manajemen dakwah, perubahan sosial, dan kesalehan sosial dalam masyarakat islam … · 180 jkpi:...
TRANSCRIPT
180
JKPI: Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan, Vol. 1, No 2, 2017
Manajemen Dakwah, Perubahan Sosial, dan Kesalehan Sosialdalam Masyarakat Islam Melayu Kota Palembang
Dalinur M.NurEmail: [email protected]
Fakultas dakwah dan Komunikasi UIN Raden Fatah Palembang
Abstrak: Problematika dakwah dari zaman ke zaman mengalamiperkembangan dan perubahan. Hal itu disebabkan oleh semakin kompleksdan beragamnya problematika kehidupan umat manusia. Segala persoalankemasyarakatan yang semakin rumit dan kompleks yang dihadapi olehummat manusia itu merupakan masalah yang harus dighadapi oleh parapendukung dan pelaksana dakwah. Manajemen dakwah diharapkan mampumelakukan perubahan sosial dalam menyeimbangkan antara kesalehan individudan juga kesalehan sosial karena sejatinya seorang muslim wajib memilikikeseimbangan diri dalam kesalehan individual dan kesalehan sosial. Penelitianbertujuan untuk mengetahui hubungan antara manajemen dakwah denganperubahan sosial,mengetahui hubungan antara manajemen dakwah dankesalehan sosial, dan mengetahui hubungan antara manajemen dakwah,perubahan sosial dan kesalehan sosial. Jenis Penelitian ini adalah penelitianlapangan. Objek penelitiannya adalah masyarakat Islam Melayu di kotaPalembang. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu datayang dinyatakan dalam bentuk angka dan dianalisis dengan teknik statistik.Sumber data berasal dari kuisioner yang disebarkan kepada masyarakat IslamMelayu di kota Palembang Sumatera Selatan kemudian diolah denganmenggunakan rumus statistik serta data kualitatif yang bersumber dari dokumen-dokmen serta literatur yang menunjang penelitian ini. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa hubungan yang sangat signifikan antara manajemendakwah, perubahan sosial, dan kesalehan sosial masyarakat Islam Melayu KotaPalembang.
Kata kunci; Manajemen Dakwah, Perubahan Sosial, Kesalehan Sosial
A. Pendahuluan
Dakwah merupakan bagian integral dari ajaran Islam yang wajib
dilaksanakan oleh setiap muslim. Kewajiban ini tercermin dari konsep amar
ma’ruf dan nahi munkar; yakni perintah untuk mengajak masyarakat melakukan
perilaku positif. Konsep ini mengandung dua implikasi makna sekaligus; yakni
prinsip perjuangan menegakkan kebenaran dalam Islam serta upaya
181
JKPI: Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan, Vol. 1, No 2, 2017
mengaktualisasikan kebenaran Islam tersebut dalam kehidupan sosial guna
menyelamatkan mereka dan lingkungannya dari kerusakan.
Dakwah adalah menyeru kepada umat manusia untuk menuju kebaikan,
memerintahkan yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar dalam rangka
memperoleh kebahagiaan di dunia dan kesejahteraan di akhirat.Karena itu,
dakwah memiliki pengertian yang luas. Ia tidak hanya berarti mengajak dan
menyeru umat manusia agar memeluk Islam, lebih dari itu dakwah juga berarti
upaya membina masyarakat Islam agar menjadi masyarakat yang lebih berkualitas
(khairu ummah) yang dibina dengan ruh tauhid dan ketinggian nilai-nilai Islam.
Dakwah dapat dikategorikan dalam dua bentuk yaitu dakwah secara umum
dan dakwah menurut Islam. Dakwah secara umum adalah suatu pengetahuan yang
mengajarkan dan teknik menarik perhatian orang, guna mengikuti suatu idiologi
dan pekerjaan tertentu. Sementara dakwah Islam adalah mengajak umat manusia
dengan hikmah kebijaksanaan mengikuti petunjuk Allah dan Rasul.
Dakwah merupakan suatu usaha mempertahankan, melestarikan dan
menyempurnakan umat manusia agar mereka tetap beriman kepada Allah, dengan
menjalankan syariat-Nya sehingga mereka menjadi manusia yang hidup bahagia
didunia dan akhirat. Dengan demikian dakwah dapat dipahami bahwa dakwah
adalah suatu usaha untuk merubah situasi yang tidak diridhai oleh Allah kepada
situasi yang diridhai oleh Allah.
Seorang pelaksana dakwah harus memiliki integritas, kapabilitas,
kredibelitas baik dari segi keahliannya maupun moralitasnya, dan memiliki
keperibadian yang sholeh. Di samping itu juga untuk menghasilkan
pelaksanaan dakwah secara efektif dan efesien, harus dilakukan secara sistemik
dengan menerapkan aspek-aspek manajerial secara baik dan tepat.
Pelaksanaan dakwah dengan manajerial yang baik akan menghasilkan
dakwah yang efektif namun sayangnya dengan proses manajemen yang dipahami
saat ini oleh sebagian pendakwah adalah komersialisasi. Tidak sedikit kasus yang
menjadi contoh betapa mahalnya biaya yang harus dikeluarkan oleh jamaah atau
audience dakwah saat mengundang pendakwah yangmemiliki kapabilitas.
182
JKPI: Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan, Vol. 1, No 2, 2017
Problematika dakwah dari zaman ke zaman mengalami perkembangan
dan perubahan. Hal itu disebabkan oleh semakin kompleks dan beragamnya
problematika kehidupan umat manusia. Segala persoalan kemasyarakatan
yang semakin rumit dan kompleks yang dihadapi oleh ummat manusia itu
merupakan masalah yang harus dighadapi oleh para pendukung dan pelaksana
dakwah.
Untuk menghadapi masalah-masalah dakwah yang semakin meningkat
dan berat itu, penyelenggaran dakwah tidak mungkin dilakukan hanya secara
indivudual dan sambil lalu saja. Tetapi harus dilaksanakan oleh pelaksana
dakwah dengan bekerja sama dalam kesatuan-kesatuan yang teratur rapi,
profesional dan menggunakan sistem kerja manajerial yang baik , demi
tercapainya tujuan dakwah secara efektif dan efesien.
