makalah satli

23
Makalah Satwa Liar dan Hewan Aquatik Penyakit MAS pada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila Kelas 2012 A Oleh: Nisa Tazkiyah (125130100111010) 1

Upload: nisa-tazkiyah

Post on 24-Nov-2015

60 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Makalah tentang salah satu penyakit pada hewan akuatik yakni ikan lele..Beserta penanganannya.

TRANSCRIPT

Makalah Satwa Liar dan Hewan AquatikPenyakit MAS pada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

Kelas 2012 A

Oleh:Nisa Tazkiyah(125130100111010)

PROGRAM KEDOKTERAN HEWANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2014KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Penyakit MAS pada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila dalam rangka memenuhi tugas pengganti Ujian Tengah Semester (UTS) mata kuliah Satwa Liar dan Hewan Aquatik dengan dosen pengampu Dr. Uun Yanuhar, S.Pi., M.Si Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya 2014.Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari teman-teman mahasiswa seangkatan tahun 2012 dan orang tua yang selalu memberikan dukungan moral pada penulis.Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Seperti pepatah tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini. Serta penulia berharap agar makalah ini dapat bermanfaat di masyarakat.

Malang, 21 April 2014

Penulis

DAFTAR ISI

HALHALAMAN JUDUL....................................................................................1KATA PENGANTAR 2DAFTAR ISI3BAB I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang41.2. Rumusan Masalah 41.3. Tujuan 5BAB II. PEMBAHASAN2.1. Anatomi Ikan Lele Dumbo62.2. Bakteri Aeromonas hydrophila 7BAB II. PEMBAHASAN3.1. Gejala Klinis83.2. Gambaran Histopatologi 93.3. Gambaran Patologi ...................113.4. Identifikasi Bakteri ...................113.5. Pengamatan Organ Dalam 123.6. Pencegahan dan Pengobatan 133.7. Parameter Kualitas Air ...................13BAB III. PENUTUP3.1. Kesimpulan 153.2. Saran 15DAFTAR PUSTAKA16

BAB I.PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangIkan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu jenis ikan unggulan budidaya ikan air tawar. Budidaya ikan lele dumbo berkembang pesat dikarenakan ikan lele mempunyai beberapa kelebihan, yaitu dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, mempunyai pertumbuhan yang cepat, teknologi budidaya mudah dikuasai oleh masyarakat, pemasarannya mudah dan modal usaha yang dibutuhkan rendah serta mempunyai nilai ekonomis yang tinggi (Wahjuningrum et al., 2010). Kelautan Perikanan menargetkan produksi ikan lele meningkat dari 495 ribu ton pada tahun 2012 menjadi 900 ribu ton pada tahun 2014, atau kenaikan total sebanyak 450% (rata-rata 35% per tahun). Hal ini mengakibatkan pemeliharaan ikan lele dikembangkan secara intensif (Wahjuningrum et al., 2013).Peningkatan produksi ikan lele secara intensif seringkali mengalami resiko, salah satunya adalah timbulnya penyakit. Timbulnya penyakit dapat terjadi karena kepadatan ikan tinggi saat pemeliharaan, transportasi benih, penanganan, dan kualitas air yang buruk. Ikan lele dumbo mudah terserang penyakit akibat infeksi bakteri Aeromonas hydrophila yang biasa dikenal dengan penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS) atau penyakit bercak merah. Bakteri A. hydrophila merupakan mikroorganisme akuatik yang berada di perairan laut maupun perairan tawar, dalam kondisi stres bakteri tersebut menjadi patogen dan bersifat patogen oportunistik pada penyakit MAS pada ikan. Bakteri ini sangat mempengaruhi udaha budidaya ikan air tawar dan seringkali menimbulkan wabah penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi (80-100%) dalam kurun waktu yang singkat (1-2 minggu) (Asniatih et al., 2013). Penyakit MAS pada ikan lele dumbo yang disebabkan infeksi bakteri dengan tingkat kematian yang tinggi ini akan dibahas lanjut di dalam makalah ini.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, antara laina) Apakah gejala klinis penyakit MAS pada ikan lele dumbo?b) Bagaimana gambaran patologi pada organ dalam ikan lele dumbo yang terinfeksi bakteri A. hydrophila?c) Bagaimana gambaran histopatologi organ dalam ikan lele dumbo yang terinfeksi bakteri A. hydrophila?d) Bagaimana cara mengidentifikasi bakteri Aeromonas hydrophila?e) Bagaimana pengamatan organ dalam ikan lele dumbo yang sehat dan yang terindikasi penyakit MAS?f) Bagaimana pencegahan dan pengobatan penyakit MAS pada ikan lele dumbo?g) Bagaimana parameter kualitas air yang baik untuk budidaya ikan lele dumbo?

