mama-endo
DESCRIPTION
obsgynTRANSCRIPT
ENDOMETRITIS
A. PENGERTIAN
- Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan. (Taber, B., 1994).
- Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim).
(Manuaba, I. B. G., 1998).
- Endometritis adalah suatu infeksi yag terjadi di endometrium, merupakan
komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah
melahirkan.
B. ETIOLOGI
Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea
terutama bila sebelumnya ada riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah
ketuban yang lama. Penyebab lainnya dari endometritis adalah adanya tanda
jaringan plasenta yang tertahan setelah abortus dan melahirkan. (Taber, B.
1994).
Menurut Varney, H. (2001), hal-hal yang dapat menyebabkan infeksi pada
wanita adalah:
- Waktu persalinan lama, terutama disertai pecahnya ketuban.
- Pecahnya ketuban berlangsung lama.
- Adanya pemeriksaan vagina selama persalinan dan disertai pecahnya
ketuban.
- Teknik aseptik tidak dipatuhi.
- Manipulasi intrauterus (pengangkatan plasenta secara manual).
- Trauma jaringan yang luas/luka terbuka.
- Kelahiran secara bedah.
- Retensi fragmen plasenta/membran amnion.
C. KLASIFIKASI
Menurut Wiknjosastro (2002),
- Endometritis akuta
Terutama terjadi pada masa post partum / post abortum. Pada
endometritis post partum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9,
sehingga endometritis post partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9.
Endometritis post abortum terutama terjadi pada abortus provokatus.
Pada endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan
hiperemi, dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan
infiltrasi leukosit berinti polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan
interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada
abortus dan partus. Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang
menjalar ke atas dan menyebabkan endometritis akut.
Pada abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke
miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke
parametrium, ketuban dan ovarium, dan ke peritoneum sekitarnya. Gejala-
gejala endometritis akut dianataranya, panas tinggi, kelihatan sakit keras,
keluar leukorea yang bernanah, dan uterus serta daerah sekitarnya nyeri
pada perabaan.
Sebab lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam
uterus di luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukan radium ke
dalam uterus, memasukan IUD (intra uterine device) ke dalam uterus, dan
sebagainya.
Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak
seberapa patogen pada umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan
sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada
waktu haid. Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling penting adalah
berusaha mencegah, agar infeksi tidak menjalar.
Gejalanya :
Demam
Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadang-kadang
keluar flour yang purulent.
Lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi.
Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau parametrium tidak
nyeri.
Terapi :
Uterotonika.
Istirahat, letak fowler.
Antibiotika.
Endometritis senilis perlu dikuret untuk menyampingkan corpus
carsinoma. Dapat diberi estrogen.
- Endometritis kronika
Endometritis kronika jarang terjadi, karena infeksi yang masuk ke
dalam miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena pelepasan
lapisan fungsional darn endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan
mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit. Penemuan limfosit
saja tidak besar artinya karena sel itu juga ditemukan dalam keadaan normal
dalam endometrium. Gejala-gejala klinis endometritis kronika adalah leukorea
dan menorargia. Pengobatan tergantung dari penyebabnya.
Endometritis kronis ditemukan:
a. Pada tuberkulosis.
Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus TB
genital. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel pada tengah-
tengah endometrium yang meradang menahun.
b. Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.
Pada abortus inkomplitus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus
terdapat desidua dan vili korealis di tengah-tengah radang menahun
endometrium.
c. Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri.
d. Pada polip uterus dengan infeksi.
e. Pada tumor ganas uterus.
f. Pada salpingo – oofaritis dan selulitis pelvik.
Endometritis kronika yang lain umumnya akibat ineksi terus-menerus karena
adanya benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri.
Gejalanya :
Flour albus yang keluar dari ostium.
Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi.
Terapi :
Perlu dilakukan kuretase.
D. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis dari endometritis tergantung pada jenis dan virulensi kuman,
daya tahan penderita dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lokhea
tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini
dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu yang segera
hilang setelah rintangan dibatasi. Uterus pada endometrium agak membesar,
serta nyeri pada perabaan, dan lembek. Pada endometritis yang tidak meluas
penderita pada hari-hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri, mulai hari
ke 3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu
dan nadi menurun, dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal
kembali, lokhea pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang
berbau. Hal yang terakhir ini tidak boleh menimbulkan anggapan bahwa
infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokhea yang
sedikit dan tidak berbau.
