makalah uud 1945

44
TUGAS KEWARGANEGARAAN “UNDANG – UNDANG DASAR 1945” Nama Anggota : 1. Visti Ajeng A. ( 115130101111067 ) 2. Yulis Indah A. ( 125130100111019 ) 3. Andini Aprilia S. ( 125130100111020 ) 4. Dika Putri E. ( 125130100111021 ) 5. Siti Qurnia ( 125130100111022 ) PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Upload: diichaa-just-littlegirl

Post on 10-Nov-2015

50 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

UUD 1945

TRANSCRIPT

TUGAS KEWARGANEGARAANUNDANG UNDANG DASAR 1945

Nama Anggota :1. Visti Ajeng A.( 115130101111067 )2. Yulis Indah A.( 125130100111019 )3. Andini Aprilia S.( 125130100111020 )4. Dika Putri E.( 125130100111021 )5. Siti Qurnia( 125130100111022 )

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMemahami Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) akan lebih lengkap dan tepat bila ditelusuri asal mula kelahirannya terlebih dahulu. Setelah itu baru tentang proses perumusannya, substansi/isinya (termasuk perubahannya), gerakpelaksanaannya, dan terakhir penerapannya. UUD 1945 yang disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasan. Ketiganya sebagai satu-kesatuan pemahaman UUD (hukum dasar tertulis) yang utuh. Artinya, Penjelasan sebagai kelengkapan dari Batang Tubuh; Batang Tubuh sebagai perwujudan dariPembukaan. Pembukaan sendiri merupakan Teks Poklamasi yang terinci dan lengkap. Hukum dasar meliputi dua macam, yaitu hukum dasar tertulis (Undang-Undang Dasar) dan hukum dasar tidak tertulis yang disebut convensi. Karena rumusannya tertulis maka Undang-Undang Dasar tidak mudah berubah. Berdasarkan sifatdan fungsinya Undang-Undang Dasar adalah naskah yang memaparkan kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu Negara dan menentukan pokok-pokok carakerja badan-badan pemerintahan suatu Negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut. Convensi merupakan hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yangtimbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun sifatya tidak tertulis.Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis, dan juga konstitusi pemerintahan negara Republik Indonesia saat ini. Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. Latar belakang terbentuknya UUD 1945 bermula dari janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan bangsa Indonesia di kemudian hari. Janji tinggalah janji, setelah Jepang berhasil memukul mundur tentara Belanda, malah mereka sendiri yang menindas kembali bangsa Indonesia, bahkan lebih sadis dari sebelumnya.

1.2 TujuanTujuan dari makalah ini yaitu akan membahas lebih lanjut mengenai Undang- Undang Dasar1945, lembaga-lembaga Negara dan hubungannya. Dengan mempelajari proses tersebut maka kita akan lebih memahami kedudukan Pancasila sebagai dasar negara yang realisasinya sebagai sumber dari segala sumber hukum negara Indonesia. Diharapkan juga kita memiliki kemampuan untuk memahami isi UUD 1945 baik secara tertulis dan tidak tertulis, serta memahami hubungan UUD 1945 dengan Pancasila dan pasal-pasal UUD 1945 serta kita memiliki pengetahuan tentang reformasi hukum tata negara maka diharapkan dapat mengetahui latar belakang amandemen serta proses amandemen.

1.3 Rumusan Masalah1. Apa pengertian uud 1945 (tertulis dan tidak tertulis) & contohnya ?2. Mengapa suatu negara membutuhkan undang-undang ?3. Jelaska fungsi UUD & UU , serta perbedaan dan sifatnya ?4. Jelaskan amandemen uud 45, berapa kali amandemen, pasal apa yg diamandemen, dan hasil amandemennya ?5. Bagaimana kelebihan dan kekurangan UUD 45 ?

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 HUKUM DASAR NEGARAAda dua macam hukum dasar, yaitu hukum dasar tertulis (Undang-Undang Dasar) dan hukum dasar tidak tertulis (Konvensi).

1. HUKUM DASAR TERTULIS (UNDANG-UNDANG DASAR)E.C.S. Wade dalam bukunya Constitutional Law mengatakan bahwa secara umum undang-undang dasar adalah suatu naskah yang memaparkan kerangka dan tugas - tugaspokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan cara kerjabadan-badan tersebut. Jadi pada prinsipnya mekanisme dan dasar setiap sistempemerintahan diatur dalam undang-undang dasar. Bagi mereka yang menganggapnegara sebagai satu organisasi kekuasaan, maka mereka dapat memandang undang undangdasar sebagai sekumpulan asas yang menetapkan bagaimana kekuasaantersebut dibagi antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif (Indonesia tidakmenganut sistem Trias Politika tersebut, tetapi menganut sistem pembagiankekuasaan dengan lima lembaga negara). Undang-undang dasar menentukan bagaimana pusat-pusat kekuasaan ini bekerjasama dan menyesuaikan diri satu samalain. Undang-undang dasar juga merekam hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu negara (Purnomo, 1981).Menurut Pasaribu (2013), sifat-sifat UUD, yaitu :1. Oleh karena sifatnya maka rumusannya merupakan suatu hUum positif yang mengikat pemerintah sebagai penyelenggara Negara maupun mengikat bagi warga Negara.2. UUD 1945 itu bersifat supel dan singkat karena UUD 1945 memuat aturan-aturan pokok yang setiap kali harus di kembangkan sesuai dengan perkembangan zaman dan memuat ham.3. Memuat norma-norma/aturan-aturan/ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus dilaksanakan secara kontituional.4. UUD 1945 dalam tertib hukum Indonesia merupakan peraturan hukum positif yang tertinggi,disamping itu sebagai alat kontrol terhadap norma-norma hukum positif yang lebih rendah dalam hirarki tertib hukum Indonesia.

2. HUKUM DASAR TAK TERTULIS (KONVENSI)Konvensi adalah hukum yang yang timbul dan terpelihara dalam praktekpenyelenggara negara secara tidak tertulis. Sifat-sifat konvensi adalah sebagai berikut:1. Merupakan kekuasaan yang muncul berulang kali dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara.2. Tidak bertentangan dengan undang-undang dasar dan berjalan sejajar.3. Dapat diterima oleh seluruh rakyat.4. Bersifat sebagai pelengkap yang tidak terdapat di dalam undang-undang dasar.Konvensi misalnya terdapat pada praktek penyelenggara negara yang sudah menjadihukum dasar yang tidak tertulis, seperti:a. Pidato kenegaraan Republik Indonesia setiap tanggal 16 Agustus di dalam sidang Dewan Perwakilan Rakyat.b. Pidato Presiden yang diucapkan sebagai keterangan pemerintah tentang RAPBNpada minggu pertama Januari setiap tahunnya.c. Pidato pertanggungjawaban Presiden dan Ketua Lembaga Negara lainnya dalamsidang Tahunan MPR.(yang dimulai sejak tahun 2000).d. Mekanisme pembuatan GBHN.Keempat hal tersebut secara tidak langsung merupakan realisasi UUD 1945(merupakan pelengkap). Yang berwenang mengubah konvensi menjadi rumusan yangbersifat tertulis adalah MPR, dan rumusannya bukan berupa hukum dasar melainkantertuang dalam ketetapan MPR (Pasaribu, 2013).

