makalah toksik

39
MAKALAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN KELOMPOK 3 (TK. III KESLING) : SHINTA WIDYANINGRUM CINTIA RISMA YULIANI LUTFIANI AIDA FITRI DIAN ANDINI DINNY DWI CAHYANTI NIA NURHARDIYANTI SITI AISYAH DIMAS SEPTIO TAUFIK RAHMAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Upload: shin-vectra

Post on 11-Dec-2015

80 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

toksikologi

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Toksik

MAKALAH

TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

KELOMPOK 3 (TK. III KESLING) :

SHINTA WIDYANINGRUM

CINTIA RISMA YULIANI

LUTFIANI AIDA FITRI

DIAN ANDINI

DINNY DWI CAHYANTI

NIA NURHARDIYANTI

SITI AISYAH

DIMAS SEPTIO

TAUFIK

RAHMAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Page 2: Makalah Toksik

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang

kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan

bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal. Namun, saat ini kualitas udara sangat

memprihatinkan akibat pencemaran udara. Pencemaran udara dewasa ini semakin

menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat

berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan

perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar

udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan

oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam

beracun, dll. Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan

kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.

Pencemaran udara merupakan masalah yang memerlukan perhatian khusus,

khususnya untuk daerah-daerah kota besar. Pencemaran udara yang ada dapat berasal

dari asap kendaraan bermotor, asap pabrik ataupun partikel-partikel yang lain. Saat ini

mulai dilakukan upaya pemantauan pencemaran udara. Dari hasil pemantauan tersebut

diketahui ada beberapa parameter yang cukup memprihatinkan, diantaranya: debu

(partikulat), Sulfur Dioksida (SO2), Oksida nitrogen (NOx), Carbon dioksida (CO) dan

hidrokarbon (HC). Pencemar lainnya adalah timbal (Pb) yang dikandung dalam bensin

(Premium). Keberadaan timbal (Pb) di udara dapat membahayakan bagi kesehatan

manusia. Pencemaran udara akan terus berlangsung sejalan dengan laju pertumbuhan

ekonomi. Dengan semakin berkembangnya kehidupan ekonomi, masyarakat akan

semakin banyak menggunakan bahan-bahan berteknologi tinggi yang dapat

menimbulkan pencemaran udara seperti motor dan mobil. Hal ini memberikan

kontribusi besar dalam menurunkan kualitas udara yang dapat mengganggu

kenyamanan, kesehatan dan bahkan keseimbangan iklim global.

Page 3: Makalah Toksik

Kualitas udara sangat dipengaruhi oleh besar dan jenis sumber pencemar yang ada

seperti dari kegiatan industri, kegiatan transportasi dan lain-lain. Masing-masing

sumber pencemar yang berbeda-beda baik jumlah, jenis, dan pengaruhnya bagi

kehidupan. Pencemar udara yang terjadi sangat ditentukan oleh kualitas bahan bakar

yang digunakan, teknologi serta pengawasan yang dilakukan.

Perubahan kualitas udara ambien, biasanya mencakup parameter-parameter seperti

gas SO2, NO2, CO, NH3, O3, H2S, HC, dan partikel debu. Apabila terjadi peningkatan

kadar bahan-bahan tersebut diudara ambien yang melebihi nilai baku mutu udara

ambien yang telah ditetapkan, dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui Pemeriksaan kualitas udara ambient

2. Untuk mengetahui cara pengukuran kadar gas udara ambien (CO, NO2, amonia,

SO2, dan H2S).

Page 4: Makalah Toksik

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Udara Ambien

Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi yang berada pada lapisan

troposfir yang dibutuhkan dan dapat mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup

serta unsur lingkungan hidup lainnya. Kualitas udara ambien ini sendiri merupakan

tahap awal dalam memahami dampak negatif dari cemaran udara terhadap lingkungan,

dimana kualitas udara ambien dalam hal ini ditentukan oleh :

1. Kuantitas emisi cemaran dari sumber cemaran.

2. Proses transportasi, konversi dan penghilangan cemaran di atmosfer, dimana

kualitas udara ambien akan menentukan dampak negatif cemaran udara terhadap

kesehatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat seperti tumbuhan, hewan,

material dan yang lainnya.

Pengukuran kualitas udara ambien bertujuan untuk mengetahui konsentrasi zat

pencemar yang ada di udara. Data hasil pengukuran tersebut sangat diperlukan untuk

berbagai kepentingan, diantaranya untuk mengetahui tingkat pencemaran udara di suatu

daerah atau untuk menilai keberhasilan program pengendalian pencemaran udara yang

sedang dijalankan. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang valid (yang

representatif), maka dari mulai pengambilan contoh udara (sampling) sampai dengan

analisis di laboratorium harus menggunakan peralatan, prosedur dan operator (teknisi,

laboran, analis dan chemist) yang dapat dipertanggungjawabkan (Sutardi, 2008).

