makalah sgd integumen
DESCRIPTION
luka bakarTRANSCRIPT
MAKALAH SGD SISTEM INTEGUMEN
KASUS I
‘LUKA BAKAR’
DisusunOleh:
AlfiahApriliyanti (220110110113)
AnnisaWidiyaningsih (220110110124)
BungaEkaPratiwi (220110110116)
Elisa Rahmi (220110110141)
FadiahIzzatiSalim (220110110149)
Hilda BidayatulHidayah (220110110122) Scriber I
LathifathulKhoiriah (220110110073)
Masni’ah (220110110012) Scriber II
Rani Dwi Agustin (220110110075) Chair
Risma Damayanti (220110110090)
SafrinaDarayani (220110110037)
Santa Novita Y. S. (220110110109)
SitiRohani (220110110040) (ijin)
Fakultas Ilmu Keperawatan
1
Universitas Padjadjaran
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Kasus
seorang perempuan berusia 24 tahun di rawat di ruang bedah dengan keluhan nyeri
pada luka di kakinya. Pasien dibawa ke RS setelah mengalami luka akibat kebakaran
rumahnya.Saat kejadian pasien sedang tidur di kamarnya. Pada pemeriksaan fisik , tanda
vital: TD: 110/70 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit, S: 38,5°C, RR 22x/menit, turgor kulit
menurun, bibir tampak kering, CRT: 3,5 detik. Tampak bula dan vesikel pada seluruh
abdomen depan, kedua ekstremitas bagian bawah depan. Luka pada abdomen tampak
merah pucat pada area subkutis.Pada ekstremitas bawah luka tampak kemerahan pada area
dermis.
1.2. Step 1:Clarifying Unfamiliar Terms
1. Bula (Risma) : -
2. vesikel (Bunga) : -
3. area subkutis(Santa) : Dibawah kulit (Elisa)
1.3. Step 2:Problem Definition
1. Kenapa tampak pucat pada area subkutis? (Fadiah)
2. Kenapa ada bula dan vesikel pada seluruh abdomen? (Siti R)
3. Bagaimana klasifikasi dan derajat luka pada luka bakar ? (Lathif)
4. Kenapa CRTnya 3,5 detik? (Risma)
5. Apa yang menyebabkan turgor kulit menurun dan bibir kering? (Bunga)
6. Kenapa pasien langsung masuk ruang bedah? (Santa)
7. Bagaimana peran perawat untuk mengatasi nyeri ? (siti R)
8. Bagaimana penanganan pertama pada luka bakar? (Annisa W)
9. Terapi apa saja yang diberikan pada pasien dengan luka bakar ? (Alfiah)
10. Bagaimana proses terjadinya luka sampai masuk ruang bedah? (Santa)
2
Kulit rusak
Suhu tubuh Luka bakar
inflamasi
Mengeluarkan banyak cairan
dehidrasiTurgor
Lab & terapi
11. Apakah di ruang bedah hanya penanganan pada kulitnya saja atau dengan
abdomennya juga? (Hilda)
12. Bagaimana dampak psikologi dan cara menanggulanginya? (Risma)
13. Komplikasi apa saja yang bias terjadi pada penyakit luka bakar? (Elisa)
14. Bagaimana peran perawat untuk mengatasi keluarga pasien yang histeris? (Lathif)
1.4. Step 3:Brainstrom
1. Mungkin luka bakarnya sudah sampai dalam dan masuk ke area subkutis sehingga
menjadi pucat (Lathif)
2. –
3. –
4. Kebakarannya sudah sampai ke jaringan dan aliran darahnya terganggu (Hilda)
Karena dehidrasi sehingga sirkulasi darahnya terganggu (Annisa W)
5. –
6. Luka bakar menyebabkan cairan berkurang dan mengakibatkan turgor menurun dan
bibir kering (Annisa W)
7. Biar steril, untuk memeriksa keparahan (Annisa W)
8. Di guyur supaya lembab dan elektrolitnya keluar
9. Dengan cairan NaCl di los lewat IV (Annisa W)
10. –
11. –
12. Malu dan menarik diri karena bekas luka, beri semangat (Bunga)
Minder, lukanya bisa ditutupi dengan pakaian panjang (Safrina)
Meyakinkan pasien kalo penyakitnya tidak akan parah jika pasien mematuhi perawatan
(Santa)
13. Dehidrasi, risiko infalamasi dan bisa menyebabkan kematian (Rani)
14. Memberi tahu keluarga kalo pasien akan ditangani oleh tim medic dengan baik (Santa)
Mengajarkan keluarga cara perawatan luka di rumah, cara personal hygiene (Risma)
1.5. Step 4:Annalysing The Problem
Data menyimpang:
- DO & DS : nyeri pada luka, bula, bibir kering, vesikel, turgor kulit menurun, CRT 3,5
detik, RR 22x/menit, suhu 38,5°C
- Lab : -
- Terapi : -
- Lain-lain : -
3
1.6. Step 5:Formulating Learning Issues
1. Step 1
2. Klasifikasi luka bakar
3. Persentase luas luka bakar
4. Komplikasi
5. Terapi
6. Fase-fase luka bakar
7. Diet
8. Patofisiologi
9. Asuhan keperawatan
1.7. Step 6 : Self Study
Mahasiswa mencari literatur untuk menjawab Learning Objektif dan pada step ini mahasiswa
dilarang keras membagi tugas.