1.3 TujuanTujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini sesuai dengan rumusan masalah diatas, adalah sebagai berikut:a) Mengenali gejala klinis penyakit MAS pada ikan lele dumbo.b) Mengetahui gambaran patologi pada organ dalam ikan lele dumbo yang terinfeksi bakteri A. hydrophila.c) Mengetahui gambaran histopatologi organ dalam ikan lele dumbo yang terinfeksi bakteri A. hydrophila.d) Mengetahui dan mempelajari cara mengidentifikasi bakteri Aeromonas hydrophila untuk pengamatan penyakit MAS pada ikan lele dumbo.e) Memahami perbedaan pada organ dalam ikan lele dumbo yang sehat dengan yang terindikasi penyakit MAS.f) Mengetahui cara pencegahan dan pengobatan penyakit MAS pada ikan lele dumbo.g) Mengetahui dan memahami parameter kualitas air yang baik untuk budidaya ikan lele dumbo.

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1Anatomi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus Burchell) berasal dari Benua Afrika dan pertama kali didatangkan ke Indonesia pada tahun 1984. Jenis ikan lele ini termasuk hibrida dan pertumbuhan badannya cukup spektakuler baik panjang tubuh maupun beratnya. Dibanding kerabat dekatnya ikan lele lokal (Clarias batrachus), lele dumbo memiliki pertumbuhan empat kali lebih cepat. Adapun klasifikasi taksonomi ikan lele dumbo sebagai berikut:Kingdom: AnimaliaFilum: ChordataKelas: PiscesOrdo: Ostariophysi Famili: ClaridaeGenus: ClariasSpesies: Clarias gariepinus Burchell

Gambar 1. Lele dumbo dan bagian-bagiannyaMorfologi lele dumbo memiliki patil yang tidak tajam dan geriginya tumpul. Sungut lele dumbo relatif lebih panjang dan tampak lebih kuat daripada lele lokal. Kulit badannya terdapat bercak-bercak kelabu seperti jamur kulit manusia (panu). Kepala dan punggungnya berwarna gelap kehitam-hitaman atau kecoklat-coklatan. Lele dumbo memiliki sifat tenang dan tidak mudah berontak saat disentuh atau dipegang. Penampilannya kalem dan tidak banyak bergerak. Lele dumbo suka meloncat bila merasa tidak aman. Lele dumbo juga mudah beradaptasi dengan lingkungan yang tergenang air (Puspowardoyo dan Djarijah, 2002).

