makanan jajanan

Upload: retno-kusmilarsih

Post on 04-Nov-2015

65 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

makalah gizi tentang makanan jajanan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangKeberhasilan pembangunan suatubangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yangberkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisikyang tangguh, mental yang kuat, kesehatanyang prima, serta cerdas. Pembangunankesehatan sebagai bagian dari upayamembangun manusia seutuhnya antara laindiselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin. Gizi merupakan salah satu penentu bagi pencapaian peningkatan kualitas SDM dan mempengaruhi kelangsungan hidup manusia (Siagian, 2011).Pengetahuan merupakan faktor intern yang mempengaruhi pemilihan makanan jajanan. Pengetahuan ini khususnya meliputi pengetahuan gizi, kecerdasan, persepsi, emosi, dan motivasi dari luar (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan dan pengetahuan merupakan faktor tidak langsung yang mempengaruhi perilaku seseorang. Pengetahuan yang diperoleh seseorang tidak terlepas dari pendidikan. Pengetahuan gizi yang ditunjang dengan pendidikan yang memadai, akan menanamkan kebiasaan dan penggunaan bahan makanan yang baik. Ibu yang mempunyai pengetahuan luas tentang gizi, maka dapat memilih dan memberi makan anaknya dengan lebih baik. Peran orang tua terutama ibu, untuk mengarahkan anaknya dalam pemilihan makanan jajanan cukup besar (Mahfoedz.,Suryani, 2007).Aspek negatif makanan jajanan yaitu apabila dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan terjadinya kelebihan asupan energi. Sebuah studi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa anak mengonsumsi lebih dari sepertiga kebutuhan kalori sehari yang berasal dari makanan jajanan jenis fast food dan soft drink sehingga berkontribusi meningkatkan asupan yang melebihi kebutuhan dan menyebabkan obesitas.6 Masalah lain pada makanan jajanan berkaitan dengan tingkat keamanannya. Penyalahgunaan bahan kimia berbahaya atau penambahan bahan tambahan pangan yang tidak tepat oleh produsen pangan jajanan adalah salah satu contoh rendahnya tingkat pengetahuan produsen mengenai keamanan makanan jajanan. Ketidaktahuan produsen mengenai penyalahgunaan tersebut dan praktik higiene yang masih rendah merupakan faktor utama penyebab masalah keamanan makanan jajanan.7Pemilihan makanan jajanan merupakan perwujudan perilaku. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku berupa faktor intern dan ekstern.9 Faktor yang mempengaruhi pemilihan makanan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu faktor terkait makanan, faktor personal berkaitan dengan pengambilan keputusan pemilihan makanan, dan faktor sosial ekonomi.10Pengetahuan merupakan faktor intern yang mempengaruhi pemilihan makanan jajanan. Pengetahuan ini khususnya meliputi pengetahuan gizi, kecerdasan, persepsi, emosi, dan motivasi dari luar.9 Pendidikan dan pengetahuan merupakan faktor tidak langsung yang mempengaruhi perilaku seseorang.11 Pengetahuan yang diperoleh seseorang tidak terlepas dari pendidikan. Pengetahuan gizi yang ditunjang dengan pendidikan yang memadai, akan menanamkan kebiasaan dan penggunaan bahan makanan yang baik. Ibu yang mempunyai pengetahuan luas tentang gizi, maka dapat memilih dan memberi makan anaknya dengan lebih baik. Peran orang tua terutama ibu, untuk mengarahkan anaknya dalam pemilihan makanan jajanan cukup besar.11,12Anak balita merupakan salah satu golongan penduduk yang rawan terhadap masalah gizi. Mereka mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai. Bila sampai terjadi kurang gizi pada masa balita dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan mental (Tarigan, 2003).B. Rumusan Masalah1. Apakah ada hubungan pengetahuan ibu tentang gizi seimbang dengan Pemilihan makanan jajanan pada anak balita di wilayah posyandu .?2. Apakah ada hubungan persepsi ibu tentang gizi seimbang dengan Pemilihan makanan jajanan pada anak balita di wilayah posyandu .C. Tujuan1. Tujuan UmumMengetahui hubungan pengetahuan dan persepsi ibu tentang gizi seimbang dengan pemilihan makanan jajanan pada anak balita di wilayah posyandu2. Tujuan Khususa. Mendeskripsikan pengetahuan ibu tentang gizi seimbang di wilayah posyandub. Mendeskripsikan persepsi ibu tentang gizi seimbang di wilayah posyanduc. Mendeskripsikan pemilihan makanan jajanan pada anak balita di wilayah posyandud. Menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi seimbang dengan pemilihan makanan jajanan pada anak balita di wilayah posyandue. Menganalisis hubungan antara persepsi ibu tentang gizi seimbang dengan pemilihan makanan jajanan pada anak balita di wilayah posyandu