1.8. Step 7:Reporting
1. Step 1
- Vesikel
Tonjolan kecil berisi air (Santa), berisi cairan serosa atau darah (Annisa W), ruang yang
dikelilingi membrane sel (Bunga), bisa pecah menjadi erosi dan bergabung dengan bula
(Lathif), bisa tunggal dan banyak (Alfiah)
- Bula
Suatu bagian kulit besar dan menjadi gembung berukuran > 1 cm dan berisi cairan
(Masniah), peninggian kulit berbatas tegas yang berisi cairan (Elisa), ada pada luka bakar
derajat II (Annisa W), berisi cairan serirosa (Alfiah)
2. Klasifikasi
Derajat I : Dermis derajat I :
4
Derajat II : hypodermis (Safrina) derajat II : parsial tickness (Bunga)
Derajat III : subkutis derajat III : Full thickness
Derajat IV: merusak otot
Penampilan :
Derajat I: kering, tidak lepuh, merah muda, sensasi nyeri
Derajat II: lembab, merah berbintik, lepuh, sebagian memucat (Hilda)
Derajat III: kering, pucat berlilin
Derajat IV: meluas ke epidermis, dermis, subkutis, kapiler vena hangus
Derajat I: nyeri, eritema, tanpa lepuh
Derajat II: meluas ke epidermis: nyeri, lepuh, tanpa meninggalkan daerah parut (Annisa)
Meluas ke dermis:nyeri
Derajat III : saraf rusak hingga tidak merasakan nyeri
Komplikasi:
Derajat I: tidak menimbulkan komplikasi, akibat sinar UV (Santa)
Derajat II: komplikasi infeksi sekunder
Masa penyembuhan:
Derajat I: sembuh spontan 3-4 hari (Masniah)
Derajat II: kurang lebih 1 bulan
Derajat III : berbulan-bulan dan diperlukan pembersihan bedah
3. Persentase luas luka bakar
- tubuh atas 9 bagian : kepala & leher (9%), ekstremitas atas (18%), dada perut bokong dan
punggung (36%), paha & betis (36%), genitalia (1%). (Risma)
- tingkat keparahan:
Ringan (derajat I) : parsial II : < 15% , parsial III : < 1%
Sedang (derajat II) : tingkat II: 15 - 30% , tingkat III: 1% - 10 % (Elisa)
Parah (derajat III): tingkat II: 30% / lebih, tingkat III : 10% / lebih
pada tangan, kaki, wajah dan komplikasi pada pernapasan, jantung
- Ringan:
Derajat III :< 3% kecuali wajah, tangan, kaki, kemaluan
Derajat II :< 15%
Derajat I :< 50%
Sedang: (Lathif)
Derajat III : 2 - 10% kecuali wajah, tangan, kaki, kemaluan
Derajat II : 15 - 30%
5
Derajat I :> 50%
Berat: semua luka bakar disertai luka bakar jaringan dan cedera tulang
Pada kasus :
Derajat 3
Kedua ekstremitas bawah depan : 18% : II kedalaman
Abdomen depan : 9% : III
27%
Kegawatan : gawat : 27% derajat sedang
4. Komplikasi
- Gagal respirasi akut, syok sirkulasi, gagal ginjal, sindrom kompartemen, ileus paralitik
(Fadiah)
- Terjadinya infeksi yang menyebabkan cacat lebih lanjut atau kematian (Annisa W)
5. Terapi
Farmakologi
- Luka bakar luas memerlukan cairan intra vena
Pemberian cairan intravena berdasarkan luas luka bakar (%) Annisa
