makroekonomi regional bab 1 - bi.go.id file1.1.1 konsumsi pada triwulan i-2013 konsumsi secara...
TRANSCRIPT
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 1
BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL
Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian
tersebut masih sesuai dengan perkiraan Bank Indonesia Gorontalo pada triwulan IV-2012
dimana perekonomian regional TW I-2013 akan tumbuh pada kisaran 7,5-8,0% (y.o.y),
Di sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh kinerja sektor
pertanian, sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan-hotel-restoran. Sektor
pertanian pada triwulan I-2013 mengalami peningkatan terutama didorong oleh kinerja sub
sektor tanaman pangan, dan sub sektor perikanan sementara untuk sub sektor perkebunan
diperkirakan menurun. Pada triwulan laporan, Gorontalo memasuki musim panen padi serta
membaiknya produksi perikanan tangkap seiring dengan dukungan cuaca yang cukup baik.
Sementara pada sektor industri pengolahan, peningkatan terutama didorong oleh
pertumbuhan industri makanan dan funiture.
Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi terutama masih didorong kuatnya
konsumsi rumah tangga seiring dengan membaiknya pendapatan masyarakat karena
dukungan musim panen dan faktor kenaikan UMP/Gaji. Membaiknya pendapatan
masyarakat ditunjukkan oleh Nilai Tukar Petani Gorontalo yang menunjukkan tren membaik
mulai awal tahun 2013. Sementara itu, masih belum maksimalnya realisasi APBD pada
triwulan I-2013 berimbas pada penurunan kinerja komponen konsumsi pemerintah.
Penurunan juga ditunjukkan oleh kinerja ekspor-impor, pada triwulan laporan Gorontalo
tidak melakukan kegiatan ekspor luar negeri sementara kegiatan ekspor antar pulau
menurun. Beberapa faktor seperti turunnya produksi jagung dan rendahnya harga jual
jagung diperkirakan menjadi pendorong menurunnya kinerja ekspor Gorontalo.
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA
1.1 SISI PERMINTAAN
Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi didorong oleh kinerja konsumsi rumah
tangga sementara kinerja komponen lainnya menurun.
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
Sumber : BPS. Prov. Gorontalo
1.1.1 KONSUMSI
Pada triwulan I-2013 konsumsi secara keseluruhan tumbuh 3,81% (y.o.y) lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,55% (y.o.y). Perlambatan
tersebut terjadi pada komponen konsumsi pemerintah sementara kinerja konsumsi rumah
tangga masih cukup baik.
Peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga didorong oleh membaiknya pendapatan
masyarakat seiring dengan masuknya musim panen dan kenaikan UMP/gaji. Pembiayaan
konsumsi masyarakat yang berasal dari kredit konsumsi dan realisasi gaji APBD juga
mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Indikator kenaikan konsumsi
ditunjukkan oleh Survei Konsumen Bank Indonesia yang menyatakan bahwa Indeks
Keyakinan Konsumen masih pada level optimis 142,37 serta Indeks Tendensi Konsumen –
BPS yang mencatat level 105,17.