Gambaran klinik dari endometritis:
a. Nyeri abdomen bagian bawah.
b. Mengeluarkan keputihan (leukorea).
c. Kadang terjadi pendarahan.
d. Dapat terjadi penyebaran.
- Miometritis (pada otot rahim).
- Parametritis (sekitar rahim).
- Salpingitis (saluran otot).
- Ooforitis (indung telur).
- Pembentukan penahanan sehingga terjadi abses.
(Manuaba, I. B. G., 1998)
Menurut Varney, H (2001), tanda dan gejala endometritis meliputi:
- Takikardi 100-140 bpm.
- Suhu 30 – 40 derajat celcius.
- Menggigil.
- Nyeri tekan uterus yang meluas secara lateral.
- Peningkatan nyeri setelah melahirkan.
- Sub involusi.
- Distensi abdomen.
- Lokea sedikit dan tidak berbau/banyak, berbau busuk, mengandung darah
seropurulen.
- Awitan 3-5 hari pasca partum, kecuali jika disertai infeksi streptococcus.
- Jumlah sel darah putih meningkat.
E. PATOFISIOLOGI
Kuman-kuman masuk endometrium, biasanya pada luka bekas insersio
plasenta, dan waktu singkat mengikut sertakan seluruh endometrium. Pada
infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen, radang terbatas pada
endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi
nekrosis serta cairan. Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah
sehat terdapat lapisan terdiri atas lekosit-lekosit. Pada infeksi yang lebih berat
batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
PATOFISIOLOGI ENDOMETRITIS
Bakteri/kuman
(melalui luka bekas insersio plasenta)
Masuk ke endometrium
Gangguan psikologis Radang endometrium
Ibu
Jaringan desidua + bekuan darah
Nekrosis Tidak nafsu
makan
Getah berbau Keputihan Intake kurang
( Wiknjosastro, H. 2002 )
F. KOMPLIKASI
- Wound infection
- Peritonitis
- Adnexal infection.
- Parametrial phlegmon
- Abses pelvis
- Septic pelvic thrombophlebitis.
G. PENATALAKSANAAN
- Antibiotika ditambah drainase yang memadai merupakan pojok sasaran terpi.
Evaluasi klinis daan organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti
Nyeri
Resiko tinggi terhadap
perubahan menjadi orang tua
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
Resiko infeksi
juga pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa sebelumnya,
memberikan petunjuk untuk terapi antibiotik.
- Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi
ditambah terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu
mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diit
per oral untuk memberikan nutrisi yang memadai.
- Pengganti darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortus
atau post partum.
- Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang banyak
manfaatnya.
- Pembedahan biasanya dilakukan pada kasus berikut:
a. bercak jaringan endometrium memiliki garis tengah yang lebih besar dari
3,8-5 cm
b. perlengketan yang berarti di perut bagian bawah atau panggul
c. jaringan endometrium menyumbat salah satu atau kedua tuba
d. jaringan endometrium menyebabkan nyeri perut atau panggul yang sangat
hebat, yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.
Untuk membuang jaringan endometrium kadang digunakan elektrokauter
atau sinar laser. Tetapi pembedahan hanya merupakan tindakan sementara,
karena endometriosis sering berulang. Ovarektomi (pengangkatan ovarium)
dan histerektomi (pengangkatan rahim) hanya dilakukan jika nyeri perut atau
panggul tidak dapat dihilangkan dengan obat-obatan dan penderita tidak ada
rencana untuk hamil lagi.
Setelah pembedahan, diberikan terapi sulih estrogen. Terapi bisa dimulai
segera setelah pembedahan atau jika jaringan endometrium yang tersisa
masih banyak, maka terapi baru dilakukan 4-6 bulan setelah pembedahan.