Sifat-sifat:1. Merupakan kebiasaan yang berulang kali dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara.2. Tak bertentangan dengan UUD dan berjalan sejajar.3. Diterima oleh seluruh rakyat/masyarakat.4. Bersifat sebagai pelengkap sehingga memungkinkan bawa convensi bias menjadi aturan-aturan dasar yang tidak tercantum dalam UUD 1945.Contoh :1. Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat, menurut pasal 37 ayat(1) dan (4) UUD 1945 segala keputusan MPR diambil berdasarkan suara terbanyak tetapi sistem ini kurang jiwa kekeluargaan sebagai kepribadian bangsa.oleh karena itu,dalam praktek-praktek penyelenggaraan Negara selalu di usahakan untuk mengambil keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat dan ternyata hamper selalu berhasil.pungutan suara baru ditempuh jika usaha musyawarah untuk mufakat sudah tak dapat dilaksanakan.2. Praktek-praktek penyelenggaraan Negara yang sudah menjadi hukum dasar tidak tertulis antara lain: Pidato kenegaraan presiden RI setiap 16 Agustus di dalam siding DPR. Pidato presiden yang di ucapkan sebagai keterangan pemerintah tentang rencana anggaran pendapatan belanja (RAPB)Negara pada minggu 1,pada bulan januari tiap tahunnya.Jika konvensi ingin di jadikan rumusan yang bersifat tertulis maka yang berwenang adalah MPR dan rumusannya bukan lah merupakan suatu hukum dasar melainkan tertuang dalam ketetapan MPR dan tidak secara otomatis setingkat dengan UUD melainkan sebagai suatu ketetapan MPR.

2.2 KEGUNAAN UUD 1945Undang-undang dasar merupakan hukum dasar yang menjadi sumber hukum. Setiap produk hukum seperti undang-undang, peraturan, atau keputusan pemerintah. Bahkan setiap kebijaksanaan pemerintah harus berlandaskan dan bersumber padaperaturan yang lebih tinggi dan tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan UUD1945.Dalam kerangka tata susunan norma hukum yang berlaku, UUD 1945 merupakan hukum yang menempati kedudukan tertinggi seperti telah dijelaskan, UUD 1945 ditetapkan dan dijelaskan oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 18 Agustus 1945. Dalam ayat (2) aturan tambahan UUD 1945 disebutkan bahwa dalam 6 bulan sesudah MPR dibentuk, majelis itu bersidang untuk menetapkan, UUD. Aturan tambahan ini menunjukkan bahwa status UUD 1945 adalah sementara. Sesungguhnya rencana pembuat UUD 1945 adalah bahwa sebelum tanggal17 Agustus 1946 undang-undang dasar tetap diharapkan dapat disusun oleh badan yang berwenang,yaitu MPR hasil Pemilu sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945 itu sendiri, tetapisuasana politik waktu itu tidak memungkinkan realisasi rencana tersebut. Kini UUD45 tidak bersifat sementara lagi, karena telah ditetapkan oleh MPR menjadi konstitusitertulis. Namun UUD 45 tetap bersifat fleksibel (JCT, 1970).Struycken dalam bukunya Het Staatsrecht van Het Koninkrijk der Nederlanden menyatakan bahwa Undang Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis merupakan sebuah dokumen formal yang berisi:1. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau.2. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa.3. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik untuk waktu sekarangmaupun untuk masa yang akan datang.4. Suatu keinginan, dengan mana perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin.Dari empat materi muatan yang tereduksi dalam konstitusi atau undang-undang di atas, menunjukkan arti pentingnya konstitusi bagi suatu negara. Karena konstitusi menjadi barometer kehidupan bernegara dan berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu, sekaligus ide-ide dasar yang digariskan oleh the founding fathers, serta memberikan arahan kepada generasi penerus bangsa dalam mengemudikan suatu negara yang mereka pimpin. Semua agenda penting kenegaraan ini telah terkaver dalam konstitusi, sehingga benarlah kalau konstitusi merupakan cabang yang utama dalam studi ilmu hukum tata negara.Pada sisi lain, eksistensi suatu negara yang diisyaratkan oleh A.G. Pringgodigdo, baru riel-ada kalau memenuhi empat unsur: (1) memenuhi unsur pemerintahan yang berdaulat, (2) wilayah tertentu, (3) rakyat yang hidup teratur sebagai suatu bangsa (nation), dan (4) pengakuan dari negara-negara lain. Dari ke empat unsur untuk berdirinya suatu negara ini belumlah cukup menjamin terlaksananya fungsi kenegaraan suatu bangsa kalau belum ada hukum dasar yang mengaturnya. Hukum dasar yang dimaksud adalah sebuah Konstitusi atau Undang Undang Dasar.Untuk memahami hukum dasar suatu negara, juga belum cukup kalau hanya dilihat pada ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam Undang Undang Dasar atau konstitusi saja, tetapi harus dipahami pula aturan-aturan dasar yang muncul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis, atau sering dicontohkan dengan konvensi ketatanegaraan suatu bangsa. Sebab dengan pemahaman yang demikian inilah ketertiban sebagai fungsi utama adanya hukum dapat terealisasikan.Prof. Mr. Djokosutono melihat pentingnya konstitusi (grondwet) dari dua segi. Pertama, dari segi isi (naar de inhoud) karena konstitusi memuat dasar (grondslagen) dari struktur (inrichting) dan memuat fungsi (administratie) negara. Kedua, dari segi bentuk (naar demaker) oleh karena yang memuat konstitusi bukan sembarang orang atau lembaga. Mungkin bisa oleh seorang raja, raja dengan rakyat, badan konstituante, atau lembaga diktator. Pada sudut pandang yang kedua ini, K.C. Wheare mengkaitkan pentingnya konstitusi dengan pengertian hukum dalam arti sempit, di mana konstitusi dibuat oleh badan yang mempunyai wewenang hukum yaitu sebuah badan yang diakui sah untuk memberikan kekuatan hukum pada konstitusi. Tapi dalam kenyataannya tidak menutup kemungkinan adanya konstitusi yang sama sekali hampa (tidak sarat makna, kursif penulis), karena tidak ada pertalian yang nyata antara pihak yang merumuskan dan membuat konstitusi dengan pihak yang benar-benar menjalankan pemerintahan negara. Sehingga konstitusi hanya menjadi dokumen historis semata atau justru menjadi tabir tebal antara perumus atau peletak dasar konstitusi dengan pemerintah pemegang astafet berikutnya. Kondisi obyektif semacam inilah yang menjadi salah satu penyebab jatuh bangunnya suatu pemerintahan yang sering diikuti pula oleh perubahan konstitusi negara tersebut. Seperti yang pernah terjadi di Philiphina, Kamboja, dan lain sebagainya.

2.3 FUNGSI, PERBEDAAN DAN SIFAT UUD 19452.3.1 Undang-Undang DasarUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis,dan juga konstitusi pemerintahan negara Republik Indonesia saat ini. Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.Latar belakang terbentuknya UUD 1945 bermula dari janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan bangsa Indonesia di kemudian hari. Janji tinggalah janji, setelah Jepang berhasil memukul mundur tentara Belanda, malah mereka sendiri yang menindas kembali bangsa Indonesia, bahkan lebih sadis dari sebelumnya. Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk pada tanggal 29 April 1945, adalah Badan yang menyusun rancangan UUD 1945. Pada masa sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei sampai dengan tanggal 1 Juni 1945 Ir.Sukarno menyampaikan gagasan tentang "Dasar Negara" yang diberi nama Pancasila. Kemudian BPUPKI membentuk Panitia Kecil yang terdiri dari 8 orang untuk menyempurnakan rumusan Dasar Negara. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah dihilangkannya anak kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya" maka naskah Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK). Nama Badan ini tanpa kata "Indonesia" karena hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di Sumatera ada BPUPK untuk Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.2.3.1.1Kedudukan UUD 1945UUD 1945 adalah: Hukum dasar yang tertulis (di samping itu masih ada hukum dasar yang tidak tertulis, yaituKonvensi) 1. Sebagai (norma) hukum : a. UUD bersifat mengikat terhadap: Pemerintah, setiap Lembaga Negara/Masyarakat, setiap WNRI dan penduduk di RI. b. Berisi norma-norma: sebagai dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara harus dilaksanakan dan ditaati. 2. Sebagai hukum dasar: a. UUD merupakan sumber hukum tertulis (tertinggi) Setiap produk hukum (seperti UU, PP, Perpres, Perda) dan setiap kebijaksanaan Pemerintah berlandaskan UUD 1945. b. Sebagai Alat Kontrol Yaitu mengecek apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai dengan ketentuan UUD 1945.

