makalah uud 1945
DESCRIPTION
Makalah tentang seluk-beluk UUD 1945TRANSCRIPT
MAKALAH KEWARGANEGARAAN
“UNDANG-UNDANG DASAR 1945”
Disusun oleh:
Chafida Rofiatul Chasnaq 115100301111016
Ledysmah Rismaladewi 115100301111044
Tomy Prayuda 115101000111001
Mumun Rezekiana 115101000111002
Bon Jovi 115101000111009
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, banyak sekali masyarakat yang tidak memahami tentang pengertian
Undang-undang Dasar 1945. Tidak hanya masyarakat para pelajar sekalipun ada juga
yang kurang mengerti akan arti Undang-undang Dasar 1945. Mereka hanya sekedar
membaca pada saat upacara bendera hari senin berlangsung, tanpa memahami maksud
dan tujuan pembacaan Undang-undang Dasar 1945.
Undang-Undang dasar 1945 sering kita dengar pada saat upacara bendera hari
senin, namun tidak semua sekolah yang menyelenggarakan upacara bendera setiap hari
senin. Bagi sekolah-sekolah yang berada di perkotaan, para pelajarnya dapat mendengar
pembacaan Undang-undang Dasar, tetapi bagi sekolah yang berada jauh dari pusat kota,
serta tdak memiliki lapangan yang cukup memadai, mereka terpaksa untuk tidak
megadakan upacara bendera pada hari senin.
UUD Negara adalah peraturan perundang-undangan yang tertinggi dalam Negara
dan merupakan hukum dasar Negara tertulis yang mengikat berisi aturan yang harus
ditaati. Hukum dasar Negara meliputi keseluruhan system ketatanegaraan yang berupa
kumpulan peraturan yang membentuk Negara dan mengatur pemerintahannya. UUD
merupakan dasar tertulis (convensi). Oleh karena itu UUD menurut sifat dan fungsinya
adalah suatu naska yang memaparkan karangan dan tugas-tugas pokok cara kerja badan
tersebut. UUD menentukan cara-cara bagaimana pusat kekuasaan itu bekerja sama dan
menyesuaikan diri satu sama lainnya. UUD merekam hubungan-hubungan kekuasaan
dalam suatu Negara. UUD disebutkan bersifat singkat dan super karena hanya memuat
37 pasal adapun pasal-pasal yang lain, hanya memuat aturan peralihan dan aturan
tambahan. Hal ini bermakna :
1. UUD 1945 hanya memuat aturan pokok, memuat GBHN intruksi kepala
pemerintahan pusat dan lain-lain untuk menyelenggarakan Negara.
2. Sifatnya yang super atau elastis maksudnya senantiasa harus ingat bahwa masyarakat
harus berkembang seiring dengan perubahan zaman. Memang sifat aturan yang
tertulis semakin supel sifat aturannya semakin baik agar tidak ketinggalan zaman.
Yang dimaksud dengan Undang-Undang Dasar 1945 adalah keseluruhan naskah
yang terdiri dari Pembukaan dan pasal-pasal (Pasal II Aturan Tambahan). Pembukaan
terdiri atas 4 alinea, yang di dalam alinea keempat terdapat rumusan dari Pancasila, dan
Pasal-Pasal Undang-Undang Dasar 1945 terdiri dari 20 Bab (Bab I sampai dengan Bab
XVI) dan 72 Pasal (Pasal 1 sampai dengan Pasal 37), ditambah dengan 3 Pasal Aturan
Peralihan dan 2 Pasal Aturan Tambahan. Bab IV tentang DPA dihapus, dalam
amandemen keempat penjelasan tidak lagi merupakan kesatuan UUD 1945. Pembukaan
dan pasal-pasal UUD 1945 merupakan satu kebulatan yang utuh, dengan kata lain
merupakan bagian-bagian yang satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan.
