makna logo unisba
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap perusahaan atau instansi tentu saja memiliki ciri khas tertentu. Ciri
khas yang ditunjukkan oleh organisasi biasanya berupa hal- hal yang dapat dilihat
dan diperhatikan oleh masyarakat secara umum. Ciri khas yang mampu
membangun image organisasi yang paling mudah diperhatikan adalah logo
organisasi itu sendiri. Logo dianggap sebagai peranan penting dalam
mencerminkan image organisasi karena fungsinya sebagai simbol utama dalam
menggambarkan visi dan misi organisasi.
Seiring perkembangan zaman, peranan logo kian penting bagi suatu
organisasi dan tentu saja dianggap sebagai suatu kewajiban dalam membangun
image suatu organisasi. organisasi yang lekat untuk selalu berusaha dan berupaya
agar organisasi mampu mencapai tujuan, salah satunya melalui peran logo.
Penggunaan logo bagi suatu organisasi atau perusahaan adalah pencerminan dari
hal-hal yang ideal, yaitu ruang lingkup kerja, visi dan misi, serta budaya
organisasi. Logo merupakan penterjemahan dari ide-ide yang abstrak disingkat
menjadi sesuatu yang nyata, dan berperan sebagai wajah dari organisasi tersebut.
Unisba lahir atas gagasan para tokoh umat Islam dan tuntutan masyarakat
Jawa Barat akan adanya perguruan tinggi yang bernafaskan Islam dan melahirkan
intelektual muslim. Cikal bakal unisba diwakili dengan lahirnya Perguruan Islam
1
tinggi (PIT) pada tanggal 15 Novermber 1958, yang berada dibawah naungan
Yayasan Pendidikan Islam (YPI). Fakultas yang pertama didirikan adalah fakultas
syari’ah pada tahun 1958, kemudian fakultas ushuluddin dan fakultas Tarbiyah
pada tahun 1961.
Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 1967 PIT berubah menjadi
uiversitas islam kiansantang. Kemudian pada tahun 1969 diganti menjadi
Universitas Islam Bandung (UNISBA) dan selanjutnya berturut – turut didirikan
Fakultas Hukum (1971), Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (1979) sekarang
MIPA, dan fakultas psikologi (1973), Fakultas teknik (1973), fakultas ekonomi
(1979), fakultas ilmu komunikasi (1982) serta pada tahun 2004 fakultas
kedokteran secara resmi berdiri menjadi fakultas di unisba.
Tujuan pendidikan di Unisba adalah mewujudjan mujahid (pejuang),
mujtahid (peneliti), dan mujaddid (pembaharu) dalam suatu masyarakat ilmiah
yang islami. Maka dalam poses pembelajaran banyak dimuati pendidikan
keislaman yaitu Pendidikan Agama Islam setiap semester, Mentoring Agama
Islam, Pesntren mahasiswa dan pesantren Sarjana.
Lambang Unisba adalah gambar Ka’bah yang berwarna hitam berbentuk
bujur sangkar terdiri atas tiga bagian dengan sususan 3/16 bagian atas warna
hitam. 1/16 bagian tengah berwarna putih, dan 12/16 bagian bawah berwarna
hitam, dilingkari dengan tulisan UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG berwarna
hitam. Masing-masing komponen ini memiliki makna filosofis yang massif dan
signifikan.
2
Dengan itu Mahasiswa Muslim terutama Mahasiwa Unisba harus mampu
menjaga citra positif dari KA’BAH.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dengan itu
penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
“Makna Ka’bah sebagai logo Universitas Islam Bandung dalam Budaya
Perusahaan (Corporate Culture)”.
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis dapat
mengidentifikasikan masalah makna Ka’bah sebagai logo Universitas Islam
Bandung, sebagai berikut :
1. Bagaimana ikon yang terdapat pada Ka’bah sebagai logo Universitas
Islam Bandung?
2. Bagaimana indeks yang terdapat pada Ka’bah sebagai logo Universitas
Islam Bandung?
3. Bagaimana simbol yang terdapat pada Ka’bah sebagai logo Universitas
Islam Bandung?
3
1.4 Pembatasan Masalah
Agar penelitian sistematis secara prosedur dan masalah yang menjadi
fokus penelitian tidak meluas, maka penulis memberikan batasan sebagai
berikut :
1. Hal yang dijadikan penelitian adalah lambang Ka’bah sebagai logo
Universitas Islam Bandung dengan semboyan ‘’Mujahid, Muztahid, dan
Mujadid. Selain Lambang ka’bah juga terdapat tulisan melingkar
Universitas Islam Bandung.. Representasi dari latar belakang masyarakat
yang berbeda-beda.
2. Penelitian menggunakan metode kualitatif mengenai tanda Ka’bah
sebagai logo Universitas Islam Bandung dengan pendekatan semiotika :
ikon, indeks, simbol.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui ikon Ka’bah sebagai logo Universitas Islam Bandung.
2. Untuk mengetahui indeks Ka’bah sebagai logo Universitas Islam
Bandung.
3. Untuk mengetahui simbol Ka’bah sebagai logo Universitas Islam
Bandung
4
1.6 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian dalam fenomena ini, adalah sebagai
berikut :
Kegunaan penelitian secara Teoritis
1. Memberikan penjelasan secara kongkrit mengenai makna Ka’bah kepada
masyarakat terutama para mahasiswa dan khususnya mahasiswa
Universitas Islam Bandung.
2. Menambah dan memperluas wacana semiotika mengenai Ka’bah yang
notabene adalah dasar agama Islam.
Kegunaan penelitian secara Praktis
1. Penggunaan Ka’bah oleh lembaga yang terkait, dapat lebih dipahami
esensinya secara lebih mendalam.
2. Makna Ka’bah dapat dihayati dan diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari oleh seluruh mahasiswa.
1.7 Pengertian Istilah
Adapun penggunaan kata-kata yang belum dimengerti, dengan itu penulis
memberikan penjelasan secara eksplisit agar tidak terjadi kebingungan :
Lambang merupakan simbol dari identitas diri (baik individu maupun
kelompok).
5
Interpretasi adalah pemberian kesan, pendapat, atau suatu pandangan
teoritis terhadap sesuatu, singkatnya yaitu penafsiran seseorang atau
pengamatan tentang objek peristiwa yang diperoleh lalu disimpulkan dan
menafsirkannya serta membiarkan makna inderawi (sensor stimuli).