D. Manfaat1. Bagi PenelitiHasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengetahuan dan persepsi ibu tentang gizi seimbang dan pemilihan makanan jajanan pada anak balita

2. Bagi MasyarakatPenelitian ini di harapkan dapat di gunakan sebagai bahan informasi dan masukan bagi ibu-ibu dalam meningkatkan pengetahuan dan persepsi tentang gizi seimbang dengan pemilihan makanan jajanan pada balita di wilayah posyandu.

3. Bagi Peneliti LanjutanMenjadi data dasar untuk penelitian selanjutnya mengenai pemilihan makanan jajanan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka1. Pemilihan Makanan JajananAda banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan makan pada anak baik faktor internal maupun faktor eksternal.

Faktor dari makanan yang mempengaruhi pemilhan makan diantaranya yaitu rasa, porsi dan tekstur. Anak-anak peka terhadap rasa pahit dan mempunyai kesukaan terhadap rasa manis yang merupakan pembawaan sejak lahir ( Smialkova, 2010 ). Rasa tertentu seperti manis dan gurih akan mendorong anak untuk menyukai salah satu jenis makanan dan minuman ( Robinson,dkk., 2007 ). Pengawasan orang tua terhadap pemilihan makanan anaknya mungkin dilakukan dengan beberapa cara : (1) tidak membelikan apa yang anak mereka inginkan, (2) membelikan namun tetap membatasi akses mereka terhadap makanan tersebut ketika dirumah, (3) beberapa orang tua coba memberikan pendidikan, melakukan perundingan atau pemaksaan dan (4) orang tua lainnya mempertimbangkannya untuk alasan kesehatan ( Fiates, Amboni, Teixeira, 2008 ).a. Pengertian Makanan Cepat Saji ( Fast Food )Makanan cepat saji (fast food) adalah makanan yang tersedia dalam waktu cepat dan siap disantap, seperti fried chiken, hamburger atau pizza. Mudahnya memperoleh makanan siap saji di pasaran memang memudahkan tersedianya variasi pangan sesuai selera dan daya beli. Selain itu, pengolahan dan penyiapannya lebih mudah dan cepat, cocok bagi mereka yang selalu sibuk ( Sulistijani, 2001).Kehadiran makanan cepat saji dalam industri makanan di Indonesia juga bisa mempengaruhi pola makan kaum remaja di kota. Khususnya bagi remaja tingkat menengah ke atas, restoran makanan cepat saji merupakan tempat yang tepat untuk bersantai.Makanan di restoran fast food ditawarkan dengan harga terjangkau dengan kantong mereka, servisnya cepat dan jenis makanannya memenuhi selera. Makanan cepat saji umumnya mengandung kalori, kadar lemak, gula dan sodium (Na) yang tinggi tetapi rendah serat, vitamin A, asam akorbat, kalsium dan folat. Makanan cepat saji adalah gaya hidup remaja (Khomsan, 2004).Keberadaan restoran-restoran fast food yang semakin menjamur di kota-kota besar di Indonesia, yang menyajikan berbagai makanan siap saji yang dapat berupa makanan tradisional Indonesia (seperti restoran padang) dan makanan barat (Kentucy fried chicken, California fried chicken) yang terkenal dengan ayam gorengnya, disamping jenis makanan yang tidak kalah popular seperti Burger, Pizza, Sandwich, dan sebagainya. Dengan manajemen yang handal dan juga dilakukannya terobosan misalnya pelayanan yang praktis, desain interior restoran dibuat rapi, menarik dan bersih tanpa meninggalkan unsur kenyamanan, serta rasanya yang lezat membuat mereka yang sibuk dalam pekerjaanya memilih alternatif untuk mengkonsumsi jenis fast food, karena lebih cepat dan juga mengandung gengsi bagi sebagian golongan masyarakat. Bahkan di hari libur pun biasanya banyak keluarga yang memilih makanan diluar dengan jajanan fast food (Khomsan, 2004). Makanan cepat saji seperti fried chicken dan French fries, sudah menjadi jenis makanan yang biasa dikonsumsi pada waktu makan siang atau makan malam remaja di enam kota besar di Indonesia seperti di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Denpasar. Menurut penelitian tersebut 15-20% remaja di Jakarta mengkonsumsi fried chicken dan burger sebagai makan siang dan 1-6% mengonsumsi pizza dan spaggethi. Bila makanan tersebut sering dikonsumsi secara terus-menerus dan berlebihan yang dapat mengakibatkan gizi lebih (Mujianto dkk, 1994).Makanan cepat saji mempunyai kelebihan yaitu penyajian cepat sehingga hemat waktu dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, tempat saji dan penyajian yang higienis, dianggap makanan bergengsi, makanan modern, juga makanan gaul bagi anak muda. Makanan cepat saji yang dimaksud adalah jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri psengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut.

