makalah ski
DESCRIPTION
agamaTRANSCRIPT
KEBUDAYAAN ISLAM
Disusun Oleh:
1. Nikmah Nurvicalesti2. Arvin Efriani3. Sri Yanuarti
Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya
Tahun Ajaran 2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memperkenankan
kami untuk menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kebudayaan Islam”. Tujuan utama
dari menulis makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama
Islam.
Kami menyadari bahwa tulisan ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan dari
orang lain. Jadi ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada orangtua kami yang
selalu memberikan motivasi untuk belajar lebih banyak, serta Abdul Gafur, S.Ag.,M.Pd.I
sebagai guru pembimbing, terima kasih atas ide-ide Anda, saran, usulan, motivasi, dan
bimbingannya.
Kami berharap makalah ini akan bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Jadi, kami akan senang untuk
menerima segala kritik dan saran yang membangun guna membuat makalah ini menjadi lebih
baik.
Palembang, Maret 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................... ii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................... 1
1.3 Tujuan...................................................................................... 2
1.4 Manfaat.................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kebudayaan dalam Islam........................................... 3
2.2 Sejarah Intelektual Islam………………………………………… 4
2.3 Nilai-Nilai Kebudayaan Islam……………................................. 6
2.4 Ciri-Ciri Kebudayaan Islam..................................................... 10
2.5 Masjid sebagai Pusat kebudayaan Islam……………………..
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................. 11
3.2 Saran....................................................................................... 11
BAB IV : DAFTAR PUSTAKA …………………………………. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budaya Islam adalah budaya yang lahir dari nilai-nilai ajaran Islam. Kebudyaan Islam
memiliki perkembangan yang sangat pesat sejak pertama kali di bawa oleh Nabi Muhammad
SAW sampai sekarang ini. Perkembangan kebudayan Islam tidak dapat dilepaskan dari
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan di kalangan muslim. Islam telah memberikan andil
besar bagi peradaban dunia sejak abad ketujuh masehi sampai saat ini.
Sebagaimana telah diketahui bahwa salah satu cirri ajaran Islam adalah berlaku
universal. Salah satu hal yang menunjukkan keuniversalan ajaran Islam dalam buudaya
adalah ketika nilai-nilai Islam dapat diterima di kawasan manapun dan di komunitas sosial
manapun. Sehingga dapat dilihat bahwa kelompok muslim memiliki kebudayaan yang
beraneka ragam, namun tetap memegang nilai-nilai spiritual. Kesatuan dalam prinsip dasar
dan keragaman dalam budaya ajaran Islam dapat dilihat dari arsitektur masjid. Jika dilihat
dalam kajian arsitektur masjid, akan banyak ditemui aneka ragam bentuk arsitektur.
Islam diketahui memiliki karakteristik yang khas dibandingkan dengan agama yang
terdahulu. Di era globalisasi ini, banyak masyarakat dan khususnya bagi para pelajar yang
acuh tak acuh dengan sejarah Negara, apalagi sejarah peradaban Islam. Dewasa ini mereka
hanya memandang sejarah sebagi dongeng yang membosankan untuk didengar. Padahal
sejarah, apalagi sejarah kebudayaan Islam sangat penting bagi kita semua.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakangan di atas maka dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut.
1. Bagaimana konsep kebudayaan dalam Islam?
2. Bagaimana sejarah intelektual Islam?
3. Bagaimana nilai-nilai kebudayaan dalam Islam?
4. Apa cirri kebudayaan dalam Islam?
5. Mengapa Masjid sebagai pusat kebudayaan Islam?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep kebudayaan dalam Islam
2. Mengetahui sejarah intelektual Islam
3. Mengetahui nilai-nilai kebudayaan dalam Islam
4. Mengetahui ciri kebudayaan dalam Islam
5. Mengetahui masjid sebagai pusat kebudayaan Islam
1.4 Manfaat
1. Menumbuhkan rasa cinta kepada kebudayaan Islam yang merupakan buah karya kaum
muslimin masa lalu.
2. Memahami berbagai hasil pemikiran dan hasil karya para ulama untuk diteladani dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Membangun kesadaran generasi muslim akan tanggung jawab terhadap kemajuan dunia
Islam.
