manajemen pemeliharaan dan pemanfaatan kuda … · ringkasan debora arny widowati. d14070121. 2011....
TRANSCRIPT
MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PEMANFAATAN KUDA
NON-ATLET DI NUSANTARA POLO CLUB, JAGORAWI GOLF
COUNTRY CLUB, CIBINONG, KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
DEBORA ARNY WIDOWATI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN
DEBORA ARNY WIDOWATI. D14070121. 2011. Manajemen Pemeliharaan dan
Pemanfaatan Kuda Non-Atlet di Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf Country
Club, Cibinong, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS
Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Didid Diapari, M.Si
Kuda merupakan hewan yang telah lama didomestikasi. Saat ini kuda banyak
digunakan untuk olahraga, seperti pacuan kuda dan polo. Upaya penanganan kuda
pasca atlet tidak ada di peternakan kuda lain, namun di Nusantara Polo Club (NPC)
terdapat proses manajemen tersendiri untuk kuda pasca atlet. Kuda pasca atlet
dimanfaatkan menjadi kuda olahraga yang disewakan, dan sebagian dimanfaatkan
untuk pembiakan (breeding). Kuda pasca atlet tersebut juga dimanfaatkan untuk
terapi berkuda anak-anak penderita autis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati dan menganalisis manajemen
pemeliharaan kuda non-atlet dan pemanfaatannya. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Juli hingga September 2010 di Nusantara Polo Club (NPC), Cibinong,
Kabupaten Bogor. NPC merupakan salah satu klub polo berkuda di Indonesia. Kuda
non-atlet yang diamati berjumlah 43 ekor, dengan umur dan bangsa yang beragam.
Responden yang juga merupakan bagian penting dari penelitian ini berjumlah 22
orang. Metode yang digunakan berupa pengamatan, dokumentasi, dan wawancara
responden. Data yang dikumpulkan antara lain meliputi informasi: identitas kuda,
pemeliharaan kuda, pakan, analisa zat makanan, pertambahan bobot badan,
pemanfaatan kuda, pola latihan, perkawinan kuda, penanganan kesehatan kuda,
identitas petugas, dan identitas pengunjung (guest).
Nusantara Polo Club (NPC) memiliki sekelompok kuda atlet dan juga non-
atlet yang ditempatkan di kandang berbeda. Kuda yang diamati dalam penelitian ini
yaitu kelompok kuda non-atlet. Kuda terdiri dari 21 ekor jantan dan 22 ekor betina,
dengan kisaran umur tiga bulan hingga 30 tahun. Pemeliharaan kuda mencakup
pembersihan kuda dan kandangnya, pemasangan tapal (sepatu kuda), pencukuran
rambut, pemberian pakan, pemberian latihan (exercise), dan penanganan kesehatan
kuda. Kuda diberi pakan hijauan dan konsentrat, serta diberi tambahan wheat bran
dan oat (khusus pejantan). Salah satu cara untuk mengetahui kondisi kuda secara
umum, terutama pada kuda yang sedang bertumbuh (umur ≤ 8 tahun), yaitu dengan
menghitung pertambahan bobot badannya. Estimasi bobot badan diperoleh dengan
mengukur panjang badan dan lingkar dada kuda. Hasil pengukuran memperlihatkan
bahwa kuda yang mengalami peningkatan bobot badan sebanyak 81,82%, yang
mengalami penurunan bobot badan sebanyak 9,09%, dan yang tidak mengalami
perubahan bobot badan sebanyak 9,09% dari total kuda sebanyak 11 ekor. Kuda non-
atlet di NPC dimanfaatkan untuk riding guest (latihan berkuda pengunjung), chukka
athlete (latihan polo atlet), chukka guest (latihan polo pengunjung), breeding
(perkawinan), dan training (dilatih menjadi kuda polo).
Salah satu unsur terpenting dalam manajemen pemeliharaan kuda yaitu faktor
manusia. Petugas yang bertanggungjawab atas kuda non-atlet di NPC yaitu sebanyak
17 orang. Pemeliharaan kuda oleh petugas dilakukan dengan cukup baik, karena
ii
hanya sedikit kuda yang mengalami penurunan bobot badan. Wawancara pengunjung
yang menyewa kuda juga dilakukan untuk mengetahui identitasnya dan manfaat
berolahraga dengan kuda. Kegiatan berkuda ternyata juga dapat dijadikan terapi
untuk penderita autis. Seorang anak autis menjadi bisa lebih berkonsentrasi setelah
rutin melakukan terapi berkuda.
Pemeliharaan masing-masing kuda berbeda sesuai dengan tujuan
pemanfaatannya, pola latihan (exercise) yang diberikan juga berbeda dan tidak
semua kuda diberikan latihan. Pemanfaatan kuda yang paling utama yaitu penyewaan
kuda pasca atlet ke pengunjung untuk berlatih berkuda atau bermain polo, kegiatan
ini disebut riding lessons di NPC. Pemanfaatan lain yaitu untuk kegiatan perkawinan
kuda. Kuda non-atlet memiliki kisaran umur dan bangsa yang beragam,
pemanfaatannya juga berbeda-beda, sehingga pemeliharaannya cukup berbeda. Kuda
atlet memiliki satu tujuan pemanfaatan yaitu hanya dipakai untuk berolahraga polo,
sehingga pemeliharaan sama, pola latihannya pun lebih rutin.
Kata-kata kunci: kuda non-atlet, pemeliharaan kuda, pemanfaatan kuda
ABSTRACT
Management and Utilized of Non-Athlete Horse’s in Nusantara Polo Club,
Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Regency of Bogor
Widowati, D. A., P. H. Siagian, D. Diapari
Nusantara Polo Club (NPC) has athlete and non-athlete horses which are
maintenanced. Horses which are observed in this study are 43 non-athlete horse.
Horses are researched to know their maintenances and their utilized. The data are got
from observation, documentation, and questionnaire. Horse’s maintenance include
horse and stable cleansing, make horseshoes, hairs shaving, feeding, exercise, and
healthy management. Non-athlete horse in NPC are utilized for riding lessons
activity, chukka athlete’s training, breeding, and training. Maintenances for each
utilized are different enough. A horse should utilized for many things. Non-athlete
horse in NPC are lots in variation, so their maintenances are many kinds too. Healthy
horses can be utilized optimally. Riding activity actually brings a positive influence
for the riders. Riding activity are also beneficial for the children’s autism therapy.
Keywords: non-athlete horse, horse’s maintenance, horse’s utilized
MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PEMANFAATAN KUDA
NON-ATLET DI NUSANTARA POLO CLUB, JAGORAWI GOLF
COUNTRY CLUB, CIBINONG, KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
DEBORA ARNY WIDOWATI
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Judul : Manajemen Pemeliharaan dan Pemanfaatan Kuda Non-Atlet di
Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf Country Club, Cibinong,
Kabupaten Bogor
Nama : Debora Arny Widowati
NIM : D14070121
Menyetujui,
Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,
(Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS) (Dr. Ir. Didid Diapari, M.Si)
NIP: 19460825 197711 1 001 NIP: 19620617 199002 1 001
Mengetahui:
Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.)
NIP: 19591212 198603 1 004
Tanggal Ujian: 2 Maret 2011 Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 22 September 1990 di Solo, Jawa Tengah.
Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Bambang
Widodo, MT dan Ibu Suparny.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Savitri pada tahun 1996, dan
menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Jaka Mulya IV pada tahun 2002.
Pendidikan lanjutan tingkat pertama dimulai pada tahun 2002 dan diselesaikan pada
tahun 2004 di SLTP Negeri 252 Jakarta Timur. Penulis melanjutkan pendidikan di
SMA Negeri 61 Jakarta pada tahun 2004, kemudian meneruskan pendidikan di SMA
St. Antonius Jakarta pada tahun 2005 hingga tahun 2007. Penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
Fakultas Peternakan pada tahun 2008.
Selama mengikuti perkuliahan, Penulis aktif pada beberapa Unit Kegiatan
Mahasiswa diantaranya Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB, Paduan Suara
Mahasiswa Agriaswara IPB, dan aktif dalam beberapa kepanitiaan dalam kegiatan di
Institut Pertanian Bogor serta Fakultas Peternakan IPB. Penulis pernah mengikuti
kegiatan magang di Bagian Nutrisi Ternak Terapan, Bagian Produksi Ternak Perah,
dan Bagian Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan IPB, pada bulan Februari
2009. Penulis juga berkesempatan menjadi penerima beasiswa PPA (Peningkatan
Prestasi Akademik) pada tahun 2010/2011.
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala
limpahan berkat-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang
berjudul “Manajemen Pemeliharaan dan Pemanfaatan Kuda Non-Atlet di Nusantara
Polo Club, Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Kabupaten Bogor” ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Memelihara kuda tidaklah mudah, dibutuhkan ketekunan dan kedisiplinan,
agar kuda yang dirawat selalu sehat dan berperawakan baik hingga tua. Secara garis
besar pemeliharaan kuda mencakup pembersihan kandang dan kuda, pemberian
pakan, dan perawatan kuda. Pemeliharaan kuda dibedakan berdasarkan pemanfaatan
kuda tersebut. Di Nusantara Polo Club, kuda non-atletnya dimanfaatkan untuk
berbagai hal dan pemanfaatan kuda tersebut memberikan keuntungan bagi pemilik.
Salah satu pemanfaatannya yaitu untuk terapi berkuda anak penderita autis.
Tak ada gading yang tak retak, Penulis menyadari skripsi ini jauh daripada
sempurna. Besar harapan Penulis atas kritik dan saran dari semua pihak untuk
membuat skripsi ini menjadi lebih baik. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat
bagi dunia peternakan terutama dalam budidaya kuda. Akhir kata, Penulis
mengucapkan banyak terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan ini.
Bogor, Februari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ........................................................................................ i
ABSTRACT ........................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... v
RIWAYAT HIDUP ................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ............................................................................ vii
DAFTAR ISI .......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xii
PENDAHULUAN .................................................................................. 1
Latar Belakang ............................................................................ 1
Tujuan ........................................................................................ 2
Manfaat ...................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3
Kuda ........................................................................................... 3
Jenis dan Kelas Kuda .................................................................. 4
Kuda Argentina ........................................................................... 4
Criollo ............................................................................. 4
Appaloosa ................................................................................... 5
Thoroughbred ............................................................................. 5
Kuda Sandel................................................................................ 5
Kuda Sumba dan Sumbawa (Poni Lokal) .................................... 6
Kuda Poni Polo ........................................................................... 6
Gaya Berjalan ............................................................................. 7
Penentuan Umur Kuda Berdasarkan Gigi .................................... 8
Manajemen Peternakan Kuda ...................................................... 8
Sumber Daya Manusia ..................................................... 9
Pakan Kuda ................................................................................. 9
Pakan Hijauan dan Konsentrat ......................................... 11
Kebutuhan Anak Kuda..................................................... 12
Kebutuhan Energi Kuda Laktasi ...................................... 12
Kebutuhan Nutrisi Kuda Tua ........................................... 13
Kesejahteraan Kuda .................................................................... 13
Lingkungan Kandang....................................................... 13
ix
Kebersihan Kuda ............................................................. 15
Perlakuan Panas dan Dingin............................................. 15
Latihan (Exercise) Kuda.............................................................. 15
Reproduksi Kuda ........................................................................ 17
Seleksi Kuda .................................................................... 17
Estrus (Birahi) ................................................................. 18
Pengawinan ..................................................................... 18
Kebuntingan .................................................................... 19
Kelahiran ......................................................................... 19
Penyakit Kuda............................................................................. 20
Tendinitis (Bowed Tendon) ............................................. 20
Kolik ............................................................................... 20
Founder (Laminitis) ......................................................... 21
Luka ................................................................................ 21
Nusantara Polo Club ................................................................... 21
MATERI DAN METODE ...................................................................... 22
Waktu dan Lokasi ....................................................................... 22
Materi ......................................................................................... 22
Prosedur ...................................................................................... 22
Analisis Data .............................................................................. 25
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 26
Kondisi Umum Lokasi Penelitian ................................................ 26
Bangunan Kandang.......................................................... 27
Identitas Kuda ............................................................................. 30
Pemeliharaan Kuda ..................................................................... 33
Pakan Kuda ................................................................................. 37
Analisis Zat Makanan ...................................................... 39
Pertambahan Bobot Badan .......................................................... 41
Pemanfaatan Kuda ...................................................................... 44
Penggunaan Kuda Olahraga ........................................................ 46
Pola Latihan ................................................................................ 50
Perkawinan Kuda ........................................................................ 53
Penanganan Kesehatan Kuda ...................................................... 57
Identitas Petugas ......................................................................... 60
Identitas Pengunjung (Guest) ...................................................... 61
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 63
Kesimpulan ................................................................................. 63
Saran........................................................................................... 64
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 66
LAMPIRAN ........................................................................................... 68
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Penggolongan Kuda Menurut Bobot dan Tinggi Pundak 4
2. Jumlah Kuda Menurut Rentang Umur dan Jenis Kelamin 30
3. Jumlah Kuda Menurut Bangsa dan Jenis Kelamin 32
4. Kegiatan Penapalan dan Pencukuran Kuda 37
5. Pemberian Pakan Konsentrat dan Mineral pada Kuda 38
6. Analisis Proksimat Pakan Kuda (Berdasarkan Bahan
Kering) 40
7. Konsumsi PK Berdasarkan Jenis Kuda 40
8. Perubahan Bobot Badan Kuda (Umur ≤ 8 Tahun)
Berdasarkan Identitas dan Konsumsi Pakan 42
9. Jumlah Kuda Menurut Penggunaannya 44
10. Frekuensi Pemakaian Kuda Selama Tiga Bulan 47
11. Curah Hujan dan Frekuensi Penggunaan Kuda
Selama Tiga Bulan Pengamatan 50
12. Identitas Kuda Breeding 54
13. Merk Obat yang Digunakan dan Fungsinya 59
14. Identitas Petugas di Nusantara Polo Club 60
15. Identitas Pengunjung yang Menyewa Kuda 62
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Pengukuran Panjang Badan dan Lingkar Dada Kuda 23
2. Foto Udara Nusantara Polo Club (Google Earth) 26
3. Bangunan Kandang Bravo 28
4. Kebersihan Kuda 35
5. Kegiatan Penapalan Kuda 36
6. Pakan Kuda 39
7. Aktivitas Para Siswa Spectrum 45
8. Kegiatan Riding Lessons 49
9. Latihan Kuda 52
10. Obat-obatan yang Digunakan untuk Kuda di NPC 60
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Contoh Lembar Kuisioner 70
2. Tabel Identitas dan Pemanfaatan Kuda 73
3. Tabel Pertumbuhan Bobot Badan Kuda 75
4. Contoh Pencatatan Kegiatan Perkawinan Kuda 77
5. Foto Kuda Olahraga, (a) Reggie, (b) Pepe, (c) Bintangku,
(d) Pato. Kuda Poni Breeding, (e) Penny, (f) Tiffany 78
6. Foto Kuda Betina Breeding, (a) Rosa, (b) Larene, (c) Mayo-
nesa, (d) Uva. Pejantan, (e) Thypon West, (f) Trillionare 79
7. Foto Kuda Training, (a) Nona Rambo, (b) Blase, (c) Tuama,
(d) Turangga. Kuda Laktasi dan Anaknya, (e) Angely dan
Isabella 80
8. Contoh Sertifikat Kuda Pejantan 81
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kuda merupakan hewan yang telah lama didomestikasi. Saat ini kuda banyak
dimanfaatkan tenaganya untuk membantu manusia. Kuda juga banyak digunakan
untuk olahraga, seperti pacuan kuda dan polo. Kebanyakan kuda memiliki
kepribadian mau bersahabat dengan manusia, kuda seperti memiliki hubungan yang
erat dengan pemiliknya atau orang yang merawatnya. Banyak orang memiliki
kegemaran atau hobi memelihara kuda, terlebih lagi jika kuda yang dipelihara dapat
dimanfaatkan sehingga menghasilkan keuntungan bagi pemilik.