(Rakhmat, 1994:51)
Semiotik : Segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem tanda dan
lambang dalam kehidupan manusia.
Semiotika : Ilmu (teori) tentang lambang dan tanda (dalam bahasa, lalu
lintas, kode morse); semiologi ilmu tentang semiotik.
Analisis semiotik : Semiotika yang menganalisis sistem tanda. Pierce
menyatakan bahwasanya semiotik berobjekkan tanda dan
menganalisisnya menjadi ide, objek dan makna. Ide dapat dikatakan
sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam
lambang yang mengacu pada objek tertentu.
Ikon (icon) : Tanda yang berhubungan antara penanda dan petandanya
bersifat bersamaan bentuk alamiah, atau dengan kata lain, ikon adalah
hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan.
Indeks (index) : Tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah
antara tanda dan petanda yang bersifat kausalitas atau sebab-akibat, atau
tanda yang langsung mengacu pada kenyataan.
6
Simbol (symbol) : Tanda yang menunjukkan antara hubungan alamiah
antara penanda dan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbiter
atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) di masyarakat.
Budaya adalah keyakinan, sikap dan nilai-nilai yang dipegang dan ada
dalam sebuah organisasi. Furnham dan Gunter (1993)
1.8 Kerangka Pemikiran
Sebuah lembaga yang utuh sudah sepatutnya memiliki lambang lembaga.
Secara subtansif fungsinya adalah sebagai dasar, merepresentasikan mahasiswa
yang notabene adalah pemikir dan pejuang baik didalam dunia pendidikan
maupun di segi manapun.
Lembaga adalah suatu kelompok orang yang memiliki tujuan yang sama.
Baik dalam penggunaan sehari-hari maupun ilmiah, istilah ini digunakan dengan
banyak cara.
Makna Ka’bah secara spiritual, ka’bah menjadi semacam pusat medan
magnet dan titik fokus utama umat Islam dalam beribadah. Seperti layaknya
planet-planet yang menujukan titik fokusnya pada matahari yang berada di
tengah-tengah orbit dan bermilyar-milyar matahari menujukan titik fokusnya pada
black hole, maka manusia pun menjadikan ka’bah sebagai kiblat-sebagai titik
fokus utama dalam beribadah. Dalam orbitnya planet-planet tidak akan berputar
secara melenceng dari garis orbitnya, kecuali dia ingin bertabrakan dengan planet
7
lainnya dan hancur lebur. Maka manusia pun diharapkan juga begitu, berjalan
sesuai dengan garis orbitnya. Sudah sewajarnya jika Ka’bah dijadikan sebagai
patokan untuk berjalan sesuai orbit yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Sungguh
bukan suatu kebetulan jika planet-planet dan orang berthawaf memiliki satu
kesamaan, yakni berputar mengelilingi kiblatnya masing-masing dengan gerakan
yang seragam berlawanan arah dengan detak jarum jam.
Beranjak dari pengertian dan eksistensi Ka’bah sebagai dasar dari agama
Islam yang kemudian dikaitkan dengan pendekatan semiotika, yakni Ilmu (teori)
tentang lambang dan tanda (dalam bahasa, lalu lintas, kode morse, dsb) dengan
menggunakan teori Pierce, yaitu : ikon, indeks dan simbol, maka penulis
mengambil penelitian ini.
1.8.1 Kerangka Teoritis
Semiotika secara hakiki adalah sebuah pendekatan teoritis kepada
komunikasi dalam tujuannya untuk mempertahankan prinsip-prinsip terapan
secara luas. Sejak kemunculan Saussure dan Pierce, maka semiologi
menitikberatkan dirinya pada studi tentang tanda dan segala yang berkaitan
dengannya. Meskipun dalam semiotika Pierce masih ada kecenderungan
meneruskan tradisi Skolastik yang mengarah pada inferensi (pemikiran logis) dan
Saussure menekankan pada linguistik, pada kenyataannya semiologi juga
membahas signifikasi dan komunikasi yang terdapat dalam sistem tanda non
8
linguistik. Sementara itu, bagi Barthes (1988:179) semiologi hendak mempelajari
bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).
I.8.2 Teknik Analisis Semiotika
Dari batasan masalah, kerangka pemikiran serta kerangka teoritis yang
telah dibahas di atas, maka dalam penelitian ini hanya membatasi pada analisis
objek berdasarkan hubungan kenyataan yang menurut Pierce tanda dibagi menjadi
tiga bagian, yakni, icon (ikon), index (indeks) dan symbol (simbol).
1.9 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Metode kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah, disebut juga metode etnografi
karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang
antropologi budaya (Kuntjara, 2006:9). Berbeda dengan penelitian kuantitatif,
penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti atau data berdasarkan logika
matematis, prinsip angka, atau statistik.
Metode kualitatif juga digunakan untuk mengungkap dan memahami
sesuatu di balik fenomena yang sedikit belum diketahui, dan juga untuk
mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit diketahui. Karena tujuan
dari penelitan kualitatif adalah untuk memperoleh pemahaman yang otentik
mengenai pengalaman orang-orang. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Denzin
9
dan Lincoln (1994) : Penelitian kualitatif bersifat multi metoda dalam fokusnya,
menggunakan pendekatan naturalistik interpretif kepada subyek yang diteliti. Ini
berarti bahwa penelitian kualitatif mempelajari apapun di dalam setting
alamiahnya, dengan berusaha memberikan makna atau menafsirkan fenomena
menurut makna yang diberikan orang kepadanya (Rahmat, 2004:4).
Jalaluddin Rahmat mengklasifikasikan penelitian kualitatif, yang ia sebut
dengan Lima Strategi Penelitian Kualitatif, yaitu: Biografi, Fenomenologi,
Grounded Theory, Etnografi, dan Studi Kasus (Rahmat, 2004:9).
Penulis menggunakan metode semiotik analitik, yakni semiotik yang
menganalisa sistem tanda. Charles Sanders Pierce menyatakan bahwa semiotik
berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, objek dan makna. Ide dapat
dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam
lambang yang mengacu kepada objek tertentu. (Sobur, 2001:100).