4. Memberikan pelajran kepada generasi muslim dari setiap kejadian untuk mencontoh atau
meneladani perjuangan para tokoh di masa lalu guna perbaikan dari dalam diri sendiri,
masyarakat, lingkungan, serta negerinya dan demi Islam pada masa yang akan dating.
5. Memupuk semangat dan motivasi untuk meningkatkan prestasi yang telah diraih umat
terdahulu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kebudayaan dalam Islam
Menurut Sidi Gazalba (1977:12) suatu kebudayaan adalah suatu cara berfikir dan cara
merasa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dan kelompok manusia yang
membentuk masyarakat dalam suatu ruang dan suatu waktu.
Di dalam Kamus Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa: “ budaya “ adalah pikiran, akal
budi, adat istiadat. Sedang “ kebudayaan” adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal
budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat.
Secara umum arti kebudayaan ialah suatu hasil daya pemikiran dan pemerahan tenaga
lahir manusia, ia adalah gabungan antara tenaga fikiran dengan tenaga lahir manusia ataupun
hasil daripada gabungan tenaga batin dan tenaga lahir manusia. Yang dimaksudkan gabungan
antara tenaga batin (daya pemikiran) dengan tenaga lahir ialah suatu pemikiran manusia yang
dilaksanakan dalam bentuk perbuatan. Maka hasil daripada gabungan inilah yang dikatakan
kebudayaan.
Sedangkan pengertian Islam berasal dari bahasa arab yaitu “Aslama-Yuslimu-
Islaman” yang artinya selamat. Menurut istilah, Islam adalah agama samawi yang diturunkan
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi manusia agar
kehidupannya membawa rahmat bagi seluruh alam.
ه�و� �ال� إ �ه� �ل إ ال� �ق�س�ط� �ال ب �م�ا ق�ائ � �م �ع�ل ال �و �ول و�أ �ة� �ك ئ �م�ال� و�ال ه�و� �ال� إ �ه� �ل إ ال� �ه� ن� أ �ه� الل ه�د� ش�
�ح�ك�يم� ال �ع�ز�يز� ال
Artinya :“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Ali Imran : 18.)
�م�ين� �عال �ل ل ح�م�ة� ر� � �ال إ �ناك� ل س� ر�� أ و�ما
Artinya :
“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107)
Sehingga disimpulkan bahwa Kebudayaan Islam adalah kejadian atau peristiwa masa
lampau yang berbentuk hasil karya, karsa dan cipta umat Islam yang didasarkan kepada
sumber nilai-nilai Islam.
Dalam perkembangannya, kebudayaan Islam perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-
aturan yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani
sehingga akan merugikan dirinya sendiri.
Di sini Agama Islam berfungsi untuk membimbing manusia dalam mengembangkan
akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau berperadapan Islam.
Sehubungan dengan hasil perkembangan kebudayaan yang dilandasi nilai-nilai ketuhanan,
maka fungsi agama di sini semakin jelas. Oleh karena itu, sejak awal manusia dilahirkan,
Allah Yang Maha Tau akan keterbatasan manusia menurunkan wahyu sebagai pembimbing
akal budi nurani manusia tersebut, agar tidak berkembang dan melahirkan kebudayaan
peradaban yang bertentangan dengan nilai-nilai universal kemanusian yang dianggap
menguntungkan sekelompok masyarakat tertentu tetapi merugikan sekelompok lainnya.
Wahyu Al-Qur’an sebagai wahyu terakhir yang diturunkan oleh Allah kepada Rasullah
Muhammad SAW menjadi petunjuk-pembimbing dan menjaga nilai-nilai universalitas
kemanusian tersebut sekalipun memberikan toleransi perwujudan kebudayaan khusus.