- Pilihan pengobatan untuk endometriosis :
1. Obat-obatan yang menekan aktivitas ovarium dan memperlambat
pertumbuhan jaringan endometrium
2. Pembedahan untuk membuang sebanyak mungkin endometriosis
3. Kombinasi obat-obatan dan pembedahan
4. Histerektomi, seringkali disertai dengan pengangkatan tuba falopii dan
ovarium.
Pilihan pengobatan yang tepat akan tergantung pada umur, derajat dan
luasnya penyakit, serta faktor keinginan mempunyai anak.
1. Simtomatik (hanya menghilangkan gejala penyakit)
Jika gejala penyakit endometriosis tidak terlalu berat, mungkin gabungan obat
anti-nyeri seperti aspirin, parasetamol, atau/dan obat anti-radang seperti
ibuprofen cukup menolong dalam mengurangi nyeri dan kejang otot rahim
ketika haid. Namun obat-obat itu tidak menyembuhkan endometriosis,
melainkan hanya mengurangi penderitaan sementara waktu.
2. Pengobatan hormonal
Dengan pemberian hormon, haid akan berhenti, sehingga mirip masa
kehamilan atau menopause. Artinya, keadaan ini mirip peristiwa alami.
Dengan berhentinya haid, maka gejala akibat endometriosis pun akan
berkurang.
a. Progesteron.
Obat progesteron sintetik yang diberikan akan bekerja seperti hormon
progesteron wanita. Pada dosis tinggi, hormon ini akan meng-hambat
pelepasan sel telur dan membuat tubuh 'percaya' seolah telah terjadi suatu
kehamilan. Akibatnya haid berhenti, dinding rahim menipis dan proses
pertumbuhan endometriosis berhenti. Contoh obat yang mengan-dung
progesteron adalah noretisteron dan medroksiprogesteron asetat (MPA).
Pengaruh sampingannya adalah sindrom prahaid, seperti retensi air dan
perubahan emosi (mood swing). Sebenarnya pengaruh sampingan yang lebih
sering terjadi adalah perdarahan di luar masa haid, bertambahnya berat
badan dan perut kembung.
b. Kontrasepsi oral (pil KB).
Terkadang pil kontrasepsi dipakai pula untuk mengobati nyeri pada penderita
endometriosis. Obat ini harus dipakai terus-menerus untuk beberapa bulan.
Selama itu haid akan berhenti. Tetapi kontrasepsi oral tidak dapat digunakan
pada semua wanita, karena bergantung pada kondisi kesehatan dan gaya
hidupnya.
c. Danazol.
Obat ini mengandung hormon androgen yang mirip dengan testosteron pada
pria. Khasiatnya adalah menurunkan kadar estrogen sehingga timbul
keadaan mirip menopause. Karena untuk tumbuhnya jaringan endometriosis
dipengaruhi oleh estrogen maka akibatnya adalah endometriosis akan
berhenti tumbuh jika kadar estrogen menurun. Pengaruh sampingan obat ini
adalah timbul jerawat dan kulit berminyak, gejolak panas diseluruh tubuh,
retensi cairan dan berat badan bertambah. Umumnya terjadi pertumbuhan
rambut abnormal pada daerah yang tidak semestinya dan suara memberat
seperti pria. Pengaruh sampingan ini akan hilang sendiri bila pengobatan
dihentikan. Danazol biasanya diberikan selama 2-9 bulan. Obat lain adalah
Gestrinon yang cara kerjanya dan pengaruh sampingnya mirip danazol.
Biasanya dipakai dua kali dalam seminggu.
d. Agonis GnRH.
Obat ini merupakan jenis hormon yang relatif baru dipergunakan untuk
pengobatan endometriosis. Dasar kerjanya meniru hormon otak yang
mengendalikan pelepasan hormon estrogen secara beraturan. Pengaruh obat
ini terhadap fungsi tubuh adalah membuat keadaan mirip menopause akibat
penurunan estrogen, dan sebagian membuat jaringan endometrium mati.
Agonis GnRH diberikan dengan berbagai cara
1) Penyemprotan melalui lubang hidung (nasal spray) yang harus
disemprotkan beberapa kali dalam sehari. Dengan cara ini yang penting
adalah tidak terjadinya kelebihan dosis.
