makalah teori dan analisis produksi dalam ekonomi syariah

24
TEORI DAN ANALISIS PRODUKSI “Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi Syariah” Disusun Oleh : Kelompok IV 1. Nita Wulandari 2. Nurhadi 3. Nurul Ulfah 4. Nyimas Yulinda R 5. Raden Dikdik M 6. Rani Soraya 7. Ratna Anindia K W 8. Rendi Adriansyah 9. Restu Ludia 10. Rianita Suciati H 11. Riki 12. Robi Andriani 13. Rojiah 14. Rosid Semester : VI MANAJEMEN (REGULER PAGI) SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI 1

Upload: ratna-kusuma-wardhany

Post on 21-May-2015

6.477 views

Category:

Education


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah

TEORI DAN ANALISIS PRODUKSI

“Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi Syariah”

Disusun Oleh : Kelompok IV

1. Nita Wulandari

2. Nurhadi

3. Nurul Ulfah

4. Nyimas Yulinda R

5. Raden Dikdik M

6. Rani Soraya

7. Ratna Anindia K W

8. Rendi Adriansyah

9. Restu Ludia

10. Rianita Suciati H

11. Riki

12. Robi Andriani

13. Rojiah

14. Rosid

Semester : VI MANAJEMEN (REGULER PAGI)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

STIE LA TANSA MASHIRO

RANGKASBITUNG

2014

1

Page 2: Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya,

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah “Ekonomi Syariah” yang berjudul

“Teori dan Analisis Produksi”.

Penyusunan makalah tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh

sebab itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati kami ingin mengucapkan terima

kasih.

Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan

makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami selaku penyusun dan penulis

makalah ini pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya sebagai referensi

tambahan di bidang ilmu Ekonomi Syariah.

                  

Rangkasbitung, 26 April 2014

                                             

                                                                                 

Penyusun

2

Page 3: Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ 1

KATA PENGANTAR.......................................................................................... 2

DAFTAR ISI........................................................................................................ 3

BAB.I. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang....................................................................................... 4

b. Rumusan Masalah.................................................................................. 5

c. Tujuan Makalah..................................................................................... 5

BAB.II. PEMBAHASAN

a. Pengertian Produksi……………….......................................................  6

b. Tujuan Produksi dalam Islam……........................................................ 7

c. Input Produksi dan Berkah.................................................................... 9

d. Kemuliaan Harkat Kemanusiaan sebagai Karakter Produksi................ 12

e. Eksplorasi dan Pembentukan Konsep Produksi…................................ 13

BAB.III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 16

3

Page 4: Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Produksi adalah bagian terpenting dari ekonomi Islam bahkan dapat dikatakan

sebagai salah satu dari rukun ekonomi disamping konsumsi, distribusi, redistribusi, infak

dan sedekah. Karena produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan

jasa yang kemudian dimanfa’atkan oleh konsumen. Pada saat kebutuhan manusia masih

sedikit dan sederhana, kegiatan produksi dan konsumsi dapat dilakukan dengan manusia

secara sendiri. Artinya seseorang memproduksi barang/jasa kemudian dia

mengonsumsinya. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu dan beragamnya

kebutuhan konsumsi serta keterbatasan sumber daya yang ada (kemampuannya), maka

seseorang tidak dapat lagi menciptakan sendiri barang dan jasa yang dibutuhkannya, akan

tetapi membutuhkan orang lain untuk menghasilkannya. Oleh karena itu kegiatan

produksi dan konsumsi dilakukan oleh pihak-pihak yang berbeda. Dan untuk

memperoleh efisiensi dan meningkatkan produktifitas lahirlah istilah spesialisasi

produksi, diversifikasi produksi dan penggunaan tehnologi produksi.

Dalam Kitab suci Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah, saw. konsep produksi barang

dan jasa dideskripsikan dengan istilah-istilah yang lebih dalam dan lebih luas. Al-Qur’an

menekankan manfa’at dari barang yang diproduksi. Memproduski suatu barang harus

mempunyai hubungan dengan kebutuhan hidup manusia. Berarti barang itu harus

diproduksi untuk memenuhi kebutuhan manusia, dan bukannya untuk memproduksi

barang mewah secara berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan manusia, karenanya

tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut dianggap tidak

produktif. Hal ini ditegaskan Al-Qur’an yang tidak memperbolehkan produksi barang-

barang mewah yang berlebihan dalam keadaan apapun. (Afdzalurrahman, 1995; 193).