2.2Bakteri Aeromonas hydrophilaAeromonas hydrophila merupakan bakteri berbentuk batang, bersifat motil karena mempunyai satu flagel (monotrichous flagella) yang keluar dari salah satu kutubnya, berukuran 1-4 x 0,4-1 mikron, fakultatif aerobik, dan tidak berspora. Bakteri ini umumnya hidup di air tawar yang mengandung bahan organik yang tinggi dan senang hidup di lingkungan bersuhu 15-30 oC dan pH berkisar antara 5,5-9. Bakteri ini menyebabkan penyakit yang dikenal dengan Motile Aeromonas Septicemia (MAS), hemprrhagic Septicemia, penyakit ulcer atau Red-Sore Disease (Yudhie, 2009). Berikut ini adalah klasifikasi taksonomi A. hydrophila:Bangsa: BacteriaKingdom: ProteobacteriaFilum: GammaproteobacteriaKelas: AeromonadalesGenus: AeromonasSpesies: Aeromonas hydrophila

Gambar 2. Bakteri Aeromonas hydrophila

BAB III.PEMBAHASAN

3.1Gejala KlinisPenyakit MAS (Motil Aeromonas Septicemia) pada ikan lele dumbo yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila memperlihatkan gejala klinis umumnya sebagai berikut: Timbulnya hiperemia (tanda kemerahan) pada sungut dan sirip serta permukaan kulit Berenang tidak beraturan Ikan lele sering berada di permukaan karena sesak nafas Terdapat lesi eksternal pada beberapa organ seperti ekor, punggung, perut, atau pada bagian kepala Bagian mata mengalami exopthalmia (organ mata yang menonjol)(Mahardika, 2012).Gejala klinis penyakit MAS dapat dibagi menjadi dua, yakni secara internal dan eksternal. Gambar dibawah ini merupakan hasil pengamatan Asniatih et al. (2013):

Gambar 3.Gejala klinis morfologi organ eksternal ikan lele dumbo dumbo (C. gariepinus) pasca infeksi A. hydrophila. Keterangan: 2.A; Ikan lele dumbo sebelum penyuntikkan bakteri A. hydrophila 2.B; Ikan lele dumbo pada hari ke-4 pasca infeksi bakteri A. hydrophila, BM (Bercak Merah) dan E (Exopthalmia) atau mata menonjol keluar 2.C; Ikan lele dumbo (C. gariepinus) pada hari ke-4 pasca infeksi A. hydrophila, BM (Bercak Merah) dan L (Lesi) 2.D; Ikan lele dumbo (C. gariepinus) pada hari ke-5, PK (Pucat Kemerahan).Gambar 4.Gejala klinis morfologi organ internal ikan lele dumbo dumbo (C. gariepinus) pasca infeksi A. hydrophila. Keterangan: A. Ikan lele dumbo sebelum penyuntikkan bakteri A. hydrophila, M (Merah), B. Ikan lele dumbo pada organ internal pada hari ke-5 pasca infeksi A. hydrophila M (Merah), P (Pink/pucat), MK (Merah Kehitaman). C. Insang ikan lele dumbo pasca infeksi A. hydrophila pada hari ke-5 berwarna pink (pucat).3.2Gambaran HistopatologiGambaran histopatologi dibawah ini merupakan hasil pengamatan Asniatih et al. (2013) dengan menginjeksikan bakteri Aeromonas hydrophila ke dalam tubuh ikan lele dumbo secara intramuskular.a) Insang

Gambar 5. Patologi arcus insang ikan lele dumbo dumbo (C. gariepinus) dengan pewarnaan H-E (A. Perbesaran 400x, B. Perbesaran 800x). A. Menunjukkan arcus insang dalam kondisi normal. B. Menunjukkan kondisi arcus insang pasca infeksi A.hydrophila yakni terjadi perubahan patologi berupa hemoragi (pendarahan yang disebabkan keluarnya darah dari dinding vaskula karena kerusakan dinding vaskular) yang terjadi pada jaringan konektif dan jaringan otot pada arcus insang.