Naskahnya yang resmi telah dimuat dan disiarkan dalam “Berita Republik
Indonesia” Tahun II No. 7 yang terbit tanggal 15 Februari 1946, suatu penerbitan resmi
Pemerintah RI. Sebagaimana diketahui Undang-Undang Dasar 1945 itu telah ditetapkan
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan mulai berlaku pada tanggal
18 Agustus 1945. Rancangan UUD 1945 dipersiapkan oleh suatu badan yang bernama
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau
Dokuritsu Zyunbi Tjoosakai, suatu badan bentukan Pemerintah Penjajah Jepang untuk
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam rangka persiapan kemerdekaan
Indonesia.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat
UUD 1945 atau UUD '45, adalah hukum dasar tertulis (basic law), konstitusi
pemerintahan negara Republik Indonesia saat ini.
UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di Indonesia berlaku
Konsitusi RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan
secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli1959.
Zaman untuk memperdebatkan maksud dan isi Pancasila dan UUD telah lama
lewat dan lampau. Berdebat tentang Pancasila dan UUD akan berarti suatu tanda
kebimbangan akan ratusan rakyat sekarang kepada pengorbanan bagi peranan
pelaksanaan luhur segala pejuang yang mengorbankan harta benda dan jiwa raga, yang
telah ditaburkan di depan dan belakang pertempuran dalm revolusi kemerdekaan yang
belum selesai.
Tegak kukuhnya tugu pahlawan di tengah-tengah kota Surabaya ini mewajibkan
kita masing-masing tetap menundukan kepala terhadap pengorbanan luhur para
pahlawan, demi berlangsungnya cita-cita proklamasi berdasarkan pancasila.
“… The Indonesian in soerabaya took no account of the Idea; when one man fell,
another came forward, … The brans continued to speak, the piles of the dead at the
barricade mounted, but more and more Indonesian came forward trampling on the
fallen.”
Hening khidmatnya makam pahlawan yang tersebar di seluruh plosok tanah air
tidak membenarkan kita untuk ragu-ragu terhadap fungsi dan nilai Pancasila maupun
UUD bagi kehidupan Negara dan bangsa Indonesia.
Dengan lebih mendalami aspek-aspek yang menyangkut fungsi dan nilai
pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar filsafat dan pandangan hidup Negara dan bangsa,
kita akan lebih meyakininya, lebih mengerti kekayaan isinya sehingga akan lebih
mencintainya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusan permasalahan yang ada
dalam makalah ini adalah:
Apa pengertian dari Undang-undang Dasar 1945?
Apa pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan Undang-Undang Dasar?
Mengapa dilakukan amandemen pada UUD 1945?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Undang-Undang Dasar 1945
Diperlukan suatu hukum yang berisi norma-norma, aturan-aturan atau
ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati oleh setiap warga negara
Indonesia agar masyarakat dapat merasakan kenyamanan dan ketenangan dalam hidup
bernegara, bebangsa dan bertanah air. Hukum yang dimaksud yaitu UUD 1945 sebagai
hukum dasar tertulis di Negara kita. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, atau disingkat UUD 1945 atau UUD '45, adalah hukum dasar tertulis (basic
law), konstitusi pemerintahan negara Republik Indonesia saat ini. UUD 1945 disahkan
sebagai undang-undang dasar negara oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Sejak
tanggal 27 Desember 1949, di Indonesia berlaku Konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17
Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali
memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada
tanggal 22 Juli1959. Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali
perubahan (amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia.
Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang
Tubuh (16 bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1
ayat dan 49 ayat berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan
Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta Penjelasan. Setelah dilakukan 4 kali
perubahan, UUD 1945 memiliki 20 bab, 37 pasal, 194 ayat, 3 pasal Aturan Peralihan,
dan 2 pasal Aturan Tambahan.
1. Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 → Perubahan Pertama UUD „45
2. Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 → Perubahan Kedua UUD 1945
3. Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 → Perubahan Ketiga UUD „45
4. Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 → Perubahan Keempat UUD 45
Dalam Risalah Sidang Tahunan MPR Tahun 2002, diterbitkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah, Sebagai Naskah
Perbantuan dan Kompilasi Tanpa Ada Opini.