Model analisis semiotika yang hubungan kenyataan dengan jenis dasarnya
berdasarkan:
1. Ikon: Sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa
dengan bentuk objeknya (terlihat pada gambar atau lukisan)
2. Indeks: Sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang
mengisyaratkan petandanya
3. Simbol: Sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh
kaidah secara konvensional telah lazim digunakan dalam masyarakat.
10
1.10 Teknik Pengumpulan Data
Adapun Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah
sebagai berikut :
Studi Kepustakaan
Mengumpulkan data dari berbagai literature, buku, tulisan, makalah,
internet, yang berkaitan dengan fenomena yang diteliti.
Wawancara
1.11 Organisasi Karangan
Didalam membuat sistematika penulisan ini, penulis memberikan
gambaran besar pembahasan yang dibagi kedalam beberapa bab disertai dengan
sub-sub bab, sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN, Didalamnya membahas mengenai, Latar
Belakang, Rumusan Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Tujuan
Penelitian, Kegunaan Penelitian, Pengertian Istilah, Kerangka Pemikiran,
Kerangka Teoritis, Teknik Analisis Semiotika, Metode Penelitian, Teknik
Pengumpulan Data, Organisasi Karangan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, Didalamnya membahas mengenai,
Pengertian Komunikasi, Teori Interaksi Simbolik, Simbol atau Lambang, Makna,
Budaya perusahaan, Semiotika versi Pierce.
11
BAB III PEMBAHASAN, Didalamnya membahas mengenai, Gambaran
Umum, Kilas Balik Ka’bah,makna lambang Unisba,lambang Unisba dalam
budaya perusahaan.
BAB IV PENUTUP, Didalamnya membahas mengenai, Kesimpulan dan
Saran mengenai fenomena yang diteliti, agar penelitian ini dapat valid (sah) sesuai
prosedur
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Interaksi Simbolik
Orang tergerak untuk bertindak berdasarkan makna yang diberikannya
pada orang, benda dan peristiwa. Makna-makan ini ciptakan dalam bahasa yang
digunakan orang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain maupun dengan
dirinya sendiri, atau pikiran pribadinya. Bahasa memungkinkan orang untuk
mengemabang perasaan mengenai diri dan untuk berinteraksi dengan orang
lainnya didalam sebuah komunikasi maupun cakupan yang lebih luas.
Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide mengenai diri dan
hubungannnya dengan masyarakat karena ide ini dapat diinterpretasikan secara
luas. Teori interasi simbolik berpegang bahwa individu membentuk makna
melalui proses komunikasi karena makna tidak bersifat intristik terhadap apapun.
Dibutuhkan interpretif di antara orang-orang untuk menciptakan makna. Bahkan
tujuan dari interaksi adalah untuk menciptakan makna yang sama. Hal ini penting
karena tanpa makna yang sama berkomunikasi akan menjadi sangat sulit.
Tiga asumsi mengenai Interaksi Simbolik :
Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang
diberikan orang lain pada mereka.
13
Makna diciptakan dalam interaksi antarmanusia.
Makna dimodifikasi melalui proses interpretif.
Dilihat secara emprisis kemudian dirasionalkan ditataran kognisi dengan
persamaan persepsi mengenai sebuah simbol. Ketika sudah menghasilkan sebuah
konvensi (kesepakatan) maka akan dengan mudah untuk merealisasikan tujuan
bersama kedepannya. antarmanusia memaknai sebuah simbol demi kebutuhan
kolektif dijadikan sebuah patokan secara bersama. Berangkat dari itu semua,
bahwasanya resultansi positif diperoleh dari kesamaan interpretasi antarsesama
pada saat berinteraksi.
2.2. Pengertian Komunikasi
Sebelum lebih jauh mendefinisikan komunikasi alangkah baiknya jika kita
mengetahui terlebih dahulu asal kata komunikasi itu sendiri. Istilah komunikasi
berasal dari perkataan latin cummunis, yang berarti membuat kebersamaan antara
2 orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akhir kata dalam bahasa latin
communico, artinya membagi (Sendjaja Sasa D, PIK, 33).
Komunikasi adalah suatu proses, dalam proses komunikasi ini paling tidak
melibatkan empat komponen, yaitu: sumber, pesan, saluran, dan penerima.
Adapun beberapa pengertian komunikasi:
1. Pengertian Komunikasi secara Etimologis
14
Menurut asal katanya (etimologis), istilah komunikasi berasal dari bahasa
latin yaitu communicatio yang bersumber pada kata communis. Communis di sini
berarti sama dengan makna mengenai suatu hal. Jadi komunikasi dapat
berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna
mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.
2. Pengertian Komunikasi secara Terminologis
Yaitu berarti “proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang
kepada orang lain”. (Effendy, 1986:4). Dalam arti komunikasi yang terjadi
melibatkan sejumlah orang di mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang
lain. Dengan demikian komunikasi yang dimaksudkan adalah komunikasi
manusia (human communication) atau yang seringkali disebut sebagai komunikasi
sosial (social communication).
3. Pengertian Komunikasi secara Paradigmatis
Sedangkan pengertian komunikasi secara paradigmatis adalah bersifat
intensional, mengandung tujuan. Jadi, “komunikasi adalah proses penyampaian
pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah
sikap, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung
melalui media”. (Effendy, 1986:5).
Dari definisi yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikatakan bahwa
komunikasi merupakan aktivitas manusia sebagai makhluk sosial. Dalam aktivitas
komunikasi terjadi pengoperan lambang-lambang, baik berbentuk lisan ataupun
tulisan, verbal atau non verbal yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan dan
15
pengertian bersama. Yang pada hakikatnya adalah proses pernyataan manusia.
Komunikasi juga bertujuan mengubah tingkah laku orang lain, meliputi perubahan
pengetahuan dan sikap/tingkah laku.
Sifat komunikasi yang omnipresent (Mulyana, 2002:8), menjadikan
komunikasi hadir di mana-mana. Komunikasi di sini tidak selalu diartikan atau
dilakukan secara tatap muka dengan orang lain, namun dapat juga dilakukan
dengan perantaraan media. Sering juga hal ini disebut dengan proses komunikasi
secara sekunder (Effendy, 1993:9-10).
2.3. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-
pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua
peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis
komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam
kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi
dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.
Klasifikasi pesan nonverbal.
Jalaludin Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal
sebagai berikut:
16
Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang
berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan
pesan postural.
Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling
sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan,
kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers (1976)
menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut :
a. Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan
taksenang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek
penelitiannya baik atau buruk
b. Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain
atau lingkungan
c. Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi situasi; d.
Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap
pernyataan sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau
kurang pengertian.
Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata
dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.
17
Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang
dapat disampaikan adalah:
a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap individu
yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan
kesukaan dan penilaian positif
b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda
dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan
postur orang yang merendah
c. Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada
lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda
mengungkapkan sikap yang tidak responsif.
Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang.
Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita
dengan orang lain.
Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan
kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering
berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya
tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya
kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.
Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan
dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama
18
dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda.
Pesan ini oleh Dedy Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.
Pesan sentuhan dan bau-bauan.
Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan
membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan
emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda,
dan tanpa perhatian.Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah
berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan –menandai
wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan menarik
lawan jenis.
2.4. Simbol atau Lambang
Hampir setiap pernyataan manusia baik yang ditujukan untuk kepentingan
dirinya, maupun kepentingan orang lain dinyatakan dalam bentuk simbol.
Kemampuan manusia dalam menciptakan simbol membuktikan bahwa
manusia telah memiliki kebudayaan yang tinggi dalam berkomunikasi, mulai dari
simbol yang sederhana seperti bunyi dan isyarat, sampai kepada simbol yang
dimodifikasi dalam bentuk signal-signal melalui gelombang udara dan cahaya
seperti radio dan TV ( Cangara, 1998: 102 ).
19
Secara etimologis simbol berasal dari bahasa yunani sym-ballein yang
berarti melemparkan bersama suatu (benda, perbuatan) dikaitkan dengan suatu ide
(Hatoko&Rahmanto, 1998:133).
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, simbol atau lambang adalah
semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana dan sebagainya, yang menyatakan
sesuatu hal, atau mengandung maksud tertentu (2003:156).
Simbol merupakan hasil kreasi manusia dan sekaligus menunjukkan
tingginya kualitas budaya manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya
(Cangara, 1998:54)
Simbol dapat dinyatakan dalam bentuk lisan ataupun tulisan (verbal)
maupun melalui isyarat-isyarat tertentu (non-verbal). simbol terjadi berdasarkan
metomonim yakni nama untuk benda lain yang berasosiasi atau menjadi
atributnya (misalnya sikaca mata untuk orang suka memakai kacamata) dan
metafora, yakni pemakaian kata atau ungkapan lain untuk konsep atau obyek
berdasarkan kias atau persamaan (misalnya kaki meja, kaki gunung, berdasarkan
kias pada kaki manusia).
Simbol atau obyek atau peristiwa apapun yang menunjuk pada sesuatu.
Semua simbol melibatkan tiga unsur, yaitu : pertama simbol itu sendiri yang
meliputi yang dapat kita rasakan atau alami. kedua simbol rujukan adalah benda
yang menjadi rujukan simbol. Dan ketiga, hubungan antara simbol dengan
rujukan yaitu unsur ketiga dalam makna. (Spradley, 1997:134).
20
2.5. Makna
Simbol membawa pernyataan dan diberi makna oleh penerima, oleh
karena itu memberi makna terhadap suatu simbol yang digunakan dalam
komunikasi bukanlah hal yang mudah, melainkan sesuatu persoalan yang cukup
rumit. Sebuah pesan disampaikan dengan simbol yang sama, bisa saja berbeda
makna bilamana individu yang menerima pesan itu berbeda makna dalam
kerangka berpikir dan kerangka pengalaman.
Proses pemberian makna pada simbol-simbol yang digunakan dalam
berkomunikasi, selain dipengaruhi oleh faktor budaya, juga faktor psikologis,
terutama saat pesan didecode oleh penerima ( Cangara, 1998: 54-55 ).
Manusialah yang memberi makna pada lambang komunikasi yang
digunakan. Sekali lambang komunikasi telah memiliki makna, maka ia melekat
terhadapnya. “makna adalah hubungan antara suatu obyek dengan lambangnya”
( Littlejohn, 1996: 64 ).
Makna muncul ketika lambang komunikasi yang mengacu pada suatu obyek
dipakai secara konsisten oleh para penggunanya. Menurut teori segitiga makna
dari pierce ( 1999 ), lambang komunikasi mengacu kepada sesuatu yang berada
diluar dirinya, yaitu obyek dan ini akan memiliki pengaruh pada pemikiran
pemakainya.
Hubungan antara bentuk pesan (lambang komunikasi) dengan makna
pesan dalam pikiran pemakainya menghasilkan dimensi-dimensi sebagai berikut
( Little john, 2002 ) :
21
1. Dimensi Referential (referen atau rujukan) : makna merujuk pada obyek
tertentu.
2. Dimensi Ekperiental (pengalaman dan pendidikan) : makna berkaitan
dengan pengalaman dan pendidikan pemakai atas obyek.
3. Dimensi Purposive (tujuan) : makna berkaitan dengan tujuan
pemakainya.
2.6. Budaya Perusahaan (Corporate Culture)
Budaya perusahaan atau organisasi adalah sebuah sistem makna bersama
yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu perusahaan atau
organisasi dari perusahaan atau organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna
bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh
perusahaan atau organisasi.
Teori – teori budaya organisasi menekankan pada cara-cara manusia
membentuk realitas organisasi sebagai penelitian tentang cara hidup organisasi.
Pendekatan ini melihat pada makna dan nilai anggota. Pendekatan ini menguji
cara individu menggunakan cerita, ritual, simbol dan kegiatan lain untuk
menghasilkan kembali pemahaman gerakan budaya organisasi telah sangat luas
menyentuh hampir semua aspek kehidupan organisasi.
22
Edgar Shein menggambarkan tiga tingkat budaya perusahaan:
1. Tingkatan Permukaan: budaya dilakukan dan diperkuat melalui
penampilan dan perilaku yang terlihat, seperti layout fisik kantor, aturan
berpakaian, struktur organisasi, kebijakan perusahaan, prosedur dan serta
sikap.
2. Tingkat Menengah: budaya diwujudkan melalui keyakinan dan nilai-nilai.
3. Tingkat Terdalam: budaya dimanifestasikan melalui asumsi dasar – lewat
proses pembelajaran, respon otomatis dan pendapat yang diberikan.
