makalah tugas smester 1
TRANSCRIPT
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
MAKALAH
Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah FON II
Disusun oleh:
Kelompok 7
Masni’ah (220110110012)
Maya Hertiningtyas (220110110026)
Mayangsari Alifah Putri (220110110152)
Melda Iskawati (220110110043)
Melina Purwaningsih (220110110101)
Meliza Dwi Utami (220110110142)
Mirza Shofwa (220110110058)
Mita Andriyani (220110110098)
Mona Yosefin (220110110129)
Muli Dwi Cahayani (220110110142)
Mutiara (220110110134)
Nabila S. F. Bustomi (220110110041)
Neng Tuti Haryati (220110110067)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2011
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini membahas tentang Komunikasi Terapeutik
Dalam penulisan makalah ini, penulis menemui beberapa kendala, tetapi dapat
teratasi berkat bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Afif.S.Kp., selaku dosen koordinator mata kuliah Fundamental Of
Nursing II
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya
membangun demi penyempurnaan makalah ini di waktu yang akan datang.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan
rahmat-Nya kepada kita. Amin.
Jatinangor, 16 Januari 2012
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
BAB II
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak langkah manusia. Manusia
adalah makhluk sosial yang tergantung satu sama lain dan mandiri serta saling
terkait dengan orang lain dilingkungannya. Satu-satunya alat untuk dapat
berhubungan dengan orang lain dilingkungannya adalah komunikasi. Komunikasi
pula memiliki peranan penting dalam dunia kesehatan khusunya dunia
keperawatan.
Komunikasi merupakan sebuah faktor yang paling penting yang digunakan
untuk menetapkan hubungan terapeutik antara perawat dan pasien. Menemukan
cara yang efektif untuk mengatasi hambatan komunikasi akan memberikan
kesempatan bagi perawat menjembatani budaya dalam pemberian asuhan
keperawatan. Perawat yang menggunakan sumber yang tersedia dan memecahkan
masalah saat terdapat kesulitan komunikasi akan bisa membantu klien dan
keluarga untuk mengakses perawatan dan manfaat dari layanan asuhan
keperawatan. Saat perawat mampu berkomunikasi dengan baik dalam bentuk
verbal dan tertulis, kualitas manfaat publikasi professional dan perawat dapat
memberikan sumber yang lebih baik terhadap profesi.
Terkadang perawat atau tenaga medis tidak terlalu memerhatikan cara
berkomunikasi dengan pasien. Padahal cara berkomunikasi yang baik pada pasien
dapat memberikan efek pada kesembuhan pasien. Komunikasi dapat mengurangi
tingkat stress pasien serta mengatasi masalah psikologis lainnya. Realisasi ini
dapat diwujudkan dengan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik berbeda
dari komunikasi sosial. Pada komunikasi terapeutik selalu terdapat tujuan atau
arah yang spesifik untuk komunikasi. Oleh karena itu, komunikasi terapeutik
adalah komunikasi yang terencana. Komunikasi paling terapeutik berlangsung
4
ketika pasien dan perawat keduanya menunjukkan sikap hormat akan
individualitas dan harga diri (Kathleen,2007).
Untuk itu, tenaga medis khususnya perawat harus memerhatikan proses
komunikasinya dengan pasien sehingga dapat berdampak positif pada klien.
Komunikasi terapeutik dibutuhkan ketika beinteraksi dengan pasien.
Perbedaan karakter pada pasien juga memerlukan teknik komunikasi yang
berbeda. Misalnya teknik komunikasi terapeutik pada anak dan remaja akan
berbeda dengan teknik komunikasi terapeutik apada oarang tua dan lansia.
Komunikasi pada anak usia sekolah sangat penting karena pada proses
tersebut mereka dapat saling mengekspresikan perasaan dan pikiran, sehingga
dapat diketahui oleh orang lain. Disamping itu dengan berkomunikasi anak - anak
dapat bersosialisasi dengan lingkungannya .
Pada anak -anak yang dirawat dirumah sakit karena banyaknya permasalahan
yang dialaminya baik yang berhubungan dengan sakitnya maupun karena
ketakutan dan kecemasannya terhadap situasi maupun prosedur tindakan, sering
komunikasi menjadi terganggu. Anak menjadi lebih pendiam ataupun tidak
berkomunikasi. Keadaan ini apabila dibiarkan akan dapat memberikan efek yang
kurang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan disamping proses
penyembuhan penyakitnya .
Perawat yang mempunyai banyak waktu dengan pasien, diharapkan dapat
menciptakan komunikasi yang efektif. Keterlibatan perawat dalam berkomunikasi
sangat penting karena dengan demikian perawat mendapat informasi dan dapat
membina rasa percaya anak pada perawat serta membantu anak agar dapat
mengekspresikan perasaannya sehingga dapat dicari solusinya.
Di samping pada anak, remaja pun memiliki karakteristik yang berbeda.
Remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Dengan
demikian tindakan komuniaksi tentu akan berbeda ketika berhadapan dengan
anak.
Sehubungan dengan itu perawat dituntut untuk memiliki kemampuan
komunikasi dalam memberikan askep pada anak usia sekolah, menguasai teknik-
teknik komunikasi yang cocok bagi anak dengan perkembangannya .
5
1.2 Rumusan Masalah
Dalam profesi keperawatan, komunikasi merupakan hal yang sangat penting
antara perawat dengan perawat, dan perawat dengan klien, khususnya komunikasi
antar perawat dengan klien dimana dalam komunikasi itu perawat dapat
menemukan beberapa solusi dari permasalahan yang sedang dialami klien, dan
komunikasi ini dinamakan dengan komunikasi terapeutik. Akan tetapi dalam
pelaksanaan komunikasi terapeutik ini ada fase-fase, tehnik-tehnik, dan faktor-
faktor, serta proses komunikasi terapeutik tersebut dalam perawatan sehingga
pelayanan/asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik serta memberikan
tingkat kepuasan pada klien.
1.3 Tujuan
Dengan memberikan materi ini diharapkan mahasiswa keperawatan sebagai
calon perawat profesional dapat memahami serta dapat menerapkan tentang
konsep komunikasi terapeutik yang berkenaan dengan fase-fase, tehnik-tehnik,
dan faktor-faktor, serta prosesnya dalam perawatan.
1.4 Metode Penulisan
Pengambilan bahan materi ini menggunakan metode studi pustaka dengan
cara membaca buku-buku yang berkaitan dengan materi konsep dasar komunikasi,
khususnya pada fase-fase, tehnik-tehnik, dan faktor-faktor, serta prosesnya dalam
perawatan.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Umum Komunikasi
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yfhang
memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan
meningkatkan kontak dengan orang lain.
Ada beberapa pengertian tentang komunikasi :
a. Komunikasi adalah pengiriman pesan atau tukar menukar informasi atau
ide/gagasan (Oxford Dictionary)
b. Komunkasi adalah suatu proses ketika informasi disampaikan pada orang
lain melalui symbol, tanda, atau tingkah laku
c. Komunkasi bisa berbentuk komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan
komunikasi abstrak.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari seseorang kepada orang lain
baik secara verbal maupun nonverbal.
Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan menggunakan symbol, tanda,
atau tingkah laku.Komunikasi terjadi pada tingkat intrapersonal dan tingkat
umum. Komunikasi intrapersonal terjadi di dalam diri individu. Tujuan
komunikasi ini adalah untuk memeroleh kesadaran diri yang memengaruhi
konsep diri dan perasaan dihargai. Komunikasi interpersonal adalah interkasi
antara dua orang atau di dalam kelompok kecil. Komunikasi interpersonal yang
baik dapat menimbulkan terjadinya pemecahan masala, berbagai ide,
pengambilan keputusan dan perkembangan pribadi. Komunikasi ini adalah inti
dari praktik keperawatan. Seorang perawat dapat membantu klien dengan
berkomunikasi dalam tingkata interpersonal yang bermakna. Komunikasi publik/
umum adalah interaksi dengan sekumpulan orang dalam jumlah yang besar.
7
Bentuk komunikasi:
Komunikasi verbal
Komunikasi verbalkata- kata yang diucapkan maupun yang ditulis. Kata-kata
dapat digunakan untuk menyampaikan makna yang tersembunyi, menguji
minata oarang lain atau tingkat kepedulian, atau untuk mengekpresikan
keceman.
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan
di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan
dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu.
Katakat adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau
perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi
dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan
menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka
yaitu memungkinkan
tiap individu untuk berespon secara langsun
Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal Adalah tranmisi pesan tanpa menggunakan kata-kata,
dan merupakan slah satu cara yang terkuat bagi seseorang untuk mengirimkan
pesan kepada orang lain.
Komunikasi non-verbal teramati pada:
1. Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara
pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar
terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan
di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap
pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.
2. Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan
selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai
4 menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seserang
berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993).
8
Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status
sosial, pekrjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan
penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif.
Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap
pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra
bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan
tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan
lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat
tidak memenuhi citra klien.
3. Intonasi (Nada Suara)
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang
dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada
suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan
klien, karena maksud untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien
dapat terhalangi oleh nada suara perawat.
4. Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak
melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi
wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapa
tinterpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal.
Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan
sebagaiorang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi
pengamat yangbaik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika
sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk
sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien
dilakukan dalam keadaan sejajar.
5. Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan keadaan
fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan
mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh
faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.
9
6. Sentuhan
Kasih sayang, dudkungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui
sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-
klien, namun harus mnemperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan
keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan
pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa
keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat untuk melakukan
kontak interpersonal sehingga sulit untuk menghindarkan sentuhan. Bradley &
Edinburg (1982) dan Wilson & Kneisl (1992) menyatakan bahwa walaupun
sentuhan banyak bermanfaat ketika membantu klien, tetapi perlu diperhatikan
apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh klien.
Faktor yang memengaruhi komunikasi :
Perkembangan
Persepsi
Nilai
Emosi
Latar belakang sosio kultural
Gender
Peran dan hubungan
Ruang dan teritorial
2.1.2 Prinsip Komunikasi
Prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi
mempunyai uraian yang beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan
oleh masing-masing pakar. Istilah prinsip oleh William B. Gudykunst disebut
asumsi-asumsi komunikasi. Larry A.Samovar dan Richard E.Porter
menyebutnya karakteristik komunikasi. Deddy Mulyana, Ph.D membuat istilah
baru yaitu prinsip-prinsip komunikasi. Terdapat 12 prinsip komunikasi yang
dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari definisi dan hakekat komunikasi
yaitu :
Prinsip 1 : Komunikasi adalah suatu proses simbolik
10
Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir
pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan.
Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi
Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud
mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang
tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah
(komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi
suatu stimulus.
Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan
Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi
tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak
yang melakukan proses komunikasi. Percakapan diantara dua orang sahabat dan
antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki dimesi isi yang berbeda.
Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan
Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai
dari tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak
direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan
secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul
disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya
tercapai)
Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal
maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu
berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu
berlangsung.
Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar
norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat
memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita
menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi
seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses
komunikasi.
11
Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik
Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar
belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang
berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal
seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi
mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah
komunikasi
Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan
yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang
sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama
terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.
Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial
Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah.
Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan
itu diterima dan dimengerti.
Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional
Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah
komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan
menerima informasi diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
Prinsip 11 : komunikasi bersifat irreversible
Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol
sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan.
Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti
orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain
tersebut.
Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah
Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah.
12
2.1.3 Komponen Komunikasi
Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi
bisa berlangsung dengan baik. Menurut Laswell komponen-komponen
komunikasi adalah:
Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan
kepada pihak lain.
Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu
pihak kepada pihak lain.
Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada
komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat
berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.
Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan
dari pihak lain
Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi
pesan yang disampaikannya.
Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana
komunikasi itu akan dijalankan ("Protokol")
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
Faktor yang mempengaruhi komunikasi diantaranya :
1. Latar belakang budaya.
Interpretasi suatu pesan akan terbentuk dari pola pikir seseorang
melalui kebiasaannya, sehingga semakin sama latar belakang budaya
antara komunikator dengan komunikan maka komunikasi semakin efektif
2. Ikatan kelompok atau group
Nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok sangat mempengaruhi cara
mengamati pesan
3. Harapan
Harapan mempengaruhi penerimaan pesan sehingga dapat menerima
pesan sesuai dengan yang diharapkan.
13
4. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang
dalam menyikapi isi pesan yang disampaikan.
5. Situasi
Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi.
2.1.5 Manfaat Komunikasi
Berikut ini adalah beberapa manfaat komunikasi :
1.Mengurangi Ketidakpastian.
2.Mendapatkan Informasi
3. Menguatkan keyakinan.
4.Menggunakan wewenang.
2.2 Tinjauan Umum tentang Komunikasi Terapeutik.
2.2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikais Terapeutik adalah proses dimana perawat yang menggunakan
pendekatan terencana mempelajari klien. Proses memfokuskan pada klien
namun, direncanakan dan dipimpin oleh seorang profesional (Keltner, schwecke,
dan Bostrom 1991). Komunikasi Terapeutik mengembangkan hubungan
interpersonal antara klien dan perawat. Proses ini meliputi kemampuan khusus
karena perawat harus memperhatikan pada berbagai interaksi dan tingkah laku
non verbal. Komunikasi Terapeutik menentukan perawat untuk menetapkan
hubungan kerja dengan klien dan keluarganya dan seringkali meliputi
kemampuan dan komitmen yang tulus pada pihak perawat untuk membantu
klien tersebut.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien
(Purwanto,1994). Teknik komunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina
hubungan yang terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi dan pertukaran
perasaan dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain (Stuart &
sundeen,1995).
14
Model struktural dari komunikasi mengidentifikasi lima komponen
fungsional berikut (Hamid, 1998) :
a. Pengirim : yang menjadi asal dari pesan.
b. Pesan : suatu unit informasi yang dipindahkan dari pengirim kepada
penerima.
c. Penerima : yang mempersepsikan pesan, yang perilakunya dipengaruhi oleh
pesan.
d. Umpan balik : respon dari penerima pesan kepada pengirim pesan.
e. Konteks : tatanan di mana komunikasi terjadi.
Jika perawat mengevaluasi proses komunikasi dengan menggunakan lima
elemen struktur ini maka masalah-masalah yang spesifik atau kesalahan yang
potensial dapat diidentifikasi.
Menurur Roger, terdapat beberapa karakteristik dari seorang perawat yang
dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik.Karakteristik tersebut
antara lain : (Suryani,2005).
a. Kejujuran (trustworthy). Kejujuran merupakan modal utama agar dapat
melakukan komunikasi yang bernilai terapeutik, tanpa kejujuran mustahil dapat
membina hubungan saling percaya. Klien hanya akan terbuka dan jujur pula
dalam memberikan informasi yang benar hanya bila yakin bahwa perawat dapat
dipercaya.
b. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif. Dalam berkomunikasi
hendaknya perawat menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh klien.
Komunikasi nonverbal harus mendukung komunikasi verbal yang disampaikan.
Ketidaksesuaian dapat menyebabkan klien menjadi bingung.
c. Bersikap positif. Bersikap positif dapat ditunjukkan dengan sikap yang
hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien. Roger menyatakan inti
dari hubungan terapeutik adalah kehangatan, ketulusan, pemahaman yang
empati dan sikap positif.
d.Empati bukan simpati. Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan
keperawatan, karena dengan sikap ini perawat akan mampu merasakan dan
memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan dan dipikirkan oleh
klien. Dengan empati seorang perawat dapat memberikan alternatif pemecahan
15
masalah bagi klien, karena meskipun dia turut merasakan permasalahan yang
dirasakan kliennya, tetapi tidak larut dalam masalah tersebut sehingga perawat
dapat memikirkan masalah yang dihadapi klien secara objektif. Sikap simpati
membuat perawat tidak mampu melihat permasalahan secara objektif karena dia
terlibat secara emosional dan terlarut didalamnya.
e. Mampu melihat permasalahan klien dari kacamata klien.Dalam memberikan
asuhan keperawatan perawat harus berorientasi pada klien, (Taylor, dkk ,1997)
dalam Suryani 2005. Untuk itu agar dapat membantu memecahkan masalah
klien perawat harus memandang permasalahan tersebut dari sudut pandang
klien. Untuk itu perawat harus menggunakan terkhnik active listening dan
kesabaran dalam mendengarkan ungkapan klien. Jika perawat menyimpulkan
secara tergesa-gesa dengan tidak menyimak secara keseluruhan ungkapan klien
akibatnya dapat fatal, karena dapat saja diagnosa yang dirumuskan perawat tidak
sesuai dengan masalah klien dan akibatnya tindakan yang diberikan dapat tidak
membantu bahkan merusak klien.
f. Menerima klien apa adanya.Jika seseorang diterima dengan tulus, seseorang
akan merasa nyaman dan aman dalam menjalin hubungan intim terapeutik.
Memberikan penilaian atau mengkritik klien berdasarkan nilai-nilai yang
diyakini perawat menunjukkan bahwa perawat tidak menerima klien apa adanya.
g. Sensitif terhadap perasaan klien. Tanpa kemampuan ini hubungan yang
terapeutik sulit terjalin dengan baik, karena jika tidak sensitif perawat dapat saja
melakukan pelanggaran batas, privasi dan menyinggung perasaan klien.
h. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri.
Seseorang yang selalu menyesali tentang apa yang telah terjadi pada masa
lalunya tidak akan mampu berbuat yang terbaik hari ini. Sangat sulit bagi
perawat untuk membantu klien, jika ia sendiri memiliki segudang masalah dan
ketidakpuasan dalam hidupnya.