Memelihara atau merawat kuda dibutuhkan ketekunan dan ketelatenan.
Pemeliharaan yang benar akan membuat kuda tumbuh optimal. Memelihara kuda
tetap sehat dan berperawakan baik hingga berumur 20 tahun atau lebih tidak dapat
dikatakan mudah, stamina kuda tua berbeda dengan stamina kuda muda. Menurut
Kidd (1995), kuda akan kehilangan kekuatan dan tidak bisa bekerja keras seperti
ketika kuda tersebut masih muda. Kuda masih akan sehat selama beberapa tahun,
asalkan diberikan pakan yang sesuai, teratur, olahraga ringan dan juga perlindungan
pada musim dingin.
Pemeliharaan masing-masing kuda tentu berbeda sesuai dengan
pemanfaatannya. Pemeliharaan kuda olahraga berbeda dengan pemeliharaan kuda
breeding. Pemeliharaan mencakup pembersihan kuda dan kandang, pemberian
pakan, perawatan kuda, dan pola latihan atau kegiatan yang dilakukan. Semuanya itu
perlu diketahui agar kuda dapat dimanfaatkan secara optimal sesuai masing-masing
kegunaannya.
Pada umumnya, upaya penanganan kuda pasca atlet tidak ada di peternakan
kuda lain, namun di Nusantara Polo Club (NPC) terdapat proses manajemen
tersendiri untuk kuda pasca atlet. Kuda tua pasca atlet dimanfaatkan menjadi kuda
olahraga yang disewakan kepada pengunjung untuk berlatih berkuda atau
berolahraga polo. Kuda tersebut juga dipakai untuk terapi berkuda anak-anak
penderita autis. Seekor kuda dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal, seperti yang
terjadi di NPC. Kuda pasca atlet juga dimanfaatkan untuk pembiakan (breeding)
kuda. Breeding kuda dilakukan untuk mendapatkan keturunan yang diharapkan
memiliki sifat-sifat yang diinginkan dari kedua tetuanya.
2
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati dan menganalisis manajemen
pemeliharaan kuda non-atlet dan pemanfaatannya di Nusantara Polo Club, Cibinong,
Kabupaten Bogor.
Manfaat
Manfaat penelitian ini yaitu untuk mengupayakan manajemen pemeliharaan
yang lebih baik lagi, bagi kuda non-atlet yang masih dimanfaatkan untuk latihan
berkuda, polo, dan untuk pembiakan (breeding), serta kuda muda yang sedang dilatih
menjadi kuda atlet.
TINJAUAN PUSTAKA
Kuda
Kuda termasuk golongan hewan dalam filum Chordata yaitu hewan yang
bertulang belakang, kelas Mamalia yaitu hewan yang menyusui anaknya, ordo
Perissodactyla yaitu hewan berteracak tidak memamahbiak, famili Equidae, dan
spesies Equus caballus (Blakely dan Bade, 1994).
Pemanfaatan kuda merupakan salah satu cara untuk menghemat waktu.
Beberapa kuda saat ini digunakan untuk menangani ternak dan dalam kegiatan
penebangan. Banyak kuda digunakan untuk kesenangan berkuda oleh orang-orang
dari segala usia. Beberapa kuda digunakan dalam parade dimana penampilannya
sangat penting. Kuda sangat penting dalam olahraga, seperti pacuan kuda, rodeo dan
polo (Bogart dan Taylor, 1977).
Ternak kuda selain dapat digunakan untuk konsumsi masyarakat (daging
kuda dan air susu), kuda juga dapat dimanfaatkan untuk berperang, untuk olahraga
dan rekreasi, keperluan pertanian secara luas dan untuk alat pengangkutan.
Kepemilikan ternak kuda juga dapat memberikan status sosial yang lebih tinggi bagi
pemiliknya (Parakkasi, 1986).
Bogart dan Taylor (1977) menambahkan, beberapa istilah digunakan oleh
orang-orang yang bekerja dengan kuda. Kuda jantan yang digunakan untuk
pembibitan disebut stallion. Gelding yaitu kuda jantan yang dikebiri sebelum
mencapai kematangan seksual. Kuda betina muda disebut filly dan kuda jantan muda
disebut colt, keduanya disebut dengan foal. Kuda betina dewasa disebut mare.
Kuda yang didomestikasi diharapkan dapat hidup hingga 25 tahun, untuk
kuda dialam bebas tentu berumur kurang dari itu. Kuda berkembang sangat baik
sejak dilahirkan ke dunia. Dalam waktu 24 jam sejak lahir, anak kuda dialam harus
mampu berpacu dengan ternak lain untuk bertahan hidup. Anak kuda telah memiliki
kaki (panjangnya hampir sama dengan kuda dewasa) dan naluri untuk bangkit dan
mulai bergerak segera setelah lahir. Selama bulan pertama hidup, tinggi anak kuda
meningkat sekitar sepertiga. Pada akhir tahun pertama, tingginya mencapai tiga-
perempat dari tinggi kuda dewasa. Setelah penyapihan, selama sekitar enam bulan
didomestikasi dan sedikit demi sedikit dibawa ke alam liar, kuda muda disebut
weanling. Pada tahun pertamanya, kuda disebut yearling. Setelah itu, kuda berumur
4
dua tahun, tiga tahun, dan seterusnya (Kidd, 1995). Pada pertengahan tahun (5-10
tahun), tubuh terbentuk sepenuhnya. Seluruh organ dalam telah berkembang
sepenuhnya, dan proporsi fisik sudah tetap (Edwards, 2002).
Kuda pada umumnya dewasa pada umur enam tahun. Jika kuda memiliki
kehidupan kerja yang panjang, kuda jangan dipaksa bekerja keras sampai kuda telah
dewasa tubuh. Seekor kuda mulai menjadi tua ketika telah berumur sekitar 15 tahun.
Pada saat tua, sistem tubuhnya bekerja kurang efisien daripada sebelumnya. Kuda
akan kehilangan kekuatan dan tidak bisa bekerja keras seperti ketika kuda tersebut
masih muda, tetapi kuda masih akan sehat selama beberapa tahun, asalkan diberikan
pakan yang sesuai, teratur, olahraga ringan dan juga perlindungan pada musim dingin
(Kidd, 1995).
Jenis dan Kelas Kuda
Kuda digolongkan menjadi kuda tunggang karena ukuran badannya,
penggolongan kuda menurut Blakely dan Bade (1994), dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Penggolongan Kuda Menurut Bobot dan Tinggi Pundak
Penggolongan Kuda Bobot Kuda (kg) Tinggi Pundak (cm)
Kuda Ringan 400-600 145-170
Kuda Tarik > 600 145-175
Kuda Poni 200-400 145
Kuda ringan dapat digolongkan menjadi tujuh kategori. Kategori yang paling
banyak dari kuda ringan adalah yang disebut three gaited horse.
Kuda Argentina
Criollo
Kuda ini berasal dari Argentina yang dianggap memiliki hubungan dengan
Barb, Andalusia dan Arab. Nenek moyang Criollo dibawa ke Amerika Selatan oleh
tentara Spanyol pada abad ke-16. Sekarang ini, peternakan kuda Criollo menjadi
populer. Kuda ini kebanyakan dikawinsilang dengan Thoroughbreds, kombinasi
yang kuat, bakat atletik dengan Thoroughbreds yang cepat untuk menghasilkan kuda
polo terbaik di dunia. Kuda ini memiliki kisaran tinggi 135-153 cm. Criollo
5
merupakan kuda yang tangguh dan cerdas. Daya tahan, kecepatan dan gerakan
gesitnya membuat Criollo populer dan banyak dimanfaatkan peternak di Amerika
Selatan untuk menggembalakan ternak. Criollo juga digunakan untuk transportasi
dekat atau jauh dan juga membawa beban (Kidd, 1995).
Appaloosa
Menurut Kidd (1995), ciri khas kuda ini yaitu kulitnya yang spotted.
Appaloosa pertama kali dipelihara oleh suku Nez Perce dari Washington. Appaloosa
sekarang ditemukan di seluruh dunia, namun paling umum di Amerika. Kuda ini
memiliki kisaran tinggi 144-154 cm. Kepribadian kuda ini sangat mudah mengerti,
sangat mudah untuk ditangani, tangkas, atletik dan serbaguna. Kuda ini pandai
melompat, memiliki daya tahan yang cukup dan cepat dalam jarak jauh.
Thoroughbred
Kuda Thoroughbred dikembangkan oleh keluarga raja Inggris sebelum
diimpor ke Amerika, seiring dengan dibangunnya pemukiman pertama orang-orang
Amerika. Penggunaannya di Inggris menyebabkan muncul istilah “olahraga raja”
karena bangsawan Inggris baik laki-laki maupun wanitanya mengembangbiakan dan
melombakan Thoroughbred yang penampilannya bagus sekali. Selain
kecerdasannya, karakteristik yang menonjol adalah kecepatan lari dan daya tahannya
seperti telah dibuktikan selama ratusan tahun dalam arena perlombaan flat dan
jumping seperti Kentucky Derby dan English Grand National Steeplechase (Blakely
dan Bade, 1994).
Kuda Sandel
Sandelwood merupakan keturunan Indonesia yang berkualitas dan memiliki
persentase darah Arab yang cukup tinggi yang terkandung dalam tubuhnya. Kuda
Sandel adalah kuda yang sangat serbaguna dan dapat digunakan untuk kuda
tunggang, pembawa barang, pertanian, dan pekerja, serta flat racing yang dulu
pernah populer dan harness racing. Kuda ini sangat cepat dan gesit, dan sering
digunakan untuk balapan lokal tanpa pelana lebih dari tiga kilometer di pulau-pulau.
Sandelwood menghasilkan anak kuda poni yang sangat baik, dan banyak telah
diekspor ke Australia untuk alasan kebutuhan. Kuda ini juga diekspor ke negara-
negara Asia Tenggara untuk balap kuda poni. Sandelwood memiliki stamina dan
6
daya tahan yang besar, tenang, dan sangat mudah untuk dikendalikan. Kuda ini
memiliki proporsi tubuh yang bagus dengan kepala kecil, telinga tegak, dan mata
yang terlihat cerdas. Kuda Sandel umumnya memiliki leher yang pendek berotot,
dada yang dalam dan panjang, punggung lurus, dan croup yang menonjol. Tinggi
kuda berkisar antara 122-132 cm (Equinekingdom, 2007).
Kuda Sandel berpotongan tubuh serasi, tidak terlalu binal, dan memiliki daya
tahan yang kuat. Sifat-sifat lain ialah agak gelisah tetapi mudah dilatih. Ukuran
tinggi rata-rata kuda jantan 1,26-1,33 m dan betina 1,24-1,26 m. Umumnya kuda
Sandel berwarna coklat, warna coklat tua kemerah-merahan dengan rambut ekor dan
kaki bagian bawah berwarna hitam, atau warna bopong (punggung sampai ekor
bergaris hitam). Bentuk kepala agak besar dengan leher lebar dan pendek, sedang
rambut kepala kasar dan berdiri. Disamping itu juga berkaki langsing dan berbulu di
bagian persendian. Menurut para ahli, jenis kuda seperti ini berdaya tahan kuat dan
mampu mengangkut dua atau lebih penunggang (Suharjono, 1990).
Kuda Sumba dan Sumbawa (Poni Lokal)
Kuda Sumba dan Sumbawa sama dalam segala hal, tetapi berasal dari pulau
yang berbeda sesuai dengan namanya. Kuda ini dapat ditemukan di seluruh
Indonesia, khususnya di Sumatera. Kuda berukuran kecil, sekitar 1,27 m, dan sangat
primitif dalam penampilan. Kepala yang besar bila dibandingkan dengan tubuh,
bentuk tubuh yang lurus atau menggembung, dan ada kemiripan dekat dengan kuda
Mongolia dan nenek moyangnya, kuda liar Asia dan Tarpan. Kemiripan ini diperkuat
oleh rambut yang didominasi warna dun (coklat keabu-abuan). Kuda sangat kuat
karena harus bertahan di wilayah yang pasturanya buruk dan juga dengan pakan yang
terbatas. Kuda Sumba dan Sumbawa digunakan sebagai pembawa beban, dan dapat
membawa beban diluar proporsi ukuran mereka (Edwards, 1994).
Kuda Poni Polo
Kuda poni polo bukan suatu bangsa (atau bukan lagi kuda poni), melainkan
adalah tipe khusus yang dikembangkan dan dikenali berdasarkan garis besar dan
penampilan umumnya. Awalnya, dibuat batas ketinggian yang ditetapkan
berdasarkan aturan main polo, namun ditiadakan setelah Perang Dunia I dan
sekarang ketinggian kuda poni polo rata-rata adalah sekitar 152 cm. Bangsa
Argentina mendominasi permainan dan memiliki fasilitas untuk menghasilkan
7
sejumlah kuda berkualitas. Bangsa Argentina mengimpor Thoroughbred kemudian
menyilangkannya dengan kuda peranakan Criollo, untuk mendapatkan kuda yang
tangguh dan memiliki kecepatan yang baik. Dalam beberapa tahun terakhir,
American Quarter Horse juga menjadi bagian dalam pembiakan poni polo (Edwards,
2002).
Karakteristik kuda poni polo ini tampilannya seperti Thoroughbred. Kuda
harus cepat, berani, memiliki keseimbangan, dan sangat lincah. Langkah kaki rendah
tidak dipermasalahkan, karena lebih mudah untuk memukul bola dari sebuah kuda
poni yang lebih pendek langkahnya (Edwards, 2002).
Pemilihan tipe dan konformasi dasar kuda poni polo berdasarkan ketahanan
dan kecepatannya saat sedang membawa penunggang. Kuda juga harus memiliki
kemampuan yang baik untuk berhenti tiba-tiba, berputar, kemudian kembali berlari
kearah yang berlawanan. Temperamen kuda harus berani serta cerdas untuk
mendeteksi penempatan bola polo (Kacker dan Panwar, 1996).
Gaya Berjalan
Kuda saat berjalan memiliki gerak langkah yang panjang dan teratur. Dalam
gaya trot atau derap kaki digerakkan teratur tidak terlalu tinggi namun juga tidak
terlalu rendah. Pada gaya canter, gerakan kaki juga rendah, pendek, atau panjangnya
tergantung pada kecepatan canter yang diinginkan. Pada gaya gallop langkahnya
sangat panjang dan badan terentang dengan bagian belakang agak naik. Kaki depan
juga merentang lurus (Blakely dan Bade, 1994).
Bogart dan Taylor (1977) mendefinisikan beberapa istilah gaya berjalan kuda
khususnya yang sering dipakai dalam dunia pacuan kuda adalah:
1) Walk adalah gaya berjalan empat irama dimana setiap kaki menyentuh tanah
secara terpisah satu sama lain.
2) Trot adalah gaya berjalan dua irama diagonal dimana kaki kanan depan dan kaki
kiri belakang menginjak permukaan dataran dengan serentak, dan kaki kiri
depan dan kaki kanan belakang menginjak tanah dengan serentak.
3) Canter adalah gaya berjalan tiga irama. Kaki belakang menginjak permukaan
dengan serentak. Kedua kaki depan menginjak permukaan secara terpisah dan
berbeda waktu dengan pijakan kaki belakang.
4) Gallop adalah canter yang dilakukan dengan cepat.
8
Penentuan Umur Kuda Berdasarkan Gigi
Umur kuda dapat diperkirakan melalui bentuk dan jumlah gigi. Anak kuda
yang berumur enam sampai sepuluh bulan mempunyai gigi sebanyak 24 buah yang
disebut dengan gigi susu, dimana gigi tersebut terdiri dari 12 gigi seri dan 12 gigi
geraham. Gigi seri meliputi tiga pasang pada bagian rahang atas dan tiga pasang pada
bagian rahang bawah (Bogart dan Taylor, 1977).