2.2 Sejarah Intelektual Islam
Sejarah telah mencatat bahwa Islam lahir sekitar abad ketujuh masehi. Generasi para
sahabat sebagai generasi pertama muslim telah lahir ilmuan-ilmuan multi disiplin, seperti
dalam bidang bahasa dan sastratelah lahir banyak tokoh salah satunya Hassa bin Tsabit,
dalam bidang strategi perang lahir panglima-panglima yang tidak hanya memiliki keberanian
tetapi juga strategi jitu salah satu diantaranya Kholid bin Walid yang mampu mengalahkan
imperium Romawi sebagai Negara adi daya pada masa itu, begitu pula dalam bidang
ekonomi, politik, kedokteran, dan lain-lain.
Para ilmuan muslim juga telah melahirkan sistem berfikir atau metode berijtihad
dalam disiplin ilmu tertentu yang dikenal dengan madzhab. Diantara para ilmuan tersebut
adalah Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Hambali dalam disiplin ilmu
fikih.
Dengan menggunakan teori yang dikembangkan oleh Harun Nasution dilihat dari segi
pengembangannya, sejarah intelektual islam dapat dikelompokkan kedalam 3 masa yaitu :
1. Masa klasik antara 630-1250 M,
2. Masa pertengahan yaitu pada tahun 1250-1800 M, dan
3. Masa modern yaitu sejak tahun 1800-sekarang.
Pada masa klasik lahir ulama mahzab seperti Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam
Syafi’i, Imam Maliki. Sejalan dengan itu lahir pula filsuf muslim seperti Al Kindi (801 M),
seorang filsuf pertama muslim. Diantara pemikirannya Ia berpendapat : kaum muslim
hendaknya menerima filsafat sebagai kebudayaan islam. Selain Al Kindi (801 M) pada masa
itu lahir pula filsuf besar seperti Al Razi’ (865 M), Al Farrabi (870 M), Ia dikenal sebagai
pembangun agung sistem filsafat. Pada abad selanjutnya lahir juga filsuf besar seperti ibnu
miskanai (903 M) pemikirannya yang terkenal tentang pendidikan islam, Ibnu Sina (1307 M),
Ibnu Majah (1138 M), Ibnu Tufa’in (1147), Ibnu Rush (1126 M).
Pada masa pertengahan yaitu 1250-1800 M dalam catatan pemikiran islam masa itu
merupakan fase kemunduran karena filsafat mulai dijauhkan dari umat islam sehingga ada
kecendrungan akal dipertentangkan dengan wahyu, iman dengan ilmu, dunia dengan akhirat.
Pengaruhnya masih terasa sampai sekarang. Sebagian pemikiran islam kontemporer sering
melontar tuduhan kepada Al Ghazali yang menjauhkan filsafat dengan agama seperti
tulisannya fahafutul talasifah (kerancuan filsafat) tulisan Al Ghazali dijawab oleh Ibnu Rush
dengan tulisan (Kerancuan diatas kerancuan).
Pada masa modern seperti saat ini, Islam memberikan pendidikan tentang
membangun manusia modern yang Qur’aini. Seperti yang telah dikatakan oleh Yusuf bahwa
kehadiran Islam bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk seluruh umat manusia.
Sebagaimana Al-Qur’an telah member bimbingan, diantaranya : memiliki tanggung jawab
pribadi dan sikap jujur, menunda kesenangan sesaat demi kesenangan abadi, pemanfaatan
waktu dan etos kerja, keyakinan bahwa keadilan dapat diratakan, dan penghargaan yang
tinggi pada ilmu pengetahuan.
Demikianlah dunia Islam di masa jayanya yang dihiasi dengan berbagai unsur budaya
dan ilmu pengetahuan yang beraneka ragam dapat diibaratkan sebagai taman yang indah
penuh dengan berbagai macam tanaman dengan buah dan bunga yang beraneka ragam.
2.3 Nilai-Nilai Kebudayaan Islam
Islam masuk ke Indonesia lengkap dengan budayanya. Karena Islam lahir dan
berkembang dari negeri Arab, maka Islam yang masuk ke Indonesia tidak terlepas dari
budaya Arabnya. Pada awal-awal masuknya dakwah Islam ke Indonesia dirasakan sangat
sulit membedakan mana ajaran Islam dan mana budaya Arab. Masyarakat awam
menyamakan antara perilaku yang ditampilkan oleh orang arab dengan perilaku ajaran Islam.
