makalah sdh

27
MAKALAH SYCHRPNOUS DIGITAL HIERARCHY (SDH) Nama : Robbie Inzaghi Kelas : XII TT 2 SMK BINA PUTERA NUSANTARA

Upload: ivannet

Post on 26-Sep-2015

40 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

MAKALAH SMK SDH

TRANSCRIPT

MAKALAH SYCHRPNOUS DIGITAL HIERARCHY (SDH)

Nama : Robbie InzaghiKelas : XII TT 2

SMK BINA PUTERA NUSANTARAKOTA TASIKMALAYAJl. Liunggunung No. 261 Panyingkiran IndihiangTelp. (0265) 345790

KATA PENGATAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, Mei 2015

Penyusun

DAFTAR ISIHalamanKata Pengantar iDaftar Isi iiBAB I PENDAHULUAN 11.1. Definisi 11.2. Lata Belakang 2BAB II PEMABASAHAN 6 2.1. Evolusi 62.2. Keuntungan 10BAB III PENUTUP 213.1. Kesimpulan 213.2. Saran 21DAFTAR PUSTAKA

Syncronous Digital Hierarcy (SDH)

Mempunyai sejarah yang sangat panjang, sepanjang sejarah umat manusia itu sendiri. Tangis bayi karena lapar merupakan bentuk komunikasi yang paling dini dilakukan oleh manusia. Jadi, komunikasi sebenarnya sudah merupakan naluri yang tidak dapat dihalang-halangi, suatu kebutuhan yang mutlak diperlukan. Kebutuhan untuk saling bertukar informasi antara manusia sering kali dibatasi oleh jarak. Karena jarak menjadi rintangan sehingga manusia yang ingin bertukar berita tidak dapat berte* mu muka, atau suaranya tidak dapat mencapai telinga lawan bicaranya, lalu mereka mencari jalan untuk mengatasinya. Terjadilah apa yang disebut telekomunikasi.

Informasi dapat didefinisikan sebagai sesuat! yang berbentuk suara, gambar, tanda, atau lambani yang mempunyai makna. Sedangkan komunikasi merupakan proses penyampaian informasi. Dengan kata lain, komunikasi adalah penyampaian suara gambar, tanda, atau lambang yang mempunyai mahw na. Proses komunikasi jarak jauh disebut telekomunikasi, yang melibatkan jarak sebagai unsur. Pengertian yang sekarang biasa dipakai di dunia telekomunikasi adalah; semua bentuk transmisi, emisi, atau penerimaan da; tanda, sinyal, gambar, bunyi, atau pengetahuan dalam segala bentuk lewat kabel, radio, alat-alat optik, atau sistem elektromagnetik yang lain.Advertisement

Perkembangan telekomunikasi, yang dimulai ketika manusia menyadari bahwa jarak tidak boleh menjadi kendala dalam penyampaian informasi, tidak lepas dari perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, terutama ilmu listrik. Dengan demikian, tonggak-tonggak bersejarah yang patut dicatat bagi perkembangan telekomunikasi modern adalah penemuan alat telegrap modern oleh Samuel F.B. Morse (Ame -:a Serikat) pada tahun 1837 serta faksimili oleh Alexander Bain (Skotlandia) pada tahun 1843 yang kemudian disempurnakan oleh Ludovic dAr- lincourt (Perancis) pada tahun 1869. Menyusul kemudian penemuan telepon oleh Alexander Graham Bell (Amerika Serikat) pada tahun 1876, dan radio oleh Guglielmo Marconi (Italia) pada tahun 1895. Televisi dalam bentuk sederhana diciptakan oleh Paul Nipkow (Jerman) pada tahun 1883, yang kemudian dikembangkan oleh Charles Francis Jenkins (Amerika Serikat) pada tahun 1925 dan John Logie Baird (Skotlandia) yang berhasil menemukan televisi berwarna pada tahun 1926. Pada tahun 1902, Arthur Korn (Jerman) berhasil mengirimkan potret melalui kabel, dan lima tahun kemudian menjadikannya sebagai layanan komersial.

