makalah sistem pemerintahan indonesia
DESCRIPTION
Makalah Sistem Pemerintahan Indonesia SEMESTER II AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK 2013/2014TRANSCRIPT
TUGAS MAKALAH
SISTEM PEMERINTAHAN
JUDUL
“SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA”
Dosen Pembimbing: Khamim, S.HI, S.H, M.H.
DISUSUN OLEH KELOMPOK 1Kelas 2B ASP
Azmala Putri Harditiara (4201314017)Dini Audi (4201314051)
Whisnu Dwi A. (4201314043)
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIKPOLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2013/2014TUGAS MAKALAH
SISTEM PEMERINTAHAN
JUDUL
“SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA”
Dosen Pembimbing: Khamim, S.HI, S.H, M.H.
DISUSUN OLEH KELOMPOK 1Kelas 2B ASP
Azmala Putri Harditiara (4201314017)Dini Audi (4201314051)
Whisnu Dwi A. (4201314043)
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIKPOLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Sistem Pemerintahan
Indonesia dengan baik dan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah sistem pemerintahan yaitu
bapak Khamim, S.HI, S.H, M.H.
Makalah ini disusun untuk membantu mengembangkan kemampuan pemahaman
pembaca terhadap Sistem Pemerintahan Indonesia. Pemahaman tersebut dapat dipahami
melalui pendahuluan, pembahasan masalah, serta penarikan garis kesimpulan dalam makalah
ini.
Makalah Sistem Pemerintahan Indonesia ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang
sederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami makalah ini. Dengan
makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami sistem pemerintahan yang digunakan
negara Indonesia.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dosen pembimbing mata kuliah Sistem
Pemerintahan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk berkarya menyusun
makalah Sistem Pemerintahan Indonesia. Tidak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada
seluruh pihak yang telah memberikan bantuan berupa konsep dan pemikiran dalam
penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tak ada gading yang tak retak,
begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang
konstruktif sangat saya harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada
tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Pontianak, 7 Maret 2014Penulis
TTD
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 3
C. Tujuan Masalah ....................................................................................................... 3
D. Sistematika Penulisan Masalah .............................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Pemerintahan ............................................................................. 5
B. Sistem Pemerintahan Indonesia ............................................................................ 13
C. Pelaksanaan Sistem Pemerintahan di Indonesia ................................................... 15
D. Asas Sistem Pemerintahan .................................................................................... 21
E. Etika Pemerintahan di Indonesia ........................................................................... 27
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 30
B. Saran ...................................................................................................................... 30
PERTANYAAN DAN JAWABAN
DAFTAR PUSTAKA
SITUS WEB
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara
yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta
antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan
terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, oleh karena itu ia disebut juga sebagai
Nusantara.
Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006, Indonesia adalah negara
berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar
di dunia meskipun secara resmi bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia
adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan
Presiden yang dipilih langsung. Ibukota negara ialah Jakarta. Sejarah Indonesia banyak
dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan
penting setidaknya sejak abad ke-7, yaitu ketika Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan
agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan
Buddha telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa
agama Islam, serta berbagai kekuatan Eropa yang saling bertempur untuk memonopoli
perdagangan rempah-rempah Maluku semasa era penjelajahan samudra.
Setelah berada di bawah penjajahan Belanda, Indonesia menyatakan kemerdekaannya di
akhir Perang Dunia II. Selanjutnya Indonesia mendapat berbagai hambatan, ancaman
dan tantangan dari bencana alam, korupsi, separatisme, proses demokratisasi dan
periode perubahan ekonomi yang pesat.
Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa dan
agama yang berbeda. Suku Jawa adalah grup etnis terbesar dan secara politis paling
dominan. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda tetapi
tetap satu"), berarti keberagaman yang membentuk negara.
Jati diri suatu bangsa bukan saja dapat kita lihat dari bagaimana karakter pokok
dari para warga bangsa, tetapi juga dari pilihan ideologi dan sistem pemerintahan yang
dipilih oleh bangsa tersebut.
Setiap negara memiliki sistem untuk menjalankan kehidupan permerintahannya.
Sistem tersebut adalah sistem pemerintahan. Ada beberapa macam sistem pemerintahan
di dunia ini seperti presidensial dan parlementer. Setiap sistem pemerintahan memiliki
kelebihan dan kekurangan, karakteristik, dan perbedaan masing-masing. Sejak tahun
1945 Indonesia pernah berganti sistem pemerintahan. Indonesia pernah menerapkan
kedua sistem pemerintahan ini. Selain itu terjadi juga perubahan pokok-pokok sistem
pemerintahan sejak dilakukan amandemen UUD 1945.
Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia adalah negara yang
menerapkan sistem pemerintahan presidensial. Namun dalam perjalannannya, Indonesia
pernah menerapkan sistem pemerintahan parlementer karena kondisi dan alasan yang
ada pada waktu itu. Berikut adalah sistem pemerintahan Indonesia dari 1945 hingga
sekarang.
Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu
kestabilan negara itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme
karena sistem pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan
rakyat. Sistem pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana penerapannya
kebanyakan sudah mendarah daging dalam kebiasaan hidup masyarakatnya dan
terkesan tidak bisa diubah serta cenderung statis. Jika suatu pemerintahan mempunya
sistem pemerintahan yang statis dan absolut maka hal itu akan berlangsung selamanya
sehingga adanya desakan kaum minoritas untuk memprotes hal tersebut.
Secara luas, sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat, menjaga
tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan,
menjaga kekuatan politik, pertahanan, ekonomi dan keamanan sehingga menjadi sistem
pemerintahan yang kontinu dan bersifat demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa
turut andil dalam pembangunan sistem pemerintahan tersebut. Hingga saat ini hanya
sedikit negara yang bisa mempraktikkan sistem pemerintahan itu secara menyeluruh.
Secara sempit, sistem pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk
menjalankan roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif
lama dan mencegah adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari rakyatnya itu
sendiri.
Pokok-pokok sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945
sebelum diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci pokok
sistem pemerintahan negara.
Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan, sistem pemerintahan
Indonesia menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan presidensial. Sistem
pemerintahan ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan
Presiden Suharto. Ciri dari sistem pemerintahan masa itu adalah adanya kekuasaan yang
amat besar pada lembaga kepresidenan. Hampir semua kewenangan presiden yang di
atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa melibatkan pertimbangan atau
persetujuan DPR sebagai wakil rakyat. Karena itu tidak adanya pengawasan dan tanpa
persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden sangat besar dan cenderung dapat
disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan, kekuasaan yang besar pada presiden juga
ada dampak positifnya yaitu presiden dapat mengendalikan seluruh penyelenggaraan
pemerintahan sehingga mampu menciptakan pemerintahan yang kompak dan solid.
Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau berganti. Konflik dan
pertentangan antarpejabat negara dapat dihindari. Namun, dalam praktik perjalanan
sistem pemerintahan di Indonesia ternyata kekuasaan yang besar dalam diri presiden
lebih banyak merugikan bangsa dan negara daripada keuntungan yang didapatkanya.
Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan
sistem pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang
konstitusional atau pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi.
Dalam menjalankan sistem pemerintahan perlu memperhatikan asas
pemerintahan. Asas adalah dasar, pedoman atau sesuatu yang dianggap kebenaraannya,
yang menjadi tujuan berpikir dan prinsip yang menjadi pegangan. Jadi dengan demikian
yang menjadi asas ilmu pemerintahan adalah dasar dari suatu sistem pemerintahan
seperti ideologi suatu bangsa, filsafah hidup dan konstitusi yang membentuk sistem
pemerintahannya.
Ilmu pemerintahan itu sama sebagaimana ilmu-ilmu kenegaraan lainnya yang
banyak berkonotasi pada masalah kekuasaan, maka di khawatirkan timbul
kecenderungan pada kesewenang-wenangan, oleh karena itu diperlukan etika yang
berakhir dari moral dan norma agama.
Dengan demikian kita perlu memperhatikan semua aspek yang berhubungan
dengan sistem pemerintahan agar sistem pemerintahan di Indonesia dapat berjalan
dengan baik dan sesuai dengan konstitusi negara Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Untuk mengkaji dan mengulas tentang sistem pemerintahan di indonesia, maka
diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penulis membuat
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian sistem pemerintahan?
2. Bagaimana sistem pemerintahan di Indonesia?
3. Bagaimana pelaksanaan sistem pemerintahan negara Indonesia?
4. Bagaimana sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945?
C. Tujuan Masalah
Untuk mengkaji makalah ini ada beberapa tujuan yang akan dicapai, yaitu:
1. Mengetahui definisi sistem pemerintahan.
2. Memahami sistem pemerintahan di Indonesia.
3. Memahami pelaksanaan sistem pemerintahan negara Indonesia.
4. Memahami sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945.
D. Sistematika Penulisan Masalah
Makalah ini disusun dengan sistematika pembahasan yang meliputi:
BAB I: PENDAHULUAN
Menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan masalah dan sistematika
penulisan;
BAB II: PEMBAHASAN
Membahas tentang sistem pemerintahan yang meliputi: Pengertian Sistem
Pemerintahan, Sistem Pemrintahan Indonesia, Pelaksanaan Sistem Pemerintahan di
Indonesia, Asas Sistem Pemerintahan, Etika Pemrintahan di Indonesia;
BAB III : PENUTUP
Menyajikan Kesimpulan dan Saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata sistem dan pemerintahan.