Oleh karena itu, konsep produksi yang dianggap sebagai kerja produktif dalam Islam

adalah proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang sangat dibutuhkan

manusia. Dan kerja produktif semacam ini dapat diistilahkan sebagai ‘amal saleh’ yang

mengandung banyak kemaslahatan dan keberkahan.

4

Page 5: Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah

Maka dalam hal ini, prinsip fundamental yang harus diperhatikan dalam produksi

adalah prinsip tercapainya kesejahteraan ekonomi. Selanjutnya Mannan menyatakan:

“Dalam sistem produksi Islam, konsep kesejahteraan ekonomi digunakan dengan cara

yang lebih luas, konsep kesejahteraan Islam terdiri dari bertambahnya pendapatan yang

diakibatkan oleh meningkatnya produksi dari hanya barang-barang berfaedah melalui

pemanfa’atan sumber-sumber daya secara maksimum baik manusia maupun benda

demikian juga melalui ikut-sertanya jumlah maksimum orang dalam proses produksi”.

(Eko Suprayitno; 2008: 178-179). Dengan demikian semakin bertambahnya income

pendapatan manusia dan semakin banyaknya unsure manusia yang terlibat dalam

kegiatan produksi maka kesejahteraan manusia akan dapat terwujud secara lebih luas.

Oleh karena itu strategi yang yang tepat dalam peningkatan kesesajahteraan manusia

adalah strategi kelayakan hidup manusia dalam istilah ekonomi Islam disebut dengan

“Haddul kifayah”. Karena dalam batas minimal inilah ekonomi Islam dapat dikatakan

berhasil sebagai ilmu yang dapat mengantarkan manusia menuju kesejahteraan hidup.

b. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Produksi?

2. Apakah tujuan dari produksi dalam Islam?

3. Apa saja input produksi dan berkah?

4. Bagaimana kemuliaaan harkat kemanusiaan sebagai karakter produksi?

5. Bagaimana eksplorasi dan pembentukan konsep produksi ?

c. Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari penyusunan makalah dengan judul “Teori dan Analisis

Produksi” adalah sebagai berikut :

1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Syariah

2. Melatih Mahasiswa untuk lebih aktif dalam pencarian bahan-bahan materi

Ekonomi Syariah

3. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Teori dan Analisis Produksi

4. Memahami secara utuh fungsi dari Ekonomi Syariah

5

Page 6: Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah

BAB II

PEMBAHASAN

a. Pengertian Produksi

Dalam mendefinisikan produksi, secara esoteris “produksi” dalam bahasa Arab

disebut: “al-intaj” yang memiliki makna ijadu sil’atin (mewujudkan atau mengadakan

produk) atau “khidmatu mu’ayyanatin bi istikhdamin muzayyajin min anashiril intaji

dhamina itharu zamanin muhaddadin” (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut

adanya bantuan penggabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang

terbatas).

Lebih jauh dikatakan bahwa dalam melakukan proses produksi yang dijadikan

ukuran utamanya adalah nilai manfa’at (utility) yang diambil dari hasil produksi tersebut.

Produksi dalam pandangannya harus mengacu pada value of utility dan masih dalam

bingkai nilai “halal” serta tidak membahayakan bagi diri sendiri atau orang lain dan

kelompok tertentu.

Jadi, produsen dalam perspektif ekonomi islam bukanlah seorang pemburu laba

maksimal melainkan pemburu mashlahah. Ekspresi mashlahah dalam kegiatan produksi

adalah keuntungan dan berkah sehingga produsen akan menentukan kombinasi antara

berkah dan keuntungan yang memberikan mashlahah maksimal.

Oleh karena itu, tujuan produsen bukan hanya laba, maka pertimbangan produsen

juga bukan semata pada hal yang bersifat sumber daya yang memiliki hubungan teknis

dengan output, namun juga pertimbangan kandungan berkah (nonteknis) yang ada pada

sumber daya maupun output.