Setara dengan konsep kebudayaan pada umumnya, dalam terminologi
budaya perusahaan (corporate culture) menunjukkan bahwa suatu perusahaan
adalah “human institution” dan bukan semata sekumpulan instrumen seperti
misalnya: strategi, rencana jangka panjang, sistem dan prosedur. Suatu perusahaan
adalah sebuah masyarakat yang mempunyai nilai-nilai, simbol-simbol yang
dimengerti dan dipatuhi bersama, yang membuat komunitas dalam perusahaan
merasa satu keluarga dan mereka merasa berbeda dari orang-orang dari
perusahaan atau organisasi lainnya.
Kultur perusahaan merupakan pedoman bertingkah laku bagi orang-orang
di dalam perusahaan. Dalam perusahaan yang kulturnya kuat, pedoman itu
digariskan dengan jelas, dimengerti, dipatuhi, dan dilaksanakan oleh orang-orang
di dalam perusahaan sehingga orang-orang yang bekerja di perusahaan menjadi
sangat kohesif. Kultur perusahaan mempengaruhi segi-segi kehidupan dalam
perusahaan, dari cara berpakaian, cara bertegur sapa, cara pengambilan keputusan
23
sehari-hari, sampai dengan penyusunan strategi perusahaan. Karena pengaruhnya
yang sangat kuat dan mendalam, maka kultur perusahaan dipandang sebagai salah
satu faktor utama yang menentukan keberhasilan perusahaan.
Selanjutnya, budaya perusahaan dapat berperan sebagai petanda yang
menghasilkan perbedaan yang jelas antara satu organisasi dengan yang lainnya.
Budaya perusahaan juga membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota
organisasi, serta mempermudah timbulnya pertumbuhan komitmen pada sesuatu
yang lebih luas (komitmen lambaga) daripada kepentingan diri individual. Budaya
perusahaan yang kuat akan meningkatkan kemantapan sistem sosial suatu
organisasi. Agar budaya perusahaan tumbuh dan hidup pada setiap sumberdaya
insani suatu perusahaan, serta mampu menciptakan kekaguman bagi kolega
eksternalnya, maka rancangan Corporate Identity diharapkan mampu memberi
gambaran tentang eksistensi budaya perusahaannya.
2.7. Semiotika Versi Pierce
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metodelogi penelitian
kualitatif. Pada dasarnya penelitian ini meletakkan penekanan pada subyektifitas
untuk melakukan interpretasi terhadap persoalan yang dikajinya. Berarti, seperti
yang ditegaskan Dedy Mulayana penelitian ini mencari respons subyektif
individual. Metode ini juga seperti yang diungkapkan oleh Bodgan dan taylor,
(moleong, 1996:3), metodelogi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
24
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
atau perilaku yang diamati.
Hasil penelitian dari metodelogi kualitatif selalu terbuka untuk persoalan
baru. Ini sesuai dengan pandangan subyektif mengenai realitas sosial bahwa :
fenomena sosial senantiasa bersifat sementara, bahkan bersifat polisemik
(multimakna) dan tetap diasumsikan demikian hingga terjadi negosiasi berikutnya
untuk menetapkan status realitas tersebut (Dedy Mulyana 2001:34-35).
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, penelitian ini juga menggunakan
pendekatan teknik analisis semiotika yang dibatasi oleh pendapat pierce dengan
membagi tanda atas Icon (ikon), Index (indeks) dan Symbol (simbol). Meskipun
pada akhirnya berdasarkan berbagai klasifikasi, pierce membagi tanda menjadi
sepuluh jenis, yaitu : qualisign, iconic sinsign, rhematic indexial sinsign, discent
sinsign, iconic lesisign, rhematic indexial legisign, dicent indexial legisign,
rhematic symbol, dicent symbol dan argument. Namun, untuk mempermudah dan
membatasi masalah maka yang digunakan hanya tiga saja.
Semiotika dan semiologi berasal dari studi klasik dan skolastik atas seni
logika, retorika dan poetika. Akar namanya sendiri adalah “semeion” nampaknya
diturunkan dari kedokteran hipokratik atau asklepiadik dengan perhatiannya pada
simptomatologi dan diagnostik inferensial (Sinha, 1988:3). “Tanda” pada masa itu
masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain, contohnya asap
menandai adanya api, manusia hanya dapat berkomunikasi pada sarana tanda.
Dalam hal ini tanda yang dimaksud adalah semua hal yang diciptakan dan direka
25
sebagai bentuk penyampaian informasi yang memiliki makna tertentu. Terutama
tanda yang pernah diciptakan oleh manusia dalam upaya saling berbagi informasi
dan komunikasi antar sesama.
Pierce juga melihat tanda (representamen) sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari obyek referensinya serta pemahaman subyek atas tanda
(interpretant).’Tanda’ menurut pandangan pierce adalah“....something which
stands to somebody for something in some respect or capacity”. Tampak pada
definisi pierce ini peran ‘subyek’(somebody) sebagai bagian tak terpisahkan dari
pertandaan, yang menjadi landasan bagi semiotika komunikasi. ‘semiotika
komunikasi’ menurut Umberto Eco dalam A Theory of semiotics, adalah semiotika
yang menekankan aspek ‘produksi tanda’ (sign production), ketimbang ‘sistem
tanda’ (sign system). Sebagai sebuah mesin produksi ‘Tanda’ (labor), yang
memilih tanda dari bahan baku tanda-tanda yang ada dan mengkombinasikannya,
dalam rangka memproduksi sebuah ekspresi bahasa bermakna.
Pierce menggunakan istilah ikon untuk kesamaannya, indeks untuk
hubungan sebab-akibat dan simbol untuk asosiasi konvensional. Berbeda dengan
Ferdinand de Saussure (1857-1913) yang meyakini bahwa tanda dua sisi, pierce
berpendapat bahwa tanda dibentuk melalui hubungan segitiga atau Triangle
Meaning. Dan dalam penelitian ini penulis memilih segitiga makna dibawah ini
sebagai pisau bedah untuk penelitian (Sobur, 2001:87).