I II III IV I
Konsumsi 931.154 956.972 970.220 997.601 966.624
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 568.365 576.142 591.459 595.727 601.948
Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 8.858 8.621 9.012 9.130 9.554
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 353.931 372.208 369.749 392.744 355.122
Pembentukan Modal Tetap Bruto 274.486 294.183 300.172 304.361 276.941
Perubahan Stok (113.913) (150.269) (133.837) (169.045) (27.114)
Ekspor Barang dan Jasa 103.586 107.238 105.929 109.667 66.995
Impor Barang dan Jasa 368.581 369.962 380.808 385.537 393.626
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 826.734 838.162 861.676,41 857.046,92 889.819
I II III IV I
Konsumsi 8,93 8,95 7,47 6,55 3,81
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 6,13 5,84 6,12 5,35 5,91
Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 10,13 3,15 3,48 6,77 7,87
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 13,70 14,30 9,79 8,41 0,34
Pembentukan Modal Tetap Bruto 5,83 10,14 8,35 3,37 0,89
Perubahan Stok 19,79 32,61 27,83 1,23 (76,20)
Ekspor Barang dan Jasa 11,27 14,98 8,97 8,72 (35,32)
Impor Barang dan Jasa 5,47 5,27 4,51 4,80 6,80
PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN 8,39 8,29 6,64 7,57 7,63
2013
2013
2012
2012 (% y.o.y)KOMPONEN
KOMPONEN
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 3
Grafik 1.2 Grafik 1.3 Survei Konsumen Bank Indonesia Indeks Tendensi Konsumen BPS Prov. Gorontalo
Grafik 1.4 Grafik 1.5 Perkembangan NTP Perkembangan UMP
Grafik 1.6 Grafik 1.7 Kredit Konsumi Realisasi Belanja Pegawai
Sementara itu, masih belum optimalnya realisasi APBD mendorong perlambatan
konsumsi pemerintah. Tercatat realisasi APBD pada triwulan laporan sebesar 18,63%
Grafik 1.8 Grafik 1.9 Realisasi APBD Belanja Konsumsi Realisasi APBD Belanja Barang
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA
1.1.2 INVESTASI
Kinerja investasi Gorontalo pada triwulan I-2013 tumbuh 0,89 % (y.o.y) lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,37% (y.o.y). Indikator perlambatan
investasi tampak dari menurunnya pembiayaan swasta.
Menurunnya investasi swasta ditunjukkan oleh melambatnya kredit investasi
perbankan, tercatat pada triwulan laporan kinerja kredit investasi terkontraksi 23,42% (y.o.y).
Indikator penurunan tersebut ditunjukkan pula oleh realisasi penjualan semen yang
terkontraksi hingga 15,88% (y.o.y)
Grafik 1.10 Grafik 1.11 Perkembangan Kredit Investasi Realisasi Belanja Modal APBD
Grafik 1.12 Grafik 1.13 Perkembangan Penjualan Semen Kredit Konstruksi.
1.1.3 EKSPOR – IMPOR
Kinerja ekspor pada triwulan I-2013 terkontraksi, pada periode tersebut Gorontalo
tidak melakukan ekspor luar negeri. Sementara kinerja impor mengalami kenaikan yang
cukup signifikan seiring dengan dorongan konsumsi masyarakat.
Grafik 1.14 Grafik 1.15 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Perkembangan Muat Barang
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 5
Menurunnya harga komoditas jagung internasional berimbas pada harga jual lokal, kondisi
ini sebagai dampak dari kondisi internasional dimana perkembangan produksi jagung dunia
pada tahun 2013 diperkirakan meningkat sehingga berpengaruh pada penurunan harga.
Data USDA (Dep. Perdagangan AS) mencatat bahwa produksi jagung akan mengalami
kenaikan 5% dibandingkan perkiraan sebelumnya. Kenaikan produksi jagung terutama akan
terjadi di Brazil. Sementara itu penurunan harga jual beberapa komoditas unggulan lainnya
seperti kopra dan harga minyak kelapa diperkirakan memberikan dampak pada penurunan
ekspor antar pulau.
Grafik 1.16 Grafik 1.17 Harga jagung Internasional Harga Jagung Lokal
Grafik 1.18 Grafik 1.19 Harga Kopra Harga Minyak Kelapa
Perkembangan impor Gorontalo triwulan I-2013 menunjukkan peningkatan, terutama pada
impor luar negeri. Kenaikan impor luar negeri terutama untuk komoditas raw sugar yang
dilakukan oleh PT. PG Gorontalo.
Grafik 1.20 Grafik 1.21
Impor Luar Negeri Volume Bongkat barang
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
6 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA
1.2 SISI PENAWARAN
Pertumbuhan ekonomi sisi penawaran tersebut didorong oleh beberapa sektor yaitu
pertanian, industri pengolahan dan perdagangan-hotel-restoran.
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
Sumber : BPS. Prov. Gorontalo
1.2.1 SEKTOR PERTANIAN
Kinerja sektor pertanian triwulan I-2013 meningkat, sektor ini tumbuh 7,26% (y.o.y)
lebih baik dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,70% (y.o.y). Pada triwulan laporan
Gorontalo memasuki musim panen, serta membaiknya produksi perikanan tangkap seiring
dengan membaiknya musim dan cuaca.
