manajemen nyeri

30
MANAJEMEN NYERI PADA PASIEN PASCA SEKSIO SESAREA TRANSPERITONEAL PROFUNDA (SSTP) e.c PEB 1 Disusun oleh: Utami Murti Pratiwi PEMBIMBING dr. Ardiansyah KONSULEN dr. Wahyudi, Sp.An DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ANESTESI, TERAPI INTENSIF DAN MANAJEMEN NYERI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013 BAGIAN ILMU ANESTESI, TERAPI INTENSIF DAN MANAJEMEN NYERI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN LAPORAN KASUS JULI 2013

Upload: utami-murti-pratiwi

Post on 21-Jan-2016

112 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

slide

TRANSCRIPT

Page 1: Manajemen Nyeri

1

MANAJEMEN NYERI PADA PASIEN PASCA SEKSIO SESAREA TRANSPERITONEAL PROFUNDA (SSTP) e.c PEB

 

Disusun oleh:Utami Murti Pratiwi

 PEMBIMBINGdr. Ardiansyah

 KONSULENdr. Wahyudi, Sp.An

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKPADA BAGIAN ANESTESI, TERAPI INTENSIF DAN MANAJEMEN NYERI

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2013

BAGIAN ILMU ANESTESI, TERAPI INTENSIF DAN MANAJEMEN NYERIFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN LAPORAN KASUS

JULI 2013

Page 2: Manajemen Nyeri

2

IDENTITAS PASIEN Nama : RM : Tgl Lahir/Umur : Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Pekerjaan : Agama : Islam Status perkawinan : Kawin Tgl Masuk RS : Ruangan :

Bagian Anestesi FK Unhas Manajemen Nyeri Pasien Pasca SSTP

Page 3: Manajemen Nyeri

3

ANAMNESIS

Anamnesis terpimpin :

Pasien masuk dengan G7P3A3 gravid aterm belum inpartu. Pasien mengeluhkan sakit kepala yang dialami secara tiba-tiba, dan disertai pandangan kabur. Pasien juga merasa mual namun tidak sampai muntah, nyeri ulu hati tidak ada, kejang tidak ada, riwayat kejang sebelumnya tidak ada. Terakhir makan dan minum tgl 17 juni 2013 jam 22.30.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat sakit seperti ini sebelumnya disangkal, riwayat hipertensi dalam kehamilan sebelumnya disangkal, riwayat pelepasan air ketuban, darah, dan lendir tidak ada, riwayat ANC lebih dari 3 x di Puskesmas, riwayat perdarahan spontan tidak ada, riwayat DM dan penyakit jantung tidak ada, riwayat asma tidak ada, riwayat alergi tidak ada. 

Bagian Anestesi FK Unhas Manajemen Nyeri Pasien Pasca SSTP

Page 4: Manajemen Nyeri

4

PEMERIKSAAN FISIS

Status Generalis : Sakit sedang/gizi cukup/composmentis Vital sign: TD : 200/110 mmHg

N : 88 kali/menit

P : 18 kali/menit

S : 36,5 °C

Bagian Anestesi FK Unhas Manajemen Nyeri Pasien Pasca SSTP

Page 5: Manajemen Nyeri

5

PEMERIKSAAN FISIKKepala Bentuk kepala : mesosefal, simetris, deformitas (-), tanda

trauma (-) Rambut : hitam, distribusi rata, tidak mudah

dicabut Nyeri tekan : (-) Mata : konjungtiva anemi (-/-), sklera ikterik (-/), radang (-/-) Hidung : simetris, deformitas (-), sekret (-), darah (-) Mulut : tidak ada gangguan dalam membuka rahang, tampak arkus faring,uvula dan palatum molle,darah (-),susunan gigi

baik Telinga : nyeri tekan tragus (-), darah (-)

Page 6: Manajemen Nyeri

6

Dada

a. Jantung Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak kuat angkat Palpasi : Iktus kordis teraba di SIC IV linea midclavicula

sinistra, tidak kuat angkat Perkusi : batas jantung dalam batas normal Auskultasi : S1-S2 reguler, bising (-)

b. Pulmo Inspeksi : Dinding dada intak, tanda trauma (-), deformitas (-),

gerakan pernapasan simetris tipe torakoabdominal Palpasi : Vocal fremitus kanan = kiri Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru Auskultasi : Vesikuler (+) normal, suara tambahan (-)

