
diberikan tidak mengharapkan reward eksternal. Selain itu prilaku
prososial bisa terjadi karena adanya interpedensi situasi, misalnya seorang
suami yang menolong istri di dapur. Pada dasarnya tingkah laku prososial
terjadi karena adanya saling ketergantungan antara sipenolong dengan
orang yang ditolong.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi dan Mendorong Tindakan Prososial
1. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkah Laku Prososial
Tingkah laku prososial dipandang sebagai tingkah laku yang
diperlukan untuk mempertahankan kehidupan, melalui hal ini manusia
menjalankan fungsi kehidupan sebagai penolong dan yang ditolong.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan tingkah
laku prososial antara lain :
a. Orang Tua
Hubungan antara remaja dengan orang tua menjadi faktor
penentu utama dalam keberhasilan remaja berperilaku prososial ketika
berinteraksi di lingkungan sosial yang lebih luas. Keluarga yang
7
merupakan kelompok primer bagi remaja, memiliki peran penting
dalam pembentukan dan arahan perilaku remaja.
Hal-hal yang diperoleh dari lingkungan keluarga akan
menentukan cara-cara remaja dalam melakukan interaksi dengan
lingkungan sosial di luar keluarga. Menurut Ahmadi (1988) keluarga
merupakan lingkungan sosial pertama dalam kehidupan remaja.
Remaja belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar
bekerjasama, dan menyatakan dirinya sebagai makhluk sosial.
Cara bertingkah laku, dan sikap orang tua dalam keluarga akan
mempengaruhi suasana interaksi keluarga dan dapat mengakibatkan
ciri-ciri tertentu pada perkembangan kepribadian remaja, orang tua
adalah pemegang peranan penting dalam pembentukan akhlak dan budi
pekerti putra putrinya. Hal tersebut karena waktu yang dimiliki remaja
75% dihasilkan di lingkungan keluarga. Mengingat orang tua
merupakan faktor penting dalam pembentukan pribadi remaja maka
cara yang digunakan dalam mengasuh dan membimbing remaja
tergantung pada sikap, pribadi dan kemampuan yang dimiliki oleh
orang tua remaja tersebut.
b. Guru
Selain orang tua, sekolah juga mempunyai pengaru yang sangat
besar terhadap perkembangan tingkah laku prososial. Di sekolah guru
dapt melatih dan mengarahkan tingkah laku prososial anak dengan
menggunakan teknik yang efektif.
Misalnya guru dapat menggunakan teknik bermain peran, teknik
ini melatih anak mempelajari situasi dimana tingkah laku menolong di
peroleh dan bagaimana melaksanakan tindakan menolong tersebut.
Teknik bermain peran mengembangkan sensitivitas terhadap
kebutuhan orang lain dan menambah kemampuan role taking dan
empati. Di sekolah guru mempunyai kesempatan mengarahkan anak
dengan menganalisis cerita dalam bahasan yang berbeda.
8
c. Teman Sebaya
Teman sebaya mempunyai pengaruh terhadap perkembangan
tingkah laku prososial khususnya pada masa remaja. Ketika usia
remaja kelompok ssial menjadi sumber utama dalam perolehan
informasi, teman sebaya dapat memudahkan perkembangan tingkah
laku prososial melalui penguatan, pemodelan dan pengarahan.
d. Televisi
Selain sebagai hiburan, televisi merupakan sebagai agen sosial
yang penting. Melalui penggunaan muatan prososial, televisi dapat
mempengaruhi pemirsa. Dengan melihat program televisi anak juga
dapat mempelajari tingkah laku yang tepat dalam situasi tertentu,
televisi tidak hanya mengajarkan anak untuk mempertimbangkan
berbagai alternatif tindakan tapi juga anak juga bisa mengerti dengan
kebutuhan orang lain, membentuk tingkah laku prososial dan
memudahkan perkembangan empati.
e. Moral dan Agama
Perkembangan tingkah laku prososial juga berkaitan erat
dengan aturan agama dan moral. Menurut Sears dkk (1992)
menyatakan bahwa aturan agama dan moral kebanyakan masyarakat
menekankan kewajiban menolong.