Integrasi Komputer-Komunikasi. Penemuan prinsip-prinsip komputer dan perkembangan teknologi serta pengetahuan di bidang elektronika melahirkan disiplin ilmu tersendiri, yakni ilmu informatika, yang mengubah segala-galanya. Kemampuan menyimpan data dan memecahkan masalah yang batasnya hampir tidak dapat dibayangkan oleh manusia menjadikan komputer sebagai alat yang memicu lompatan raksasa di bidang telekomunikasi. Satelit komunikasi yang dilengkapi alat-alat elektronik canggih bersama stasiun pengontrolnya yang tersebar di permukaan bumi sanggup mengatur jaringan telekomunikasi berupa telepon, teleks, telegrap, faksimili, data komputer, dan televisi. Keadaan ini makin menambah kemampuan manusia untuk saling bertukar informasi.

kecenderungan ke arah pengintegrasian komputer dengan komunikasi sehingga jasa layanan telekomunikasi pun mengalami integrasi, yakni dalam ISDN (sistem komunikasi digital yang terintegrasi), seperti yang sudah dilakukan oleh negara-negara Dunia Kesatu.

Dalam masyarakat abad ke-21, informasi akan menjadi komoditi strategis. Siapa yang menguasai informasi, ia akan mempunyai kekuatan dan kekuasaan. Produktivitas kerja, mutu produksi, interaksi dengan lingkungan, dan daya saing akan dapat ditingkatkan apabila orang memiliki dan mampu mengakses informasi yang akurat. Kehidupan masyarakat demikian cenderung untuk terdesentralisasi, karena memiliki berbagai kemampuan untuk melakukan komunikasi yang kian hari semakin multidimensional. Demikian pula otomatisasi di segala bidang, dari layanan telekomunikasi sampai ke kehidupan sehari- hari. yang menuntut kemudahan-kemudahan.

Telekomunikasi di Indonesia. Dunia pertelekomu- nikasian di Indonesia dirintis oleh pemerintah kolonial Belanda dalam rangka melestarikan sistem penjajahannya. Mereka mendirikan dinas pos, telegrap, dan telepon dengan nama PTT Dienst, singkatan Post, Telegraaf en Telefoon Dienst. Ketika Jepang menggulingkan kekuasaan Belanda di Indonesia, dinas ini tetap menggunakan singkatan nama yang sama. Empat puluh hari setelah pemuda Indonesia merebut kemerdekaan, kantor pusat PTT di Bandung diambil- alih oleh para pemuda yang semula adalah pegawai PTT. Sejak saat itu, PTT, singkatan Jawatan Pos, Telegrap dan Telepon, menjadi dinas milik pemerintah RI. Dalam perkembangan selanjutnya, dinas pos dari PTT melepaskan diri dan menjadi Perum Pos dan Giro. Sedangkan dinas telepon dan telegrap menjadi Perum Telekomunikasi, yang bertugas melayani segala macam layanan telekomunikasi di Indonesia secara nasional dan internasional.

Kebutuhan layanan telekomunikasi yang makin meningkat sejalan dengan laju pembangunan mendorong Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi melebarkan jaringan telekomunikasinya. Perusahaan telekomunikasi dari Amerika, International Telephone and Telegraph (ITT), menanamkan modalnya dalam suatu perusahaan patungan, PT Indosat (Indonesian Satellite Corporation), yang didirikan pada tanggal 10 November 1967. Tugas pertama perusahaan ini adalah membangun jaringan gelombang mikro Trans-Sumatra dan Indonesia Timur. Kemudian menyusul jaringan komunikasi radio tropo-scatter, yang menghubungkan Surabaya dan Banjarmasin.

Kegiatan PT Indosat makin luas, dan kemudian ditugaskan untuk mewakili Indonesia di organisasi telekomunikasi internasional Intelsat (International Telecommunications Satellite Organization). Keanggotaan Indonesia dalam Intelsat memberikan kemajuan baru di bidang telekomunikasi internasional, karena Indonesia mempunyai hak pakai atas satelit- satelit Intelsat yang melayani sebagian besar telekomunikasi internasional. Kepercayaan dunia internasional akan kemampuan putra-putra Indonesia untuk mengendalikan satelit terbukti ketika pada tahun 1969 didirikan stasiun pengendali satelit komunikasi milik Intelsat di Jatiluhur, Jawa Barat. Langkah ini memantapkan posisi Indonesia yang sudah menapakkan diri di jalur komunikasi satelit. Peluncuran satelit komunikasi pertama Indonesia, Palapa A-l, pada tahun 1976, menempatkan Indonesia pada kedudukan seba-gai negara ketiga setelah Amerika Serikat dan Kanada yang menggunakan sistem komunikasi satelit domestik.

Pada tahun 1989, seorang putra Indonesia, Jonathan L. Parapak, dipilih menjadi salah satu gubernur Intelsat. Kemampuan teknis para ahli telekomunikasi Indonesia semakin diakui setelah Stasiun Pengendali Jatiluhur diberi tanggung jawab mengendalikan jaringan telekomunikasi digital untuk Asia dan Eropa. Satelit Intelsat yang berada di atas Samudera Hindia langsung dikendalikan oleh stasiun Jatiluhur yang berfungsi sebagai time division multiple access (TDMA) reference monitoring station.