Edema: luas luka bakar (%) x BB (kg) = ml NaCl/24 jam atau ml plasma/24jam
Penguapan: 2000 cc glukosa x 5%/24 jam
< 20% : oral
20 – 30% : infus, oral
40 – 60%: infus
>60% : resusitasi cairan
Kebutuhan 48 jam pertama :
- Formula evans: 1 cc x KgBB x % (koloid,elektrolit) (Risma)
- Formula brouk: 0,5 cc x KgBB x 1% (koloid)
1,5 cc c KgBb x % (elektrolit)
- Formula bakster : 4 cc x KgBB x % (dewasa)
4 x 50 x 27 = 5400/24jam
2 cc x KgBB x % (anak : jumlah resusitasi + faal)
Kebutuhan cairan 24 jam berikutnya : 100 cc x Luas tubuh x % luka bakar x 24
Non Farmakologi:
6
- Derajat I : Di rendam air dingin atau kompres dingin
- Serius: hindari pemberian es soalnya dapat menurunkan aliran darah, (Santa)
pakaian tidak boleh dilepas
6. Fase-fase luka bakar
- Akut : gangguan saluran napas
- Subakut: setelah syok berakhir
- Lanjut: setelah penutupan luka (Fadiah)
7. Diet
- dukungan nutrisi lanjutan dan dini diperlukan untuk diet kaya kalori dan protein (Santa)
- vitamin A,B,C,Zink (Annisa)
- memberikan makanan bentuk cair aatau nutrisi enteral dini (IVED) , kebutuhan energi
dihitung dengan pertimbangan kedalaman dan luas luka bakar, protein tinggi (20-25%
dari kebutuhan energi total), lemak sedang (15-20% dari kebutuhan energi total),
karbohidrat sedang (50-60% dari kebutuhan energi total), mineral tinggi (zat besi, seng,
natrium,kalium, kalsium, fosfor dan magnesium), cairan tinggi (Masniah)
- kalori tinggi, kalium, magnesium (alfiah)
- 5 x 10 gr x kebutuhan nutrisi (Risma)
7
8. Patofisiologi(Santa)
8
9. Asuhan Keperawatan
Pengkajian Fokus: (Masniah)
a. Identitas pasien
Nama : -
Umur : 24 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
b. Keluhan Utama : Nyeri pada luka di kaki
c. Riwayat kesehatan sekarang : Luka bakar
d. Riwayat kesehatan masa lalu : -
e. Riwayat kesehatan keluarga : -
f. Pemeriksaan fisik
TD: 110/70 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit, S: 38,5°C, RR 22x/menit,
turgor kulit menurun, bibir tampak kering, CRT: 3,5 detik. Tampak bula dan
vesikel pada seluruh abdomen depan, kedua ekstremitas bagian bawah
depan. Luka pada abdomen tampak merah pucat pada area subkutis.Pada
ekstremitas bawah luka tampak kemerahan pada area dermis.
g. Pemeriksaan laboratorium : -
h. Pengobatan : -
Intervensi dan peran perawat
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
Nyeri b.d kerusakan
kulit/jaringan ditandai
dengan pasien mengeluh
nyeri
pasien dapat
mendeonstrasikan
hilang dari
ketidaknyamanan
berikan
analgesiknarkotik yang
diresepkan dan
sedikitnya 30
menitsebelum
prosedur perawatan
luka
bantu dengan
pengubahan posisi 2
jam sekali. bantu
9
pasien membalikan
badan.