Informasi mengenai efek pencemaran udara terhadap kesehatan dapat berasal dari

data pemaparan pada binatang, kajian epidemiologi, dan pada kasus yang terbatas

mengenai kajian pemaparan pada manusia (Setyowati, 2009). Mutu udara ambien

adalah kadar zat, energi atau komponen lain yang ada di udara bebas. Status mutu udara

ambien adalah keadaan mutu udara di suatu tempat pada saat dilakukan inventarisasi.

Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi atau komponen

yang ada atau yang seharusnya ada atau unsur pencemar yang ditenggang

keberadaannya dalam udara ambien (Sukirno, 2011).

Page 5: Makalah Toksik

Baku Mutu Kualitas Udara Ambien dibagi menjadi dua, yaitu baku mutu primer dan

baku mutu sekunder. Baku mutu primer ditetapkan untuk melindungi pada batas

keamanan yang mencukupi (adequate margin safety) kesehatan masyarakat dimana

secara umum ditetapkan untuk melindungi sebagian masyarakat (15-20%) yang rentan

terhadap pencemaran udara. Sedangkan baku mutu sekunder ditetapkan untuk

melindungi kesejahteraan masyarakat (material, tumbuhan dan hewan) dari setiap efek

negatif pencemaran udara yang telah diketahui atau yang dapat diantisipasi (Setyowati,

2009).

B. Zat Pencemar Udara Ambien

Berdasarkan proses pembentukannnya, zat pencemar di udara ambien dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu :

1. Zat pencemar primer

Zat pencemar primer dapat didefinisikan sebagai zat pencemar yang

terbentuk pada sumber emisinya, seperti partikulat, NOx, CO dan SO2. Polutan

udara primer mencakup 90% dari jumlah polutan udara seluruhnya. Sumber polusi

yang utama berasal dari transportasi, di mana hampir 60% dari polutan yang

dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon.

Sumber-sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses industri, pembuangan

limbah, dan lain-lain. Polutan yang utama adalah karbon monoksida yang dapat

mencapai hampir setengah dari seluruh polutan udara yang ada (Setio,2009).

2. Zat pencemar sekunder

Zat pencemar sekunder merupakan zat pencemar yang terbentuk di atmosfer

yang merupakan produk dari reaksi kimia beberapa zat pencemar, seperti NO2, O3,

Peroxy Acetyl Nitrate (PAN), asam sulfat dan asam nitrat (Anonim1, 2010).

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Udara Ambien

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas zat pencemar udara ambien, adalah

sumber emisi (alamiah dan anthropogenik), faktor meteorologi seperti temperatur,

Page 6: Makalah Toksik

tekanan, kelembaban, intensitas matahari, curah hujan, mixing height, arah dan

kecepatan angin serta faktor topografik (Sutardi, 2008).

Apabila intensitas sumber emisi dan faktor meteorologis khususnya arah dan

kecepatan angin dapat selalu berubah, maka dengan demikian konsentrasi zat pencemar

di udara ambien juga selalu berubah (tidak konstan). Perubahan konsentrasi zat

pencemar di udara ambien ini terjadi karena perubahan waktu (temporal) dan juga

terjadi karena perubahan tempat (Anonim1, 2010).

D. SNI Udara Ambien

Untuk melakukan sampling dan pengujian parameter-parameter udara harus sesuai

dengan metode Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar ini telah disepakati dan

disetujui dalam rapat konsensus dengan peserta rapat yang mewakili produsen,

konsumen, ilmuwan, instansi teknis, pemerintah terkait dari pusat maupun daerah pada

tanggal 5 – 6 Agustus 2004 di Jakarta. Berikut ini adalah daftar SNI udara Ambien

sebagai berikut:

Tabel 1. Daftar SNI Udara Ambien

No. Nomor SNI Judul Ruang Lingkup

1. SNI 19-7119.1-

2005

Udara ambien – Bagian 1: Cara uji

kadar amoniak (NH3) dengan

metoda indofenol menggunakan

spektrofotometer

Standar ini digunakan untuk

penentuan amoniak di udara

ambien menggunakan

spektrofotometer dengan metode

indofenol.

Lingkup pengujian meliputi :

a. cara pengambilan contoh uji

gas amoniak dengan

menggunakan larutan penjerap.

b. Cara perhitungan volume

Page 7: Makalah Toksik

contoh uji gas yang dijerap.

c. Cara penentuan gas amoniak di

udara ambien menggunakan

metoda indofenol secara

spektrofotometri pada panjang

gelombang 630 nm dengan

kisaran konsentrasi 20 μg/Nm3

sampai 700 μg/Nm3 (0,025 ppm

sampai 1 ppm).