2.3.1.2Sifat UUD 19451. UUD 1945 bersifat supel (elastis), Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat itu terus berkembang dan dinamis. Negara Indonesia akan terus tumbuh dan berkembang seiring dengan perubahan zaman. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus tetap menjaga supaya sistem Undang-Undang Dasar tidak ketinggalan zaman. 2. RigidMempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dari peraturan perundang-undangan yang lain, serta hanya dapat diubah dengan cara khusus dan istimewa.

2.3.1.3 Fungsi UUD 1945Di atas telah dibahas tentang apa yang dimaksud dengan UUD 1945. Dari pengertian tersebut dapatlah dijabarkan bahwa UUD 1945 mengikat pemerintah, lembaga-lembaga negara, lembaga masyarakat, dan juga mengikat setiap warga negara Indonesia dimanapun mereka berada dan juga mengikat setiap penduduk yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 berisi norma-norma, dan aturan-aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua komponen tersebut di atas. Undang-undang Dasar bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar, yaitu hukum dasar yang tertulis. Dengan demikian setiap produk hukum seperti undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, ataupun bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah haruslah berlandaskan dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya kesemuanya peraturan perundang-undangan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945, dan muaranya adalah Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara. Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan perundangan atau hierarki peraturan perundangan di Indonesia menempati kedudukan yang tertinggi. Dalam hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD 1945 mengontrol apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan norma hukum yang lebih tinggi, dan pada akhirnya apakah norma-norma hukum tersebut bertentangan atau tidak dengan ketentuan UUD 1945. Selain itu UUD 1945 juga memiliki fungsi sebagai pedoman atau acuan dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.Dalam UUD 1945 juga terkandung :1. Materi pengaturan sistem pemerintahan, termasuk pengaturan tentang kedudukan, tugas, wewenang dan hubungan antara lembaga-lembaga negara2. Hubungan negara dengan warga negara baik dibidang politik, ekonomi, sosial dan budaya maupun hankam.2.3.2 Undang-undang Menurut UU No. 10 tahun 2004 yang dimaksud dengan UU adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPR dengan persetujuan bersama Presiden (pasal 1 angka 3). Dengan kata lain dapat diartikan sebagai, peraturanperaturan tertulis yang dibuat oleh pelengkapan negara yang berwenang dan mengikat setiap orang selaku wagar negara. UU dapat berlaku apabila telah memenuhi persayratan tertentu.Undang-undang adalah peraturan perundang-undangan yang tertinggi di Negara Republik Indonesia, yang didalam pembentukannya dilakukan oleh dua lembaga, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat dengan Persetujuan Presiden. Undang-undang dapat diartikan menjadi 2 yakni Undang- undang dalam arti material serta Undang-undang dalam arti formil. Di Indonesia hanya dikenal Undang-Undang dalama arti formal. Undang-undang pokok, di Belanda dikenal sebagai Undang-Undang yang mendasari Undang-undang Lain, sementara UU Pokok ini tidak dikenal sebab kedudukan Undang-Undang di Indonesia adalah sejajar. Bahwa pengertian Dewan Perwakilan Rakyat sebagai memegang kekuasaan membentuk Undang-undang, maka dapat diartikan dengan memegang kewenangan, karena suatu kekuasaan (macht), dalam hal ini kekuasaan membentuk Undang-Undang (wetgeven demacht), memang mengandung kewenangan membentuk Undang-Undang Bahwa pengertian Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.2.3.2.1 Fungsi Undang-UndangFungsi Undang-Undang, yaitu :a. Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang tegas-tegas menyebutnyab. Pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya dalam Batang Tubuh UUD 1945c. Pengaturan lebih lanjut dalam ketetapan MPR yang tegas-tegas menyebutnyad. Pengaturan di bidang materi konstitusi, seperti organisasi, Tugas dan Wewenang Susunan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara.

2.3.2.2 Syarat Undang-UndangKekuatan berlakunya undang-undang ini perlu dibedakan dari kekuatan mengikatnya undang-undang. Telah dikemukakan bahwa undang-undang mempunyai kekuatan mengikat sejak diundangkannya didalam lembaran Negara. Ini berarti bahwa sejak dimuatnya dalam lembaran Negara setiap orang terikat untuk mengakui eksistensinya. Kekuatan berlakunya undang-undang menyangkut berlakunya undang-undang secara operasional. Undang-undang mempunyai persyaratan untuk dapat berlaku atau untuk mempunyai kekuatan berlaku. Ada tiga syarat kekuatan berlakunya undang-undang yaitu : kekuatan berlaku yuridis, sosiologis dan filosofis.

2.4 AMANDEMEN UUD 1945

Pengertian AmandemenSecara estimologis, amandemen berasal dari Bahasa Inggris: to amend diartikan sebagai tomake better, to remove the faults. Selanjutnya amandement diartikan sebagai a change for the better; a correction of error, faults etc. Dalam istilah pengertian ketatanegaraan (US Convention) amendment adalah an addition to, or a change of a constitution or an organic act which is a pendent to the document rather than intercalated in the text (Smith and Zurcher 1966:14). Menurut Sujatmiko, amandemen yang pokok itu tidak serampangan dan merupakan hal yang serius. Konstitusi itu merupakan aturan tertinggi bernegara. Beliau berpendapat bahwa konstitusi di negara kita belum sepenuhnya sempurna. Jika ingin menyempurnakan konstitusi satu-satunya pilihan ialah amandemen.Dari beberapa referensi di atas amandemen haruslah difahami sebagai penambahan, atau perubahan pada sebuah konstitusi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari naskah aslinya dan diletakkan pada dokumen yang bersangkutan. Pemahaman lebih lanjut adalah amandemen bukan sekedar menyisipkan kata-kata atau perihal baru dalam teks. Di sisi lain, amandemen bukan pula penggantian. Mengganti berarti melakukan perubahan total dengan merumuskan konstitusi baru mencakup hal-hal mendasar seperti mengganti bentuk negara, dasar negara, maupun bentuk pemerintahan.Dari penjelasan tersebut jelas bahwa yang harus mendasari Amandemen UUD 1945 adalah semangat menyempurnakan, memperjelas, memperbaiki kesalahan, dan melakukan koreksi terhadap pasal-pasal yang ada tanpa harus melakukan perubahan terhadap hal-hal yang mendasar dalam UUD 1945 itu sendiri.