Seolah-olah apa yang dilakukan oleh orang arab itu semua mencerminkan ajaran Islam,
bahkan hingga kini budaya arab masih melekat pada tradisi masyarakat Indonesia.
Bahasa al-Qur’an/arab sudah banyak masuk kedalam bahasa daerah bahkan kedalam bahasa
Indonesia yang baku. Semua itu tanpa disadari bahwa apa yang dilakukannya merupakan
bagian dari ajaran islam.
-ور� �ل�ى الن �م�ات� إ �خ�ر�ج� ق�و�م�ك� م�ن� الظ-ل �ن� أ �ا أ �ن �ات �ي �آ �ا م�وس�ى ب �ن ل س� ر�� �ق�د� أ و�ل
�ور; )ابراهيم: ك �ار; ش� �ل< ص�ب �ك �ات; ل �ي �ك� آل� �ن� ف�ي ذ�ل �ه� إ � الل �ام ي� �أ ه�م� ب <ر� (5و�ذ�ك
Artinya:“Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah". sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi Setiap orang penyabar dan banyak bersyukur” (Ibrahim:5).
Beberapa nilai-nilai kebudayaan dalam Islam antara lain adalah :
1. Berorientasi pada pengabdian dan kebenaran Ilahi
Inti tujuan penciptaan manusia berdasarkan firman Allah dalam surat adz-Dzariyat:56
adalah untuk ibadah dan mengabdi kepada Allah. Untuk menciptakan nilai pengabdian
itu, manusia harus bertitik tolak pada kebenaran yang ditunjukkan Allah dalam Surat Al-
Baqarah:147 yang artinya : Kebenaran itu hanyalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan
sekali-kali kamu termasuk orang yang ragu.
2. Berfikir kritis dan inovatif
Berfikir kritis adalah berfikir secara objektif dan analitis, sedangkan berfikir inovatif
adalah berfikir ke depan untuk menemukan pemikiran yang baru. Cara berfikir seperti
inilah yang menghantarkan kemajuna intelektual Islam pada zaman keemasannya dalam
berbagai disiplin ilmu.
3. Bekerja keras
Dalam Al-Qur’an Surat Al-Qhasas 77 Allah memerintahkan manusia meraih
kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Begitu juga dalam Q.S Yunus: 87 Allah melarang
berputus asa akan rahmat yang telah Allah anugerahkan, karena p[utus asa itu adalah
sifat orang kafir.
4. Bersikap terbuka
Sikap terbuka berarti mau menerima masukan dan kebenaran yang akan dating dari
orang lain, siapapun dia, dan apapun posisinya. Kemajuan akan lebih mudah dicapai
dengan sikap terbuka, memanfaatkan pemikiran, kemajuan yang dicapai orang lain,
sepanjang tetap sejalan dengan nilai-nilai yang ditetapka Allah.
5. Jujur
Kejujuaran akan membimbing manusia dalam proses penenmuan kebenaran dan
mengemukakan kebenaran secara objektif. Kejujuran menghindarkan timbulnya
kesalahan-kesalahan yang merugikan.
6. Adil
Adil adalah menenpatkan sesuatu pada tempatnya. Adil menunjukkan sikap yang
proposional dalam mengambil keputusan dalam berbagai persoalan yang berkaitan
dengan banyak pihak yang berkepentingan.
7. Tanggung jawab
Tanggung jawab berate kesediaan menanggung segala resikoatas konsekuensi dari
setiap perbuatan yang dilakukan. Setiap perbuatan memiliki konsekuensi baik atau
buruk. Hal ini bergantung pada substansi perbuatannya.
8. Ikhlas
Ikhlas berarti murni, bersih, dari segala unsure yang mengotori dan mencemari nilai
niat seseoranguntuk berbuat sebagai wujud pengabdian ketaatan kepada Allah. Oleh
karena itu, ikhlas dalam niat selalu dikaitkan dengan pengabdian kepada Allah.