Perawat harus memiliki tanggung jawab moral yang tinggi yang didasari
atas sikap peduli dan penuh kasih sayang, serta perasaan ingin membantu orang
lain untuk tumbuh dan berkembang. Addalati (1983), Bucaille (1979) dan
Amsyari (1995) menambahkan bahwa sebagai seorang beragama, perawat tidak
dapat bersikap tidak perduli terhadap ornag lain adalah seseorang pendosa yang
16
mementingkan dirinya sendiri. Selanjutnya Pasquali & Arnold (1989) dan
Watson (1979) menyatakan bahwa “human care” terdiri dari upaya untuk
melindungi, meningkatkan, dan menjaga/mengabdikan rasa kemanusiaan dengan
membantu orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaanya:
membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri,
“Sesungguhnya setiap orang diajarkan oleh Allah untuk menolong sesama yang
memrlukan bantuan”. Perilaku menolong sesama ini perlu dilatih dan
dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi bagian dari kepribadian. Tiap klien tidak
sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik berkomunikasi yang berbeda
pula. Tehnik komunikasi berikut ini, treutama penggunaan referensi dari Shives
(1994), Stuart & Sundeen (1950) dan Wilson & Kneisl (1920), yaitu:
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa
perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan
dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan
verbal dan non-verbal yang sedang dikomunikasikan. Ketrampilan
mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan:
Pandang klien ketika sedang bicara
Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk
mendengarkan.
Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan
kaki atau tangan.
Hindarkan gerakan yang tidak perlu.
Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan
umpan balik.
Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
2. Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk
mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju.
Tentu saja sebagai perawat kita tidak harus menerima semua prilaku klien.
Perawat sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang
menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan
17
kepala seakantidak percaya. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang
menggelengkan kepala seakan tidak percaya. Berikut ini menunjukkan sikap
perawat yang
a. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
b. Memberikan umpan balik verbal yang menapakkan pengertian.
c. Memastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi verbal.
d. Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba
untuk mengubah pikiran klien.
3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang
spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan
topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial
budaya klien. Selama pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan.
4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan
umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan
mengharapkan komunikasi berlanjut. Namun perawat harus berhati-hati
ketika menggunakanmetode ono, karena pengertian bisa rancu jika
pengucapan ulang mempunyai arti yang berbeda.
Contoh: - K : “saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga”
- P : “ Saudara mengalami kesulitan untuk tidur….”
5. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan
pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian,
karena informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat perlu
memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti klien.
Contoh : - “Saya tidak yakin saya mengikuti apa yang anda
katakan”
- “ Apa yang katakan tadi adalah…….”
18
6. Memfokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan
sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus
pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali
jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.
Contoh: “ Hal ini nampaknya penting, nanti kita bicarakan lebih dalam
lagi ”.
7. Menyampaikan hasil observasi
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan
menyatakan hasil pengamatannya, sehingga dapat diketahui apakah pesan
diterima dengan benar. Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh
syarat non-verbal klien. Menyampaikan hasil pengamatan perawat sering
membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus bertambah
memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.
Contoh: - “ Anda tampak cemas”.
- “ Apakah anda merasa tidak tenang apabila anda……”
8. Menawarkan informasi
Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik
bagi klien terhadap keadaanya. Memberikan tambahan informasi
merupakan pendidikan kesehatan bagi klien. Selain ini akan menambah
rasa percaya klien terhadap perawat. Apabila ada informasi yang ditutupi
oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak boleh
memberikan nasehat kepada klien ketika memberikan informasi, tetapi
memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.
9. Diam
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk
mengorganisir pikirannya. Penggunaan metode diam memrlukan
ketrampilan dan ketetapan waktu, jika tidak maka akan menimbulkan
perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi
terhadap dirinya sendiri,mengorganisir pikirannya, dan memproses
informasi. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap
19
dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam
terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan .
10. Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan
secara singkat. Metode ono bermanfaat untuk membantu topik yang telah
dibahas sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Meringkas
pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting dalam
interaksinya, sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang
berkaitan.
Contoh: - “Selama beberapa jam, anda dan saya telah membicarakan…”
11. Memberikan penghargaan
Memberi salam pada klien dengan menyebut namanya, menunjukkan
kesadaran tentang perubahan yang terjadi menghargai klien sebagai
manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas dirinya
sendiri sebagai individu. Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi
beban baginya, dalam arti kata jangan sampai klien berusaha keras dan
melakukan segalanya demi mendapatkan pujian atau persetujuan atas
perbuatannya. Dan tidak pula dimaksudkan untuk menyatakan bahwa ini
“bagus” dan yang sebaliknya “buruk”. Perlu mengatakan “Apabila klien
mencapai sesuatu yang nyata, maka perawat dapat mengatakan demikian.”
Contoh : - “Selamat pagi Ibu Sri.” Atau “Assalmualaikum”
- “Saya perhatikan Ibu sudah menyisir rambut ibu”.
Dalam ajaran Islam, memberi salam dan penghargaan
menggambarkan akhlak terpuji, karena berarti mendoakan orang lain
memperoleh rahmat dari Allah SWT. Salam menunjukkan betapa perawat
peduli terhadap orang lain dengan bersikap ramah dan akrab.
12. Menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal
dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya
dimengerti. Seringkali perawat hanya menawarkan kehadirannya, rasa
tertarik, tehnik komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih.
20
Contoh: - “Saya ingin anda merasa tenang dan nyaman”
13. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.
Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih
topik pembicaraan. Biarkan klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti
tentang perannanya dalam interakasi ini perawat dapat menstimulasinya
untuk mengambil inisiatif dan merasakan bahwa ia diharapkan untuk
membuka pembicaraan.
Contoh : - “ Adakah sesuatu yang ingin anda bicarakan?”
- “ Apakah yang sedang saudara pikirkan?”
- “ Darimana anda ingin mulai pembicaraan ini?”
14. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Tehnik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh
pembicaraan yang mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa
yang sedang dibicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan
selanjutnya. Perawat lebih berusaha untuk menafsirkan dari pada
mengarahkan diskusi/pembicaraan
Contoh : - “…..teruskan…..!”
- “…..dan kemudian….?
- “ Ceritakan kepada saya tentang itu….”
15. Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien
untuk melihatnya dalam suatu perspektif.
Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong
perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif. Kelanjutan
dari suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien
untuk melihat kejadian berikutnya sebagai akibat kejadian yang
pertama. Pesawat akan dapat menentukan pola kesukaran interpersonal
dan memberikan data tentang pengalaman yang memuaskan dan berarti
bagi klien dalam memenuhi kebutuhannya.
Contoh : - “Apakah yang terjadi sebelum dan sesudahnya”.
- “Kapan kejadian tersebut terjadi”.
21
16. Menganjurkan klien unutk menguraikan persepsinya
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala
sesungguhnya dari perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk
menguraikan persepsinya kepada perawat. Ketika menceritakan
pengalamannya, perawat harus waspada akan timbulnya gejala ansietas.
Contoh : - “Carikan kepada saya bagaimana perasaan saudara
ketika akan dioperasi”
- “Apa yang sedang terjadi”.
17. Refleksi
“Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima
ide dan perasaanya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Apabila klien
bertanya apa yang harus ia pikirkan dan kerjakan atau rasakan maka
perawat dapat menjawab: “Bagaimana menurutmu?” atau “Bagaimana
perasaanmu?”. Dengan demikian perawat mengindikasikan bahwa
pendapat klien adalah berharga dan klien mempunyai hak untuk mampu
melakukan hal tersebut, maka iapun akan berpikir bahwa dirinya adalah
manusia yang mempunyai kapasitas dan kemampuan sebagai individu
yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian dari orang lain.
Contoh:
K : “Apakah menurutmu saya harus mengatakannya kepada
dokter?”
P : “Apakah menurut anda, anda harus mengatakannya?”
K : “Suami saya sudah lama tidak datang mengunjungi saya, bahwa
tidak menelpon saya, kalau dia datang saya tidak ingin berbicara
dengannya.
P : “Ini menyebabkan anda marah”.
22
2.2.2 Prinsip-Prinsip Komunikasi Terapeutik
Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik adalah Petugas harus mengenal
dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami dirinya sendiri serta nilai
yang dianut.
a. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya
dan saling menghargai.
b. Petugas harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien.
c. Petugas harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun ental.
d. Petugas harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki
motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap, tingkah lakunya sehingga tumbuh
makin matang dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi.
e. Petugas harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk
mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun
frustasi.
f. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan
konsistensinya.
g. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya
simpati bukan tindakan yang terapeutik.
h. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik.
i. Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan
orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu petugas perlu mempertahankan suatu
keadaan sehat fisik mental, spiritual dan gaya hidup.
j. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila dianggap mengganggu.
l. Altruisme, yaitu mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara
manusiawi.
k. Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin mengambil
keputusan berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia.
l. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri
sendiri atas tindakan yang dilakukan dan tanggung
23
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik adalah
1. Persepsi. 2. Nilai 3. Latar belakang sosial budaya 4. Emosi 5. Jenis Kelamin 6. Pengetahuan
7. Peran dan hubungan
8. Lingkungan 9. Jarak 10. Citra Diri 11. Kondisi Fisik
12. Perkemangan
2.2.4 Manfaat Komunikasi Terapeutik
1. Mendorong dan menganjurkan kerjasama antara bidan-pasien.
2. Mengidentifikasi, mengungkap perasaan dan mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yang dilakukan bidan.
3. Memberikan pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien
mengatasi masalah yang dihadapi.
