makalah psikoanalisis
DESCRIPTION
Salah satu aliran bimbingan konselingTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendekatan psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud (1856-1939).
Sigmund Freud merupakan orang Jerman keturunan Yahudi lahir 6 Mei 1856 di
Freiberg dan meninggal di London 23 September 1939. Psikoanalisis mulai
diperkenalkan oleh Freud pada buku pertamanya yaitu penafsiran atas mimpi
(Dream Interpretation) pada tahun 1900.
Istilah psikoanalisis mula-mula hanya digunakan pada hal-hal yang
berhubungan dengan Freud saja, sehingga psikoanalisis dan psikoanalisis freud
memiliki arti yang sama. Hal ini disebabkan karena murid-murid freud yang
mengembangkan teori psikoanalisis baik yang sejalan maupun tidak, pada
umumnya menggunakan istilah atau menggunakan nama yang berbeda untuk
menunjukkan identitas ajaran mereka. Seperti Carl Gustav Jung dan Alfred Adler
yang menciptakan psikologi analitis (analytical psychology) dan psikologi
individual (individual psychology). Namun sejak psikoanalisis menjadi mode
yang tersebar luas, istilah psikoanalisis banyak digunakan tidak saja pada hal-hal
yang bersangkutan dengan Freud. Sampai akhir abad ke-19, ilmu kedokteran
berpendapat bahwa semua gangguan psikis berasal dari salah satu kerusakan
organis dalam otak. Belum banyak iluan yang meneliti area afektif yang
menyebabkan gangguan psikis. Psikoanalisis merupakan salah satu factor yang
memberikan pengaruh dalam mengubah pendapat tentang penyebab gangguan
psikis.
Psikoanalisis juga merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat
psikologis dengan cara-cara fisik. Tokoh utama psikoanalisa ialah Sigmund
Freud. Konsep Freud yang Anti rasionalisme mendasari tindakannya dengan
motivasi yang tidak sadar, konflik dan simbolisme sebagai konsep primer.
Manusia secara esensial bersifat biologis, terlahir dengan dorongan-dorongan
1
instingtif, sehingga perilaku merupakan fungsi yang di dalam ke arah dorongan
itu. Manusia bersifat tidak rasional, tidak sosial dan destruktif terhadap dirinyadan
orang lain. Libido mendorong manusia ke arah pencarian kesenangan, libido
terbagi menjadi 2, yaitu eros sebagai dorongan untuk hidup dan thanatos sebagai
dorongan untuk mati.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teori Freud tentang Psikoanalisis?
2. Apa sajakah konsep-konsep utama Psikoanalisis dalam mengenal
kepribadian seseorang?
3. Bagaimanakah proses konseling dengan menggunakan pendekatan
psikoanalisis?
4. Apa sajakah teknik-teknik konseling psikoanalisis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Teori Freud tentang Psikoanalisis.
2. Untuk mengetahui apa sajakah konsep-konsep utama Psikoanalisis dalam
mengenal kepribadian seseorang.
3. Untuk mengetahui bagaimanakah proses konseling dengan menggunakan
pendekatan psikoanalisis.
4. Untuk mengetahui apa sajakah teknik-teknik konseling psikoanalisis.
B. Kegunaan
1. Kita dapat mengetahui Teori Freud tentang Psikoanalisis.
2. Kita dapat mengetahui apa sajakah konsep-konsep utama Psikoanalisis
dalam mengenal kepribadian seseorang.
3. Kita dapat mengetahui bagaimanakah proses konseling dengan
menggunakan pendekatan psikoanalisis.
Kita dapat mengetahui apa sajakah teknik-teknik konseling psik
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Sigmund Freud Tentang Psikoanalisis
Menurut Freud, kesadaran hanya merupakan sebagian kecil saja darp pada seluruh
kehidupan psikis, Freud memisalkan psyche itu sebagai gunung es di tengah lautan,
yang ada diatas permukaan air laut itu menggambarkan kesadaran, sedangkan
dibawah permukaan air laut yang merupakan bagian terbesar menggambarkan
ketidaksadaran.1
B. Konsep-konsep Utama Psikoanalisis Mengenal Kepribadian
Psikoanalisa pada hakikatnya merupakan sebuah teori kepribadian. Teori
kepribadian menurut Freud, menyangkut tiga hal:2
1. Struktur Kepribadian
Menurut pandangan psikoanalisis, stuktur kepribadian terdiri dari tiga sistem
yaitu: Id (Das Es) sebagai aspek biologis, Ego (Das Ich) sebagai aspek psikologis
dan Super Ego (Das Ueber Ich) sebagai aspek sosiologis. Ketiganya merupakan
1Nurrohman Ibnusuny Al-Marhumy, Pendekatan Psikoanalisis Dalam Konseling
http://ibnusuny.blogspot.com/2010/06/pendekatan-psikoanalisis-dalam.html . 18 /April/2014 2Ibid
3
nama bagi proses-proses psikologis yang merupakan fungsi-fungsi kepribadian.