Pierce menciptakan segitiga makna (triangle meaning) :
26
Sign
Interpretan objek
Menurut pierce salah satu bentuk tanda adalah kata, sedangkan obyek
adalah yang dirujuk tanda, dan interpretan adalah tanda yang ada dalam benak
seseorang tentang obyek yang sedang dirujuk tanda. Apabila ketiga elemen itu
berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncul lah makna tentang sesuatu
yang dirujuk oleh tanda tersebut. hal itu di bedahdalam segitiga makna adalah
persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika digunakan
berkomunikasi.
Berdasarkan obyeknya pierce membagi hubungan tanda atas ikon, indeks,
dan simbol. Ikon adalah tanda yang hubungan antar penanda dan petandanya
bersifat bersamaan bentuk alamiah, dengan kata lain ikon adalah hubungan antara
tanda dan obyek atas acuan yang bersifat kemiripan, misalnya foto dan peta.
27
Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara
tanda dan petanda yang bersifat kausalitas atau sebab akibat, tanda yang mengacu
pada kenyataan, contoh asap sebagai tanda adanya api.
Tanda dapat pula sebagai denotatum melalui konvensi, tanda yang seperti
itu tanda konvensional yang biasa disebut dengan simbol. Jadi simbol adalah yang
menunjukan hubungan alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan
diantaranya bersifat arbiter/semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian
masyarakat) (Sobur 2003: 40-41).
28
BAB III
PEMBAHASAN OBYEK PENELITIAN
Logo Universitas Islam Bandung
Sebagai mahasiswa Universitas Islam Bandung dan sebagai umat Muslim
pasti tahu gambar diatas. Namun apakah benar-benar mengenal gambar tersebut ?
apabila ditanya itu gambar apa, tentu bisa menjawabnya. Namun apakah bisa
menjawabnya dengan benar mengenai gambar tersebut. siapakah perancangnya ?
apakah bisa menjelaskan secara rinci masing-masing komponen yang terdapat
pada gambar diatas ? maka dengan itu coba kita telaah satu persatu secara
mendalam.
3.1. Gambaran Umum
29
Gambar diatas merupakan lambang dari instansi atau lembaga pendidikan
Universitas Islam Bandung. Lambang Unisba adalah gambar Ka’bah yang
berwarna hitam berbentuk bujur sangkar terdiri atas tiga bagian dengan sususan
3/16 bagian atas warna hitam. 1/16 bagian tengah berwarna putih, dan 12/16
bagian bawah berwarna hitam, dilingkari dengan tulisan UNIVERSITAS ISLAM
BANDUNG berwarna hitam. Masing-masing komponen ini memiliki makna
filosofis yang massif dan signifikan.
3.2. Kilas balik tentang Ka’bah
Jika Mekkah begitu berarti sebagai induk dunia, maka yang membuatnya
menjadi sangat penting adalah keberadaan ka’bah. Persoalannya sekarang adalah
mengapa harus ka’bah? Sebuah pertanyaan yang selalu diinginkan jawabannya
oleh setiap muslim.
Menurut pendapat para ulama dan pakar sejarah, dinamakan ka’bah karena
bentuknya yang kubus. Mereka mengatakan bentuk kubus itu bukan tanpa alasan.
Desain yang seperti itu dan letaknya yang berada di Mekkah adalah karena secara
geografis ia berada sejajar dengan Baitulmakmur di langit. Baitulmakmur adalah
sebuah bangunan mirip ka’bah di langit keempat. Disebut begitu karena malaikat
selalu memakmurkan tempat itu dengan melakukan ibadah dan bertasbih kepada
Allah swt secara terus menerus. Bahkan, menurut Amirulmukminin Ali bin Abu
Thalib ra, sebanyak 70 ribu malaikat memasukinya setiap hari untuk beribadah,
30
kemudian keluar dan tidak pernah kembali ke sana. Karena hari selanjutnya
merupakan giliran 70 ribu malaikat lainnya untuk beribadah di dalamnya.
Begitu istimewanya Baitulmakmur ini sampai-sampai Allah swt
bersumpah dengannya:
”Demi Bukit Thur dan kitab yang ditulis pada lembaran yang terbuka, dan
demi Baitulmakmur” (QS. Ath Thur: 1-4) Sedang Nabi Muhammad saw bersabda
demikian, ”Baitulmakmur sepadan dengan Baitulharam di Mekkah. Seandainya
ia jatuh dari langit keempat pasti akan mendarat tepat di lokasi Baitulharam.”
Sebagaimana ka’bah yang berbentuk kubus, Baitulmakmur bentuknya juga
kubus. Begitu pula dengan Arsy. Bentuk kubus melambangkan empat pilar yang
harus dipegang kuat-kuat dalam beriman. Empat pilar itu meliputi:
Pertama, Subhanallah, yang berarti penyucian dan pengagungan Sang Pencipta.
Kedua, Alhamdulillah, yang bermakna setiap mukmin sejati tidak pernah lupa
bersyukur kepada Penciptanya.
Ketiga, La Ilaha illallah, yang bermakna pengesaan sepenuhnya terhadap Allah
swt.
Keempat, Allahu akbar.
Dalam satu riwayat Nabi muhammad saw pernah bersabda, ”Dalam setiap
siang dan malam hari, Allah swt menurunkan 120 rahmat ke Baitullah ini. 60
untuk orang yang thawaf, 40 untuk orang yang melakukan sholat, dan 20 untuk
orang yang menyaksikan.”
31
Makna ka’bah yang lainnya adalah secara spiritual ka’bah menjadi
semacam pusat medan magnet dan titik fokus utama umat Islam dalam beribadah.
Seperti layaknya planet-planet yang menujukan titik fokusnya pada matahari yang
berada di tengah-tengah orbit dan bermilyar-milyar matahari menujukan titik
fokusnya pada black hole, maka manusia pun menjadikan ka’bah sebagai kiblat-
sebagai titik fokus utama dalam beribadah.
3.3. Makna dan Arti Ka’bah dalam Logo Universitas Islam Bandung
Ka’bah yang berwarna hitam berbentuk bujur sangkar terdiri atas tiga
bagian dengan sususan 3/16 bagian atas warna hitam. 1/16 bagian tengah
berwarna putih, dan 12/16 bagian bawah berwarna hitam. Yaitu mempunyai
makna bahwa Universitas Islam Bandung berasaskan islam dan bertujuan untuk
menjadi perguruan tinggi terkemuka, pelopor pembaharuan pemikiran dan
pelaksanaan kehidupan beragama, dan Pembina insan berakhlak karimah yang
bermanfaat bagi dirinya, umat, masyarakat, bangsa dan Negara.