Dalam usaha dakwah yang lebih luas dan kompleks dibandingkan
dengan kegiatan bisnis dan usaha-usaha lainnya, tidak dapat berjalan
secara baik, efektif dan efesien apabila tidak disertai dengan manejemen.
Dengan demikian penggunaan prinsip-prinsip manajemen dalam proses
penyelenggaraan dakwah adalah merupakan keharusan.
Pada beberapa titik, dakwah akan bersinggungan dengan kegiatan sosial
kemasyarakatan. Sehingga nantinya muncul terma kesalehan sosial. Iman
merupakan simbol dari hal-hal yang bersifat individu, sedangkan amal saleh
merupakan simbol dari amal sosial yang bersifat sosiologis. Ironisnya, kesalehan
sosial sering dilupakan dan orang lebih mementingkan kesalehan individu,
ataukesalehan individu dianggap lebih tinggi derajatnya dari kesalehan sosial.
Orang yang beribadah biasa-biasa saja tetapi ia aktif dalam berbagai aktivitas
sosial, dan memiliki kepedulian yang tinggi dengan situasi yang terjadi, sering
kali masih dianggap orang yang tingkat religiusitasnya rendah.
Hal yang lebih naif lagi, kedua dimensi ini (kesalehan sosial dan kesalehan
individu) sering dianggap tidak memiliki hubungan apa-apa. Karena itu, orang
yang rajin ibadah, yang setiap tahun mengerjakan ibadah haji, namun mereka
183
JKPI: Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan, Vol. 1, No 2, 2017
tidak mempunyai kepedulian terhadap persoalan yang terjadi di sekitarnya banyak
kita temui. Manajemen dakwah diharapkan mampu melakukan perubahan sosial
dalam menyeimbangkan antara kesalehan individu dan juga kesalehan sosial
karena sejatinya seorang muslim wajib memiliki keseimbangan diri dalam
kesalehan individual dan kesalehan sosial.
B. Landasan Teoretis
- Manajemen dakwah
Manajemen dakwah adalah terminologi yang terdiri dari dua kata, yakni
manajemen dan dakwah. Kedua kata ini berangkat dari dua disiplin ilmu yang
sangat berbeda sama sekali. Istilah yang pertama, berangkat dari disiplin ilmu
yang sekuler, yakni Ilmu Ekonomi. Ilmu ini diletakan di atas paradigma
materialistis. Prinsipnya adalah dengan modal yang sekecil-kecilnya u ntuk
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Sementara itu istilah yang kedua berasal dari lingkungan agama, yakni
Ilmu Dakwah. Ilmu ini diletakan di atas prinsip, ajakan menuju keselamatan dunia
dan akhirat, tanpa paksaan dan intimidasi serta tanpa bujukan dan iming-iming
material. Ia datang dengan tema menjadi rahmat semesta alam. Secara sederhana,
manajemen adalah upaya mengatur dan mengarahkan berbagai sumber daya,
mencakup manusai (man), uang (money), barang (material), mesin (machine),
metode (methode), dan pasar (market).
G.R. Terry dalam bukunya Principles of Management menjelaskan bahwa
manajemen adalah “Management is a distinct process of planing, organizing,
actuating, and controlling, perform to determine and accomplish stated objektives
by the use of human beings and other resources. Defenisi yang digambarkan Terry
memberikan pemahaman bahwa manajemen itu mengandung arti proses kegiatan.
Proses tersebut dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan dengan menggunakan sumber daya lainnya. Seluruh proses tersebut
ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dakwah secara istilah (terminologi) seperti yang dijelaskan dalam Al
Qur’an yaitu: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
184
JKPI: Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan, Vol. 1, No 2, 2017
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya
dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. al-
Nahl: 125).
Dakwah dalam prosesnya akan melibatkan unsur-unsur (rukun) dakwah
yang terbentuk secara sistematik, artinya antara unsur yang satu dengan yang
lainnya saling berkaitan. Unsur-unsur tersebut ialah da'i (pelaku dakwah), mad'u
(mitra/objek dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah),
thariqah (metode), dan atsar (efek dakwah).
- Perubahan Sosial
Konsep dasar perubahan sosial mencakup tiga gagasan: (1) perbedaan; (2)
pada waktu berbeda; dan (3) di antara keadaan sistem sosial yang sama.Perubahan
sosial dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung pada sistem
pengamatan: apakah dari sudut aspek, fragmen atau dimensi sistem sosialnya. Ini
disebabkan keadaan sistem sosial itu tidak sederhana, tidak hanya berdimensi
tunggal, tetapi muncul sebagai kombinasi atau gabungan hasil keadaan berbagai
komonen sebagai berikut :
1. Unsur-unsur pokok (misalnya: jumlah dan jenis individu, serta tindakan
mereka).
2. Hubungan antar unsur (misalnya: ikatan sosial, loyalitas, ketergantungan,
hubungan antarindividu, integrasi).
3. Berfungsinya unsur-unsur di dalam sistem (misalnya: peran pekerjaan yang
dimainkan oleh individu atau diperlukannya tindakan tertentu untuk melestarikan
ketertiban sosial).
4. Pemeliharaan batas (misalnya: kriteria untuk menentukan siapa saja yang
termasuk anggota sistem, syarat penerimaan individu dalam kelompok, prinsip
rekrutmen dalam organisasi, dan sebagainya).
5. Susistem (misalnya: jumlah dan jenis seksi, segmen, atau divisi khusus yang
dapat dibedakan).
185
JKPI: Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan, Vol. 1, No 2, 2017
6. Lingkungan (misalnya: keadaan alam atau lokasi geopolitik).1
Emile Durkheim mendefenisikan perubahan sosial terjadi sebagai hasil
dari faktor-faktor ekologis dan demografis, yang mengubah kehidupan
masyarakat dari kondisi tradisional yang diikat solidaritas mekanistik, ke dalam
kondisi masyarakat modern yang diikat oleh solidaritas organistik. Selain itu
Gillin mendefenisikan perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi sebagai
suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima karena adanya perubahan kondisi
geografi, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun adanya
difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
Terdapat bentuk-bentuk perubahan sosial seperti evolusi dan revolusi.