b. Kandungan Gizi Fast FoodSecara umum makanan cepat saji mengandung kalori, kadar lemak, gula dan sodium (Na) yang tinggi tetapi rendah serat, vitamin A, asam akorbat, kalsium dan folat. Dan berikut ini gambaran kandungan nilai gizi dari beberapa jenis makanan cepat saji yang saat ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena pengaruh trendglobalisasi :

1) Komposisi gizi Pizza (100 g) Kalori (483 KKal), Lemak (48 g), Kolesterol (52 g), Karbohidrat (3 g), Gula (3 g), Protein (3 g).2) Komposisi gizi Hamburger (100 g) Kalori (267 KKal), Lemak (10 g), Kolesterol (29 mg), Protein (11 g), Karbohidrat (33 g), Serat kasar (3 g), Gula (7 g).3) Komposisi gizi Donat (I bh = 70 g) Kalori (210 Kkal), Lemak (8 g), Karbohidrat (32 g), Serat kasar (1 g), Protein (3 g), Gula (11 g), Sodium (260 mg).4) Komposisi gizi Fried Chicken (100 g) Kalori (298 KKal), Lemak (16,8 g), Protein (34,2 g), Karbohidrat (0,1 g). 5) Siomay 170 gr 162 kalori 6) Mie bakso sepiring 400 kalori 7) Chicken nugget 6 potong:250 kalori, protein 15,5%, lemak 9,7%, karbohidrat 66,7%8) Mie Instant (1 bungkus) 330 Kalori 9) Kentang goreng mengandung 220 kalori (Muliany, 2005).

c. Dampak Negatif Makanan Cepat SajiBerbagai dampak atau pengaruh negative dari makanan siap saji (fast food) adalah sebagai berikut :1) Meningkatkan Risiko Serangan Jantung Kandungan kolesterol yang tinggi pada makanan cepat saji dapat mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah. Pembuluh darah yang tersumbat akan membuat aliran darah tidak lancar yang dapat mengakibatkan terjadinya serangan jantung koroner. 2) Membuat Ketagihan Makanan cepat saji mengandung zat aditif yang dapat membuat ketagihan dan merangsang untuk ingin terus memakannya sesering mungkin.3) Meningkatkan Berat Badan Jika suka mengonsumsi makanan cepat saji dan jarang berolahraga, maka dalam beberapa minggu tubuh akan mengalami penambahan berat badan yang tidak sehat. Lemak yang di dapat dari mengonsumsi makanan cepat saji tidak digunakan dengan baik oleh tubuh jika tidak berolahraga. Lemak inilah yang kemudian tersimpan dan menumpuk dalam tubuh.