Oleh karena itu, tingkah laku merupakan hasil yang sama dari ketiga aspek ini.
a. Id (Das Es)
Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan sistem original
didalam kepribadian, dari aspek ini kedua aspek yang lain tumbuh. Id
disebut juga realitas psikis yang sebenar-benarnya dan merupakan tempat
bersemayamnya naluri-naluri. Oleh karena id merupakan dunia batin atau
subyektif manusia, dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan
dunia obyektif (dunia luar). Id bersifat tidak logis, amoral dan didorong
oleh satu kepentingan yaitu memuaskan kebutuhan-kebutuhan naluriah
sesuai dengan asas kesenangan. Oleh karena itu, pedoman dalam
berfungsinya id ialah menghindarkan diri dari ketidakenakan dan
mengejar keenakan.
Untuk menghilangkan ketidakenakan dan mencapai kesenangan itu, id
mempunyai dua cara (alat proses), yaitu:3
1) Reflex dan reaksi-reaksi otomatis, seperti: bersin, berkedip, dan
sebagainya.
2) Proses primer, seperti: orang lapar membayangkan makanan.
3) Akan tetapi cara “ada” itu tidak memenuhi kebutuhan (orang lapar
tidak akan menjadi kenyang dengan membayangkan makanan),
maka perlulah adanya sistem lain yang menghubungkan pribadi
dengan dunia obyektif yaitu ego (das ich).
b. Ego (Das Ich)
Aspek ini adalah aspek psikologis dari pada kepribadian dan timbul
karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia
kenyataan (realitas). Letak perbedaan antara id dan ego, yaitu id hanya
mengenal dunia subyekyif (dunia batin) sedangkan ego dapat
membedakan sesuatu yang ada didalam batin dan sesuatu yang ada di
3Ibid
4
dunia luar (dunia obyektif atau realitas). Dapat dikatakan, bahwa ego
sebagai eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan dan
mengatur atau sebagai “polisi lalu lintas” bagi id, super ego dan dunia
eksternal. Di dalam berfungsinya ego berpegang pada “prinsip kenyataan”
atau “prinsip realitas” dan bereaksi dengan proses sekunder dengan cara
memutuskan suatu rencana atau mentestnya dengan sesuatu tindakan.
Proses sekunder, misalnya: orang lapar merencanakan dimana dia dapat
makan, lalu pergi ketempat tersebut untuk mengetahui apakah rencana
tersebut berhasil atau tidak. Dengan demikian, ego berlaku realistis dan
berfikir logis serta memutuskan rencana-rencana tindakan bagi pemuasan
kebutuhan-kebutuhan. Jadi yang menjadi peran utama ego ialah menjadi
perantara antara kebutuhan-kebutuhan instinktif dengan keadaan
lingkungan demi kepentingan adanya organisme.
c. Super Ego (Das Ueber Ich)
Aspek ini adalah aspek sosiologis sebagai cabang moral atau hukum
dari kepribadian, yang merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta
cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsikan orang tua kepada anak-
anaknya yang dimasukan (diajarkan) dengan berbagai perintah dan
larangan. Super ego lebih merupakan kesempurnaan dari pada
kesenangan, karena itu super ego dianggap sebagai aspek moral
kepribadiaan. Fungsinya yang pokok ialah menentukan apakah sesuatu
benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak dan dengan demikian
pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat.
Adapun fungsi pokok super ego dapat dilihat dalam hubungan dengan
ketiga aspek kepribadian itu, yaitu:4
1) Merintangi impuls-impuls id, terutama impuls-impuls seksual dan
agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat;
4Ibid
5
2) Mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralitis dari pada
yang realistis;
3) Mengejar kesempurnaan.
Jadi super ego (das ueber ich) itu cenderung untuk menentang baik
ego (das ich) maupun id (das es) dan membuat dunia menurut konsepsi
yang ideal.