bersihan jalan nafas tidak
efektif b.d truma
jalan nafas klien kembali
efektif dengan kriteria
hasil : hipoksemia,
takipnea, sianosis , dan
penggunaan otot napas
berkurang
ambil riwayat cidera
kaji efek menelan
awasi frekuensi, irama,
kedalaman nafas
auskultasi paru,
perhatikan
stindor,mengi,
penurunan bunyi napas,
batuk rejan
perhatikan adanya
pucat/ warna buah ceri
pada kulit yang cedera
tinggikan kepala tempat
tidur
Gangguan
ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit
cairan dan elektrolit
dalam tubuh pada
keadaan seimbang
Lakukan pemasangan
IVFD (intravenous
fluid drops)
Dokumentasi dengan
akurat tentang intake
dan output cairan
Intervensi pada penururnan
kadar elektrolit
Evaluasi kadar
elektrolit serum
Dokumentasikan
perubahan klinik dan
laporkan dengan tim
10
medis
Monitor khusus
ketidakseimbangan
elektrolit pada lansia
risiko terhadap infeksi
berhubungan dengan
kelihalangan integritas
kulit yang ditandai dengan
luka pada abdomen
tampak merah pucat dia
area subkutis, ekremitas
bawah luka tampak
kemerahan di area dermis
tidak ada demam,
pembentukan
jaringan granulasi
penampilan luka
bakar (area luka
bakar, sisi donor, dan
status balutan di atas
sisi tandur bila
dilakukan), cek suhu
setiap 4 jam
bersihkan area luka
bakar setiap hari dan
lepaskan jaringan
nekrotik
lepaskan krim lama
dari luka sebelum
pemberian krim baru.
Gunakan sarung
tangan steril dan
berikan krim antibiotik
topikal yang
diresepkan pada area
luka bakar, berikan
secara menyeluruh
Gangguan integritas kulit dalam waktu 12 x 24
jam integritas kulit
membaik secara
Kaji kerusakan
jaringan kulit yang
11
optimal, dengan criteria:
Pertumbuhan jaringan
membaik dan lesi
psoarisis berkurang.
terjadi pada klien.
Lakukan tindakan
peningkatan integritas
jaringan.
Kolaborasi untuk
intervensi
debridement.
Gunakan kassa
antimikroba pada lesi
luka bakar.
Tingkatkan asupan
nutrisi.
Evaluasi kerusakan
jaringan dan
perkembangan
pertumbuhan
jaringan.
Kolaborasi untuk
pemberian albumin.
12
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Luka Bakar
a. Derajat berat luka bakar
Derajat berat luka bakar ditentukan oleh dua faktor utama yaitu luasnya
permukaan tubuh yang mengalami luka bakar dan lokasinya.
Luka bakar ringan
Luka bakar derajat tiga kurang dari 2% luas, kecuali pada wajah, tangan,
kaki, kemaluan atau saluran napas
Luka bakar derajat dua kurang dari 15%
Luka bakar derajat satu kurang dari 50%
Luka bakar sedang
Luka bakar derajat tiga antara 2% sampai 10%, kecuali pada wajah,
tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
Luka bakar derajat dua antara 15% sampai 30%
Luka bakar derajat satu lebih dari 50%
13
Luka bakar berat
Semua luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas, cedera
jaringan lunak dan cedera tulang
Luka bakar derajat dua atau tiga pada wajah, tangan, kaki, kemaluan
atau saluran napas
Luka bakar derajat tiga di atas 10%
Luka bakar derajat dua lebih dari 30%
Luka bakar yang disertai cedera alat gerak
Luka bakar mengelilingi alat gerak
b. Derajat luka bakar
1. Luka bakar derajat pertama
2. Derajat dua, jaringan luka bakar dengan karakteristik luka bakar
partial thickness
Derajat dua, jaringan luka bakar dengan karakteristik luka bakar
partial thickness dalam
3. Derajat tiga, dengan karakteristik luka bakar full thickness
4. Derajat empat, luka bakar yang merusak otot
c. Kedalaman luka bakar
Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan
Ketebalan
partial
superfisial
(tingkat I)
Jilatan api,
sinar
ultraviolet
(terbakar
oleh
matahari)
Kering tidak ada
gelembung, edema
minimal atau tidak
ada, pucat bila
ditekan dengan
ujung jari, berisi
kembali bila
tekanan dilepas
Bertambah
merah
Nyeri
Lebih dalam
dari partial
(tingkat II)
Superfisial
Kontak
dengan
bahan air
atau bahan
Blister besar dan
lembab yang
ukurannya
bertambah besar.