4) Meningkatkan Risiko Kanker Kandungan lemak yang tinggi yang terdapat dalam makanan cepat saji dapat meningkatkan risiko kanker, terutama kanker payudara dan usus besar.5) Memicu Diabetes Kandungan kalori dan lemak jenuh yang tinggi dalam makanan cepat saji akan memicu terjadinya resistensi insulin yang berujung pada penyakit diabetes. Resistensi insulin terjadi ketika sel-sel tubuh tidak merespon insulin sehingga menurunkan penyerapan glukosa yang menyebabkan banyak glukosa menumpuk di aliran darah.6) Memicu Tekanan Darah Tinggi Garam dapat membuat masakan menjadi jauh lebih nikmat. Hampir semua makanan makanan cepat saji mengandung garam yang tinggi. Garam mengandung natrium, ketika kadar natrium dalam darah tinggi dan tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal, volume darah meningkat karena natrium bersifat menarik dan menahan air. Peningkatan ini menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh yang menyebabkan tekanan darah tinggi.Bahaya makanan cepat saji yang telah dijabarkan oleh peneliti ilmiah dari beberapa ilmiah pakar serta pemerhati nutrisi adalah sebagai berikut: 1) Sodium (Na)Konsumsi Natrium tidak boleh kebanyakan terdapat didalam tubuh kita. Untuk ukuran orang dewasa, sodium yang aman jumlahnya tidak boleh lebih dari 3300 mg. Inilah sama dengan 1 3/5 sendok teh. Sodium yang banyak terdapat dalam makanan cepat saji dapat meningkatkan aliran dan tekanan darah sehingga bisa membuat tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi juga akan berpengaruh munculnya gangguan ginjal, penyakit jantung dan stroke. Lemak jenuh yang juga banyak terdapat dalam makanan cepat saji, yang berbahaya bagi tubuh karena zat tersebut merangsang organ hati untuk memproduksi banyak kolesterol. Kolesterol sendiri didapat dengan dua cara, yaitu oleh tubuh itu sendiri dan ada juga yang berasal dari produk hewani yang kita makan dan dimasak terlalu lama. Kolesterol banyak terdapat dalam daging, telur, ayam, ikan, mentega, susu dan keju. Bila jumlahnya banyak, kolesterol dapat menutup saluran darah dan oksigen yang seharusnya mengalir ke seluruh tubuh. Tingginya jumlah lemak jenuh dalam makanan cepat saji akan menimbulkan kanker, terutama kanker usus dan kanker payudara. Kanker payudara merupakan pembunuh terbesar setelah kanker usus. Lemak dari daging, susu, dan produk-produk susu merupakan sumber utama dari lemak jenuh.2) GulaSelain itu, beberapa menu dalam restoran fast food juga mengandung banyak gula. Gula, terutama gula buatan, tidak baik untuk kesehatan karena dapat menyebabkan penyakit gula atau diabetes, kerusakan gigi dan obesitas. Minuman bersoda, cake, dan cookies mengandung banyak gula dan sangat sedikit vitamin serta mineralnya. Minuman bersoda mengandung paling bayak gula, sedangkan kebutuhan gula dalam tubuh tidak boleh lebih dari 4 g atau satu sendok teh sehari (Septiani, 2011).

2. Penilaian Pola Konsumsi MakanPenilaian konsumsi makan adalah salah satu metode yang digunakan dalam pemantauan status gizi. Metode pengukuran konsumsi makanan tingkat individu terdiri dari lima metode yaitu metode Food recall 24 jam, Metode estimated food records, Metode penimbangan makanan (food weighing), Metode dietary history, Metode frekuensi makanan (food frequency).Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun. Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu. Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden.Metode ini digunakan untuk mengetahui pola konsumsi pangan dari seseorang yakni mengetahui daftar jenis pangan yang dimakan dan frekuensi orang tersebut mengkonsumsi makanannya (Yuniastuti, 2008).

3. BalitaBalita atau dikenal juga anak prasekolah adalah anak yang berusia antara 1-5 tahun, sedangkan usia sekolah adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Pertumbuhan balita yang biasanya bertepatan dengan periode peningkatan masukan dan nafsu makan. Ketika memasuki periode pertumbuhan yang lebih lambat, masukan dan nafsu makan seorang anak juga akan berkurang. Adanya variasi dalam hal nafsu makan dan asupan makanan pada anak usia sekolah harus dipahami oleh para orang tua agar dapat memberikan respon yang baik terhadap setiap kondisi yang terjadi pada anak (Sulistyoningsih, 2011)4. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2007).Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang peran makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dimakan sehingga tidak menimbulkan penyakit, serta cara mengolah makanan agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat (Notoatmodjo, 1993). Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari merupakan sebab penting dari gangguan gizi (Suhardjo 2003).Menurut Notoatmodjo (2003), Pengetahuan ibu dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya tingkat pendidikan ibu, paparan informasi atau media masa. Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan melalui proses belajar. Dengan pengetahuan yang dimiliki manusia akan dapat menganalisa permasalahan atau objek yang dihadapi dengan pola pikir yang logis dan rasional.Menurut Suhardjo (2003 ), tingkat Pengetahuan Gizi ibu Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan yaitu: a) Status gizi cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. b) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal. c) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi.

5. PersepsiPersepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi. Dengan persepsi individu menyadari dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitar maupun tentang hal yang ada didalam diri individu yang bersangkutan (Sunaryo, 2002). Sedangkan menurut Walgito (2004) persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses pengindraan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra atau juga disebut proses sensory. Namun proses tersebut tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi.

Menurut Sobur (2003), proses persepsi terdiri dari :a) Proses menerima rangsangan. Proses pertama dalam persepsi individu akan menerima rangsangan dari berbagai sumber. Kemudian data diterima melalui panca indra sehingga seseorang dapat melihat sesuatu, mendengar, mencium, merasakan, atau meyentuhnya. b) Proses menyeleksi rangsangan Setelah menerima rangsangan kemudian diseleksi. Tidaklah mungkin untuk memperhatikan semua rangsangan yang telah diterima. Demi menghemat perhatian yang digunakan rangsangan-rangsangan tersebut diseleksi dan disaring untuk proses lebih lanjut. c) Proses pengorganisasian Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisasian rangsangan yaitu pegelompokan, bentuk timbul dan latar, kemampuan persepsi. d) Proses penafsiran Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima kemudian akan menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Setelah data tersebut ditafsirkan, maka telah dapat diakatakan sudah terjadi persepsi. Karena persepsi pada dasarnya memberikan arti kepada barbagai informasi yang diterima. e) Proses pengecekan Setelah data diterima dan ditafsirkan, sipenerima mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Proses pengecekan ini mungkin terlalu cepat dan orang lain mungkin tidak menyadarinya. Penafsiran ini dapat dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau ersepsi dibenarkan atau sesuai dengan hasil proses selanjutnya. f) Proses reaksi Proses terakhir dari proses perceptual adalah bertindak sehubungan dengan apa yang telah diserap. Hal ini biasanya dilakukan jika seseorang berbuat sesuatu sehubungan dengan persepsinya.Menurut Pareek (Sobur, 2003) Faktor utama yang menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi antara lain :a) Perhatianterjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian. Tidak semua stimulus yang ada disekitar kita dapat kita tangkap semuanya secara bersamaan, perhatian kita hanya tertuju pada satu atau dua obyek yang menarik bagi kita. b) Kebutuhankebutuhan akan menyebabkan stimulus dapat masuk dalam rentang perhatian kita dan kebutuhan ini akan menyebebkan kita mengintrprestasikan stimulus secara berbeda. c) Kesediaanmerupakan harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul agar memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih efisien sehingga kan lebih baik apabila orang tersebut telah siap terlebih dulu. d) Sistem nilaisistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat akan berpengaruh terhadap persepsi seseorang.