Misalnya ketika untuk menghasilkan baju diperlukan kain, benang, tenaga kerja,

serta mesin jahit produsen tidak hanya memikirkan berapa meter kain dan benang yang

diperlukan agar maksimal, namun juga mempertimbangkan jenis kain dan benang apa,

dan dibeli dengan harga berapa, berapa tenaga kerja diperlukan, berapa baju akan dibuat

agar mashlahah mencapal maksimal.

6

Page 7: Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah

b. Tujuan Produksi Dalam Islam

Karena produksi adalah kegiatan menciptakan suatu barang atau jasa, sedangkan

konsumsi adalah kegiatan pemanfa’atan hasil produksi. Dengan demikian, aktifitas

produksi dan konsumsi merupakan kegiatan yang sangat berkaitan yang tidak dapat

dipisahkan karena satu sama lainnya saling berhubungan dalam sebuah proses kegiatan

ekonomi.

Oleh karena itu aktifitas produksi harus balance dengan kegiatan konsumsi.

Apabila keduanya tidak balance maka akan terjadi ketimpangan dalam kegiatan

berekonomi. Hal ini dapat dideskripsikan, apabila barang/jasa yang diproduksi itu lebih

banyak dari permintaan konsumsi maka akan terjadi ketimpangan ekonomi yaitu berupa

penumpukan output produksi sehingga terjadi kemubadziran hasil prooduksi. Inilah yang

disebut israf (produksi yang berlebihan) yang dalam ekonomi Islam dianggap sebagai

bentuk dosa yang menjadikan output produksi itu tidak ada nilai maslahah sehingga tidak

berkah yang menjadikannya menjadi output produksi yang tidak produktif.

Sebaliknya jika aktifitas konsumsi lebih banyak permintaannya dari aktifitas

produksi maka akan menimbulkan problematika ekonomi yaitu berupa tidak

terpenuhinya kebutuhan ekonomi yang berdampak pada kemiskinan dan malapetaka

sosial dan ekonomi.

Dalam permasalahan produksi dan konsumsi dapat dimisalkan; Kita tidak

diperbolehkan memproduksi atau mengonsumsi produk/barang yang haram seperti

alkohol, babi, anjing, bangkai, heroin, narkotika, binatang yang tidak disembelih atas

nama Allah, dan binatang buas. Seorang konsumen ataupun produsen yang berprilaku

Islami juga tidak boleh melakukan israf atau berlebih-lebihan, tetapi hendaknya dalam

mengkonsumsi atau memproduksi itu dilakukan dengan konstan. Sebagaimana sabda

Nabi, SAW. yang mengatakan: “Makanlah kalian sebelum lapar dan berhentilah kalian

sebelum kenyang”. Jadi kegiatan produksi dan konsumsi harus dilakukan secara

seimbang sehingga akan terwujud stabilitas ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan hidup.

Tujuan konsumen dalam mengonsumsi barang dan jasa dalam perspektif ekonomi

Islam adalah untuk mendapatkan kesejahteraan secara maksimum yang berdampak pada

kemaslahatan dalam kehidupan. Demikian halnya produsen dalan kegiatan produksinya

bertujuan menyediakan barang dan jasa yang memberikan maslahah bagi konsumen.

7

Page 8: Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah

Secara lebih spesifik, tujuan kegiatan produksi adalah meningkatkan kemaslahatan

sehingga mendapatkan keberuntungan (falah) di dunia dan di akhirat, yang tujuan ini

dapat diakulturasikan dalam bentuk, yaitu:

1. Pemenuhan sarana kebutuhan manusia yang seimbang

2. Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya

3. Menyiapkan persediaan barang dan jasa

4. Mensejahterakan tingkat kehidupan

5. Sebagai sarana kegiatan sosial dan untuk beribadah kepada Allah SWT.

Produksi merupakan mata rantai konsumsi, yaitu menyediakan barang dan jasa yang

merupakan kebutuhan konsumen. Produsen sebagaimana konsumen, bertujuan untuk

memperoleh mashlahah maksimum melalui aktivitasnya.