Berbintik –
bintik yang
kurang
jelas,
Sangat
nyeri
14
Dalam padat.
Jilatan api
kepada
pakaian.
Jilatan
langsung
kimiawi,
sinar
ultraviolet
Pucat bila ditekan
dengan ujung jari,
bila tekanan
dilepas berisi
kembali
putih,
coklat,
pink,
daerah
merah
coklat
Ketebalan
sepenuhnya
Kontak
dengan
bahan cair
atau padat.
Nyala api,
kimia,
kontak
dengan arus
listrik
Kering disertai kulit
yang mengelupas.
Pembuluh darah
seperti arang
terlihat dibawah
kulit yang
mengelupas.
Gelembung jarang,
dindingnya sangat
tipis, tidak
membesar, tidak
pucat bila ditekan
Putih,
kering,
hitam,
coklat tua,
hitam,
merah
Tidak
sakit,
sedikit
sakit,
rambut
mudah
lepas bila
dicabut
2.2 Persentase Luas Luka Bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan
nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:
a. Kepala dan leher : 9%
b. Ekstremitas atas (2 x 9%) : 18% (kiri dan kanan)
c. Dada, perut, punggung dan bokong (4 x 9%) : 36%
d. Paha dan betis – kaki(4 x 9%) : 36% (kiri dan kanan)
e. Genetalia/perineum : 1%
Total keseluruhan : 100%
15
Rumus tersebut tidak digunakan pada anak dan bayi karena luas relatif
permukaan kepala jauh lebih besar dan relatif permukaan kaki lebih kecil
digunakan rumus 10 untuk bayi dan rumus 10 – 15 – 20 dari lund dan browder
untuk anak. Dasar presentasi yang digunakan dalam rumus – rumus tersebut
diatas adalah luas telapak tangan dianggap 1%. ( Kapita Selekta Kedokteran,
2000 )
American College of Surgeon membagi dalam:
1. Parah – critical:
a. Tingkat II : 30% atau lebih
b. Tingkat III : 10% atau lebih
c. Tingkta III pada tangan, kaki, dan wajah. Dengan adanya komplikasi
pernapasan, jantung, dan soft tissue yang luas
2. Sedang – moderate:
a. Tingkat II : 15 – 30%
b. Tingkat III : 1 – 10%
3. Ringan – minor:
a. Tingkat II : <15%
b. Tingkat III : <1%
2.3 Komplikasi
1. setiap luka bakar dapat terinfeksi yang menyebabkan kecacatan lebih lanjut
atau kematian. Staphylococcus auretus resisten melitisin adalah penyebab
tersering infeksi nosokominal. Infeksi adalah penyebab utama morbiditas dan
mortalitas Gagal respirasi yang akut
Perawat harus melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap tanda-tanda cedera
inhalasi seperti bertambahnya keparauan suara, stridar (pernafasan
berbunyi).Frekuensi dan dalam respirasi abnormal atau perubahan mental yang
disebabkan oleh hipoksia.
2. Syok sirkulasi
Pasien harus dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda awal syok hipovolemik
atau kelebihan muatan cairan yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang
paling sering dijumpai adalah kekurangan cairan yang dapat berkembang
menjadi syok sirkulasi (syok distribusi).
16
3. Gagal ginjal
Haluaran urin yang tidak memadai dapat menunjukkan resusitasi yang tidak
adekuat atau awal terjadinya gagal ginjal akut.
4. Sindrom kompartemen
Status neurovaskuler ekstremitas harus dinilai dengan teliti, khususnya jika luka
bakar tersebut melingkar (sekumfenensial). Pengkajian ini akan membantu kita
untuk mendeteksi gangguan sirkulasi akibat peningkatan edema karena
kontruksi yang disebabkan oleh pembentukan esker pada luka bakar derajat
tiga.
5. Ileus paralitik
Dilatasi lambung dan ileus paralitik kerap kali terjadi pada periode awal pasca
luka bakar. Mual dan distensi abdomen (kembung, meteorasmus) merupakan
gejala yang ditemukan
6. Setiap luka bakar dapat terinfeksi yang menyebabkan cacat lebih lanjut.
Staphylococcus aureus resisten metisilin adalah penyebab tersering infeksi
nasokomial pada pasien luka bakar di rumah sakit.