Grafik 1.22 Grafik 1.23 SKDU Pertanian Luas Lahan Panen Tanaman Pangan
I II III IV I
1. PERTANIAN 237.866,28 230.559,95 241.395,50 225.856,50 255.136,77
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9.212,82 9.340,39 9.560,64 9.615,89 9.542,22
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 65.464,67 66.523,58 67.869,37 68.119,96 70.455,64
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 4.676,63 4.821,66 4.934,57 5.044,81 5.074,77
5. BANGUNAN 74.388,82 76.954,74 79.311,52 80.856,52 79.975,95
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 122.522,55 126.486,03 130.913,07 133.492,22 135.960,95
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 86.867,51 90.391,57 94.508,33 96.136,07 95.785,47
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 72.508,35 75.445,05 77.080,46 78.898,51 79.310,04
9. JASA-JASA 153.226,44 157.639,45 156.102,96 159.026,44 158.577,49
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 826.734,07 838.162,42 861.676,41 857.046,92 889.819,31
I II III IV I
1. PERTANIAN 5,76 5,67 5,72 5,70 7,26
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 11,57 7,55 2,71 5,23 3,58
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 13,31 12,20 8,15 5,13 7,62
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 6,66 8,86 8,27 8,69 8,51
5. BANGUNAN 11,56 9,75 6,33 10,13 7,51
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 12,56 11,71 10,11 10,29 10,97
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 7,02 8,15 9,44 10,01 10,27
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 7,40 10,43 9,46 9,86 9,38
9. JASA-JASA 7,00 6,41 2,17 5,44 3,49
PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN 8,39 8,29 6,64 7,57 7,63
SEKTOR
SEKTOR
2012
2012 (% y.o.y) 2013
2013
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 7
Kenaikan sub sektor tanaman pangan dikonfirmasi oleh beberapa indikator ekonomi yaitu
hasil survei kegiatan dunia usaha pertanian, peningkatan luas panen tanaman pangan, serta
membaiknya NTP. Sementara itu kinerja sub sektor tanaman perkebunan menurun,
terutama untuk komoditas kopra dan kakao. Salah satunya disebabkan karena harga
jualnya menurun.
Grafik 1.24 Grafik 1.25 Perkembangan NTP Harga Jual Kopra
Sementara itu peningkatan untuk produksi perikanan tangkap seiring dengan redanya cuaca
ekstrim yang berlangsung sejak Desember di perairan Sulawesi dan Kalimantan bagian
selatan.
1.2.2 SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
Perkembangan sektor pengangkutan pada triwulan I-2013 cukup baik. Pada triwulan
laporan sektor ini tumbuh 10,27% (y.o.y) relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 10,01% (y.o.y). Peningkatan terjadi pada sub sektor angkutan terutama untuk
angkutan udara sementara untuk angkutan darat dan angkutan laut menurun.
Melambatnya kinerja sub sektor angkutan darat dikonfirmasi oleh menurunnya
penghimpunan pajak kendaran bermotor. Penurunan penghimpunan pajak tersebut
merupakan dampak dari menurunnya penjualan kendaraan bermotor, imbas dari beleid
pengenaan LTV/DP 20% pada kredit kendaraan bermotor.
Grafik 1.26 Grafik 1.27 Perkembangan Pajak Kendaraan Perkembangan Penumpang Pesawat
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
8 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA
Sementara kinerja sub sektor angkutan udara meningkat terkait dengan musim
umroh yang berlangsung pada bulan Maret.
Grafik 1.28 Grafik 1.29 Perkembangan Penumpang Ferry dan Kapal Laut Perkembangan Kargo Laut
1.2.3 SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
Perkembangan sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR) di Gorontalo
menunjukkan pertumbuhan yang relatif stabil. Sektor PHR pada triwulan I-2013 tumbuh
10,97% (y.o.y) relatif stabil dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar
10,29% (y.o.y). Peningkatan terutama terjadi pada sub sektor perhotelan sementara untuk
sub sektor perdagangan relatif melambat.