b) Ginjal

Gambar 6. Patologi ginjal ikan lele dumbo dumbo (C. gariepinus) dengan pewarnaan H-E (Perbesaran 400x). A. Menunjukkan ginjal ikan lele dumbo (C. gariepinus) dalam keadaan normal, Tubulus distal (T) dan Jaringan Hematopoetik (JH) dalam kondisi normal. B. Menunjukkan ginjal ikan lele dumbo pasca infeksi A. hydrophila pada hari ke-5 yakni, pada bagian tubulus distal (T) dan jaringan hematopoetik (JH), terjadi perubahan patologi berupa artropi (A), yaitu ketidaknormalan jumlah dan volume sel atau penyusutan sel, serta tubulus distal mengalami kerusakan atau degenerasi hialin.

c) Hati

Gambar 7. A menunjukkan organ hati ikan lele dumbo dalam keadaan normal, H (Hepatopankreas) tampak jelas. Gambar 7. B, menunjukkan organ hati ikan lele dumbo pasca infeksi A. Hydrophila, hepatokankreas mengalami kerusakan dalam bentuk perubahan patologi berupa Nekrosis (N) yaitu kematian sel jaringan, Hemoragi (H) yaitu keluarnya darah dari kardio vaskuler dan juga Edema (E) yaitu degenarasi vakuola.

3.3Gambaran PatologiBerdasarkan hasil pengamatan histopatologi diatas pada organ insang ikan lele dumbo pasca infeksi terjadi perubahan patologi pada arcus insang berupa hemoragi (keluarnya darah dari kardio vaskular). Hemoragi terjadi disebabkan kerusakan dinding vaskula akibat trauma, atau meningkatnya porositas oleh infeksi bakteri, virus atau toksin. Pada organ ginjal ikan lele dumbo terjadi perubahan patologi berupa degenerasi hialin pada tubulus distal dan atropi pada jaringan hematopoetik. Atropi merupakan penyusutan sel-sel hematopoetik akibat kelaparan atau malnutrisi (penyebab paling umum), kekurangan persediaan darah yang cukup atau infeksi kronis. Sedangkan pada organ hati terjadi perubahan patolohi berupa berupa adanya degenerasi atau kerusakan pada hepatopankreas yakni inti sel dan sitoplasma sudah tidak tampak lagi. Hal ini terjadi karena hati mengalami nekrosis yang diselingi dengan hemoragi dan edema. Penyebab eema terjadi karena meningkatnya tekanan hidrostatik intra vaskula sehingga menimbulkan perembesan cairan plasma darah keluar dan masuk ke dalam ruang intestinum (Asniatih et al., 2013).

3.4Identifikasi Bakteri Aeromonas hydrophilaMenurut Asniatih et al. (2013), identifikasi bakteri dapat dilakukan melalui uji fisiologis pada media selektif A. hydrophila yaitu media RS (Rimler shotts) dan uji pewarnaan gram seperti pada tabel di bawah ini.Tabel 1. Hasil uji pewarnaan gram dan ui fisiologis bakteri A. hydrophila pasca infeksi pada ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)No.UjiMediaHasilReferensi

1.Warna koloniRimler-shotts (RS)KuningBSNI, 2006

2.Pewarnaan gramNegatif, batang pendekBSNI, 2006

Gambar 8. Identifikasi bakteri pada ikan lele dumbo pasca infeksi A. hydrophila. A-B Uji pada RS medium, dan C. Pewarnaan Gram

3.5Pengamatan Organ DalamMenurut Wahjuningrum et al. (2010), pengamatan organ dalam dilakukan bertujuan untuk mengetahui kelainan yang terjadi dengan cara membandingkan perubahan morfologi dan warna organ dalam ikan lele dumbo pada perlakuan pencegahan, pengobaran, dan kontrol negatif serta kontrol positif seperti pada tabel di bawah ini.Tabel 2. Pengamatan organ dalam ikan lele dumbo.OrganKontrol negatifDosis PencegahanDosis PengobatanKontrol Positif