2. Dinamika Kepribadian
a. Instink
Instink menurut Freud sebagai sumber perangsang somatis yang dibawa
sejak lahir. Suatu insting merupakan sejumlah energi psikis, kumpulan dari
semua instink- instink merupakan keseluruhan dari pada energi psikis yang
digunakan oleh kepribadian. Sumber instink yaitu kondisi jasmani yang
menjadi kebutuhan; tujuan instink ialah menghilangkan rangsangan kerjasama
sehingga ketidakenakan yang timbul karena adanya tegangan yang disebabkan
oleh meningkatnya energi dapat ditiadakan; obyek instik ialah segala aktivitas
yang menyebabkan tercapainya kebutuhan; sedangkan pendorong atau
penggerak instink yaitu kekuatan instink itu yang tergantung kepada intensitas
(besar- kecilnya) kebutuhan.
b. Distribusi dan Penggunaan Energi Psikis
Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu
didistribusikan serta digunakan oleh id, ego, dan super ego. Oleh karena
sejumlah atau banyaknya energi itu terbatas maka akan terjadi semacam
persainggan diantara ketiga aspek itu didalam mengunakan energi tersebut,
kalau sesuatu aspek banyak menggunakan energi (menjadi kuat), maka kedua
aspek yang lain harus (dengan sendirinya) menjadi lemah.
Pada mulanya id yang memiliki semua energi dan mempergunakannya untuk
gejala-gejala refleks dan pemenuhan keinginan. Cara penggunaan energi ini
disebut pemilihan obyek secara instingtif (instinctual object cathexis) energi
6
pada id sangat mudah berpindah-pindah sehubungan karena id tidak dapat
membedakan obyek yang sesuai atau tidak, sehingga id tidak dapat
memuaskan atau meredakan ketegangan. Sedangkan ego selalu berhasil dalam
menemukan alat yang memuaskan, maka energi tersebut dipergunakan oleh
ego dan lambat laun ego memonopoli hampir semua energi. Energi ini
dipergunakan ego juga untuk menekan id agar tidak terlalu implusif, bila id
terlalu berbahaya ego mengunakan suatu mekanisme pertahanan diri.
c. Kecemasan atau Ketakutan
Dinamika kepribadian dapat kita lihat sebahagian besar dikuasai oleh
keharusan untuk memuaskan kebutuhan dengan cara berhubungan dengan
obyek-obyek yang ada didunia luar. Dalam menghadapi obyek tersebut
individu tidak selamanya dengan mudah dan berhasil, tetapi selalu menemui
ancaman berupa hal-hal yang tidak menyenangkan atau menyakitkan, maka
individu merasa cemas. Biasanya reaksi individu terhadap ancaman
ketidaksenangan dan pengrusakan yang belum dapat diatasinya ialah menjadi
cemas.
Freud mengemukakan adanya tiga macam kecemasan yaitu: kecemasan
realistis yang bersumber pada ego, kecemasan neurotis yang sumbernya pada
id, dan kecemasan moral yang bersumber dari super ego. Kecemasan realistis
yang paling pokok, yaitu takut terhadap bahaya-bahaya yang datang dari luar
individu, dan kedua kecemasan yang lain berasal dari kecemasan realistis ini.
Kecemasan neurotis adalah kecemasan yang timbul apabila instink tidak
terkendalikan, sehingga ego akan dihukum. Kecemasan moral adalah
kecemasan terhadap hati nurani sendiri.
Kecemasan berfungsi melindungi individu dari bahaya, dan merupakan isyarat
bagi ego segera melakukan tindakan. Apabila ego tidak dapat menguasai
kecemasan dengan cara yang rasional, maka ego akan menghadapinya dengan
jalan yang tidak realistis.
3. Perkembangan kepribadian
7
Freud berpendapat, bahwa kepribadian pada dasarnya telah terbentuk pada
akhir tahun kelima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya
merupakan penghalusan struktur dasar itu. Kepribadian itu berkembang dalam
hubumgan dengan empat sumber tegangan pokok,yaitu: proses pertumbuhan
fisiologis, prustasi, konflik dan ancaman.