2) Obat lain yang masih segolongan adalah yang diberikan dalam bentuk
suntikan depot bulanan. Contohnya, adalah small biodegradable pellet yang
diletakkan di bawah kulit dan bekerja melepaskan obat yang terkandung di
dalamnya secara teratur selama empat minggu (28 hari).
Pengobatan biasanya selesai kurang lebih dalam 6 bulan. Agonis GnRH juga
menyebabkan pengaruh sampingan, mirip menopause. Gejalanya adalah
gejolak panas, vagina kering dan perubahan emosi. Selain itu dapat terjadi
kehilangan kalsium tulang dalam jumlah kecil, yang pulih setelah pengobatan
dihentikan.
e. Penghambat aromatase (aromatase inhibitor).
Obat ini merupakan gene-rasi terbaru dari jenis obat anti-endometriosis.
Pemakaiannya didasarkan pada temuan terkini, bahwa endometriosis
ternyata merupakan proses di dalam sel abnormal yang dapat berdiri sendiri
atas kerja enzim atomatase. Oleh karena sifat proses tersebut, dapatlah
diterangkan sekarang mengapa endometriosis juga sering ditemukan pada
wanita meski sudah mengalami menopause. Keuntungan obat ini adalah
proses endometriosis dapat dite-kan tanpa mengganggu proses
pekembangan folikel di indung telur. Itulah mengapa selama pemberian obat
ini, dapat terjadi kehamilan. Begitu dike-tahui hamil, obat ini harus segera
dihentikan. Pemberian obat ini dapat dilakukan selama 6 bulan berturut-turut.
3. Pembedahan
Selain dengan obat, pembedahan juga merupakan pilihan lain untuk
pengobatan endometriosis. Ada dua macam pembedahan yaitu:
a. pembedahan konservatif
b. pembedahan radikal.
Pada pembedahan konservatif, dilakukan hanya pengangkatan atau
penghancu-ran jaringan endometriosis yang terlihat saja. Pembedahan ini
dapat dilakukan secara laparoskopi operatif. Dengan bantuan alat-alat yang
sangat kecil, melalui teropong, jaringan endometriosis dapat diangkat atau
dihancurkan. Kadangkala digunakan sinar laser. Dibandingkan dengan
operasi besar (laparotomi) maka laparoskopi operatif ini lebih kecil risikonya
karena sayatan pada dinding perut dibuat sangat kecil, sehingga rongga
perut tidak terlihat ke luar.
Pada pembedahan radikal, selain pengangkatan jaringan endometriosis,
diangkat pula satu atau lebih organ reproduksi lainnya termasuk rahim.
Tindakan ini ter-kadang diperlukan pada kasus endometriosis yang sangat
sukar diatasi, terutama pada wanita yang sudah tidak ingin lagi mempunyai
anak. Akibat pembedahan radikal ini, sudah tentu wanita tersebut tidak akan
mengalami haid lagi.
Namun kini lebih banyak wanita, jika mungkin, memilih mempertahankan
indung telurnya dan meminta rahimnya saja yang diangkat. Tetapi
sebenarnya indung telur itu adalah penghasil estrogen yang membuat
jaringan endometrium dan endometriosis bertumbuh. Oleh karena itu
pengangkatan indung telur tersebut tetap perlu dipikirkan. Apabila diangkat
maka biasanya hormon estrogen peng-ganti masih perlu di berikan yang
dikenal sebagai sulih hormon. Ini penting untuk mengendalikan gejala awal
pramenopause akibat hilangnya indung telur. Sayangnya, sulih hormon ini
dapat juga menyebabkan jaringan endometriosis kembali tumbuh sehingga
mungkin sulih hormon akan dilakukan setelah jaringan tersebut dianggap
mati.
- Tindakan bedah: endometritis post partum sering disertai dengan jaringan
plasenta yang tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai
sangat penting. Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan
kuretase perlahan-lahan dan hati-hati. Histerektomi dan salpingo –
oofaringektomi bilateral mungkin ditemukan bila klostridia teah meluas
melampaui endometrium dan ditemukan bukti adanya sepsis sistemik
klostridia (syok, hemolisis, gagal ginjal).