Page 7: Manajemen Nyeri

7

Abdomen Inspeksi : Kulit abdomen intak, jejas (-), sikatrik (-) Auskultasi : Peristaltik (+) normal Palpasi : Nyeri tekan (-)Mc Burney, nyeri tekan lepas (-), tidak

teraba massa (-), Ballotement (+) Perkusi : Timpani, pekak beralih (-)

Ekstremitas

a. Superior: tanda trauma (-/-), deformitas (-/-), keterbatasan gerak (-/-), hangat (+/+) pucat (-/-)

b. Inferior: Dextra : tanda trauma (-), deformitas (-), keterbatasan gerak (-), hangat

(+), pucat (-), Edema (+) Sinistra : tanda trauma (-), deformitas (-), keterbatasan gerak (-),

hangat (+), pucat (-), Edema (+)

Page 8: Manajemen Nyeri

8

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

•HematologiWBC : 11,2 103/ulRBC : 4,54 106/ulHGB : 12,0 g/dlHCT : 38,3 %PLT : 359 103/ulMCV : 84 um3

MCH : 25,9 PgMCHC : 30,9 g/dl

• Fungsi ginjal Ureum : 13 mg/dl Kreatinin : 0,8 mg/dl• Kimia hati SGOT : 12 u/L SGPT : 9 u/L

• Perdarahan CT : 8’00 menit BT : 2’00 menit PT : 9,5 kontrol 11,9 APTT : 28,6 kontrol 22,8• Urin rutin Protein : 500/++++

Page 9: Manajemen Nyeri

9

DIAGNOSIS KERJA

G10P9A0 gravid 28 minggu + Preeklamsia Berat Status ASA PS 3 E

Page 10: Manajemen Nyeri

10

PENATALAKSANAAN

Medikamentosa

- Anti kejang : MgSo4

- Antihipertensi : Nifedipine 10-20 mg per oral,diulangi 30

menit. Segera dilakukan Seksio sesarea transperitoneal profunda

(SSTP) dengan teknik anestesi Epidural.

Page 11: Manajemen Nyeri

11

INSTRUKSI PRE OP ANESTESI Stop intake oral Premedikasi di OK Siap darah WB 500 cc di bank darah Informed consent Posisi miring kiri, O2 2 lpm via nasal kanul

Page 12: Manajemen Nyeri

12

ANESTESI DI OK

PreoperatifAntibiotik profilaksis 2 gr preoperatif, O2 2-3 liter/menit, IVFD RL 28 tpm, takar urine per jam.

PremedikasiOndansetron 4 mg IV

EpiduralIdentifikasi Th IX-X, desinfeksi dengan betadin, skin wheal dengan lidokain, insersi jarum Touhy, dengan paramedian approach dengan teknik LOR. Masukkan kateter epidural. Aspirasi: darah (-), pasang pada marker 9 cm. Tes dose dengan lidokain + epinefrin 1:200.000. loading dose dengan lidokain 240 mg + Fentanyl 25 mcg + Epinefrin.

Operasi selesai, pasien di pindahkan ke ruang recovery room.

Page 13: Manajemen Nyeri

13

PROGRAM POST OPERASI Awasi KU, tanda vital, perdarahan, dan balance

cairan O2 via nasal kanul 2 liter/menit Line I : IVFD RL + oksitosin 20 iv 28 tpm

sampai kolf kedua dilanjutkan IVFD RL 28 tpmLine II : IVFD RL + MgSO4 40% 6 gr (15 cc) 28 tpm sampai tgl 19/6/2013 jam 09.15

Cefotaxime 1 gr/12 jam/iv Asam traneksamat 500 mg/8 jam/iv Tramadol 1 amp/8 jam/iv Ranitidin 1 amp/8 jam/iv Nifedipin 3x10 mg tab

Page 14: Manajemen Nyeri

14

DISKUSI

Page 15: Manajemen Nyeri

15

PREEKLAMSIA BERAT Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15 % penyulit

kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin.

Preeklamsia berat ialah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam.

Bagian Anestesi FK Unhas Manajemen Nyeri Pasien Pasca SSTP

Page 16: Manajemen Nyeri

16

Invasi tropoblas yang abnormal

Page 17: Manajemen Nyeri

17

Kriteria diagnosis Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah

diastolik ≥ 110 mmHg Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan

kualitatif Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri

kepala, skotoma dan pandangan kabur.

Page 18: Manajemen Nyeri

18

Preeklamsia berat dibagi menjadi (a) preeklamsia berat tanpa impending eklamsia, dan (b) preeklamsia berat dengan impending eklamsia. Dikatakan impending eklamsia bila preeklamsia berat disertai gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah.