Seekor kuda mempunyai gigi susu yang kemudian akan diganti dengan gigi
tetap. Ada sebanyak enam gigi depan atas dan enam gigi depan bawah. Gigi tetap
mulai muncul berpasangan, dimulai pada umur 2,5 tahun. Baik gigi seri tengah atas
maupun bawah pada umur tiga tahun telah lengkap. Gigi tersebut akan jauh lebih
besar dan panjang dibandingkan dengan gigi susu. Umur empat tahun, pasangan
berikutnya akan menjadi lengkap dan tinggalah satu pasang gigi susu. Kuda berumur
lima tahun telah memiliki satu set gigi tetap yang lengkap dan tinggal satu pasang
gigi seri sementara. Hal yang menarik adalah perkembangan gigi taring pada umur
tersebut (meskipun bisa juga terjadi pada umur 3,5 tahun). Gigi taring selalu ada
pada kuda jantan dewasa atau kuda jantan muda, tetapi jarang ada pada kuda betina
(Blakely dan Bade, 1994).
Bogart dan Taylor (1977) menambahkan, kuda berumur enam sampai
delapan tahun gigi permanen telah usang yang dimulai dari bagian pusat hingga
bagian pertengahan mengarah kesamping.
Manajemen Peternakan Kuda
Manajemen peternakan kuda berkaitan dengan masalah-masalah
perencanaan, pengorganisasian peternakan kuda serta pelaksanaannya. Pelaksanakan
prinsip-prinsip manajemen memerlukan kelengkapan yang saling terkait, seperti
manusia, modal serta material atau sarana. Faktor manusia sangat menentukan
kelangsungan peternakan, karena tanpa kehadirannya tentu tidak akan ada
peternakan kuda. Unsur modal sebagai tenaga penggerak, disamping manusia yang
terampil dan memiliki keahlian khusus serta kelengkapan sarana, sangat menentukan
kelangsungan usaha peternakan (Suharjono, 1990).
Setelah perencanaan yang matang dengan tersedianya modal, maka langkah
berikutnya menentukan areal peternakan yang diperlukan. Selanjutnya dilakukan
upaya pengadaan kuda pejantan dan betina. Langkah berikutnya mencari tenaga yang
9
ahli, seperti seorang manajer dan tenaga-tenaga ahli lainnya yang akan mengelola
segala kegiatan teknis didalam peternakan itu (Suharjono, 1990).
Sumber Daya Manusia
Memilih seorang manajer bagi sebuah peternakan serta tenaga-tenaga ahli
dan pembantu-pembantunya berdasarkan beberapa pertimbangan, seperti ia harus
berpribadi dan beritikat baik, memiliki rasa cinta kepada kuda serta memiliki
dedikasi tinggi terhadap pekerjaannya. Faktor terpenting dalam hal ini, yaitu adanya
rasa tanggungjawab dalam merawat dan menjaga keselamatan binatang
peliharaannya. Tenaga ahli dan pembantu-pembantunya pada suatu peternakan kuda
biasanya terdiri dari (Suharjono, 1990):
- Bagian kandang bertugas merawat kuda, membersihkan kandang dari kotoran
kuda serta memberi makan kepada kuda.
- Bagian kesehatan bertugas mengobati dan merawat kuda yang sakit, menolong
kuda yang melahirkan dan memberi perawatan sesudahnya, menjaga kesehatan
kuda secara keseluruhan.
- Bagian pertanian, bertugas menanam rumput dan melaksanakan pemeliharaan
seperti menyiram rumput pada musim kemarau dan memberi pupuk.
- Bagian listrik, air dan mesin bertugas menjaga jangan sampai ada gangguan pada
penggunaan listrik, air dan merawat semua mesin yang ada.
- Bagian administrasi bertugas mengerjakan administrasi kuda seperti laporan,
perkawinan, kelahiran, masuk dan keluar kuda serta masalah yang menyangkut
karyawan dan lain-lain.
- Bagian logistik bertugas melakukan pembelian makanan kuda, alat-alat, dan
sebagainya.
Pakan Kuda
Kuda tidak memamahbiak dan secara fisiologis tidak dapat melakukan proses
regurgitasi. Adanya cecum yang besar dan mengandung mikroorganisme, serta
mampu mencerna pakan berserat, maka kuda dapat memanfaatkan hijauan dan
jerami serta mengubahnya menjadi zat- zat gizi yang dapat diserap. Kebutuhan pakan
yang bersifat spesifik bervariasi, tergantung pada pemanfaatan kuda yang
bersangkutan. Kuda yang istirahat kebutuhan energinya lebih sedikit dibandingkan
kuda yang sedang bekerja, kuda yang sedang laktasi perlu lebih banyak protein, dan
10
kebutuhan gizi kuda muda hampir seluruhnya lebih besar dibanding kuda dewasa
(Blakely dan Bade, 1994). Kebutuhan energi kuda olahraga biasanya terpenuhi
dengan mengganti setengah hingga sepertiga pakan berserat dengan pakan yang
mengandung zat tepung, terutama sereal biji-bijian (Medina et al., 2002).
Makanan dibutuhkan untuk menyediakan energi bagi tubuh untuk bekerja.
Unsur utama pada makanan yaitu karbohidrat (zat tepung dan gula), protein, lemak
atau minyak, vitamin, mineral dan elemen mikro. Air juga sangat penting, tubuh
kuda kemungkinan terdiri dari 70% air (McBane, 1994). Menurut Pagan (2008),
kuda yang dilatih membutuhkan air sekitar 90 liter, sedangkan kuda laktasi
membutuhkan sekitar 75 liter untuk sekresi susu per hari. Tingkat kebutuhan air
bergantung dari bentuk dan jenis pakan, suhu dan kelembaban lingkungan, dan status
fisiologi ternak.
Pakan dapat dianalisis untuk mengetahui nutrisi yang terkandung didalamnya,
dan pengetahuan dasar tentang komposisi beberapa pakan adalah penting ketika
menyiapkan ransum untuk kuda (Pilliner, 1993). Jenis-jenis pakan untuk kuda
terbagi dalam empat kategori (Pilliner, 1993) :
(1) Biji-bijian, adalah sebagai sumber energi dari ransum konsentrat, misalnya oat,
barley dan jagung.
(2) Pakan protein, berasal dari hewan (misalnya meat bone meal dan tepung susu)
atau dari tumbuhan (misalnya biji rami, kedelai dan kacang-kacangan atau
polong-polongan).
(3) Pakan intermediate, pakan ini termasuk jerami, umbi-umbian dan tepung
rumput.
(4) Hijauan, yaitu rumput, hay, haylage dan silase.
Pemberian pakan kuda untuk pemeliharaan yaitu pemberian secukupnya
untuk menjaga kondisi sehari-hari. Hal ini berarti menyediakan energi untuk otot-
otot usus, jantung dan paru-paru selama bekerja, energi untuk merumput, untuk
mempertahankan suhu tubuh dan untuk menggantikan sel-sel yang menjaga tubuh
agar dapat beraktivitas (Pilliner, 1993). Pemberian pakan hendaknya dibedakan
berdasarkan umur, jenis, tipe kuda, dan aktivitas harian kuda (Parakkasi, 1986).
Produksi terbagi dalam enam bentuk berbeda: pertumbuhan, kebuntingan,
laktasi, penggemukan, kerja dan pemulihan (penyembuhan dari sakit atau luka).
11
Tambahan energi dan protein yang diwajibkan untuk kuda biasanya tersedia pada
konsentrat (Pilliner, 1993). Prinsip dasar pemberian pakan pada kuda sebenarnya
berdasarkan bobot badan dan juga umur. Umur kuda yang lebih muda membutuhkan
pakan yang lebih banyak baik dari segi kuantitas maupun kualitas karena kuda muda
masih dalam keadaan bertumbuh (Faris, 2009).
Pakan Hijauan dan Konsentrat
Makanan pokok bagi kuda adalah rumput. Ada bermacam-macam jenis
rumput yang dapat diberikan kepada kuda, diantaranya Panicum muticum,
Brachiaria mutica dengan ketinggian 1,20 m dan bermacam-macam jenis rumput
yang tumbuh di mana-mana dengan ketinggian 40 cm yang biasa diarit untuk
makanan ternak. Dengan makan rumput saja kuda sudah dapat hidup, tetapi untuk
mencapai prestasi maka kuda diberikan makanan tambahan berupa konsentrat.
Konsentrat terdiri dari jagung, gabah dan kacang-kacangan (kacang hijau atau
kedelai). Selain rumput dan konsentrat juga diberi vitamin dan mineral (Suharjono,
1990).
Hijauan merupakan bahan pakan yang berasal dari tumbuhan yang ditanam di
tanah, dirawat untuk menjadi pakan ternak. Beragam bentuk hijauan yang umum
yaitu pada pastura, dalam bentuk hijauan segar yang telah dipotong-potong, hay
(hijauan kering), silase, dan haylase. Untuk pakan kuda, hijauan yang paling penting
yaitu dalam bentuk segar di pastura dan dalam bentuk hay (Templeton, 1979).
Kualitas pakan kuda dipengaruhi oleh spesies tumbuhan tersebut, kesuburan tanah,
dampak iklim (seperti suhu dan kelembaban), dan juga yang tidak kalah pentingnya
yaitu umur panen tumbuhan (NRC, 1989). Hijauan untuk kuda harus bebas toksin
dan bebas dari bahan lain yang berbahaya bagi kuda.
Konsentrat atau sereal biji-bijian merupakan pakan utama yang menjadi
sumber energi, dan seluruh jenis biji-bijian kemungkinan bermanfaat bagi kuda.
Oats, biji-bijian tradisional untuk kuda, tinggi kandungan serat, namun energi yang
tercerna (digestible energy) rendah, dan bobotnya ringan dibanding biji-bijian yang
lain. Untuk anak kuda dan kuda tua yang giginya keropos, sebaiknya mengunyah
oats. Jagung merupakan sumber energi yang sempurna untuk kuda. Kandungan
protein pada jagung rendah namun digestible energy (DE) lebih tinggi daripada oats
(NRC, 1989).
12
Kebutuhan Anak Kuda
Kuda muda, anak kuda yang bertumbuh harus diberi makan untuk tumbuh
dengan baik setelah penyapihan tetapi tidak digemukkan. Ketika tersedia padang
rumput yang baik, maka sebagian besar akan memberikan nutrisi yang dibutuhkan.
Sejumlah kecil butir-butiran dapat diberikan ketika hewan muda di pastura sedang
makan jerami yang berkualitas baik. Garam mineral mikro harus disediakan setiap
saat dan air bersih juga sangat penting (Bogar dan Taylor, 1977).
Pertumbuhan merupakan dasar produksi kuda. Hal ini dikarenakan kuda
berpenampilan tidak baik, atau memiliki kecepatan dan ketahanan yang diperlukan
jika pertumbuhan mereka terhambat atau kerangka mereka telah rusak akibat ransum
yang tidak memadai selama usia dini. Persyaratan ini menjadi semakin penting
ketika kuda dipaksa untuk penggunaan awal, seperti pelatihan dan balap kuda
berumur dua tahun. Anak kuda yang agak bebas diberi pakan juga tidak akan
mencapai bentuk tubuh yang diinginkan, bahkan jika mereka mendapat makanan
yang baik dikemudian hari. Hal ini sangat penting diperhatikan untuk bibit muda
yang akan dijual atau ditampilkan (Ensminger, 1991).
Pertumbuhan anak kuda tidak hanya bertambah besar dan berat, namun organ
dan jaringan dalam tubuh juga berkembang. Anak kuda yang baru lahir tumbuh
dengan sangat pesat, dan laju pertumbuhan menurun ketika kuda mencapai
kematangan. Kecenderungan pertumbuhan dan perkembangan menentukan
kebutuhan kuda atas energi, protein, mineral dan vitamin (Pilliner, 1992).
Kebutuhan Energi Kuda Laktasi
Jumlah energi yang diperlukan kuda laktasi akan tergantung pada seberapa
banyak susu yang diproduksi dan komposisi susu. Tidak diragukan bahwa kebutuhan
energi untuk induk menyusui jauh lebih besar daripada untuk kebuntingan, atau 15
kali lebih besar. Kebutuhan energi harian kuda menyusui anaknya mendekati seekor
kuda dalam medium untuk kerja keras; yaitu seekor kuda 500 kg akan memerlukan
tambahan 50 MJ DE per hari diatas kebutuhan pemeliharaannya. Kalsium dan fosfor
yang dibutuhkan untuk memproduksi susu secara substansial meningkatkan
kebutuhan kuda terhadap kedua mineral tersebut (Pilliner, 1992). Susu yang
diproduksi kuda laktasi sebanyak 5 kg tiap 100 kg bobot badan (Oftedal et al., 1983).
13
Produksi susu pada kuda laktasi menambah kebutuhan nutrien protein dan
kalsium (Ca), karena susu merupakan sumber utama kedua nutrien tersebut. Sebagai
contoh, kebutuhan protein (gram/hari) untuk induk diawal laktasi adalah dua kali
kuda biasa dan kebutuhan Ca tiga kali kuda biasa. Berdasarkan total bahan kering,
ransum yang diberikan pada induk kuda diawal laktasi harus mengandung 13%
protein, 0,5% Ca, dan 0,34% P (Pond et al., 1995).
Kebutuhan Nutrisi Kuda Tua
Gigi kuda tua perlu diperhatikan, kehilangan gigi atau pembentukan
pinggiran yang tajam dapat menyebabkan ketidaknyamanan, yang nantinya
menyebabkan kerusakan kondisi. Sehingga kuda tua membutuhkan makanan yang
mudah untuk dikunyah; jerami dan gandum tidak akan cocok untuk gigi kuda tua dan
tidak akan dapat memproses makanan yang cukup untuk memungkinkan pencernaan
yang memadai (Pilliner, 1992).
Kesejahteraan Kuda
Kuda bukan hanya tidak memiliki kebebasan namun juga sangat bergantung
pada manusia yang membantu hampir dalam segala hal, seperti latihan, makanan, air,
sandang, grooming, kontrol lingkungan dan akses kekawanan (McBane, 1994).
Pemeliharaan yang baik dan perhatian yang benar untuk kuda akan
mengurangi masalah kesehatan dibandingkan pemeliharaan kuda yang tidak baik.
Kuda yang sejahtera, layaknya manusia, akan tumbuh subur, tahan serangan
penyakit, kondisinya akan cepat membaik setelah sakit atau terluka, tahan kerja dan
tekanan dan pada umumnya hidupnya lebih baik dibanding kuda yang tidak terurus
(McBane, 1994).
Untuk menjaga kuda tetap sehat maka pemilik atau manajer harus
memperhatikan enam hal mendasar: makanan, air, tempat tinggal, kawanan, ruang
pribadi dan kebebasan untuk bergerak (Pilliner, 1993).
Lingkungan Kandang
Membangun kandang kuda di daerah tropis, yang hanya mengenal dua
musim, yaitu musim panas dan hujan, tidaklah terlalu sukar. Usahakanlah agar
kandang tidak tertutup rapat, sehingga pertukaran hawa bisa berjalan teratur, tidak
14
menimbulkan hawa panas didalamnya. Sebaiknya dicegah agar jangan sampai air
hujan masuk kedalam kandang. Kandang yang agak tertutup dibuatkan untuk kuda
yang melahirkan, yaitu untuk menjaga kesehatan anaknya (Suharjono, 1990).
Material untuk membangun kandang kuda sebaiknya terbuat dari bahan yang
kuat, misalnya dari batu dengan campuran bahan beton, kayu yang kuat atau kayu
gelondongan (bulat). Daun pintu tertutup rapih, lantai kandang sebaiknya yang
mudah dibersihkan dan kering. Jika lantai kandang dibuat dari semen, sebaiknya
lantai dilapisi serbuk gergaji atau rumput kering, sehingga kuda tidak terpeleset.