ASKEB PATOLOGI ENDOMETRITIS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY”R” DENGAN ENDOMETRITIS
DI RSUD SALEWANGAN MAROS
6 APRIL 2011
No. Register :11.23.14
Tanggal Masuk : 6 April 2011, jam 08.00 wita
Tanggal Pengkaji : 6 April 2011, jam 08.30 wita
Pengkaji :
A. IDENTIFIKASI DATA DASAR
1. Identitas data dasar
Nama : Ny.’’R’’/Tn.”Y”
Umur : 17thn/25thn
Suku : Bugis/Bugis
Nikah/Lamanya : 1 kali ± 3 tahun
Agama : Islam/Islam
Pendidikan : SD/SD
Pekerjaan : IRT/Sopir
Alamat : BTN. Panrita Bola blok F12 Maros
2. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu tidak ada riwayat penyakit keturunan dalam keluarga
3. Riwayat reproduksi
a. Riwayat haid
Menarce : 14 thn
Siklus haid : 28-30 hari
Lamanya : 5-7 hari
b. Riwayat ginekologi
Ibu selama ini belum pernah menderita penyakit pada organ reproduksinya
4. Riwayat keluarga berencana
Ibu belum pernah menjadi akseptor KB
5. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar
a. Kebutuhan nutrisi
Pola makan : nasi, sayur dan tempe
Frekuensi makan :2x sehari
Nafsu makan :baik
Minum :6-8 x/hari
b. Kebutuhan eliminasi
Frekuensi BAK :2-3x/hari
Frekuensi BAB :1x/hari
c. Pola istirahat
Ibu mengeluh sulit tidur dikarenakan adanya nyeri pada perut dan
pengeluaran pervaginam yang banyak dan berbau disertai sakit kepala
d. Personal Hygene
Mandi dan sikat gigi 2x sehari
Pakaian dalam diganti 2x sehari sehabis mandi
6. Data psikologi, ekonomi dan spritual
a. Ibu merasa cemas dengan keadaaannya
b. Suami adalah pengambil keputusan dalam keluarga
c. Ibu dan keluarga menggunakan jamkesmas dalam masa perawatan di RS
d. Ibu dan keluarga berserah diri kepada allah dan berharap penyakitnya dapat
sembuh
7. .Pemeriksaan fisik
a) Keadaan ibu tampak pucat dan lemah
b) Kesadaran komposmentis
c) TTV
TD :120/90 mmHg
N :84x/menit
S :38,5oc
P :24x/menit
d) Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Rambut dan kulit kepala bersih, rambut hitam dan tidak rontok, tidak ada
benjoan
2. Wajah
Simetris ki, ka agak pucat, tidak oedema, tidak ada nyeri tekan
3. Mata
Kongjungtiva pucat, scelera putih tidak ikterus
4. Mulut dan gigi
Mulut dan gigi bersih, tidak ada caries, mukosa bibir kering
5. Telinga
Tampak simetrisi ki. Ka bersih tidak ada sekret
6. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar linfe dan vena jugularis
7. Payudara
Simetris ki, ka keadaan puting susu menonjol, tidak ada massa
8. Abdomen
Tidak ada luka bekas operasi, ada nyeri tekan pada perut
TFU tidak teraba
9. Vulva dan vagina
Tidak oedema dan varices, ada darah keluar
10. Ekstremitas
Tampak simetris ki, ka tidak oedema dan varices, refleks patella (+)
B. IDENTIFIKASI DIANOSA/ MASALAH AKTUAL
Diagnosa : Endometritis dengan anemia
DS : Keluar darah yang banyak disertai bau busuk sejak kemarin pagi
tanggal 5 April 2011 jam 07.30 wita sampai dengan sekarang
DO :
Ada pengeluaran banyak darah dari vagina disertai bau busuk
Adanya pengeluaran secret yang berbau, putih dan encer dari vagina
Pada pemeriksaan dalam, teraba edema pada endometrium
Konjungtiva pucat
Analisa dan Interpretasi data
Gejala klinis umum terjadinya endometritis akuta adalah demam
tinggi, lochea berbau, lochea lama berdarah dan kemungkinan menjadi metrorhagia.