6. Gizi SeimbangIlmu gizi merupakan suatu cabang pengetahuan yang khusus mempelajari hubungan antara makanan dan kesehatan tubuh. Ilmu gizi tidak terbatas pada masalah bagaimana pengaruh makanan dalam tubuh, namun banyak hal-hal lain yang dipelajari dalam ilmu gizi, yaitu : keadaan-keadaan yang ditimbulkan oleh masuknya makanan ke dalam tubuh, cara untuk mencegah terjadinya kekurangan unsur-unsur makanan maupun faktor-faktor yang dapat menyebabkan seseorang tidak cukup memperoleh zat-zat makanan yang diperlukan tubuh (Moehji S, 2002).Gizi berasal dari bahasa arab Al Gizzai yang artinya makanan dan manfaat untuk kesehatan. Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari cara memberikan makanan yang sebaik-baiknya agar tubuh selalu dalam kesehatan yang optimal (Azwar, 2004).Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi individu dalam satu hari yang beraneka ragam dan mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur sesuai dengan kebutuhan tubuhnya ( Paath dkk, 2005).Kebutuhan gizi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Pemenuhan kebutuhan gizi pada anak haruslah seimbang di antara zat gizi lain, mengingat adanya berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan gizi yang tidak seimbang seperti tidak suka makan, tidak mau atau tidak mampu untuk makan padahal yang tidak disukai makanan tersebut mengandung zat gizi yang seimbang (Hidayat, 2004).Pola konsumsi pangan yang bermutu gizi seimbang mensyaratkan perlunya diversifikasi pangan dalam menu sehari-hari. Ini berarti menuntut adanya ketersediaan sumber tenaga (karbohidrat dan lemak), sumber zat pembangun (protein), dan sumber zat pengatur (vitamin dan mineral). Pangan yang beraneka ragam sangat penting karena tidak ada satu jenis pangan apapun yang dapat menyediakan gizi bagi seseorang secara lengkap (Khomsan, 2004).Menurut Khomsan (2004), Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) telah diperkenalkan kepada masyarakat beberapa tahun yang lalu, PUGS adalah dietary guidelines yang berisi petunjuk-petunjuk rinci tentang cara memperbaiki pola konsumsi pangan sehingga kita terhindar dari masalah gizi lebih ataupun kurang. Sementara itu, Empat Sehat Lima Sempurna adalah food guide atau petunjuk umum tentang ragam makanan yang sebaiknya kita konsumsi.Menurut Depkes RI (2014), 10 Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yaitu :a) Syukuri dan nikmati aneka ragam makanan b) Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan c) Biasakan mengkonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi d) Biasakan mengkonsumsi anekaragam makanan pokok e) Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak f) Biasakan sarapan g) Biasakan minum air putih yang cukup dan amanh) Biasakan membaca label pada kemasan pangan i) Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalirj) Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan normalBerikut ini adalah beberapa alasan mengapa diperlukan adanya pedoman gizi seimbang yang dikemukakan oleh Soekirman (2000), yaitu :a) Manusia memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, bergerak dan memelihara kesehatan. Kebutuhan akan zat gizi tidak sama bagi semua orang, tetapi tergantung pada umur, jenis kelamin, dan pekerjaan. Keseimbangan jumlah dan jenis zat gizi yang dibutuhkan berbagai kelompok orang ditetapkan oleh kelompok pakar dalam suatu daftar yang dikenal sebagai Angka Kecukupan Gizi (AKG), dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Recommended Dietary Allowances (RDA). b) Manusia makan makanan, tidak makan zat gizi. c) Dalam menyusun pedoman gizi seimbang tidak semata-mata memperhatikan zat gizi untuk memenuhi AKG tetapi juga mempertimbangkan fungsi makanan yang lebih luas. d) Gizi seimbang memerlukan keanekaragaman makanan oleh karena tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan manusia, kecuali air susu ibu (ASI).e) Terjadinya transisi epidemiologi masalah gizi dari hanya masalah gizif) Kurang ke masalah gizi ganda yaitu gizi kurang dan gizi lebih.g) Kemajuan ilmu dan teknologi pangan.h) Kemajuan teknologi juga berpengaruh terhadap pola hidup. i) Makan dan pola makan yang mengandung aspek budaya , etnik, agama, sosial dan ekonomi.j) Kemajuan teknologi komunikasi

7. Pola konsumsi makanMenurut Suhardjo et al (1986: 13), Cara yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial disebut pola makan. Ia juga disebut kebiasaan makanan, kebiasaan makan atau pola pangan.Seorang anak punya kecenderungan untuk memilih makanan yang disukai saja. Oleh karena itu kebiasaan makan yang baik perlu ditanamkan sejak usia dini. Untuk itu peran orang tua untuk mengawasi pola konsumsi anak menjadi sangat penting. Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Yayuk Farida Baliwati. dkk, 2004 : 69).Santosa dan Ranti (2004 : 89) mengungkapkan bahwa pola makan merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.Pendapat dua pakar yang berbeda-beda dapat diartikan secara umum bahwa pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan dan frekuensi makan yang berdasarkan pada faktor-faktor sosial, budaya dimana mereka hidup.

B. Kerangka Teori

Pemilihan Makanan

Karakteristik lingkungan :Keluarga Pendidikan orang tuaPreferensi orang tuaPengetahuan ibuSikap ibuPerilaku ibuSosial ekonomi keluargaKetersesiaan makananTeman sebayaMedia Karakteristik makanan :Jenis makananRasa Tekstur Porsi Karakterisitik Individu :Umur Jenis KelaminPengalaman makananPersepsi

Gambar 1. Kerangka Teoritis Penelitian(Modifikasi dari Birch dan Fisher (1998), Hoerr,dkk (2002), dan patrick dan Nicklas (2005), Skinner,dkk (2002), Sanjur (1982), Devi (2004), Ismail (1999), Ardiarini and Gunanti (2005), Story Neumark-Sztainer & French (2002) )