4. Mencegah tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri pasien.
5. Untuk mendorong dan menganjurkan kerja samaantara perawat
dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi.
mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi
tindakan yang dilakukan oleh perawat.
24
2.2.5 Tujuan komunikasi terapeutik
Menurut Purwanto tujuan dari komunikasi terapeutik :
a. membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran mempertahakan kekuatan egonya.
b. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk mengubah situasi
yang ada
c. Mengulang keraguan membantu dalam pengambilan tindakan yang
efektif dan mempengaruhi orang lai lingkungan fisik dan dirinya.
Dalam mencapai tujuan ini sering sekali perawat memenuhi kenda
komunikasi yaitu :
a. Tingkah laku perawat
Dirumah sakit pemerintah maupun swasta, perawat memegang peranan
penting; tingkah laku; gerak-gerik perawat selalu dinilai oleh masyarakat.
Bahkan sering juga surat kabar memuat beritaberita tentang perawat rumah
sakit. Bertindak yang tidak sebenarnya. Dipandang oleh klien perawat
judes, jahat dan sebagainya.
b. Perawatan yang berorientasi Rumah sakit
Pelaksanaan perawatan difokuskan pada penyakit yang diderita klien
semata, sedangkan psikososial kurang mendapat perhatian. Tujuan
pelaksaan perawatan yangsebenarnya yaitu manusia seutuhnya yang
meliputi bio, psiko dan sosial.
c. Perawat kurang tanggap terhadap kebutuhan, keluhan-keluhan, serta
kurang memperhatikan apa yang dirasakan oleh klien sehingga
menghambat hubungan baik.
2.2.6 Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik
Struktur dalam komunikasi terapeutik, menurut Stuart,G.W.,1998, terdiri
dari empat fase yaitu: (1) fase preinteraksi; (2) fase perkenalan atau orientasi; (3)
fase kerja; dan (4) fase terminasi (Suryani,2005). Dalam setiap fase terdapat tugas
atau kegiatan perawat yang harus terselesaikan.
25
a. Fase preinteraksi
Tahap ini adalah masa persiapan sebelum memulai berhubungan dengan klien.
Tugas perawat pada fase ini yaitu :
1) Mengeksplorasi perasaan,harapan dan kecemasannya;
2) Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri ia akan terlatih
untuk memaksimalkan dirinya agar bernilai tera[eutik bagi klien, jika merasa
tidak siap maka perlu belajar kembali, diskusi teman kelompok;
3) Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat rencana
interaksi;
4) Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan di implementasikan
saat bertemu dengan klien.
b. Fase orientasi
Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan klien. Pada saat
pertama kali bertemu dengan klien fase ini digunakan perawat untuk berkenalan
dengan klien dan merupakan langkah awal dalam membina hubungan saling
percaya. Tugas utama perawat pada tahap ini adalah memberikan situasi
lingkungan yang peka dan menunjukkan penerimaan, serta membantu klien dalam
mengekspresikan perasaan dan pikirannya. Tugas-tugas perawat pada tahap ini
antara lain :
1) Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap penerimaan dan
komunikasi terbuka. Untuk membina hubungan saling percaya perawat harus
bersikap terbuka, jujur, ihklas, menerima klien apa danya, menepati janji, dan
menghargai klien;
2) Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak penting untuk menjaga
kelangsungan sebuah interaksi.Kontrak yang harus disetujui bersama dengan
klien yaitu, tempat, waktu dan topik pertemuan;
3) Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien. Untuk
mendorong klien mengekspresikan perasaannya, maka tekhnik yang
digunakan adalah pertanyaan terbuka;
4) Merumuskan tujuan dengan klien. Tujuan dirumuskan setelah masalah klien
teridentifikasi. Bila tahap ini gagal dicapai akan menimbulkan kegagalan
pada keseluruhan interaksi (Stuart,G.W,1998 dikutip dari Suryani,2005)
26
Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini antara lain :
1) Memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan tangan jabatan tangan
2) Memperkenalkan diri perawat
3) Menyepakati kontrak. Kesepakatan berkaitan dengan kesediaan klien
untuk berkomunikasi, topik, tempat, dan lamanya pertemuan.
4) Melengkapi kontrak. Pada pertemuan pertama perawat perlu melengkapi
penjelasan tentang identitas serta tujuan interaksi agar klien percaya
kepada perawat.
5) Evaluasi dan validasi. Berisikan pengkajian keluhan utama, alasan atau
kejadian yang membuat klien meminta bantuan. Evaluasi ini juga
digunakan untuk mendapatkan fokus pengkajian lebih lanjut, kemudian
dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait dengan keluhan utama. Pada
pertemuan lanjutan evaluasi/validasi digunakan untuk mengetahui
kondisi dan kemajuan klien hasil interaksi sebelumnya.
6) Menyepakati masalah. Dengan tekhnik memfokuskan perawat bersama
klien mengidentifikasi masalah dan kebutuhan klien.
Selanjutnya setiap awal pertemuan lanjutan dengan klien lakukan
orientasi. Tujuan orientasi adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang
telah dibuat dengan keadaan klien saat ini dan mengevaluasi tindakan pertemuan
sebelumnya.
c. Fase kerja.
Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi
teraeutik.Tahap ini perawat bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi
klien.Perawat dan klien mengeksplorasi stressor dan mendorong perkembangan
kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, perasaan dan perilaku
klien.Tahap ini berkaitan dengan pelaksanaan rencana asuhan yang telah
ditetapkan.Tekhnik komunikasi terapeutik yang sering digunakan perawat antara
lain mengeksplorasi, mendengarkan dengan aktif, refleksi, berbagai persepsi,
memfokuskan dan menyimpulkan (Geldard,D,1996, dikutip dari Suryani, 2005).
27
d. Fase terminasi
Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan saling
percaya sudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Perawat dan klien
keduanya merasa kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat
mengakhiri tugas pada unit tertentu atau saat klien akan pulang. Perawat dan klien
bersama-sama meninjau kembali proses keperawatan yang telah dilalui dan
pencapaian tujuan. Untuk melalui fase ini dengan sukses dan bernilai terapeutik,
perawat menggunakan konsep kehilangan. Terminasi merupakan akhir dari
pertemuan perawat, yang dibagi dua yaitu:
1) Terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan;
2) Terminasi akhir, terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan
secara menyeluruh. Tugas perawat pada fase ini yaitu :
a) Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah dilakukan, evaluasi ini
disebut evaluasi objektif. Brammer & Mc Donald (1996) menyatakan bahwa
meminta klien menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan atau
respon objektif setelah tindakan dilakukan sangat berguna pada tahap
terminasi (Suryani,2005);
b) Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan menanyakan perasaan klien
setalah berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu;
c) Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Hal ini
sering disebut pekerjaan rumah (planning klien). Tindak lanjut yang diberikan
harus relevan dengan interaksi yang baru dilakukan atau yang akan dilakukan
pada pertemuan berikutnya. Dengan tindak lanjut klien tidak akan pernah
kosong menerima proses keperawatan dalam 24 jam;
d) Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak yang perlu disepakati
adalah topik, waktu dan tempat pertemuan. Perbedaan antara terminasi
sementara dan terminasi akhir, adalah bahwa pada terminasi akhir yaitu
mencakup keseluruhan hasil yang telah dicapai selama interaksi.
28
2.3 Model Komunikasi dalam Promosi Kesehatan
Komunikasi kesehatan merupakan upaya sistematis yang secara positif
mempengaruhi praktik-praktik kesehatan populasi-populasi besar. sasaran utama
promosi kesehatan adalah melakukan perbaikan kesehatan yang berkaitan dengan
praktik dan pada gilirannya status kesehatan. komunikasi kesehatan yang efektif
merupakan suatu kombinasi antara seni dan ilmu. setidaknya salah satu dari
kunci-kunci keberhasilan adalah penerapan metodologi komunikasi kesehatan
yang ilmiah serta sistematis bagi masalah-masalah kesehatan masyarakat.
meskipun strategi komunikasi pada suatu negara berbeda-beda, tetapi metodologi
yang digunakan sama saja dan sama-sama penting bagi penyusunan program-
program komunikasi yang mencerminkan kebutuhan dan konteks kultural di
tiap-tiap negara. metodologi komunikasi meliputi lima langkah: penilaian,
perencanaan,pre-test, penyampaian dan pemantauan (Rasmuson,Seidel,Smith &
booth).