2. SNI 19-7119.2-

2005

Udara ambien – Bagian 2: Cara uji

kadar nitogen oksida (NO2)

dengan metoda Griess Saltman

menggunakan spektrofotometer

Standar ini digunakan untuk

penentuan nitogen dioksida di

udara ambien mengunakan

metode Griess Saltzman

Lingkup pengujian meliputi:

a) cara pengambilan contoh gas

nitrogen dioksida mengunakan

larutan penjerap

b) cara perhitungan contoh uji gas

yang dijerap

c) cara penentuan gas nitrogen

dioksida ,NO2 di udara ambein

mengunakan metoda Griess

Saltzman secara spektrofotometri

pada panjang gelombang 550 nm

dengan kisaran konsentrasi 0,005

ppm sampai 5 pmm udara atau

Page 8: Makalah Toksik

0,01 μg/L sampai dengan 10 μg/L

3. SNI 19-7119.3-

2005

Udara ambien – Bagian 3: Cara uji

partikel tersuspensi total

menggunakan peralatan high

volume air sampler (HVAS)

dengan metoda gravimetri

Standar ini digunakan untuk

penentuan partikel tersuspensi

total menggunakan Alat High

volume air Sampler

Lingkup pengujian meliputi:

a. cara pengambilan contoh uji

dalam jumlah volum udara yang

besar di atmosfer, dengan nilai

rata-rata laju alir pompa vakum

1,13 sampai 1,70 m3/menit.

Dengan laju alir ini maka

diperoleh partikel tersuspensi

kurang dari 100 μm (diameter

ekivalen) yang dapat

dikumpulkan. Adapun untuk

efesiensi partikel berukuran lebih

besar dari 20 μm akan berkurang

sesuai dengan kenaikan ukuran

partikel, sudut dari angin, atap

sampler, dan kenaikan kecepatan.

b. Penggunaan filter serat kaca

dapat mengumpulkan partikel

dengan kisaran diameter 100 μm

sampai 0,1 μm (efesiensi 99,95 %

untuk ukuran partikel 0,3 μm)

Page 9: Makalah Toksik

c. Jumlah minimum partikel yang

terdeteksi oleh metode ini adalah

3 mg (tingkat kepercayaan 95%).

Pada saat alat dioperasikan

dengan laju alir rata-rata 1,7

m3/menit selama 24 jam,maka

berat massa yang didapatkan

antara 1 sampai 2 μg/m3.

4. SNI 19-7119.4-

2005

Udara ambien – Bagian 4: Cara uji

kadar timbal (Pb) dengan metoda

destruksi basah menggunakan

spektrofotometer serapan atom

Standar ini digunakan untuk

pentuan timbal di udara ambien

dengan mengunakan

spektrofotometer serapan atom

Lingkup pengujian ini meliputi:

a) persiapan contoh uji untuk

analisa Pb dengan cara destruksi

basah dari partikel tersuspensi

total (TSP) diukur dengan alat

(HVAS)

b) pemerisaan contoh uji Pb dari

TSP dengan metode

spektrofotometer serapan atom

pada panjang gelombang 283,3

nm

c) pada perhitungan konsentrasi

Pb diudara ambien.

5. SNI 19-7119.5-

2005

Udara ambien – Bagian 5: Cara uji

kadar sulfat indeks dengan media

Standar ini digunakan untuk

penetuan kadar sulfat indeks

Page 10: Makalah Toksik

PbO2 candle secara turbidimetri

menggunakan spektrofotometer

diudara ambien dengan media

PbO2 candiae secara turbidimetri

mengunakan spektrofotometer

Lingkup pengujian meliputi:

a) cara pengambilan contoh uji

gas SO2 dengan mengunakan

media PbO2 candle

b) cara analisis ion SO3– dan SO4

2-

yang terdapat dalam PbO2 candle

secara turbidimetri mengunakan

alat spektrofotometer.

6. SNI 19-7119.6-

2005

Udara ambien – Bagian 6:

Penentuan lokasi pengambilan

contoh uji pemantauan kualitas

udara ambien

Satandar ini digunakan untuk

mentukan titik pengambilan

contoh uji kualitas udara ambien

yang meliputi:

a) pemilihan lokasi pengambilan

contoh uji pemantuan kualitas

udara ambien

b) penempatan peralatan

pengambil contoh uji pemantauan

kualitas udara ambien sesaat dan

kontinyu.