C. Kerangka Konsep

Pengetahuan Gizi Seimbang Ibu

Pemilihan Makanan Jajanan

Persepsi Gizi Seimbang Ibu

Gambar 2. Kerangka Konsep

D. Hipotesis1. Ada hubungan pengetahuan ibu tentang gizi seimbang dengan pemilihan makanan jajanan pada anak balita di wilayah posyandu1. Ada hubungan persepsi ibu tentang gizi seimbang dengan pemilihan makanan jajanan pada anak balita di wilayah posyandu

BAB 3METODE PENELITIAN

A. Jenis PenelitianJenis penelitian ini bersifat observasional dengan pendekatan crosssectional. Jenis penelitian ini akan mengambil variable bebas (pengetahuan dan persepsi ibu tentang gizi seimbang ) maupun variable terikat (pemilihan makanan jajanan) dalam satuan waktu yang sama. B. Lokasi dan Waktu Penelitian1. LokasiPenelitian ini dilaksanakan di Posyandu Gilingan Surakarta dengan alasan tempat tersebut belum pernah dilakukan penelitian mengenai pemilihan makanan jajanan pada anak balita2. WaktuPenelitian ini dilakukan selama bulan

C. Populasi dan Sampel1. PopulasiPopulasi penelitian ini adalah ibu balita di wilayah posyandu,,, Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak balita di Kelurahan......, Kecamatan ....., Kabupaten Sukoharjo. Pengambilan populasi dimulai dengan mengumpulkan ibu yang mempunyai anak balita (2-5 tahun) yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

2. SampelSampel adalah bagian dari populasi yang telah dipilih dengan cara tertentu yang dianggap mewakili jumlah populasi. Langkah langka dalam pengambilan sampel sebagai berikut:a. Menentukan karakteristik Inklusi dan EksklusiSampel dalam penelitian ini adalah Ibu dari balita yang berada di wilayah posyandudengan kriteria sampel sebagai berikut:1) Kriteria Inklusia) Ibu bersedia menjadi respondenb) Anak tinggal bersama ibu nya2) Kriteria Eksklusia) Ibu tidak mengembalikan kuesionerb) Ibu tidak mengisi kuesioner dengan lengkapb. Jumlah SampelUkuran sampel minimal pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus (Lemeshow, 1997)

c. Cara pengambilan sampelSampel dalam penelitian ini diambil secara Random Sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa melihat strata yang ada dalam populasi. Setiap subyek dalam sampel mempunyai peluang yang sama. Caranya yaitu dengan mengundi semua populasi kemudian mengacak dari seluruh responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dengan system undian. Undian yang jatuh pertama adalah responden pertama dan seterusnya sampai diperoleh jumlah sampel yang ditetapkan.

D. Variabel Penelitian1. Variabel BebasPengetahuan dan persepsi ibu tentang gizi seimbang2. Variabel TerikatPemilihan makanan jajanan

E. Devinisi OperasionalTabelDefinisi OperasionalVariable Definisi operasional Skala

Pemilihan makanan jajananJenis dan frekuensi makanan jajanan balita sehari yang di ukur dengan Kuesioner yang berisikan.....pernyataan dengan lima kemungkinan jawaban menurut skala Likert. Pada pernyataan positif, nilai 4 bila sangat setuju (SS), nilai 3 bila setuju (S), nilai 2 bila ragu- ragu (R), nilai 1 bila tidak setuju (TS), nilai 0 bila sangat tidak setuju (STS). Pada pernyataan negatif nilai 4 bila sangat tidak setuju (STS), 3 bila tidak setuju (TS), 2 bila ragu-ragu (R), 1 bila setuju (S), 0 bila sangat setuju (SS).Rasio

Pengetahuan gizi ibu

Pemahaman dan pengetahuan ibu yang mempunyai Balita dalam menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh penulis mengenai pengertian Gizi seimbang, PUGS ( Pedoman Umum Gizi Seimbang ). Data tentang pengetahuan dikumpulkan melalui kuesioner dengan jumlah pernyataan 15 soal dengan tipe soal pernyataan tertutup dengan 2 alternatif jawaban yaitu benar dan salah. Setiap jawaban responden yang benar diberi nilai 1 dan salah diberi nilai 0. Rasio

Persepsi ibuPandangan ibu tentang gizi seimbang yang di ukur dengan Kuesioner yang berisikan 10 pernyataan dengan lima kemungkinan jawaban menurut skala Likert. Pada pernyataan positif, nilai 4 bila sangat setuju (SS), nilai 3 bila setuju (S), nilai 2 bila ragu- ragu (R), nilai 1 bila tidak setuju (TS), nilai 0 bila sangat tidak setuju (STS). Pada pernyataan negatif nilai 4 bila sangat tidak setuju (STS), 3 bila tidak setuju (TS), 2 bila ragu-ragu (R), 1 bila setuju (S), 0 bila sangat setuju (SS).