Pendekatan komunikasi kesehatan diturunkan dari berbagai disiplin ilmu,
meliputi pemasaran sosial, antropologi, analisis perilaku, periklanan, komunikasi,
pendidikan serta ilmu-ilmu sosial yang lain. berbagai disiplin ilmu tersebut saling
melengkapi, saling tukar-menukar prinsip dan teknik umum satu sama lain,
sehingga masing-masing memberikan sumbangan yang unik bagi metodologi
komunikasi kesehatan.
Komunikasi kesehatan didefinisikan sebagai “modifikasi perilaku manusia
serta faktor-faktor sosial yang berkaitan dengan perilaku,yang secara langsung
maupun tidak langsung mempromosikan kesehatan, mencegah penyakit atau
melindungi individu-individu terhadap bahaya” (Elder,Geller, Hovell &
Mayer,sedang dalam pencetakan). karena berakar pada bidang pendidikan dan
penyuluhan kesehatan, maka komunikasi kesehatan sangat dipengaruhi oleh
psikologi, komunikasi dan berbagai disiplin ilmu perilaku yang lain. hal-hal yang
paling mendominasi di sini adalah teori-teori dan model-model perilaku kesehatan
yang berbasis pada psikologi.
29
Beberapa teori dan model perilaku kesehatan di bidang promosi dan
komunikasi kesehatan yaitu:
model kepercayaan kesehatan(health belief model)
model komunikasi /persuasi (communication/ persuation model)
teori aksi beralasan (theory of reasoned action)
model transteoritik (transtheoritical model)
precede/proceed model
model difusi inovasi (diffusions of inovations model)
teori pemahaman sosial (social learning theory)
analisis perilaku terapan (applied behaviour analysis)
2.4 Pengaruh Budaya dan Keyakinan dalam Komunikasi
Gonzales, Houston, dan Chen menyebutkan Budaya (culture) sebagai
komunitas makna dan sistem pengetahuan bersama yang bersifat
lokal. Komunikasi lintas budaya (intercultural communication) merujuk pada
komunikasi antara individu-individu yang latar belakang budayanya berbeda.
Individu-individu ini tidak harus selalu berasal dari negara yang berbeda. Budaya
merupakan dasar dari perilaku manusia. Dengan kata lain, budaya menentukan
bagaimana kita bertindak.
Luckman mengatakan bahwa pelayanan kesehatan yang kompeten
membutuhkan komunikasi yang efektif diantara individu yang terlibat, pasien,
dokter, tenaga medis yang lain, penerjemah dan anggota keluarga
Kundhal dan Kundhal menyatakan bahwa “latar belakang etnis dan budaya
pasien dapat membentuk pandangan mereka terhadap penyakit dan kesehatan fisik
dan spiritual dan memengaruhi pandangan mereka terhadap pelayanan kesehatan
dan juga hasil dari perawatan tersebut.
Semua budaya memiliki kepercayaan mengenai penyakit dan kesehatan
yang diperoleh dari cara pandang mereka dan yang disampaikan dari generasi ke
generasi. Dalam banyak budaya ada kepercayaan bahwa ima, do’a dan bahkan
kekuatan gaib dapat memberikan kesehatan dan menyembuhkan penyakit.
30
Contoh Kasus:
Misscommunication
Dokter Amerika dan Pasien Iran, Pasien Iran yang tidak bisa bahasa Inggris
dan dokter Amerika yang tidak memahami budaya Iran, ketika pasien Iran
duduk di lantai komat kamit dan berperilaku aneh menurut dokter amerika
sedang sakit kemudian dibantu namun pasien Iran tersebut merasa terganggu
karena dia sedang berdo’a.
Mahasiswa asal Jepang dan dokter Amerika, tentang kekuatan simbol, angka 4
di Jepang merupakan simbol kesialan (mati) sedangkan di Amerika simbol
kesialan itu angka 13. sehingga ketika pasien asal Jepang mau dioperasi di
ruang/kamar 4 menjerit histeris karena ketakutan akan mati.
Dalam masyarakat Timur yang kolektivitas komunikasi lebih rumit daripada
dalam masyarakat Barat yang individualis, orang kolektivitas cenderung
berbasabasi, kalau perlu berbohong untuk menyenangkan orang lain.
Suatu kasus klasik perawat Filipina di AS diminta dokter Amerika memberi
obat pada pasien, walaupun perawat sadar kalau dokter telah memberi resep
yang salah dan akan merugikan pasien, terpaksa dia mengikuti pesan tanpa
membantahnya.
Andrews menyarankan paradigma yang komprehensif dimana sistem
kepercayaan kesehatan dibagi dalam 3 kategori besar, yaitu:
a. Supernatural/magis/religious
Orang yang mengikuti pandangan supernatural/magis/religius percaya bahwa
keadaan kesehatan seseorang dipengaruhi oleh ilmu sihir, kekuatan magis dan
roh-roh jahat
Penyebab penyakit, 5 kategori kepercayaan yang dianggap bertanggung
jawab atas penyakit,
1. Ilmu sihir
2. Melanggar hal yang tabu
31
3. Mengganggu objek yang sakit
4. Mengganggu roh yang menyebabkan penyakit
5. Kehilangan jiwa
Pengobatan penyakit,
– Pengobatan melibatkan hubungan yang positif dengan roh-roh dan dewa-
dewa
– Pengobatan dilakukan oleh Shaman (dukun), ahli obat, kahuna, curandero,
santero atau penyembuh jiwa
b. Holistik
Holisme berhubungan dengan hubungan pikiran, tubuh serrta jiwa dan
bagaimana orang-orang berinteraksi dengan lingkungannya
• Penyebab penyakit,
Pendekatan holistik dan naturalis terhadap penyebab penyakit bberanggapan
bahwa ada hukum alam yang mengatur segala sesuatu dan setiap orang yang
ada di alam semesta
• Pengobatan penyakit,
– Mengembalikan keseimbangan antar tubuh, pikiran dan jiwa.
– Di Cina ada pengobatan yang mengembalikan keseimbangan yin dan
yang
c. Ilmiah/biomedis
Sistem pelayanan kesehatan ilmiah/biomedis berfokus pada diagnosis objektif
dan penjelasan ilmiah atas penyakit.
• Penyebab penyakit,
Masalah biologis dan ketidaknormalan dalam struktur fisik atau fungsi
kimianya
32
• Pengobatan penyakit
Pengobatan berusaha untuk mengembalikan tubuh pada kondisi normal
melalui bedah atau terapi.
Anderson, Scrimshaw, dan Fillilove percaya bahwa kompetensi antarbudaya
harus melibatkan perpaduan dari atribut berikut,
1. Staf yang berbeda secara budaya yang mencerminkan budaya orang yang
dilayaninya
2. Ahli medis atau penerjemah yang berbicara dalam bahasa pasien
3. Pelatihan yang dilakukan pada penyedia pelayanan kesehatan tentang budaya
dan bahasa orang yang mereka layani
4. Tanda dan petunjuk literatur dalam bahasa pasien dan sesuai dengan norma
budaya mereka
5. Situasi pelayanan kesehatan yang spesifik secara budaya.
Luckman, mengidentifikasi 8 halangan yang dapat terjadi dalam pelayanan
kesehatan,
1. Kurangnya pengetahuan mengenai latarbelakang dan kepercayaan pasien
2. Ketakutan dan ketidakpercayaan pasien
3. Rasisme
4. Prasangka dan rasa Etnosentrisme dari baik pemberi dan penerima pelayanan
5. Stereotip mutual
6. Perilaku taat terhadap ritual
7. Perbedaan bahasa
8. Perbedaan persepsi dan harapan
33
• Cara Mengatasi halangan komunikasi,
1. Jangan memperlakukan pasien sama dengan perlakuan yang anda inginkan
dari orang lain.
2. Mulailah interaksi dengan pasien yang lahir di budaya lain dengan lebih
formal
3. Izinkan pasien terbuka dan jujur
4. Jangan abaikan pengaruh yang mungkin ditimbulkan oleh kepercayaan
pada kekuatan supernatural terhadap kesehatan pasien
5. Tanyakan langsung kepercayaan pasien terhadap obat-obatan tradisional
6. Jangan pernah mencoba memaksakan perubahan atau menuntut pasien
7. Berempatilah dalam menyampaikan pesan anda
8. Kendalikan diri terhadap berita buruk
9. Ikuti gaya komunikasi pasien
10. Gunakan model LEARN (Listen, Explain, Acknowledge, Recommed,
Negotiate)
2.5 Tindakan Keperawatan
2.5.1 Asertif
Komunikasi asertif adalah ketika kita dengan tegas dan positif
mengekspresikan diri kita. Asertivitas adalah suatu kemampuan untuk
mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang
lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak
lain. Dalam bersikap asertif seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan
jujur pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat dan kebutuhan secara
proposional, tanpa ada maksud untuk memanipulasi, memanfaatkan atau pun
merugikan pihak lainnya. Budaya negara Indonesia yang ramah tamah, saling
menghormati, dan penuh basa basi? membuat kebanyakan orang menjadi enggan
34
untuk bersikap asertif. Perasaan takut mengecewakan orang lain, berbuat tidak
sopan, dan takut tidak disukai atau tidak diterima lingkungan adalah perasaan
yang paling dominan timbul ketika seseorang akan bersikap asertif. Keinginan
untuk tetap mempertahankan kelangsungan hubungan membuat seringkali orang
membiarkan dirinya untuk bersikap non asertif (memendam perasaan, perbedaan
pendapat).