Pentingnya lingkungan terletak pada kontinuitas dan
kompleksitas stimulasi sosial dan kognisi yang dihadapkan pada anak.
Untuk tercapainya situasi yang seperti ini, diperlukan lingkungan
rumah tangga dan lingkungan sosial yang memadai dan mampu
menumbuhkan struktur kognitif individu.
2. Faktor Yang Mendasari Seseorang Untuk Bertindak Prososial
Menurut Staub (1978) terdapat beberapa faktor yang mendasari
seseorang untuk bertindak prososial, yaitu:
9
a. Self-gain
Harapan seseorang untuk memperoleh atau menghindari
kehilangan sesuatu. Misalnya: ingin mendapat pengakuan, pujian, atau
takut dikucilkan.
b. Personal values and norma
Adanya nilai-nilai dan norma sosial yang diinternalisasi oleh
individu selama mengalami sosialisasi dan sebagian nilai-nilai serta
norma tersebut berkaitan dengan tindakan prososial. Seperti:
menegakkan kebenaran dan keadilan serta danya norma timbal balik.
c. Empathy
Kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau
pengalaman orang lain. Kemampuan untuk empati ini erat kaitanya
dengan pengambilalihan peran. Jadi prasyarat untuk mampu
melakukan empati, individu harus memiliki kemampuan untuk
melakukan pengambilan peran.
Ada beberapa faktor personal maupun situasional yang
menetukan tindakan prososial. Ada tiga faktor yang mempengaruhi
kemungkinan terjadinya perilaku prososial, yaitu:
1) Karakteristik situasional, seperti situasi yang kabur atau samar-
samar dan jumlah orang yang melihat kejadian.
2) Karakteristik orang yang melihat kejadian seperti usia, gender, ras,
kemampuan untuk menolong.
3) Karakteristik korban seperti jenis kelamin, ras, daya tarik.
Dengan demikian beberapa faktor yang termasuk dalam faktor
situasional yaitu:
a) Kehadiran Orang Lain
Penelitian yang dilakukan oleh Darley dan Latane kemudian
Darley dan Latane (1969) menunjukkan hasil bahwa orang yang
melihat kejadian darurat akan lebih suka memberikan pertolongan
apabila mereka sendirian daripada bersama orang lain. Sebab
10
dalam situasi kebersamaan, seseorang akan mengalami kekaburan
tanggung jawab.
b) Pengorbanan yang harus dikeluarkan
Meskipun calon penolong tidak mengalami kekaburan
tanggung jawab, tetapi bila pengorbanan (misalnya; uang, tenaga,
waktu, resiko terluka fisik) diantisipasikan terlalu banyak, maka
kecil kemungkinan baginya untuk bertindak prososial.Biasanya
seseorang akan membandingkan antara besarnya pengorbanan
jika ia menolong dengan besarnya pengorbanan jika ia tidak
menolong. Jika pengorbanan untuk menolong rendah, sedangkan
jika pengorbanan jika tidak menolong tinggi, tindak pertolongan
secara langsung akan terjadi.
Jika pengorbanan untuk menolong tinggi dan pengorbanan
jika tidak menolong rendah, ia mungkin akan menghindari atau
meninggalkan situasi darurat itu. Jika keduanya relatif sama
tinggi kemungkinan ia akan melakukan pertolongan secara tidak
langsung, atau mungkin akan melakukan interpretasi ulang secara
kognitif terhadap situasi tersebut.
Demikian pula sebaliknya jika keduanya, baik pengorbanan
untuk menolong atau pun tidak menolong diinterpretasikan sama
rendahnya, ia akan menolong atau tidak tergantung norma-norma
yang dipersepsi dalam situasi itu.
c) Pengalaman dan Suasana Hati.
Seseorang akan lebih suka memberikan pertolongan pada
orang lain, bila sebelumnya mengalami kesuksesan atau hadiah
dengan menolong. Sedang pengalaman gagal akan
menguranginya. Demikian pula orang yang mengalami suasana
hati yang gembira akan lebih suka gembira. Sedangkan dalam
suasana hati yang sedih, orang akan kurang suka memberikan
pertolongan.