Evolusi menganggap perubahan sosial merupakan gerakan yang searah seperti
garis lurus dan juga evolusi membaurkan antara pandangan subyektifnya tentang
nilai dan tujuan akhir perubahan sosial. Evolusi juga dianggap sebagai perubahan
sosial yang berjalan secara perlahan dan bertahap juga membutuhkan waktu yang
panjang bahkan waktu berabad-abad untuk sampai pada tahapan terakhir.2
- Kesalehan Sosial
Kesalehan berasal dari kata “saleh” yang dirangkai dengan awalan
“ke”dan akhiran “an”yang berarti hal keadaan yang berkenaan dengan saleh. Kata
“saleh”berasal dari bahasa Arab yang berarti baik. Beramal saleh berarti bekerja
dengan pekerjaan yang baik. ”Sosial” berarti masyarakat. Kata sosial berasal dari
kata “society”, jadi sosial berarti bermasyarakat. Dengan demikian,
kesalehansosial berarti kebaikan dalam kerangka hidup bermasyarakat.
Kesalehan Individu dan sosial pada akhirnya bermuara pada sifat-sifat
kepribadian yang positif sebagai berikut 3:
1. Adventurous, yakni sifat berani karena benar. Sifat ini muncul dari dalam diri
seseorang karena rasa percaya diri, dan terlatihmenghadapi perjuangan membela
1 Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial(Jakarta, Prenada Media Group, 2014) hal.3.
2 Suwarsono dan Alvin Y.So. Perubahan Sosial dan Pembangunan, (Pustaka LP3ESIndonesia. 1994), h.10
3 Rif’at Syauqi Nawawi. Kepribadian Qur’ani. Penerbit Amzah Jakarta 2010. Hal.23-27
186
JKPI: Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan, Vol. 1, No 2, 2017
kebenaran. Orang yang bersangkutan umumnya memiliki komitmen yang kuat
ingin menegakkan kebenaran: watak demi kebenaran inilah yang membuatnya
tampil dan berani, sehingga maju sebagai pemberani.
2. Energetic, yakni bersemangt tinggi. Individu yang memiliki sifat ini biasanya
cenderung berapi-api dan lazimnya senang tampil sebagai penggerak,
menggerakkan orang lain. Sifat bersemangat sangat diperlukan untuk perjuangan
mencapai keberhasilan di segala bidang dan lini kehidupan.
3. Conscientious, yakni sifat jiwa yang mendorong untuk jujur dalam bertindak
sesuai dengan kata hati, alias mengikuti kta hati. Lazimnya individu yang
mempunyai sifat seperti ini tidak berbelit-belit, tetapi mudah apa adanya. Tutur
kata dan tindakan-tindakannya stabil dan jujur sesuai dengan tuntutan batinnya
sehingga mudah dipercaya, karena kebohongan jauh dari dirinya.
4. Responsible, yakni bertanggungjawab atas segala kepercayaan yang diberikan
kepada dirinya. Ini sebagai konskuensi dari ketiga sifat tersebut. Individu yang
mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi umumnya sukses dalam
menjalankan tugasnya dan pekerjaan yang berada di tangannya tidak terbengkalai.
Suatu pekerjaan terbengkalai justru karena berada di tangan orang yang rendah
rasa tanggung jawabnya. Terjadinya penyimpangan-penyimpangan dan
ketidakberesan dalam tugas juga dikarenakan tanggung jawab yang rendah, di
samping kemampuan yang tidak memadai.
Oleh karena itu, jika seseorang harus memilih dan menetapkan orang lain
untuk menduduki jabatan tertentu semestinya dipilih orang yang tidak hanya
memiliki kemampuan yang baik, tetapi juga memiliki rasa tanggung jawab yang
tinggi.
5. Sociable, yakni supel dan pandaibergaul. Orang yang bersifat demikian
biasanya memiliki banyak teman dan cenderung disukai/dicintai orang banyak.
Semua kalangan menyenanginya, baik caranya berbicara maupun cara bergaulnya
yang simpatik. Umumnya, orang seperti ini memiliki semboyan hidup: “Teman
seribu sedikit, musuh satu banyak”. Oleh karena itu, pantas jika ia memiliki
banyak teman.
187
JKPI: Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan, Vol. 1, No 2, 2017
6. Ascendant, yakni memiliki kecenderungan memegang peran sebagai pimpinan,
keinginannya menjadi pemimpin cukup besar. Biasanya, watak pemimpin terlihat
dengan jelas pada dirinya, baik melalui cara berbicara (oratoral/memukau)
maupun managerial skill-nya. Ia terpilih dalam lingkungannya justru karena
“kelebihan-kelebihannya” itu. Kata pepatah, “Pemimpin adalah anak zamannya”.
7. Intelligent, yitu cerdas, yang berpikir encer dan berwawasan luas. Orang yang
inteligensinya tinggi memiliki pengalaman yang luas; banyak hal yang telah
dilaluinya; banyak kalangan yang telah menjadi pengagum dan simpatisannya;
banyak pihak yang au menjadi pengikut dan pendukungnya. Orang yang
berpikiran cerdas, biasanya juga cerdas emosi dan cerdas pula spiritualnya.
Apabila seseorang memiliki kepribadian seperti ini maka ia pantas jika
dijadikan pemimpin. Sebab seorang pemimpin haruslah orang cerdas, memiliki
banyak pengalaman dan berwawasan luas, tidak hanya pandai ‘ngecap’ atau
membanyol.
8. Generous, yakni yang berjiwa pemurah, memiliki sakhawah (kedermawanan)
dan suka menolong orang lain. Pribadi yang demikian memang dicintai orang
banyak, terutama orang-orang yang membutuhkan pertolongan dan bantuannya.
Tidak jarang rumahnya dipenuhi banyak orang, dijaga, dilindungi, dan dihormati,
karena kewibawaaan dan kebaika-kebaikannya kepada orang lain.
9. Talkactive, yakni ringan dan mudah berbicara. Pembicaraannya berisi
danditunggu orang banyak. Apa yang keluar dari mulutnya mengandung hikmah
dan pelajaran yang berharga. Tidak jarang hasil pembicaraannya dicatat, direkam,
dan dibukukan. Keaktifannya berbicara bukanlah sesuatu yang sia-sia. Orang
yang demikian tidak suka pada pepatah “Diam adalah emas”. Ungkapan tersebut
juga dipegangnya, tetapi ia lebih tertrik untuk berbicara karena pembicaraannya
mengandung nilai dan guna yang akan memberi manfaat.