Kunci pintu dipasang ganda, karena kebanyakan kuda dapat membuka pintu sendiri
(Suharjono, 1990). Kandang kuda umumnya berbentuk single stall. Pada areal
perkandangan sebaiknya perlu disediakan tempat untuk latihan (exercise). Tempat
pakan hijauan atau hay harus berada setinggi bahu kuda, sedangkan tempat
konsentrat diletakkan beberapa meter dari tempat hijauan. Disediakan pula tempat air
minum, anak dan induk sebaiknya ditempatkan pada box stall (Tim Karya Tani
Mandiri, 2010).
Tiap bangunan kandang kuda dilengkapi dengan air bersih, sehingga tidak
sukar bagi karyawan menyediakan air untuk kuda secara terus-menerus, karena kuda
banyak minumnya, apalagi pada musim panas. Bagi kuda betina yang sedang
menyusui anaknya, air minum harus diperhatikan betul-betul, karena jika minumnya
kurang akan berakibat air susunya berkurang pula (Suharjono, 1990). McBane
(1994) menambahkan, peternakan kuda lebih baik dilengkapi dengan fasilitas
pendukung seperti tempat penyimpanan pakan, ruang groom pada setiap kandang
sehingga memudahkan dalam pengawasan kuda.
Kandang kuda berukuran 3 x 4 m2 dengan lantai beralas serbuk gaji atau
rumput kering (jerami). Kuda sedapat mungkin mendapatkan sinar matahari pagi.
Kuda dikeluarkan dari kandang sehari dua kali, yaitu pada pagi hari jam 07.00
sampai jam 09.00, kemudian jam 16.00 sampai jam 17.00 (Tim Karya Tani Mandiri,
2010).
Bangunan kandang harus dilengkapi dengan ventilasi yang sempurna.
Ventilasi yang sempurna dapat dibuat dengan pengaturan dinding yang sebagian
terbuka. Ventilasi yang sempurna sangat menguntungkan bagi kuda sebab ventilasi
berguna untuk mengeluarkan udara kotor (CO2) dari dalam kandang dan
15
menggantikan udara segar (O2) dari luar. Dengan kondisi ini, udara segar didalam
kandang dapat dipertahankan (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Faktor paling penting
untuk mengurangi masalah pernafasan adalah dengan memastikan bahwa ventilasi
cukup stabil. Dengan posisi yang benar dan ukuran lubang udara, outlet, dan
penggunaan teknik udara, tidak ada alasan mengapa ventilasi tidak dapat
memberikan lingkungan yang nyaman (Pilliner, 1994).
Kebersihan Kuda
Grooming lebih dari sekedar menjaga kebersihan kuda, melainkan
merangsang sirkulasi darah dan getah bening dan memberikan kilau pada bulu kuda
dengan membawa minyak alami ke permukaan. Grooming yaitu menyikat dengan
cepat bagian atas tubuh, menghilangkan noda yang menempel, mencuci mata, hidung
lalu kaki. Pada waktu tertentu, kuda dapat dimandikan. Setelah kuda dicuci dan
dibilas, kuda dikeringkan dengan penyerap air atau keringat, lalu kepala, badan dan
kaki dihanduki sampai kering (Pilliner, 1994).
Sanitasi sangat penting untuk mengendalikan kuda dari serangan
parasit. Seekor kuda yang akan diperkenalkan kedalam kawanan harus diisolasi
selama sebulan sebelum menjalani aktivitas dengan kuda lain. Setiap penyakit hewan
mungkin telah diketahui sebelum periode isolasi sehingga diberi waktu untuk
menunjukkan diri. Menjaga kebersihan kandang dan perawatan kuda secara teratur
sangat mempengaruhi kesejahteraan kuda (Bogart dan Taylor, 1977).
Perlakuan Panas dan Dingin
Perlakuan dingin akan membantu untuk mengendalikan reaksi inflamasi dan
mengurangi rasa sakit. Setelah fase akut awal cedera telah berlalu, terapi panas dan
dingin bergantian dapat dilakukan untuk meningkatkan aliran darah ke daerah yang
terkena, membawa elemen-elemen penting untuk penyembuhan. Perawatan ini akan
membuat kuda tenang, sehingga kuda dapat beristirahat lebih efektif (Pilliner,1994).
Latihan (Exercise) Kuda
Kuda membutuhkan latihan untuk menjaga kesehatannya sama halnya
dengan atlet lainnya. Tindakan tersebut memberikan kesempatan bagi kuda untuk
merelaksasikan otot-otot yang tegang setelah hari-hari kerja yang dijalani
sebelumnya dan akan sangat berpengaruh terhadap psikologis kuda tersebut
16
berkaitan dengan kelanjutan program latihan yang akan diberikan. Perlakuan latihan
yang tidak tepat akan menyebabkan luka pada otot maupun tulang bagi kuda atlet
(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Agar kondisi fisik kuda tetap prima, keadaan cuaca juga perlu
dipertimbangkan pada saat akan menjalani latihan. Hal ini agar terjadi keseimbangan
antara temperatur tubuh dan lingkungan. Selain itu, kenyamanan lapangan tempat
kuda akan menjalani latihan hendaklah terjamin dari berbagai kemungkinan adanya
faktor penyebab kecelakaan. Penguasaan temperamen kuda juga diperlukan agar
kuda menuruti setiap perintah yang diberikan penunggang, tetap tenang pada saat
disaksikan orang banyak dan harus mempunyai insting untuk suka berlari-lari,
melompat, dan bermain. Seluruh tubuh (tulang, otot, kaki, dan tulang belakang) kuda
harus dapat bergerak dengan luwes, alami serta dinamis (Tim Karya Tani Mandiri,
2010).
Umbaran yang luas memberikan kemungkinan bagi anak kuda dapat tumbuh
dengan sempurna dan dapat mengembangkan otot-ototnya yang diperlukan
kemudian sebagai kuda pacu dan kuda olahraga. Induk kuda dan anaknya
memerlukan tempat umbaran yang agak luas, karena anaknya harus membiasakan
diri berlari. Anak kuda sampai umur dua tahun memerlukan tempat umbaran cukup
luas, karena di tempat itulah proses pertumbuhannya dibentuk. Dengan berlari akan
menumbuhkan otot-otot, sehingga pada saat yang diperlukan ia akan menjelma
sebagai kuda pacu atau kuda olahraga tangguh (Suharjono, 1990).
Latihan pertama yang dilakukan untuk kuda yang belum bisa ditunggangi
yaitu lungeing. Lungeing (longser), kadang dikenal sebagai longeing, adalah sarana
pelatihan yang sangat berguna. Ketika melongser kuda, kuda bergerak disekitar
pawang dalam lingkaran. Pawang mengendalikan kuda dengan menggunakan alat
bantu yang meminta dia untuk bergerak lebih cepat atau lebih lambat, tikungan di
lingkaran atau bergerak lebih dekat atau lebih jauh (Wikihow, 2010). Kegiatan ini
membantu kuda untuk menjaga keseimbangannya dan mendorongnya untuk
berkonsentrasi pada apa yang sedang dilakukan bukan yang terjadi di luar (Coldrey
dan Coldrey, 1990). Lungeing sebelum menunggangi kuda dapat menurunkan resiko
terjatuh, sehingga meningkatkan keselamatan. Namun, lungeing yang tidak benar
bisa sangat berbahaya bagi kuda dan penunggangnya (Wikihow, 2010).
17
Reproduksi Kuda
Kuda adalah hewan yang bersifat nomadik dan bersemangat tinggi. Dalam
keadaan liar, efisiensi reproduksi pada kuda dapat mencapai 90% atau lebih. Dalam
kondisi domestik dengan campur tangan manusia, tingkat efisiensi reproduksi itu
sangat menurun. Oleh kurangnya kesempatan latihan fisik, banyaknya gangguan dan
penyakit serta faktor-faktor yang lain, menyebabkan rendahnya tingkat konsepsi atau
kebuntingan serta rendahnya tingkat kelahiran (Blakely dan Bade, 1994).
Seekor kuda betina dara akan mencapai pubertas atau masak kelamin pada
umur 12 sampai 15 bulan. Tetapi hendaknya kuda itu tidak dikawinkan sebelum
mencapai umur dua tahun dan bahkan lebih baik lagi setelah berumur tiga tahun.
Kuda betina bila dikawinkan pada umur yang lebih muda, biasanya tingkat
kebuntingannya rendah. Bila kuda betina dikawinkan pada umur tiga tahun dan kuda
itu dirawat dengan cermat maka selama hidupnya dapat dihasilkan sepuluh sampai
dua belas ekor anak karena kuda betina masih dapat beranak meski telah mencapai
umur 20 tahun atau lebih (Blakely dan Bade, 1994).
Seleksi Kuda
Biasanya kuda pejantan unggul akan memberikan keturunan yang unggul
pula, meskipun sering terjadi penyimpangan berupa keturunan yang kurang baik. Hal
ini bisa terjadi karena mungkin kondisi pejantan atau induknya kurang sehat, atau
berbagai sebab lain. Namun pada umumnya kuda pejantan menentukan baik tidaknya
keturunan yang dihasilkan. Memilih pejantan Thoroughbred atau jenis lainnya sesuai
program, kita perhatikan sertifikat kuda untuk mengetahui silsilah keturunannya.
Kuda jenis unggul memiliki sertifikat kuda yang dikeluarkan oleh badan atau
organisasi berwenang yang mengurusi kuda sesuai jenisnya (Suharjono, 1990).
Kehadiran kuda pejantan yang unggul, didampingi kuda betina berkualitas
unggul sebagai pasangannya, diharapkan akan meningkatkan mutu kuda. Kuda
betina berfungsi sebagai kuda induk. Karena itu sebaiknya kita memilih kuda betina
yang sehat, tegap, berbadan lebar dan panjang, agar jika mengandung akan dapat
dengan leluasa menempatkan anak dalam kandungannya. Memilih kuda betina lokal
sebagai induk tidak mudah, karena pada umumnya kuda lokal memiliki bagian-
bagian tubuh yang kurang menguntungkan, seperti bentuk kepala yang besar dan
18
lebar, leher yang lebar dan pendek, bulu lebat dan kaku serta kaki yang pendek
(Suharjono, 1990).
Estrus (Birahi)
Siklus estrus seekor kuda betina rata-rata adalah 21 hari dengan kisaran
waktu antara 10 sampai 37 hari. Periode birahinya rata-rata adalah empat sampai
enam hari, dengan kisaran yang sangat luas yaitu dari hanya satu hari sampai birahi
yang berlangsung kontinyu atau terus menerus. Tanda-tanda birahi haruslah selalu
diamati dan perkawinan diadakan hanya bila nampak siklus birahi yang normal saja,
agar bisa didapat hasil yang sebaik-baiknya. Tanda-tanda birahi kuda adalah
kegelisahan, keinginan untuk ditemani oleh kuda lain, urinasi (kencing) yang
berulangkali serta pembengkakan dan pergerakan vulva (Blakely dan Bade, 1994).
Tim Karya Tani Mandiri (2010) menambahkan deteksi birahi yang hanya
dilakukan didalam kandang seringkali hasilnya nihil, apalagi bila hanya dilakukan
sekali dalam sehari. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, deteksi birahi dapat
dilakukan tiga kali sehari pada waktu pagi, tengah hari, dan menjelang malam.
Pengawinan
Dua atau tiga bulan sebelum masa pengawinan, kuda pejantan mulai
dipersiapkan, dengan memberinya makanan bergizi ditambah vitamin-vitamin agar
bisa menambah kesuburannya. Pejantan dalam kondisi yang baik diharapkan akan
menurunkan kuda yang sehat pula. Penambahan menu makanan bagi kuda pejantan
pada masa kawin berupa telur segar, susu bubuk dan madu asli (Suharjono, 1990).
Waktu pengawinan yang tepat bagi hewan betina merupakan faktor yang
penting, karena dapat menghasilkan keuntungan yang besar bagi peternak bila terjadi
kebuntingan pada waktu yang tepat. Sebaliknya, waktu pengawinan yang salah
cenderung menyebabkan gangguan reproduksi karena dapat menunda kebuntingan
(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Ovulasi terjadi pada saat-saat akhir periode estrus. Telur yang dihasilkan
dapat hidup selama enam jam sedangkan sperma pejantan dapat bertahan hidup
sekitar 30 jam didalam saluran reproduksi betina. Oleh karena itu dianjurkan agar
seekor kuda betina yang birahi dikawinkan tiap hari atau dua hari sekali mulai pada
hari ketiga timbulnya estrus (Blakely dan Bade, 1994).
19
Kebuntingan
Rataan masa kebuntingan seekor kuda betina adalah 335 hari dengan kisaran
315 sampai 350 hari. Kuda betina tertentu cenderung memiliki kebiasaan beranak
agak awal, sedangkan kuda lainnya agak lambat. Dengan memperhatikan
kecenderungan itu maka para peternak dapat lebih tepat memperkirakan saat
kelahiran kuda yang sedang bunting berdasar pengalaman waktu yang lalu (Blakely
dan Bade, 1994).
Kelahiran
Kuda melahirkan anak biasanya pada malam hari setelah matahari terbenam.
Sangat jarang kuda lahir siang hari, alasannya mengapa belum bisa diterangkan.
Biasanya membutuhkan situasi tenang dan sunyi serta tidak banyak gangguan. Pada
bulan ke-10 masa kebuntingannya, anak kuda makin besar dan berat menyebabkan
ambing (perut atas bagian belakang) induknya turun atau terlepas. Bagian pantat
kuda dekat ekor juga akan terlihat menurun. Jika diamati terus, ada gerakan anak
kuda yang mendorong dan hilang dibagian belakang dekat ekor induknya. Hal itu
pertanda baik karena anak kuda dalam kondisi hidup (Tim Karya Tani Mandiri,
2010).
Salah satu tanda awal bahwa kelahiran segera terjadi ialah bahwa betina itu
mulai nampak “membuang kantung”, yang tidak lain adalah gejala membesarnya
ambing (kelenjar susu). Munculnya zat seperti lilin (wax) yang terdapat pada ujung
puting. Biasanya dalam 12 sampai 24 jam saat kelahiran, lilin itu melunak dan jatuh
lalu mulai meneteskan air susu, kadang-kadang tetesan itu juga agak deras. Kira-kira
pada saat yang sama, kuda betina juga memperlihatkan pembengkakan serta relaksasi
yang jelas pada otot-otot vulva. Otot serta ligamen yang terkait dengan pelvis
mengalami relaksasi sehingga betina itu nampak longgar dibagian pelvisnya (Blakely
dan Bade, 1994).
Blakely dan Bade (1994) menambahkan betina pada saat itu biasanya
menjauhi kuda lainnya. Di padang rumput kuda itu akan menyendiri. Kadang-kadang
nampak agak galak, merentangkan daun telinga kearah belakang dan bila didekati
kuda lain akan disepaknya. Ekor diangkat, sering kencing, kadang-kadang menggigit
dan berdiri serta berbaring secara bergantian. Pada saat ini biasanya kantung air
(plasenta) pecah dan keluarlah air sebanyak delapan sampai 20 liter yang membantu
20
melicinkan saluran peranakan. Bila anak berada dalam posisi yang normal, kontraksi
otot involunter didalam uterus serta otot-otot abdominal dapat mulai bekerja dan
kelahiran dapat terjadi dengan sendirinya secara mulus.
Penyakit Kuda
Tendinitis (Bowed Tendon)
Penyakit ini merupakan pembesaran tendon yang berada di belakang tulang
cannon pada kaki depan dan belakang. Bagian yang paling sering terserang adalah
kaki depan dan terletak tepat dibawah lutut, tepat diatas fedlock, atau diantaranya.