Tujuan Amandemen 1. Untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara agar dapat lebih mantap dalam mencapai tujuan nasional serta menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kekuatan rakyat.2. Memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan paham demokrasi.3. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak agar sesuai dengan perkembangan HAM dan peradaban umat manusia yang menjadi syarat negara hukum.4. Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasan secara tegas sistem check and balances yang lebih ketat dan transparan dan pembentukan lembaga-lembaga negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan tantangan jaman.5. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan konstitusional dan kewajiban negara mewujudkan kesejahteraan sosial mencerdaskan kehidupan bangsa, menegakkan etika dan moral serta solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan dalam perjuangan mewujudkan negara kesejahteraan.6. Melengkapi aturan dasar dalam penyelenggaraan negara yang sangat penting bagi eksistensi negara dan perjuangan negara mewujudkan demokrasi.7. Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan berbangsa sesuai dengan perkembangan aspirasi kebutuhan dan kepentingan bangsa dan negara Indonesia ini sekaligus mengakomodasi kecenderungannya untuk kurun waktu yang akan datang.Amandemen UUD 1945 pada era reformasiSalah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi berada di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu " luwes " (sehingga dapat menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi. Sebelumnya Indonesia pernah memiliki UUD yang isinya sangat berbeda dengan UUD Negara RI tahun1945, yaitu UUD RIS dan UUDS. Hal yang berbeda adalah pada UUD RIS sistem pemerintahannya adalah Serikat, pada UUDS sistem pemerintahannya adalah Federal, sedangkan pada UUD Negara RI tahun 1945 sistem pemerintahannya adalah Kesatuan. Pada Orde Baru dituntut tidak adanya perubahan UUD 1945. Hal ini diperkuat dengan adanya Tap MPR No. IV/MPR/1993 yang menjelaskan ketidakmungkinan terjadi perubahan, jika terjadi perubahan harus diadakan referendum atau persetujuan dari masyarakat. Namun hal ini berbeda sekali dengan Pasal 37 ayat 1 dan 2 yang menyatakan bahwa perubahan boleh dilakukan tanpa adanya referendum. Sehingga Tap MPR No. IV/MPR/1993 dicabut. Beberapa tuntutan Reformasi Istilah yang baku amandemen oleh MPR diganti dengan perubahan, dihapusnya dwi fungsi ABRI, pemberantasan KKN dan penegakan hukum, penguatan otonomi daerah agar tidak sentral di Ibukota Jakarta, kebebasan pers supaya aspirasi rakyat bisa tersalurkan dengan baik, demokratisasi terkait dengan HAM. MPR sebagai lembaga tertinggi negara menurut pasal 3 ayat 1 berwenang mengubah UUD karena adanya tuntutan reformasi ini UUD diubah.Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen) yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR: Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 Perubahan Pertama UUD 1945 Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 Perubahan Kedua UUD 1945 Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 Perubahan Ketiga UUD 1945 Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 Perubahan Keempat UUD 1945

Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16 bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta Penjelasan. Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki 20 bab, 37 pasal, 194 ayat, 3 pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan. Dalam Risalah Sidang Tahunan MPR Tahun 2002, diterbitkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah, sebagai Naskah Perbantuan dan Kompilasi.

Perubahan UUD 1945 setelah di amandemen

1. Perubahan Kekuasaan LegislatifAmandemen UUD 1945 yang menyangkut lembaga MPR (Pasal 1 ayat [2], Pasal2 ayat[1], Pasal 3 ayat [1 3]), maka ada lima perubahan mendasar berkenaan dengan keparlemen yaitu:a. Susunan anggota MPR berubah secara struktural karena dihapuskannya keberadaan utusan golongan yang mencerminkan prinsip perwakilan fungsional dari unsur keanggotaan MPR.b. Bersamaan dengan perubahan yang bersifat struktural tersebut, fungsi MPR juga mengalami perubahan mendasar. Majelis ini tidak lagi berfungsi sebagai supreme body yang memiliki kewenangan tertinggi dan tanpa kontrol dan karena itu kewenangannya pun mengalami perubahan mendasar.c. Diadopsinya prinsip pemisahan kekuasaan secara tegas antara fungsi legislatif dan eksekutif dalam perubahan UUD 1945 tidak lagi menganut sistem MPR berdasarkan prinsip supremasi parlemen dan sistem pembagian kekuasaan oleh lembaga tertinggi MPR ke lembaga-lembaga negara dibawahnya.d. Dengan diadopsinya prinsip pemilihan presiden dan wakil presiden dalam satu paket secara langsung dalam Pasal 6A ayat (1) perubahan ketiga UUD 1945, maka konsep dan sistem pertanggungjawaban Presiden tidak lagi dilakukan oleh MPR, tetapi langsung oleh rakyat. Kedaulatan rakyat tidak lagi dipegang oleh MPR melainkan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut undangundang (Pasal 1 ayat 2) menggambarkan bahwa Indonesia dari sistem MPR kepada sistem kedaulatan rakyat.e. UUD 1945 lah yang mentukan bagian-bagian mana dari kedaulatan rakyat yang diserahkan pelaksanaannya kepada badan/lembaga yang keberadaan, wewenang, tugas dan fungsinya ditentukan oleh UUD 1945 itu serta bagian mana yang langsung dilaksanakan oleh rakyat, artinya tidak diserahkan kepada badan/ lembaga mana pun, melainkan langsung dilaksanakan oleh rakyat itu sendiri melalui pemilu.

Berdasarkan uraian tersebut, maka secara teoritis berarti terjadi perubahan fundamental dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, yaitu sistem yang vertical hierarkis dengan prinsip supremasi MPR menjadiHorizontal fungsional dengan prinsip saling mengimbangi dan saling mengawasi antar lembaga negara (cheks and balance). Perubahan Pasal-pasal UUD 1945 yang terkait dengan DPR yang salah satu Pasalnya memindahkan titik berat kekuasaan legislasi nasional yang semula berada ditangan Presiden (Pasal 5) beralih ke tangan DPR (Pasal 20 ayat1-5).Pergeseran kewenangan ini merupakan langkah konstitusional untuk meletakkan secara tepat fungsi-fungsi lembaga negara sesuai dengan bidangnya masing-masing, yakni DPR sebagai lembaga pembentuk undang-undang (lekuasaan legislative) dan Presiden sebagai lembaga pelaksana undang - undang (kekuasaan eksekutif). Perubahan ini dimaksudkan untuk memberdayakan DPR dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga perwakilan yang dipiliholeh rakyat untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingannya bukan lagi sebagai hanya tukang stempel. Perubahan lain yang terkait dengan fungsi dan hak lembaga DPR serta hak anggota DPR dimaksudkan untuk menjadikan DPR berfungsi secara optimal sebagai lembaga perwakilan rakyat sekaligus memperkokoh pelaksanaan checks and balance oleh DPR.

2. Perubahan kekuasaan EksekutifPerubahan UUD 1945 terhadap Pasal 7 jabatan Presiden dan Wakil Presiden dibatasi hanya dua periode. Pembatasan ini untuk mengendalikan penyalahgunaan kekuasaan. Semakin kuat atau semakin lama memegang kekuasaan maka semakin kuat pula untuk tidak amanah dan berlaku sewenang- wenang yang mengarah pada absolutisme dan otoriterisme. Perubahan Pasal 13 dalam hal Presiden mengangkat duta dengan pertimbangan DPR dalam rangka menjaga objektifitas terhadap kemampuan dan kecakapan seseorang pada jabatan tersebut. Selama ini terkesan duta merupakan pos akomodasi orang-orang tertentu yang berjasa pada pemerintah atau sebagai pembuangan bagi orang-orang yang kurang loyal pada pemerintah. Perubahan Pasal 14 yang berkenaan Presiden dalam memberi grasi dan rehabilitasi dengan mempertimbangkan Makamah Agung dan dalam pemberian amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR. Alasan Presiden harus memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung dalam pemberian grasi dan rehabilitasi, karena:a. Grasi dan rehabilitasi adalah proses yudisial dan biasanya diberikan kepadaorang sudah mengalami proses, sedang amnesty dan abolisi lebih bersifat proses politik.b. Grasi dan rehabilitasi lebih banyak bersifat perseorangan, sedang amnestydan abolisi biasanya bersifat massal.