7. SNI 19-7119.7-

2005

Udara ambien – Bagian 7: Cara uji

kadar sulfur dioksida (SO2)

dengan metoda pararosanilin

menggunakan spektrofotometer

Standar ini digunakan untuk

penentuan sulfur dioksida (SO2 )

di udara ambien mengunakan

spektrofotometer dengan

Page 11: Makalah Toksik

mengunakan metode

pararosanilin

Lingkup pengujian meliputi:

a) cara pengambilan contoh uji

gas sulfur dioksida dengan

mengunakan larutan penyerap.

b) Cara penghitungan volume

contoh uji gas yang dijerap

c) Cara penentuan gas sulfur

dioksida di udara ambien dengan

metoda pararosanilin

mengunakan spektrofotometer

pada panjang gelombang 550 nm

dengan kisaran konsentrasi 0,01

ppm sampai 0,4 ppm udara atau

25μg/m3 sampai 1000μg/m3

8. SNI 19-7119.8-

2005

Udara ambien – Bagian 8: Cara uji

kadar oksidan dengan metoda

neutral buffer kalium iodida

(NBKI) menggunakan

spektrofotometer

Standar ini digunakan untuk

pentuan oksidan di udara ambien

mengunakan metoda neutral

buffer kalium iodida (NBKI)

Lingkup pengujian meliputi:

a) cara pengambilan contoh uji

oksidan dengan mengunakan

larutan penjerap

b) cara perhitungan volum contoh

Page 12: Makalah Toksik

uji gas yang dijerap

c) cara pentuan oksidan diudara

ambien mengunakan metoda

neutral buffer kalium iodida

secara spektrofotometri pada

panjang gelombang 352

nm,dengan kisran konsentrasi

0,01 ppm- sampai 10 ppm

(19,6μg/Nm3 – 19620μg/Nm3

sebagai ozon)

9. SNI 19-7119.9-

2005

Udara ambien – Bagian 9:

Penentuan lokasi pengambilan

contoh uji pemantauan kualitas

udara roadside

Standar ini digunakan untuk

menentukan titik pengambilan

contoh uji kualitas udara ambien

roadside yang meliputi:

a) pemilihan lokasi pengambilan

contoh uji pemantuan kualitas

udara ambien dengan kriteria

roadside

b) penempatan peralatan

pengambil contoh uji pemantuan

kulitas udara ambien kriteria

roadside

10. SNI 7119.13:2009Udara ambien – Bagian 13: Cara

uji hidrokarbon (HC)

menggunakan hydrocarbon

analyzer dengan detektor ionisasi

nyala (Flame Ionization

Standar ini digunakan untuk

penentuan kadar hidrokarbon

(HC) meliputi hidrokarbon total

(THC), hidrokarbon mentana

(MHC) dan hidrokarbon non

Page 13: Makalah Toksik

Detector/FID) metana (NMHC) udara ambien

menggunakan hydrokarbon

analyzer dengan detektor ionisasi

nyala (flame ionization

detector,FID)

Lingkup pengujian meliputi cara

pengumpulan gas HC dengan

kantong pengumpul (Tedlar bag)

dan pengukuran contoh uji HC

udara ambien dengan kisaran

pengukuran 0 ppm – 50

ppm,dengan limit deteksi alat

0,02 ppm.

E. Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara

1. Standar

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997

Tentang: Indeks Standar Pencemar Udara. Dan Keputusan Kepala Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan No. 107 Tahun 1997 tentang Pedoman Teknik

Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemaran Udara.

Tabel 2. Parameter Udara Ambien

No PARAMETER WAKTU PENGUKURAN

1 Partikulat (PM10) 24 jam (Periode pengukuran rata-rata)

2 Sulfur Dioksida (SO2) 24 jam (Periode pengukuran rata-rata)

3 Carbon Monoksida (CO) 8 jam (Periode pengukuran rata-rata)

4 Ozon (O3) 1 jam (Periode pengukuran rata-rata)

5 Nitrogen Dioksida (NO2) 1 jam (Periode pengukuran rata-rata)

2. Sampling

Page 14: Makalah Toksik

Berdasarkan Baku mutu nasional : Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun

1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

a. Sampling Lokasi Metode Seleksi

1) SNI 19-7119.6-2005: Udara Ambien Bagian 6: “Penentuan Lokasi

Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara Ambien”.

2) SNI 19-7119.9-2005: Udara Ambien Bagian 9: “Penentuan Lokasi

Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara Roadside”.

3) SNI 19-7118.3-2005: Emisi Gas Buang Sumber Bergerak Bagian 3: “Cara

Uji Kendaraan Bermotor Kategori L pada Kondisi Idle”.

b. Metode Sampling

Berikut ini adalah tabel standar uji yang digunakan untuk 5 parameter dasar

udara.

