makalah rekayasa sosial.doc
TRANSCRIPT
![Page 1: MAKALAH REKAYASA SOSIAL.doc](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100209/548ee57ab4795969178b49fc/html5/thumbnails/1.jpg)
REKAYASA SOSIAL: PROSES PEMIKIRAN STRATEGIS
KAMMI MENGUBAH INDONESIA1
Oleh: Inggar Saputra2
“Dakwah kita saat ini sangat membutuhkan kehadiran kelompok pemikir
strategis. Generasi ‘ideolog’ telah melakukan tugas mereka dengan baik. Mereka telah
membangun basis pemikiran yang kokoh bagi kebangkitan Islam di seluruh dunia. Kini
tiba saatnya peran mereka dilanjutkan oleh generasi baru, generasi pemikir strategi
yang bertugas menyusun langkah-langkah strategis untuk mencapai cita-cita dakwah.3
Perubahan dalam kehidupan sebuah masyarakat adalah sebuah keniscayaan,
sebab tanpa perubahan, manusia mengalami kegagalan menjalankan sunnatullah
kehidupan. Dengan perubahan, manusia sedang belajar menggerakkan diri agar tidak
terjebak dalam kehidupan statis. Perubahan juga mengajarkan sebuah filosofi
kehidupan, kadang manusia berada pada lapisan elite, kadang pula manusia harus
berada di struktural terbawah. Ketika itu terjadi, perubahan sesungguhnya sedang
memainkan peranan dan menguji ketangguhan mentalitas para pelaku yang berproses
menjalani perubahan.
Dalam usaha melakukan perubahan di masyarakat tentu tidak terlepaskan dari
persoalan, tantangan dan solusi. Beberapa persoalan mendasar umumnya terjadi akibat
perkembangan teknologi, perubahan sosial dan pengaruh sistem ideologi. Dalam
konteks sebuah negara, itu semua akan menentukan perubahan dalam berfikir dan
bertindak. Kondisi itu menyebabkan, setiap masyarakat melahirkan tindakan yang
berbeda dalam mengantisipasi dan menjawab tuntutan perubahan zaman. Maka, ketika
perubahan sosial tidak terkendali (das sollen), masyarakat tidak akan sesuai dengan
kenyataan (das sein) sehingga menimbulkan masalah sosial. 1 Disampaikan dalam Daurah Marhalah II PD KAMMI Pekalongan, 19 April 2012
2 Kepala Departemen Humas PP KAMMI 2011-2013. Dapat dihubungi melalui nomor handphone 085781614946
3 Matta, Anis, Menikmati Demokrasi, Jakarta, Pustaka Saksi, 2002
![Page 2: MAKALAH REKAYASA SOSIAL.doc](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100209/548ee57ab4795969178b49fc/html5/thumbnails/2.jpg)
Adanya berbagai perubahan sosial sesungguhnya tidak terlepas proses rekayasa
sosial yang disebabkan dua problem sosial yakni bertaraf individu dan bertaraf sosial.
Dalam konteks individu, problem dimunculkan dari individual qualities (kualitas
individu). Seorang yang ditolak lingkungan karena sifatnya yang introvert (menutup
diri) akan berujung pada kemalasan dan lemahnya pandangan dirinya dalam kehidupan
bermasyarakat. Sedangkan konteks sosial berasal dari faktor dan lingkungan sosial.
Philip Kotler menyebutkan problem sosial adalah kondisi tertentu dalam masyarakat
yang dianggap tidak enak atau menganggu sebagian anggota masyarakat dan dapat
dikurangi atau dihilangkan melalui upaya bersama (kolektif).
Dalam pandangan Philip Kotler terdapat empat unsur dalam melakukan rekayasa
sosial yakni tujuan sosial dimana pelaku perubahan dipercaya dapat memberikan
jawaban pada problem sosial, pelaku perubahan yaitu organisasi yang memiliki misi
memajukan sebab sosial, sasaran perubahan yang meliputi individu, kelompok ataupun
lembaga yang ditunjuk sebagai sasaran upaya perubahan, media menyampaikan
pengaruh sehingga keinginan pelaku perubahan dapat mencapai sasaran perubahan dan
strategi yang merupakan teknik aktor rekayasa sosial untuk menimbulkan dampak pada
sasaran perubahan4.