Perubahan Pasal 13 dan 14 tersebut sebagai pengurangan atas kekuasaan Presiden yang selama ini dipandang sebagai hak priogratif. Perubahan yang menyangkut mekanisme pemilihanPresiden dan Wakil Presiden (Pasal 6A ayat 1,2,3 dan 4) dimaksudkan agar rakyat dapat berpartisipasi secara langsung menentukan pilihannya sehingga tidak terulang lagi kekecewaan yang pernah terjadi pada pemilu 1999. Presiden dan Wakil presiden dapat memiliki otoritas dan legitimasi yang kuat karena dipilih langsung oleh rakyat dan rakyat tidak mudah menjatuhkan Presiden. Presiden bisa diberhentikan, jika melakukan pelanggaran hukum seperti pengkhianatan negara, korupsi dan tindak pidana yang berat lainnya. Proses pemberhentiannya melibatkan DPR, Mahkamah Konstitusi dan finalnya pada sidang MPR. Mencermati perubahan terhadap Pasal-Pasal UUD 1945 yang menyangkut kekuasaan eksekutif selalu diimbangi oleh kekuasaan DPR bahkan DPR lebih mendominasi dan lebih kuat kedudukannya sehingga Presiden dalam salah satu Pasalnya tidak bisa menjatuhkan atau membubarkan DPR. Nampak dalam perubahan pasal kekuasaan eksekutif diarahkan untuk menempatkan kedudukan antar lembaga negara sederajat sehingga tidak dapat saling menjatuhkan atau membubarkan.

3. Perubahan kekuasaan YudikatifPerubahan-perubahan terhadap UUD 1945 yang menyangkut kekuasaan Yudikatif dengan adanya lembaga baru Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial, pada intinya untuk menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Prinsip ini semula diatur dalam penjelasanUUD 1945 yang menyatakan bahwa Negara Indonesia berdasar atas hukum tidak berdasar atas kekuasaan belaka. Prinsip lain yang memperkuat bahwa pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi tidak bersifat absolutisme. Prinsip ini mengandung makna bahwa ada pembagian kekuasaan negara dan pembatasan kekuasaan. Penegasan prinsip tersebut, maka salah satu prinsip dari negara hukum adalah jaminan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka, bebas dari pengaruh kekuasaan lainnya untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh Mahkamah Konstitusi. Komisi Yudisial dalam struktur kekuasaan kehakiman Indonesia dimaksudkan agar warga masyarakat di luar struktur resmi lembaga parlemen dapat dilibatkan dalam proses pengangkatan, penilaian kinerja dan kemungkinan pemberhentian hakim atau boleh dikatakan keberadaan Komisi Yudisial ini sebagai pengontrol atau pengawasan terhadaphakim, disamping berfungsi untuk merekrut hakim agung.

4. Perubahan Hak Asasi Manusia Intisari dari perubahan UUD 1945 (Pasal 28A 28I) yang berkenaan dengan hak asasi manusia adalah untuk mempertegas identitas negara Indonesia sebagai negara hukum, yang salah satu unsur terpentingnya adalah adanya pengakuan dan jaminan perlindungan hak-hak asasi manusia. Perlindungan, pemajuan, penegakkan, dan pemenuhan hak asasi manusia tersebut adalah menjadi tanggung jawab negara terutama pemerintah yang diatur, dituangkan dalam peraturan perundang-undangan(Konstitusi). Dengan adanya Undang-Undang Dasar (konstitusi) yang mengatur HAM akan memberikan jaminan konstitusional terhadap asas kebebasan dan persamaan. Hal ini, akan mendukung dan memperkuat pada perubahan UUD 1945 yang menyangkut kekuasaan legislative, eksekutif dan Yudikatif yang pada prinsipnya mempertegasadanya pembagiankekuasaan, dalam rangka untuk menghindari penumpukkan kekuasaan dalam satu tangan yang sangat cenderung terjadinya penyalahgunaan kekuasaan, yang akhirnya berakibat pada pemerkosaan terhadap asas kebebasan dan persamaan yang menjadi ciri khas dari negara demokrasi. Bertitik tolak dari perubahan-perubahan UUD 1945 baik yang menyangkut kekuasaan Legislative, kekuasaan Eksekutif, kekuasaan Yudikatif maupun hak asasi manusia tersebut diatas maka dalam amandemen UUD 1945 Negara Indonesia yang dilakukan di era reformasi secara makro walaupun banyak kritikan dari kalangan ahli tata negara, tetapi paling tidak (untuk tidak mengatakan jauh dari sempurna) hasil amandemen UUD 1945 terjadi perubahan paradigma:a. Kedaulatan rakyat dengan prinsip demokrasi yang tidak semata-matarepresentatif, tetapi juga partisipatif, menggantikan paradigma lamayang cenderung dikontaminasi oleh faham integralistik, sehinggamenimbulkan dominasi atau hegemoni negara yang berlebihan.b. Perubahan paradigma negara hukum dengan prinsip supremasi hukum yang adil dan responsif menggantikan paradigma negara kekuasaan dengan typology hukumnya yang represif.c. Perubahan paradigma pembatasan kekuasaan sebagai cermin konstitusionalisme dengan prinsip chek and balances untuk menggantikan paradigma sentralisasi kekuasaan/otoritarian.d. Perubahan paradigma konstitusi yang berbasis hak asasi manusia (HAM) sebagai perwujudan kontrak sosial menggantikan paradigma bahwa hakhak rakyat atau warga negara adalah merupakan pemberian negara atau penguasa negara.

2.5 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN UUD 45 Kelemahan dan Kelebihan UUD 1945 Sebelum dan Sesudah AmandemenPasal 1 ayat 2Sebelum Amandemen: Kedaulatan memang berada di tangan rakyat, tetapi dilaksanakan sepenuhnya berada di tangan rakyat, sehingga kelemahan di sini MPR dalam menjalankan kedaulatnnya tidak dibatasi oleh undang-undang.Sesudah Amandemen: Sesudah amandemen, kedaulatan masih berada di tangan rakyat tetapi semuanya harus sesuai dengan undang-undang. Kelebihan dari amandemen ayat ini adalah mengurangi kesewenang-wenangan penggunaan kedaulatan oleh rakyat dan harus sesuai dengan undang-undang.Pasal 1 ayat 3Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: Negara Indonesia mempertegas statusnya sebagai negara hukum karena pada saat Orde Baru kekuasaan banyak diselewengkan dan semuanya dikuasai oleh para kerah-putih sehingga dengan di tambahkannya pasal ini, maka semua orang Indonesia, tanpa melihat statusnya dalam berbuat harus tetap dipertanggungjawabkan di depan hukum yang berlaku di Indonesia.