Keseleo berat merupakan penyebabnya, karena langkah yang panjang dan lemah:
teracak kaki yang terlalu panjang; kehabisan tenaga akibat kecelakaan atau latihan
yang dipaksakan; kelelahan otot pada akhir pacuan kuda yang panjang; penggunaan
sepatu kuda yang kurang baik; atau kuda yang badannya terlalu besar dibandingkan
struktur kakinya. Tanda-tanda tendinitis akut timbulnya cepat. Segera setelah luka,
atau bahkan pada saat terjadinya luka, kuda akan pincang, menyangga tumit dalam
posisi miring untuk menghilangkan tekanan. Bila diraba akan terasa panas, bengkak,
dan sakit (Blakely dan Bade, 1994).
Kolik
Gangguan pencernaan ini disebabkan oleh makan yang berlebihan, minum
berlebihan pada waktu panas, makanan berjamur, dan bahkan disebabkan oleh cacing
gelang. Usus terhalang atau terjepit, dan menimbulkan rasa sakit, sedangkan kuda
sangat sensitif. Tanda-tandanya adalah bergerak terus-menerus, kesakitan,
berkeringat, berguling-guling dan tentu saja adanya rasa tidak nyaman. Berguling-
guling (rolling) yang menyebabkan terbelitnya usus, merupakan hal yang fatal. Kuda
sebaiknya diikat untuk mencegah rolling. Tanda-tanda lainnya adalah bibir
menggulung dan kuda menolak untuk makan. Pengobatannya ialah dengan mengajak
kuda berjalan-jalan sampai dokter hewan datang. Minyak mineral seringkali
diberikan melalui pipa masuk kedalam lambung (stomach tube) untuk
menghilangkan pemadatan (compaction) (Blakely dan Bade, 1994).
Rasa nyeri pada perut kuda biasa disebut kolik. Hal ini dapat terjadi sebagai
sindrom jangka pendek, atau sebagai manifestasi kronis tingkat rendah. Pada
kenyataannya, kolik berarti nyeri pada perut atau usus. Kolik bukanlah penyakit,
21
bukan juga diagnosa, hanya sindrom yang menunjukkan bahwa kuda merasakan sakit
di perut atau usus. Ini adalah sindrom umum dari beragam kondisi yang spesifik dan
berbeda yang mempengaruhi perut kuda (Pinsent, 1990).
Founder (Laminitis)
Laminae bertanduk dari kuku kuda yang dipenuhi oleh aliran darah,
menyebabkan berjalan yang tidak normal. Tiba-tiba timbul kepincangan yang sangat
sakit pada kaki depan, kadang-kadang juga pada keempat kaki, yang diikuti oleh
pertumbuhan kuku yang cepat yang harus seringkali dipotong. Founder berkaitan
dengan kebiasaan makan yang berlebihan, perubahan pakan secara drastis,
kekurangan latihan fisik, metritis (radang uterus pada kuda betina yang baru saja
beranak), dan minum air yang sangat dingin pada saat kuda sedang kepanasan.
Pengobatan dapat dilakukan dengan mengajak berdiri dalam kubangan atau air
dingin untuk mengurangi pembengkakan pembuluh darah. Pengobatan hipodermik
kemungkinan juga efektif, tetapi pada kebanyakan kasus, kerusakan tidak dapat
diperbaiki dan satu-satunya pengobatan adalah pemberian sepatu kuda yang sesuai
(Blakely dan Bade, 1994).
Luka
Kuku yang hilang, benda-benda tajam, kawat berduri, dan barang-barang
lainnya dapat menimbulkan masalah besar pada kuda. Kuda seringkali menjadi panik
pada saat-saat kritis, yang bahkan menyebabkan timbulnya gangguan lebih lanjut.
Pembersihan luka dengan baik, dijahit bila perlu, dan suntikan tetanus sebaiknya
dilakukan (Blakely dan Bade, 1994).
Nusantara Polo Club
Nusantara Polo Club adalah klub polo berkuda eksklusif pertama di Indonesia
yang dibangun oleh Prabowo Subianto di kawasan Jagorawi Golf & Country Club.
Nusantara Polo Club membina tim nasional polo Indonesia yang pada bulan
Desember 2007 berkesempatan mewakili Indonesia pada ajang turnamen polo SEA
Games 2007 Thailand. Pada tahun 2011, Nusantara Polo Club direncanakan akan
dijadikan tempat penyelenggaraan turnamen polo berkuda pada South East Asian
Games (SEA Games) tahun 2011 Indonesia (Npclub, 2009).
MATERI DAN METODE
Waktu dan Lokasi
Penelitian dilaksanakan pada Juli-September 2010, bertempat di klub polo
berkuda Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf and Country Club, Cibinong,
Kabupaten Bogor.
Materi
Jumlah kuda yang diamati dalam penelitian ini adalah 43 ekor terdiri dari 13
ekor kuda betina poni Argentina, tiga ekor kuda betina poni lokal, satu ekor kuda
betina G1 (generasi ke-1), satu ekor kuda betina G2 (generasi ke-2), tiga ekor kuda
betina G3 (generasi ke-3), 12 ekor kuda jantan poni Argentina, satu ekor kuda jantan
poni lokal, dua ekor kuda jantan Thoroughbred, satu ekor kuda jantan G1, empat
ekor kuda jantan G3, dan satu ekor kuda jantan G4 (generasi ke-4). Sejumlah kuda
yang telah disebutkan diatas berumur empat sampai 30 tahun. Satu ekor lagi
merupakan anak kuda betina (foal) poni polo berumur tiga bulan. Seluruh kuda
tersebut dipelihara di Nusantara Polo Club.
Responden yang terlibat dan merupakan bagian penting dalam penelitian ini
yaitu, tiga orang pelatih senior, satu orang penanggungjawab stable, satu orang tack
room, dua orang varrier, satu orang asisten dokter, sembilan orang groomer, dan
lima orang pengunjung yang menyewa kuda (guest). Peralatan yang digunakan yaitu
alat tulis, pita ukur, tongkat ukur, kamera, dan lembar wawancara yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu.
Prosedur
Pertama-tama dilakukan penelitian pendahuluan sebelum penelitian utama
dimulai. Penelitian pendahuluan yaitu melakukan survei ke klub polo berkuda
Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf and Country Club, Cibinong. Hasil penelitian
pendahuluan memberi informasi awal dan persiapan materi penelitian, juga sebagai
gambaran umum untuk mendukung pelaksanaan penelitian utama. Pengumpulan data
dilakukan melalui pengamatan langsung, dokumentasi dan wawancara dengan
responden dan juga beberapa pengunjung (guest) di Nusantara Polo Club.
Pengamatan secara keseluruhan dilakukan untuk menggambarkan secara deskriptif
23
lokasi peternakan kuda, terutama kondisi lingkungan di Nusantara Polo Club,
Jagorawi Golf and Country Club, Cibinong.
Data yang dikumpulkan antara lain meliputi informasi :
1) Identitas kuda; nama, umur, jenis kelamin, bangsa, dan silsilah kuda.
2) Pemeliharaan kuda; untuk mengetahui manajemen pemeliharaan dengan
mengamati langsung manajemen pemeliharaan yang dilakukan dan informasi ini
digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan kuda.
3) Pakan; mengetahui jenis pakan yang diberikan baik rumput maupun konsentrat,
jumlah, tambahan makanan dan frekuensi pemberian pakan setiap hari.
4) Analisa zat makanan; hijauan dan konsentrat, sampelnya dianalisa di
laboratorium untuk mengetahui kebutuhan nutrisi kuda.
5) Estimasi bobot badan; mengukur panjang badan (PB) dan lingkar dada (LD),
ditunjukkan pada Gambar 1, setelah itu dicari bobot badan dengan persamaan
menurut Pilliner (1992):
Bobot badan (kg) = (lingkar dada (cm))2 x panjang badan (cm)
8717
Gambar 1. Pengukuran Panjang Badan dan Lingkar Dada Kuda
Pengukuran panjang badan pada tubuh kuda dari point of shoulder hingga point
of buttock. Lingkar dada kuda diukur melingkar rongga dada di belakang sendi
bahu (os scapula) menggunakan pita ukur. Bobot badan diketahui untuk
selanjutnya menentukan pertambahan bobot badan (PBB) kuda.Pemanfaatan
kuda; meliputi pengelompokan kuda sesuai penggunaannya, dan frekuensi
pemakaian kuda.
6) Pola latihan; meliputi latihan seperti apa yang diterapkan pada masing-masing
tipe kuda.
24
7) Pengawinan kuda; meliputi jumlah, bangsa, frekuensi, dan interval waktu kuda
yang dikawinkan, serta tingkat keberhasilan.
8) Penanganan kesehatan kuda; meliputi kesehatan, kondisi, penyakit yang sering
dialami dan cara pengobatannya, serta penanganan lain yang diberikan kepada
kuda.
9) Identitas petugas; meliputi umur, pendidikan terakhir, lama bekerja di NPC, dan
tanggungjawab pekerjaan.
10) Identitas pengunjung (guest); informasi yang didapat seperti asal, umur,
pekerjaan, alasan menyewa kuda, frekuensi menyewa kuda, dan sebagainya.
25
Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini, termasuk data hasil wawancara
ditabulasikan dan dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan informasi mengenai
manajemen pemeliharaan kuda secara keseluruhan.
Data juga dianalisis secara kuantitatif, dengan rumus (Walpole, 1993):
𝑥 = 𝑥𝑖
𝑛𝑖=1
𝑛
Keterangan:
𝑥 : Rataan sampel
xi: Data sejumlah i
n: Ukuran sampel
Setelah nilai rataan didapat, selanjutnya dicari nilai persentasenya dengan
rumus:
Y = 𝑥 x 100%
Keterangan :
Y: Persentase rataan dari peubah yang diamati (peubah kuantitatif)
𝑥 : Rataan sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Nusantara Polo Club (NPC) adalah klub polo berkuda eksklusif pertama di
Indonesia, letaknya di kawasan Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Kabupaten
Bogor. Kota Bogor memiliki suhu rata-rata tiap bulan 26°C dengan suhu terendah
21,8°C dan tertinggi 30,4°C. Kelembaban udara 70%, curah hujan rata-rata setiap
tahun sekitar 3500–4000 mm dengan curah hujan terbesar pada bulan Desember dan
Januari (BMKG, 2010).
Nusantara Polo Club (NPC) memiliki dua bangunan kandang. Kandang
pertama disebut dengan kandang Alfa, merupakan kandang bagi kuda yang masih
aktif digunakan sebagai atlet polo. Kandang kedua disebut dengan kandang Bravo, di
kandang inilah ditempatkan kuda tua pasca atlet yang masih dimanfaatkan sebagai
kuda olahraga dan sebagian untuk kuda kawin, terdapat juga beberapa kuda muda
yang sedang dilatih untuk nantinya menjadi kuda polo. Letak kandang Alfa dan
kandang Bravo berjarak sekitar 200 meter, dapat dilihat pada Gambar 2. Selain
bangunan kandang, NPC juga memiliki lapangan polo, lapangan untuk berkuda
(riding), beberapa pastura, ladang rumput untuk pakan, dan bangunan lain yang
menunjang kegiatan di NPC, seperti kantor, pos satpam, gudang pakan, ruang
peralatan (tack room), mess, dapur, dan lounge bar.
Gambar 2. Foto Udara Nusantara Polo Club (Google Earth), A. Kandang Alfa
dan B. Kandang Bravo
27
Kuda yang diamati dalam penelitian ini yaitu kelompok kuda non-atlet yang
berada di kandang Bravo. Rataan suhu di kandang pengamatan adalah 26°C dengan
kisaran 23-31°C, dan rataan kelembabannya 68% dengan kisaran 50–79%. Data
tersebut diperoleh dari hasil pengukuran suhu dan kelembaban dengan menggunakan
termo-hygrometer yang ditempatkan di tengah-tengah kandang. Menurut Ensminger
(2010), suhu yang nyaman untuk kuda yaitu berkisar antara 7,22-23,88°C, namun
yang paling baik pada suhu 12,77°C. Kelembaban yang dapat diterima pada kisaran
50-75%, namun yang paling baik yaitu pada kelembaban 60%.
Kepulauan Indonesia termasuk daerah Cibinong, Jawa Barat beriklim tropis,
sehingga kisaran suhunya diatas kisaran suhu yang nyaman untuk kuda. NPC
memiliki kuda lokal, kuda impor, dan kuda hasil persilangan. Kuda lokal tentunya
sudah terbiasa dengan suhu daerah tropis yang cukup tinggi, sehingga cepat untuk
beradaptasi. Kuda hasil persilangan kuda lokal dengan kuda impor juga mudah
beradaptasi dengan suhu di kandang NPC, karena lahir di Indonesia sehingga sejak
awal terbiasa dengan iklim tropis. Kuda impor, yang kebanyakan berasal dari
Argentina (negara subtropis), cukup sulit beradaptasi dengan suhu di kandang NPC.
Efek negatif bagi kuda impor yang disebabkan karena tingginya suhu, yaitu
konsumsi pakannya rendah, sehingga kualitas pakan yang diberikan harus baik.
Pemakaian kipas di kandang, memandikan kuda, atau pemberian air minum secara
ad libitum merupakan cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi suhu lingkungan
yang tinggi. Pengaturan bangunan kandang yang sebagian terbuka juga merupakan
cara untuk menjaga kuda tetap nyaman. Dinding kandang yang sebagian terbuka
membuat aliran udara mengalir lancar dan mempercepat evaporasi atau pengeluaran
panas pada tubuh melalui kulit.
Bangunan Kandang
Kandang Bravo memiliki dua jenis bangunan kandang, perbedaannya dapat
dilihat pada Gambar 3. Kandang pertama (Gambar 3a) ditempati 33 ekor kuda,
bangunannya berupa stall individu berukuran 3 x 3 m2. Materialnya terdiri dari kayu
gelondongan, beratapkan kirai bambu, dan berlantai semen dengan alas (bedding)
untuk kuda adalah serut gergaji. Wadah pakan berupa drum besar yang dibelah
menjadi dua, begitu juga dengan wadah air minum. Air disalurkan dari kran air ke
28
drum melalui selang. Bagian atas kandang dilengkapi dengan beberapa kipas angin,
yang dinyalakan pada siang hari atau saat suhu lingkungan panas, dan juga
dilengkapi dengan beberapa lampu bohlam, yang dinyalakan pada waktu hari gelap.
Kondisi kandang ini sudah tidak baik lagi, karena sebagian atapnya bocor, dan
kayunya juga sebagian sudah melapuk.
(a) (b)
Gambar 3. Bangunan Kandang Bravo, (a) Kandang Pertama Bermaterial
Kayu, (b) Kandang Kedua Berupa Bangunan Permanen.
Kandang pertama ditempati kuda tua pasca atlet, kuda betina breeding, kuda
lokal, dan kuda afkir. Kandang individu berukuran 3 x 3 m2 sudah cukup nyaman
bagi jenis kuda yang telah disebutkan sebelumnya, karena sistem kandang di NPC
merupakan sistem kombinasi. Sistem kombinasi yaitu pemeliharaan kuda tidak terus-
menerus di kandang, tetapi kuda juga dibiarkan beraktivitas diluar kandang, seperti
di pastura (McBane, 1994). Pemeliharaan kuda di kandang untuk kuda tua pasca
atlet, kuda betina breeding, kuda lokal, dan kuda afkir tidak jauh berbeda. Kuda di
kandang hanya untuk berlindung, beristirahat, makan, dan minum. Kuda tua pasca
atlet dan sebagian kuda lokal beraktivitas di lapangan atau di jalan sekitar kandang
setiap pagi dan sore hari, sedangkan kuda betina breeding , kuda lokal lainnya, dan
kuda afkir beraktivitas dengan ditempatkan di umbaran pada pagi hari selama
beberapa jam. Pembahasan lebih lanjut mengenai aktivitas kuda dijelaskan pada sub
bab berikutnya. Kekurangan pada bangunan kandang pertama yaitu, atap kandang
yang bocor menyebabkan lantai tergenang air dan serut gergaji untuk alas lantai kuda
(bedding) basah. Alas lantai yang basah dapat menyebabkan kuku kuda menjadi
lapuk, sehingga mudah terkikis. Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada
29
kuku kuda. Kelebihannya yaitu tiap stall individu hanya dibatasi kayu gelondongan,
sehingga kuda tetap dapat berinteraksi dengan kuda lain di sampingnya.