Kemudian dilakukan pembagian kerja antara Perum Telekomunikasi dan PT Indosat. Perumtel bertugas melayani semua sistem telekomunikasi nasional, sementara Indosat mengelola jaringan telekomunikasi internasional. Semua layanan telekomunikasi dalam negeri diselenggarakan oleh Perumtel. Tetapi pada saafseseorang memakai jasa telekomunikasi internasional, stasiun pusat Perumtel akan dihubungkan dengan Sentral Gerbang Internasional milik Indosat. Kemudian diteruskan melalui jaringan milik Indosat, baik lewat sarana satelit komunikasi (Palapa dan Intelsat) maupun jaringan kabel laut internasional.

Untuk melayani kebutuhan yang kian hari semakin bertambah besar di bidang pariwisata, pos, dan tele-komunikasi, Indosat membangun basis data bernama Sistem Informasi dan Manajemen Parpostel (Sim- parpostel) dan Sistem Informasi dan Manajemen Pariwisata Nasional (Simparnas). Pekerjaan yang lebih besar lagi adalah cita-cita menyatukan sistem informasi dan manajemen nasional (Simnas), yang melibatkan semua jajaran pemerintah dan badan-badan atau lembaga-lembaga yang mengelola negara. Mulai dari staf kepresidenan, departemen-departemen dan jajaran di bawahnya, pemerintah daerah, badan-badan tertinggi dan tinggi negara seperti MPR, DPR, dan DPRD, sampai kepada badan-badan non-pemerintah yang ada hubungannya dengan negara. Pada saat Sim. nas sudah berfungsi, seorang kepala desa di desa terpencil Irian Jaya, misalnya, diharapkan dapat dengan mudah membuat keputusan berdasarkan peraturan dan kebijaksanaan nasional, dan tidak lagi , 1a per, aturan yang tumpang-tindih atau bahkan bertentangan satu sama lain.

I. Definsi SDHSynchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki pemultiplekan yang berbasis pada transmisi sinkron dan mempunyai struktur transport yang didesain untuk mengangkut informasi dalam sebuah jaringan transmisi.. Definisi ini merupakan rekomendasi ITU-T G.707 Network Node Interface For The Synchronous Digital Hierarchy (SDH).

II. Latar Belakang munculnya SDHSebelum kemunculan SDH, standar transmisi yang ada dikenal dengan PDH (Plesiochronous Digital Hierarchi) yang sudah lama ditetapkan oleh ITU-T. Suatu jaringan plesiochronous tidak menyinkronkan jaringan tetapi hanya menggunakan pulsa-pulsa detak (clock) yang sangat akurat di seluruh simpul penyakelarnya (switching node) sehingga laju slip di antara berbagai simpul tersebut cukup kecil dan masih bisa diterima (misalnya plus/minus 50 bit atau 5x10-5 untuk jaringan/kanal 2,048 atau 1,544 Mbps). Mode operasi seperti ini barangkali memang merupakan suatu implementasi yang paling sederhana karena bersifat menghindari pendistribusian pewaktuan di seluruh jaringan. Ternyata bahwa PDH tidak begitu cocok untuk mendukung perkembangan teknik pengendalian dan pemrosesan sinyal untuk masa kini yang makin banyak dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan penyedia layanan telekomunikasi. Dalam PDH, sebuah peralatan transmisi tertentu umumnya hanya menangani dengan baik satu fungsi tertentu saja dalam jaringan, sementara dalam SDH, ada integrasi dari berbagai tipe peralatan yang berbeda-beda yang mampu memberikan kebebasan baru dalam perancangan jaringan. Sudah bukan merupakan berita baru bahwa SDH dapat dipergunakan untuk transmisi optik kapasitas besar, pengaturan lalu lintas komunikasi dan restorasi jaringan.