Dalam upaya melakukan rekayasa sosial jelas membutuhkan aktor rekayasa
sosial yang terbagi menjadi dua kelompok besar yakni pemimpin (leader) dan
pendukung (supporters). Para pemimpin adalah penggerak, pengatur adminisrasi sebuah
gerakan, mempengaruhi kalangan elit dalam mengambil sebuah kebijakan, memberikan
motivasi terus menerus sehingga masyarakat terus bergerak dan memberikan bantuan
fasilitas (sumber daya, dana dan fasilitas lainnya). Sedangkan kelompok pengikut
berperan sebagai pekerja dan simpatisan di lapangan.
Jadi rekayasa sosial dapat dimaknai sebagai campur tangan gerakan ilmiah dari
visi ideal tertentu yang ditujukan untuk mempengaruhi perubahan sosial. Rekayasa
sosial merupakan sebuah jalan mencapai sebuah perubahan sosial secara terencana.
4 http://mohammad-alfadholi.blogspot.com/p/mind-stream.html diunduh pada 12 April 2013
![Page 3: MAKALAH REKAYASA SOSIAL.doc](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100209/548ee57ab4795969178b49fc/html5/thumbnails/3.jpg)
Gerakan ilmiah yang dimaksudkan adalah sebuah gagasan atas perubahan tingkat/taraf
kehidupan masyarakat demi tercapainya kesejahteraan dan kemandirian.
Dr Jalaludin Rakhmat menilai sebuah rekayasa sosial terjadi akibat beberapa
kesalahan pemikiran manusia dalam memperlakukan masalah sosial (intellectual cul-de-
sac/kebuntuan berpikir). Beberapa bentuk kesalahan pemikiran lainnya adalah
permasalahan sosial yang sering dikaitkan dengan mitos yang bersifat luas atau abstrak,
fallacy of dramatic instance (kecenderungan untuk melakukan over generalisasi),
fallacy of Retrospektif Determinisme (kecenderungan yang menganggap bahwa masalah
sosial yang terjadi sebagai sesuatu yang secara historis memang selalu ada, tidak bisa
dihindari, dan merupakan akibat dari sejarah yang cukup panjang) dan argumentum ad
populum (kecenderungan untuk menganggap bahwa pendapat kebanyakan masyarakat
sebagai kebenaran) dan lainnya. Meminjam perkataan Mannheim, mitos bersifat
subjektif dan irasional-mistifikatif sehingga mengacaukan kehidupan masyarakat.
Dalam menjawab kesalahan berfikir itu, masyarakat membutuhkan rekayasa sosial
sehingga dapat memandang segala sesuatu secara konkrit dan rasional. Untuk itu,
rekayasa sosial diharapkan mampu mendobrak dan merombak kesalahan berfikir
masyarakat sehingga menghasilkan perubahan.5
Rekayasa sosial sebagai intervensi dan seni memanipulasi perubahan untuk
menghasilkan perubahan sosial pada umumnya sering ditampilkan dengan citra negatif.
Padahal sejatinya, rekayasa sosial bersifat netral dimana proses rekayasa sosial berusaha
mendesain suatu perubahan sosial sehingga menghasilkan efek ledakan yang besar
sehingga perubahan yang berkembang dapat diarahkan dan diantisipasi. Dalam konteks
Indonesia terjadinya reformasi 1998 misalnya banyak pihak memandang kerusuhan
pada Reformasi Mei 1998 yang berujung kejatuhan Presiden Soeharto sebagai fakta
historis yang meninggalkan tragedi berdarah secara berkepanjangan. Padahal sejatinya,
upaya aktor rekayasa sosial pada masa itu berhasil menggeser kekuatan rezim yang
diperkuat mitos sebagai Presiden terlama sehingga sulit dijatuhkan. Tapi akhirnya
5 http://politik.kompasiana.com/2012/01/30/rekayasa-sosial-431202.html diunduh pada 12 April 2013
![Page 4: MAKALAH REKAYASA SOSIAL.doc](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100209/548ee57ab4795969178b49fc/html5/thumbnails/4.jpg)
perjuangan rakyat, mahasiswa dan kelompok sipil lainnya berhasil menumbangkan
penguasa dan rezim otoriterian tersebut.