Kata sistem merupakan terjemahan dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani
(sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang
dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi.
Sistem berarti suatu keseluruhan yang terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai
hubungan fungsional.
Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang
berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum
misalnya seperti negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen
kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu
negara dimana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada di negara
tersebut.
Kata ‘sistem’ banyak sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari, dalam
forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk banyak hal, dan pada
banyak bidang pula, sehingga maknanya menjadi beragam. Dalam pengertian yang
paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan benda yang memiliki hubungan di
antara mereka.
Dari penjabaran pengertian tentang sistem di atas bisa kita ambil kesimpulan
bahwa sistem itu memang kompleks dan sangat terkait dengan hal yang ada di
dalamnya, karena sistem tidak akan jalan apabila salah satu elemen sistem tersebut tidak
jalan.
Atau dapat juga dikatakan bahwa pengertian sistem adalah sekumpulan unsur atau
elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan
bersama untuk mencapai suatu tujuan.
Pemerintah merupakan kemudi, dalam bahasa Latin asalnya Gubernaculum.
Dalam bahasa Indonesia, kata dasar pemerintah adalah perintah, kemudian ditambahkan
imbuhan em dan an. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia perintah adalah perkataan
yang bermakna menyuruh melakukan sesuatu; pemerintah adalah kekuasaan yang
memerintah suatu wilayah, daerah, atau, negara; pemerintahan adalaha perbuatan, cara,
hal, urusan dalam memerintah.
Pemerintah adalah organisasi yang mencakup aparatur negara yang meliputi
semua organ-organ, badan atau lembaga, alat kelengkapan negara memiliki kewenangan
untuk membuat kebijakan dalam bentuk (penerapan hukum dan undang-undang) di
kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada di bawah kekuasaan
mereka.
Kekuasaan dalam suatu negara menurut Montesquieu diklasifikasikan menjadi
tiga, yaitu kekuasaan eksekutif yang berarti kekuasaan menjalankan undang-undang
atau kekuasaan menjalankan pemerintahan; kekuasaan legislatif yang berarti kekuasaan
membentuk undang-undang; dan kekuasaan yudikatif yang berarti kekuasaan mengadili
terhadap pelanggaran atas undang-undang. Komponen-komponen tersebut secara garis
besar meliputi lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Pemerintah berbeda dengan pemerintahan. Pemerintah merupakan organ atau alat
pelengkap jika dilihat dalam arti sempit pemerintah hanyalah lembaga eksekutif saja.
Pemerintahan dalam arti sempit adalah semua aktivitas, fungsi, tugas dan
kewajiban yang dijalankan oleh lembaga untuk mencapai tujuan negara. Pemerintahan
dalam arti luas adalah semua aktivitas yang terorganisir yang bersumber pada
kedaulatan dan kemerdekaan, berlandaskan pada dasar negara, rakyat, atau penduduk
dan wilayah negara itu demi tercapainya tujuan negara. Pemerintahan juga dapat
didefinisikan dari segi struktural fungsional sebagai sebuah sistem struktur dan
organisasi dari berbagai dari berbagai macam fungsi yang dilaksanakan atas dasar-dasar
tertentu untuk mencapai tujuan negara (Haryanto dkk, 1997:2-3).
C.F Strong mendefinisikan pemerintahan dalam arti luas sebagai segala aktivitas
badan-badan publik yang meliputi kegiatan legislatif, eksekutif, dan yudikatif dalam
usaha mencapai tujuan negara. Sedangkan pemerintahan dalam arti sempit adalah segala
kegiatan badan-badan publik yang hanya meliputi kekuasaan eksekutif.
Dari pengertian di atas, maka dalam melakukan pembahasan mengenai
pemerintahan negara titik tolak yang dipergunakan adalah dalam konteks pemerintahan
dalam arti luas. Yaitu meliputi pembagian kekuasaan dalam negara.
Dengan demikian, jika pengertian pemerintahan tersebut dikaitkan dengan
pengertian sistem, maka yang dimaksud dengan sistem pemerintahan adalah suatu
tatanan atau susunan pemerintahan yang berupa suatu struktur yang terdiri dari organ-
organ pemegang kekuasaan di dalam negara dan saling melakukan hubungan fungsional
di antara organ-organ tersebut baik secara vertikal maupun horisontal untuk mencapai
suatu tujuan yang dikehendaki. Jadi, sistem pemerintahan negara menggambarkan
adanya lembaga-lembaga negara, hubungan antar lembaga negara, dan bekerjanya
lembaga negara dalam mencapai tujuan pemerintahan negara yang
bersangkutan. Tujuan pemerintahan negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita
atau tujuan negara. Misalnya, tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah melindungi
segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Lembaga-lembaga yang berada
dalam satu sistem pemerintahan Indonesia bekerja secara bersama dan saling
menunjang untuk terwujudnya tujuan dari pemerintahan di negara Indonesia.
Menurut ruang lingkup, pengertian sistem pemerintahan dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Sistem pemerintahan dalam arti sempit
Sistem pemerintahan adalah sebuah kajian yang melihat hubungan legislatif dan
eksekutif dalam sebuah negara. Berdasarkan kajian ini dibedakan dua model
pemerintahan yakni, system parlementer dan system presidensial .
2. Sistem pemerintahan dalam arti luas
Sistem pemerintahan adalah suatu kajian pemerintahan negara yang bertolak dari
hubungan antara semua organ negara, termasuk hubungan antara pemerintah
pusat dengan bagian-bagian yang ada didalam negara. Sistem pemerintahan
negara dibedakan menjadi negara kesatuan, negara serikat (federal), dan negara
konfederasi.
3. Sistem pemerintahan dalam arti sangat luas
Sistem pemerintahan adalah suatu system pemerintahan yang menitik beratkan
hubungan antara negara dan rakyat. Sistem ini dibedakan menjadi system
pemerintahan monarki, pemerintahan aristokrasi, dan pemerintahan demokrasi.
Menurut para ahli, sistem pemerintahan dapat diklasifikan sebagai berikut:
1. Aristoteles
Menurut jumlah orang yang memerintah dan sifat pemerintahannya dibagi
menjadi enam, yakni monarki, tirani, aristokrasi, oligarki, republik (politea) dan
demokrasi.
2. Polybius
Menurut jumlah orang yang memerintah serta sifat pemerintahannya dibedakan
menjadi enam jenis pemerintahan, yakni monarki, tirani, aristokrasi, oligarki,
demokrasi, dan anarki (oklokrasi).
3. Kranenburg
Adanya ketidakpastian penggunaan istilah monarki dan republik untuk
menyebutkan bentuk negara atau pemerintahan.
4. Leon Duguit
Membagi bentuk pemerintahan berdasarkan cara penunjukkan kepala negaranya,
yakni sistem republik yang kepala negaranya diangkat lewat pemilihan dan sistem
monarki yang kepala negaranya diangkat secara turun menurun.
5. Jellinec
Membagi bentuk pemerintahan menjadi dua, yakni republik dan monarki.
Sistem pemerintahan negara-negara di dunia ini berbeda-beda sesuai dengan
keinginan dari negara yang bersangkutan dan disesuaikan dengan keadaan bangsa dan
negaranya. Sistem pemerintahan presidensial dan sistem pemerintahan parlementer
merupakan dua model sistem pemerintahan yang dijadikan acuan oleh banyak negara.
Amerika Serikat dan Inggris masing-masing dianggap pelopor dari sistem pemerintahan
presidensial dan sistem pemerintahan parlementer. Dari dua model tersebut, kemudian
dicontoh oleh negara-negara lainnya.
Sistem pemerintahan suatu negara berguna bagi negara lain. Salah satu kegunaan
penting sistem pemerintahan adalah sistem pemerintahan suatu negara menjadi dapat
mengadakan perbandingan oleh negara lain. Suatu negara dapat mengadakan
perbandingan sistem pemerintahan yang dijalankan dengan sistem pemerintahan yang
dilaksakan negara lain. Negara-negara dapat mencari dan menemukan beberapa
persamaan dan perbedaan antarsistem pemerintahan. Tujuan selanjutnya adalah negara
dapat mengembangkan suatu sistem pemerintahan yang dianggap lebih baik dari
sebelumnya setelah melakukan perbandingan dengan negara-negara lain. Mereka bisa
pula mengadopsi sistem pemerintahan negara lain sebagai sistem pemerintahan negara
yang bersangkutan.