Padahal, kondisi ini sebenarnya justru mengancam kelangsungan
hubungan karena ada salah satu pihak yang merasa dimanfaatkan maupun merasa
tidak dihargai. Maka, terutama dalam bidang kesehatan, sikap asertif sangat
dibutuhkan guna meningkatkan rasa percaya, nyaman dan keinginan untuk
sembuh bagi pasien.
Sikap asertif (ketegasan, keberanian menyatakan pendapat) meliputi tiga
komponen dasar:
1. kemampuan mengungkapkan perasaan (misalnya untuk menerima dan
mengungkapkan perasaan marah, hangat, dan seksual);
2. kemampuan mengungkapkan keyakinan dan pemikiran secara terbuka
(mampu menyuarakan pendapat, menyatakan ketidaksetujuan dan bersikap
tegas, meskipun secara emosional sulit melakukan ini dan bahkan sekalipun
kita mungkin harus mengorbankan sesuatu); dan
3. kemampuan untuk mempertahankan hak-hak pribadi (tidak membiarkan
orang lain mengganggu dan memanfaatkan kita). Orang yang asertif bukan
orang yang suka terlalu menahan diri dan juga bukan pemalu—mereka bisa
mengungkapkan perasaannya (biasanya secara langsung) tanpa bertindak
agresif atau melecehkan.
Sikap asertif berarti kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas, spesifik, dan
tidak taksa (multi-tafsir, ambigu), sambil sekaligus tetap peka terhadap kebutuhan
orang lain dan reaksi mereka dalam peristiwa tertentu.
Kemampuan untuk bertindak dengan sikap asertif yang tepat dapat
diuraikan dalam tiga cara.
35
Pertama, kita harus memiliki kesadaran-diri yang memadai sehingga bisa
mengenali perasaan sendiri sebelum mengungkapkannya.
Kedua, kita harus mampu mengendalikan nafsu sehingga bisa mengungkapkan
ketidak setujuan atau kemarahan (jika memang diperlukan) tanpa
membiarkannya meningkat menjadi kemarahan sengit, dan mampu
menyatakan berbagai keinginan secara tepat, dan dengan intensitas yang tepat.
Ketiga, yang terakhir, kita harus mampu mempertahankan hak-hak pribadi,
alasan pribadi, dan nilai-nilai yang sangat kita yakini kebenarannya.
Sikap asertif juga berarti kemampuan untuk tidak sependapat dengan orang lain
tanpa menggunakan sabotase dan alasan yang emosional, dan mampu bertahan di
jalur yang benar, mempertahankan pendapat sambil sekaligus tetap menghormati
pendapat orang lain dan peka terhadap kebutuhan mereka.
Sikap asertif ditandai oleh pernyataan yang jelas tentang keyakinan seseorang,
dengan tetap mempertimbangkan pendapat dan perasaan orang lain. Tanpa
memperhatikan pendapat dan perasaan orang lain, tentu saja sikap asertif berubah
menjadi sikap agresif.
Orang agresif tidak menghormati pandangan orang lain, dan juga tidak peduli
pada kebutuhan atau perasaan orang lain. Mereka memaksakan pendapat atau
keinginan mereka supaya diterima dengan cara mencemooh, mengancam, dan
memanipulasi.
Orang pasif sulit mengungkapkan perasaan mereka kepada orang lain. Mereka
memendam permasalahan dan menghindari situasi yang tidak menyenangkan;
mereka menanti orang lain menghampiri mereka, siap menyodorkan bantuan.
Mereka cepat menyerah, putus asa, dan mengalah pada pendapat orang lain.
Akibatnya, mereka selalu merasa kalah dan tidak bahagia.
Orang yang pasif-agresif kelihatannya tidak mengeluh meskipun diperalat,
tetapi hatinya dipenuhi rasa kebencian terhadap kenyataan atau rasa curiga bahwa
orang lain tidak henti-hentinya memanfaatkan sifat baik mereka. Alih-alih
memprotes atau menghadapi masalah ini dengan terbuka, mereka memendam rasa
36
marah terebut, tapi hanya untuk sementara. Setelah itu, biasanya secara tiba-tiba,
mereka berontak, kadang-kadang secara tidak sadar.
Orang yang agresif dan cepat marah selalu berada dalam ancaman stres akibat
ulahnya sendiri. Ini menimbulkan perasaan yang sangat tidak menyenangkan bagi
pikiran dan tubuh. Pastilah sangat melelahkan jika terus-menerus harus bertengkar
dan memulai pertengkaran.
2.5.2 Komunikasi dan Kolaburatif
Tujuan dari perancangan Kolaborasi dan Komunikasi ini adalah untuk
memfasilitasi user/penggunadalam berkomunikasi khususnya bagi orang-orang
yang tidak dapat melakukan tatap muka untuk berkomunikasi dikarenakan jarak
dan lokasi berbeda dari masing-masing orang tersebut.
Dalam perancangan ini ada 3 mekanisme sosial yang dibicarakan yaitu :
1. Mekanisme Percakapan (Conversational Mechanisms)
2. Mekanisme Koordinasi (Coordination Mechanisms)
3. Mekanisme Kesadaran (Awareness Mechanisms)
Mekanisme percakapan yaitu untuk memfasilitasi aliran bicara dan
membantu mengatasi kerusakan selama percakapan berlangsung.
Percakapan itu sendiri dapat merupa : argumen, diskusi, debat, obrolan atau
memberitahu seseorang. namun,jenis dari percakapan itu sendiri dibagi menjadi 2
jenis, yaitu :
Komunikasi Formal
Komunikasi yang melibatkan peran tertentu kepada orang-orang dan
menentukan orang-orang yang diperbolehkan untuk mengambil dalam
percakapan. Contoh : pada pertemuan dewan, diputuskan siapa yang
diizinkan berbicara.
37
Komunikasi Informal
Obrolan yang terjadi ketika orang bersosialisasi. Contoh : bercakap-cakap
dengan orang yang ditemui dijalan, bercerita kepada teman (curhat), berbicara
dengan orang yang ditemui di koridor, dll.
Merancang Teknologi Kolaboratif untuk Mendukung Percakapan
Salah satu tantangan yang dihadiapi perancang adalah untuk
mempertimbangkan bagaimana berbagai jenis komunikasi dapat difasilitasi
dan didukung pengaturannya. beberapa contoh teknologi kolaboratif yang
sudah ada untuk mendukung percakapan ini antara lain email, video
conference, video phone, konferensi komputer, chat room dan sms. semua itu
merupakan produk hasil kolaboratif berbagai teknologi yang telah ada dan
sudah mulai digunakan oleh orang-orang. teknologi kolaboratif pendukung
komunikasi ini sering juga disebut dengan Computer Mediated
Communication (CMC).
Mekanisme Koordinasi memungkinkan orang untuk bekerja dan berinteraksi
bersama-sama. Koordinasi terjadi ketika sekelompok orang bertindak atau
berinteraksi bersama untuk mencapai sesuatu. untuk membantu, kita
menggunakan sejumlah mekanisme koordinasi terutama meliputi :
1. Komunikasi verbal dan komunikasi non-verbal
2. penjadwalan, aturan dan konvensi
3. representasi eksternal yang dibagi bersama
Merancang Teknologi Kolaboratif untuk Mendukung Koordinasi
Shared kalender, penjadwalan elektronik, alat-alat manajemen proyek, dan alur
kerja alat-alat yang memberikan bentuk interaktif penjadwalan dan perencanaan
adalah beberapa jenis utama teknologi kolaboratif yang telah dikembangkan untuk
mendukung koordinasi. Mekanisme spesifik yang telah dilaksanakan adalah
penggunaan konvensi.
Mekanisme Kesadaran mengetahui apa yang sedang terjadi, apa yang orang
lain lakukan dan sebaliknya untuk membiarkan orang lain tau apa yang terjadi.
38
Kesadaran melibatkan sekitar mengetahui siapa, apa yang terjadi, dan siapa yang
berbicara dengan siapa (Dourish dan Bly, 1992).