III. Evolusi SDH ke PDHKarena format transmisi SDH dirancang untuk mengatasi keterbatasan PDH, maka semua perusahaan telekomunikasi memang ditantang untuk memperkenalkan transmisi SDH ke dalam jaringan PDH yang sudah di bangun lebih dulu. Isu yang penting adalah masalah keseimbangan antara keuntungan yang ditawarkan oleh SDH dan hambatan biaya dalam investasi jaringan. Untuk itu diperlukan strategi mengenai evolusi jaringan dari PDH ke SDH.Ada tiga alternatif utama, yang masing-masing memiliki keuntungan dan kerugian. Perusahaan telekomunikasi mungkin perlu untuk mengadopsi suatu strategi campuran sebagai jawaban yang terbaik bagi kondisi lingkungannya masing-masing. Tiga alternatif tersebut adalah : Top-down (metode level atau layer) Bottom-up (metode pulau atau branch) Paralel (Metode overlay) Metode lapisan teristimewa relevan dengan perusahaan layanan telekomunikasi yang masih memperkenalkan digitalisasi pada level trunk dari jaringan yang dimilikinya atau bagi yang membutuhkan untuk mendukung layanan-layanan baru pada lapisan-lapisan yang lebih atas dari jaringan-jaringan antar urban (sebagai contoh untuk koneksi MAN to MAN).Tujuan pokoknya adalah penghematan biaya untuk transportasi kapasitas besar dalam menangani pertumbuhan lalu lintas komunikasi. Dalam strategi ini introduksi untuk SDH dimulai pada level tulangpunggung/supernode level dengan sedikit simpul-simpul yang dihubungkan dengan sistem-sistem STM-16 atau STM-4 SDH. Interkoneksi ke suatu jaringan PDH adalah dengan sebuah gateway (gerbang penghubung), umumnya pada port cross connect dan persediaan port cross connect yang memadai untuk mendukung semua fungsionalitas PDH dan SDH yang diperlukan. Ini merupakan suatu aspek yang penting dari perencanaan jaringan. Langkah berikut adalah mengubah lapisan-lapisan berikutnya yang lebih rendah ke SDH, dan memindahkan gateway-nya ke titik dimana keuntungan SDH paling dapat dijamin. Dengan demikian SDH memberikan keuntungan secara penuh bagi lapisan-lapisan yang lebih tinggi dan secara selektif pada lapisan-lapisan yang lebih rendah. Strategi dengan metode pulau adalah memasang SDH pada simpul-simpul jaringan pada level tengahan maupun level bawah, yakni menyediakan pulau-pulau SDH untuk komunitas tertentu (sebagai contoh pusat-pusat perdagangan dan finansial). Dengan pendekatan lapisan, dibutuhkan beberapa gateway untuk jaringan PDH. Pada level ini, beberapa cross-connect utamanya akan menjadi produk-produk pitalebar (wideband), menginterkoneksi sistem-sistem transport STM-1 melalui antarmuka-antarmuka 155 Mbps (atau 140 Mbps melalui sebuah antarmuka gateway), dengan menyalurkan dan memadukan fasilitas pada VC level 1, 2 dan 3 yang dibawa dalam kecepatan 2 Mbps atau 1,5 Mbps. Melalui metode paralel, SDH diinstalasi dalam sebuah jaringan overlay (yang ditumpang-tindihkan) di samping jaringan PDH nya dalam beberapa simpul. Tujuannya adalah untuk mengimplementasikan layanan-layanan baru tertentu (seperti videoconferencing dan interkoneksi LAN/LAN) serta memperoleh keuntungan dari semua fungsi SDH sesegera mungkin, dan menyediakan perbaikan-perbaikan dalam hal kualitasnya.Gateway bagi jaringan PDH masih dibutuhkan, meskipun ada segregasi (pemisahan) antara layanan-layanan lama dan baru antara fasilitas-fasilitas SDH dan PDH. Penting juga bahwa semua peralatan yang diperlukan untuk menyediakan fungsionalitas SDH secara penuh dalam SDH yang ditumpang-tindihkan ini sudah dipasang. Strategi ini menarik bagi perusahaan telekomunikasi dengan pertumbuhan lalu lintas komunikasi yang cepat, dan bagi yang berharap untuk menambahkan fungsionalitas SDH (sebagai contoh, untuk menawarkan premium services; yakni pemanggil/penelpon yang ditarik biaya pulsa dengan tarif khusus, yang biasanya diterapkan pada layanan-layanan informasi) selagi mereka menambah kapasitas jaringannya. IV. Keuntungan SDHDari penjelasan mengenai evolusi PDH ke SDH, kita dapat mengambil kesimpulan mengenai beberapa keuntungan dari SDH. SDH memiliki dua keuntungan pokok yaitu fleksibilitas yang demikian tinggi dalam hal konfigurasi kanal pada simpul-simpul jaringan dan meningkatkan kemampuan manajemen jaringan baik untuk payload traffic-nya maupun elemenelemen jaringan. Secara bersama-sama, kondisi ini akan memungkinkan jaringannya untuk dikembangkan dari struktur transport yang bersifat pasif pada PDH ke dalam jaringan lain yang secara aktif mentransportasikan dan mengatur informasi. Selain dua keuntungan tersebut, SDH juga memiliki beberapa keuntungan lainnya , diantaranya adalah:a. Self-healing, yakni pengarahan ulang (rerouting) lalu lintas komunikasi secara otomatis tanpa interupsi layanan.b. Provisi yang cepat.c. Akses yang fleksibel, manajemen yang fleksibel dari berbagai lebarpita tetap ke tempat-tempat pelanggan.d. Kemampuan memberikan informasi (detail alarm) dalam menganalisis masalah yang terjadi pada sistem.e. Standar SDH juga membantu kreasi struktur jaringan yang terbuka, sangat dibutuhkan dalam lingkup yang kompetitif sekarang ini bagi perusahaanperusahaan penyedia layanan telekomunikasi.V. Struktur Frame SDHStruktur frame terendah yang didefinisikan dalam standar SDH adalah STM-1 (Synchronous Transport Module level 1) dengan laju bit 155,520 Mbit/s (155 Mbps). Ini berarti STM-1 terdiri dari 2430 byte dengan durasi frame 125 s. Bit rate atau kecepatan transmisi untuk level STM-N yang lebih tinggi juga telah distandarisasi sebagai kelipatan bulat (1, 4, 16 dan 64) dari N x 155,520 Mbps, seperti yang terdapat pada Tabel 1. dibawah ini. Tabel 1.Standar Frame dan Kecepatan SDH