7. Gangguan elektrolit dapat menyebabkan distritmia jantung dan henti jantung.
8. Trauma psikologis akibat luka bakar.
2.4. Penatalaksanaan
2.4.1. Farmakologi
1. pengganti cairan yang hilang akibat edema:
- luas luka dalam persen x berat badan dalam kg menjadi ml
Nacl/24 jam
- luas luka dalam persen x berat badan dalam kg menjadi m
plasma/24 jam
2. pengganti cairan akibat penguapan:
2000cc glukosa5% per jam
3. Pemberian cairan
Luka bakar kurang 20% oral
Luka bakar 20 – 30% infuse, oral
Luka bakar 40 – 60% infus saja
17
Luka bakar lebih 60% resusitasi cairan tidak menjamin
berhasil 100%
CARA PEMBERIAN
8 jam I : 50% formula
16 jam II : 50% formula
KEBUTUHAN 48 JAM I:
FORMULA EVANS (1952)
1 cc X kg BB X %= colloid
1 cc X kg BB X %= elektrolit
2000 cc = glukosa 5%
FORMULA BROOKS (1953)
½ X kg BB X % = colloid
1 ½ X kg BB X % = elektrolit
2000 cc = glukosa 5%
FORMULA BAXTER (1979) = FORMULA PARKLAN
4 X kg BB X % = Ringer laktat
KEBUTUHAN CAIRAN /24 JAM
100 cc X luas tubuh X % luka bakar X 24 jam
Pruduksi urine normal
Produksi urine normal 1500 cc
2.4.2. Non Farmakologi
Penderita luka bakar harus segera dijauhkan dari agens yang dapat
membakar. Pemberian es dilarang karena dapat menurunkan aliran
darah ke daerah yang terkena dan memperburuk derajat luka bakar.
Pakaian yg dikenakan tidak boleh dilepas, karena dapat melepas
kulit yang lengket.
Luka bakar derajat pertama biasanya direndam dalam air dingin
selama beberapa menit.
2.5. Diet
a. multivitamin, terutama kelompok vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan seng
18
b. dukungan nutrisi lanjutan untuk penderita luka bakar, diet kaya kalori dan
protein diberikan secara adekuat untuk mencegah pelisutan otot.
c. Pemberian makanan enteral dapat diberikan karena dapat memberikan
kalori adekuat untuk penyembuhan dan melindungi mukosa saluran cerna
sehingga mengurangi kerusakan sawar usus.
d. Tambahan kalori yang tinggi di antara waktu makan akan dapat mencukupi
pada pasien dengan luka bakar sedang, namun bagi mereka dengan luka
bakar luas memerlukan interval pemberian makanan yang konstan melalui
selang tempat memasukkan makanan (NGT), serta dapat pula diberikan
vitamin C, kalium, zinkum, dan magnesium
e. kebutuhan energi dihitung dengan pertimbangan kedalaman dan luas luka
bakar
f. protein tinggi (20-25% dari kebutuhan energi total)
g. lemak sedang (15-20% dari kebutuhan energi total)
h. karbohidrat sedang (50-60% dari kebutuhan energi total)
i. mineral tinggi (zat besi, seng, natrium,kalium, kalsium, fosfor dan
magnesium)
2.6. Fase Luka Bakar
Fase akut
Gangguan saluran napas karena adanya cedera inhalasi dan gangguan
sirkulasi.Pada fase ini terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan
elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik.
Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan
jaringan (kulit dan jaringan bawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis
dan penguapan cairan tubuh disertai panas/energy
Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi
maturasi,.Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyakit darri luka bakar
berupa parut hipertropik, konfraktor, dan deformitas lainnya.
19
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka
lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang
menetap berada pada tempatnya untuk waktu yang lama. Luka bakar terjadi
akibat api, listrik, zat kimia, air panas, dan sebagainya.
Pada kasus luka bakar yang di derita klien terjadi akibat kebakaran
rumahnya dan sudah sampai ke derajat 3 karena terdapat tanda-tanda bahwa
lukanya sudah masuk ke jaringan subkutis.
Adapun penilaian luas luka bakarnya yaitu sebagai berikut:
Kedua ekstremitas bawah depan : 18% : II kedalaman
Abdomen depan : 9% : III
27%
Kegawatan : gawat : 27% derajat sedang
20