10. Persistent, yakni gigih dalam berusaha, tidak setengah-setengah, tetapi dengan
total, mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki. Individu yang demikian,
jiwanya menggebu untuk mencapai hasil yang diinginkannya. Segala cara
dilakukan demi cita-cita yang telah dipancangkan. Semboyan hidupnya, ‘pasti
188
JKPI: Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan, Vol. 1, No 2, 2017
bisa’. Tidak ada sesuatu pun yang boleh menghalangi keinginannya. Jiwa yang
demikian pantas dimiliki oleh orang-orang yang berbakat menjadi pemimpin.
11. Tenderhearted, yakni rendah hati, alisas tidak sombong. Rendah hati
merupakan sifat kepribadian yang terpuji. Siapa pun yang rendah hati
mengundang simpati dan dukungan. Rendah hati bukanlah kelemahan, tetapi
kebesaran jiwa yang mengandung magnet yang besar untuk memperoleh
perhatian orang banyak. Naluri manusia lebih tertarik danrespek pada orang-orang
yang rendah hati, yang dalam bahasa santun disebut tawadhu (andap asor).
Umumnya para nabi dan para pemimpin masyarakat yang terpilih memiliki sifat
dan karakter ini.
12. Reliable, yakni dapat dipercaya, bahkan enak dan aman dipercaya. Orang
banyak tertarik mempercayakan sesuatu kepadanya, justru karena ia jujur,
mumpuni, amanah, dan meyakinkan untuk mengemban tugas yang dipercayakan
kepadanya. Ialah orang yang “the right man in the right place” bukan yang lain.
Sifat yang demikian adalah sifat atau karakte. yang dimiliki para nabi, yaitu
amanah (terpercaya).
Dikotomi kesalehan individual (hablun minallah) dan kesalehan sosial
(Hablun minannas) masih terjadi hingga saat ini. Banyak umat Islam yang secara
indivual saleh, namun tidak secara sosial. Banyak orang yang rajin sholat, namun
tidak peka dengan kerusakan alam. Banyak orang yang sering pergi haji dan
umroh, namun tidak peka dengan kemiskinan yang melanda orang lain. Banyak
orang yang suka berpuasa, namun sangat pelit dalam bersedekah harta kepada
orang lain. Hal ini tentu saja membuat sikap saleh itu kurang sempurna. Karena
kesalehan individual dan sosial ibarat dua sisi mata uang yangtidak bisa
dipisahkan.
Defenisi Operasional
Manajemen Dakwah (X1)
Defenisi Konseptual,manajemen dakwah merupakan proses perencanaan
tugas, mengelompokkan tuga, menghimpun dan menempatkan tenaga-tenaga
pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas dan kemudian menggerakkan ke arah
189
JKPI: Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan, Vol. 1, No 2, 2017
penyapaian tujuan dakwah. Inti dari manajemen dakwah yaitu sebuah pengaturan
secara sistematis dan koordinatif dalam kegiatan atau aktivitas dakwah yang
dimulai dari sebelum pelaksanaan sampai akhir dari kegiatan dakwah.
Perubahan Sosial (X2)
Defenisi Konseptual, Perubahan sosial adalah proses dimana terjadi
perubahan struktur dan fungsi dalam sebuah formasi atau lembaga sosial dalam
suatu masyarakat. Proses perubahan itu selanjutnya mempunyai pengaruhnya
pada sistem-sistem sosial (termasuk di dalamnya nilai, pola perilaku maupun pola
komunikasi) dalam masyarakat dimana sistem-sistem tersebut terbangun dari
berbagai kelompok-kelompok masyarakat yang dinamis. Adapun analisis atas
perubahan sosial umumnya dilakukan dengan melihat proses sosial dalam
tahapan-tahapan proses yang terjadi.
Kesalehan sosial (Y)
Definisi Konseptual, kesalehan sosial adalah sikap seseorang yang
memiliki unsur kebaikan (salih) atau manfaat dalam kerangka hidup
bermasyarakat. Sikap kesalehan sosial tersebutmeliputi: (a)solidaritas sosial (al-
takaful al-ijtima’i), (b) toleransi (al-tasamuh), (c) mutualitas/kerjasama (al-
ta’awun), (d) tengah-tengah (al-I’tidal), dan (e) stabilitas (al-tsabat). 2)Definisi
Operasional, kesalehan sosialadalahskor yang diperoleh dari sikap seseorang/
responden yang memiliki unsur kebaikan (salih) atau manfaat dalam kerangka
hidup bermasyarakat, diukur dengan;(a) solidaritas sosial, (b)
kerjasama/mutualitas, (c) toleransi, (d) adil, dan (e) menjaga ketertiban umum.