3.4. Tulisan Universitas Islam Bandung.
Tulisan Univesitas islam Bandung yang melingkari Ka’bah memiliki
makna yaitu unisba menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat yang berlandaskan nilai – nilai islam. Membina kehidupan
kampus yang dinamis ilmiah, serta mengembangkan lingkungan fisik dan social
berlandaskan nilai – nilai Islam.
32
3.5. Tata Cara penggunaan
Tata cara penggunaan lambang Universitas Islam Bandung diatur dalam
Statuta yang ditetapkan dengan Keputusan Rektor atas persetujuan Yayasan.
Berikut adalah Tata Cara penggunaan Lambang Unisba,
Lambang Unisba dapat digunakan pada :
Tiap-tiap nomor lembaran edaran lembaga dan berita lembaga Unisba
serta tambahan-tambahannya pada halaman pertama dibagian tengah atas.
Surat jabatan Rektor, Pembantu rector, Dekan fakultas, pembantu dekan,
dan dosen.
Kertas bermeterai dan meterainya.
Surat ijazah lembaga.
Pakaian resmi yang dianggap perlu oleh Rektor.
Majalah, buku yang diterbitkan oleh pengurus pusat.
Tempat diadakannya acara resmi oleh pengurus.
Tugu.
Panji – Panji dan Bendera sesuai dengan aturan.
3.6. Interpretasi Ka’bah
33
Menginterpretasikan Ka’bah sebagai logo Universitas Islam Bandung.
Pisau bedah yang digunakan menggunakan analisis semiotika versi pierce.
Menurut pierce adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang. Dengan itu fungsi
tanda sangat siginifikan didalam kehidupan sehari-hari. Bahkan didalam Ilmu
Komunikasi pun tanda masuk kewilayah komunikasi Non-Verbal.
Bentuk yang paling awal adalah tanda yang tergambar dengan lambang
ka’ bah, bentuk kedua adalah tulisan Universitas Islam Bandung, masing-masing
simbol merepresentasikan keislaman yang notabene harus diimplementasikan
dalam kehidupan bermasyakat. simbol yang merupakan suatu objek yang dapat
disepakati secara bersama lewat konvensi dan menggunakan makna yang
menyatakan sesuatu yang lain. Badan analisis ini dipertegas dengan menggunakan
tipologi tanda yang berjumlah tiga elemen yaitu ikon, indeks dan simbol.
3.6.1 Interpretasi Ikon, Indeks, Simbol pada Logo ka’bah dalam logo
universitas islam bandung.
Ikon :
Ka’bah yang berwarna hitam berbentuk bujur sangkar terdiri atas tiga
bagian dengan sususan 3/16 bagian atas warna hitam. 1/16 bagian tengah
berwarna putih, dan 12/16 bagian bawah berwarna hitam. Yaitu mempunyai
makna bahwa Universitas Islam Bandung berasaskan islam dan bertujuan untuk
menjadi perguruan tinggi terkemuka, pelopor pembaharuan pemikiran dan
34
pelaksanaan kehidupan beragama, dan Pembina insan berakhlak karimah yang
bermanfaat bagi dirinya, umat, masyarakat, bangsa dan Negara.
Indeks
Tulisan Univesitas islam Bandung yang melingkari Ka’bah memiliki
makna yaitu unisba menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat yang berlandaskan nilai – nilai islam. Membina kehidupan
kampus yang dinamis ilmiah, serta mengembangkan lingkungan fisik dan social
berlandaskan nilai – nilai Islam.
Simbol
Ka’bah.
Tulisan Univesitas islam Bandung yang melingkar.
3.7 Makna logo UNISBA dalam Budaya Perusahaan
Perusahaan seperti juga halnya lingkungan tempat tinggal pasti memiliki
budaya yang dirumuskan oleh para pendiri dan top management perusahaan dan
dianut oleh setiap komponen perusahaan.
Pengungkapan budaya perusahaan ke dalam sebuah pernyataan dapat
dilakukan melalui perumusan pernyataan visi dan misi. Hanya dengan kalimat
singkat, pernyataan visi dan misi dapat menyiratkan nilai, etika, prinsip, tujuan,
dan strategi perusahaan. Menuliskan pernyataan visi dan misi perusahaan adalah
35
cara yang paling efektif untuk memastikan bahwa semua karyawan dapat
memahami budaya perusahaan dan mengimplementasikannya ke dalam usaha-
usaha pencapaian tujuan perusahaan.
Melihat dari visi dan misi Universitas Islam Bandung yang berlandaskan
nilai – nilai keislaman merupakan pedoman budaya bagi orang-orang di dalam
Universitas Islam Bandung. Dalam Universitas Islam Bandung yang kulturnya
kuat dengan nilai – nilai keislaman, pedoman itu digariskan dengan jelas,
dimengerti, dipatuhi, dan dilaksanakan oleh orang-orang di dalamnya sehingga
orang-orang yang ada menjadi sangat kohesif.
Kultur yang ada dalam Universitas Islam Bandung mempengaruhi segi-
segi kehidupan dalam Universitas Islam Bandung, mulai dari cara berpakaian,
cara bertegur sapa, cara berperilaku sehari-hari, sampai dengan pemahamannya.
Karena pengaruhnya yang sangat kuat dan mendalam, maka kultur Universitas
Islam Bandung dipandang sebagai salah satu faktor utama yang menentukan
keberhasilannya.
Dari makna yang terkandung dalam logo Universitas Islam Bandung,
kultur menjadi bagian dalam sivitas akademika Universitas Islam Bandung yang
berlandaskan nilai - nilai keislaman, Hal itu terdapat di bagi menjadi tiga tingkat
budaya yaitu antara lain adalah :
1. Tingkatan Permukaan
36
Mengucapkan Assalammualiakum. Wr. Wb. dalam setiap pertemuan dan
kegiatan baik formal maupun informal.
Mengucapkan Basmallah setiap mengawali kegiatan, Dan mengakhiri
dengan mengucapkan Hamdallah seperti pada:
1) Perkuliahan
2) Rapat Dosen dan Karyawan
3) Rapat Organisasi Internal dan eksternal
4) Diskusi Mahasiswa
5) Workshop
6) Dan kegiatan lain yang ada di Universitas Islam Bandung
Dosen dan karyawan menggunakan busana yang sopan dan menutup
auratnya sebagai bentuk kenyataan objektif yang merupakan kelaziman
dalam berpenampilan yang berasaskan nilai – nilai keislaman.