2.4 Ciri-Ciri Kebudayaan Islam
Ciri-ciri kebudayaan islam antara lain :
1. Bernafaskan tauhid
Karena tauhidlah yang menjadi prinsip pokok ajaran islam
2. Hasil buah pikiran dan pengolahannya
Maksudnya untuk meningkatkan kesejahteraan dan membahagiakan umat sebab Nabi
Muhammad diutus sebagai rahmatan lilalamin.
Kedua ciri kebudayaan islam diatas merupakan formulasi dari dua kata dalam al-
qur’an yang senantiasa muncul secara berurutan amanuu dan amilushalihaat. Kebudayaan
islam mencerminkan adanya perpaduan antara moral yang merupakan pokok ajaran agama
islam dengan mendorong pemakaian akal. Aspek pertama ditunjukkan oleh al-Qur’an melalui
formulasi perlunya mengedepankan aspek moral dalam beraktifitas, seperti ayat : “ya
ayyuhalladziiina amanuu anfiquu mimma razagnaakum. Untuk yang terakhir dalam al-
Qur’an seperti afalad ya’qilunn, afalaa tatadabbaruun.
Struktur semacam ini merupakan perpaduan antara dua arus besar kebudayaan yang
pernah muncul sebelum kehadiran islam. Dua arus tersebut adalah Mesir dan Yunani
merupakan pusta geraakan moral dalam agama-agama samawi, sedangkan Yunani
merupakan pusat pengkajian logic filosofis.
2.5 Masjid sebagai Pusat Kebudayaan Islam
Masjid pada umumnya dipahami oleh masyarakat sebagai tempat ibadah khusus,
seperti shalat, padahal fungsi masjid lebih luas dari itu. Pada zaman Rasulullah, masjid
berfungsi sebagai pusat peradaban. Nabi mensucikan jiwa kaum muslimin, mengajar Al-
qur’an dan Al-hikmah, bermusyawarah berbagai permasalahan umat hingga masalah upaya-
upaya peningkatan kesejahteraan umat. Dan hal tersebut berjalan hingga 700 tahun. Sejak
Nabi mendirikan masjid yang pertama, fungsi masjid dijadikan simbol persatuan umat dan
masjid sebagai pusat peribadatan dan peradaban.
Dalam perkembangan berikutnya muncul kelompok-kelompok yang sadar untuk
mengembalikan fungsi masjid sebagaimana mestinya. Kini mulai tumbuh kesadaran umat
akan pentingnya peranan masjid untuk mencerdaskan mensejahterakan jamaahnya. Menurut
ajaran Islam masjid memiliki dua fungsi utama, yaitu : sebagai pusat ibadah ritual, dan
berfungsi sebagai pusat ibadah sosial. Dari kedua fungsi gtersebut titik sentralnya bahwa
fungsi masjid sebagai pusat pembinaan umat Islam.
Tapi sangat disesalkan masjid kemudian mengalami penyempitan fungsi, apalagi
adanya intervensi pihak-pihak tertentu yang menjadikan masjid sebagai alat untuk
memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Oleh karena itu pada zaman sekarang ini kita
seharusnya mengembalikan fungsi masjid seperti pada zaman Rasulullah. Adapun beberapa
potensi dari masjid yang bisa dikembangkan adalah sebagai berikut :
1. Pusat Pendidikan dan Perekonomian Umat
Proses menuju ke arah pemberdayaan umat dimulai dengan pendidikan dan
pemberian pelatihan-pelatihan. Masjid seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai tempat
berlangsungnya proses pemberdayaan tersebut, bahkan sebagai pusat pembelajaran umat,
baik dalam bentuk pengajian, pengkajian, seminar dan diskusi maupun pelatihan-pelatihan
keterampilan, dengan peserta minimal jamaah disekitarnya. Sehingga umat islam bisa
lebih maju dan bersatu seperti zaman Rasulullah Muhammad SAW. Contoh sukses masjid
sebagai pusat pendidikan dan perekonomian adalah masjid Al-Azhar di Mesir. Masjid ini
merupakan pendiri universitas Al-Azhar. Masjid ini mampu memberikan bea siswa bagi
para pelajar dan mahasiswa, bahkan pengentasan kemiskinan merupakan salah satu
program nyata masjid.