Tema Dimensi Indikator
Perencanaan Dakwah
Perencanaan Dakwah
Manfaat perencanaan dakwah
Sasaran dasar perencanaandakwah
Bentuk-bentuk organisasi
190
JKPI: Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan, Vol. 1, No 2, 2017
ManajemenDakwah
Pengorganisasian Dakwah
dakwah
Desain pengorganisasian
Strategi dan struktur dakwah
Tujuan pengorganisasian
Penggerakkan Dakwah
Pemberian motivasi
Melakukan bimbingan
Menjalin hubungan
Penyelenggaraan komunikasi
Pengendalian dan Evaluasi
Dakwah
Unsur dan proses pengendaliandakwah
Efektivitas manajerial
Produktivitas Organisasi
Evaluasi Dakwah
Kepemimpinan dan
Manajemen Dakwah
Pengembangan sumber dayamanusia
Peran pemimpin dakwah dalampengembangan sumber daya
manusia
Pengembangan dakwah
Perubahan Sosial
Perubahan Nilai 1.Pandangan hidup (way oflife)
2.Pandangan dunia (worldview)
3.Nilai-nilai (values)Perubahan Norma 1. Cara (usage
2. Kebiasaan (folkways)3. Tata kelakuan (mores),4. Adat istiadat (custom)
Perubahan Pola Perilaku 1. Tahapan linier2. Globalisasi3. Modernisasi
Perubahan Lembaga Sosial 1. Pedoman sikap2. Simbol budaya3. Ideologi
191
JKPI: Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan, Vol. 1, No 2, 2017
Perubahan Strukur Sosial 1. Dimensi vertikal2. Dimensi horisontal
Kesalehan Sosial
Solidaritas SosialSosial Ekonomi
Giving (Memberi)Caring (peduli)
Kerjasama/mutualitas (west)
Supporting
Kontribusi baik tenaga maupunpikiran
Tanggung jawab penyelesaiantugas
Totalitas kerja
Toleransi
Kerukunan beragama danbudaya
Menghargai perbedaan nilai –nilai kehidupan
Tidak memaksakan nilaiTidak menghina atau merusak
nilai yg berbeda
Adil
Supporting
Terpenuhinya kebutuhan dasarTersedianya kesempatan yang
sama dalam bekerja danberaktualisasi
Distribusi sumber daya yangproporsional
Menjaga ketertiban umum(stabilitas/Social Order)
Tertib sosial
Keterlibatan dalam DemokrasiKeterlibatan dalam perbaikankinerja permerintahan (Good
governace)Pencegahan kekerasan fisik,
budaya, strukturKonservasi LingkunganRestorasi Lingkungan
Jenis Penelitian ini adalah penelitian lapangan. Objek penelitiannya adalah
masyarakat Islam Melayu di kota Palembang. Jenis data dalam penelitian ini
adalah data kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka dan
dianalisis dengan teknik statistik. Sumber data berasal dari kuisioner yang
disebarkan kepada masyarakat Islam Melayu di kota Palembang Sumatera Selatan
kemudian diolah dengan menggunakan rumus statistik serta data kualitatif yang
bersumber dari dokumen-dokmen serta literatur yang menunjang penelitian ini.
Sumber data penelitian dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli. Data primer diambil dari informan secara langsung
melalui observasi dan angket. Data sekunder yaitu data yang sudah dikumpulkan
192
JKPI: Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan, Vol. 1, No 2, 2017
oleh pihak lain dan sebagai data pelengkap berupa literatur atau dokumentasi yang
ada kaitannya dengan penelitian dan sebagai bahan penunjang.
Pembahasan
Data hasil penelitian mengenai manajemen dakwah, perubahan sosial, dan
kesalehan sosial dalam masyarakat Islam Melayu kota Palembangakandiuraikan
menjadi tiga bagian sesuai dengan tujuan penelitian ini yang pertama, hubungan
antara manajemen dakwah dengan perubahan sosial, kedua hubungan antara
manajemen dakwah dan kesalehan sosial, dan yang ketiga hubungan antara
manajemen dakwah, perubahan sosial dan kesalehan sosial.
Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Islam Melayu Kota
Palembang Sumatera Selatan sebanyak 50 responden yang dibagikan kuseioner
terdiri dari 12 pertanyaan untuk variabel X1, 15 pertanyaan untuk variabel X2,
dan 15 pertanyaan untuk variabel Y. Untuk mengetahui manajemen
dakwah,perubahan sosial, dan kesalehan sosial masyarakat Islam Melayu
Sumatera Selatan, penelitian ini menggunakan perhitungan melalui program SPSS
versi 20 dan untuk menguji hipotesis menggunakan uji korelasi Product
Momment dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Hasil uji validitas pada tabel 1, 2 dan 3 yang menyatakan semua nilai pada
corrected item total correlation lebih besar dari r tabel, artinya dapat disimpulkan
bahwa instrumen pada variabel X1, X2, dan variabel Y dinyatakan valid dandapat
digunakan sebagai kuesioner.
2. Uji reliabilitas variabel (X1) Manajemen Dakwah, variabel (X2) Perubahan
Sosial, dan varibel (Y) Kesalehan Sosial Masyarakat Islam Melayu Kota
Palembang dengan menggunakan SPSS versi 20 dengan rumus Cronbach’s
Alpha, hasil uji reliabilitas variabel X1, X2, dan varibel Y, maka dapat
disimpulkan bahwa variabel X1, X2, dan Y memenuhi syarat sebagai alat ukur
untuk pengambilan data dalam penelitian karena nilai Cronbach’s Alpha lebih
besar dari 0,60.
193
JKPI: Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan, Vol. 1, No 2, 2017
Variabel X1 (Manajemen Dakwah)
1. Dalam manajemen dakwah dibutuhkan proses perencanaan yaitu proses
pemikiran dan pengambilan keputusan yang matang atau sistematis mengenai
tindakan yang akan dilaksanakan dalam penyelenggaraan dakwah, jawaban
responden terhadap pertanyaan no. 1 positif karena jawaban sangat setuju dan
setuju mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4, 64.
2. Manfaat perencanaan dakwah adalah mengurangi tumpang tindih kegiatan
dakwah dan dapat menentukan standar pengendalian dakwah, jawaban responden
terhadap pertanyaan no. 2 positif karena jawaban sangat setuju dan setuju
mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4, 60.
3. Sasaran dasar perencanaan dakwah berorientasi pada hasil-hasil yang
dikehendaki bagi da’i, mad’u, dan masyarakat, jawaban responden terhadap
pertanyaan no. 3 positif karena jawaban sangat setuju dan setuju mencapai 100 %,
dengan mean sebesar 4,70.
4. Bentuk organisasi dakwah merupakan suatu badan yang di dalamnya saling
berkaitan untuk membentuk suatu keutuhan dan tujuan yang sama, jawaban
responden terhadap pertanyaan no. 4 positif karena jawaban sangat setuju dan
setuju mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4,78.
5. Dalam manajemen dakwah dibutuhkan desain pengorganisasian, jawaban
responden terhadap pertanyaan no. 5 positif karena jawaban sangat setuju dan
setuju mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4,70.
6. Manajemen dakwah memiliki strategi dan struktur dakwah, jawaban responden
terhadap pertanyaan no. 6 positif karena jawaban sangat setuju dan setuju
mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4,56.
7. Tujuan pengorganisasian dalam manajemen dakwah adalah pemberian
motivasi, jawaban responden terhadap pertanyaan no. 7 positif karena jawaban
sangat setuju dan setuju mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4,60.