Dengan demikian, sistem pemerintahan suatu negara dapat dijadikan sebagai
bahan perbandingan atau model yang dapat diadopsi menjadi bagian dari sistem
pemerintahan negara lain. Amerika Serikat dan Inggris masing-masing telah mampu
membuktikan diri sebagai negara yang menganut sistem pemerintahan presidensial dan
parlementer seara ideal. Sistem pemerintahan dari kedua negara tersebut selanjutnya
banyak ditiru oleh negara-negara lain di dunia yang tentunya disesuaikan dengan negara
yang bersangkutan.
Sesuai dengan kondisi negara masing-masing, sistem pemerintahan dibedakan
menjadi dua klasifikasi besar, yaitu:
1. Sistem Pemerintahan Presidensial
Sistem presidensial (presidensiil), atau disebut juga dengan sistem
kongresional, merupakan sistem pemerintahan negara republik di mana kekuasan
eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasan legislatif. S istem
pemerintahan ini dianut oleh Amerika Serikat, Filipina, Indonesia dan sebagian
besar negara-negara Amerika Latin dan Amerika Tengah.
Menurut Rod Hague, pemerintahan presidensiil terdiri dari 3 unsur yaitu:
i) Presiden yang dipilih rakyat memimpin pemerintahan dan mengangkat
pejabat-pejabat pemerintahan yang terkait.
ii) Presiden dengan dewan perwakilan memiliki masa jabatan yang tetap, tidak
bisa saling menjatuhkan.
iii) Tidak ada status yang tumpang tindih antara badan eksekutif dan badan
legislatif.
iv) Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak
dapat dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya dukungan politik.
Namun masih ada mekanisme untuk mengontrol presiden. Jika presiden
melakukan pelanggaran konstitusi, pengkhianatan terhadap negara, dan terlibat
masalah kriminal, posisi presiden bisa dijatuhkan. Bila ia diberhentikan karena
pelanggaran-pelanggaran tertentu, biasanya seorang wakil presiden akan
menggantikan posisinya.
Ciri-ciri pemerintahan presidensial yaitu:
i) Dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus kepala
negara.
ii) Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan
dipilih langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.
iii) Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-
departemen.
iv) Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan eksekutif (bukan
kepada kekuasaan legislatif).
v) Kekuasaan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
vi) Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif.
Kelebihan sistem pemerintahan presidensial yaitu:
i) Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada
parlemen.
ii) Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu.
Misalnya, masa jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun,
Presiden Filipina adalah enam tahun dan Presiden Indonesia adalah lima tahun.
iii) Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu
masa jabatannya.
iv) Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat
diisi oleh orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.
Kekurangan sistem pemerintahan presidensial yaitu:
i) Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat
menciptakan kekuasaan mutlak.
ii) Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
iii) Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar
antara eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas
iv) Pembuatan keputusan memakan waktu yang lama.
2. Sistem Pemerintahan Parlementer
Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan di
mana parlemen memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini
parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat perdana menteri dan parlemen
pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan cara mengeluarkan
semacam mosi tidak percaya. Berbeda dengan sistem presidensiil, di mana sistem
parlemen dapat memiliki seorang presiden dan seorang perdana menteri, yang
berwenang terhadap jalannya pemerintahan. Dalam presidensiil, presiden
berwenang terhadap jalannya pemerintahan, namun dalam sistem parlementer
presiden hanya menjadi simbol kepala negara saja.
Sistem parlementer dibedakan oleh cabang eksekutif pemerintah tergantung
dari dukungan secara langsung atau tidak langsung cabang legislatif, atau parlemen,
sering dikemukakan melalui sebuah veto keyakinan. Oleh karena itu, tidak
ada pemisahan kekuasaan yang jelas antara cabang eksekutif dan cabang legislatif,
menuju kritikan dari beberapa yang merasa kurangnya pemeriksaan dan
keseimbangan yang ditemukan dalam sebuah republik kepresidenan.
Sistem parlemen dipuji, dibanding dengan sistem presidensiil, karena
kefleksibilitasannya dan tanggapannya kepada publik. Kekurangannya adalah dia
sering mengarah ke pemerintahan yang kurang stabil, seperti dalam Republik
Weimar Jerman dan Republik Keempat Perancis. Sistem parlemen biasanya
memiliki pembedaan yang jelas antara kepala pemerintahan dan kepala negara,
dengan kepala pemerintahan adalah perdana menteri, dan kepala negara ditunjuk
sebagai dengan kekuasaan sedikit atau seremonial. Namun beberapa sistem
parlemen juga memiliki seorang presiden terpilih dengan banyak kuasa sebagai
kepala negara, memberikan keseimbangan dalam sistem ini.
Negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer
adalah Inggris, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura dan sebagainya.
Ciri-ciri pemerintahan parlementer yaitu:
i) Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala
pemerintahan sedangkan kepala negara dikepalai oleh presiden/raja.
ii) Kekuasaan eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja
diseleksi berdasarkan undang-undang.
iii) Perdana menteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat
dan memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-
departemen.
iv) Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
v) Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
vi) Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif.
Kelebihan sistem pemerintahan parlementer:
i) Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi
penyesuaian pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena
kekuasaan eksekutif dan legislatif berada pada satu partai atau koalisi partai.
ii) Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik
jelas.
iii) Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga
kabinet menjadi berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
Kekurangan sistem pemerintahan parlementer:
i) Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada mayoritas
dukungan parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh
parlemen.
ii) Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan
berakhir sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet
dapat bubar.
iii) Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota
kabinet adalah anggota parlemen dan berasal dari partai meyoritas. Karena
pengaruh mereka yang besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat
mengusai parlemen.
iv) Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif.
Pengalaman mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi
bekal penting untuk menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya.
B. Sistem Pemerintahan Indonesia
Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang
terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.
Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang
berbentuk republik. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa bentuk negara
Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahannya adalah republik.
Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik, Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala
pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang
Dasar.” Dengan demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensial.
Kekuasaan pemerintahan negara Indonesia menurut UUD pasal 1 sampai dengan
pasal 16, pasal 19 sampai dengan pasal 23 ayat (1) dan ayat (5), serta pasal 24 adalah:
i) Kekuasaan menjalani perundang–undangan negara atau kekuasaan eksekutif yang
dilakukan oleh pemerintah.
ii) Kekuasaan memberikan pertimbangan kenegaraan kepada pemerintah atau
kekuasaan konsultatif yang dilakukan oleh DPA.
iii) Kekuasaan membentuk perundang–undangan negara atau kekuasaan legislatif
yang dilakukan oleh DPR.
iv) Kekuasaan mengadakan pemeriksaan keuangan negara atau kekuasaan
eksaminatif atau kekuasaan inspektif yang dilakukan oleh BPK.
v) Kekuasaan mempertahankan perundang–undangan negara atau kekuasaan
yudikatif yang dilakukan oleh MA.
Berdasarkan ketetapan MPR nomor III/MPR/1978 tentang kedudukan dan
hubungan tata kerja lembaga tertinggi negara dengan atau antara lembaga – lembaga
Tinggi Negara ialah sebagai berikut.
i) Lembaga tertinggi negara adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat. MPR sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara dengan pelaksana kedaulatan rakyat
memilih dan mengangkat presiden atau mandataris dan wakil presiden untuk
melaksanakan Garis–garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan putusan–putusan
MPR lainnya. MPR dapat pula diberhentikan presiden sebelum masa jabatan
berakhir atas permintaan sendiri, berhalangan tetap sesuai dengan pasal 8 UUD
1945, atau sungguh–sungguh melanggar haluan egara yang ditetapkan oleh MPR.
ii) Lembaga–lembaga tinggi negara sesuai dengan urutan yang terdapat dalam UUD
1945 ialah presiden (pasal 4 – 15), DPA (pasal 16), DPR (pasal 19-22), BPK
(pasal 23), dan MA (pasal 24).
a. Presiden adalah penyelenggara kekuasaan pemerintahan tertinggi dibawah
MPR. Dalam melaksanakan kegiatannya dibantu oleh seorang wakil presiden.
Presiden atas nama pemerintah (eksekutif) bersama–sama dengan DPR
membentuk undang-undang termasuk menetapkan APBN. Dengan
persetujuan DPR, presiden dapat menyatakan perang.
b. Dewan Pertimbangan Agung (DPA) adalah sebuah bahan penasehat
pemerintah yang berkewajiban memberi jawaban atas pertanyaan presiden.
Selain itu DPA berhak mengajukan pertimbangan kepada presiden.
c. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah sebuah badan legislatif yang dipilih
oleh masyarakat berkewajiban selain bersama-sama dengan presiden
membuat undang-undang juga wajib mengawasi tindakkan-tindakan presiden
dalam pelaksanaan haluan Negara.
d. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ialah badan yang memeriksa tanggung
jawab tentang keuangan negara. Dalam pelaksanaan tugasnya terlepas dari
pengaruh kekuasaan pemerintah. BPK memriksa semua pelaksanaan APBN.