Frame STM-1 tersusun atas 9 baris, setiap baris terdiri dari 270 kolom (1 kolom = 1 byte). Sembilan byte pertama pada setiap baris terdiri dari daerah Section Overhead, sedangkan byte sisanya adalah daerah informasi (payload). Transmisi dilakukan baris per baris, dimulai dari byte teratas sebelah kiri dan diakhiri oleh byte terbawah sebelah kanan. Struktrur frame STM-1 yang membawa payload dalam VC-4 tampak pada Gambar 2. dibawah ini.

Gambar 2. Struktur Frame STM-1Bagian Section Overhead sebagai sinyal manajemen terdiri dari RSOH (Regenerator Section Overhead), MSOH (Multiplex Section Overhead) dan AU pointer[5]. RSOH berfungsi untuk pengendalian pengiriman informasi dari satu node ke node berikutnya dalam jaringan SDH. Semua elemen jaringan SDH berakhir pada RSOH. Sedangkan MSOH mengontrol setiap section antara node elemen jaringan SDH kecuali regenerator dan mengendalikan perantaraan transmisi antara dua elemen multiplekser yang berdekatan atau sejajar. AU pointer berfungsi untuk mengatur pemetaan (mapping) container yang berisi informasi (payload) ke dalam frame STM-N.VI. Proses Multiplexing SDHFungsi utama multiplexing adalah untuk memultipleks sinyal digital yang mempunyai bitrate rendah ke sinyal digital yang mempunyai bitrate yang lebih tinggi dan mentransmisikan informasi yang besar itu secara efisien. Dalam ITU-T G.707 direkomendasikan sistem multiplexing SDH seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Proses Multiplexing SDH