F. Pengumpulan Data1. Jenis DataBerdasarkan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari :a. Data Primer meliputi : Identitas Responden, Karakteristik responden, Pengetahuan tentang gizi seimbang, Persepsi tentang gizi seimbang, Pemilihan makanan jajananb. Data Sekunder meliputi : data yang diperoleh dari kantor Kelurahan mengenai gambaran umum lokasi yang berupa data monografi dan demografi, data dari Dinkes Sukoharjo berupa prevalensi pengetahuan ibu tentang gizi seimbang, Pemilihan makanan jajanan dan data mengenai jumlah balita di Posyandu Gilingan

2. Alat dan Instrumen Pengambilan Dataa. Alat1) Kuesioner untuk mendapatkan identitas responden2) Form kuesioner tentang pengetahuan3) Form kuesioner tentang persepsi4) Form kuesioner frekuensi dan jenis makanan jajanan5) Software Statistic

b. Instrumen1) Pengetahuan2) Persepsi3) Uji reliabilitas instrumena) Indeks daya beda itemAdalah Ukuran yang menunjukkan reliabilitas instrumen yang diukur menggunakan korelasi setiap item dengan totalnya.b) Konsistensi internal3. Cara Pengambilan Dataa. Data Primer meliputi :1) Data responden diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner.2) Data pengetahuan ibu tentang gizi seimbang diperoleh dengan mengisi kuesioner.3) Data persepsi ibu tentang gizi seimbang diperoleh dengan dengan mengisi kuesioner.4) Data Pemilihan makanan jajanan diperoleh dengan melakukan Food Frequency Quesioner yang meliputi frekuensi dan jenis makanan jajanan selama.secara langsung pada responden.

b. Data Sekunder meliputi : gambaran umum posyandu dan jumlah balita yang tinggal di wilayah..

4. Jalannya Penelitiana. Survei Pendahuluan Jalannya Penelitian

Pembuatan proposal

Persetujuan dan pengesahan pembimbing

Pengambilan data

Perizinan pengambilan data

Data identitasKuesioner pengetahuanWawancara respondenFFQ

G. Pengolahan Data1. Tahapan pengolahan dataa. EditingMelakukan koreksi terhadap data identitas responden, kelengkapan pengisian kuesioner tentang pengetahuan dan persepsi, kelengkapan pengisian form kuesioner frekuensi dan jenis makanan jajanan.b. CodingPemberian kode dalam penelitian ini dilakukan untuk memudahkan proses pendeskripsian hasil variabel sebagai berikut :1) Pengetahuan Ibu

Tabel Coding Pengetahuan IbuKode Kategori kriteria

1Baik Jawaban benar 16-20 ( 76-100 % )

2Cukup Jawaban benar 12-15 ( 56-75 % )

3Kurang Jawaban benar 0-11 ( 0-55% )

Sumber : Nursalam, 2008

2) Persepsi ibu3) Pemilihan makanan jajanan

c. Cleaning Melakukan pengoreksian kembali setiap variabel pengetahuan dan persepsi ibu, form pemilihan makanan jajanan terisi lengkapd. TabulatingMenyusun data dengan cara mengorganisasikan data, sehingga mudah untuk dijumlah, disusun, dan diselesaikan dalam bentuk tabel atau grafik.H. Analisis Data1. Analisis UnivariatMembuat frekuensi pada variable yang diteliti. Data yang telah terkumpul dari penelitian disusun dalam tabulasi dengan presentasi yang telah dikelompokkan berdasarkan pengetahuan ibu tentang gizi seimbang, persepsi ibu tentang gizi seimbang dan kebiasaan konsumsi junk food.

2. Analisi BivariatAnalisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variable bebas dan variable terikat. Sebelum melakukan analisis bivariate terlebih dahulu dilakukan uji kenormalan data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai p 0,05. Pada analisis bivariate jika data berdistribusi normal untuk mengetahui hubungan