(Ilmu Kandungan,sarwono,hal 281)
Pada endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan
pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit berinti
polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial.(Ilmu
Kandungan,sarwono,hal 283)
Gejala yang biasa timbul pada Infeksi vagina yang disebabkan oleh bakteri
ialah keluarnya secret yang berbau, encer, dan putih. (Patofisiologi,EGC,hal 1341)
Masalah Aktual : Kecemasan
DS :
Ibu merasa cemas dengan keadaanya
Ibu sering menanyakan tentang penyakitnya
Analisa dan Interpretasi data
DS:
Dengan adanya nyeri yang dirasakan oleh ibu yang mengakibatkan merasa
cemas dengan keadaannya
Ibu sering bertanya tentang keadaanya menndakan kurangnya pengetahuan
ibu tentang penyakit yang dideritanya sehingga ibu cemas akan penyakitnya.
Masalah Aktual : Anemia
DS :
Keluar darah yang banyak disertai bau busuk sejak kemarin pagi tanggal 5
April 2011 jam 07.30 wita sampai dengan sekarang
DO :
Ada pengeluaran darah yang banyak dari jalan lahir, konjungtiva pucat
Pemeriksaan HB : 6,3 gr%
Analisa dan Interpretasi data :
Dengan pengeluaran darah disertai dengan konungtiva pucat dan pada
pemerksaan HB : 6,3gr% menandakan ibu dalam keadaan anemis (kekurangan
darah).
Tanda – tanda orang tidak anemia ialah konjungtiva merah muda,
pemeriksaan HB > 10gr% (Asuhan Keperawatan).
C. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
Antisipasi terjadinya penyebaran endometritis
Data Dasar
DO :
- Ada pengeluaran darah yang banyak serta berbau
- Ada pengeluaran cairan putih, keruh, berbau dari jalan lahir (leukorea)
Analisa dan Interpretasi data
Pada endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan
pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit berinti
polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial.(Ilmu
Kandungan,sarwono,hal 283)
Pada kondisi sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke miometrium dan
melalui pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke parametrium, ketuban
dan ovarium, dan ke peritoneum sekitarnya. Penderita panas tinggi, kelihatan sakit
keras, serta keluar leukorea yang bernanah.(Ilmu Kebidanan,sarwono,hal 283).
D. PERLUNYA TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat – obatan dan terapi kanker
serta pelaksanaan tindakan selanjutnya.
E. RENCANA TIDAKAN
Tujuan : Keluhan ibu dapat teratasi
Kriteria :
Perdarahan berhenti
Endometritis tidak menyebar
Rencana Tindakan :
Jelaskan pada Ibu mengenai kondisinya
Rasional : Agar ibu mengetahui keadaan penyakitnya dan tidak bertanya-
tanya tentang keadaan yang dialaminya.
Berikan ibu support atau dukungan
Rasional : Dukungan yang diberikan dapat membuat ibu semangat dan
kuat dalam menghadapi penyakitnya
Lakukan pemasangan infus kepada ibu
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan yang ada dalam tubuh dan
memudahkan untuk pemberian obat melalui intravena
Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
Rasional : Dengan istirahat yang cukup dapat merelaksasikan otot-otot dalam
tubuh sehingga kondisi tubuh ibu lebih baik
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
Rasional : Pemberian obat dapat megurangi rasa nyeri dan juga dapat
mencegah infeksi akibat pendarahan.