Aktor rekayasa sosial tidak lahir sendiri, melainkan mendapatkan tiga intervensi
penting yakni ide yang berpengaruh luas kepada masyarakat sebagai para
pendukungnya. Selain ide, aktor rekayasa sosial membutuhkan kemunculan tokoh atau
pahlawan besar yang dapat menarik masyarakat untuk mengikuti perintahnya sehingga
menghasilkan gerakan yang mampu mengubah masyarakat. Selain itu, aktor rekayasa
sosial juga membutuhkan “kendaraan” untuk menciptakan ledakan yakni sebuah
gerakan sosial yang diprakarsasi komunitas atau institusi kemasyarakatan seperti ormas,
LM/NGO, OKP dan lain sebagainya.
Bentuk dan Teori Perubahan Sosial
Dalam rekayasa sosial, ada empat konsep fundamental yakni evolusi, revolusi,
reformasi dan metamorfosis sosial. Pertama, evolusi adalah bentuk perubahan yang
memakan waktu lama, cenderung bergerak pada lingkaran elite dan hanya sedikit sekali
mengakomodasikan input dari masyarakat bawah yang muncul ke permukaan sebagai
reaksi atas berbagai kebijakan elit penguasa. Dampak evolusi adalah munculnya rezim
penguasa yang diktator dengan mengutamakan konsep “aman atau tidaknya” sebuah
perubahan sosial untuk kekuasaan yang sedang dipegangnya.
Dalam konteks historis, kemunculan evolusi tidak terlepaskan dari pengaruh
Charle Darwin (1809-1882) yang berpendapat evolusi berawal dari jutaan tahun yang
llau dimana manusia memiliki kesamaan dengan kera sehingga menghasilakn
pandangan Darwinisme sosial yang dipopulerkan Herbert Spencer. Spencer menilai,
manusia adalah organisme yang mengalami perubahan baik fisik maupun kondisi sosial
masyarakat yang berlangsung secara lama dan dipengaruhi kekuatan yang tak dapat
diubah serta adanya konflik dalam masyarakat sehingga terjadi kemajuan sosial.
Perubahan evolusi merupakan proses perubahan sosial yang berlangsung lama dan
tidak terencana. Perubahan ini mengikuti kondisi perkembangan masyarakat, yaitu
sejalan dengan usaha masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Dalam kondisi kekinian, perubahan sosial model evolusi kurang populer di Dunia
![Page 5: MAKALAH REKAYASA SOSIAL.doc](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100209/548ee57ab4795969178b49fc/html5/thumbnails/5.jpg)
Ketiga (the Third World), yang mayoritas muslim mengingat perubahan politiknya
secara umum masih cukup eksplosif. Dunia ketiga tidak membutuhkan tokoh
kharismatik sebab penguasa mengendalikan semua kebijakan sehingga terkadang
memunculkan bias kepentingan dalam merumuskan persoalan dan menghasilkan sebuah
kebijakan yang berlaku untuk masyarakat luas. Figur di luar lingkaran kekuasaan hanya
memberikan respons minimal sebatas masukan atau paling maksimal, pressure
(tekanan), itupun jika ada kebebasan.
Kedua, revolusi yang cukup populer pada abad ke-14 ketika Nicholas Copernicus
menunjukkan gerakan berputar benda-benda langit. Namun seiring perjalanan waktu,
revolusi dinilai sebagai langkah membentuk masyarakat baru dan bentuk perubahan
sosial yang mengakar ke lapisan bawah, sporadis dan cenderung memiliki banyak
resiko. Revolusi berlangsung cepat dan menghasilkan perubahan yang tak menyisakan
tempat untuk periode sebelumnya.