Dalam uraian ini kami mulai dengan pembahasan Pembukaan UUD 1945, sebagai
titik pangkal pendekatan terhadap problema yang dihadapi, di samping oleh karena obyektif
rumusan Pancasila dapat kita temukan dalam pembukaan ini, juga dengan demikian akan
diperoleh pula sandaran konstitusional. Setelah diperoleh pokok-pokok pengertian tentang
esensi material dan kedudukan pembukaan, maka dari kaitan-kaitan pengertian yang
ditemukan itu pertama-tama diuraikan hubungan antara pembukaan dan proklamasi 17
Agustus 1945. Adapu pokok-pokok yang ada pada bagian-bagian pembukaan adalah :
Undang-Undang Dasar 1945
Pembukaan
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-
kemanusiaan dan peri-keadilan.
Dan perjuangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada
saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan
pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang
Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatam yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada bagian undang-undang dasar 1945, tedapat penjelasan, yakni:
1. Bagian petama
“Bahwa sesungguhya kemerdekaan ini ialah hak segala dan oleh sebab itu,
maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri-
kemanusiaan dan peri-keadilan.”
Kata-kata perikeadilan dan perikemanusiaan menjadi ukuran penentunya, yaitu
bahwa dalam batas-batas keadilan dan kemausiaan, manusia sebagai individu diakui
kemandiriannya sehingga diakui pula hak-hak kebebasannya
Hak akan kemerdekaan yang dimaksud ialah hak segala bangsa untuk memperoleh
kemerdekaan. Ada dan berlakunya hak kemerdekaan adalah sejalan dengan tuntutan
perikemanusiaan dan perikeadilan. Dalam pernyataan itu pula menunjukan adanya perbedaan
pandangan dari pada pernyataan hak kemerdekaan dalam ukuran Negara-negara barat pada
umumnya, yang perkenaannya diberikan kepada hak individu, bahkan hak kemerdekaan
suatu bangsa diproyeksikan dari hak kebebasan individu itu. Dalam hubungan ini dapat
disebut antara lain Delaration of Independence dari Amerika Serikat (1776), Declaration Des
Droits de I’homme et du Citoyen dari perancis (1791). Juga Universal Declaration of Human
Right dari PBB, bertopang pada hak-hak kebebasan individu. Dengan demikian berarti bahwa
setiap bangsa berhak dengan kemerdekaan yang mutlak. Kata mutlak ini merupakan hak
kodrat setiap bangsa. Pengertian hak kemerdekaan sebagai kodrat segala bangsa tidak
langsung tertuju kepada hak yuridis, tetapi lebih merupakan hak moral untuk
menghormatinya. Dalam ukuran keadaban, semakin maju taraf peradaban manusia bertambah
pula tuntutan bagi pemenuhan hak moral itu.
2. Bagian kedua
”Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai kepada saat
yeng berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur.”
Dasar pemikiran yang menjadi dorongan kuat akan adanya perjuangan
pergerakan ini tak lepas dari adanya dasar keyakina bahwa hak kemerdekaan, hak segala
bangsa merupakan hak kodrat. Dengan demikian perjuangan pergerakan kemerdekaan di
samping merupakan dakwaan terhadap adanya penjajahan, sekaligus juga mewujudkan
hasrat yang kuat dan bulat untuk dengan kemampuan serta kekuatan sendiri dapat tegak
menentukan nasib atas kekuatan sendiri yang pada akhirnya denagn megah dan dapat
berhasil dirumuskan dengan jelas dalam kalimat “.. telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa…..” dan seterusnya. Hasil perjuangan pergerakan
kemerdekaan itu terjelma dalam suatu wujud Negara Indonesia. Menyusun suatu Negara
atas kekuatn dan kemampuan sendiri adalah suatu kebahagiaan, suatu kebanggaan yang
mencerminkan adanya harga diri sebagai suatu bangsa sehingga dapat dipahami
terwujudnya suatu hasrat untuk memberikan sifat-sifat merdeka, bersatu, berdaulat, juga
hasrat mewujudkan keadilan dan kemakamuran sebagai tujuannya. Kemakmuran yang
dimaksudkan tidak hanya alam batas ukuran material saja, tetapi tercakup pula di
dalamnya kemakmuran spiritual kemakmuran batin, yang tersirat dari pengertian kebahagiaan.