Kandang kedua (Gambar 3b) yang ditempati 10 ekor kuda juga berupa stall
individu, berukuran 4 x 4 m2, merupakan bangunan permanen terdiri dari batu bata
dan semen, beratapkan seng, berlantai semen dan alasnya serut gergaji. Wadah pakan
dan minum juga menggunakan drum, namun beberapa stall memiliki bak air di
sudutnya. Kandang kedua ini ditempati kuda muda berumur 4-5 tahun yang sedang
dilatih, kuda pejantan breeding, kuda laktasi, dan anak kuda berumur tiga bulan.
Setiap stall individu ditempati satu ekor kuda, kecuali kuda laktasi ditempatkan
bersama anaknya yang masih menyusu. Pemeliharaan tiap-tiap kuda juga tidak terus-
menerus di kandang. Kuda muda dilatih di umbaran setiap pagi atau sore hari, kuda
pejantan breeding beraktivitas di jalan sekitar kandang setiap pagi dan sore hari, dan
kuda laktasi beserta anaknya ditempatkan di umbaran setiap pagi hari.
Ukuran stall individu bangunan kandang kedua lebih luas dibanding kandang
pertama. Hal ini cukup baik bagi kuda muda, karena kuda muda lebih suka bergerak-
gerak didalam kandang. Hal terpenting pada pemeliharaan kuda laktasi dan anaknya,
yaitu penyediaan air bersih untuk minum yang selalu tersedia, dan juga alas lantai
kandang dijaga agar selalu kering dan pemberiannya lebih banyak. Alas lantai
kandang yang tebal diperlukan anak kuda untuk alas tidur dan agar anak kuda merasa
hangat. Kondisi bangunan kedua yaitu atapnya tidak bocor, sehingga serut gergaji
untuk alas lantai kandang selalu kering, berbeda dengan kandang pertama.
Kekurangan pada kandang kedua yaitu, tiap stall dibatasi oleh dinding yang cukup
tinggi, sehingga kuda tidak dapat berinteraksi dengan kuda disampingnya.
Bangunan kandang di NPC pada umumnya dapat dikatakan baik, karena
menurut Suharjono (1990) material untuk membangun kandang kuda sebaiknya
terbuat dari bahan yang kuat, misalnya dari batu dengan campuran bahan beton, kayu
yang kuat atau kayu gelondongan (bulat). Pengaturan dinding yang sebagian terbuka
juga membuat bangunan kandang memiliki ventilasi yang sempurna. Ventilasi yang
sempurna sangat menguntungkan bagi kuda sebab ventilasi berguna untuk
mengeluarkan udara kotor (CO2) dari dalam kandang dan menggantikan udara segar
(O2) dari luar (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
30
Identitas Kuda
Jumlah kuda yang diamati selama penelitian adalah 43 ekor yang terdiri dari
21 ekor kuda jantan dan 22 ekor kuda betina. Kuda jantan termuda berumur empat
tahun dan yang tertua berumur 30 tahun. Kuda betina termuda berumur tiga bulan,
sedangkan kuda betina tertua berumur 30 tahun. Data umur kuda ini, didapat dari
perkiraan umur oleh penanggungjawab stable di NPC, bukan dari sertifikat (sertifikat
kuda non-atlet di NPC tidak ada, kecuali pejantan breeding poni Argentina). Umur
kuda dapat diperkirakan melalui bentuk dan jumlah gigi (Bogart dan Taylor, 1977),
namun keakuratannya hanya sampai umur 10 tahun, selebihnya sulit menentukan
umurnya (Edwards, 2002). Jumlah kuda yang dikelompokkan berdasarkan rentang
umur dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Kuda Menurut Rentang Umur dan Jenis Kelamin
Umur (tahun) Jumlah kuda (ekor)
Total (ekor) Jantan Betina
< 2 - 1 1
2 – 6 5 4 9
7 – 14 7 4 11
≥ 15 9 13 22
Total 21 22 43
Umur kuda non-atlet di NPC beragam dan tidak merata. Jumlah kuda paling
banyak yaitu pada rentang umur ≥ 15 tahun yang berjumlah 22 ekor (51,16%),
terlihat bahwa lebih daripada setengah jumlah kuda non-atlet merupakan kuda tua.
Penggolongan umur kuda di NPC terdiri dari anak kuda, kuda muda, kuda dewasa,
dan kuda tua. Kuda yang berumur kurang dari dua tahun masih disebut sebagai anak
kuda (foal), dikarenakan kuda belum dewasa kelamin. Kuda biasanya telah mencapai
kematangan seksual pada umur dua tahun. Kuda umur dua hingga enam tahun
disebut sebagai kuda muda (middle years) yang sedang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan, kuda pada umumnya dewasa pada umur enam tahun (Kidd, 1995).
Umur tujuh hingga 14 tahun, sudah dapat dikatakan kuda dewasa, kuda dewasa di
NPC berjumlah 11 ekor. Seekor kuda mulai menjadi tua ketika telah berumur sekitar
15 tahun (Kidd, 1995).
31
Aktivitas dominan dari kuda tua (umur ≥ 15 tahun) yaitu disewakan ke
pengunjung, dalam sehari kuda ini dapat beraktivitas selama 90-120 menit. Hal ini
membuat postur tubuh kuda tua berbeda dengan kuda dengan umur di bawah 15
tahun. Kuda tua yang sudah lama menjadi kuda polo atau kuda olahraga, seluruh
tubuhnya (tulang, otot, kaki, dan tulang belakang) dapat bergerak dengan lentur dan
dinamis, karena latihan rutin yang telah dilakukan selama bertahun-tahun (Pilliner,
1993). Kuda olahraga tua saat ditunggangi, gerakannya tidak kaku, dan lebih mudah
dikendalikan. Otot-otot pada kuda olahraga tua lebih terlihat dan telah terbentuk
sepenuhnya, berbeda dengan kuda yang masih bertumbuh (umur 2-6 tahun).
Perototan pada kuda muda belum terlihat dengan jelas, postur tubuhnya juga lebih
kecil dari kuda tua. Kuda yang sedang bertumbuh baru boleh dilatih pada umur tiga
tahun (Suharjono, 1990), pada awal latihan kuda muda sulit untuk dikendalikan,
setelah bisa ditunggangi pun gerakannya masih kaku. Hal ini membuat penunggang
yang menaiki kuda olahraga muda harus lebih berhati-hati dibandingkan dengan
yang menaiki kuda olahraga tua. Salah satu hal yang harus dihindari saat
menunggangi kuda olahraga muda yaitu dengan tidak membuat gerakan tiba-tiba
(mendadak), apabila kuda terkejut maka dapat membahayakan penunggang dan kuda
itu sendiri.
Bangsa kuda non-atlet juga lebih beragam, namun bangsa yang dominan
adalah poni Argentina. Jumlah kuda non-atlet menurut pengelompokan bangsanya
dapat dilihat pada Tabel 3.
Bangsa kuda yang paling banyak dipelihara adalah poni Argentina sejumlah
25 ekor, yang terdiri dari kuda jantan sebanyak 12 ekor dan betina 13 ekor. Kuda ini
didatangkan dari Brunei Darusallam pada tahun 2007, setelah mengikuti SEA
GAMES di Thailand. Kuda ini tidak lagi dijadikan kuda atlet, karena umurnya sudah
tua. Menurut beberapa petugas, kuda poni Argentina ini kualitasnya sangat baik,
walaupun sudah tua namun stamina dan kemampuannya bermain polo tidak kalah
dengan kuda atlet yang masih muda. Kualitasnya dikatakan sangat baik karena kuda
tersebut murni keturunan poni Argentina, atau kedua tetuanya merupakan bangsa
poni Argentina.
32
Tabel 3. Jumlah Kuda Menurut Bangsa dan Jenis Kelamin
Bangsa Jenis Kelamin
Jumlah (ekor) Jantan (ekor) Betina (ekor)
Poni Argentina 12 13 25
G3 4 3 7
Thoroughbred 2 - 2
Poni lokal (sumba) - 2 2
G1 1 1 2
Sandelwood 1 1 2
G2 - 1 1
G4 1 - 1
Poni polo - 1 1
Total 21 22 43
Keterangan : G1= persilangan betina poni lokal dengan pejantan Thoroughbred, G2= persilangan
betina G1 dengan pejantan Thoroughbred, G3= persilangan betina G2 dengan pejantan
Thoroughbred, G4= persilangan betina G3 dengan pejantan Thoroughbred, poni polo=
persilangan betina Sandelwood dengan pejantan poni Argentina.
Karakteristik kuda poni Argentina yaitu kepala lebar dengan mata yang lebar
dan telinga tegak. Otot leher dan dada lebar, punggungnya pendek dan dalam. Paha
relatif pendek namun kuat, dan kakinya kecil namun keras. Warna bulu biasanya
solid dan kebanyakan berwarna coklat keabuan. Karakteristik kuda Thoroughbred
yaitu umumnya kepala tampak elegan dan cerdas. Leher melengkung dan bahu
miring mengarah ke belakang. Dada yang dalam dan tampak kuat (Kidd, 1995).
Kuda hasil persilangan kuda poni lokal dengan Thoroughbred memiliki karakteristik
menyerupai Thoroughbred namun proporsi tubuhnya sedikit lebih kecil daripada
Thoroughbred. Karakteristik kuda poni lokal, yaitu kepala kecil, telinga tegak, dan
mata yang terlihat cerdas. Leher yang pendek berotot, dada yang dalam dan panjang,
punggung lurus, dan croup yang menonjol (Equinekingdom, 2007).
Salah satu alasan dibangunnya peternakan kuda ini karena pemilik sangat
menyukai kuda dan olahraga polo. Kuda yang diamati memang tidak lagi digunakan
sebagai kuda atlet, namun kuda masih dipelihara dan dimanfaatkan. Pemilik tidak
berminat menjual kuda yang dipeliharanya, apabila ada kuda yang mati maka yang
dilakukan adalah mengautopsi kemudian mengubur kuda tersebut.
33
Kuda tua pasca atlet dimanfaatkan sebagai kuda olahraga, disewakan kepada
pengunjung yang datang untuk berlatih berkuda (riding) atau bermain polo. Kuda
betina olahraga juga dimanfaatkan sebagai kuda breeding. Hampir semua kuda
olahraga berbangsa Poni Argentina dan termasuk kuda tua, karena umurnya lebih
dari 14 tahun. Sebelumnya telah disebutkan bahwa semua kuda betina poni
Argentina yang disewakan kepada pengunjung juga dimanfaatkan sebagai kuda
breeding, kuda dikawinkan dengan pejantan poni Argentina. Kegiatan ini diharapkan
dapat menghasilkan anak-anak kuda bangsa Poni Argentina yang nantinya akan
menjadi kuda polo berkualitas baik, namun hal ini tidak terjadi di NPC. Penyebabnya
adalah karena kuda betina poni Argentina masih melakukan aktivitas rutinnya
sebagai kuda olahraga. Aktivitas rutin yang dilakukan ternyata mengganggu siklus
birahi kuda. Menurut Suharjono (1990), sebaiknya kuda betina bekas kuda pacu atau
olahraga harus diistirahatkan dahulu selama enam bulan sebelum dipersiapkan untuk
kawin.
Selain kuda olahraga dan breeding, terdapat pula kuda muda berumur 4-5
tahun yang sedang dilatih menjadi kuda polo. Kuda tersebut berbangsa G1, G2, G3,
dan G4. Kuda ini memiliki darah Thoroughbred dan bagus dijadikan kuda pacu,
namun karena pemilik ingin kuda miliknya menjadi kuda polo, maka latihan yang
diberikan merupakan latihan untuk kuda polo. Kualitas permainan kuda muda ini
belum diketahui, karena selama pengamatan kuda masih dalam proses pelatihan.
Terdapat juga kuda yang tidak dimanfaatkan, hanya dipelihara saja (kuda afkir).
Pemeliharaan yang dilakukan tentu berbeda sesuai dengan kegunaan dan kondisi
fisiologis masing-masing kuda. Pemeliharaan dan pemanfaatan kuda akan dibahas
dalam sub bab tersendiri.
Tidak semua kuda di NPC merupakan milik Prabowo Subianto (pendiri
NPC). Dari 43 ekor kuda, sebanyak 28 ekor adalah milik pribadi dan 15 ekor lagi
merupakan kuda yang dititipkan untuk dirawat di NPC. Pemilik kuda tersebut antara
lain, pengunjung (guest) yang biasa menyewa kuda di NPC, ajudan Prabowo,
pemilik Jagorawi Golf Country Club (JGCC), dokter hewan, dan salah satu atlet.
Pemeliharaan Kuda
Urutan kegiatan pemeliharaan kuda olahraga pada pagi hari adalah sebagai
berikut: kegiatan dimulai pukul 06.00 WIB, pertama kuda disikat (brushing) atau
34
diroskam, kemudian exercise yaitu walking selama kira-kira 45 menit, apabila pada
saat itu merupakan jadwal kuda untuk disewakan maka kegiatan walking diganti
dengan kegiatan bersama pengunjung (guest), bisa berupa riding, stick and ball atau
pertandingan polo. Kegiatan bersama pengunjung biasanya selama 45 menit hingga
satu jam. Selesai melakukan kegiatan tersebut tentu kuda berkeringat, kuda
diistirahatkan sebentar lalu dimandikan, kemudian kuda dikeringkan diluar kandang,
sambil menunggu kuda kering petugas akan membersihkan kandang kuda, setelah itu
kuda kembali dimasukkan ke kandang, dan diberi pakan.
Kegiatan pada sore hari yang dimulai pukul 15.00 WIB sama dengan kegiatan
pada pagi hari. Kuda yang telah disewakan pada pagi hari dapat disewakan kembali
pada sore hari, dan apabila kuda tidak dipergunakan pengunjung maka kegiatan yang
dilakukan kuda adalah exercise. Jadi, dalam sehari kuda melakukan kegiatan walking
atau bersama pengunjung selama 90 hingga 120 menit, dan diusahakan tidak lebih
dari 120 menit karena kuda akan kelelahan dan menyebabkan turunnya stamina.
Kuda olahraga betina, kegiatannya juga sama seperti yang telah diuraikan diatas,
walaupun dimanfaatkan juga sebagai kuda breeding.
Kegiatan kuda pejantan breeding sama dengan kegiatan kuda olahraga,
namun perbedaannya kuda pejantan tidak disewakan kepada pengunjung. Untuk
kuda betina breeding dan kuda yang tidak dimanfaatkan, kegiatan pemeliharaannya
yaitu kuda ditempatkan di umbaran (paddock) dari pukul 07.00–10.00 WIB.
Sementara itu, petugas akan membersihkan kandang kuda. Pukul 10.00 WIB, kuda
dimandikan, setelah kering dimasukkan ke kandang, kemudian diberi pakan.
Pemeliharaan pada sore hari, hanya pembersihan kandang dan pemberian pakan.
Kuda laktasi dan anak kuda juga ditempatkan di umbaran pada pukul 08.30 WIB
selama 15-30 menit. Induk kuda dan anaknya memerlukan tempat umbaran yang
agak luas, karena anaknya harus membiasakan diri berlari. Anak kuda sampai usia
dua tahun memerlukan tempat umbaran cukup luas, karena di tempat itulah proses
pertumbuhannya dibentuk (Suharjono, 1990).