11
d) Kejelasan Stimulus
Semakin jelas stimulus dari situasi darurat, akan
meningkatkan kesiapan calon penolong untuk bereaksi.
Sebaliknya situasi darurat yang sifatnya samar-samar akan
membingungkan dirinya dan membuatnya ragu-ragu, sehingga
ada kemungkinan besar ia akan mengurungkan niatnya untuk
memberikan pertolongan.
e) Adanya Norma - Norma Sosial.
Norma sosial yang berkaitan dengan tindakan prososial
adalah resipprokal(timbal balik) dan norma tanggung jawan
sosial, artinya seseorang cenderung memberikan bantuan kepada
mereka yang pernah memberikan bantuan kepadanya sehingga
dengan ini dapat dipertahankan adanya keseimbangan dalam
hubungan interpersonal. Biasanya didalam masyarakat berlaku
pula norma bahwa kita harus menolong orang yang membutuhkan
pertolongan. Masing-masing orang memiliki tanggung jawab
sosial untuk menolong mereka yang lemah.
f) Hubungan Antara Calon Penolong Dengan Si Korban
Makin jelas dan dekat hubungan antara calon penolong
dengan calon penerima bantuan akan memberi dorongan yang
cukup besar pada diri calon penolong untuk lebih cepat dan
bersedia terlibat secara mendalam dalam melakukan tindakan
pertolongan. Kedekatan hubungna ini dapat terjadi karena adanya
pertalian keluarga, kesamaan latar belakang atau ras.
D. Perkembangan Tingkah Laku Prososial
Tingkah laku prososial selalu berkembang sesuai perkembangan
manusia, ada 6 tahapan perkembangan tingkah laku prososial yaitu :
1. Compliance & Concret, Defined Reinforcement
Pada tahap ini individu melakukan tingkah laku menolong karena
perintah yang disertai oleh reward. Pada tahap ini remaja mempunyai
12
perspektif egosentris yaitu mereka tidak menyadari bahwa orang lain
mempunyai pikiran dan perasaan yang berbeda dengan mereka, selain itu
tingkah laku prososial pada tahap ini terjadi karna adanya reward dan
punishment yang konkrit.
2. Compliance
Pada tahap ini individu melakukan tindakan menolong karena
patuh pada perintah dari orang yang berkuasa. Tindakan menolong pada
tahp ini dimotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan dan
menghindari hukuman.
3. Internal Initiative & Concret Reward
Pada tahap ini individu menolong karena tergantung pada reward
yang akan di terima, tindakan prososial dimotivasi oleh keinginan untuk
mendapatkan keuntungan atau hadiah
4. Nominative Behavior
Pada tahap ini individu melakukan tindakan prososial untuk
memenuhi tuntutan masyarakat. Individu mengetahui berbagai tingkah
lakuyang sesuai dengan norma masyarakat. Dalam tahap ini individu
mampu memahami kebutuhan orang lain dan merasa simpati dengan
penderitaan yang dialami, tindakan prososial dilakukan karna adanya
norma sosial yang meliputi : norma memberi dan norma tanggung jawab
sosial.
5. Generalized Reciprocity
Pada tahap ini seseorang melakukan tindakan menolong karna
adanya kepercayaan apabila suatu saat ia membutuhkan bantuan maka ia
akan mendapatkannya, harapan reward pada tahap ini non konkret yang
susah dijelaskan.
6. Altruistic Behavior
Pada tahap ini seseorang melakukan tindakan menolong secara
sukarela yang bertujuan untuk menolong dan menguntungkan orang lain
tanpa mengharapkan imbalan, tindakan prososial dilakukan karena plihan
individu sendiri yang didasarkan pada prinsip moral.
13
Pada tahap ini individu sudah mulai dapat menilai kebutuhan orang
lain dan tidak mengharapkan hubungan timbal balik untuk tindakannya.