Mata Rantai Kegiatan Konsumsi dan Produksi

8

PRODUSEN

KONSUMEN

KEBUTUHAN

MASHLAHAH

BERKAH

FALAH

Page 9: Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah

Penjelasan:

1. FALAH adalah Kemuliaan dan kemenangan dunia dan akhirat

2. BERKAH adalah Bertambahnya kebaikan

3. MASHLAHAH adalah Memiliki banyak manfaat

4. Konsumen adalah yang memanfaatkan barang dan jasa untuk memenuhi

kebutuhan

5. Produsen adalah yang menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan.

6. KEBUTUHAN adalah sesuatu yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup

c. Input Produksi dan Berkah

Aktifitas produksi membutuhkan berbagai jenis sumber daya ekonomi yang lazim

disebut input atau faktor produksi, yaitu semua bentuk faktor yang memberikan

kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam sebuah proses produksi. Maka

faktor-faktor produksi ini terdeskripsikan dalam faktor sumber daya alam, faktor

finansial, faktor sumber daya manusia dan faktor waktu.

Misalkan dalam sebuah perusahaan produksi mobil. Pemroduksian mobil tidak bisa

dibuat hanya dengan tersedianya besi atau karet saja, atau ada tenaga kerja saja, atau ada

pengusaha mobil saja, tetapi merupakan kombinasi antara berbagai faktor produksi

sebagai input produksi. Sebuah mobil dapat sampai ke tangan konsumen didukung oleh

kombinasi dari berbagai macam faktor produksi diantaranya harus tercukupinya bahan-

bahan; besi, karet, aluminium dan lain-lain yang diolah secara manual maupun dengan

dibantu mesin, dan kemudian setelah menjadi mobil dijual atau disalurkan oleh para

distributor kepada konsumen.

Maka dalam proses pemroduksian mobil tersebut selain membutuhkan koordinasi

manajerial seorang manajer dan juga gagasan-gagasan dan ide-ide para usahawan yang

dalam hal ini adalah masuk dalam faktor sumber daya manusia. Dan untuk

menggerakkan semua faktor itu membutuhkan modal finansial dalam rangka membiayai

semua proses produksi tersebut. Demikian pula barang-barang sederhana lainnya yang

bernilai rendah, misalnya benang jahit, sesungguhnya juga membutuhkan proses yang

panjang dengan melibatkan berbagai faktor produksi untuk menghasilkannya.

9

Page 10: Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah

Dalam kaitannya dengan hal ini, sebenarnya tidak ada kesepakatan yang bulat

tentang klasifikasi faktor produksi. Perbedaan dasar klasifikasi faktor produksi ini

dilatarbelakangi oleh berbagai faktor, contohnya ketidaksamaan dalam pembuatan

definisi, karakteristik, maupun peran dari masing-masing faktor dalam menghasilkan

output, atau bentuk harga atau biaya (cost) atas suatu faktor produksi. Contoh terakhir ini

misalnya dalam ekonomi konvensional harga atau biaya dari tanah adalah sewa disebut

dengan (rent), biaya yang dihasilkan dari tenaga kerja disebut upah/gaji (wage) dan biaya

atau hasil dari investasi modal finansial adalah bunga (interest), yang menurut ekonomi

Islam sistem bunga adalah haram hukumnya sehingga ekonomi Islam memberikan

alternatif lain bahwa hasil dari investasi modal finansial adalah berupa bagi hasil

kerugian dan keuntungan (profit and loss sharing).

Secara mendasar, faktor produksi atau input ini secara garis besar dapat

diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu;

1. Input manusia (human input).

adalah semua bentuk manajerial, ide-ide, gagasan pemikiran, tenaga, perasaan dan

hati yang bersumber dari diri manusia. Contohnya : tenaga kerja/buruh dan

wirausahawan.

2. Input non-manusia (non human input)

adalah sumber daya alam (natural resources), kapital (financial capital), mesin,

alat-alat, gedung dan input-input fisik lainnya (physical capital).

Maka klasifikasi input menjadi input manusia dan non-manusia ini didasarkan pada

argumen-argumen sebagai berikut, yaitu:

a. Manusia adalah faktor produksi yang memiliki peran paling penting dalam

keseluruhan faktor produksi. Manusia menjadi faktor utama, sedangkan non-

manusia menjadi input pendukung.