Di dalam sistem SDH dikenal tiga tahapan proses multiplexing yang tergantung dari sinyal masukan yang dikirimkan. Proses tersebut terdiri atas : MappingMapping adalah proses pemetaan sinyal-sinyal PDH yang akan dibawa melalui jaringan SDH. Pertama sinyalsinyal PDH dimasukkan ke dalam container tertentu (C-n) sesuai dengan laju bit masing-masing. Kemudian C-n ditambahkan POH (Path Overhead) untuk membentuk Virtual Container (VC-n). Proses ini yang disebut dengan mapping. POH berfungsi untuk memantau kualitas dan mengidentifikasi tipe dari Container. VC merupakan elemen dasar yang akan dikontrol dan diatur dalam sistem SDH. Ada beberapa jenis VC yaitu VC-11,VC-12, VC-2 disebut dengan VC orde rendah dan VC-3 dan VC-4 disebut sebagai VC orde tinggi. Multiplexing orde rendahMultiplexing orde rendah adalah membentuk VC orde tinggi dengan melakukan multiplexing VC orde rendah. Untuk multiplexing VC orde rendah pertama kali dilakukan adalah dengan menambahkan pointer untuk membentuk TU (Tributary Unit) sesuai dengan VC-nya yang disebut dengan aligning. TU tersebut digabungkan untuk membentuk TUG (Tributary Unit Group). Kemudian menambahkan POH pada TUG sehingga terbentuk VC orde tinggi. Multiplexing orde tinggiMultiplexing orde tinggi diperoleh dengan melakukan multiplexing VC orde tinggi untuk membentuk frame STM-N. VC orde tinggi bisa didapat dari multiplexing orde rendah atau langsung melalui pemetaan container C-3 dan C-4. Seperti halnya multiplexing orde rendah, VC orde tinggi tersebut ditambahkan pointer untuk membentuk AU (Administrative Unit) sesuai dengan VC-nya (aligning). Selanjutnya AU tersebut digabungkan untuk membentuk AUG (Administrative Unit Group). Frame STM-N dibentuk dengan melakukan multiplexing AUG.VII. Elemen-elemen SDHSuatu elemen jaringan SDH dikontrol dengan menggunakan software, sehingga dapat lebih fleksibel dalam penggunaan multiplexer dan demultiplexer. Elemen-elemen SDH tersebut terdiri dari regenerator, Terminal Multiplexer (TM), Add and Drop Multiplexer (ADM), dan Digital Cross Connect (DXC). 1. RegeneratorDalam jaringan SDH, fungsi regenerator adalah untuk membangkitkan dan menguatkan sinyal SDH yang datang. Perangkat ini memperbaiki sistem clock dan amplituda sinyal data yang telah teredam dan berubah oleh karena adanya dispersi. Skema regenerator dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Regenerator2. TMTerminal Multiplexer berfungsi untuk melakukan multiplexing sinyal-sinyal masukan (tributary) menjadi sinyal keluaran (aggregate). Dalam suatu jaringan, perangkat ini digunakan untuk membentuk konfigurasi point-to-point. Selain itu, perangkat ini juga digunakan untuk mengkombinasikan sinyal input synchronous dan plesiochronous menjadi sinyal STM-N dengan bitrate yang lebih tinggi. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Terminal Multiplexer3. ADMADM adalah suatu perangkat yang berfungsi untuk memultipleks sinyal-sinyal PDH atau VC. Selain itu ADM juga digunakan sebagai terminal drop/insert sinyal sehingga sangat efisien dalam membentuk sistem jaringan telekomunikasi. ADM memiliki dua buah aggregate dengan arah yang berlainan. Jika sejumlah ADM saling dihubungkan maka akan membentuk sebuah topologi ring, sehingga akan mempunyai sistem keamanan yang mempu memberikan proteksi terhadap jaringan apabila terjadi gangguan. Sistem dari perangkat ini dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Add/Drop Multiplexer4. DXCElemen ini memiliki fungsi yang lebih luas. DXC memungkinkan terjadinya pemetaan sinyal-sinyal tributary PDH ke dalam virtual container dan juga merupakan switching dari berbagai macam level STM. Biasanya DXC ini digunakan untuk membentuk konfigurasi mesh atau star. Gambar 2.16 memperlihatkan skema DXC.

Gambar 7. Digital Cross Connect

VIII. Topologi Jaringan SDHAda beberapa model topologi jaringan yang dapat dibentuk oleh teknologi SDH, diantaranya yaitu point-to-point, ring, dan mesh. Topologi ini dapat berdiri sendiri atau campuran dari beberapa topologi. Pada Gambar 8. berikut adalah beberapa gambaran topologi jaringan yang dapat dibentuk oleh SDH.

Gambar 8. Model Topologi Jaringan

IX. Hirarki dan Komponen pada SDHSebelum munculnya SDH, hirarki pemultiplekan sinyal digital untuk Amerika/Kanada, Jepang dan Eropa berbeda-beda seperti dinyatakan pada tabel 1. Dengan adanya SDH, hirarkinya diseragamkan menjadiseperti terlihat pada Gambar 1. Tabel 1. Hirarki sinyal digital di Amerika, Jepang dan Eropa

Level hirarki ke:Amerika/kanada (Mbps)Jepang (Mbps)Eropa (Mbps)

123451,5446,31244,736274,176-1,5446,31232,06497,728397,2002,0482,44234,368139,264560,840