Jenis tertentu kesadaran adalah kesadaran perifer. Yang mengacu pada
kemampuan seseorang untuk mempertahankan dan terus menerus memperbarui
rasa apa yang terjadi di fisik dan konteks sosial, melalui mengawasi apa yang
terjadi di sekeliling mereka.
Merancang Teknologi Kolaboratif untuk Mendukung Kesadaran
Audio Video link telah dikembangkan untuk memungkinkan remote
rekan-rekan untuk tetap berhubungan dengan satu sama lain. Beberapa sistem ini
juga telah dikembangkan untuk menyediakan informasi kesadaran tentang mitra
remote, memungkinkan mereka untuk mencari tahu apa yang dilakukan satu sama
lain.
2.6 Penggunaan Komunikasi Elektronik dalam Yankes
Pada negara barat era tahun 1850 an informasi berkembang dua kali lipat dari
sebelumnya. Sangat memungkinkan sekali seseorang mendapatkan informasi dan
menggunakan informasi terebut. Seorang dokter dan perawat saat ini bisa saja
membaca artikel kesehatan tiap hari. Pengetahuan di berbagai bidang berubah:
seseorang dapat mendapatkan informasi dan pengetahuan dengan lebih baik.
Demikian juga dalam pelayanan kesehatan, peningkatan pengetahuan memicu
perkembangan di berbagai keahlian sebagai sub spesialis. Kendala yang ada, terkait
data dan informasi, banyak sekali data pasien yang diperlukan, petugas kesehatan
kesulitan mengingat dan mengelola data dengan baik.
Peluang yang ada adalah, berkembangnya upaya mengelola data menjadi
informasi dan pengetahuan yang berguna bagi praktisi kesehatan, sehingga
berkembang bidang keilmuan baru informatika kesehatan. Bidang ini berkonsentrasi
pada mengidentifikasi, memperoleh memanipulasi, menyimpan dan
mentransformasikan data menjadi informasi. Informatika kesehatan disusun dari
kombinasi berbagai bidang ilmu : kesehatan, informasi, dan komputer.
39
Ketika digunakan dengan tepat informatika keperawatan akan banyak
memberikan manfaat untuk meningkatkan pelyanan kepada pasien dan membuat
pelayanan keperawatan lebih bermakna. Tekhnologi yang digunakan dapat
mengurangi kerja dengan kertas (paperwork) dan meningkatkan komunikasi serta
menghemat waktu perawat.
Sistem informasi membantu perawat mengerjakan berbagai tugas
kaitannya dengan pengambilan keputusan dengan DSS (Decision Support
System). DSS membantu membuat hubungan antara informasi yang didapatkan
dari pasien literature pilihan tindakan berdasarkan integrasi sistem.
Sistem informasi juga meningkatkan keamanan dan keselamatan pasien.
Informatika dapat mencegah eror dengan melaksanakan fungsi pengambilan
keputusan dan mencegah fungsi yang tidak tepat. Tambahan yang lain, sistem
informasi dapat membntu mengolah data yang kompleks dan menganalisa dengan
cepat data data yang ada dalam pelayanan kesehatan. Sistem informasi yang
didesain dengan baik akan menyediakan alat yang membantu menganalisa
berbagai situasi yang ada, mengurangi biaya, dan menghemat waktu.
Informatika kesehatan berfokus pada ilmu tentang cara memperoleh,
menyimpan, mempresentasikan, menyebarluaskan dan menggunakan data serta
informasi untuk keperluan
pelayanan kesehatan, memecahkan masalah, dan membuat keputusan (Sortlife dan
Blois, 2001).
Tujuannya adalah meningkatkan penggunaan data kesehatan untuk
memberikan pelayanan kesehatan, riset dan pendidikan (Delaney, 2001).
Fokusnya lebih pada subjek informasi daripada dengan alatnya sendiri yaitu
komputer Istilah informatika keperawatan pertama kali digunakan oleh Scholes
dan Barber pada tahun 1980 pada konferensi MEDINFO di Tokyo. Simson(1998)
menefinisikan informatika keperawatan adalah susah karena terget bidangnya
sedang berkembang. Maka ia membuat definisi awal penggunaan komputer
diseluruh bidang kegiatan perawat, pelayanan kesehatan, pendidikan dan riset.
Definisi lain yang mereka kemukakan adalah: penggunaan tekhnologi informasi
dalam mendukung fungsi perawat. Seperti pendapat
40
Scholes dan Barber, definisi yang lain menyebutkan penggunaan komputer mulai
dari pengolah kata (word) sampai kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk
perawat dalam parktik keperawatan proffesional. Pergeseran paradigma orientasi
tekhnologi, dikemukakan konsep oleh Schwirian tahun 1986. Schriwian membuat
model konsep untuk kerangka peneliti informatika keperawatan berupa piramida
informatika keperawatan. Pada piramida tersebut didasarnya adalah informatika
keperawatan dengan puncaknya adalah tujuan. Komponen lain dalam piramid
tersebut adalah: raw material berupa data keperawatan, tekhnologi (komputer),
user/pengguna (perawat dan siswa perawat). Model ini menjadi dasar untuk
penelitian-penelitian selanjutnya.
Definisi lain yang berkembang adalah konsep yang dikemukakan oleh
Graves dan Corcoran ( 1989). Informatika keperawatan adalah kombinasi ilmu
komputer, ilmu komunikasi, dan ilmu keperawatan yang didesain untuk
membantu manajemen dan pemprosesan data , informasi dan pengetahuan untuk
mendukung keperawatan dan pemberian asuhan keperawatan. Turley (1996)
setelah melihat berbagai definisi sebelumnya menambahkan satu bidang lagi yaitu
ilmu kognitif pada area informatika keperawatan. Ilmu kognitif berfokus pada
manusia sebagai salah satu faktor dalam informatika keperawatan. Ilmu kognitif
sendiri meliputi banyak ilmu:psykologi, bahasa, filsafat. Fokusnya adalah pada
pengetahuan, komponenya, perkembangannya dan penggunaannya. Saat sekarang
ada trend untuk membuat definisi berdasarkan peran. American Nursing
Association mendefinisikan informatika keperawatan sebagai kombinasi dari ilmu
keperawatan, ilmu informasi, ilmu komputer untuk mengelola dan
mengkomunikasikan informasi dalam mendukung perawat serta praktisi
kesehatan dalam mengambil keputusan (ANA, 2001) Stagger dan Thomson
(2002) menyatakan definisi informatika keperwatan akan terus berkembang.
Alasan yang ia kemukakan adalah fakta dinamika antar petugas kesehatan. Stager
menyatakan perawat adalah sebagai integrator (penggabung) informasi dari
berbagai bidang dalam medical record pasien. Istilah seperti telehealth atau
telemedicine, digunakan secara bergantian untuk merujuk pada pelayanan
menggunakan tehnologi elektronik pada pasien dalam keterbatasan jarak.
41
2.6.1 Teknolodi dalam Layanan Kesehatan
Telehealth
Pada telehealth secara umum ada dua tekhnologi yang dalam pelayanan:
store forward dan real time tekhnologi.
1. Tekhnologi simpan dan sampaikan (store and forward) misalnya : gambar
yang didapatkan dari elektonik seperi tekhnologi x ray, dapat dikirimkan
pada spesialis untuk diinterpretasi. Gambar tersebut saja yang berpindah
pindah.Radiologi, dermatologi, patologi adalah contoh spesialisasi yang
sangat kelihatan menggunakan tekhnologi ini.
2. Tekhnologi real time
Real time adalah tekhnologi yang membuat pasien dan provider berinteraksi
dalam waktu yang sama. Banyak alat telekomunikasi yang memfasilitasi
komunikasi dua arah menggunakan tekhnologi real time dalam telehealth.
Tekhnologi realtime juga dapat membuat alat untuk menstransimisikan
gambar dari tempat yng berbeda. Misalnya kamera untuk mengobservasi
keadaan klien. Tekhnologi realtime memfasilitasi komunikasi dua arah baik
audio maupun video, yang bisa digunakan dalam Telehealth Sebagai
kombinasi realtime dan robotik, seorang dokter bedah dapat melakukan
operasi dengan alat operasi khusus dari jarak tertentu. Prosedur ini disebut
dengan telepresence. Telepresence menjadi salah satu sub bagian dari
telehealth. Saat ini masih sedang dikembangkan karena membutuhkan
sistem yang 100 % reliable dan bandwith yang sangat tinggi. Pelayanan
keehatan semakin bergeser dari Rumah sakit menuju Rumah dan komunitas.
Banyak rentang petugas kesehatan (ahli gizi, pekerja social, perawat)
sebagai bagian dalam pelayanan kesehatan yang menggunakan pelayanan
terapeutik dengan telehealth.