GinjalMerah tua kecoklatanMerah tua kecoklatanMerah tuaMerah tua kehitaman

HatiMerahMerah tuaMerah sedikit pucat & membengkakMerah pucat & membengkak

EmpeduHijau kebiruanHijau kebiruanHijau kekuninganKuning

LimpaMerah tuaMerah tuaMerah kecoklatanMerah kecoklatan

Pada perlakuan kontrol negatif, organ dalam ikan tidak mengalami kelainan. Pada perlakuan pengobatan dan kontrol positif, terjadi kelainan organ dalam berupa pembengkakan, warna organ pucat dan berbeda, yaitu organ hati, limpa, ginjal dan empedu. Perubahan warna organ limpa pada perlakuan pengobatan dan kontrol positif disebabkan karena peningkatan jumlah pigmen dan hemosiderin pada limpa oleh aktivitas tiksin bakteri dalam menghancurkan sel-sel darah. Perubahan warna organ empedu pada perlakuan pengobatan dan kontrol positif menjadi berwarna kekuningan, disebabkan karena adanya gangguan pada organ hati, sehingga pembongkaran eritrosit menjadi hemin, Fe dan globin menjadi terhambat sehingga menyebabkan produksi hemin sebagai zat asal warna empeu menjadi menurun. Pada perlakuan kontro positifwarna ginjal merah tua kehitaman dikarenakan ginjal telah menyaring buangan sisa metabolisme dalam darah yang tercemar oleh toksin bakteri A. hydrophila. Organ hati menjadi pucat dan membengkak pada perlakuan kontrol pofitif dan perlakuan pengobatan diakibatkan A. hydrophila mengeluarkan toksin yang disebarkan ke seluruh tubuh melalui darah sehingga kerja hati menjadi terganggu.

3.6Pencegahan dan PengobatanTindakan pencegahan yang dapat dilakukan agar ikan lele dumbo dapat terhindar dari penyakit MAS akibat infeksi bakteri Aeromonas hydrophila ataupun penyakit lainnya menurut Mahardika (2012), antara lain: Pemberian pakan yang teratur Mengganti air kolam jika sudah keruh dan kotor Melakukan pemisahan antara ikan lele yang baik dengan yang kurang baik atau kurang sehat Kolam yang telah terinfeksi penyakit harus segera dilakukan pengeringanPengobatan yang umum dilakukan pada ikan lele dumbo yang terserang penyakit MAS akibat infeksi bakteri A. hydrophila menurut Angka (2005), sebagai berikut: Pemberian antibiotik Oksitetrasiklin (OTC) dengan dicampurkan ke dalam pakan dengan takaran 50 mg/kg pakan diberikan selama 7-10 hari Atau pemberian antibiotik Teramycine dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari selama 7-10 hari berturut-turut Atau bisa juga dengan pemberian antibiotik Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 304 hari Ditambahkan garam dapur dengan takaran 100-200 gr/m3 pada saat penggantian air kolam Cara yang terbaru dengan mencampurkan ekstrak bawang putih dan meniran kedalam pakan yang dapat meminimalkan residu antibiotik di dalam tubuh ikan

3.7Parameter Kualitas AirParameter kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya, meliputi suhu, oksigen terlarut (OD) dan derajat keasaman (pH). Kualitas air optimum untuk ikan lele dumbo menurut Bachtiar (2006) adalah suhu 25-30 oC, DO 6,5-12,5 mg/l, dan pH 6,5-8. Pertumbuhan ikan lele dumbo akan terhambat pada suhu kurang dari 20 oC dan diluar kisaran suhu tersebut dapat mengurangi nafsu makan ikan. Lalu, menurunnya oksigen terlarut dalam air dapat mengurangi nafsu makan ikan yang pada akhirnya menyebabkan pertumbuhan terganggu, serta menyebabkan ikan menjadi stres sehingga sistem imun menjadi menurun dan mudah masuk ke dalam tubuh ikan baik bakteri maupun parasit. Sedangka rendahnya pH dapat menyebabkan kerusakan pada kulit sehingga memudahkan infeksi oleh patogen.