Tabel 1. Hirarki sinyal digital di Amerika, Jepang dan Eropa

Dari Gambar 1 tersebut terlihat bahwa pada level atau tingkat yang paling tinggi, jaringan transport SDH adalah jaringan n x STM-1 (n x 155 Mbps). STM-1 (Synchronous Transport Module) adalah modul transport sinkron level-1 . Sebuah frame tunggal STM-1 dinyatakan dengan sebuah matriks yang terdiri dari sembilan baris dan 270 kolom. Frame ini dibentuk dari 2430 byte, setiap byte terdiri dari 8 bit. Frame STM-1 berisi dua bagian, bagian SOH (Section Overhead) dan bagian VC (Virtual Container) yang merupakan payload-nya. Gambar 2 menyatakan struktur frame STM-1, Gambar 3 menyatakan struktur VC-nya. SOH menyediakan informasi antara dua buah LTE (Line Terminating Equipment) tentang frame alignment, pemonitoran BER (Bit Error Rate) dan transfer informasi antara dua buah LTE dan sebagainya. Sedangkan VC digunakan untuk mentransportasikan sinyal-sinyal tributary-nya (sinyal masukan individual yang diumpankan ke multiplekser) melalui sebuah jalur. Setiap VC terdiri dari sebuah POH (Path Overhead) dan sebuah Container. POH seperti tercantum dalam Gambar 2 membawa informasi antara titik-titik asembly dan disasembly seperti pemeriksaan paritas, pelabelan jalur, pemonitoran alarm, dan monitoring kinerja.Sebuah Container membawa sinyal tributary, sedang pointer menunjukkan lokasi dari bit pertama pada VC-nya. Gambar 2 menyatakan struktur frame STM-1, Gambar 3 menyatakan struktur VC-nya, sedang Gambar 4 menyatakan alokasi byte pada SOH.

X. Aristektur Umum Jaringan SDHArsitektur jaringan SDH secara umum adalah seperti terlihat pada Gambar 5. Level yang paling tinggi, jaringan transport SDH adalah n x STM-1 (n x 155 Mbps), yang dihubungkan secara bersilangan oleh peralatan DXC 4/4 (Digital Cross Connect ). Penjelasan singkat mengenai DXC ini adalah sebagai berikut; pada telekomunikasi digital, sinyal-sinyal digital diarahkan atau dirutekan ke lokasi sentral-sentral telepon yang disebut DXC ini. DXC ini berfungsi untuk menyediakan tempat bagi interkoneksi hubungan-hubungan jalur kawatnya (hardwire) serta pemeliharaan rutin maupun troubleshooting-nya. Setiap tipe sinyal digital ini memiliki penyakelar digitalnya sendiri-sendiri, misalnya pada sinyal digital DS-1 pada 1,544 Mbps disebut DXC-1, DS-4 pada 274,176 Mbps disebut DXC-4. DXC 4/4 berarti merupakan penghubung antar sesama jaringan pada pemultiplekan hirarki ke 4.

Tugas utama jaringannya adalah menyediakan trunk kapasitas besar antara sentral-sentral telepon dengan DXC 4/4 untuk memungkinkan restorasi yang cepat terhadap koneksi-koneksi jika sebuah simpul jatuh atau gagal berfungsi (mengalami gangguan). Dengan menggunakan DXC 4/4 dan peralatan terminal jalur untuk n x STM-1 (n x 155 Mbps), lebarpita yang paling kecil ditangani oleh jaringan transport, granularitasnya (salah satu bagian kanal sebelum pemultiplekan) adalah STM-1 (ekivalen dengan kanal-kanal 63 x 2 Mbps atau 1890 x 64 kbps). Hirarki jaringan turun lebih bawah, DXC 4/1 (penghubung hirarki ke 4 dengan hirarki ke 1) memecah lebarpita STM-1 menjadi level VC-12 (yang membawa E1). Setiap VC-12 dapat dirutekan secara individual ke simpul DXC 4/1 lainnya atau ke dalam jaringan akses. Melalui suatu kombinasi DXC 4/4 dan 4/1, granularitas dari jaringan transport menjadi E1 atau 2 Mbps (untuk Amerika T1 = 1,544Mbps). Sebuah DXC 4/1 digunakan untuk menyediakan granularitas VC-12 (E1) di antara lapisan-lapisan transport dan lapisan akses. Jaringan akses SDH umumnya tersusun dalam ring-ring (bentuk-bentuk cincin) STM-1. ADM 4/1 (Add and Drop Multiplexer) untuk mendemultiplek aliran STM-1 ke aliran E1, atau memultiplek aliran E1 ke dalam aliran STM-1 (hirarki ke 4 dengan hirarki ke 1). Sedang aliran-aliran E1 disediakan bagi para pengguna akhir melalui antarmuka standar G.703. Mengacu pada gambar 5 tersebut, seperti telah disinggung di atas, jaringan SDH dibagi menjadi dua lapisan (layer); lapisan transport dan lapisan akses. Lapisan transport terdiri dari peralatan-peralatan DXC yang berlokasi di sentral-sentral telepon serta koneksi-koneksi kapasitas tinggi di antara sentral-sentral telepon. Sedang lapisan akses terdiri dari peralatan ADM yang berlokasi di sentral-sentral telepon atau kabinet-kabinet di jalanan, yang merupakan penyedia lebarpita saluran bagi para pengguna akhir.