Anemia
Tujuan : Anemia dapat teratasi
Kriteria : Kepala ibu tidak pusing
Konjungtiva merah muda
HB > 10 gr%
Intervensi :
Anjurkan ibu untuk minum air maksimal 2L/hari
Rasional : Agar kebutuhan intake ibu dapat terpenuhi
Konsul dengan dokter untuk melakukan transfusi darah
Rasional : Untuk mencegah anemia yang berkelanjutan
LANGKAH VI. IMPLEMENTASI
Tercatat pada planning pendokumentasian
LANGKAH VII EVALUASI
Tercatat pada planning pendokumentasian
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY”R”
DENGAN ENDOMETRITIS DI RSUD SALEWANGANG
MAROS 6 APRIL 2011
No. Register :11.23.14
Tanggal Masuk :6 April 2011, jam 08.00 wita
Tanggal Pengkaji : 6 April 2011, jam 08.30 wita
Pengkaji :
DATA SUBYEKTIF (S)
a. Keluar darah lebih dari biasanya disertai bau busuk sejak kemarin pagi tanggal 4
April 2011 jam 07.30 wita sampai dengan sekarang
b. Haid tidak teratur kadang 2 kali dalam sebulan
c. Ibu merasa nyeri atau sakit perut yang luar biasa ketika darah mau keluar pada
perut bagian bawah
d. Ibu mengeluh keluar cairan putih, encer dan berbau
DATA OBYEKTIF (O)
a. Keadaan ibu tampak pucat dan lemah
b. Kesadaran komposmentis
c. TTV
TD : 120/90 mmHg
N : 84x/menit
S : 38,5oc
P : 24x/menit
d. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Rambut dan kulit kepala bersih, rambut hitam dan tidak rontok, tidak ada benjoan
2. Wajah
Simetris ki, ka agak pucat, tidak oedema, tidak ada nyeri tekan
3. Mata
Kongjungtiva pucat, scelera putih tidak ikterus
4. Mulut dan gigi
Mulut dan gigi bersih, tidak ada caries, mukosa bibir kering
5. Telinga
Tampak simetrisi ki. Ka bersih tidak ada sekret
6. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar linfe dan vena jugularis
7. Payudara
Simetris ki, ka keadaan puting susu menonjol, tidak ada massa
8. Abdomen
Tidak ada luka bekas operasi, ada nyeri tekan pada perut
TFU tidak teraba
9. Vulva dan vagina
Tidak oedema dan varices, ada darah keluar
10. Ekstremitas
Tampak simetris ki, ka tidak oedema dan varices, refleks patella (+)
ASSESMENT (A)
Endometritis dengan anemia
PLANNING (P)
1. Jelaskan pada ibu mengenai kondisinya
“agar ibu mengetahui keadaan penyakitnya dan tidak bertanya- Tanya tentang
keadaan yang dialaminya”
2. Berikan ibu support atau dukungan
“Ibu bersabar dalam menghadapi penyakit penyakitnya”
3. Lakukan pemasangan infuse kepada ibu
infus dipasang oleh perawat yang bertugas
4. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
“ibu mengerti dengan penjelasan yang disampaikan”
5. Menganjurkan ibu untuk makan.makanan yang kaya akan VIT C yaitu tomat,
dsb dan karoten seperti wortel, dan makana yang kurang lemak.
“Ibu mengerti dan bersedia makan- makanan yang dianjurkan
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
“Ibu mengerti akan penjelasan yang disampaikan”
Anemia
Anjurkan ibu untuk minum air maksimal2L/hari
“IIbu mengerti dengan penjelasan yang disampaikan”
Konsul dengan dokter untuk melakukan Trasfusi darah
“Dokter menganjurkan transfusi darah 2 kangtong darah
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUP Bandung. (1981). Obstetric Patologi.
Bandung: Elstar Offset.
Barlzad, A. (1993). Endokrinologi Ginekologi. Jakarta: KSERI. Media
Aesculapius.
Doengoes, Marilynn. E. (2001). Rencana Perawatan Maternal/Bayi: Pedoman
Untuk Perencanaan Dan Dokumentasi Perawatan Klien. Jakarta: EGC.
Duenhoelter, J.H. (1989). Ginekologi greenhill (edisi 10) Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. (1999). Kapita Selekta Kedokteran (Jilid 1). Jakarta: Media
Aesculapius.
Simmons, Gema T. (2005). Endometritis. Available at:
http://www.emedicine.com/med/topic 676.htm. September 15th, 2005.
Taber, Ben-Zion. (1994). Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri Dan
Ginekologi. Jakarta: EGC.
Varney, H. (2002). Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, H. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Wiknjosastro, H. (1991). ILMU KEBIDANAN. Edisi III. Jakarta : Gramedia.