Page 19: Manajemen Nyeri

19

TERAPI Aktif (aggressive management)

Ibu:

- Adanya tanda-tanda/ gejala Impending eklamsia.

Seksio Sesarea dengan teknik epidural

Dikarenakan dapat membantu menejemen nyeri yang ditimbulkan pasca operasi.

Page 20: Manajemen Nyeri

20

Nyeri adalah rasa indrawi dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata atau berpotensi rusak atau tergambarkan seperti itu.

Seksio sesarea merupakan salah satu jenis pembedahan obstetrik guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan dinding uterus.

Page 21: Manajemen Nyeri

KLASIFIKASI NYERI

NYERI

DURASIMEKANISME

NOSISEPTIFKRONIKAKUT NEUROPATIK

VISERAL SOMATIK

KUTANEUSSOMATIK DALAM

SENTRALPERIFER

Bagian Anestesi FK Unhas Manajemen Nyeri Pasien Pasca SSTP

Page 22: Manajemen Nyeri

22

LINTASAN NYERI

TRANSMISI

Bagian Anestesi FK Unhas Manajemen Nyeri Pasien Pasca SSTP

Page 23: Manajemen Nyeri

23

PENGUKURAN INTENSITAS NYERI

Bagian Anestesi FK Unhas Manajemen Nyeri Pasien Pasca SSTP

Page 24: Manajemen Nyeri

24

Wong-Baker Faces Pain Rating Scale

Verbal Rating Scale (VRS)

Numerical Rating Scale (NRS)

Bagian Anestesi FK Unhas Manajemen Nyeri Pasien Pasca SSTP

Page 25: Manajemen Nyeri

25

PENATALAKSANAAN

Kombinasi analgesia opioid dan anestesi lokal melalui epidural memiliki efek superior dibanding jalur sistemik.

Terapi nyeri pasca operasi pasien dengan bupivacain 0,125% + Fentanyl 25 mcg, diberikan 6cc/6 jam.

Bagian Anestesi FK Unhas Manajemen Nyeri Pasien Pasca SSTP

Page 26: Manajemen Nyeri

26

MANFAAT ANALGESIA EPIDURAL

Analgesia yang sangat baik sebagai manajemen nyeri pasca operasi.

Kombinasi opioid dengan anestetik lokal bekerja secara sinergis untuk menghasilkan analgesia yang lebih baik dengan efek samping yang minimal.

Mobilisasi menjadi lebih cepat.

Bagian Anestesi FK Unhas Manajemen Nyeri Pasien Pasca SSTP

Page 27: Manajemen Nyeri

27

INDIKASI

Pembedahan dan penanggulangan nyeri pasca bedah. Tatalaksana nyeri saat persalinan.

Bagian Anestesi FK Unhas Manajemen Nyeri Pasien Pasca SSTP

Page 28: Manajemen Nyeri

28

Kombinasi Opioid Dengan Anestesi Lokal

Anestetik lokal bekerja melalui penghambatan konduksi mencegah aliran ion Na+ melalui saluran Na+ memperlambat tingkat depolarisasi potensial aksi tidak terjadi menghambat tansmisi impuls saraf.

Opioid bekerja sebagai agonis reseptor opioid menghambat pelepasan neurotransmiter.

Kombinasi keduanya menghasilkan efek sinergis sehingga hanya diperlukan dosis sangat rendah dari masing-masing obat.

Bupivacaine blok motorik minimal. Kombinasi fentanyl 2–4 mcg/ml dan bupivacaine 0,0625%

diberikan dengan infus kontinu 5-20 ml/jam menghasilkan analgesia yang baik.

Bagian Anestesi FK Unhas Manajemen Nyeri Pasien Pasca SSTP

Page 29: Manajemen Nyeri

29

KESIMPULAN

Nyeri yang dirasakan pasien merupakan nyeri akut disebabkan oleh rangsangan mekanik yaitu luka (insisi).

Nyeri menurun seiring proses penyembuhan dengan VAS: 5/10 setelah operasi menurun menjadi VAS: 1/10.

Teknik anestesi epidural sebagai manajemen nyeri pasca operasi serta menghasilkan mobilisasi yang lebih cepat.

Kombinasi analgesia opioid dan anastesi lokal sebagai multimodal analgesia dosis yg diberikan kecil efek yg sinergis dan efek samping minimal.

Bagian Anestesi FK Unhas Manajemen Nyeri Pasien Pasca SSTP

Page 30: Manajemen Nyeri

30

Terima Kasih

Manajemen Nyeri Pasien Pasca SSTP