Pasal 2 ayat 1Sebelum Amandemen: Kelemahan dari ayat ini adalah anggota MPR yang berasal dari golongan-golongan daerah bisa saja tidak sesuai dengan kualifikasi yang diminta untuk duduk di kursi MPR.Sesudah Amandemen: Kelebihan dari amandemen ayat ini adalah anggota DPD yang akan duduk di MPR haruslah melalui pemilihan umum sehingga bukan asal pilih saja.Pasal 3 ayat 1Sebelum Amandemen: MPR hanya berperan untuk menetapkan UUD dan GBHN. Pengubahan UUD bukan menjadi hak MPR.Sesudah Amandemen: MPR bisa melakukan perubahan pada UUD, selain menetapkannya. Apabila dipandang suatu pasal tidak sesuai dengan zaman, maka MPR bisa melakukan perubahan sesuai dengan UU yang berlaku.Pasal 3 ayat 2Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: MPR berwenang sebagai lembaga yang melantik presiden dan wakil presiden saja, karena sebelumnya MPR juga memilih, mengangkat, dan memberhentikan presiden dan wakil presiden.Pasal 3 ayat 3Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: MPR hanya berwenang untuk memakzulkan presiden dan wakil presiden berdasarkan UUD, dengan alasan presiden/wapres itu gagal dalam melaksanakan pemerintahan. Mereka tidak berwenang untuk memilihnya.Pasal 5 ayat 1Sebelum Amandemen: Presiden memiliki hak penuh untuk membentuk UU dengan persetujuan DPR sehingga dengan demikian UU yang dibentuk itu pasti bisa disahkan.Sesudah Amandemen: Presiden hanya berhak untuk membuat dan mengajukan RUU kepada DPR untuk kemudian dibahas dan disahkan. Kelebihan dari pengubahan ini adalah RUU yang sebelum dijadikan UU bisa dilakukan wacana terlebih dahulu, apakah sesuai dengan kondisi yang ada di masyarakat.Pasal 6 ayat 1Sebelum Amandemen: Latar belakang presiden Indonesia pada saat itu hanya disebutkan harus orang Indonesia tanpa menjelaskan syarat yang lebih jelas lainnya.Sesudah Amandemen: Sesudah amandemen latar belakang seorang presiden semakin dipertegas dengan beberapa syarat, seperti harus mampu melaksanakan tugas kepresidenan secara jasmani dan rohani.Pasal 6 ayat 2Sebelum Amandemen: Presiden dipilih langsung oleh MPR dengan suara terbanyak tanpa adanya campur tangan rakyat, sehingga rakyat tak pernah tahu bagiamana sosok/figur yang akan menjadi pemimpin negara waktu itu.Sesudah Amandemen: Syarat-syarat untuk menjadi presiden dan wapres diatur oleh UU sehingga sesuai dengan ketentuan UU, maka dalam hal ini masyarakat Indonesia berhak untuk memilih presiden serta wapres, tanpa ikut campur MPR secara langsung.Pasal 6A ayat 1Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: Di sini menegaskan tentang hak pilih rakyat dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung, sehingga hal ini tentu berbeda dengan masa Orde Baru saat era kepemimpinan mantan Presiden Soeharto.Pasal 6A ayat 2Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: Calon Presiden dan Wakilnya merupakan usulan dari satu parpol ataupun gabungan beberapa parpol (koalisi) sebelum dilaksanakan pemilihan umum.Pasal 6A ayat 3Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: Ayat ini membahas mengenai syarat sah untuk menjadi seorang Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan jumlah suara yang diperolehnya pada saat pemilu, yakni lebih dari 50% secara nasional dan lebih dari 20% di tiap provinsi di Indonesia.Pasal 6A ayat 4Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: Apabila dalam penghitungan ditemukan suara yang terbanyak yang sama pada dua calon pasangan presiden dan wapresnya, maka akan dilaksanakan pemilu ulang dengan calon para pemenang suara pertama dan kedua tersebut oleh rakyat secara langsung.Pasal 6A ayat 5Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: Syarat-syarat untuk menjadi seorang Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjutnya akan diterangkan di undang-undang yang berlaku.Pasal 7Sebelum Amandemen: Presiden memiliki hak untuk diangkat kembali sebagai presiden dalam jangka 5 tahun kepemerintahan dan selanjutnya bisa dipilih kembali tanpa batas yang ada. Hal ini bisa saja membuat seorang Presiden untuk mencalonkan dirinya berkali-kali atau selamanya.Sesudah Amandemen: Presiden memiliki hak kepemerintahan sebanyak dua kali masa jabatan yang masing-masing berjangka 5 tahun untuk dipilih oleh masyarakat Indonesia secara langsung. Hal ini diharapkan bisa menghilangkan kepemerintahanabadi.Pasal 7ASebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: MPR dengan usul DPR bisa saja memberhentikan jabatan seorang Presiden maupun Wakil Presiden apabila dia terbukti telah melakukan pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan serta tindakan pidana berat lainnya ataupun sudah tidak memenuhi syarat-syarat untuk menjadi seorang Presiden ataupun Wakil Presiden lagi.Pasal 7B ayat 1Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: Sebelum memberikan usulan kepada MPR untuk memberhentikan seorang Presiden ataupun Wakil Presiden yang terbukti salah melakukan tindakan semacam korupsi, penyuapan, dan semacamnya, maka DPR terlebih dahulu mengajukan permintaan ke MK sebelum memutuskan apakah Presiden atau Wapres tersebut terbukti melakukan tindakan tersebut.Pasal 7B ayat 2Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: DPR memiliki fungsi pengawasan terhadap kinerja seorang Presiden beserta Wakil Presidennya, dan apabila terbukti salah satunya ataupun keduanya melakukan kesalahan, maka DPR telah menjalankan fungsi pengawasannya.Pasal 7B ayat 3Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: Sebelum mengajukan permintaan untuk memberhentikan seorang presiden atau wapresnya yang terbukti melakukan kesalahan ke MK, DPR haruslah melakukan sidang & mendapatkan suara paling tidak 2/3 dari anggotanya dan anggota yang hadir dalam sidang paling tidak sebanyak 2/3 dari keseluruhannya untuk bisa mengajukan permintaan pemberhentian presiden / wapres.Pasal 7B ayat 4Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: MK diberi waktu paling lambat 90 hari untuk memeriksa, mengadili, dan memutus usulan DPR setelah MK menerima usulan permintaan pemberhentian presiden atau wakilnya.Pasal 7B ayat 5Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: Apabila MK telah menemukan bahwa usul yang disampaikan DPR itu benar mengenai kesalahan-kesalahan yang dilakukan presiden atau wakilnya dan menyetujuinya, maka DPR berhak untuk meneruskan usul pemberhentian itu ke MPR.Pasal 7B ayat 6Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: Setelah menerima persetujuan dari MK dan mendapat tembusan dari DPR, maka MPR berhak menyelenggarakan sidang dan memutuskannya paling lambat 30 hari setelah usul dari DPR tersebut diterima MPR.Pasal 7B ayat 7Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: Presiden atau wakil presiden yang terbukti bersalah akan korupsi/suap/tindakan tercela lainnya diberi hak untuk menyampaikan penjelasannya di sidang paripurna MPR sebelum MPR melakukan penghitungan suara dari anggotanya dengan jumlah anggota yang hadir paling tidak dan jumlah suara paling tidak sebanyak 2/3 dari yang hadir itu.Pasal 7CSebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: Presiden tidak meiliki hak untuk membekukan ataupun membubarkan DPR karena DPR adalah lembaga wakil rakyat yang berfungsi utuk melaksanakan fungsi pengawasannya terhadap kinerja pemerintah.