Hasil pemeriksaannya dilaporkan kepada DPR.
e. Mahkamah Agung (MA) adalah badan yang melaksanakan kekuasaan
kehakiman yang dalam pelaksanaan tugasnya terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah dan pengaruh lainnya. MA dapat mempertimbangkan
dalam bidang hukum, baik diminta maupun tidak diminta kepada kepada
lembaga – lembaga tinggi negara.
C. Pelaksanaan Sistem Pemerintahan di Indonesia
Secara teori, berdasarkan UUD 1945, Indonesia menganut sistem pemerintahan
presidensiil. Namun dalam prakteknya banyak bagian-bagian dari sistem pemerintahan
parlementer yang masuk ke dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Sehingga secara
singkat bisa dikatakan bahwa sistem pemerintahan yang berjalan di Indonesia adalah
sistem pemerintahan yang merupakan gabungan atau perpaduan antara sistem
pemerintahan presidensiil dengan sistem pemerintahan parlementer. Apalagi bila
dirunut dari sejarahnya, Indonesia mengalami beberapa kali perubahan sistem
pemerintahan.
i) Tahun 1945 – 1949
Pemerintahan yang diterapkan saat itu adalah sistem parlementer. Terjadi
penyimpangan dari ketentuan UUD 1945 antara lain:
a. Berubah fungsi komite nasional Indonesia pusat dari pembantu presiden
menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan
GBHN yang merupakan wewenang MPR.
b. Terjadinya perubahan sistem kabinet presidensial menjadi kabinet parlementer
berdasarkan usul BP – KNIP.
ii) Tahun 1949 – 1950
Didasarkan pada konstitusi RIS. Pemerintahan yang diterapkan saat itu
adalah sistem parlementer kabinet semu (Quasy Parlementary). Sistem
pemerintahan yang dianut pada masa konstitusi RIS bukan kabinet parlementer
murni karena dalam sistem parlementer murni, parlemen mempunyai kedudukan
yang sangat menentukan terhadap kekuasaan pemerintah.
iii) Tahun 1950 – 1959
Landasannya adalah UUD 1950 pengganti konstitusi RIS 1949. Sistem
Pemerintahan yang dianut adalah parlementer kabinet dengan demokrasi liberal
yang masih bersifat semu. Adapun ciri-cirinya ialah sebagai berikut:
a. Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat.
b. Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintahan.
c. Presiden berhak membubarkan DPR.
d. Perdana Menteri diangkat oleh Presiden.
iv) Tahun 1959 – 1966
Pada masa ini Indonesia menganut sistem pemerintahan demokrasi
terpimpin. Era “Demokrasi Terpimpin”, yaitu kolaborasi antara
kepemimpinan PKI dan kaum borjuis nasional dalam menekan
pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani,
gagal memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang
mendesak. Pendapatan ekspor menurun, cadangan devisa
menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat dan militer
menjadi wabah. Presiden mempunyai kekuasaan mutlak dan dijadikannya alat
untuk melenyapkan kekuasaan-kekuasaan yang menghalanginya sehingga nasib
parpol (10 parpol yang diakui) ditentukan oleh presiden. Tidak ada kebebasan
mengeluarkan pendapat.
v) Tahun 1966 – 1998
Pada 27 Maret 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa
jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara
berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Presiden
Soeharto memulai “Orde Baru” dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis
mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh
Soekarno pada akhir masa jabatannya.
Orde Baru berlangsung selama 30 tahun. Dalam jangka waktu tersebut,
ekonomi Indonesia berkembang pesat meski hal ini dibarengi praktek korupsi
yang merajalela di negara ini. Lama kelamaan banyak terjadi penyimpangan-
penyimpangan. Kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin
melebar.
Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan
utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang
didominasi militer namun dengan nasehat dari ahli ekonomi didikan Barat. DPR
dan MPR tidak berfungsi secara efektif. Anggotanya bahkan seringkali dipilih
dari kalangan militer, khususnya mereka yang dekat dengan Cendana. Hal ini
mengakibatkan aspirasi rakyat sering kurang didengar oleh pusat. Pembagian
PAD juga kurang adil karena 70% dari PAD tiap provinsi tiap tahunnya harus
disetor kepada Jakarta, sehingga melebarkan jurang pembangunan antara pusat
dan daerah.
Dikarenakan sistem pemerintahan yang sangat terpusat dan krisis finansial
Asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia melemah, maka terjadi demonstrasi
besar-besaran yang dilakukan berbagai organ aksi mahasiswa di berbagai wilayah
Indonesia. Pemerintahan Soeharto semakin disorot setelah Tragedi Trisakti pada
12 Mei 1998 yang kemudian memicu Kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya.
Gerakan mahasiswa pun meluas hampir diseluruh Indonesia. Di bawah tekanan
yang besar dari dalam maupun luar negeri, Soeharto akhirnya memilih untuk
mengundurkan diri dari jabatannya pada 21 Mei 1998.
vi) Tahun 1998 – Sekarang
Pelaksanaan demokrasi pancasila pada era reformasi telah banyak
memberikan ruang gerak pada partai politik maupun DPR untuk mengawasi
pemerintah secara kritis dan dibenarkan untuk unjuk rasa.
Perubahan dalam sistem pemerintahan tidak hanya berhenti sampai di situ saja
karena terjadi perbedaan pelaksanaan sistem pemerintahan menurut UUD 1945 sebelum
UUD 1945 diamandemen dan setelah terjadi amandemen UUD 1945 pada tahun 1999 -
2002.
i) Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut Konstitusi RIS
Sistem Pemerintahan Indonesia menurut konstitusi RIS adalah sistem
Pemerintah Parlementer yang tidak murni. Pasal 118 konstitusi RIS antara lain:
a. Presiden tidak dapat di ganggu gugat
b. Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah
ii) Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUDS 1950
UUDS 1950 masih tetap mempergunakan bentuk sistem pemerintahan
seperti yang diatur dalam konstitusi RIS. Di dalam pasal 83 UUDS 1950
dinyatakan sebagai berikut:
a. Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat
b. Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah,
baik bersama-sama untuk seluruhnya maupun masing-masing untuk
bagiannya sendiri-sendiri.
iii) Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945 Sebelum Amandemen
Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945
sebelum diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci
pokok sistem pemerintahan negara tersebut sebagai berikut.
a. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat)
Suatu negara dapat dikatakan sebagai negara yang didasarkan atas
hukum apabila alat-alat perlengkapan yang ada di dalamnya senantiasa
bertindak dengan sesuai dan terikat pada aturan-aturan yang ditentukan
terlebih dahulu oleh alat-alat perlengkapan yang dikuasakan untuk
mengadakan aturan-aturan tersebut. Suatu negara yang menyatakan diri
sebagai negara hukum harus mengakui dan melindungi hak-hak asasi
manusia. Selain itu negara hukum juga harus menjalankan peradilan yang
bebas dari pengaruh suatu kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak memihak.
b. Sistem Konstitusional
Konstitusi menjadi pondasi negara yang mengatur pemerintahannya,
membagi kekuasaan dan mengatur tindakan-tindakannya. Dengan sistem
konstitusional dapat memperkuat dan mempertegas terhadap sistem negara
hukum seperti yang digariskan dalam sistem pemerintahan Indonesia.
c. Kekuasaan negara yang tertinggi berada di tangan MPR
MPR mempunyai tugas dan kewenangan untuk mengubah,
menetapkan UUD, melantik kepala negara (presiden) dan wakil kepala
negara (wakil presiden). MPR juga mempunyai kewenangan untuk
memberhentikan presiden dan atau wakil presiden atas usul DPR, apabila
terbukti telah melakukan pelanggaran akum berupa pengkhianatan terhadap
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan
tercela.
d. Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah
MPR
Berdasarkan hasil amandemen UUD 1945, yaitu pasal 6A disebutkan
bahwa presiden dan wakil presiden dipilih dalam satu pasangan secara
langsung oleh rakyat. Dalam pasal 3 ayat 2 juga dinyatakan bahwa “Majelis
Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan Wakil Presiden.”
e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
Dalam Penjelasan UUD 1945 dinyatakan dengan jelas bahwa Presiden
harus mendapatkan persetujuan DPR untuk membentuk UU dan untuk
menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara, akan tetapi Presiden
tidak bertanggung jawab kepada Dewan.
f. Menteri negara sebagai pembantu presiden
Presiden mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri negara.
Menteri-menteri negara tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan
Rakyat, melainkan kepada Presiden.
g. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas
Setiap negara demokrasi memiliki konstitusi untuk membatasi
kekuasaan seorang kepala negara. Indonesia sebagai negara hukum (sistem
pemerintahan yang pertama) menganut sistem konstitusional (sistem
pemerintahan yang kedua) dan adanya fungsi pengawasan (kontrol) DPR.