2. Pusat Penjaringan Potensi Umat
Masjid dengan jamaah yang selalu hadir hanya sekedar untuk menggugurkan
kewajibannya terhadap Tuhan bisa saja mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan orang
jumlahnya. Dari berbagai macam usia, beraneka profesi dan tingkat (strata) baik ekonomi
maupun intelektual, bahkan sebagai tempat berlangsungnya akulturasi budaya secara
santun. Dan apabila kita bisa menyatukan mereka semua maka umat islam pasti bisa lebih
maju dan berkembang daripada sekarang, karena permasalahan umat islam sekarang
adalah kurangnya persatuan umat.
3. Pusat Ke-Pustakaan
Perintah pertama Tuhan kepada Nabi Muhammad adalah "Membaca", dan sudah
sepatutnya kaum muslim gemar membaca dalam pengertian konseptual maupun
kontekstual. Maka dengan sendirinya hampir menjadi suatu keharusan bila masjid
memiliki perpustakaan sendiri yang berisikan buku-buku tentang agama islam maupun
ilmu pengetahuan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebudayaan Islam adalah kejadian atau peristiwa masa lampau yang berbentuk hasil
karya, karsa dan cipta umat Islam yang didasarkan kepada sumber nilai-nilai Islam. Dalam
perkembangannya, kebudayaan Islam perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang
mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani sehingga
akan merugikan dirinya sendiri.
Sejarah intelektual islam dapat dikelompokkan kedalam 3 masa yaitu : masa klasik
antara 630-1250 M, masa pertengahan yaitu pada tahun 1250-1800 M, dan masa modern
yaitu sejak tahun 1800-sekarang.
Nilai-nilai kebudayaan dalam Islam antara lain adalah : berorientasi pada pengabdian
dan kebenaran Ilahi, berfikir kritis dan inovatif, bekerja keras, bersikap terbuka, jujur, adil,
tanggung jawab, dan ikhlas.
Ciri-ciri kebudayaan islam antara lain : bernafaskan tauhid (karena tauhidlah yang
menjadi prinsip pokok ajaran islam) dan hasil buah pikiran dan pengolahannya (maksudnya
untuk meningkatkan kesejahteraan dan membahagiakan umat sebab Nabi Muhammad diutus
sebagai rahmatan lilalamin).
Masjid pada umumnya dipahami oleh masyarakat sebagai tempat ibadah khusus,
seperti shalat, padahal fungsi masjid lebih luas dari itu. Pada zaman Rasulullah, masjid
berfungsi sebagai pusat peradaban. Tapi sangat disesalkan masjid kemudian mengalami
penyempitan fungsi, apalagi adanya intervensi pihak-pihak tertentu yang menjadikan masjid
sebagai alat untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan.
3.2 Saran
Dengan pemahaman di atas, kita dapat memulai untuk meletakan Islam dalam kehidupan
keseharian kita. Kita pun dapat membangun kebudayaan Islam dengan landasan konsep yang
berasal dari Islam pula.
Wallahu ‘alam bishawab
DAFTAR PUSTAKA
Aimi, dkk. 2012. Modul Kuliah Pendidikan Agama Islam PS120001.Palembang : Politeknik
Negeri Sriwijaya.
Hasjmy. 1993. Sejarah Kebudayan Islam di Indonesia.Jakarta: Bulan Bintang.
Imtihana,Aida, dkk. 2009. Buku Ajar Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Agama
Islam. Palembang: Percetakan Universitas Sriwijaya.
Mutholib,Abd, dkk. 1997. Materi Pokok Sejarah Kebudayaan Islam 1. Jakarta : Direktorat
Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka.
Nurhasan, dkk. 2011. Buku Ajar Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Agama Islam.
Palembang: Percetakan Universitas Sriwijaya.
http://pujanggawati.blogspot.com/2010/06/pengertian-sejarah-kebudayaan-islam.html
http://herusantoso17.blogspot.com/2012/10/konsep-kebudayaan-dalam-islam.html
http://p e ndidikan.blogspot.com/2010/10/islam-dan-kebudayaan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Kebudayaan_Islam
http://komed45.blogspot.com/2012/04/pengantar-sejarah-kebudayaan-islam.html