Adanya mentoring sebagai bimbingan mahasiswa sebelum
melaksanakan pesantren.
Adanya pesantren mahasiswa pada semester II yaitu Pendidikan Agama
Islam II (PAI 2) dan pesantren calon sarjana sebagai bekal untuk
menaplikasikan kepada masyarakat.
Adanya mata kuliah Pendidikan Agama Islam dalam kurikulum dari
semester 1 sampai semester 7 agar mahasiswa lebih memahami tentang
nilai – nilai keislaman.
37
2. Tingkat Menengah
Adanya pembinaan ruhuddin. Unisba mendorong seluruh sivitas
akademika untuk turut berperan serta. Ruhuddin yang menjadi arah dan
sasaran pembinaannya adalah terbinanya masyarakat kampus madani yang
pro aktif, toleran, menghargai kebebasan berpikir, bersifat terbuka,
menjunjung tinggi tatakrama yang islami. Dapat dilihat beberapa
realisasinya antara lain:
1) Mempererat silaturahim antara pimpinan dengan dosen, pimpinan
dengan karyawan, pimpinan dengan pengurus yayasan, dan
keluarga besar Unisba dengan stakholder.
2) Dalam pengembangan kurikulum dimasukanya nilai-nilai
keislaman kedalam setiap matakuliah, sehingga konsep islam
dalam disiplin ilmu akan semakin baik.
3) Pemantapan terhadap pemahaman nilai-nilai keislaman dan
kesiapan para lulusan unisba untuk terjun kemasyarakat melalui
bentuk kegiatan pesantren. Untuk memperoleh hasil yang lebih
baik, lebih efisien, dan lebih efektif.
Adanya kegiatan pengajian rutin bagi bagi pegawai tetap Unisba yang
dilaksanakan tiga kali dalam setip minggu dan dalam satu bulan sekali
diadakan pengajian umum bagi dosen dan karyawan Unisba.
Berhenti sejenak pada waktu perkuliahan ketika ada suara adzan
berkumandang
38
Adanya pajangan kutipan-kutipan ayat-ayat al-quran dan hadits dalam
lingkungan Unisba
3. Tingkat Terdalam
Unisba sebagai perguruan tinggi yang islami selain berperan sebagai pusat
pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Berperan pula
dalam mengembangkan kebudayaan islami. Untuk mengembangkan
kebudayaan islami tersebut meliputi program-program sebagai berikut:
1) Dengan adanya program pengembangan ahlakul karimah
2) Dengan adanya peningkatan ruhul islam
3) Dengan adanya pengembangan ukhuwah islamiah
4) Dengan adanya penanaman perilaku rasul sebagai uswah
hasanah
Upaya yang dilakukan berkenaan dengan ruhuddin yaitu dengan
penciptaan suasana pribadi pembudayaan tatap muka silaturahim, dan
tidak terlalu membudayakan rambu-rambu tertulis yang kaku. Dengan
demikian sivitas akademika unisba dengan pro aktif dari individunya
masing-masing untuk fastabiqul khairat, berlomba-lomba dalam mencari
kebaikan.
39
Pada hal diatas merupakan budaya yang lahir dan menjadikan ciri khas
yang membedakan Universitas Islam Bandung dengan Universitas lainnya dengan
menyelenggarakan pendidikan, dan pengabdian kepada masyarakat yang
berlandaskan nilai – nilai islam. Untuk membina kehidupan kampus yang dinamis
ilmiah, serta mengembangkan lingkungan fisik dan sosial berlandaskan nilai –
nilai yang Islami.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan obyek fenomena yang telah dibahas, maka
dengan itu penulis telah mengetahui secara subtansif, mengenai makna Ka’bah
dalam lambang Universitas Islam Bandung mengenai (Ikon, Indeks, Simbol)
untuk itu penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
Dilihat dari Ikon
Tataran ikon merupakan faktor yang signifikan akan keberlangsungan
Ka’bah dalam logo Universitas islam Bandung. Ternyata Ka’bah mampu
mewakili dan menjadi aturan norma-norma didalam realitas sosial mahasiswa
unisba. Maka dengan itu seluruh mahasiswa universitas islam bandung harus
mengetahui makna yang secara implisit tersimpan akan tetapi sangat signifikan.
40
Dilihat dari Indeks
Tulisan Univesitas islam Bandung yang melingkari Ka’bah memiliki
makna yaitu unisba menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat yang berlandaskan nilai – nilai islam. Membina kehidupan
kampus yang dinamis ilmiah, serta mengembangkan lingkungan fisik dan social
berlandaskan nilai – nilai Islam.
Dilihat dari Simbol
Simbol adalah konvensi (kesepakatan) yang dilakukan oleh seluruh
masyarakat. Artinya kemudian komponen-komponen telah diafiliasikan menjadi
kesatuan yang utuh didalam Ka’bah. Maksud dan tujuan yang berangkat dari
konsep para pendiri lembaga universitas islam bandung telah tersampaikan
dengan jelas. Ditataran kehidupan mahasiswa Indonesia pun teraplikasikan secara
kongkrit. Seluruh mahasiwa harus mampu menjaga Lambang ka’bah supaya
citranya tetap positif dimata khalayak nasional maupun international.
Logo dalam budaya perusahaan
Budaya yang ada dalam UNISBA menunjukkan bahwa mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan organisasi yaitu dengan berlandaskan nilai – nilai
keislaman yang merupakan pedoman budaya bagi orang-orang di dalamnya
karena pengaruhnya yang sangat kuat dan mendalam untuk membina kehidupan
kampus yang dinamis ilmiah.
41
4.2. Saran
Proses kehidupan membutuhkan saran dan solusi supaya kedepannya lebih
baik lagi. Resultansi yang telah diperoleh penulis atas fenomena ini, banyak
memberikan pengetahuan secara eksplisit dan kongkrit mengenai Makna ka’bah
terutama ditataran lambang Universitas islam Bandung. Saran dari penulis bahwa
mahasiswa yang notabene menuntut ilmu di univertitas islam, jagalah kampusnya
yang beasas islam.
42