Pemerintahan orde baru dengan tujuh kunci pokok diatas berjalan sangat
stabil dan kuat. Pemerintah memiliki kekuasaan yang besar. Sistem Pemerintahan
Presidensial yang dijalankan pada era ini memiliki kelemahan pengawasan yang
lemah dari DPR namun juga memiliki kelebihan kondisi pemerintahan lebih
stabil.
iv) Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945 Setelah Amandemen
Di akhir era orde baru muncul pergerakan untuk mereformasi sistem yang
ada menuju pemerintahan yang lebih demokratis. Untuk mewujudkan hal itu
dibutuhkan sebuah pemerintahan yang konstitusional. Pemerintahan yang
konstitusional adalah yang didalamnya terdapat pembatasan kekusaaan dan
jaminan hak asasi. Kemudian dilakukanlah amandemen Undang-undang Dasar
1945 sebanyak 4 kali, tahun: 1999, 2000, 2001, 2002. Berdasarkan konstitusi yang
telah diamandemen ini diharapkan sebuah sistem pemerintahan yang lebih
demokratis akan terwujud. Adapun pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia
setelah amandemen yakni sebagai berikut:
a. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah
negara terbagi dalam beberapa provinsi.
b. Bentuk pemerintahan adalah republik konstitusional, sedangkan sistem
pemerintahan presidensial.
c. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden
dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.
d. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada
presiden.
e. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan
merupakan anggota MPR. DPR memiliki kekuasaan legislatif dan
kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan.
f. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan
dibawahnya.
g. Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem
pemerintahan parlementer dan melakukan pembaharuan untuk
menghilangkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam sistem presidensial.
Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di Indonesia adalah
sebagai berikut;
h. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR.
Jadi, DPR tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara
tidak langsung.
i. Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau
persetujuan dari DPR.
j. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau
persetujuan dari DPR.
k. Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-
undang dan hak budget (anggaran)
D. Asas Sistem Pemerintahan
1. Asas Pemerintahan Umum
Asas adalah dasar, pedoman atau sesuatu yang dianggap kebenaraannya,
yang menjadi tujuan berpikir dan prinsip yang menjadi pegangan. Jadi dengan
demikian yang menjadi asas ilmu pemerintahan adalah dasar dari suatu sistem
pemerintahan seperti ideologi suatu bangsa, filsafah hidup dan konstitusi yang
membentuk sistem pemerintahannya.
Untuk itu dalam membahas asas suatu pemerintahan, kita perlu melihat
berbagai prinsip-prinsip, pokok-pokok pikiran, tujuan, struktur organisasi, faktor-
faktor kekuatan dan proses pembentukan suatu negara. Hal ini karena
sebagaimana sifat dari pada ilmu pemerintahan itu sendiri, maka dalam
menetukan asas ilmu pemerintahan ini, yang diselidiki hanyalah asas
pemerintahan dari suatu negara tertentu, bukan pemerintahan pada umumnya.
Tentang asas-asas pemerintahan yang berlaku secara umum, Dr. Talizi
mengatakan sebagai berikut bahwa “Pengertian asas dalam hubungannya ini
adalah dalam arti khusus. Secara umum dapat dikatakan bahwa asas-asas
pemerintahan tercantum didalam pedoman-pedoman, peraturan-peraturan dan jika
diusut sampai tingkat tertinggi.”
Beberapa asas pemerintahan yaitu:
i) Asas Aktif
Pemerintah memiliki sumber utama pembangunan. Di negara-negara
berkembang pemerintah senantiasa berada pada posisi sentral, oleh karena
itu pemerintah memegang peran inovatif dan inventif. Bahkan pemerintah
mengurus semua permasalahan pembangunan, pemerintahan, dan
kemasyarakatan, mulai dari orang-orang yang belum lahir kedunia, sampai
dengan orang-orang yang telah meninggal dunia. Jadi pemerintah selalu
aktif di mannapun berada.
ii) Asas Vrij Bestuur
Vrij berarti kosong, sedangkan Bestuur berarti pemerintahaan. Jadi
Vrij Bestuur adalah kekosongan pemerintahaan. Hal ini timbul karena
melihat bahwa tidak seluruhnya penjabaran setiap departemen dan non
departemen sampai ke kecamatan-kecamatan, apalagi kelurahan-kelurahan
dan desa-desa. Asas ini biasanya disebut juga sebagai asas mengisi
kekosongan.
iii) Asas Freies Eremessen
Berlainan dengan asas Vrij Bestuur, bila mana pekerjaan itu ada tetapi
aparat pelaksanaannya tidak ada. Maka pada asas Freies Eremessen,
pekerjaan itu memang belum ada dan mesti dicari serta ditemukan sendiri.
Jadi terlepas hanya sekedar mengurus hal-hal yang secara tegas telah
digariskan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah tingkat yang lebih
di atas, untuk dipertanggungjawabkan hasilnya. Dalam hal ini pemerintah
bebas mengurus dan menemukan inisiatif pekerjaan baru, sepenjang tidak
ada pertentangan dengan peraturan peundang-undangan yang berlaku
ataupun ketentuan-ketentuan lain yang berkenaan dengan norma kebiasaan
suatu tempat.
iv) Asas Historis
Asas yang dalam penyelenggaraan pemerintaha, bila terjadi suatu
peristiwa pemerintah, maka untuk menanggulanginya pemerintah
berpedoman kepada penanggulangan dan pemecahan peristiwa yang lalu,
yang sudah pernah terjadi.
v) Asas Etis
Asas yang dalam penyelenggaraan pemerintahaan, pemerintah tidak
lepas pemperhatikan kaidah norma. Oleh karenanya dinegara Indonesia,
pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila senang tiasa
digalakan, disamping masing-masing agama berlomba menyampaikan
bahwa pemerintah bukan masalah sekuler yang tepisah jauh dari etika dan
moral, tetapi merupakan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan
di akhirat nanti.
vi) Asas Otomatis
Asas dengan sendirinya, bila ada suatu kegiataan baru yang diluar
tanggung jawab suatu departemen atau non departemen, baik sifatnya rutin
atau sewaktu-waktu, maka dengan sendirinya pekerjaan itu dipimpin oleh
parat Departemen Dalam Negeri sebagai poros pemerintahan dalam negeri,
walaupun dengan tetap melihatkan aparat lain. Misalnya, kepanitian Hari-
Hari Besar Nasional, penyambut tamu Negara, dan lain-lain. Di daerah
dikelola oleh Pemerintah Daerah.
vii) Asas Detournement De Pauvoir
Asas Detournement De Pauvoir adalah asas kesewenang-wenangan
pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahannya atau sebaliknya
ketidakpedulian pemerintah terhadap masyarakatnya. Jadi asas ini
merupakan pertentangan dari semua asas yang telah di sampaikan di atas
karena menyalahgunakan kekuasaan yang di peroleh.
2. Asas Penyelenggaraan Pemerintah Di Indonesia
Ada tiga asas penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia yang harus
diseimbangkan pemakaiannya sebagai berikut:
i) Asas Negara Hukum
Yaitu asas yang mempedomani peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Ini mengandung arti bahwa negara, termasuk di dalamnya
pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya, dalam melaksanakan
tindakan apapun harus di landasi oleh hukum atau harus dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Prinsip dari asas ini terdapat dalam
rumusan Peraturran yang diwujudkan dari cita-cita hukum (rechssidee),
kalau tidak demikian muncul kesemena-menaan yang bermula dari
subjektifitas penguasa.
ii) Asas Semangat Kekeluargaan
Yaitu asas yang mempedomani rasa kemanusiaan dan cinta kasih
senasib sepenanggungan. Istilah kekeluargaan itu berasal dari kata
“keluarga”. Keluarga itu terdapat dalam masyarakat, bangsa apa saja, selain
ditentukan oleh ikatan darah juga terdapat ikatan lainnya yang terjadi karena
rasa cinta kasih antara semua anggota yang sudah dianggap keluarga, yang
membawa akibat saling bantu-membantu, saling menghormati dan saling
memberikan perlindungan.
Demikianlah jika ikatan-ikatan itu ditingkatkan dalam hubugan antar
keluarga sampai pada hubungan antar anggota keluarga yang lebih besar,
disebut kekeluargaan. Kekeluargaan ini sebagai pengobjektifan dari
keluarga yang subjektif.
iii) Asas Kedaulatan Rakyat
Yaitu asas yang mempedomani bahwa kekuasaan tertinggi adalah hati
nurani rakyat kecil yang selama ini walaupun jumlah mereka besar, tetapi
mereka diam (silent majority). Asas ini berasal dari keinginan untuk
dibedakan demokrasi dengan kebebasan, kendatipun demokrasi
membicarakan berbagai kebebasan seperti kebebasan berpendapat,
kebebasan menuntut ilmu dan mengusahakan mata pencaharian yang layak
serta lain-lain. Namun kebebasan pada gilirannya dapat mencapai dekadensi
moral karena bagaimanapun manusia ingin bebas bahkan hidup sendiri,
peraturan dan hukum tetap perlu diadakan sendiri.