Dalam revolusi, Sztompka (dalam Rakhmat, J.1999) menjelaskan lima ciri
revolusi yaitu (1) revolusi menghasilkan perubahan dengan skala paling luas dan
menyentuh seluruh dimensi kehidupan masyarakat. (2) perubahan pada revolusi bersifat
radikal, fundamental, dan mengakar pada inti permasalahan. (3) perubahan terjadi
dengan sangat cepat. (4) revolusi menunjukkan perubahan yang paling nyata; karena itu
paling dikenang. (5) revolusi menimbulkan reaksi emosional dan intelektual yang besar
dari seluruh pihak.
Revolusi cukup populer di seluruh dunia, seperti revolusi industri di Inggris
(1750), revolusi Perancis (1789), revolusi komunis di Rusia (1917), revolusi Meksiko
(1919), revolusi islam di Iran (1979) dan lain sebagainya. Revolusi yang banyak terjadi
di negara tersebut menghasilkan perubahan besar, bersimbah darah dan menampilkan
adegan kekerasan dalam menghancurkan status quo. Selain itu revolusi, ambil contoh
Revolusi industri di Inggris pada tahun 1750-1850 menghasilkan perubahan besar-
besaran dalam bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi
serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di
dunia. Namun, revolusi Inggris juga menghasilkan imperialisme modern sebagai tesis
dan gerakan sosialis sebagai antitesisnya sehingga berujung penindasan terhadap negara
![Page 6: MAKALAH REKAYASA SOSIAL.doc](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100209/548ee57ab4795969178b49fc/html5/thumbnails/6.jpg)
miskin dan berkembang, perusakan sumber daya alam dan perusakan di semua sektor
kehidupan manusia.
Merespons itu, revolusi dapat dikatakan sebagai konsep perubahan yang gagal
menjawab kebutuhan perubahan sosial di masyarakat. Ini membuat masyarakat menilai
revolusi dalam sudut pandang negatif yakni (1) revolusi tidak menjanjikan kemajuan
tetapi krisis, (2) revolusi tidak menegakkan keadilan dan kemakmuran tetapi justru
melahirkan ketidakadilan, penindasan, kesengsraan yang berkepanjangan, (3) revolusi
menghilangkan seorang tiran dan menggantikannya dengan ribuan tiran. Hal ini telah
menunjukkan bahwa revolusi bukan perubahan yang menawarkan pemecahan masalah
yang tuntas dan kompleks, namun perubahan yang menghasilkan maslah baru dan
memiliki efek yang luas dan berkepanjangan.
Ketiga, reformasi yang diartikan KBBI sebagai perubahan secara drastis untuk
perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dl suatu masyarakat atau negara.
Reformasi menghendaki perubahan sosial secara signifikan dan parsial untuk mengubah
kondisi masyarakat yang dipandang tidak baik, sehingga memberikan efek pada situasi
yang lain secara utuh. Proses reformasi berjalan tidak terlalu cepat dan tidak lambat
sebab reformasi sejatinya jalan tengah antara model evolusi dan revolusi.
Reformasi sendiri pernah terjadi di beberapa negara seperti Renaissance di Jerman
yang dipelopori pemikiran Martin Luther King mengenai penyimpangan ajaran
Kristiani, Korea Selatan dengan Up-rising in Kwangju tahun 1986, tragedi Tiananmen
di Cina pada tahun 1989, dan penggulingan Soeharto di Indonesia tahun 1998.
Reformasi sendiri dilakukan ketika terjadi sebuah pemerintahan yang dinilai berlaku
korup dan manipulatif, sehingga diperlukan langkah politik dari rakyat untuk
melakukan perbaikan. Misalnya kasus reformasi di Indonesia tahun 1998 yang
merupakan sebuah ledakan kejenuhan atas ketidaknyamanana adanya KKN terstruktur
yang dilakukan Soeharto dan kroni-kroninya sehingga dibutuhkan reformasi struktur
pemerintah untuk melumpuhkan hegemoni rezim Orde Baru.