8. Penggerakkan dakwah meliputi, melakukan bimbingan, menjalin hubungan,
dan penyelenggaraan komunikasi, jawaban responden terhadap pertanyaan no. 8
positif karena jawaban sangat setuju dan setuju mencapai 100 %, dengan mean
sebesar 4,50.
194
JKPI: Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan, Vol. 1, No 2, 2017
9. Pengendalian dakwah dan pengembangan sumber daya manusia sangat
diperlukan dalam manajemen dakwah, jawaban responden terhadap pertanyaan
no. 9 positif karena jawaban sangat setuju dan setuju mencapai 100 %, dengan
mean sebesar 4,58.
10. Peran pemimpin dakwah dalam pengembangan sumber daya manusia menjadi
skala prioritas dalam manajemen dakwah, jawaban responden terhadap pertanyaan
no. 10 positif karena jawaban sangat setuju dan setuju mencapai 100 %, dengan
mean sebesar 4,64.
11. Dibutuhkan kepemimpinan dalam manajemen dakwah, jawaban responden
terhadap pertanyaan no. 11 positif karena jawaban sangat setuju dan setuju
mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4,80.
12. Evaluasi dakwah merupakan salah satu langkah yang penting demi
keberhasilan dakwah, jawaban responden terhadap pertanyaan no. 12 positif
karena jawaban sangat setuju dan setuju mencapai 100 %, dengan mean sebesar
4,68.
Variabel X2 (Perubahan Sosial)
1. Setiap individu dalam masyarakat harus memiliki pandangan hidup yang
menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan, jawaban responden terhadap
pertanyaan no. 1 positif karena jawaban sangat setuju dan setuju mencapai 100 %,
dengan mean sebesar 4, 56.
2. Setiap individu dalam masyarakat harus memiliki pandangan hidup yang
menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan, jawaban responden terhadap
pertanyaan no. 2 positif karena jawaban sangat setuju dan setuju mencapai 100 %,
dengan mean sebesar 4, 60.
3. Nilai-nilai yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari merupakan sesuatu
yang penting, jawaban responden terhadap pertanyaan no. 3 positif karena
jawaban sangat setuju dan setuju mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4, 66.
4. Memahami bahwa kebiasaan mengikuti nilai-nilai yang telah menjadi
pegangan, jawaban responden terhadap pertanyaan no. 4 positif karena jawaban
sangat setuju dan setuju mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4, 76.
195
JKPI: Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan, Vol. 1, No 2, 2017
5. Setiap individu memiliki cara hidup yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat, jawaban responden terhadap pertanyaan no. 5 positif karena
jawaban sangat setuju dan setuju mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4, 72.
6. Adat istiadat (custom), yaitu kumpulan tata kelakuan yang paling tinggi
kedudukannya karena barsifat kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap
masyarakat yang memilikinya, jawaban responden terhadap pertanyaan no. 6
positif karena jawaban sangat setuju dan setuju mencapai 100 %, dengan mean
sebesar 4, 58.
7. Tata kelakuan (mores), adalah sekumpulan perbuatan yang mencerminkan sifat-
sifat hidup dari sekelompok manusia yang dilakukan secara sadar guna
melaksanakan pengawasan oleh sekelompok masyarakat terhadap anggota-
anggotanya, jawaban responden terhadap pertanyaan no. 7 positif karena jawaban
sangat setuju dan setuju mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4, 68.
8. Tahapan perubahan perilaku yang terjadi di Indonesia yaitu tahapan linier
dimulai dari masyarakat primitif, kemudian berkembang menjadi struktur
komunal purba, kemudian sistem feodal, dan masyarakat borjuis, jawaban
responden terhadap pertanyaan no. 8 positif karena jawaban sangat setuju dan
setuju mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4,50.
9. Gaya hidup dipengaruhi globalisasi. Penguasaan teknologi informasi menjadi
modal penting dalam mengendalikan kegiatan ekonomi, politik, sosial budaya,
dan pendidikan. Penguasaan teknologi informasi juga menjadi agen perubahan,
jawaban responden terhadap pertanyaan no. 9 positif karena jawaban sangat
setuju dan setuju mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4,70.
10. Modernisasi diartikan sebagai proses perubahan masyarakat dan kebudayaan
dalam seluruh aspeknya, dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern,
jawaban responden terhadap pertanyaan no. 10 positif karena jawaban sangat
setuju dan setuju mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4,80.
11. Perubahan sosial pada level perubahan lembaga sosial pedoman sikap yaitu
memberikan pedoman pada anggota-anggota masyarakat, bagaimana bersikap
atau bertingkah laku dalam menghadapi masalah-masalah yang muncul atau
berkembang di lingkungan masyarakat, termasuk yang menyangkut hubungan
196
JKPI: Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan, Vol. 1, No 2, 2017
pemenuhan kebutuhan, jawaban responden terhadap pertanyaan no. 11 positif
karena jawaban sangat setuju dan setuju mencapai 100 %, dengan mean sebesar
4,74.
12. Struktur sosial pada dimensi vertikal adalah hierarki status-status sosial
dengan segala peranannya sehingga menjadi satu sistem yang tidak dapat
dipisahkan dari struktur status yang tertinggi hingga struktur status yang terendah,
jawaban responden terhadap pertanyaan no. 12 positif karena jawaban sangat
setuju dan setuju mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4,82.
13. Struktur sosial pada dimensi horizontal seluruh masyarakat berdasarkan
karakteristiknya terbagi-bagi dalam kelompok-kelompok sosial yang memiliki
karakter sama, jawaban responden terhadap pertanyaan no. 13 positif karena
jawaban sangat setuju dan setuju mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4,54.
14. Struktur sosial pada dimensi vertikal adalah hierarki status-status sosial
dengan segala peranannya sehingga menjadi satu sistem yang tidak dapat
dipisahkan dari struktur status yang tertinggi hingga struktur status yang terendah,
jawaban responden terhadap pertanyaan no. 14 positif karena jawaban sangat
setuju dan setuju mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4,78.