Ketiga asas tersebut di atas mutlak harus diseimbangkan, karena bila di
laksanakan sendiri-sendiri cenderung akan meiliki ekses negatif. Misalnya hukum
yang dilaksanakan secara berlebih-lebihan akan menyingkirkan kemanusiaan dan
kekeluargaan, nilai-nilai kekeluargaan bila dilakukan berlebihan akan melupakan
hukum yang harus dijalankan, dan kebebasan rakyat yang dibiarkan berlebihan
akan menimbulkan pelanggaran syariah agama yang trasendental.
Namun demikian apabila dijalankan berbarengan secara seimbang akan
menciptakan hasil yang luar biasa baiknya, dalam penyelenggaraan sistem
pemerintahan Indonesia. Ini memang merupakan sifat dan asas yang dianut oleh
undang-undang dasar 1945, yang di cetuskan dari pola piker oendiri Negara
kesatuan republik Indonesia ini dulu. Itulah sebabnya dalam ketatanegaraan
Indonesia kita kenal hukum yang bersumber dari nilai-nilai luhur pancasila,
kekeluargaan leluhur yang berbhineka tunggal ika, dan keberadan Dewan
Perwakilan Rakyat yang walaupun sampai saat ini masih tetap mencari bentuk
keindonesiaannya.
3. Asas Pemerintahan di Daerah
Dalam hubungan pemerintahan pusat dengan pemerintah daerah, kita
mengenal beberapa kali pergantian undang-undang pemerintah daerah. Menurut
undang-undang No. 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintah di daerah,
yang masih berlaku sampai saat ini, dikenal beberapa asas penyelenggaraan
pemerintah di daerah sebagai berikut:
i) Asas desentralisasi
Asas desentralisasi adalah asas penyerahan sebagian urusan dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri.
ii) Asas dekonsentrasi
Asas dekonsentrasi adalah asas pelimpahan wewenang dari
pemerintah pusat atau kepala wilayah, atau kepala instansi vertikal tingkat
atasnya, kepada pejabat-pejabatnya di Daerah.
iii) Tugas Pembantuan
Tugas pembantuan adalah asas untuk turut sertanya Pemerintah
Daerah bertugas dalam melaksanakan urusan Pemerintahan Pusat yang
ditugaskan kepada Pemerintah Daerah oleh Pemerinah Pusat atau
Pemerintah Daerah Tingkat atasnya dengan kewajiban mempertanggung
jawabkan kepada yang menugaskannya.
Konsekuensi dari ketiga asas tersebut di atas, maka diadakan sebagai
berikut:
i) Otonomi daerah, yaitu akibat adanya desentralisasi lalu diadakan daerah
otonomi yant diberikan hak wewenang dan kewajiaban untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri sesuai peraturan berlaku
ii) Daerah otonom, yaitu akbiat adanya otonomi daerah lalu dibentuklah
daerah-daerah otonomi, baik untuk tingkat 1 mauoun tingkat 2. Daerah
otonom itu sendiri berarti kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas wilayah terntentu yang hendak berwenang dan berkewajiban
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dakam ikatan Negara
kesatuan republic ndoneisa sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
iii) Wilayah adminsitratif, yaitu akibat adanya asas dekonsentrasi. Wilayah
administratif itu sendiri, berarti lingkungan kerja perangkat pemerintah
pusat yang menyelenggarakan pelaksanaan tugas pemerintah umum di
daerah. Tugas pemerintahan umum adalah urusan pemerintahan yang
meliputi bidang letenramanm, ketertiban, politik, kordinasi, pengawasan dan
urusan pemerintahan lainnya (seperti peradilan keamanan, moneter, dan luar
negeri) yang tidak termasuk tugas suatu instansi dan tidak termasuk urusan
rumah tangga daerah.
iv) Kata ‘mengurus’ dan ‘mengatur’ dalam pemberian otonomi kepada daerah
dapat di bedakan, yaitu mengurus berarti fungsi penyelenggaraan
pemerintahan yang di jalankan oleh pihak eksekutif daerah yaitu kepala
daerah, sedangkan mengatur berarti fungsi pengaturan yang di jalankan oleh
pihak pembuat peraturan daerah yaitu legislatif yang dipegang Dewan
Perwakilah Rakyat Daerah.
E. Etika Pemerintahan di Indonesia
Karena ilmu pemerintahan itu sama sebagaimana ilmu-ilmu kenegaraan lainnya
yang banyak berkonotasi pada masalah kekuasaan, maka dikhawatirkan timbul
kecenderungan pada kesewenang-wenangan, oleh karena itu diperlukan etika yang
berakhir dari moral dan norma agama.
Kebanyakan orang merasa bahwa norma-norma dan hukum-hukum mempunyai
peranan yang besar dalam bidang etika. Karena kalau tidak demikian apapun yang
diatur akan menemukan kesewenang-wenangan, dan akhirnya gilirannya menjadi
ketiranian.
Etika artinya sama dengan kata Indonesia ‘Kesusilaan’, kata dasarnya adalah,
susila kemudian diberi awalan ke dan akhiran an. ‘Susila’ berasal dari bahasa
Sansekerta, ‘Su’ berarti baik, dan ‘Sila’ berarti norma kehidupan. Jadi ‘Etika’ berarti
menyangkut kelakuan yang menuruti norma-norma kehidupan yang baik.
Asal kata ‘etika’ itu sendiri sebenarnya berasal dari perkataan Yunani ‘Ethos’
yang berarti watak atau adat. Kata ini identik dengan asal kata ‘Moral’ dari bahasa Latin
‘Mos’ (bentuk jamaknya adalah ‘Mores’) yang berarti adat atau moral hidup. Jadi kedua
kata tersebut (etika dan moral) menunjukkan cara berbuat yang menjadi adat karena
persetujuan atau praktek sekelompok manusia.
Dengan demikian etika dapat diartikan sebagai suatu atau setiap kesediaan jiwa
seseorang untuk senantiasa taat dan patuh kepada seperangkat peraturan-peraturan
kesusilaan.
Berbagai kasus yang non etis (tidak beretika) terjadi di sekililing kita, beberapa
diantaranya yang dapat tercatat antara lain sebagai berikut:
i) Seorang tukang becak yang matanya terasa sedikit gatal berobat ke rumah sakit.
Oleh dokter serta merta mata tersebut dioperasi, dengan catatan setelah pulang
jangan dibuka balutnya sampai kemudian datang lagi untuk diperiksa dalam
berobat jalan. Sayang, di rumah balut mata tersebut terbuka dan sang istri
menyaksikan sendiri rongga mata suaminya bolong berlubang. Rupanya sang
dokter lebih butuh uang hasil penjualan kornea mata yang melekat pada mata
pasiennya, daripada menghargai organ tubuh terpenting pasiennya itu.
ii) Masih dari segi medis, seorang perawat menjawab dengan tegas permintaan
seorang ibu yang datang menggendong anaknya karena demam panas. “Ibu tidak
disiplin, mengapa datang jam begini, besok saja kembali lagi.” Sang ibu dengan
berhiba menjawab: “Bukankah besok hari Minggu”. Dengan gamblang petugas
yang disiplin ini menangkis: “Kalau begitu ibu kembali lagi hari Senin, sekarang
saya harus mengerjakan tugas lain, saya bukan hanya melayani ibu saja, banyak
tugas yang harus diselesaikan”.
iii) Kejadian perampokan, pencurian, pencolongan dan penodongan di suatu kota sulit
sekali dideteksi, karena pelakunya selalu tidak diketahui ke mana larinyadan di
mana tempat tinggalnya. Tetapi ketika suatu kali seseorang berhasil melacaknya,
orang tersebut menjadi terperangah karena menyaksikan sang perampok dengan
mulus lari dari penjara tempat tinggalnya. Ia memang sengaja dilepas oleh petugas
penjara, untuk mencari tambahan penghasilan mereka bersama, sudah barang
tentu hasilnya dibagi-bagi.
iv) Seorang wakil rakyat yang duduk di majelis, mewakili kaum buruh yang
diperjuangkan haknya agar tidak senantiasa ditekan dan dirugikan. Tetapi yang
bersangkutan pada kenyataannya sehari-hari terlibat kasus penyiksaan pada
pembantu rumah tangganya sendiri. Betapa memprihatinkan seorang pembantu
yang lugu ternyata mendapat perlakuan yang sangat menyedihkan, gajinya tidak
dibayarkan, ia juga mendapat siksaan berat sekujur tubuhnya penuh dengan bekas
tindakan kekerasaan. Seperangkat perlakuan yang dilakukan majikannya antara
lain menyiram dengan air panas, menyetrika punggung, menendang, menembak
kakinya dengan senapan angin, memborgol, tidak memberi makan, tidak
membayarkan gaji, serta memperkosa.
v) Beberapa orang petugas keamanan dan ketertiban, mengejar sekelompok anak
muda yang baru saja dilaporkan habis memperkosa seorang gadis belia. Tetapi
sewaktu gerombolan anak-anak muda itu masuk ke rumah ayahnya yang menjadi
pejabat teras daerah pemerintah setempat, para petugas keamanan dan ketertiban
tersebut tidak lagi melanjutkan pengejaran buruannya, mereka hanya berputar-
putar saja sekeliling rumah, gentar untuk masuk ke dalam. Kejadian itu kemudian
hanya hilang begitu saja.
vi) Para pejabat keuangan dan kebendaharawan berusaha untuk ikut melakukan
pembelian, yang seharusnya dipesan bagian pengadaan perlengkapan dan
pembelian. Sehingga pemborong dan toko yang merasa dijadikan langganan,
untuk melancarkan perdagangannya memberikan komisi pada sang pejabat. Pada
giliranya terjadi kerancuan, barang yang dipesan tidak lagi memenuhi target
permintaan, asal jadi dan merugikan negara, karena sang pejabat yang disogok
tidak mempunyai keberanian untuk membantah, tender telak dimenangkan secara
kolega atau bahkan primordial.