Tabel 3. Standar Acuan Udara Ambien

No Standar Acuan Keterangan

1 SNI 19-7119.3-2005 Udara ambien-bagian 3: Cara uji partikel tersuspensi

total menggunakan peralatan high volume air sampler

(HVAS) dengan metode gravimetri.

2 SNI 19-7119.7-2005 Udara ambien-bagian 7: Cara uji kadar sulfur dioksida

(SO2) dengan metode pararosanilin menggunakan

spektrofotometer.

3 SNI 19-4845-1998 Metode pengujian kandungan gas CO di udara dengan

menggunakan NDR

4 SNI 19-7119.2-2005 Udara ambien-bagian 7: Cara uji kadar nitrogen

dioksida (NO2) dengan metoda Griess Saltzman

menggunakan spektrofotometer.

5 SNI 19-7119.8-2005 Udara ambien-bagian 7: Cara uji kadar oksidan dengan

metode neutral buffer kalium iodida (NBKI)

menggunakan spektrofotometer.

3. Metode Analisis

Page 15: Makalah Toksik

Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 107

Tahun 1997 tentang Pedoman Teknik Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi

Indeks Standar Pencemaran Udara.

Tabel 4. Indeks Standar Pencemaran Udara

Indeks Standar

Pencemar Udara

24 Jam PM10

ug/m3

8 Jam SO2

ug/m3

8 Jam CO

ug/m3

1 Jam O3

ug/m3

1 Jam NO2

ug/m3

50 50 80 5 120 -

100 150 365 10 253 -

200 350 800 17 400 1130

300 420 1600 34 800 2260

400 500 2100 46 1000 3000

500 600 2620 57.5 1200 3750

F. Metode Pengukuran Zat Pencemar Di Udara

1. Sulfur dioksida (SO2)

a. Metode

Metode yang digunakan untuk pengujian kadar SO2 di udara memakai

metode pararosaniline-spectrofotometri.

b. Prinsip Dasar

SO2 di udara diserap/diabsoprsi oleh larutan kalium tetra kloromercurate

(absorbent) dengan laju flowrate 1 liter/menit. SO2 bereaksi dengan kalium tetra

kloromercurate membentuk komplek diklorosulfitomercurate. Dengan

penambahan pararosaniline dan formaldehide akan membentuk senyawa

pararosaniline metil sulfonat yang berwarna ungu kemerahan. Intensitas warna

diukur dengan spectrofotometer pada panjang gelombang 560 nm.

c. Dasar pengukuran gas SO2 dengan UV-spectrofotometri

Prinsip dasar pengukuran gas SO2 dengan sinar ultra violet adalah ber-

dasarkan kemampuan molekul SO2 berinteraksi dengan cahaya pada pan-jang

gelombang 190 –230 nm, menyebabkan elektron terluar dari molekul gas SO2

Page 16: Makalah Toksik

akan tereksitasi pada tingkat energi yang lebih tinggi (excited state). Elektron

pada posisi tereksitasi akan kembali ke posisi ground state dengan melepaskan

energi dalam bentuk panjang gelombang tertentu . Dengan mengukur intensitas

cahaya tersebut maka dapat ditentukan kon-sentrasi gas SO2. Metode ini praktis

mudah dioperasikan, stabil dan akurat, metode ini metode yang dipakai untuk alat

pemantauan kualitas udara scara automatik dan kontinyu. Perlu diketahui bahwa

ketelitian dan keaku-ratan metode ini, sangat dipengarhui oleh sistem kalibrasi

alat tersebut. Pada gambar 1, diperlihatkan skema alat SO2 analyzer.

Gambar 1. Skema Pulsed Fluorenscent SO2 Analyzer

d. Perhitungan Kadar SO2

Hitung kadar SO2 dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Kadar SO2 (mg/m3) = Hasil analisa (ul)xVolume sampel (ml)x(Sk+273)oK x76

Vol.udara (L)xVol.sampel yang dianalisa x (273+25)oKx P

Volume Udara (L) = f x t

Keterangan :

f = kecepatan aliran udara (L/menit)

t = waktu pengambilan contoh uji/(sampel), menit

Sk = suhu udara kering pada saat pengambilan sampel (oC)

P = tekanan udara pada saat pengambilan sampel (cmHg)

Page 17: Makalah Toksik

2. Oksida-oksida Nitrogen

a. Metode

Metode Griess-Saltman-Spectrofotometri, NO2 di udara direaksikan dengan

pereaksi Griess Saltman (absorbent) membentuk senyawa yang berwarna ungu.