Pemeliharaan kuda muda yang sedang dilatih (training) juga sama dengan
kuda olahraga, namun kegiatan exercise pada kuda training berbeda. Pola latihan
kuda termasuk kuda training akan dibahas dalam sub bab tersendiri.
35
Perawatan kuda seperti menyikat (brushing) bulu kuda, biasanya disebut
roskam atau grooming, dilakukan agar bulu kuda tidak cepat rontok. Kuda yang
harus rutin diroskam adalah kuda impor (poni Argentina dan Thoroughbred), karena
kuda impor memang lebih rentan mengalami kerontokan bulu dibanding kuda lokal.
Terlebih kuda impor tua, jika tidak dirawat dengan baik bulunya mudah rontok dan
menjadi kasar. Grooming lebih dari sekedar menjaga kebersihan kuda, melainkan
merangsang sirkulasi darah dan getah bening dan memberikan kilau pada bulu kuda
dengan membawa minyak alami ke permukaan (Pilliner, 1994). Kegiatan untuk
menjaga kebersihan kuda dapat dilihat pada Gambar 4.
(a) (b)
Gambar 4. Kebersihan Kuda, (a) Alat Roskam dan Sikat, (b) Petugas
Memandikan Kuda
Penyikatan dilakukan dengan alat roskam dan sikat seperti diperlihatkan pada
Gambar 4(a). Pemandian kuda meliputi pembersihan tubuh kuda dan pencungkilan
kotoran pada kaki atau tapal kuda. Petugas memakai sabun cuci piring untuk
membersihkan kuda saat mandi. Menurut petugas, seharusnya surai (rambut pada
tengkuk kuda) dan ekor kuda dibersihkan dengan sampo yang biasa dipakai manusia
untuk melembutkan, namun hanya kuda atlet yang menggunakan sampo, sedangkan
kuda non-atlet tidak. Kegiatan memandikan kuda dapat dilihat pada Gambar 4(b).
Kegiatan rutin yang lain untuk pemeliharaan kuda, yaitu penapalan dan
pencukuran kuda. Tapal yang dipasang akan melindungi kaki kuda dari batu dan
kerikil atau benda tajam yang terinjak, benda-benda tersebut dapat menyebabkan
luka pada kaki, kerusakan kuku, bahkan menimbulkan penyakit kuku pada kuda.
Pemasangan sepatu kuda (tapal) atau penggantian tapal kuda dilakukan sebulan
36
sekali, sedangkan untuk kuda betina breeding dan kuda yang tidak dimanfaatkan
tidak dilakukan pemasangan tapal, anak kuda (foal) juga belum dipasang tapal.
Kegiatan penapalan kuda beserta peralatan yang digunakan ditunjukkan pada
Gambar 5.
(a) (b) (c)
Gambar 5. Kegiatan Penapalan Kuda, (a) Alat-alat penapalan, (b) Sepatu
Kuda (Tapal), (c) Pemasangan Tapal Kuda
Pencukuran surai dan rambut pada pangkal ekor kuda dilakukan dua minggu
sekali atau ketika bulu surai dan rambut ekor terlihat mulai memanjang. Pencukuran
tidak dilakukan pada kuda betina breeding, untuk kuda betina olahraga tetap
dilakukan penapalan dan pencukuran, walaupun sesekali dikawinkan. Kuda betina
yang hanya dimanfaatkan untuk breeding tidak dicukur karena untuk membantu
proses pengawinan kuda. Menurut petugas apabila surai kuda betina breeding
dicukur, maka tidak ada “pegangan” kuda pejantan untuk menaikinya, kuda pejantan
tidak bisa bertahan lama saat menaiki kuda betina karena licin. Namun untuk kuda
pejantan sendiri dilakukan pencukuran, karena surai yang dicukur merupakan ciri
khas pejantan poni polo. Pencukuran dilakukan dengan alat cukur elektrik berukuran
besar. Pada saat kuda olahraga melakukan kegiatan bersama pengunjung, maka
rambut ekornya akan dipilin rapi kemudian diikat agar ekornya tidak mengganggu
penunggangnya selama beraktivitas. Kegiatan penapalan dan pencukuran pada
masing-masing jenis kuda dapat dilihat pada Tabel 4.
Pembersihan kandang yaitu mengambil kotoran kuda dan serut gergaji yang
kotor dan basah karena tercampur kotoran atau urine kuda, kemudian diganti dengan
serut gergaji yang bersih. Kotoran dikumpulkan didalam karung, kemudian ditumpuk
di suatu tempat terbuka, dibiarkan terkena hujan dan panas matahari agar melapuk.
37
Biasanya kotoran kuda tersebut digunakan oleh petugas yang bekerja di tempat golf,
untuk menyuburkan rumput di lapangan golf. Selain itu kotoran kuda juga disebar di
ladang rumput untuk pakan kuda.
Tabel 4. Kegiatan Penapalan dan Pencukuran Kuda
Jenis Kuda Penapalan Kuda Pencukuran Kuda Keterangan
Kuda olahraga Rutin 1x/bulan Rutin 1x/2 minggu Tapal dilepas saat
dikawinkan (betina)
Kuda pejantan
breeding
Rutin 1x/bulan Rutin 1x/2 minggu Tapal dilepas saat
dikawinkan
Kuda betina breeding,
afkir, laktasi, dan anak
kuda
Tidak dilakukan Tidak dilakukan -
Kuda training Rutin 1x/bulan Belum rutin
dilakukan
Pemasangan tapal
sejak kuda mulai
dilatih
Pakan Kuda
Pemberian pakan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pemeliharaan
kuda. Kegiatan ini dilakukan setiap pagi dan sore hari, pakan kuda berupa rumput,
konsentrat, dan tambahan makanan lain, seperti diperlihatkan pada Gambar 6.
Rumput yang diberikan yaitu jenis Brachiaria mutica yang sudah dilayukan selama
sekitar setengah hari di bawah matahari. Tiap ekor kuda diberi 20 kg rumput dalam
sehari, masing-masing 10 kg pada pagi dan sore hari. Kuda laktasi diberi 40 kg
rumput, setiap pagi dan sore hari masing-masing 20 kg. Anak kuda hanya
mengkonsumsi susu, tetapi sedikit-sedikit mulai mengkonsumsi rumput. Kuda yang
ditempatkan di umbaran sebenarnya mengkonsumsi lebih daripada 20 kg rumput
dalam sehari, karena kuda bebas mengkonsumsi atau merumput. Kuda laktasi pun
mengkonsumsi rumput lebih daripada 40 kg dalam sehari dengan alasan yang sama.
Rumput di umbaran yang dikonsumsi kuda berjenis Cynodon dactylon.
Konsentrat yang diberikan merupakan produksi Royal Horse dengan merk
FRINGAN. Pemberian konsentrat berbeda-beda takarannya untuk setiap ekor sesuai
dengan kegunaan kuda tersebut dan juga fungsi fisiologisnya. Perbedaan pemberian
konsentrat dan mineral pada kuda dengan pemanfaatan yang berbeda dapat dilihat
pada Tabel 5.
38
Tabel 5. Pemberian Pakan Konsentrat dan Mineral pada Kuda
Jenis Kuda Konsentrat (kg)
Jumlah
(kg)
Mineral (gram) Jumlah
(gram) Pagi Sore Pagi Sore
Kuda olahraga 3 3 6 5 5 10
Kuda pejantan 2,5 2,5 5 5 5 10
Kuda lokal 2 2 4 5 5 10
Kuda laktasi 0,5 0,5 1 10 10 20
Kuda lokal diberi pakan konsentrat lebih sedikit, karena bobot badannya lebih
kecil dibanding kuda impor atau keturunannya. Konsentrat yang diberikan sudah
dicampur dengan mineral (Ca, elektrolit) dan garam masing-masing sebanyak lima
gram untuk setiap pemberian konsentrat, jadi dalam sehari kuda diberi tambahan
mineral 10 gram dan juga garam 10 gram. Untuk kuda laktasi sendiri, mineral yang
diberikan jumlahnya dua kali lipat kuda biasa, jadi dalam sehari diberikan 20 gram
mineral. Kebutuhan kalsium tambahan terjadi pada akhir kebuntingan dan selama
laktasi (NRC, 1989).
Menurut Suharjono (1990), pemberian pakan kuda bentuk pellet (konsentrat)
untuk kuda olahraga sebanyak 3,75 kg pada pagi hari dan 4,5 kg pada sore hari.
Pemberian konsentrat untuk kuda istirahat sebanyak 3,75 kg pada pagi dan sore hari.
Kuda istirahat meliputi kuda betina yang tidak bunting, pejantan sesudah masa
kawin, kuda pacu dan olahraga yang tidak dilatih karena cedera atau sedang
memperbaiki kondisi. Jumlah konsentrat yang diberikan untuk kuda di NPC,
takarannya lebih sedikit dibandingkan dengan menurut Suharjono (1990). Selisih
jumlah konsentrat yang diberikan untuk kuda olahraga sebesar 2,25 kg. Kuda lokal
dianggap sebagai kuda istirahat, selisih jumlah konsentrat yang diberikan sebesar 3,5
kg.
Kuda di NPC diberikan mineral tambahan berupa kalsium, karena konsentrat
dan dedak mengandung sedikit kalsium, sehingga kuda membutuhkan tambahan
kalsium. Menurut Pilliner (1992), kuda dewasa dalam sehari dapat diberi tambahan
kalsium sebanyak 23 gram, kuda laktasi sebanyak 33 gram, dan anak kuda berumur
tiga bulan sebanyak 37 gram. Pemberian kalsium untuk kuda dewasa di NPC lebih
sedikit, dan anak kuda berumur tiga bulan belum diberikan kalsium.
39
(a) (b)
Gambar 6. Pakan Kuda, (a) Rumput Brachiaria mutica, (b) Konsentrat Royal
Horse FRINGAN
Pemberian wheat bran untuk semua kuda dilakukan tiga kali dalam
seminggu, yaitu pada setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat masing-masing kuda
sebanyak 0,5 kg. Wheat bran atau dedak gandum merupakan by-product dari
penggilingan gandum, seratnya tidak mudah dicerna (Pilliner, 1992). Pemberiannya
dicampur terlebih dahulu dengan konsentrat, setiap pagi dan sore hari masing-masing
sebanyak 0,25 kg. Pejantan breeding diberi tambahan oat sebanyak 0,25 kg, setiap
pagi dan sore hari masing-masing sebanyak 0,125 kg. Oats adalah biji-bijian yang
dijadikan pakan kuda dan biasa ditambahkan pada semua ransum konsentrat, tinggi
kandungan serat, namun energi yang tercerna (digestible energy) rendah (Pilliner,
1992). Oat adalah biji-bijian yang merupakan sumber energi dari ransum konsentrat
(Pilliner, 1993). Selain itu, konsentrat untuk pejantan juga suka dicampur dengan
sebutir telur dan satu sendok madu untuk menambah energi saat musim kawin.
Analisis Zat Makanan
Pakan yang diberikan pada ternak kuda, yaitu rumput, konsentrat, wheat
bran, dan oat. Sampel dari masing-masing pakan diteliti di Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Pakan IPB, untuk diketahui analisa zat makanannya dan kandungan gross
energy (GE). Hasil analisis proksimat (berdasarkan bahan kering) pada kelima jenis
pakan yang diberikan pada kuda diperlihatkan pada Tabel 6. Nilai protein kasar (PK)
yang didapat dari hasil analisis dapat digunakan untuk mengetahui besarnya
konsumsi PK masing-masing kuda.
40
Tabel 6. Analisis Proksimat Pakan Kuda (Berdasarkan Bahan Kering)
Pakan Hasil Analisa Kimiawi (%)
GE*
(Kcal/kg) BK* Abu PK* SK* LK* Bet-N*
Rumput 65,24 9,99 7,36 44,03 1,16 37,35 2950
Konsentrat 88,17 9,87 14,69 18,67 4,39 52,39 3624
Wheat bran 86,64 4,81 19,94 15,20 3,60 56,44 3620
Oat 89,56 2,81 15,45 10,67 2,78 68,28 3564
Keterangan: *BK= Bahan Kering, PK= Protein Kasar, SK= Serat Kasar, LK= Lemak Kasar, Bet-N=
Bahan Extrak Tanpa Nitrogen, dan GE= Gross Energy (Energi Bruto)
Sumber: Hasil Analisa Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB (2010)
Berdasarkan perhitungan total pakan yang dikonsumsi dengan kandungan PK
berdasarkan BK dari masing-masing pakan, didapat konsumsi PK untuk masing-
masing kuda seperti diperlihatkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Konsumsi PK Berdasarkan Jenis Kuda
Jenis Kuda Konsumsi PK (gram/ekor/hari)
Tanpa Wheat Bran Dengan Wheat Bran NRC (1989)
Kuda olahraga 1739,1 1824,8 1312
Kuda pejantan poni
Argentina 1640,9 1726,6 820
Kuda laktasi* 2050,3 2136 1427
Kuda lokal* 1479,1 1564,8 536 Keterangan: * Ditempatkan di umbaran pada pagi hari
Tabel 7 menunjukkan jumlah konsumsi PK masing-masing kuda dengan
wheat bran serta tanpa wheat bran, karena wheat bran hanya diberikan setiap hari
Senin, Rabu, dan Jumat. Konsumsi PK yang dihitung tidak termasuk rumput yang
dikonsumsi kuda di umbaran.
Menurut NRC (1989), kebutuhan PK masing-masing kuda dalam sehari
sebagai berikut: kuda pekerja intensif atau dapat dikatakan kuda olahraga (seperti
kuda pacu dan polo) sebesar 1312 gram per ekor, kuda pejantan 820 gram per ekor,
kuda laktasi 1427 gram per ekor, dan kuda poni lokal (kuda istirahat) 536 gram per
ekor. Kuda pekerja intensif membutuhkan PK yang lebih tinggi dibanding kuda
pejantan, karena energi dari makanan yang digunakan oleh kuda pekerja lebih tinggi
dibanding kuda pejantan. Aktivitas kuda pekerja intensif dalam sehari lebih berat dan
41
lebih lama dibandingkan dengan kuda pejantan. Kebutuhan PK kuda laktasi juga
tinggi karena produksi susu pada kuda laktasi menambah kebutuhan nutrien protein
dan kalsium (Ca).
Berdasarkan Tabel 7, kebutuhan PK masing-masing kuda sudah terpenuhi.
Jumlah protein yang terkandung dalam ransum yang diberikan melebihi kebutuhan
PK kuda menurut NRC (1989). Apabila kebutuhan potein bagi kuda yang sedang
bertumbuh terpenuhi, maka pertumbuhan badan, otot, dan tulangnya akan baik.
Bulunya bagus (mengkilat dan tidak mudah rontok) dan energi yang diperlukan
untuk beraktivitas juga tercukupi. Hal ini dibuktikan di NPC, kuda yang sedang
bertumbuh mengalami peningkatan bobot badan per hari yang cukup tinggi,
pertumbuhannya otot dan tulangnya baik (tidak mudah cidera), dan bulu kuda muda
terlihat mengkilat dan tidak mudah rontok. Konsumsi PK kuda pejantan poni
Argentina dua kali lebih banyak dari kebutuhan PK menurut NRC (1989), hal ini
menyebabkan pertambahan bobot kuda pejantan per hari cukup tinggi, padahal kuda
melakukan exercise selama 60 menit setiap hari dan setiap bulan dikawinkan
sebanyak 4-8 kali. Pemberian zat makanan yang melebihi kebutuhan dapat
menyebabkan kegemukan dan tingkat birahi pada kuda pejantan menjadi rendah. Hal
ini dapat diatasi dengan mengurangi pemberian rumput, karena setengah dari jumlah
protein berasal dari rumput. Rumput yang diberikan sebanyak 13,05 kg bobot kering.
Menurut Pilliner (1992), kuda pejantan breeding diberikan pakan rumput sebanyak
tujuh kilogram dalam sehari.