Pasal 8 ayat 1Sebelum Amandemen: Wakil presiden memiliki hak untuk menggantikan posisi presiden apabila ada kondisi tertentu yang menghalanginya untuk berhenti bertugas. Wakil presiden tersebut akan menggantikannya sampai habisSesudah Amandemen: Wakil Presiden berhak menggantikan posisi presiden dalam menjalankan tugasnya sampai masa presiden yang mangkat itu habis, bukannya sampai masa seumur hidupPasal 8 ayat 2Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)Sesudah Amandemen: Apabila terjadi kekosongan jabatan wakil presiden yang disebabkan oleh sakit/meninggal dunia/sebab lainnya, maka MPR akan menyelenggarakan rapat sidang untuk membahas dua calon wapres yang sebelumnya diusulkan oleh presidenPasal 8 ayat 3Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)Sesudah Amandemen: Apabila terdapat keadaan di mana presiden & wakil presiden secara bersama-sama tidak bisa melaksanakan kewajibannya, maka pelaksana tugas kepresidenan yang terdiri dari Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan berkewajiban melaksanakan tugas kepresidenan untuk sementara. Sedangkan MPR diberi hak selambat-lambatnya 30 hari untuk melakukan sidang dalam penentuan Presiden dan Wakil Presiden baru dengan calon yang diusulkan oleh dua partai politik yang menduduki posisi dua dan tiga pada pemilihan umum sebelumnya. Calon Presiden dan Wakil Presiden yang terpilih itu nantinya akan bekerja selama masa jabatan Presiden yang berhalangan sebelumnya.Pasal 9 ayat 1Sebelum Amandemen: Presiden diterangkan dalam janjinya untuk menjalankan peraturan dengan seluas-luasnya tanpa batas yang nyata. Sehingga, hal ini membuat suatu kelemahan pada citra Presiden tanpa memandang rakyatSesudah Amandemen: Janji presiden sesudah amandemen berubah yang dicirikan dengan Presiden menjalankan peraturan selurus-lurusnya dengan UU sehingga diharapkan tidak terjadi penyelewengan kekuasaanPasal 9 ayat 2Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)Sesudah Amandemen: Sumpah yang diucapkan oleh Presiden dan wakilnya haruslah disaksikan oleh MPR dihadapan MA, apabila MPR atau DPR tidak bisa mengadakan sidang. Dengan demikian, kesaksian oleh mereka bisa dibenarkanPasal 11 ayat 2Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)Sesudah Amandemen: Dalam pembuatan perjanjian Internasional dengan negara lain yang berdampak pada perekonomian rakyat, Presiden haruslah melakukan perundingan/pembahasan dengan DPRPasal 11 ayat 3Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)Sesudah Amandemen: Segala ketentuan mengenai Perjanjian Internasional diatur oleh Undang-Undang yang berlakuPasal 13 ayat 2Sebelum Amandemen: Presiden berhak menerima duta dari negara lain tanpa melalui pertimbangan siapapun.Sesudah Amandemen: Setelah diamandemen, ayat 2 mempertegas ayat pertama dalam hal pengangkatan duta negara lain tapi harus melalui perundingan dengan DPRPasal 13 ayat 3Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)Sesudah Amandemen: Amandemen pada ayat 3 lebih mempertegas ayat 2 namun dengan perbedaan dalam penempatan duta negara lain yang perlu memperhatikan usulan/melalui perundingan dengan DPR.Pasal 14 ayat 1Sebelum Amandemen: Presiden berhak memberikan grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi kepada siapapun yang dikehendakinya.Sesudah Amandemen: Pemberian grasi dan rehabilitasi oleh Presiden kepada orang tertentu harus melalui pertimbangan Mahkamah Agung sehingga dengan demikian Presiden tidak sewenang-wenang dalam memberikan grasi dan semacamnya.Pasal 14 ayat 2Sebelum Amandemen: Presiden berhak memberikan grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi kepada siapapun yang dikehendakinya.Sesudah Amandemen: Pada ayat 2, pemberian amnesti dan abolisi oleh Presiden harus melalui pertimbangan DPR, bukannya MA.Pasal 15Sebelum Amandemen: Presiden berhak kapanpun dan sesuai dengan kemauannya memberikan gelar, tanda jasa, dan tanda-tanda kehormatan kepada siapapun.Sesudah Amandemen: Sesudah amandemen, Presiden dalam memberikan gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan kepada seseorang haruslah sesuai dengan perundangan yang berlaku.Pasal 16 ayat 1Sebelum Amandemen: Susunan Dewan Pertimbangan Agung ditetapkan sesuai dengan perundangan yang berlaku di Indonesia.Pasal 16 ayat 2Sebelum Amandemen: DPA berkewajiban memberikan jawab kepada Presiden dan memajukan usul kepada pemerintah.Pasal 16 ayat 1 dan 2Sesudah Amandemen: Sesudah amandemen, Presiden berhak mengangkat DPA yang memiliki tugas untuk memberikan nasehat dan pertimbangan kepada Presiden sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Dengan demikian, pasal 16 ayat (1) dan (2) sesudah amandemen dilebur menjadi satu tapi dirubah dalam hal konten.Pasal 17 ayat 2Sebelum Amandemen: Presiden memiliki hak untuk mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri yang membantunya dalam bertugas.Sesudah Amandemen: Sesudah amandemen, tidak ada perubahan pada ayat 2 ini secara kontekstualPasal 17 ayat 3Sebelum Amandemen: Sebelum era reformasi, menteri-menteri bekerja memimpin departemen pemerintahan.Sesudah Amandemen: Sesudah amandemen, para menteri membidangi dalam urusan tertentu kepemerintahan.Pasal 17 ayat 4Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran jajaran dalam kementrian sesudah amandemen harus disesuaikan/diatur dalam undang-undang yang berlaku. Bukan sepenuhnya ada di tangan Presiden.Pasal 18 ayat 1Sebelum Amandemen: Pembagian daerah-daerah di Indonesia, baik besar ataupun kecilnya tidak hanya didasarkan pada undang-undang yang berlaku di Indonesia tetapi juga harus berdasarkan asas permusyawaratan yang berlaku pada sistem pemerintahan yang ada. Selain itu hak-hak untuk membentuk daerah-daerah istimewa di Indonesia, seperti Yogyakarta juga harus dipertimbangkan.Sesudah Amandemen: Ayat ini mempertegas struktur provinsi. Provinsi terdiri dari kabupaten dan kota serta kesemuanya diatur dalam perundangan yang berlaku.Pasal 18 ayat 2Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: Pemerintah daerah provinsi, kabupaten maupun kota memiliki hak untuk mengurusi daerahnya sendiri menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.Pasal 18 ayat 3Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: Di setiap pemerintahan daerah provinsi, kabupaten maupun kota memiliki DPRD di tiap tingkatannya, tetapi para anggotanya harus dipilih melaui pemilihan umum.Pasal 18 ayat 4Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: Gubernur, Bupati, dan Walikota harus dipilih berdasarkan pemilihan umum yang diselenggarakan di provinsi, kabupaten ataupun kota secara demokratis sehingga peran serta masyarakat sangat menentukan dalam pemilukada ini, selain pilpres.Pasal 18 ayat 5Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: Pemda dapat menjalankan otonomi daerah seluas-luasnya, semisal tambang yang berfungsi demi kemaslahatan penduduk di situ namun masih dalam pengawasan pemerintah pusat dan juga pajak daerah. Namun, urusan pusat bukanlah perhatian dari Pemda.Pasal 18 ayat 6Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: Pemda bisa membuat peraturan daerahnya sendiri demi kepentingan otonomi daerah dan tugas pembantuan. Peraturan lainnya juga termasuk hak otonomi daerah. Semuanya berfungsi untuk memajukan kesejahteraan penduduk di dalamnya.Pasal 18 ayat 7Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: Penyelenggaraan pemerintah daerah untuk lebih lanjut diatur dalam undang-undang, termasuk susunan dan tata cara penyelenggaraannya.Pasal 18A ayat 1Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: Mengatur hubungan wewenang antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah (Pemprov, Pemkab, Pemkot) yang sesuai dengan undang-undang dengan memperhatikan kehususan dan keistimewaan yang dimiliki oleh tiap daerah di Indonesia. Dengan demikian, tidak akan terjadi kebebasan yang tidak bertanggungjawab di Pemda karena kesalahan pemahaman otonomi daerah dan tidak adanya pemantauan dan kendali dari Pemerintah Pusat.Pasal 18A ayat 2Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: Mengatur masalah pemanfaatan sumberdaya alam antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat demi kepentingan bersama, meskipun pemda diberikan hak otonomi untuk mengelola sumberdaya yang terkandung di daerahnya masing-masing. Sumberdaya alam yang ada di Indonesia sendiri dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat bersama, bukan hanya miliki suatu daerah tertentu secara penuh.Pasal 18B ayat 1Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: Satuan-satuan pemerintah daerah yang bersifat khusus ataupun istimewa akan diakui oleh Pemerintah Pusat, seperti Satpol PP dan Kepolisian Pamong Praja. Namun, semuanya juga harus diatur dengan Undang-Undang yang berlaku.Pasal 18B ayat 2Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA).Sesudah Amandemen: Adat istiadat yang berkembang di Indonesia, seperti kesatuan masyarakat adat suku Bali, Kekeratonan Surakarta/Ngayogyakarta, dll secara resmi mendapat pengakuan dari Negara, tetapi harus berdasarkan prinsip yang berlaku di NKRI ini, dan yang terutama mengutamakan asas Ketuhanan.Secara Umum, kelemahan UUD 1945 adalah sebagai sebuah konstitusi yang dibuat secara darurat dan terkesan buru-buru, UUD 1945 memiliki kelemahan yang cukup mendasar. Kita ketahui bahwa UUD 45 yang hanya berisi 37 pasal itu terlalu sederhana untuk sebuah konstitusi bagi Negara sebesar dan seberagam Indonesia. Hal ini bukannya tanpa disadari oleh para pembuatnya. Mereka berpendapat bahwa pelaksanaan UUD 1945 bisa diatur lebih lanjut dalam Undqang-Undang(UU).Apabila para pembuat Undang-Undang tidak memilki visi, semangat dan cita-cita yang sama dengan para pembuat UUD 1945 akan membahayakan kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Oleh karena kondisi inilah yang membuka peluang terjadinya pratik penyimpangan dan kesewenang-wenangan presiden selaku pembuat undang-undang. Presiden pun bisa berkelit bahwa undang-undang yang ia buat merupakan amanat UUD 1945.Kelemahan UUD 1945 yang lain adalah belum secar tegas mengatur kehidupan yang demokratis, supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia, dan otonomi daerah. Konstitusi kita tersebut juga tidak mengatur peamberdayaan rakyat sehingga terjadi kesenjangan social ekonomi. Praktik monopoli, oligopoly, dan monopsoni tumbuh dengan subur tanpa kendali.Kelemahan UUD 1945 yang lain yaitu sifatnya yang otoriter. Bersifat otoriter Ini dapat dilihat dari periodisasi berlakunya UUD 1945 yang berlaku dalam tiga periode sajarah politik dan ketatanegaraan di Indonesia.1. Periode 1945-1959Demokrasi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di bawah sistem Parlementer. Pada periode ini berlaku 3 UUD yang berbeda yaitu UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, dan UUDS 1950. Dari ukuran-ukuran umum tentang bekerjanya demokrasi (misalnya diukur dari peran parlemen, kebebasan pers, peran parpol dan netralitas pemerintah pada periode demokrasi tumbuh subur meski berlaku tiga UUD yang berbeda.2. Periode 1959-1966Demokrasi dikatakan mati sebab dengan demokrasi terpimpim tampil secara sangat otoriter yang ditandai dengan pembuatan Pempres di bidang hukum, pembubaran lembaga perwakilan rakyat, pembredelan pers secara besar-besaran, penangkapan tokoh-tokoh politik tanpa prosedur hukum, dan sebagainya. Pada periode ini berlaku UUD 1945 berdasarkan dekrit Presiden 5 Juli 1945 yang dituangkan di dalam Kepres No. 150 dan ditempatkan di dalam Lembaran Negara No. 75 tahun 1959.3. Periode 1966-1998Demokrasi tidak dapat hidup dengan wajar karena demokrasi dibatasi dan diatur dengan UU tetapi isi UU itu melanggar substansi demokrasi. Akibatnya tidak ada kontrol yang kuat terhadap pemerintah, pemeran utama politik nasional adalah militer dengan sutradara utamanya Presiden Soeharto, dan KKN merajalela sampai menjerumuskan Indonesia ke dalam krisis multidimensi sulit diatasi.Kelebihan UUD 1945 adalah pada sifatnya, yaitu1. UUD 1945 bersifat supel (elastis) Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat itu terus berkembang dan dinamis. Negara Indonesia akan terus tumbuh dan berkembang seiring dengan perubahan zaman. 2. Rigid Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dari peraturan perundang-undangan yang lain.BAB IIIPENUTUP