Intensitas warna yang terjadi diukur dengan spektrofotometer pada panjang

gelombang 520 nm.

b. Prinsip Dasar

Absorber untuk penangkapan NO2 adalah absorber dengan desain khusus

dan porositas frittednya berukuran 60 μm. Untuk pengukuran NO, sample gas

harus dilewatkan ke dalam oxidator terlebih dahulu ( seperti KMnO4, Cr2O3).

c. Metode chemiluminescence

Gas NO diudara direaksikan dengan gas ozon membentuk nitrogen di-oksida

tereksitasi. NO2 yang tereksitasi akan kembali pada posisi ground state dengan

melepaskan energi berupa cahaya pada panjang gelombang 600 - 875 nm.

Intensitas cahaya yang diemisikan diukur dengan photo mulltifier , Intensitas yang

dihasilkan sebanding dengan konsentrasi NO di udara. Sedangkan gas NO2

sebelum direaksikan dengan gas ozon terlebih dahulu direduksi dengan katalitik

konventor.

Gambar 2. Skema Chemiluminescent NOx Analyzer

Page 18: Makalah Toksik

3. Karbonmonoksida

a. Metode Nondispersive infrared (NDIR)

Pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra me-

rah pada panjang 4,6 μm. Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding

dengan konsentrasi CO di udara. Analyzer ini terdiri dari sumber cahaya

inframerah, tabung sampel dan reference, detektor dan rekorder.

Gambar 3. Skema NDIR –CO Analyzer

b. Metode Lain

Metode lain yang juga digunakan adalah metode oksidasi CO dengan cam-

puran CuO-MnO2 dalam suasana panas membentuk gas CO2. Selanjutnya CO2

tersebut diabsorpsi dengan larutan Ba(OH)2 berlebih. Kelebihan Ba(OH) dititrasi

asam oxalat menggunakan indikator phenol phthalin.

c. Metode Iodine Pentoxide, specktrofotmeter

Gas CO di udara akan bereaksi dengan Iodin Pentoksida pada suhu 135 -

1500C, membentu gas CO2., dan uap Iodin. Senyawa yang terbentuk akan

ditangkap oleh larutan potassium iodide. Kadar gas CO di udara dapat ditentukan

dengan menganalisis kadar gas CO2 atau Iodin yang dihasilkan dengan cara

analisis menggunakan alat specktrofotmeter. Pembacaan dilakukan pada panjang

gelombang 352 nm.

d. Perhitungan Kadar CO

Hitung kadar CO dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Page 19: Makalah Toksik

Kadar CO (ppm) = Hasil analisa (ul)xVolume sampel (ml)x(Sk+273)oK x76

Vol.udara (L)xVol.sampel yang dianalisa x (273+25)oK x P

Volume Udara (L) = f x t

Keterangan :

f = kecepatan aliran udara (L/menit)

t = waktu pengambilan contoh uji/(sampel), menit

Sk = suhu udara kering pada saat pengambilan sampel (oC)

P = tekanan udara pada saat pengambilan sampel (cmHg)

4. Ozon/Oksidan

a. Metode

Metode Neutral Buffer Potassium Iodine (NBKI) –spectrofotometri. Gas

/udara yang mengandung ozon dilewatkan dalam pereaksi kalium iodida pada

buffer pH netral (pH 6,8), membebaskan Iodium. Selanjutnya Iodium yang

dibebaskan diukur intensitasnya pada panjang gelombang 350 nm.

b. Metode Chemiluminescence

Gas ozon direaksikan dengan gas asetilin membentuk aldehide yang tidak

stabil, yang selanjutnya akan melepaskan energi dalam bentuk cahaya. In-tensitas

cahaya yang diemisikan diukur dengan fotomultiplier, yang ber-banding lurus

dengan konsentrasi ozon. Panjang gelombang cahaya yang diemisikan pada

panjang gelombang 300 – 600 nm.

5. Hidrokarbon

a. Pengukuran secara langsung dangan Gas Chromatograf Hidrokarbon diukur

sebagai total hidrokarbon (THC) dan Non Methanic Hydrocarbon (NMHC).

Metode yang digunakan adalah kromatografi gas dengan detektor Flame Ionisasi

(FID). Hidrokarbon dari udara dibakar pada flame yang be-rasal dari gas hidrogen

membentuk ion-ion. Ion yang terbentuk pada flame akan ditangkap oleh elektrode

negatif. Banyaknya arus ion yang terbentuk menunjukkan konsentrasi

hidrokarbon.

Page 20: Makalah Toksik

b. Metode adsorpsi dengan adsorbent karbon aktif . Contoh gas dilewatkan ke dalam

tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( ± 0, 3 liter/menit) . Waktu

sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyak-nya adsorben

karbon aktif yang digunakan. Untuk melepaskan hidrokarbon , karbon aktif

dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2), kemudian disuntikan ke dalam

GC. Atau karbon aktif di “purging” dengan gas inert seperti N2, atau He,

kemudian dialirkan /disuntikan ke dalam GC.