E. Aspek - Aspek Prososial
Untuk melakukan pengukuran terhadap perilaku prososial dapat
dilihat melalui aspek aspek perilaku prososial. Menurut Mussen (1989: 360)
aspek-aspek perilaku prososial adalah sebagai berikut:
1. Berbagi, yaitu kesediaan untuk berbagi perasaan dengan orang lain dalam
suasana suka maupun duka. Hal ini dilakukan apabila penerima
menunjukkan kesukaan sebelum ada tindakan melalui dukungan verbal
dan fisik
2. Menolong, yaitu kesediaan memberikan bantuan kepada orang lain baik
materiil maupun moril. Menolong meliputi membantu orang lain,
memberitahu, menawarkan bantuan pada orang lain, atau melakukan
sesuatu yang menunjang berlangsungnya kegiatan orang lain.
3. Memberi, yaitu kesedian untuk berderma, membantu secara sukarela
sebagian barang miliknya kepada orang yang membutuhkan.
4. Kerjasama, yaitu kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain demi
tercapainya suatu tujuan. Menurut Hoffman (dalam Goleman, 1997:
148), menyatakan bahwa pada akhir masa kanak-kanak, tingkat empati
paling akhir muncul ketika anak-anak sudah sanggup memahami
kesulitan yang ada dibalik situasi yang tampak dan menyadari bahwa
situasi atau status seseorang dalam kehidupan dapat menjadi sumber
beban stres kronis. Pada tahap ini, mereka dapat merasakan kesengsaraan
suatu golongan, misalnya kaum miskin, kaum tertindas, mereka yang
terkucil dari masyarakat.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku prososial dapat diartikan tindakan yang menguntungkan
orang lain tetapi tidak memberikan keuntungan yang nyata bagi orang yang
melakukan tindakan tersebut. Sumber tingkah laku prososial terdiri dari 2
bagian yaitu: endosentris dan eksosentris.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan tingkah laku
prososial antara lain : orang tua, guru, teman sebaya, televisi dan moral dan
agama.
Menurut Staub (1978) terdapat beberapa faktor yang mendasari
seseorang untuk bertindak prososial, yaitu: self-gain, personal values and
norma dan empathy.
Tingkah laku prososial selalu berkembang sesuai perkembangan
manusia, ada 6 tahapan perkembangan tingkah laku prososial yaitu :
compliance & concret, defined reinforcement, compliance, internal initiative
& concret reward, nominative behavior, generalized reciprocity dan altruistic
behavior.
Menurut Mussen (1989: 360) aspek-aspek perilaku prososial adalah
sebagai berikut:
1. Berbagi, yaitu kesediaan untuk berbagi perasaan dengan orang lain
dalam suasana suka maupun duka.
2. Menolong, yaitu kesediaan memberikan bantuan kepada orang lain
baik materiil maupun moril.
3. Memberi, yaitu kesedian untuk berderma, membantu secara sukarela
sebagian barang miliknya kepada orang yang membutuhkan.
4. Kerjasama, yaitu kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain
demi tercapainya suatu tujuan.
15
B. Saran
Adapun saran yang dapat penyusun sampaikan yaitu kita sebagai
calon pendidik, harus selalu menggali potensi yang ada pada diri kita. Cara
menggali potensi dapat dilakukan salah satunya dengan cara mempelajari
makalah ini. mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita ke
depannya. Amiinn.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ni’mah. Laili. (2014). Makalah Perilaku Prososial. [Online]. Tersedia:
http://lailiniamah300695.blogspot.com/2014/10/makalah-perilaku-prososial.html.
[18 Januari 2015].
__________. (2013). Makalah Prososial Behavior. [Online]. Tersedia: http://www.slideshare.net/VhioNichaCaLltsteir/makalah-prosocial-behavior. [18 Januari 2015].
__________. (2011). Perilaku Prososial. [Online]. Tersedia: https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&uact=8&ved=0CGAQFjAI&url=http%3A%2F%2Fnilam.staff.gunadarma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles%2F31883%2FBAB%2B11.%2BPERILAKU%2BPROSOSIAL.pdf&ei=s_i8VO2DK8z-8QW47IGACw&usg=AFQjCNHUK1W0h_Wr0hacmPGR79wv4k2WCw&bvm=bv.83829542,d.dGc. [19 Januari 2015].
Alkham. (2009). Tingkah Laku Prososial. [Online]. Tersedia: http://alhakam-kaunseling.blogspot.com/2009/06/tingkahlaku-prososial.html. [13 Januari 2015].