Sub sektor perdagangan relatif melambat, beberapa faktor pendorongnya antara lain
(i) perkembangan harga komoditas internasional untuk jagung, kopra dan minyak kelapa
yang menurun, (ii) siklus masih rendahnya penyerapan APBD pada bulan Januari dan
Februari. Penurunan kinerja sub sektor perdagangan dikonfirmasi oleh penurunan survei
kegiatan dunia usaha perdagangan, realisasi kredit perdagangan, penurunan volume
bongkar muat
Grafik 1.30 Grafik 1.31 Kredit Perdagangan Volume Muat Pelabuhan
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 9
Grafik 1.32 Grafik 1.33
Volume Bongkar Muat Tingkat Penghunian Hotel
Sementara itu sub sektor perhotelan meningkat, hal tersebut dikonfimasi oleh data tingkat
penghunian hotel (TPK) yang menunjukkan kenaikan selama triwulan I-2013. TPK bulan
Maret mencapai 40,17% lebih tinggi dibandingkan kondisi Desember 2012 sebesar 34%.
1.2.4 SEKTOR BANGUNAN
Perkembangan kinerja sektor bangunan menunjukkan penurunan, pada triwulan I-
2013 kinerja sektor ini tumbuh sebesar 7,51% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,23 % (y.o.y)
Grafik 1.34 Grafik 1.35 Penjualan Semen Kredit Konstruksi
Menurunnya kegiatan konstruksi tersebut dikonfirmasi oleh prompt indikator angka
penjualan semen dan kredit konstruksi. Angka penjualan semen pada Maret 2013
terkontraksi hingga 15,88% (y.o.y)
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
10 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA
1.2.5 SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN
Kinerja sektor keuangan selama triwulan laporan tumbuh 9,38% (y.o.y), lebih stabil
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 9,86% (y.o.y). Pertumbuhan
tersebut didorong oleh kinerja lembaga keuangan perbankan, sementara untuk lembaga
keuangan non perbankan relatif menurun.
Net Interet Margin (NIM) perbankan Gorontalo mencapai Rp 160 Miliar tumbuh
102,66% (y.o.y) dibandingkan pertumbuhan Desember 2012 yang tumbuh sebesar 22,70%
(y.o.y). Kenaikan tersebut disebabkan peningkatan pendapatan perbankan selama periode
laporan.
Grafik 1.36 Grafik 1.37
NIM Perbankan Perkembangan Pendapatan/Beban
1.2.6 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN
Perkembangan sektor industri di Gorontalo diperkirakan meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya. Sektor industri pada triwulan I-2013 tumbuh 7,62% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,13% (y.o.y). Industri Gula sebagai salah satu
industri skala besar di Gorontalo menunjukkan peningkatan kegiatan produksi.
Peningkatan industri gula diindikasikan oleh impor bahan baku yang mencapai US$
15 juta. Peningkatan kinerja sektor ini dikonfirmasi oleh beberapa indikator seperti survei
kegiatan usaha BI, survei industri pengolahan BPS dan kredit sektor industri
Grafik 1.38 Grafik 1.39 SKDU Industri Pengolahan Kredit Industri Pengolahan
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 11
BOX 1 : PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT & TANTANGANNYA DI
GORONTALO
Potensi pengembangan rumput laut di Gorontalo saat ini terus dikembangkan. Hal ini
berdasarkan bahwa Gorontalo mempunyai garis pantai sebesar 654 km, yang didukung oleh
kondisi lingkungan yang sesuai. Kecepatan arus di perairan Gorontalo perkiraan berkisar
antara 25-50 m/menit sehingga memungkinkan sirkulasi unsur hara yang mempercepat
pertumbuhan rumput laut di perairan Gorontalo. Beberapa lokasi yang potensial untuk
dikembangkan komoditas rumput laut antara lain Sumalata (Kab. Gorontalo Utara) Lemito
(Kab. Pohuwato), dan Tilamuta (Kab. Boalemo). Berdasarkan data statistik, perkembangan
rumput laut dari tahun 2009 hingga 2011 di Gorontalo semakin meningkat.
Menelaah kondisi tersebut, Bank Indonesia melakukan pemetaan tantangan dan peluang
pengembangan budidaya rumput laut di beberapa Kabupaten seperti tampak pada tabel
dibawah ini :
Kabupaten Kapasitas Produksi 2012 *) Tantangan
Gorontalo Utara 28.209 ton, atau terbanyak
kedua di Provinsi Gorontalo.
- Kesediaan bibit yang masih kurang.