6. Amoniak (NH3)

Ammonia adalah zat pencemar udara pada bentuk kebauan. Gas ammonia adalah

gas yang tidak berwarna. Dengan bau menyengat. Biasanya, ammoniak berasal dari

aktifitas mikroba, industry ammonia, perngolahan limbah dan pengolahan batu bara.

Di atmosfer, NH3  bereaksi dengan nitrat dan sulfat sehingga terbentuk garam

ammonium yang sangat korosif (Yuwono, 2011).

a. Pengukuran Amoniak

Pengujian dilakukan dalam toilet karena banyak mengandung endapan

ammonia yang menempel di dinding dan saluran pembuangan urin. Hal ini

ditandai dengan bau yang menyengat karena toilet jarang dibersihkan. Udara

yang berada di toilet diserap oleh impinger selama 60 menit. Kemudian, larutan

penyerap yang telah terkandung ammonia dibawa ke lab untuk dilakukan proses

pengujian kadar ammonia. Lalu, dilakukan beberapa perlakuan pada sampel,

diantaranya diberikan 2 ml larutan penyangga, 5 ml larutan pereaksi fenol; 2,5 ml

larutan pereaksi natrium hipoklorit. Setelah larutan dihomogenkan, tabung

didiamkan hingga 30 menit kemudian dilakukan uji absorbansi dengan

spektrofotometri.

7. Dihidrogen Sulfida (H2S)

Penentuan Kadar Dihidrogen Sulfida (H2S) dengan menggunakan

metode W.Leithe 1971 yang bertujuan untuk menentukan kadar H2S pada udara

ambien. Prinsip yang digunakan adalah Gas dihidrogen sulfida (H2S) diserap dalam

Page 21: Makalah Toksik

larutan penjerap kadmiumdihidroksida Cd(OH)2. Dengan menambahkan larutan

amin dan FeCl3 kedalam larutan tersebut maka terbentuk senyawa FeS beserta

endapan putih. Konsentrasi larutan diukur pada panjang gelombang 670 nm.

G. Satuan Konsentrasi

Untuk menyatakan konsentrasi zat pencemar gas atau debu di udara ambien ,

dapat digunakan satuan yang berdasarkan:

1. Satuan berdasarkan berat /volume (w/v), yaitu satuan yang menyatakan berat zat

pencemar per volume udara ambien. Contohnya satuan mg/m3.

2. Satuan berdasarkan volume/volume (v/v) , yaitu satuan yang menyatakan volume zat

pencemar per volume gas.

Contohnya satuan % volume, ppm . (part permillion), ppb (part perbillion).

Pengertian satuan ppm adalah menunjukkan perbandingan volume antara volume zat

pencemar dengan volume udara ambient, yaitu bagian volume zat percemar per satu

juta volume gas .

Contohnya :

Konsetrasi CO sebesar 1 ppm, artinya dalam satu juta bagian volum gas buang

mengandung 1 bagian volume gas CO, atau Dalam 1 m3 (1 x 106 ml) volume gas emisi

mengandung 1 ml gas CO. Untuk konversi satuan dari satuan ppm ke satuan mg/m3

atau sebaliknya digunakan rumus :

mg/m3 = (ppm / 24,45) x BM x 103 4)

dimana:

24,45 = konversi untuk 1 mol = 24,45 liter ( 25oC , 1 atm)

BM = berat molekul 10-3 = konversi dari ml ke liter

Perlu diketahui bahwa gas merupakan zat yang volumenya berubah dengan

perubahan temperatur dan tekanan. Maka dalam menyatakan konsentrasi zat pencemar

dalam udara digunakan kondisi standar yaitu kondisi dimana volume udara ditetapkan

dan kondisi tertentu , yang dinyatakan dengan kondisi standar.

Page 22: Makalah Toksik

Tabel 5. Metode Pengukuran

No Parameter Metode pengukuran Keterangan

1. Sulfur dioksida (SO2)Pararosaniline (Spec-trophotometri)

Manual Aktif dan Passive

2. Oksida-oksida Nitrogen (NOx)Saltzman (Spectropho-tometri)

Manual Aktif dan Passive

3. Oksidan (Ozon)Non Buffer Kalium Io-dide

Manual Aktif dan Passive

4. HidrokarbonGas Chromatograph Automatic

Analyser

5. Karbon monoksida (CO)Non Dispersive Infra Red

Automatic Analyser

6. Amoniak (NH3)Nessler (Spectropho-tometri)

Manual Aktif dan Passive

7. Hidrogen Sulfida (H2S)Methylene Blue (Spec-trophotometri)

Manual Aktif dan Passive

8.Timah Hitam (Pb)

Destruksi Basah Atomic Absorption Spec-trophotometry,Flame

9.Cd

Destruksi Basah Atomic Absorption Spec-trophotometry,Flame

10.