Metode-metode atau cara yang dipergunakan oleh individu untuk mrngatasi
prustasi, konflik, serta kecemasan, yaitu sebagai berikut:5
a. Identifikasi
Yaitu metode yang dipergunakan orang dalam menghadapi orang lain dan
membuatnya menjadi bagian dari pada keprubadiannya.
b. Pemindahan objek
Apabila objek pilihan sesuatu instink yang asli tidak dapat dicapai karena
rintangan (anti cathexis) baik dari dalam maupun dari luar. Adapun arah
pemindahan objek ditentukan oleh dua factor yaitu: Kemiripan objek
pengganti terhadap objek aslinya serta sanksi-sanksi dan larangan-larangan
masyarakat
c. Mekanisme pertahanan ego
Karena tekanan kecemasan ataupun ketakutan yang betlebihan, maka ego
terkadang mengambil cara yang ekstrem untuk menghilangkan atau
mereduksikan tegangan atau disebut mekanisme pertahanan.
Bentuk-bentuk pokok mekanisme pertahanan itu adalah :6
1) Penekanan atau represi, yaitu salah satu bentuk mekanisme pertahanan
ego. Penekanan terjadi apabila suatu pemilihan objek dipaksa keluar dari
kesadaran oleh anti cathexis(kekuatan-kekuatan penahanan)
2) Proyeksi, yaitu mekanisme yang dipergunakan untuk mengubah ketakutan
neurotis dan ketakutan moral menjadi ketakutan realitas.
5Ibid 6Ibid
8
3) Pembentukan reaksi,yaitu penggantian impus atau perasaan yang
menimbulkan ketakutan atau kecemasan dengan lawannya didalam
kesadaran,misalnya benci diganti dengan cinta.
4) Fiksasi dan Regresi, pada perkembangan yang normal kepribadian akan
melewati fase-fase yang sedikit banyak sudah tetap dari lahir sampai
mencapai kedewasaan yang akan membawa sejumlah frustasi dan
ketakutan, dengan kata lain orang akan mengalami fiksasi pada suatu fase
yang lebih awal begitupun regresi sangat erat hubungannya dengan fiksasi
itu pada umumnya fiksasi dan regresi adalah keadaan nisbi artinya seorang
jarang benar-benar mengalami fiksasi dan regresi. Fiksasi dan regresi
inilah yang menyebabkan ketidaksamaan dalam perkembangan
kepribadian.
d. Fase-Fase perkembangan
Freud berpendapat bahwa fase-fase perkembangan terbagi atas:7
1) Fase Oral (usia 0 sampai 1 tahun).
Pada fase ini mulut merupakan daerah pokok aktifitas dinamis.
2) Fase Anal ( kira-kira usia 1 sampai 3 tahun).
Pada fase ini cathexis (kekuatan pendorong) dan anti cathexis (kekuatan
penahan) berpusat pada fungsi eliminative (pembuangan kotoran)
3) Fase Falis (kira-kira usia 3 sampai 5 tahun).
Pada fase ini alat-alat kelamin merupakan daerah erogen terpenting.
4) Fase Latent (kira-kiara usia 5 sampai 12 tahun atau 13 tahun).
Pada Fase ini impuls-impuls cenderung untuk ada dalam keadaan tertekan.
5) Fase Pubertas (kira-kira 12 atau 13 sampai 20 tahun).
Pada fase ini impuls-impuls menonjol kembali.
7Ibid
9
Walaupun Freud menggambarkan perkembangan itu dalam fase-fase namun
ia tidak bependapat bahwa antara fase-fase tersebut satu sama lain terdapat batas
yang tajam.
C. Pandangan Psikoanalisis Terhadap Hakikat Manusia
1. Pengalaman di masa balita penting dalam menentukan perkembangan masa
dewasa.
Jika pada masa balita anak memperoleh perlakuan yang tidak menyenangkan
dari orangtuanya atau dari orang dewasa lainnya akan dapat menghambat
perkembangan psikis dan fisiknya setelah mencapai dewasa. Pengalaman
traumatis saat kecil menjadi bibit munculnya tingkah laku neurotis.
2. Dorongan seksual dipandang sebagai kunci dalam menentukan tingkah laku
manusia.
Freud Menyatakan bahwa tingkah laku manusia didasari oleh dorongan
seksual (bukan dalam arti senggama). misalnya dalam hal ini seorang wanita yang
memakai gaun, lipstick, dan lain-lain adalah karena dorongan untuk menampilkan
kewanitaannya, begitupun dengan yang dilakukan oleh laki-laki.