- Harga jual tidak stabil.
- Jalur pemasaran yang masing di
dominasi pengepul.
Pohuwato 40.262 ton, atau terbesar di
Provinsi Gorontalo
- Kesediaan bibit masih kurang.
- Harga jual kurang stabil.
- Penyakit ice-ice, perubahan musim
yang ekstrim.
Boalemo 26.951 ton. - Kesediaan bibit masih kurang.
- Harga jual kurang stabil.
*) data DKP Provinsi Gorontalo
Provinsi 2009 2010 2011
Sulawesi Utara 7.933 43.656 98.838
Gorontalo 48.280 64.035 89.149
Sulawesi Tengah 710.801 716.195 758.910
Sulawesi Barat 9.935 13.164 21.547
Sulawesi Selatan 774 1.245.771 1.506.264
Sulawesi Tenggara 185.229 348.981 586.965
Sulawesi 962.952 2.431.802 3.061.673
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
12 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA
Pemerintah telah melakukan serangkaian upaya pengembangan rumput laut di Gorontalo
Kabupaten Upaya Pemerintah
Gorontalo Utara - Beberapa kelompok ditahun 2011-2012 telah diberikan bibit
rumput laut dan sarana prasarananya, masing-masing
anggota sebesar Rp. 3.250.000
- Tahun 2012 selain bantuan bibit rumput laut juga dibuatkan
tempat penjemuran rumput laut dari bahan stenlis.
Gorontalo Boalemo
dan Pohuwato
- Beberapa kelompok ditahun 2009 - 2012 diberikan bantuan
bibit rumpt laut dan sarana prasaranya
- Pada bulan Januari Tahun 2013 membuka kantor Loka
Penelitian dan Pengembanga Rumput Laut Kementrian
Kelautan dan Perikanan (LP2RL) di Kabupaten Boalemo.
- Dengan menempatkan pegawai 10 orang diantaranya; 1 ahli
rumput laut senior sebagai kepala, 1 orang tenaga
administrai, 4 orang tenaga ahli rumput laut dan 4 orang
tenaga peneliti rumput laut.
- LP2RL bertugas meneliti dan mengembangkan rumput laut,
dengan membuat sentra-sentra rumput laut di Kabupaten-
kabupaten.
Pola pengembangan rumput laut di Gorontalo saat ini masih menggunakan metode long line
yaitu metode budidaya dengan menggunakan tali panjang yang dibentangkan. Metode
budidaya ini banyak diminati oleh masyarakat Gorontalo karena alat dan bahan yang
digunakan lebih tahan lama, dan mudah untuk didapat. Teknik budidaya rumput laut dengan
metode ini adalah menggunakan tali sepanjang 50 – 100 meter yang pada kedua ujungnya
diberi jangkar dan pelampung besar, setiap 25 meter diberi pelampung utama yang terbuat
dari drum plastik atau styrofoam. Pada setiap jarak 5 meter diberi pelampung berupa
potongan styrofoam/karet sandal atau botol aqua bekas 500 ml. Namun disisi lain metode ini
mempunyai banyak kelemahan terkait resistansinya terhadap gangguan ombak serta hasil
produksi yang terbatas.
Teknik budidaya yang relatif baru adalah pengenalan Jaring Rumput Laut. Meski relatif lebih
sulit dalam pembuatannya namun hasil ujicoba yang dilakukan di beberapa daerah
menunjukkan hasil produksi yang lebih baik dibandingkan metode longline
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 13
Metode Long Line
Gambar 2. Metode Long Line
Metode Jaring Rumput Laut
Gambar 3. Metode Jaring Rumput Laut
Membutuhkan lahan luas Tidak membutuhkan lahan yg luas
Pelampung tidak dapat diatur ketika musim hujan Pelampung dapat diatur
Susah untuk dipindah-pindah Lebih mudah dipindah-pindah
Ketika ada ombak tidak dapat mengimbangi Dapat mengimbangi ombak
Tidak tahan hama ais Tahan hama ais
Ketika kotor susah dibersihkan Mudah dibersihkan
Pertumbuhan kurang baik Perkembangan rumput lebih cepat
Bibit butuh banyak Bibit tidak butuh banyak
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
14 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA
Halaman ini sengaja dikosongkan