makalah tak yg bener

16
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI: PRILAKU KEKERASAN A. TOPIK Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi: Sesi I : Mengenal prilaku kekerasan B. TUJUAN 1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahan 2. Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala) 3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (prilaku kekerasan) 4. Klien dapat menyebutkan akibat prilaku kekerasan 5. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien C. LANDASAN TEORI 1. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah terapi yang dirancang untuk meningkatkan kesehatan psikologis dan emosional pasien dengan masalah keperawatan jiwa dan bertujuan membantu anggota dalam meningkatkan koping dalam mengatasi stressor dalam kehidupan. TAK memiliki tujuan terapeutik dan tujuan rehabilitatif. Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas stimulasi realita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Pada kesempatan ini perawat akan berfokus pada TAK stimulasi persepsi. 1

Upload: oline-caroline

Post on 24-Nov-2015

48 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

dddd

TRANSCRIPT

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)STIMULASI PERSEPSI: PRILAKU KEKERASAN

A. TOPIKTerapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi: Sesi I : Mengenal prilaku kekerasan

B. TUJUAN1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahan2. Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala)3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (prilaku kekerasan)4. Klien dapat menyebutkan akibat prilaku kekerasan5. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien

C. LANDASAN TEORI1. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah terapi yang dirancang untuk meningkatkan kesehatan psikologis dan emosional pasien dengan masalah keperawatan jiwa dan bertujuan membantu anggota dalam meningkatkan koping dalam mengatasi stressor dalam kehidupan. TAK memiliki tujuan terapeutik dan tujuan rehabilitatif.Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas stimulasi realita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Pada kesempatan ini perawat akan berfokus pada TAK stimulasi persepsi.Terapi aktivitas kelompok berdasarkan masalah keperawatan jiwayangpaling banyak ditemukan dikelompokkan sebagai berikut : TAK sosialisasi (untuk klien dengan menarik diri yang sudah sampai pada tahap mampu berinteraksi dalam kelompok kecil dan sehatsecara fisik TAK stimusi sensori (untuk klien yang mengalami gangguan sensori) TAK orientasi realita (untuk klien halusinasi yang telah dapat mengontrol halusinasinya, klien paham yang telahdapat berorientasi kepada realita dan sehat secara fisik) TAK stimulasi persepsi: halusinasi (untuk klien dengan halusinasi)TAK stimulasi persepsi adalah TAK yang menstimulasi pasien untuk mengolah pikiran sesuai dengan stimulasi yang diberikan (berpersepsi). TAK jenis ini diindikasikan untuk pasien yang mengalami koping yang tidak efektif dalam bentuk terjadinya harga diri rendah, halusinasi, perilaku kekerasan,ansietas, defisit perawatan diri dan sebaginya. Bentuk kegiatannya adalah diskusi dan latihan bersama keterampilan koping untuk mengatasi masalah masing-masing. TAK peningkatan harga diri (untuk klien dengan harga diri rendah) TAK penyaluran energy ( untuk klien perilaku kekerasan yang telah dapat mengekspresikan marahnya secara konstruktif, klien menarikdiri yang telah dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap dan sehatsecara fisik).

2. Prilaku KekerasanA. Pengertian Perilaku kekerasan sukar diprediksi. Setiap orang dapat bertindak keras tetapi ada kelompok tertentu yang memiliki resiko tinggi yaitu pria berusia 15-25 tahun, orang kota, kulit hitam, atau subgroup dengan budaya kekerasan, peminum alkohol (Tomb, 2003 dalam Purba, dkk, 2008). Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008).Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007; hal, 146). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Depkes, RI, 2000).Jadi, perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan individu yang melakukan tindakan yang dapat membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak lingkungan.

B. EtiologiPerilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.

C. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PK1) Faktor PredisposisiAda beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah:1. Teori BiologikTeori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap perilaku: a. NeurobiologikAda 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif: sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.b. BiokimiaBerbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine, asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap stress.c. GenetikPenelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif dengan genetik karyotype XYY.d. Gangguan OtakSindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.2. Teori Psikologika. Teori PsikoanalitikTeori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.b. Teori PembelajaranAnak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa.3. Teori SosiokulturalPakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.

2) Faktor PresipitasiFaktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan (Yosep, 2009):1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.3. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.4. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.5. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.6. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

D. Tanda dan GejalaYosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:1. Fisika. Muka merah dan tegangb. Mata melotot/ pandangan tajamc. Tangan mengepald. Rahang mengatupe. Postur tubuh kakuf. Jalan mondar-mandir2. Verbala. Bicara kasarb. Suara tinggi, membentak atau berteriakc. Mengancam secara verbal atau fisikd. Mengumpat dengan kata-kata kotore. Suara kerasf. Ketus3. Perilakua. Melempar atau memukul benda/orang lainb. Menyerang orang lainc. Melukai diri sendiri/orang laind. Merusak lingkungane. Amuk/agresif 4. Emosia. Tidak adekuatb. Tidak aman dan nyamanc. Rasa terganggu, dendam dan jengkeld. Tidak berdayae. Bermusuhanf. Mengamuk, ingin berkelahig. Menyalahkan dan menuntut5. Intelektual :Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.6. Spiritual: Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.7. Sosial : Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.8. Perhatian: Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

Sesi-sesi TAK stimulasi persepsi: Prilaku kekerasanDalam Terapi Aktifitas Kelompok Perilaku Kekerasan dibagi dalam 5 sesi, yaitu:1. Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan2. Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik3. Sesi 3: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial4. Sesi 4: Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual5. Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengkonsumsi Obat Klien

D.KLIEN Kriteria kliena.Klien perilaku kekerasan yang sudah mulai mampu bekerja sama dengan perawat.b.Klien perilaku kekerasan yang dapat berkomunikasi dengan perawat. Proses seleksia. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.b. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.c.Mengumpulkan klien yng masuk kriteria.d. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK PK, meliputi: menjelaskan tujuan TAK PK pada klien, rencana kegiatan kelompok, dan aturan main dalam kelompok. Jumlah peserta TAKa Perawat yang terdiri dari 5 orangLeader: Martina SihalohoCo leader: Rouli Caroline DueFasilitator1: Diah IntanFasilitator 2 : Syifa selviaObserver: Ismi Nurhikmahb Klien terdiri dari 6 orang yaitu: Ny F,Ny K,Ny.A,Ny.V, Ny R, dan Ny.P.

E. PENGORGANISASIAN1. Waktu Hari/tanggal: Sabtu, 23 Juni 2012 Waktu: 10.00 s.d 10.30 WIB (30 menit) Tempat: Ruang melati RS.Jiwa2. Tim terapis Setting: peserta dan terapis duduk di kursi melingkar Ruangan nyaman dan tenang

CLL

KK

KK

FO

KK

F

Keterangan:K: KlienL: LeaderCL: Co Leader F: Fasilitator O : Observer

Tim terapis dan uraian tugasLeader:Martina SihalohoUraian tugas:a. Menyusun proposal kegiatan TAKb. Menjelaskan tujuan pelaksanaan TAKc. Menjelaskan peraturan kegiatan TAK sebelum kegiatan dimulaid. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompoke. Mampu memimpin TAK dengan baik

Co Leader: Rouli Caroline DueUraian tugas:a. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas klienb. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpangc. Mengingatkan leader tentang waktu

Fasilitator: Diah Intan dan Syifa Selviaa. Memfasilitasi klien yang kurang aktifb. Berperan sebagai role model bagi klien selama kegiatan berlangsungc. Mempertahankan kehadiran pesertad. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompoke. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.f. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan.g. Membimbing kelompok selama permainan diskusih. Membantu leader dalam melaksanankan kegiatan i. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah.