Pengertian Negara yang berdaulat adalah dalam hubungan kelengkapannya sebagai Negara
merdeka yang berdiri di atas kemampuan, kekuatan, dan kekuasaan sendiri; dalam
kedudukannya sama tinggi dengan Negara-negara yang lain. Dan sama juga terhadap nilai-
nilai kehormatan. Dlam tata pergaulan Negara terjalin atas dasar saling menghormati.
Negara Indonesia yang adil mengandung pengrtian bahwa di dalam lingkungan
kekuasaan Negara oleh Negara diwujudkan tegaknya perikeadilan yang menyangkut Negara
terhadap warga Negara, warga Negara terhadap Negara dan diantara sesama warga Negara:
dalam hubungan yang lebih luas disebutkan hubungan terhadap masyarakat dengan warganya,
antara warga masyarakat terhadap masyarakatnya dan diantara warga masyarakat dalam
keseimbangan pemenuhan dan penggunaan hak dan kewajiban, baik dalam bidang hukum
maupun bidang moral. Dengan ukuran keseimbangan dan pemenuhan hak dan kewajiban ini
maka berlakulah bentuk-bentuk keadilan dalam hubungan hidup masyarakat dan bernegara
yang dalam ilmu pengetahuan kemasyarakatan lazim dikenal dengan keadilan kommutatif
(Commtatif Justice) antar sesama warga Negara sama derajatnya; keadilan distributive
(Distributif Justice) antar warga Negara dan negaranya; keadilan fungsional/legal
(Fungsional/Legal Justice) antar Negara dengan masyarakatnya: keadilan social (Social
Justice) yang mencakup bentuk-bentuk keadilan distributive dan keadilan fungsional/legal.
Pengertian makmur sebagaimana telah diutarakan mencakup arti material dan
spiritual yang menjadi dasar kebutuhan kehidupan manusia, hanya dapat menemukan
wujudnya dalam jalinanannya dengan keadilan. Dalam hubungan ini keadilan merupakan
pola dasarnya, apabila dikehendaki diperolehnya suatu kemakmuran yang benar-benar
memenuhi martabat kemanusiaan, “Negara Indonesia yang makmur”. Jadi, makmur dalam
lingkungan tugas Negara di samping berpaut dengan sifat keadilan, juga dengan sifat
persatuan sehingga seluruh bangsa dan setiap orang dalam ukuran-ukuran keadilan mencapai
kesejahteraan. Dalam pengertian inilah asas kekeluargaan dalam kehidupan bernegara dapat
menemukan wujud konkretnya.
3. Bagian ketiga
“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh
keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”
Bagian ketiga pembukaan adalah dalam rangkaiannya dengan bagian pertama
dan bagian kedua pembukaan untuk memberikan penjelasan proses perjuangan bangsa
Indonesia sampai kepada Negara Indonesia merdeka. Dengan demikian tidak saja untuk
menjelaskan mengapa kita menyatakan kemerdekaan, tetapi juga menegaskan bahwa
kwmwrdekaan itu adalah hak kodrat dan hak moral bangsa Indonesia sebagai karunia Tuhan
Yang Maha Kuasa yang tidak dapat lagi dikekang oleh siapa pun. Penyebutan dalam
kalimat didorongkannya oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas mewujudkan dasar keyakinan terhadap asas moral yang tinggi. Menjunjung hak moral
dan hak kodrat segala bangsa supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas; cita-cita
mencapai kemakmuran beradasarkan norma-norma keadilan dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara jelas merupakan suatu keinginan luhur.
Disebutkan bahwa yang menyatakan kemerdekaan adalah rakyat Indonesia dan yang
dinyatakan kemerdekaannya adalah pula rakyat Indonesia sendiri. Penyebutan ini secara
implisit melenyapkan segala rupa kesangsian tentang dukungan pernyataan kemerdekaan
oleh rakyat seluruhnya. Bahwa segala sesuatu berkenaan dengan pernyataan kemerdekaan ini
adalah oleh rakyat, untuk rakyat dan dari rakyat. Esensi penegasan ini mengandung arti
bahwa kekuasaan tertinggi bagi bangsa dan Negara Indonesia terletak pada rakyat dalam
keseluruhannya, suatu dasar kehidupan bangsa dan Negara yang disebut kedaulatan rakyat.