Maka manusia adalah faktor produksi yang memiliki inisiatif atau ide,

mengorganisasi, memproses dan memimpin semua faktor produksi sehingga

menghasilkan suatu produk yang bermanfa’at untuk memenuhi kebutuhan.

Sedangkan faktor non-manusia adalah input pendukung (supporting input)

sebagai faktor terpenting kedua setelah manusia. Karena manusia tidak dapat

10

Page 11: Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah

hidup dan berekonomi kecuali didukung oleh faktor non-manusia (Faktor

materiil).

Oleh karena itu, dalam menghasilkan output secara maksimal manusia

membutuhkan faktor produksi materiil, akan tetapi tanpa manusia barang dan jasa

tidak akan optimal dalam memberikan manfa’at. Misalnya: tambang emas yang

masih di dalam perut bumi tidak menjadi perhiasan yang berharga tinggi apabila

tidak diolah dan dikelola oleh manusia yang terampil. Oleh karena itu usaha

manusia adalah faktor terpenting dalam pengelolaan barang dan jasa sehingga

benar apa yang dikatakan Ibnu Khaldun (1263-1328) yang menganggap bahwa

manusia adalah faktor terpenting dan merupakan sumber utama nilai barang dan

jasa.

b. Manusia adalah makhluk hidup yang tentu saja memiliki berbagai karakteristik

yang berbeda dengan faktor produksi lainnya.

Manusia adalah ciptaan Allah yang diberikan kemulyaan Allah sebagai khalifah

di muka bumi ini. Sehingga memiliki karakteristik yang sangat istimewa yang

membedakan faktor-faktor produksi lainnya. Manusia pasti tidak dapat disamakan

dengan sumber daya alam, gedung, uang dan faktor produksi fisik lainnya.

Secara umum sumber daya non-manusia dapat diperdagangkan sesuai dengan

mekanisme pasar maka sumber daya non-manusia dapat disebut sebagai

barang/jasa. Sedangkan manusia adalah manusia yang tidak berupa harta benda

(barang/jasa) maka tidak dapat diperjual-belikan dalam mekanisme pasar. Karena

harta benda (barang/jasa) menurut definisi Mustafa Ahmad Zarqa’ adalah: Segala

sesuatu yang mempunyai nilai materi di kalangan masyarakat. Maka manusia

tidak termasuk di dalamnya, sehingga jika terjadi perdagangan manusia (human

smugling) maka hukumnya haram dalam perspektif ekonomi Islam.

Maka ketika harta benda (barang/jasa) itu halalan tayyiban, keberkahan pun akan

menyertainya. Halalan tayyiban maksudnya adalah halal secara nilai intrinsiknya, halal

proses dan halal dampak dari proses transaksinya sehingga keberkahan akan menyertai

barang dan jasa itu. sehingga menjadikan output bahwa barang/jasa yang berkah akan

11

Page 12: Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah

berdampak kepada kemaslahatan. Oleh karena itu, bagaimanapun sistem

pengklasifisiannya bahwa berkah harus dimasukkan dalam input produksi.

Karena berkah tersebut melekat pada setiap input yang digunakan dalam

berproduksi dan juga melekat pada proses produksi sehingga output produksinya akan

mengandung berkah. Memasukkan berkah sebagai input produksi adalah rasional, sebab

berkah mempunyai andil (share) nyata dalam membentuk output. Dalam alam kasat mata

input berkah memang tidak bersifat materi sebagaimana faktor-faktor produksi lainnya,

akan tetapi input human capital juga tidak bersifat materi dan bisa dimasukkan dalam

input produksi.

Dengan demikian, produk yang dihasilkan dengan menggunakan human capital

yang kualitasnya rendah akan menghasilkan produk yang berkualitas rendah juga,

demikian juga sebaliknya, produk yang dengan mempergunakan human capital yang

berkualitas tinggi akan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. Demikian halnya,

barang/jasa yang diproduksi dengan input berkah akan menghasilkan output yang

bertambah berkah sehingga nilai kemaslahatannya semakin bertambah, demikian juga

sebaliknya barang/jasa yang diproduksi dengan input yang tidak berkah akan

menghasilkan output yang tidak berkah bahkan berdampak pada kemadzaratan dan

kerusakan.