Keempat, metamorfosis sosial atau sosial morfosa. Dalam aspek ilmu sosial,
metamorfosis sosial atau sosial morfosa adalah sebuah gagasan perubahan sosial
masyarakat kearah yang lebih baik, di mana berhubungan erat dengan bentuk
![Page 7: MAKALAH REKAYASA SOSIAL.doc](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100209/548ee57ab4795969178b49fc/html5/thumbnails/7.jpg)
masyarakat, pola masyarakat, kondisi masyarakat, sistem masyarakat dan peran
masyarakat. 6
Dalam konteks gerakan mahasiswa khususnya, proses morfosa sosial dapat
mengacu kepada pandangan Arbi Sanit mengenai dua peran pokok yang selalu tampil
mewarnai setiap aktivitas gerakan mahasiswa. Pertama, sebagai kekuatan korektif
terhadap penyimpangan yang terjadi. Kedua, sebagai penerus kesadaran masyarakat
luas akan problema yang terjadi sehingga ia senantiasa melahirkan berbagai alternatif
pemecahan.7
Dalam konteks korektif, KAMMI dituntut mampu meramu gagasan dan
merumuskan peran strategisnya untuk menyikapi perkembangan kondisi kebangsaan.
Adanya kasus Century yang menelan anggaran Rp 6,7 triliun menuntut penyelesaian
dalam waktu cepat namun tetap terencana serta melalui proses pemikiran gerakan yang
matang. Demonstrasi sebagai penekan kebijakan maupun gerakan struktural melalui
parlemen, penegak hukum dan pemerintah harus dijalankan. Ketika sekarang akhirnya
Boediono berada di ujung tanduk, maka itu tidak dapat dilepaskan dari proses morfosa
sosial.
Sedangkan dalam konteks kesadaran masyarakat, Gerakan KAMMI Mengajar di
Jogjakarta dapat dijadikan model studi kasusnya. Melalui semangat mengajarkan anak
korban letusan Gunung Merapi, KAMMI sedang membentuk citra sebagai lapisan
intelegensia yang mampu menawarkan perubahan di tengah persoalan bencana alam.
Dalam kasus lain, proses morfosa sosial terdapat pada KAMMI Reaksi Cepat yang
memproses bangunan sosial kemanusiaan KAMMI dengan memanfaatkan momentum
tsunami di Aceh, Sumatra Barat dan daerah lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
6 http://muslimkad.blogspot.com/2012/12/makalah-dm-ii-dauroh-marhalah-rekayasa.html diunduh pada 11 April 2013
7 Sanit, Arbi, Pergolakan Melawan Kekuasaan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1999
![Page 8: MAKALAH REKAYASA SOSIAL.doc](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100209/548ee57ab4795969178b49fc/html5/thumbnails/8.jpg)
Cipto, Dedi Anugrah, Makalah Rekayasa Sosial, Pogram Sarjana Sistem Informasi
Universitas Guna Darma, Jakarta, 15 Januari 2013
Matta, Anis. 2002, Menikmati Demokrasi, Jakarta, Pustaka Saksi.
Helmi Umam, dalam makalah “Merubah Arah Pergerakan Sosial” Filsafat Umum AF
Ushuluddin IAIN Sunan Ampel
Rakhmat, J. 1999, Rekayasa Sosial. Bandung: Rosda.
Sanit, Arbi. 1999, Pergolakan Melawan Kekuasaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Anonim, “Makalah DM II Rekayasa Sosial” dalam
http://muslimkad.blogspot.com/2012/12/makalah-dm-ii-dauroh-marhalah-rekayasa.html
Diakses pada 12 April 2013
Alfadholi, Muhammad “Sosial Politik” dalam http://mohammad-
alfadholi.blogspot.com/p/mind-stream.html Diakses pada 12 April 2013
Dahl, William “Rekayasa Sosial” dalam
http://politik.kompasiana.com/2012/01/30/rekayasa-sosial-431202.html Diakses pada
12 April 2013