Perbedaan dalam perumusan pernyataan kemerdekaan pada bagian ketiga dengan bagian
pertama teks proklamasi adalah:
a. Pada bagian ketiga pembukaan yang menyatakan kemerdekaannya adalah rakyat Indonesia,
yang dinyatakn kemerdekaannya juga rakyat Indonesia yang tersimpul dari kata nya di
belakang kata kemerdekaan yang terakhir.
b. Pada bagian pertama yang menyatakan kemerdekaannya ialah bangsa Indonesia dan yang
dinyatakan kemerdekaannya disebut hanya Indonesia.
Dalam persoalan pernyataan kemerdekaan, antara rakyat dan bangsa tidak terdapata
perbedaan prinsip. Pernyataan kemerdekaan oleh rakyat Indonesia sekaligus telah mencakup
bangsa Indonesia karena bangsa Indonesia merupakan bagian terbesar dari rakyat Indonesia.
Rakyat mempunyai arti pengertian keseluruhan isi wilayah Negara dan merupakan
pendukung aktif terhadap Negara. Berbeda dengan isi wilayah Negara yang pasif-penduduk
nagara asing di samping merupakan bagian dari rakyat Indonesia, juga berkewajiban dan
bertanggung jawab terhadap Negara sangat berbeda dan lebih sempit dibandingkan dengan isi
yang aktif daripada Negara.
Dengan demikian, meskipun formal-yuridis antara rakyat dan bangsa adalah berbeda
pengertiannya. Namun, dalam artian pshikologis-politis penggunaan istilah rakyat lebih
merupakan kelaziman dan sering disamakan dengan istilah bangsa, misalnya nama lembaga-
lembaga seperti Majelis Perwakila Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat. Penyebutan Bangsa
Indonesia dalam Proklamasi Kemerdekaan secara etimologis dan menurut kebutuhan keadaan
waktu itu untuk mengadakan gugatan di muka bumi terhadap adanya penjajah perlu
ditunjukkan kepada mereka betapa bergeloranya rasa kebangsaan ini. Kata kami menegaskan
bahwa yang memproklamasikan kemerdekaan adalah bangsa Indonesia sendiri berdasarkan
keyakinan, kesadaran, dan tanggungjawab sendiri oleh kemauan sendiri. Soekarno-Hatta pun
menandatangani proklamasi dimaksudkan bagi bangsa indonesisa. Dengan pernyataan
kemerdekaan melalui Proklamasi 17 Agustus 1945, maka secara obyektif berdirilah Negara
Republik Indonesia dan bersama dengan itu lenyaplah ikatan penjajahan dalam segal rupa
bentuknya. Secara hokum hal ini berarti berakhirnya tertib hukum kolonial dan bersamaan itu
lahir pula tertib hokum nasional.
4. Bagian Keempat
“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan mekerdekaan, perdamaian abadi,dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
undang dasar Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat yang berdasar kepada ketuhanan yang maha esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Isi pengertian bagian keempat pembukaan ini secara etimologois gramatikal
dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Istilah kemudian dari pada itu berarti setelah berdirinya Negara Republik Indonesia
dengan pernyataan Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
2. Setelah berdirinya Negara dibentuk suatu pemerintahan Negara guna melaksanakan
tujuan Negara, yaitu:
a) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
b) memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan berbangsa, dan melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial;
c) untuk membentuk pemerintahan Negara supaya melaksanakan tujuannya yang
sedemikian itu, disusunlah Undang-undang dasar;
d) UUD yang dimaksudkan terbentuk dalam suatu susunan Negara republic berkedaulatan;
e) Negara republik yang berkedaulatan rakyat ini berdasarkan pada ketuhanan Yang
mahaesa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksaan perwakilan, serta mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Tegasnya Negara yang berdasarkan Pancasila.