BAB IV.PENUTUP

4.1KesimpulanDari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dapat menyebabkan penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia) yang ditandai dengan gejala klinis adanya tanda kemerahan (hiperemia) pada sungut, sirip serta permukaan kulit, lele dumbo berenang tidak beraturan dan selalu muncul di permukaan karena sesak nafas, munculnya lesi eksternal pada beberapa organ, dan pada bagian mata mengalami exopthalmia. Gambaran histopatologi dan patologi pada organ insang terjadi hemoragi, pada organ ginjal terjadi degenerasi hialin pada tubulus distal dan atropi pada jaringan hematopoetik, serta pada organ hati terjadi nekrosis sel berupa kerusakan hepatopankreas. Kemudian untuk mengidentifikasi bakteri dapat dilakukan dengan uji fisiologis ditanam pada media selektif RS yang hasilnya kuning dan uji pewarnaan gram hasilnya negatif dan batang pendek. Pada pengamatan organ dalam dapat dilihat perbedaan jelasnya di kontrol negatif dan kontrol positif. Pencegahan yang dilakukan adalah dengan mengganti rutin air kolam jika nampak keruh dan kotor, pemberian pakan teratur, pemisahan antara lele sehat dan lele sakit, serta pengeringan kolam segera yang terinfeksi. Pengobatan yang dilakukan dengan pemberian antibiotik yang dicampur di pakan, atau diberi taburan garam pada air kolam, serta cara terbaru dengan mencampur ekstrak bawang putih dan meniran ke dalam pakan. Yang terakhir adalah parameter kualitas air yang dijadikan pacuan aman atau tidaknya lingkungan ikan lele dumbo.

4.2SaranDari penjabaran makalah diatas, penulis dapat menyarankan kepada para peternak ikan lele untuk lebih memperhatikan lingkungan kolam pemeliharaan, cara pemberian pakan yang teratur, maupun kesehatan lele dumbo sehingga meningkatkan kualitas produksi ikan lele dumbo.

DAFTAR PUSTAKA

Angka, S.L. 2005. Kajian Penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS) pada Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.), Patologi, Pengobatan dan Pencegahannya dengan Fitofarmaka. Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Asniatih, Idris M., dan Sabilu K. 2013. Studi Histopatologi pada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Kendari. Jurnal Mina Laut Indonesia Vol. 3 No. 12, 13-21.Bachtiar, Y. 2006. Panduan Lengkap Budidaya Ikan Lele Dumbo. Erlangga: Jakarta. Hal 101.Badan Standarisasi Nasional. 2006. Metode Identifikasi Bakteri Aeromonas hydrophila Secara Biokomia. BSNI. Jakarta. 9 hal.Mahardika, Sutra. 2012. Penyakit yang Biasanya Muncul pada Ikan Lele. http://stoonerfish.blogspot.com/2012/12/berikut-adalah-sambungan-dari-posting.html . Diakses tanggal 19 April 2014, jam 22:10 WIB.Puspowardoyo H., dan Djarijah A.S. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Lele Dumbo Hemat Air. Kanisiud: Yogyakarta.Wahjuningrum D., Astrini R., dan Setiawati M. 2013. Pencegahan Infeksi Aeromonas hydrophila pada Benih Ikan Lele Clarias sp. yang Berumur 11 hari Menggunakan Bawang Putih Allium sativum dan Meniran Phyllanthus niruri. Bogor. Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 12 No.1, 94-104.Wahjuningrum D., Solikhah E.H., Budiardi T., dan Setiawati M. 2010. Pengendalian Infeksi Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) dengan Campuran Meniran (Phyllanthus niruri) dan Bawang Putih (Allium sativum) dalam Pakan. Bogor. Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 9 No. 2, 93-103. Yudhie. 2009. Aeromonas hydrophila. http://yudhiestar.blogspot.com/2009/10/aeromonas-hydrophyla_07.html. Diakses tanggal 20 April 2014, jam 16:53 WIB.

16