15. Struktur sosial pada dimensi horizontal seluruh masyarakat berdasarkan
karakteristiknya terbagi-bagi dalam kelompok-kelompok sosial yang memiliki
karakter sama, jawaban responden terhadap pertanyaan no. 15 positif karena
jawaban sangat setuju dan setuju mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4,54.
Variabel Y (Kesalehan Sosial)
1. Dalam kesalehan sosial berarti terpenuhinya kebutuhan dasar, jawaban
responden terhadap pertanyaan no. 1 positif karena jawaban sangat setuju dan
setuju mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4,68.
2. Selanjutnya dalam kesalehan sosial juga berarti tersedianya kesempatan yang
sama dalam bekerja dan beraktualisasi, jawaban responden terhadap pertanyaan
no. 2 positif karena jawaban sangat setuju dan setuju mencapai 100 %, dengan
mean sebesar 4,48.
197
JKPI: Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan, Vol. 1, No 2, 2017
3. Dalam kesalehan sosial, adil berarti distribusi sumber daya yang proporsional,
jawaban responden terhadap pertanyaan no. 3 positif karena jawaban sangat setuju
dan setuju mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4,66.
4. Keterlibatan dalam demokrasi juga penting dalam kesalehan sosial, jawaban
responden terhadap pertanyaan no. 4 positif karena jawaban sangat setuju dan
setuju mencapai 96 %, dengan mean sebesar 4,72.
5.Adanya keterlibatan dalam perbaikan kinerja permerintahan (Good governace).,
jawaban responden terhadap pertanyaan no. 5 positif karena jawaban sangat setuju
dan setuju mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4,80.
6. Menjaga ketertiban umum juga berarti memiliki solidaridas baik secara sosial
maupun ekonomi, jawaban responden terhadap pertanyaan no. 6 positif karena
jawaban sangat setuju dan setuju mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4,72.
7. Selalu menerapkan sikap dan tindakan yang memiliki arti baik misalnya Giving
(Memberi) dalam kehidupan sehari-hari, jawaban responden terhadap pertanyaan
no. 7 positif karena jawaban sangat setuju dan setuju mencapai 100 %, dengan
mean sebesar 4,60.
8. Dalam kesalehan sosial selalu menerapkan kepedulian pada sesama Caring
(peduli), jawaban responden terhadap pertanyaan no. 8 positif karena jawaban
sangat setuju dan setuju mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4,70.
9. Kontribusi baik tenaga maupun pikirandalam pengembangan masyarakat,
jawaban responden terhadap pertanyaan no. 9 positif karena jawaban sangat
setuju dan setuju mencapai 98 %, dengan mean sebesar 4,66.
10. Memiliki tanggung jawab dalam penyelesaian tugas, jawaban responden
terhadap pertanyaan no. 10 positif karena jawaban sangat setuju dan setuju
mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4,54.
11. Setiap individu seharusnya memiliki totalitas, loyalitas, dan integritas dalam
pekerjaan, jawaban responden terhadap pertanyaan no. 11 positif karena jawaban
sangat setuju dan setuju mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4,62.
12. Menghargai perbedaan nilai-nilai kehidupan, jawaban responden terhadap
pertanyaan no. 12 positif karena jawaban sangat setuju dan setuju mencapai 100
%, dengan mean sebesar 4,52.
198
JKPI: Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan, Vol. 1, No 2, 2017
13. Tidak menghina atau merusak nilai yang berbeda, jawaban responden
terhadap pertanyaan no. 13 positif karena jawaban sangat setuju dan setuju
mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4,50.
14. Tidak memaksakan nilai yang diyakini dan menghormati nilai-nilai yang
diyakini orang lain, jawaban responden terhadap pertanyaan no. 14 positif karena
jawaban sangat setuju dan setuju mencapai 100 %, dengan mean sebesar 4,58.
15. Menjaga ketertiban umum (stabilitas/Social Order) yaitu ; mematuhi aturan
dalam ketertiban umum, melaksanakan ketertiban umum, dan mampu menjaga
kepentingan orang lain, jawaban responden terhadap pertanyaan no. 15 positif
karena jawaban sangat setuju dan setuju mencapai 100 %, dengan mean sebesar
4,54.
3. Dari hasil analisis korelasi product momment dengan menggunakan program
SPSS versi 20 diperoleh nilai r hitung sebesar 0,838 > r tabel 0,214 dan taraf
signifikansi 0,05 maka Ha dterima dan Ho ditolak maka dapat disimpulkan
terdapat hubungan yang sangat signifikan antaramanajemen dakwah, perubahan
sosial, dan juga kesalehan sosial masyarakat Islam Melayu Kota Palembang.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan analisis data
menggunakan program SPSS versi 20 diperoleh hasil bawa pada variabel X1
(Manajemen Dakwah) memiliki 5 dimensi yaitu perencanaan dakwah,
pengorganisasian dakwah,penggerakkan dakwah,pengendalian dan evaluasi
dakwah,dankepemimpinan dan manajemen dakwah. Variabel X2 (Perubahan sosial)
memiliki 5 dimensi yaitu perubahan nilai, perubahan norma, perubahan pola
perilaku, perubahan lembaga sosial, dan perubahan strukur sosialVariabel Y
(Kesalehan Sosial) memiliki 5 dimensi yaitu dimensi solidaritas sosial ekonomi,
kerjasama/mutualitas (west) supporting, toleransi kerukunan beragama dan budaya, adil
(suporting),danmenjaga ketertiban umum (stabilitas social order).
Dimensi variabel X1 meliputi dimensi perencanaan dakwah memiliki tiga
indikator yaitu perencanaan dakwah, manfaat perencanaan dakwah, dan sasaran
199
JKPI: Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan, Vol. 1, No 2, 2017
dasar perencanaan dakwah. Dimensi pengorganisasian dakwah memiliki empat
indikator yaitu bentuk-bentuk organisasi dakwah, desain pengorganisasian,
strategi dan struktur dakwah, dan tujuan pengorganisasian. Dimensi
penggerakkan dakwah memilikiempat indikator yaitu pemberian motivasi,
melakukan bimbingan, menjalin hubungan, dan penyelenggaraan komunikasi.