Pemeritah dalam suatu susunan kalimat Pemerintahan Negara Indonesia menurut
hemat saya dimaksudkan dalam arti sebagai penyelenggara keseluruhan kegiatan negara
dalam aspek kelengkapannya (government), yang berbeda dengan pemerintahan Negara yang
hanya menyangkut salah satu aspek saja daripada penyelenggaraan Negara, yaitu aspek
pelaksanaan(executif). Oleh karena itu, untuk mengurangi kemungkinan terjadinya salah
pengertian mengenai istilah pemerintahan Negara dan pemerintah Negara, maka yang
terakhir ini dibaca pemerintahansaja tanpa disertai Negara sehingga pengertiannya dapat
dilokalisasi pada bidang-bidang pelaksanaan (executif) saja.
2.2 Pokok Pikiran dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
Adapun pokok-pokok pikiran yang termuat dalam pembukaan undang-undang
dasar, antara lain disebutkan sebagai berikut:
A. Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah daah Indonesia,
dengan berdasa atas persatuan dan mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia. Dlam pembukaan ini diterima aliran pengertian negara persatuan.
B. Negara hendak mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat.
C. Negara berkedaulatan rakyat, berdasar kerakyatan dan pemusyawaratan perwakilan.
D. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab.
Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari undang-undang
dasar Negara Indonesia. Pokok- pokok pikiran ini mewujudkan ita-cita hukum
(Rechtsidee) yang menguasai hukum dasar Negara, baik hukum yang tertulis(UUD)
maupun hukum yang tidak tertulis.
2.3 Alasan Dilakukan Amandemen Pada Undang-Undang Dasar 1945
2.3.1 Landasan Hukum Diadakannya Perubahan / Amandemen UUD 1945
Perubahan undang-undang dasar merupakan suatu peristiwa yang sangat
penting bagi kehidupan suatu bangsa karena akan membawa pengaruh yang
sangat besar dalam perkembangan sejarah kehidupan bangsa. Perubahan undang-
undang dasar akan menentukan masa depan kehidupan bangsa serta kesejahteraan
bangsa tersebut. Undang-undang dasar 1945 merupakan hokum dasar yang
tertulis bagi kehidupan bangsa Indonesia maka sangat mempengaruhi kehidupan
bangsa Indonesiaterutama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mengingat
pentingnya UUD 1945 bagi bangsa Indonesia maka perlu dipertimbangkan secara
matang apabila ingin diadakan perubahan. Perubahan UUD 1945 harus
bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan bangsa, sesuai dengan aspirasi rakyat
serta perkembangan kehidupan bangsa Indonesia. Agar perubahan UUD 1945
memiliki kekuatan hokum yang sah maka perubahan UUD 1945 harus memiliki
landasan / dasar hokum yang jelas. Adapun dasar hokum perubahan UUD 1945
adalah UUD 1945 itu sendiri, yaitu pasal 37 yang berbunyi :
1. Untuk mengubah undang-undang dasar sekurang-kurangnya 2/3 dari pada
jumlah anggota majelis permusyawaratan rakyat harus hadir.
2. Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah
anggota yang hadir.
2.3.2 Apakah Isi Pokok Pembukaan UUD 1945 Juga Diamandemen?
Isi pokok bagian pembukaan tetap sama dengan UUD 1945 (UUD
Proklamasi. Sebab, bagian pembukaan tidak mengalami perubahan hanya
dilakukan pada bagian batang tubuh (pasal-pasal) yang ada di UUD 1945.