3. Tingkah laku individu dikontrol oleh ketidaksadaran
Tingkah laku individu banyak dipengaruhi oleh faktor ketidaksadaran, seperti
cara berjalan, cara berbicara, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya yang diperoleh dari
orangtuanya ataupun nenek moyangnya di masa lalu.
D. Proses Konseling
Sesuai dengan alirannya , maka setiap konseling diwarnai oleh filsafat dan teori
yang dianut oleh teori tersebut. Berikut ini akan diuraikan garis-garis besar proses
konseling psikoanalisis.8
8Muhammad Antoso, Konseling Dengan Pendekatan Psikoanalisis.
http://antoekpsikologi.blogspot.com/2013/04/konseling-dengan-pendekatan.html . 18/April/2014.
10
1. Tujuan konseling.
Tujuan konseling psikoanalitik adalah untuk membentuk kembali struktur
karakter individu dengan membuat yang tidak sadar menjadi sadar pada diri klien.
Proses konseling dipusatkan pada usaha menghayati kembali pengalaman-
pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman masa lampau ditata, didiskusikan,
dianalisa dan ditafsirkan dengan tujuan untuk merekontruksikan kepribadian.
Konseling analitik menekankan dimensi afektif dalam membuat pemahaman
ketidaksadaran. Tilikan dan pemahaman intelektual sangat penting, tetapi yang
lebih penting adalah mengasosiasikan antara perasaan dan ingatan dengan
pemahaman diri.
2. Fungsi konselor.
Pada konseling psikoanalisis konselor mempunyai ciri unik dalam proses
konselornya. Yaitu konselor bersikap anonym, artinya konselor bersikap berusaha
tak dikenal klien dan bertindak sedikit sekali memperlihatkan perasaan dan
pengalamannya. Tujuannya adalah agar klien dengan mudah memantulkan
perasaan kepada konselor. Pemantulan itu merupakan proyeksi klien yang
menjadi analisis bagi konselor. Hal yang terpenting dalam proses konseling
adalah memberikan perhatian terhadap keadaan resistensi klien yaitu suatu
keadaan dimana klien melindungi suatu perasaan , trauma, atau kegagalan klien
terhadap konselor.fungsi konselor adalah mempercepat proses penyadaran hal-hal
yang tersimpan dalam ketaksadaran klien yang dilindunginya dengan cara
transferensi itu selain itu konselor membantu klien dalam mencapai kesadaran
diri, krtulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi
kecemasan melalui cara-cara realistis.
3. Proses konseling
Secara sisitematis proses konseling yang dikemukakan dalam urutan fase-fase
konseling dapat diikuti sebagai berikut;9
a. Membina hubungan konseling yang terjadi pada tahap awal konseling.
9Ibid
11
b. Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya,
dan melakukan tranferensi.
c. Tilikan terhadap masa lalu klien terutama pada masa anak-anak.
d. Pengembangan resistensi untuk pemahaman diri.
e. Pengembangan hubungan transferensi klien dengan konselor.
f. Melanjiutkan lagi hal-hal yang resistensi.
g. Menutup wawancara konseling.
E. Teknik Konseling
Teknik-teknik dalam psikoanalisa digunakan untuk meningkatkan kesadaran
mendapatkan tilikan intelektual ke dalam prilaku klien, dan memahami gejala-gejala
yang nampak. Ada lima teknik dasar dalam teori psikoanalisa yaitu:10
1. Asosiasi Bebas
Teknik pokok dalam terapi psikoanalisa adalah asosiasi bebas. Konselor
memerintahkan klien untuk menjernihkanpkirannya dari pemikiran sehari-hari
dan sebanyak mungkin untuk mengatakan apa yang muncul dalam kesadarannya.
Yang pokok, adalah klien mengemukakan segala sesuatu melalui perasaan
ataupemikiran dengan melaporkan secepatnya tanpa sensor. Metode ini adalah
metode mengungkapkan pengalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi
yang berkaitan dengan situasi traumatik dimasa lalu, klien memperoleh
pengetahuan dan evaluasi diri sendiri.
2. Interpretasi
Adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisi
mimpi, analisis ristensi dan analisis transpsransi. Prosedurnya terdiri atas
penetapan analisi, penjelasan, dan mengajarkan klien tentang makna perilaku
dimanifestasikan dalam mimpi asosiasi bebas, resistensi dan hubungan terapeutik
10 Dwi Amalia Mulyani, Makalah Psikoanalisa.
http://dwiamaliamulyani.blogspot.com/2013/05/makalah-psikoanalisa.html . 18/April/2014.