d. Kemuliaan Harkat Kemanusiaan Sebagai Karakter Produksi

Kemuliaan harkat kemanusiaan harus mendapat perhatian besar dan utama dalam

keseluruhan aktivitas produksi. Segala aktivitas yang bertentangan dengan pemuliaan

harkat kemanusiaan dan dikatakan bertentangan dengan ajaran Islam. Karakter produksi

seperti ini akan membawa implikasi penting dalam teori produksi. Salah satu contoh

dalam memandang kedudukan manusia adalah tenaga kerja dan kapital. Keduanya dapat

mengalami substitusi tergantung keadaan. Substitusi antara manusia/tenaga kerja dengan

kapital pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1.      Substitusi yang bersifat alamiah (natural substitution)

2.      Substitusi yang dipaksakan (forced substitution)

Sebagai contoh substitusi ini kita asumsikan pada kehidupan jaman dahulu ketika

manusia masih rendah ketenagakerjaannya. Semakin lama kualitas tenaga kerja akan

12

Page 13: Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah

meningkat. Hal ini membuat manusia harus ditempatkan dalam produksi yang bernilai

tinggi juga. Sementara itu, untuk produksi pekerjaan barang-barang remeh akan

digantikan oleh peralatan atau mesin. Seperti inilah substitusi yang bersifat alamiah

tersebut dimana substitusi tersebut terjadi ketika perubahan zaman jangka waktu yang

panjang.

Islam sangat menganjurkan substitusi natural karena sifatnya akan lebih

meningkatkan mashlahah yang lebih tinggi dimana manusia semakin berkembang

kualitas kerjanya. Sebaliknya Islam tidak menganjurkan adanya substitusi yang

dipaksakan (forced). Hal ini disebabkan karena substitusi yang dipaksakan akan

menimbulkan kesengsaraan hidup manusia yang juatru menurunkan harkat manusia.

Namun perlu diketahui substitusi natural proses terjadi dalam jangka waktu panjang.

Sementara paradigma jangka berproduksi sebenarnya adalah paradigma jangka pendek.

Sehingga menjadi tidak tepat jika konsep jangka panjang digambarkan kepada jangka

pendek.

e. Eksplorasi dan Pembentukan Konsep Produksi

Semangat produksi untuk menghasilkan maslahah maksimum perlu dituntun dengan

nilai dan prinsip ekonomi Islam. Nilai dan prinsip pokok dalam produksi adalah amanah

dan profesionalisme.

Dua prinsip pokok ini diambil dari ayat Al-Qur’an yang mengatakan: “..."Ya bapakku

ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang

paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat

dipercaya". (QS. 28: 26).

Imam Ibnu Taimiyah menjelaskan ayat diatas bahwa maksud dari kuat (al-qawiyyu)

lagi dipercaya (al-amin) adalah profesional dan amanah (trust). Yang kedua prinsip

pokok ini merupakan sebuah piranti untuk mewujudkan maslahah yang maksimum, yang

akan kita jelaskan sebagai berikut:

1. Amanah untuk mewujudkan maslahah maksimum

Amanah adalah salah satu nilai penting dalam Islam, yang diturunkan dari nilai

dasar khilafah, yang harus terus dijunjung tinggi. pengertian amanah dalam konteks ini

adalah penggunaan sumber daya ekonomi untuk mencapai tujuan hidup manusia (falah).

13

Page 14: Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah

Sumber daya yang ada di alam semesta ini oleh Allah diamanahkan kepada manusia.

Manusia tidak diperbolehkan untuk mengeksplorasi dan memperolehnya dengan cara

yang tidak benar. Singkatnya, amanah di sini dimaknai sebagai usaha untuk

memanfaatkan surnber daya yang ada dengan cara yang sebaik-baiknya  untuk mencapai

kemakrnuran manusia di muka bumi. Kegiatan produksi harus memanfa’atkan dengan

sebaik-baiknya sumber daya yang melimpah yang ada di sekitarnya. Ketika di lingkungan

sekitar tidak ada sumber daya yang bisa dimanfa’atkan, maka manusia bisa mencari

sumber daya pada lingkungan yang lebih luas dan pada sektor lain yang lebih luas,

demikian seterusnya. Sehingga prioritas produksi dalam Islam adalah dengan

memanfa’atkan sumber daya lokal yang melimpah

2. Profesionalisme

Dalam ajaran Islam, setiap muslim dituntut untuk menjadi pelaku produksi yang

profesional, yaitu memiliki profesionalitas dan kompetensi di bidangnya. Segala sesuatu

harus dikerjakan dengan baik, karenanya setiap urusan harus diserahkan kepada ahlinya.