sehingga dalam UUD 1945 hasil amandemen terdapat penambahan dan
pengurangan pasal-pasal. Adapun isi pokok UUD 1945 hasil amandemen
meliputi bentuk dan kedaulatan, MPR kekuasaan pemerintahan Negara,
kementerian Negara, pemerintahan Negara, DPR, DPRD pemilu, hal keuangan.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), kekuasaan kehakiman, wilayah Negara,
warga Negara dan penduduk, HAM, agama pertahanan dan keamanan Negara,
pendidikan dan kebudayaan, perekonomian dan kesejahteraan social, bendera,
bahasa, lambing Negara, lagu kebangsaan, dan perubahan undang-undang dasar. Disamping
itu, dalam UUD 1945 hasil amandemen juga terdapat tiga pasal aturan peralihan dan dua
pasal aturan tambahan. Adapun tentang dewan pertimbangan Agung (DPA), dilakukan
penghapusan . selain DPA, bagian penjelasan juga dihapus. Sehingga UUD 1945 hasil
amandemen hanya terdiri dari pembukaan dan pasal-pasal (pasal II aturan tambahan). Tidak
ada lagi bagian penjelasan.
2.3.3 Alasan UUD 1945 Diamandemen
Karena UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis yang dijadikan landasan dalam
penyelenggaraan Negara maka harus sesuai dengan aspirasi tuntutan kehidupan
masyarakat Indonesia. Mengingat kehidupan masyarakat Indonesia yang selalu
tumbuh dan berkembang sesuai dengan peradaban manusia pada umumnya maka
UUD 1945 diamandemen oleh MPR. Perubahan UUD 1945 memiliki arti yang sangat
penting dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Karena menghilangkan pandangan adanya keyakinan bahwa UUD 1945 merupakan
hal yang sacral, tidak bisa diubah, diganti, dikaji mendalam tentang kebenaran seperti
doktrin yang diterapkan pada masa orde baru.
Karena perubahan UUD 1945 memberikan peluang kepada bangsa Indonesia untuk
membangun dirinya atau melaksanakan pembangunan yang sesuai dengan kondisi dan
aspirasi masyarakat.
Karena perubahan UUD 1945 mendidik jiwa demoktrasi yang sudah dipelopori oleh
MPR pada waktu mengadakan perubahan UUD itu sendiri, sehingga lembaga Negara,
badan badan lainnya serta dalam kehidupan masyarakat berkembang jiwa demokrasi.
Karena perubahan UUD 1945 menghilangkan kesan jiwa UUD 1945 yang sentralistik
dan otoriter sebab dengan adanya amandemen UUD 1945 masa jabatan presiden
dibatasi, kekuasaan presiden dibatasi, system pemerintahan dsentralisasi dan otonomi
Karena perubahan UUD 1945 menghidupkan perkembangan politik kea rah
keterbukaan.
Karena perubahan UUD 1945 mendorong para cendekiawan dan berbagai tokoh
masyarakat untuk lebih proaktif dan kreatif mengkritisi pemerintah (demi kebaikan)
sehingga mendorong kehidupan bangsa yang dinamis (berkembang) dalam segala
bidang, baik politik, ekonomi, social budaya sehingga dapat mewujudkan kehidupan
yang maju dan sejahtera sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari sumber-sumber yang didapat dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pokok pikiran pertama: Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan
keadilan sosial bagi di seluruh rakyat Indonesia.
2. Pokok pikiran kedua: Negara hendak mewujudkan keadilan social bagi seluruh
rakyat.
3. Pokok pikiran ketiga: Negara yang berkedaulatan rakyat berdasar atas kerakyatan
dan permusyawaratan atau perwakilan
4. Pokok pikiran keempat: Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
5. Dan apabila diperhatikan keempat pokok pikiran itu tampaklah, bahwa pokok-pokok
pikiran itu tidak lain adalah pancaran dari palsafah Negara.
3.2 Saran
1. Diharapkan bagi masyarakat khususnya mahasiswa dapat memahami Undang-
Undang Dasar 1945 agar mengetahui hak dan kewajibannya sebagai warga Negara.
2. Perlu diadakannya pembahasan yang lebih lanjut agar informasi yang diperoleh
lebih lengkap dan komprehensif bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Kaelan, S. 2003. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Alhaj, S. 1995. Pendidikan Pancasila. Jakarta: Paradigma.
Soeprapto, H. 2000. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat. Jakarta: Balai Pustaka Pusat.
Yunus, M. 2001. Membangun Ideologi Pancasila. Jakarta: Suara Merdeka