Salah satu contoh program telehealth adalah homecare. Sistem ini
menyediakan audio dan video interaktif untuk hubungan antara lanjut usia di
rumah dan telehealth perawat. Perawat memasukkan data data pasien secara
elektronik dan menganalisanya, kalau perlu untuk dilakukan kunjungan,
perawat akan melakukan kunjungan ke pasien. Telenursing adalah bagian dari
42
telehealth. Telenursing menawarkan program kolabortif dan mengurangi biaya
pasien. Sebagai contoh: konsultasi dengan perawat akn mengurangi angka
kejadian masuknnya pasien dengan keadaan emergency ke Rumah Sakit.
Telehealth juga bisa diaplikasikan dalam pendidikan, dengan mengunjungi satu
bagian dengan bagian lain melalui halaman web. Pengalaman dari praktisi
perawat dapat dipelajari oleh orang lain melalui halaman web. Telehealth
terdiri dari berbagai jenis bentuk dan telah menunjukkan segi manfaatnya.
Beberapa manfaat dari telehealth misalnya: meningkatkan kualitas pelayanan,
mengurangi waktu, meningkatkan produkstifitas akses, meningkatkan peluang
belajar. Ada beberapa isu yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan
telehealth yaitu :
1. pembiayaan.
Pembiayaan adalah hambatan dalam penyelenggaraan telehealth. Meskipun
dijumpai bahwa telehealth banyak mempunyai manfaat. Pemerintah masih
kurang dalam mengembangkan telehealth.
2. aspek legal
Aspek hukum menyatakan bahwa: warga negara harus dilindungi dari praktek
petugas kesehatan yang tidak baik
3. standar keamanan
Perhatian dalam apliksi tekhnologi dalam pelayanan kesehatan adalah
keamaan/keselamatan pasien. Sistem pelayanan telehealth harus bisa
menjamin keselamatan bagi pasien. Berkaitan dengan hal tersebut ANA
(American Nursing Association) menerbitkan 3 pedoman telehealth yaitu :
Prinsip dasar telehealth pada tahun 1998, kompetensi telehealth tahun 1999 dan
mengembangkan protokol telehealth pada tahun 2001
4. keamanan data
Telehealth memerlukan pencatatan elektronik (elektronik health record), yang
rawan akan privasi, kerahasiaan dan keamanan data.Sehingga penyelenggaraan
telehealth harus bisa menjamin keamanan data.
43
5. infrastruktur komunikasi
Infrastruktur telekomunikasi merupakan bagian dari telehealth yang
mempunyai biaya dengan prosentase paling besar. Isu yang lain, adalah alat
untuk hubungan antarmuka (interface) akan sulit
menyelenggarakan telehealth jika tidak ada saling hubungan (interkoneksi)
antar alat.
Electronic Health Record
Informatika dalam pelayanan kesehatan dimulai pada pengelolaan informasi
keuangan yang mulai berkembang era tahun 60-an. Mulai sejak itu aplikasi
komputer untuk pelayanan kesehatan berkembang. Pada akhir era 60-an Sistim
informasi rumah sakit sudah memasukkan data tentang diagnosa serta informasi
lain dalam rencana perawatan pasien Tekhnologi yang digunakan dapat
mengurangi kerja dengan kertas (paperwork) dan meningkatkan komunikasi serta
menghemat waktu perawat. Salah satu awal program komputer yang bagus untuk
perawatan pasien adalah Problem Oriented Medical Record Information System
(PROMIS) yang dibuat oleh DR Lawrence Weed dari University Medical Center
Burlington tahun 1968. Sistem ini menyediakan integrasi berbagai aspek
pelayanan kesehatan termasuk tindakan pada pasien. Sistem ini menggunakan
kerangka kerja POMR ( problem oriented medical record).
2.7 Trend dan Isu dalam Komunikasi Ditinjau dari Aspek Legal Etik
2.7.1 Tren Dalam keperawatan
Bab ini telah memperlihatkan bahwa keperawatanbukan profesi yang statis
dan tidak berubah tetapi profesi yang secara terus menerus berkembang dan
terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dam metode
perawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup berubah dan perawat sendiri
juga berubah. Berbicara tentang keperawatan berarti berbicara tentang
keperawatan pada satu waktu tertentu, dan dalam hal ini, bab ini akan
membicarakan tentang tren dalam keperawatan.
44
Filosofi dan definisi terkini dari keperawatan memperlihatkan tren holistic
dalam keperawatan ditujukan pada manusia secara keseluruhan dalam segala
dimensi, dalam sehat dan sakit,dan dalam interaksinya dengan keluarga dan
komunitas. Keperawatan menetapkan diri dalam ilmu social dan bidang lain
karena focus asuhan keperawatan meluas.
Satu tren dalam pendidikan keperawatan adalah berkembangnya jumlah
peserta didik keperawatan yang menerima pendidikan keperawatan dasar di
sekolah dan universitas. Organisasi keperawatan professional terus menerus
menekankan pentingnya pendidikan bagi perawat dalam mendapatkan dan
memperluas peran baru.
Tren praktik keperawatan meliputi berkembangnya berbagai tempat
praktik dimana perawat memiliki kemandirina yang lebih besar. Perawat secara
terus menerus meningkakan otonomi dan penghargaan sebagai anggota dari tim
asuhan kesehatan. Peran perawat meningkat dengan meluasnya focus asuhan
keperawatan.
Tren dalam keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan aspek-
aspek dari keperawatan yang mengkarakterisktikan keperawatan sebagai profesi,
meliputi pendidikan, teori, pelayanan, otonom dank kode etik. Aktivitas dari
organisasi professional keperawatan menggambarkan seluruh tren dalam
pendidikan dan praktik keperawatan. Akhirnya, seluruh hal yang memperngaruhi
keperawatan juga menggambarkan tren dalam keperawatan kontemporer.
Dua tren yang lain perlu didiskusikan: meningkatnya pengaruh politik
keperawatan dan pengaruh perawat dalam peraturan dan praktik keperawatan.
2.7.2 Pembahasan Isu Aspek Legal
Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan etik dan
kerahasiaan pasien sama seperti telehealth secara keseluruhan. Di banyak negara,
dan di beberapa negara bagian di Amerika Serikat khususnya praktek telenursing
dilarang (perawat yang online sebagai koordinator harus memiliki lisensi di setiap
resindesi negara bagian dan pasien yang menerima telecare harus bersifat lokal)
guna menghindari malpraktek perawat antar negara bagian. Isu legal aspek seperti
45
akontabilitas dan malprakatek, dsb dalam kaitan telenursing masih dalam
perdebatan dan sulit pemecahannya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka
diperlukan kebijakan umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek,
SOP/standar operasi prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan
pasien dan jaminan informasi yang diberikan. Kegiatan telenursing mesti
terintegrasi dengan startegi dan kebijakan pengembangan praktek keperawatan,
penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan sistem pendidikan dan pelatihan
keperawatan yang menggunakan model informasi kesehatan/berbasis internet.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya
mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan.
Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang secara fundamental mesti dilakukan
dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan dalam merawat pasien
adalah :
1. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang
diberikan harus tetap terjaga
2. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus
diinformasikan potensial resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan
informasi, melalui internet atau telepon) dan keuntungannya
3. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat
dikontrol dengan membuat informed consent (pernyataan persetujuan)
lewat email
4. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan
penyalah gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.
46
BAB III
SIMPULAN
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan
meningkatkan kontak dengan orang lain. Komunikasi terjadi pada tingkat
intrapersonal dan tingkat umum. Komunikasi intrapersonal terjadi di dalam diri
individu. Tujuan komunikasi ini adalah untuk memeroleh kesadaran diri yang
memengaruhi konsep diri dan perasaan dihargai. Komunikasi interpersonal adalah
interkasi antara dua orang atau di dalam kelompok kecil. Komunikasi
interpersonal yang baik dapat menimbulkan terjadinya pemecahan masala,
berbagai ide, pengambilan keputusan dan perkembangan pribadi. Komunikasi ini
adalah inti dari praktik keperawatan. Seorang perawat dapat membantu klien
dengan berkomunikasi dalam tingkata interpersonal yang bermakna.
Komunikais Terapeutik adalah proses dimana perawat yang menggunakan
pendekatan terencana mempelajari klien. Komunikasi Terapeutik
mengembangkan hubungan interpersonal antara klien dan perawat.Komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien
47
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. 2005.Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Arwani.2003.Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta :EGC
Silarus Ratna. Yulia. 2005. Model Praktek Keperawatan Profesional di
Rumah Sakit Panduan Implementasi. EGC. Jakarta
Ratna Sitorus. 205. Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit.
EGC. Jakarta
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/06/23/komunikasi-terapeutik/
(diakses pada 16 Januari 2012)
http://id.wikipedia.org/wiki/
Komunikasi#Faktor_yang_mempengaruhi_komunikasi (diakses pada 16
Januari 2012)
http://armanketigabelas.wordpress.com/2011/07/21/2-sikap-asertif/ (diakses
pada 17 Januari 2012)
Http://Library - USU, AC.id/down load/FK/L4P3R – Tirta.pdf (diakses pada 17 Januari 2012)
48