Maka tidak lain dengan cara menyelenggarakan pelatihan dan pendidikan secara intensif

sehingga profesionalitas dapat tercapai bagi sumber daya manusia yang dibutuhkan.

Dalam kaitannya dengan meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia, yang

mana walaupun setiap tenaga kerja sudah memenuhi standar minimum dalam

melaksanakan produksi, namun ia harus selalu belajar terus untuk meningkatkan

kemampuannya dalam hal-hal yang terkait dengan produksi. Pembelajaran ini merupakan

amanat sepanjang hidup (long life learning) dari ajaran Islam. Adapun media untuk

belajar bisa berupa pendidikan formal dan informal dimana dan kapanpun dia berada,

misalnya tempat bekerja (working place). Dari tempat bekerja ini berangsur-angsur

tenaga kerja akan bisa memperoleh keahlian dalam berproduksi sehingga kemampuan

kerjanya semakin meningkat. Dengan semakin meningkatnya kemampuan, maka jumlah

barang/jasa yang bisa dihasilkan juga semakin besar, sebab ia bekerja semakin efisien.

Selain itu frekuensi kesalahan dalam melaksanakan kegiatan produksi juga semakin

menurun. Akibatnya jumlah barang yang gagal (cacat) menjadi semakin kecil yang

berarti penggunaan input per unit output juga semakin menurun.

14

Page 15: Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah

BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Dalam mendefinisikan produksi, secara esoteris “produksi” dalam bahasa Arab

disebut: “al-intaj” yang memiliki makna ijadu sil’atin (mewujudkan atau mengadakan

produk) atau “khidmatu mu’ayyanatin bi istikhdamin muzayyajin min anashiril intaji

dhamina itharu zamanin muhaddadin” (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut

adanya bantuan penggabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang

terbatas).

Aktifitas produksi harus balance dengan kegiatan konsumsi. Apabila keduanya

tidak balance maka akan terjadi ketimpangan dalam kegiatan berekonomi. Hal ini dapat

dideskripsikan, apabila barang/jasa yang diproduksi itu lebih banyak dari permintaan

konsumsi maka akan terjadi ketimpangan ekonomi yaitu berupa penumpukan output

produksi sehingga terjadi kemubadziran hasil prooduksi. Inilah yang disebut israf

(produksi yang berlebihan) yang dalam ekonomi Islam dianggap sebagai bentuk dosa

yang menjadikan output produksi itu tidak ada nilai maslahah sehingga tidak berkah yang

menjadikannya menjadi output produksi yang tidak produktif.

Sebaliknya jika aktifitas konsumsi lebih banyak permintaannya dari aktifitas

produksi maka akan menimbulkan problematika ekonomi yaitu berupa tidak

terpenuhinya kebutuhan ekonomi yang berdampak pada kemiskinan dan malapetaka

sosial dan ekonomi.

15

Page 16: Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah

DAFTAR ISI

1. Afzalurrahman, “Doktrin Ekonomi Islam Jilid I”, PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995.

Yogyakarta.

2. Eko Suprayitno, “Ekonomi Mikro Perspektif Islam”, UIN-Malang Press, Cet. I

2008, Malang.

3. Karim, Adiwarman Azwar, “Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam”, Raja Grafindo

Persada, 2006, Jakarta.

4. Manan, M. Abdul, “Teori dan Praktek Ekonomi Islam”, PT. Dhana Bhakti Wakaf,

Yogyakarta.

5. Al-Jamal, Muhammad, “Mausu’atu al-Iqtishad al-Islamy”, Dar al-Kitab al-

Mashry, tahun 1980.

6. Misanan, Munrokhim, dkk. “Ekonomi Islam”, P3EI, UII Yogyakarta, cet. Raja

Grafindo, Jakarta, 2013.

16