XI. Implikasi Layanan Untuk memaksimumkan keuntungan-keuntungan teknologi SDH yang dapat diraih, sangatlah perlu untuk mempertimbangkan lapisan-lapisan yang berbeda yang ada dalam suatu jaringan telekomunikasi. Ada dua lapisan jaringan layanan di atas jaringan transport multiguna, yang mana SDH menyediakan suatu layanan transportasi aliran bit yang sifatnya transparan. Artinya bahwa jaringan transport itu sendiri tidak menyadari isi dari payload yang dibawa dari A ke B (sebagai contoh, apakah suatu jalur telekomunikasi sedang membawa suara atau data).Aplikasi-aplikasi pelanggan yang baru dan layanan-layanan dengan nilai tambah muncul pada lapisan jaringan layanan pada level yang lebih tinggi dan dapat mengambil bentuk yang sulit untuk diramalkan (seperti aplikasi-aplikasi multimedia). Bagian bawah dari kedua lapisan layanan ini umumnya mencakup jaringan-jaringan layanan dasar dan jaringan-jaringan overlay layanan khusus. jaringan-jaringan layanan-merupakan suatu area dari evolusi yang lebih dapat diprediksi. Jaringan-jaringan layanan dasar mencakup aplikasi-aplikasi suara, ISDN dan radio bergerak (mobile), seperti GSM, mengingat jaringan-jaringan overlay untuk layanan-layanan khusus (sebagai contoh jalur sewa 64 kbps yang disediakan untuk pelanggan-pelanggan kelompok perusahaan/industri). Pola-pola pertumbuhan lalu lintas suara (telepon) umumnya stabil, tetapi layanan-layanan yang berkembang dengan pesat seperti GSM dalam beberapa kasus mengharuskan pembangunan dari jaringan transport overlay sepanjang maupun di atas jaringan multiguna. Dalam kondisi normal, karakteristik yang memang sudah menjadi sifat dari suatu jaringan yang sudah ada seyogyanya harus membuat overlay ini, yang sifatnya lebih merupakan suatu perkecualian daripada suatu keharusan.Ketika sebuah layanan baru diperkenalkan melalui area geografis yang luas, hal ini tentunya tidak diperlukan untuk menggandakan jaringan-jaringan overlay untuk dirancang dan diimplementasikan. Perencanaan jaringan yang tepat pada tingkat-tingkat awal dari suatu proyek dapat menjamin bahwa jaringan transport multiguna dari awalnya akan dapat menghubungkan sebagian besar pelanggan-pelanggan potensial.Layanan-layanan barunya dapat juga dikaitkan dengan aplikasi-aplikasi jaringan cerdas (IN; Intelligent Network), jaringan data atau jaringan bergerak (mobile). Tak seperti lapisan-lapisan layanan, evolusi dari lapisan jaringan transport agak sulit diprediksi, tetapi umumnya dapat dicirikan dengan kondisi pertumbuhan keseluruhan yang perlahan-lahan, dengan fase yang bersifat periodik terhadap pertumbuhan yang cepat.XII. Kesimpulan SDH memiliki prinsip pemultiplekan sinyal data yang sinkron dan sangat akurat. Beberapa sinyal data dapat dimultiplek menjadi sinyal SDH yang memiliki kecepatan lebih tinggi (direct syncronous multiplexing). Dalam sistem PDH, perbedaan sebesar 50 bit pada kecepatan 2048 Mb/s adalah sesuatu yang wajar karena PDH tidak menyinkronkan jaringan dalam arti sesungguhnya. Peralatan SDH-based tidak bisa digunakan untuk jaringan individu yang diidentifikasikan pada sirkuit layer dan path layer PDH; kecepatan primer dan / atau higher order multiplexing PDH diperlukan untuk memudahkan hal ini. Manajemen dan pemeliharaan jaringan yang menggunakan SDH sangat baik dan fleksibel. SDH mempunyai sifat Self healing, yaitu pencarian rute kembali (rerouting) tanpa pemutusan layanan.

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan

- Seiring dengan perkembangan lingkungan bisnis yang rumit dan lingkungannya yang dinamis tuntutan terhadap pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi adalah sudah menjadi kebutuhan perusahaan untuk memperoleh kemudahan-kemudahan. - Penerapan system informasi dan komunikasi bertujuan agar dapat mudah dalam melakukan proses dari input.Dengan demikian perusahaan akan semakin dapat bersaing karena pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat dan akurat dibandingkan oleh pesaing.

3.2 SaranKesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

http://cireks.blogspot.com/ http://id.wikipedia.org http://lembagapendidikanmuzye.blogspot.com http://syms89.blogspot.com