Dimensi pengendalian dan evaluasi dakwah terdiri dari empat indikator yaitu
unsur dan proses pengendalian dakwah, efektivitas manajerial, produktivitas
organisasi, dan evaluasi dakwah. Dimensikepemimpinan dan manajemen dakwah
memiliki tiga indikator yaitu, pengembangan sumber daya manusia,peran
pemimpin dakwah dalam pengembangan sumber daya manusia, dan
pengembangan dakwah.
Dimensi variabel X2 meliputidimensi perubahan nilai, memiliki tiga
indikator yaitu pandangan hidup (way of life), pandangan dunia (world view) dan
nilai-nilai (values). Dimensi perubahan norma memiliki empat indikator yaitu
cara (usage), kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores), dan adat istiadat
(custom). Dimensi perubahan pola perilaku memiliki tiga indikator yaitu tahapan
linier, globalisasi,dan modernisasi. Dimensi perubahan lembaga sosial memiliki
tiga indikator pedoman sikap, simbol budaya, dan ideologi. Dimensi perubahan
strukur sosial memiliki dua indikator yaitu dimensi vertikal dan dimensi
horisontal.
Dimensi Variabel Y meliputi dimensi solidaritas sosial memiliki dua
indikator yaitu sosial ekonomi giving (memberi) dan caring (peduli). Dimensi
kerjasama/mutualitas (west) supporting memiliki tiga indikator yaitu kontribusi
baik tenaga maupun pikiran, tanggung jawab penyelesaian tugas, dan totalitas
kerja. Dimensi toleransikerukunan beragama dan budaya memiliki tiga indikator
yaitu menghargai perbedaan nilai-nilai kehidupan, tidak memaksakan nilai, dan
tidak menghina atau merusak nilai yg berbeda. Dimensi adilsupporting memiliki
tiga indikator yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar, tersedianya kesempatan yang
sama dalam bekerja dan beraktualisasi, dan distribusi sumber daya yang
proporsional. Dimensi menjaga ketertiban umum (stabilitas/social order) memiliki
lima indikator yaitu keterlibatan dalam demokrasi, keterlibatan dalam perbaikan
200
JKPI: Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan, Vol. 1, No 2, 2017
kinerja permerintahan (good governance), pencegahan kekerasan fisik, budaya,
struktur, konservasi lingkungan, dan restorasi lingkungan.
Analisis setiap indikator dari keseluruhan dimensi menunjukkan bahwa
jawaban responden adalah positif. Korelasi antara variabel X1, X2, dan Y adalah
korelasi sempurna di mana hasil analisis korelasi product momment dengan
menggunakan program SPSS versi 20 diperoleh nilai r hitung sebesar 0,838 > r
tabel 0,214 dan taraf signifikansi 0,05 maka Ha dterima dan Ho ditolak maka
dapat disimpulkan terdapat hubungan yang sangat signifikan antara manajemen
dakwah, perubahan sosial, dan kesalehan sosial masyarakat Islam Melayu Kota
Palembang.
b. Saran
1. Masyarakat Islam Melayu Palembang diharapkan mampu meningkatkan
pemahaman akan manajemen dakwah dan perubahan sosial sehingga memiliki
kesalehan sosial yang dapat menyeimbangkan antara hablum minannas dan
hablum minallah dalam kehidupan sehari-hari.
2. Diharapkan dapat diadakan penelitian lebih lanjut dalam kajian manajemen
dakwah, perubahan sosial dan juga kesalehan sosial.
201
JKPI: Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan, Vol. 1, No 2, 2017
DAFTAR PUSTAKA
Abdulah, Amin. Dinamika Islam Kultural; pemetaan Wacana Keislaman
Kontemporer. Bandung : Mizan. 2000
Abdulah, M.Amin. Studi Islam Normativitas atau Historisitas. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 1996
Alvin, Y. SO, Suwarsono (2000). Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta:
LP3ES.
Berry, David (2003). Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Chamami, Rikza M. Studi Islam Kontemporer. Semarang : Pustaka Rizki Putra.
2012
Harahap, Syahrin. Islam dan Modernitas, Dari Teori Modernisasi Hingga
penegakan Kesalehan Modern. Kencana Prenada Media Group. 2005
Hidayat, Komarudin.Islam Negara dan Civil Society : Gerakan Dan Pemikiran
Islam Kontemporer Jakarta : Paramadina. 2005
Huda, Nor. Islam Nusantara, Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia.
Jakarta : Ar-ruzz Media Group. 2007
Malim, Misbach. Dinamika Dakwah. Jakarta : Media Dakwah. 2005
Manullang. Dasar-Dasar Manajemen. Gadjah Mada University Press
Yogyakarta. 2004
Martono, Nanang (2011). Teori Sosiologi Perspektif Klasik, Modern, Post
Modern dan Poskolonial. Jakarta: Rajawali Pers.
Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya. 2010.
Muhtarom, Zaini. Dasar-dasar Manajemen Dakwah. Yogyakarta: PT al-Amin
Press. 1996
Mujib, Abdul & Jusuf Mudzakkir. Studi Islam Dalam Ragam Dimensi dan
Pendekatan. Jakarta : Prenada Media. 2005
Munir &Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah . Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2012
202
JKPI: Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan, Vol. 1, No 2, 2017
Nata, Abuddin Nata. Studi Islam Komprehensif. Jakarta : Prenada Media. 2012
Prasetiadi, Yan S & Ichsan. Studi Islam Paradigma Komprehensif. Jakarta : Al
Azhar Fresh Zone. 2014
Ridwan, Deden. Tradisi Baru Penelitian Agama Islam: Tinjauan Antardisiplin
Imu, Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, 2001.
Rivauzi Ahmad. Wawasan Studi Keislaman. Jakarta :Penerbit Sakata, 2015
Rizzer, George & Douglas J Goodman. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Prenada Media. 2004.
Suwarsono. (2000). Perubahan Sosial dan Pembangunan. LP3ES.
Sztompka, Piotr.Sosiologi Perubahan Sosial (Jakarta: Prenada Media Group.
2014
Terry R, George. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2013
Terry R. George & Leslie W.Rue. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi
Aksara. 2010
Jamil, Abdul Wahab (Editor) 2015. Indeks Kesalehan Sosial MasyarakatIndonesia, Jakarta: Kementerian Agama RIBadan Litbang danDiklatPuslitbang Kehidupan Keagamaan.