Zn

Destruksi Basah Atomic Absorption Spec-trophotometry,Flame

11.Cr Destruksi Basah Atomic

Absorption Spec-

Page 23: Makalah Toksik

trophotometry,Flame

12. PM 10Gravimetri Low Volume Air

Sampler

13. TSPGravimetri High Volume

Air Sampler

Hasil pengukuran zat pencemar dinyatakan dengan kondisi standar, artinya

banyaknya zat pencemar persatuan volume udara /gas pada kondisi standar, yaitu pada

temperatur 25oC dan tekanan 1 atmosfer (760 mm Hg). Untuk mengkonversi dari

kondisi volume udara pada kondisi sampling ke volume udara kondisi standar

digunakan rumus di bawah ini:

Vstd = Vsampled x (P sampled/ Pstd)) x (T std/Tsampled)

dimana :

Vstd = Volume udara pada kondisi standar 25oC , 1 atm (m3)

V sampled = Volume udara pada kondisi sampling ( m3)

P sampled = tekanan udara pada kondisi sampling ( mm Hg)

P std = tekana udara pada kondisi standar ( 760 mm Hg)

T std = Temperatur pada kondisi standar (273 + 25oK)

T sampled = Temperatur pada kondisi sampling ( 273 + oC )

H. Metode Pengujian

1. Jenis Pengujian

Jenis pengujian berdasarkan penilaian resiko bahaya (risk assessment hazard),

mengacu pada lay out proses produksi.

2. Jumlah Parameter Yang Di Uji

Sesuai dengan Kepmen KLH Nomor .02 tahun 1989, Peraturan Pemerintah Nomor.

41 tahun 1999, tentang baku mutu lingngkungan, dan Peraturan Menteri Tenaga

Page 24: Makalah Toksik

Kerja dan Trandmigrasi Nomor. PER.13/MEN/X/2011 tahun 2011, tentang nilai

ambang batas faktor Fisika dan kimia di tempat kerja.

3. Parameter Udara Ambien

a. Ammonia (NH3)

b. Nitrogen Dioksida (NO2)

c. Hidrogen Sulfide (H2S)

d. Sulphur Dioxide (SO2)

e. Carbon Monoxide (CO)

f. Debu/dust

g. Kebisingan/noise

h. Kecepatan angin

i. Temperatur

j. Kelembaban nisbih/humidity

k. Cuaca

4. Parameter Emisi Sumber Bergerak

a. Nitrogen Dioksida : NO2

b. Sulfur Dixide : SO2

c. Partikel debu : total debu

d. Kepekatan asap : opasitas

5. Peralatan Yang Dipergunakan

a. Bola globe, sibata

b. Psikrometer arsman

c. Kata thermometer

d. Termometer suhu alami

e. Kompas

f. Neraca analitik

g. Flow rate

h. Alat- alat gelas

i. Anemometer

j. Mini pump

Page 25: Makalah Toksik

k. Impinger

l. Sound level meter

m.NDIR Analyzer

n. Gas Chromatography (GC )

o. HVDS

p. Atomatic Absorption Spectroscopy (AAS)

q. Spectrophotometer

Page 26: Makalah Toksik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2010. Pengantar Pencemaran Udara. http://www.pencemaran_udara.pdf. [Diakses pada tanggal 6 Juni 2015]

Setio, H.P. 2009. Polutan Udara. http://POLUTAN_UDARA_Herie_Setio_Pratama.html [Diakses pada tanggal 5 Juni 2015]

Setyowati, S. 2009. Pencemaran Udara Ambien. http://www.chem-istry. org/materi_kimia/kimia-industri/limbah-industri/pencemaranudara-ambien/ [Diakses pada tanggal 5 Juni 2015]

Sukirno. 2011. Pengertian Pencemaran Udara. http://pengertian-pencemaranudara.html [Diakses pada tanggal 5 Juni 2015]

Sutardi, T. 2008. Teknik Pengukuran Udara Ambien. http://tikiprint_article.php.html [Diakses pada tanggal 6 Juni 2015]

https://environmentalchemistry.wordpress.com/2010/11/22/sni-udara-ambien/ [Diakses pada tanggal 6 Juni 2015]

https://fpik.unmul.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/pengujian-udara.pdf [Diakses pada tanggal 6 Juni 2015]

http://latarmarif.weblog.esaunggul.ac.id/wpcontent/uploads/sites/1079/2013/05/METODE-SAMPLING.pdf [Diakses pada tanggal 5 Juni 2015]