Observer: Ismi NurhikmahUraian tugas:a. Mengobservasi jalannya/proses kegiatanb. Mencatat perilaku verbal dan nonverbal klien selama kegiatanBerlangsung

3. Metode dan mediaa. Metode yang digunakan, antara lain: Dinamika kelompok Diskusi dan tanya jawab Bermain peran/simulasib. Media dan alat Nametag (Papan nama) Spidol (alat tulis) Botol berisi manik-manik Speaker Hp

F. PROSES PELAKSANAAN1. Persiapana. Memilih klien prilaku kekerasan yang sudah kooperatifb. Membuat kontrak dengan klienc. Mempersiapkan media, alat dan tempat pertemuan2. OrientasiDilaksanakan selama 5 menit, terdiri dari:a. Salam terapeutik 1) Salam dari terapis2) Perkenalkan nama dan panggilan 3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)b. Evaluasi/validasi: Menanyakan perasaan klien saat inic. Kontrak Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal prilaku kekerasan. Menjelaskan aturan main Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta ijin kepada terapis Lama kegiatan 30 menit Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir Setiap klien yang telah memberikan penjelasan atau pendapat akan diberikan pujian dan tepuk tangan.

2. Tahap kerjaTahap kerja dilaksanakan selama 30 menit, terdiri dari:a. Hidupkan lagu pada Hp dan edarkan botol berlawanan dengan arah jarum jam.b. Pada saat lagu dimatikan, anggota kelompok yang memegang botol mendapat giliran untuk: Mendiskusikan penyebab marah (Tanyakan tiap klien) Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab marah sebelum prilaku kekerasan terjadi Mendiskusikan prilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien Mendiskusikan dampak/akibat prilaku kekerasan Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh klienc.Ulang a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.d.Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan.3. Tahap terminasiTahap terminasi dilaksanakan selama 5 menit, terdiri dari:a. Evaluasi Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK Terapis memberikan reinforcement positif (pujian) atas keberhasilan klienb. Rencana tindak lanjut Menganjurkan klien menggunakan cara yang biasa dilakukan jika stimulus prilaku kekerasan Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah dipelajari Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klienc. Kontrak yang akan datang Menyepakati kegiatan berikutnya ,yaitu mengontrol marah dengan latihan fisik 1 dan 2 (tarik nafas dalam dan tepuk bantal) Menyepakati waktu dan tempat.

3. EVALUASI 1. 100% klien mengikuti TAK dari awal sampai akhir2. 80% kegiatan dilakukan sesuai dengan jadual kegiatan yang telah dibuat3. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahan4. Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala)5. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (prilaku kekerasan)6. Klien dapat menyebutkan akibat prilaku kekerasan7. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien

4. FORMAT EVALUASI

Stimulasi Persepsi : Prilaku kekerasan Sesi IMengenal Prilaku dan Kemampuan Mencegah Prilaku Kekerasan

NoAspek yang dinilaiNama Klien

1Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahan

2Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala)

3Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (prilaku kekerasan)

4Klien dapat menyebutkan akibat prilaku kekerasan

5Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien

6Klien mengikuti kegiatan TAK dari awal sampai akhir

Jumlah

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengikuti, peran klien (aktif), mengekspresikan perasaannya dan mampu mendemonstrasikan cara mencegah prilaku kekerasan fisik . Beri tanda jika klien mampu dan tanda jika klien tidak mampu.Keterangan: = BisaX = Tidak bisaPenilaian:Rekomendasi Klien dikatakan mampu : 6-8Lanjutkan Klien dikatakan cukup mampu : 4-5Lanjutkan Klien dikatakan kurang mampu: 2-3Ulangi Klien dikatakan gagal: 0-1Mundur

Referensi: Keliat, Budi A., Arkemat. (2004). Keperawatan jiwa: terapi aktivitas kelompok. Jakarta: EGC

1