3.1 KESIMPULANUndang-undang dasar adalah suatu naskah yang memaparkan kerangka dan tugas - tugaspokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan cara kerjabadan-badan tersebut. undang-undang dasar adalah suatu naskah yang memaparkan kerangka dan tugas tugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan cara kerjabadan-badan tersebut. Suatu negara membutuhkan sebuah Undang Undang untuk mengatur segala sesuatu di negara itu dengan mematuhi norma-norma. Kedudukan UUD 1945 sebagai dasar norma dan hukum dasar. UUD 1945 bersifat supel (elastis) dan rigid. Undang-undang adalah peraturan perundang-undangan yang tertinggi di Negara Republik Indonesia, yang didalam pembentukannya dilakukan oleh dua lembaga, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat dengan Persetujuan Presiden. Ada tiga syarat kekuatan berlakunya undang-undang yaitu : kekuatan berlaku yuridis, sosiologis dan filosofis. UU berfungsi menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang tegas-tegas menyebutnya, pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya dalam Batang Tubuh UUD 1945. Pengaturan lebih lanjut dalam ketetapan MPR yang tegas-tegas menyebutnya. Pengaturan di bidang materi konstitusi, seperti organisasi, Tugas dan Wewenang Susunan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara. UUD 1945 memiliki beberapa kelemahan yaitu bersifat otoriter, dibuat dengan terburu-buru dan belum secara tegas mengatur kehidupan yang demokratis, supremasi hukum, penghormatan HAM, dan otonomi daerah. Oleh karena itu perlu diadakan amandemen UUD 1945. Amandemen UUD 1945 adalah semangat menyempurnakan, memperjelas, memperbaiki kesalahan, dan melakukan koreksi terhadap pasal-pasal yang ada tanpa harus melakukan perubahan terhadap hal-hal yang mendasar dalam UUD 1945 itu sendiri. Sampai saat ini UUD 1945 telah diamandeman sebanyak 4 kali.

DAFTAR PUSTAKA

Airan, Helmi.2012.Analisis UUD 1945 Sebelum dan Sesudah Amandemen Pasal 1 sampai dengan Pasal 18.https://helmiairan.wordpress.com/2012/10/19/analisisuud1945/. Diakses pada selasa, 24 maret 2015 pukul 15.00 WIB

Dahlan, Thoib. 2011. Ketatanegaraan Indonesia pasca Amandemen UUD 1945. Jakarta: pintuonline.

Hatimah , husnul. 2014. Amandemen Undang-Undang Dasar 1945. Denpasar : Universitas Udayana.

JCT. Simorangkir. 1970.Tentang dan Sekitar UUD45, Pen, Jambatan, Jakarta.Pasaribu, Rowland Bismark Fernando. 2013.Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan.R.H. Purnomo. 1982. Pengimplementasian UUD45, Pen, Seko ABRI, Bandung. Fahrian, Rizki.2012.Latar Belakang Perubahan UUD 1945. http://rizkifahrian09.blogspot.com/2012/10/latar-belakang-perubahan-uud-1945.html.

DAFTAR PUSTAKA

Airan, Helmi.2012.Analisis UUD 1945 Sebelum dan Sesudah Amandemen Pasal 1 sampai dengan Pasal 18.https://helmiairan.wordpress.com/2012/10/19/analisisuud1945/. Diakses pada selasa, 24 maret 2015 pukul 15.00 WIB

Dahlan, Thoib. 2011. Ketatanegaraan Indonesia pasca Amandemen UUD 1945. Jakarta: pintuonline.

Hatimah , husnul. 2014. AMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR 1945. Denpasar : Universitas Udayana.

JCT. Simorangkir. 1970.Tentang dan Sekitar UUD45, Pen, Jambatan, Jakarta.Pasaribu, Rowland Bismark Fernando. 2013.Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan.R.H. Purnomo. 1982. Pengimplementasian UUD45, Pen, Seko ABRI, Bandung. Fahrian, Rizki.2012.Latar Belakang Perubahan UUD 1945. http://rizkifahrian09.blogspot.com/2012/10/latar-belakang-perubahan-uud-1945.html.