12
itu sendiri.Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi
baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi.
Rambu-rambu Interpretasi:11
- Interpretasi disajikan pada saat gejala yang diinterpretasikan terhubung erat
dengan hal-hal yang disadari klien.
- Interpretasi dimulai dari permukaan menuju hal-hal yang dalam (dialami oleh
situasi emosional klien).
- Menetapkan resistensi atau pertahanan sebelum menginterpretasikan emosi
atau konflik.
3. Analisis Mimpi
Merupakan prosedur yang penting untuk membuka hal-hal yang tidak
disadari dan membantu klien untuk memperoleh tilikan kepada masalah-masalah
yang belum terpecahkan,menurut kami (pemakalah) “aspek yang membuat klien
mimpi itu dikarenakan adanya sistem imunitas pencernaan otak yang membuat
orang itu bermimpi dan bisa saja orang itu berimajinasi tinggi sehingga
terkontaminasi oleh masalah-masalah pribadinya sehingga terbawa mimpi”.
4. Analisis dan interpretasi transferensi
Transferensi (pemindahan). Transferensi muncul dengansendirinya dalam
proses terapeutik pada saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang tak
terselesaikan dengan orang lain, menyebabkan dia mengubah masa kinidan
mereaksi kepada analisis sebagai yang dia lakukan kepada ibunya atau ayahnya
atau siapapun.
Tujuan dari analisis ini adalah sebagai berikut:12
- Klien memperoleh pemahaman atas pengalaman-pengalaman tak sadar dan
pengaruh masa lampau terhadap kehidupan sekarang.
- Memungkinkan klien menembus konflik lampau yang dipertahankan hingga
sekarang dan menghambat perkembangan emosinya.
11Ibid 12Ibid
13
5. Analisis dan Interpretasi resistensi
Resistensi sebagai suatu dinamika yang tidak disadari yang mendorong
seseorang untuk mempertahankan terhadap kecemasan. Interpretasi konselor
terhadap resistensi ditujukan kepada bantuan klien untuk menyadari alasan
timbulnya resistensi.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Menurut Freud, kesadaran hanya merupakan sebagian kecil saja darp pada
seluruh kehidupan psikis, Freud memisalkan psyche itu sebagai gunung es di
14
tengah lautan, yang ada diatas permukaan air laut itu menggambarkan
kesadaran, sedangkan dibawah permukaan air laut yang merupakan bagian
terbesar menggambarkan ketidaksadaran
2. Psikoanalisa pada hakikatnya merupakan sebuah teori kepribadian. Teori
kepribadian menurut Freud, menyangkut tiga hal yaitu struktur kepribadian,
dinamika kepribadian dan perkembangan kepribadian.
3. Secara sisitematis proses konseling yang dikemukakan dalam urutan fase-fase
konseling dapat diikuti sebagai berikut:
a. Membina hubungan konseling yang terjadi pada tahap awal konseling.
b. Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan
masalahnya, dan melakukan tranferensi.
c. Tilikan terhadap masa lalu klien terutama pada masa anak-anak.
d. Pengembangan resistensi untuk pemahaman diri.
e. Pengembangan hubungan transferensi klien dengan konselor.
f. Melanjiutkan lagi hal-hal yang resistensi.
g. Menutup wawancara konseling.
4. Ada lima teknik dasar dalam teori psikoanalisa yaitu: asosiasi bebas,
interpretasi, analisis mimpi, analisis resistensi dan analisis transferensi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Marhumy, Nurrohman Ibnusuny. “Pendekatan Psikoanalisis Dalam
Konseling” ibnusuny.blogspot.com, 19 Juni 2010
15
http://ibnusuny.blogspot.com/2010/06/pendekatan-psikoanalisis-dalam.html
diakses 18 April 2014
Antoso, Muhammad. “Konseling dengan Pendekatan Psikoanalisis”
antoekpsikologi.blogspot.com, 28 April 2014
http://antoekpsikologi.blogspot.com/2013/04/konseling-dengan-pendekatan.html
diakses 18 April 2014
Mulyani, Dwi Amalia. “Makalah Psikoanalisa”
dwiamaliamulyani.blogspot.com, 16 Mei 2013
http://dwiamaliamulyani.blogspot.com/2013/05/makalah-psikoanalisa.html
diakses 18 April 2014
16