Seluruh kejadian di atas dilakukan oleh aparat pemerintah yang sempat disajikan
oleh berbagai media massa. Sepertinya kasus-kasus non etis di atas sudah menjadi hal
yang tidak asing lagi di dekitar kita. Sudah seharusnya kita membenahi diri masing-
masing di saat aparat pemerintah pun tidak lagi bisa dijadikan sebagai acuan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari seluruh pembahasan makalah ini, kami dapat simpulkan bahwa sistem
pemerintahan negara Indonesia menggambarkan adanya lembaga-lembaga yang bekerja
dan berjalan saling berhubungan satu sama lain menuju tercapainya tujuan
penyelenggaraan negara. Lembaga-lembaga negara dalam suatu sistem politik meliputi
empat institusi pokok, yaitu eksekutif, birokratif, legislatif, dan yudikatif. Selain itu,
terdapat lembaga lain atau unsur lain seperti parlemen, pemilu, dan dewan menteri.
Dalam sistem pemerintahan Indonesia, lembaga-lembaga negara berjalan sesuai dengan
mekanisme demokratis.
Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang
terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.
Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang
berbentuk republik. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa bentuk negara
Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahannya adalah republik. Selain
bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik, Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Hal itu
didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.” Dengan
demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem pemerintahan
presidensial.
Sistem pemerintahan negara Indonesia berbeda dengan sistem pemerintahan yang
dijalankan di negara lain. Namun, terdapat juga beberapa persamaan antarsistem
pemerintahan negara. Misalnya, dua negara memiliki sistem pemerintahan yang sama.
Perubahan pemerintah di negara terjadi pada masa genting, yaitu saat perpindahan
kekuasaan atau kepemimpinan dalam negara. Perubahan pemerintahan di Indonesia
terjadi antara tahun 1997 sampai 1999. Hal itu bermula dari adanya krisis moneter dan
krisis ekonomi.
Indonesia mengalami beberapa kali perubahan sistem pemerintahan. Pada tahun
1945-1949 Indonesia menganut sistem pemerintahan parlementer. Kemudian pada
tahun 1949-1950 Indonesia menganut sistem parlementer kabinet semu yang didasarkan
pada konnstitusi RIS. Pada tahun 1950-1959 Indonesia menganut sistem pemerintahan
parlementer kabinet dengan demokrasi liberal yang masih bersifat semu. Indonesia
pernah menganut sistem pemerintahan demokrasi terpimpin pada tahun 1959-1966.
Setelah itu, Indonesia dibawah kepemimpinan Soeharto dari tahun 1968-1988
menjalankan sistem pemerintahan orde baru. Setelah jatuhnya pemerintahan Soeharto,
Indonesia menganut sistem pemerintahan demokrasi Pancasila hingga sekarang.
Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan, sistem pemerintahan
Indonesia menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan presidensial. Sistem
pemerintahan ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan
Presiden Suharto. Ciri dari sistem pemerintahan masa itu adalah adanya kekuasaan yang
amat besar pada lembaga kepresidenan. Hampir semua kewenangan presiden yang di
atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa melibatkan pertimbangan atau
persetujuan DPR sebagai wakil rakyat. Karena itu tidak adanya pengawasan dan tanpa
persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden sangat besar dan cenderung dapat
disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan, kekuasaan yang besar pada presiden juga
ada dampak positifnya yaitu presiden dapat mengendalikan seluruh penyelenggaraan
pemerintahan sehingga mampu menciptakan pemerintahan yang kompak dan solid.
Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau berganti. Konflik dan
pertentangan antarpejabat negara dapat dihindari. Namun, dalam praktik perjalanan
sistem pemerintahan di Indonesia ternyata kekuasaan yang besar dalam diri presiden
lebih banyak merugikan bangsa dan negara daripada keuntungan yang didapatkanya.
Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan
sistem pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang
konstitusional atau pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi.
Dalam menjalankan sistem pemerintahan perlu memperhatikan asas
pemerintahan. Asas adalah dasar, pedoman atau sesuatu yang dianggap kebenaraannya,
yang menjadi tujuan berpikir dan prinsip yang menjadi pegangan. Jadi dengan demikian
yang menjadi asas ilmu pemerintahan adalah dasar dari suatu sistem pemerintahan
seperti ideologi suatu bangsa, filsafah hidup dan konstitusi yang membentuk sistem
pemerintahannya.
B. Saran
Sudah saatnya, kita bersama-sama bergerak untuk mencapai angan demokrasi
yang telah dicita-citakan oleh para pemimpin-pemimpin dan tokoh-tokoh Indonesia.
Unsur-unsur demokrasi yang kadang menjadi akar permasalahan harus bisa diselesaikan
dan diperbaiki, karena konsep demokrasi bukan hak paten yang tidak bisa diubah. Ia
harus bersifat dinamis dan bisa mengikuti kultur sosial- politik-budaya Negara yang
menggunakannya sebagai asas negara. Usaha perubahan tersebutsebenarnya telah sering
dilakukan dan sayangnya malah menjadi ancaman bukan kenyamanan. Rakyat perlu
diperkuat kembali bahwa mereka bukan alat kekuasaan yang dengan mudah diatur
kesana ke mari. Elit penguasa dan rakyat harus bisa bekerja sama selama tujuan
demokrasi menjadi patokan utama bernegara yang baik.
PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Pertanyaan : Bagaimana perbedaan pelaksanaan sistem pemerintahan di Indonesia
saat menggunakan sistem pemerintahan parlementer dan sistem
pemerintahan presidensiil?
Jawaban :
PerbedaanSistem
Pemerintahan Presidensial
Sistem Pemerintahan Parlementer
Kepala Negara Presiden PresidenKepala Pemerintahan Presiden Perdana MenteriMasa Jabatan Kepala Pemerintahan ditentukan
Jangka WaktuTidak ditentukan Jangka Waktu
Hak Prerogatif Eksekutif Presiden Perdana MenteriHak Prerogatif Legislatif Presiden Perdana MenteriHak Pendapat Menurut UUD/diberlakukan/dicabut
Presiden Perdana Menteri
Eksekutif bertanggungjawab kepada legislatif Tidak YaEksekutif dijatuhkan oleh legislatif Tidak YaPosisi Eksekutif Parpol dan
ProfesionalHanya partai berkuasa
Pembubaran legislatif oleh eksekutif Tidak YaPengusulan/Pengubah/Pengganti/Perbaikan UUD/UU/peraturanbersama dengan legislatif
Presiden Perdana Menteri
Hukuman kepada Kepala Pemerintahan Pemakzulan Mosi tidak percaya
2. Pertanyaan : Sebutkan unsusr sistem pemerintahan presidensiil!
Jawaban : Menurut Rod Hague, pemerintahan presidensiil terdiri dari 3 unsur
yaitu:
a. Presiden yang dipilih rakyat memimpin pemerintahan dan
mengangkat pejabat-pejabat pemerintahan yang terkait.
b. Presiden dengan dewan perwakilan memiliki masa jabatan yang
tetap, tidak bisa saling menjatuhkan.
c. Tidak ada status yang tumpang tindih antara badan eksekutif dan
badan legislatif.
3. Pertanyaan : Apa yang dimaksud dengan mengisi kekosongan dalam asas Vrij
Bestuur?
Jawaban : Asas vrij bestuur adalah kekosongan pemerintahan. Hal ini timbul
karena tidak semua penjabaran setiap departemen dan non departemen
sampai ke kecamatan-kecamatan, terlebih hingga kelurahan-kelurahan
dan desa-desa.
4. Pertanyaan : Jelaskan yang dimaksud dengan pergerakan-pergerakan independen
yang dilakukan oleh kaum buruh dan petani pada era demokrasi
terpimpin!
Jawaban : Era demokrasi terpimpin diwarnai kolaborasi antara kepemimpinan
PKI dan kaum borjuis nasional dalam menekan pergerakan-
pergerakan independen kaum buruh dan petani Indonesia. Salah satu
pergerakan independen tersebut yaitu berdemo secara cerdas.
Kolaborasi PKI dan kaum borjuis nasional ini tetap gagal
memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak
Indonesia kala itu. Pendapatan ekspor Indonesia menurun, cadangan
devisa menurun, inflasi terus menaik dan korupsi kaum birokrat dan
militer menjadi wabah sehingga situasi politik Indonesia menjadi
sangat labil dan memicu banyaknya demonstrasi di seluruh Indonesia,
terutama dari kalangan buruh, petani, dan mahasiswa.
5. Pertanyaan : Apa yang dimaksud dengan sistem pemerintahan parlemen semu?
Jawaban : Sistem pemerintahan parlemen semu adalah sistem pemerintahan yang
dimana presiden, raja dan ratu adalah kepala negara yang tidak lebih
hanya sebagai simbol saja. Kekuasaan eksekutif adalah kabinet yang
terdiri dari perdana menteri dan menteri-menteri yang
bertanggungjawab secara sendiri-sendiri atau bersama kepada
parlemen (ciri parlementer) sedangkan lembaga legislatifnya dipilih
melalui pemilihan umum secara langsung oleh rakyat (ciri
presidensiil). Misalnya, sistem pemerintahan Philipina. Atau sistem
pemerintahan yang dipraktekkan di Perancis yang biasa dikenal oleh
para sarjana dengan sebutan hybrid system. Kedudukan sebagai
kepala negara dipegang oleh presiden yang dipilih langsung oleh
rakyat, tetapi juga ada kepala pemerintahan yang dipimpin oleh
seorang perdana menteri yang didukung oleh parlemen seperti sistem
pemerintahan parlementer yang biasa.
6. Pertanyaan : Apa perbedaan struktur sistem pemerintahan Indonesia sebelum dan
sesudah amandemen?
Jawaban : Sebelum amandemen, MPR merupakan lembaga tertinggi negara dan
berperan sebagai pemegang dan pelaksana dari kedaulatan rakyat. Ini
terlihat bahwa kekuasaan MPR sangat tidak terbatas. Apalagi dalam
UUD 1945 sebelum amandemen juga disebutkan bahwa MPR berhak
untuk mengubah Undang - Undang Dasar serta memberhentikan
presiden walaupun masih dalam masa jabatan bila presiden dianggap
melanggar haluan negara dan atau Undang Undang Dasar. DPR bisa
meminta kepada MPR untuk mengadakan sidang istimewa dengan
tujuan untuk meminta pertanggungjawaban presiden. Selain itu, DPR
juga mempunyai wewenang untuk memberikan persetujuan atas
Rancangan Undang-Undang yang diusulkan oleh presiden serta
memberikan persetujuan atas PERPU dan anggaran. Presiden
memiliki hak prerogatif yang sangat besar. Karena selain memegang
kekuasaan eksekutif, presiden juga memegang kekuasaan legislatif
serta yudikatif. Selain itu, dalam UUD 1945 tidak disebutkan aturan
yang membatasi masa jabatan presiden sehingga bisa jadi seseorang
menjabat sebagai presiden hingga akhir hayatnya atau seumur hidup.
Setelah dilakukan amandemen, MPR yang semula berisi anggota-
anggota DPR dan kelompok-kelompok fungsional tambahan,
termasuk militer, telah diubah sehingga anggota MPR hanya terdiri
dari anggota-anggota DPR dan DPD saja. Bila anggota DPR mewakili
kepentingan-kepentingan partai politik, maka anggota DPD mewakili
kepentingan-kepentingan daerah yang diwakilinya. Kedua anggota
MPR tersebut dipilih oleh rakyat. Kedaulatan tidak lagi berada di
tangan MPR, namun berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang Undang Dasar. Amandemen juga mencabut
kekuasaan untuk membuat Undang-Undang dari tangan Presiden dan
memberikan kekuasaan untuk membuat Undang-Undang tersebut
kepada DPR. Sehingga jelas bahwa amandemen ingin mempertegas
posisi antara presiden sebagai lembaga eksekutif dan DPR sebagai
lembaga legislatif. Presiden tetap memegang hak veto secara absolut
untuk menolak segala rancangan Undang-Undang yang dibuat DPR
pada tahap pembahasan. Langkah reformasi lembaga legislatif setelah
amandemen adalah dibentuknya Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
yang dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada masyarakat
daerah untuk turut berperan aktif dalam pelaksanaan sistem
pemerintahan, dimana ide ini sejalan dengan konsep otonomi daerah
yang telah berjalan.
7. Pertanyaan : Apa yang dimaksud dengan hubungan pemerintahan secara vertikal
dan horizontal?
Jawaban : Pembagian kekuasaan secara vertikal dapat diartikan bahwa
kekuasaan dibagi secara teritorial atau wilayah kekuasaan. Sebagai
contoh, adanya pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah untuk
sebuah negara kesatuan.
Sedangkan, pembagian kekuasaan secara horizontal dapat diartikan
bahwa kekuasaan dibagi menurut fungsi-fungsi tertentu. Sebagai
contoh, adanya sebuah badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di
negara kesatuan.
8. Pertanyaan : Sebutkan contoh kekuasaan mutlak presiden!
Jawaban : Kekuasaan mutlak atau yang biasa disebut hak prerogatif adalah hak
istimewa yang dimiliki oleh lembaga-lembaga tertentu yang bersifat
mandiri dan mutlak dalam arti tidak dapat digugat oleh lembaga
negara yang lain. Dalam sistem pemerintahan negara-negara modern,
hak ini dimiliki oleh kepala negara baik raja ataupun presiden dan
kepala pemerintahan dalam bidang-bidang tertentu yang dinyatakan
dalam konstitusi. Hak prerogatif Presiden Indonesia adalah yang
tercantum dalam beberapa pasal dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Berikut ini adalah beberapa contoh dari hak prerogatif Presiden
Indonesia:
a. Pasal 10 UUD 1945
Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan
Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara;
b. Pasal 11 Ayat (1) UUD 1945
Presiden menyatakan perang, membuat perdamaian, dan
perjanjian dengan negara lain;
c. Pasal 12 UUD 1945
Presiden menyatakan keadaan bahaya;
d. Pasal 13 UUD 1945
Presiden mengangkat duta dan konsul;
e. Pasal 14 UUD 1945
Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung (MA); Presiden juga memberi
amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR);
f. Pasal 15 UUD 1945
Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda
kehormatan yang diatur UU;
g. Pasal 17 UUD 1945
Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara yang diangkat dan
diberhentikan oleh presiden.
9. Pertanyaan : Apa yang dimaksud dengan pembagian kekuasaan dan pemisahan
kekuasaan?
Jawaban : Pemisahan kekuasaan juga disebut dengan istilah trias politica adalah
sebuah ide bahwa sebuah pemerintahan berdaulat harus dipisahkan
antara dua atau lebih kesatuan kuat yang bebas, mencegah satu orang
atau kelompok mendapatkan kuasa yang terlalu banyak. Pemisahan
kekuasaan merupakan suatu cara pembagian dalam tubuh pemerintahan
agar tidak ada penyalahgunaan kekuasaan, antara legislatif, eksekutif
dan yudikatif. Pemisahan kekuasaan juga merupakan suatu prinsip
normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan itu sebaiknya tidak diserahkan
kepada orang yang sama, untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan
oleh pihak yang berkuasa.
Pembagian kekuasaaan adalah proses mencairkan wewenang yang
dimiliki negara untuk (memerintah, mewakili, mengurus, dan
sebagainya) menjadi beberapa bagian (legislatif, eksekutif dan
yudikatif) untuk diberikan kepada beberapa lembaga negara untuk
menghindari pemusatan kekuasaan (wewenang) pada satu pihak atau
lembaga.
DAFTAR PUSTAKA
C. S. T. Kansil, S.H. dan Christine S. T. Kansil, S.H., M.H. 2005. Sistem Pemerintahan
Indonesia. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Setiadi, M. Elly. 2005. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Sidjabat, W. Bonar. 1968. “Notulen Rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia”. Ragi
Buana.
Syafiie, Inu Kencana. 2011. Sistem Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
SITUS WEB
AnneAhira.com http://www.anneahira.com/pemerintahan.htm
Sistem Pemerintahan Indonesia dari Masa ke Masa
Chandra Yudiana E http://41707011.blog.unikom.ac.id/sistem-pemerintahan.1ay
Sistem Pemerintahan Indonesia
serbasejarah.blogspot.com http://serbasejarah.blogspot.com/2011/06/pergantian-sistem-
pemerintahan.html
Pergantian Sistem Pemerintahan Indonesia: Masa Kemerdekaan Hingga Era Reformasi
Sistem Pemerintahan Indonesia
http://sistempemerintahan-indonesia.blogspot.com/2013/03/sistem-pemerintahan-
indonesia.html
Sistem Pemerintahan Indonesia
Wikipedia Ensklopedia Bebas http://id.wikipedia.org/wiki/Kewarganegaraan
Kewarganegaraan
Wikipedia Ensklopedia Bebas http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pemerintahan
Sistem Pemerintahan