Kuda tua yang diberikan protein melebihi kebutuhannya, akan menyimpan
zat makanan tersebut dalam bentuk daging atau lemak. Kebanyakan kuda tua di NPC
merupakan kuda olahraga yang melakukan aktivitas rutin seperti berlari atau bermain
polo setiap harinya. Aktivitas tersebut membutuhkan energi yang cukup tinggi.
Apabila jumlah protein dalam pakan yang diberikan kurang, maka tidak ada
kelebihan zat makanan yang dapat disimpan sebagai cadangan, dan kuda dapat
mengalami penurunan bobot badan. Hal ini tidak terjadi di NPC, kuda tua masih
dapat dimanfaatkan untuk berkuda di NPC, walaupun umur kuda mencapai 30 tahun.
Penampakan tubuh kuda terlihat baik, stamina tetap terjaga, dan tidak terjadi kasus
kematian pada kuda tua selama pengamatan.
42
Pertambahan Bobot Badan
Bobot badan (BB) kuda didapat melalui pengukuran panjang badan (PB) dan
lingkar dada (LD) yang selanjutnya diestimasi dengan rumus (Pilliner, 1992):
BB (kg) = (LD (cm))2 x PB (cm)
8717
Walaupun nilai bobot badan yang didapat tidak begitu akurat, namun metode
ini cukup cepat dan mudah dilakukan untuk membantu pengamatan terhadap kondisi
kuda. Pengukuran bagian tubuh kuda untuk mengestimasi bobot badannya dilakukan
pada awal dan akhir penelitian, atau selama dua bulan. Perubahan bobot badan kuda
yang diamati hanya pada kuda yang masih bertumbuh atau yang berumur kurang
daripada sembilan tahun. Menurut Bogart dan Taylor (1977), gigi permanen kuda
berhenti bertumbuh pada umur delapan tahun. Hal ini menandakan pertumbuhan
fisik kuda juga tidak lagi bertumbuh setelah kuda berumur delapan tahun.
Identitas kuda dan hasil yang didapat dari perubahan bobot badan kuda (umur
≤ 8 tahun) yang terukur selama dua bulan pengamatan (61 hari) diperlihatkan pada
Tabel 8.
Tabel 8. Perubahan Bobot Badan Kuda (Umur ≤ 8 Tahun) Berdasarkan Identitas dan
Konsumsi Pakan
No. Nama Kuda Umur
(tahun) Bangsa Kuda
Konsumsi Pakan
(kg/ekor/hari) PBB
(kg/ekor/hari)
R* K* WB* O*
1 Blase 4 G3 20 6 0,5 - 0,14
2 Nona Rambo 4 G3 20 6 0,5 - 0,52
3 Turangga 4 G3 20 6 0,5 - 0,21
4 Buttercup 4 G3 20 6 0,5 - 0,71
5 Tiffany 4 Kuda sumba 20 4 0,5 - 0,00
6 Tuama 5 G4 20 6 0,5 - 0,09
7 Gayatri 5 G3 20 6 0,5 - 0,13
8 Trillionare 6 Poni Argentina 20 5 0,5 0,25 0,25
9 Thypon West 7 Poni Argentina 20 5 0,5 0,25 0,33
10 Happy Road 8 Poni Argentina 20 5 0,5 0,25 0,30
11 Jenggo** 8 G1 20 5 0,5 - -0,06
Keterangan: * R = Rumput, K = Konsentrat, WB = Wheat bran (pemberian hanya setiap hari Senin,
Rabu, dan Jumat), O = Oat
** ditempatkan di umbaran (pukul 07.00-10.00)
43
Hasil pengukuran memperlihatkan bahwa kuda yang mengalami peningkatan
bobot badan jumlahnya lebih banyak dibanding kuda yang mengalami penurunan
bobot badan. Kuda yang mengalami peningkatan bobot sebanyak sembilan ekor dari
11 ekor kuda atau 81,82%, sedangkan kuda yang mengalami penurunan bobot badan
sebanyak satu ekor atau 9,09%. Sementara satu ekor kuda atau 9,09% tidak
mengalami penurunan atau peningkatan bobot badan.
Nilai pertambahan bobot badan (PBB) kuda yang berumur empat tahun rata-
rata cukup tinggi dibanding nilai PBB kuda yang berumur di atas empat tahun. Hal
ini dikarenakan hewan muda memiliki tingkat metabolisme yang lebih tinggi
dibandingkan kuda dewasa dan kuda tua (Hogan, 1996). Aktivitas kuda muda hanya
exercise selama 20 menit setiap hari, sehingga pakan yang dikonsumsi tidak banyak
digunakan untuk aktivitas, melainkan menambah bobot badan kuda muda.
Rataan PBB kuda bernama Blase tidak setinggi kuda lain yang berumur
empat tahun, dikarenakan Blase mengalami masalah pencernaan. Pakan yang
dikonsumsi tidak tercerna dengan baik, sehingga fesesnya agak cair (mencret). Kuda
yang masih bertumbuh seharusnya mengalami peningkatan bobot badan, terlebih
kuda muda. Pakan yang diberikan juga memenuhi kebutuhan PK kuda, namun salah
satu kuda muda berumur empat tahun, yaitu Tiffany tidak mengalami pertambahan
bobot badan, dan ternyata Tiffany merupakan kuda sumba. Kuda poni lokal yang
berukuran kecil pertumbuhan badannya lebih lambat dibanding kuda impor atau
keturunannya. Masalah kesehatan juga dapat menyebabkan kuda tidak mengalami
pertambahan bobot badan.
Kuda pada umumnya dewasa pada umur enam tahun (Kidd, 1995). Tiga kuda
poni Argentina yang berumur 6-8 tahun (Trillionare, Thypon West, Happy Road),
memiliki nilai PBB yang juga cukup tinggi, walaupun termasuk kuda dewasa. Hal ini
dapat disebabkan pejantan poni Argentina diberi pakan oat sebanyak 0,25 kg per
hari, pemberian oat dapat menambah asupan gizi pada kuda pejantan poni Argentina.
Selain itu, seekor kuda G1 berumur delapan tahun (Jenggo) mengalami
penurunan bobot badan sebanyak 0,06 kg per hari, padahal Jenggo juga ditempatkan
di umbaran setiap pagi hari selama kurang lebih tiga jam. Kuda yang mengalami
penurunan bobot badan dapat disebabkan beberapa hal, seperti masalah kesehatan
yang membuat nafsu makan berkurang. Salah satu gejala pertama dari masalah
44
apapun biasanya adalah rendahnya nafsu makan atau bahkan tidak mau makan sama
sekali (Blakely dan Blade, 1994).
Dengan mengetahui informasi pertumbuhan bobot badan kuda, maka kondisi
atau kesehatan kuda secara umum dapat diketahui. Ketidakdisiplinan petugas yang
memberi pakan juga dapat menjadi salah satu penyebabnya. Namun, nilai pendugaan
bobot badan yang didapat juga sangat dipengaruhi oleh keakuratan pengukuran
panjang badan dan lingkar dada, karena posisi tubuh kuda yang tidak tegak dapat
menurunkan atau menaikkan ukuran panjang badan kuda.
Pemanfaatan Kuda
Kuda non-atlet di NPC dimanfaatkan untuk berbagai hal, seperti yang telah
diuraikan pada sub bab sebelumnya. Jumlah kuda menurut penggunaannya dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah Kuda Menurut Penggunaannya
Penggunaan Jantan (ekor) Betina (ekor) Jumlah (ekor)
Riding Guest+Chukka Athlete+Chukka Guest 8 3 11
Breeding 4 5 9
Training 5 1 6
Riding Guest+Chukka Guest 2 3 5
Riding Guest+Breeding - 4 4
Riding Guest+Chukka Athlete+Chukka
Guest+Breeding - 1 1
Riding Guest+Chukka Guest+Breeding - 1 1
Riding Guest - 1 1
Tidak/belum digunakan 3 2 5
Total 22 21 43
Satu ekor kuda dapat digunakan untuk sejumlah hal, misalnya kuda yang
digunakan untuk riding guest dapat juga digunakan sebagai kuda breeding. Riding
guest yaitu kuda yang disewakan kepada pengunjung untuk dipakai berlatih
menunggang kuda. Kedua, kuda dimanfaatkan untuk chukka athlete, yaitu kuda
dipakai untuk berlatih polo oleh para atlet. Selanjutnya, kuda dimanfaatkan untuk
chukka guest, yaitu kuda disewakan kepada pengunjung atau tim yang ingin
bertanding polo, atau yang ingin berlatih stick and ball dalam permainan polo.
45
Chukka yaitu permainan polo yang berlangsung dalam periode tujuh menit (Npclub,
2009). Kuda yang dipakai atlet untuk berlatih polo, pasti dipakai juga untuk riding
dan chukka guest. Sebagian kuda digunakan sebagai kuda breeding atau untuk
dikawinkan. Beberapa kuda juga dipelihara sebagai kuda training, yaitu kuda yang
sedang dilatih untuk menjadi kuda polo. Beberapa ekor kuda tidak digunakan untuk
apapun, karena menurut petugas, kuda tidak bisa ditunggangi atau sulit dikendalikan
sehingga tidak bisa dimanfaatkan sebagai kuda olahraga.Sebanyak 17 ekor kuda atau
39,53% dari total kuda, murni dimanfaatkan sebagai kuda olahraga. Sebelas ekor
kuda atau 25,58% dari total kuda digunakan untuk riding guest, chukka athlete, dan
chukka guest. Lima ekor kuda atau 11,63% dari total kuda digunakan untuk riding
dan chukka guest, serta satu ekor kuda atau 2,33% dari total kuda untuk riding guest
saja. Kuda olahraga yang juga digunakan sebagai kuda breeding ada enam ekor.
Kuda yang digunakan khusus untuk breeding sebanyak sembilan ekor, terdiri dari
empat ekor kuda jantan dan lima ekor kuda betina. Kuda training terdiri dari lima
ekor kuda jantan dan satu ekor kuda betina. Sebanyak lima ekor kuda tidak
dimanfaatkan, satu ekor diantaranya merupakan anak kuda.
Kuda yang masih dimanfaatkan sebagai kuda olahraga juga digunakan untuk
terapi anak-anak yang menderita autisme. Kegiatan yang dilakukan para siswa
Spectrum dapat dilihat pada Gambar 7.
(a) (b)
Gambar 7. Aktivitas Para Siswa Spectrum, (a) Siswi memberikan pakan ke
kuda, (b) Siswa berkuda didampingi pelatih dan pengasuhnya
Selama kurang lebih satu tahun NPC bekerjasama dengan Spectrum.
Spectrum merupakan sekolah khusus untuk anak penderita autis, Asperger, disleksia,
dan semacamnya. Aktivitas yang dilakukan para siswa Spectrum yaitu mengenal
46
jenis pakan ternak serta praktek memberikan pakan ke ternak, selain itu berkuda
mengelilingi lapangan satu kali putaran. Kegiatan ini tentunya didampingi oleh
pelatih. Manfaat dari kegiatan berkuda ini, yaitu untuk meningkatkan keberanian dan
membuat siswa bisa lebih berkonsentrasi.
Autisme adalah suatu gangguan neurobiologis yang mempengaruhi fungsi
otak. Akibatnya, anak tidak mampu berinteraksi dengan dunia luar secara efektif.
Anak penderita autis seolah sibuk dengan dunianya sendiri.. Anak autis dilatih
konsentrasi, keseimbangan, perasaan, kepekaan, dan emosi dengan menunggang
kuda (Republikaonline, 2010).
Penderita autisme atau biasa disebut Autism Spectrum Disorders (ASD)
mengalami gangguan yang mempengaruhi tiga bidang utama perkembangan:
komunikasi (verbal dan nonverbal), interaksi sosial dan kebiasaan, serta minat dan
kegiatan. Bagi komunitas profesional yang telah sejak lama meneliti ASD, metode
pengobatan non-tradisional seperti terapi hewan mungkin sulit untuk diterima. Tidak
ada studi penelitian yang mempelajari bahwa terapi hewan mendukung kesembuhan
penderita ASD, namun beberapa orang melaporkan bahwa terjadi perubahan positif
pada pasien yang mengikuti terapi. Tidak ada yang mengklaim bahwa terapi hewan
merupakan “obat” bagi penderita ASD, juga tidak ada yang tahu secara pasti
mengapa terapi hewan bisa memiliki dampak positif pada beberapa individual. Ada
yang berhipotesis bahwa mungkin ada pengaruh input sensorik dari hewan, stimulasi
motorik dari aktivitas, kontak sosial dengan penerimaan kondisi yang tidak biasa,
dan sejumlah alasan lainnya. Terapi menunggang kuda disebut Hippotherapy. North
American Riding for the Handicapped Association (NARHA) atau Asosiasi Berkuda
Amerika Utara untuk Penyandang Cacat adalah badan pusat yang menilai dan
mensertifikasi instruktur Hippotherapy (Yapko, 2003).
Penggunaan Kuda Olahraga
Kegiatan latihan berkuda oleh pengunjung atau sebutannya di NPC yaitu
riding lessons, mulai diresmikan sejak Januari 2009. Frekuensi pemakaian kuda
olahraga selama bulan Juni, Juli, dan Agustus tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel
10.
Seekor kuda yang telah dipakai pada pagi hari dapat dipakai kembali pada
sore harinya. Setiap kegiatan riding lessons baik latihan berkuda maupun stick &
47
ball, kuda yang digunakan adalah dua ekor. Satu ekor kuda ditunggangi pengunjung,
sedangkan kuda lain ditunggangi oleh pelatih (trainer). Latihan berkuda untuk anak
kecil berumur 4-10 tahun disebut pony ride, kegiatan ini hanya membutuhkan satu
kuda karena pelatih tidak menunggang kuda, melainkan menuntun kuda yang
ditunggangi oleh anak. Frekuensi pemakaian kuda yang tertera pada Tabel 8 juga
meliputi kuda yang dipakai baik oleh pengunjung ataupun pelatih.
Pengamatan frekuensi pemakaian kuda olahraga selama penelitian yaitu pada
bulan Juni, Juli, dan Agustus 2010 masing-masing 110, 146, dan 145 kali oleh 22
ekor kuda yang digunakan dengan frekuensi penggunaan tiap ekor kuda yang tidak
sama.
Tabel 10. Frekuensi Pemakaian Kuda Selama Tiga Bulan
No Nama Kuda Frekuensi Pemakaian (Kali)
Juni 2010 Juli 2010 Agustus 2010
1 Surdo 8 8 13
2 Titan 6 5 8
3 Pepe 4 4 5
4 Comadreja 9 9 15
5 Luisa 12 14 11
6 Black 4 10 2
7 Via L 4 5 7
8 Cappilla 10 12 3
9 Massita 10 12 14
10 Bintang 5 8 8
11 Jack 1 9 3
12 Reggie 7 8 8
13 Laloja 6 5 6
14 Penny 1 6 8
15 Benvinida 11 13 12
16 Aldonondo 8 13 10
17 Shinta 1 1 2
18 Pato 3 3 3
19 Mechita 0 1 4
20 Gayatri* 0 0 1
21 Tuama* 0 0 1
22 Turangga* 0 0 1
Jumlah 110 146 145
Keterangan: * kuda training
Tabel 8 memperlihatkan bahwa frekuensi pemakaian kuda terbanyak yaitu
pada bulan Juli (146 kali). Kuda yang paling sering digunakan pada bulan Juni dan
Juli yaitu Luisa, sedangkan pada bulan Agustus yaitu Comadreja. Luisa dan
48
Comadreja sering digunakan karena staminanya bagus, mudah dikendalikan, dan
sedang tidak mengalami cidera. Kuda yang paling sedikit digunakan pada bulan Juni,
yaitu Jack, Penny, Shinta, dan Mechita. Jack hanya dipakai satu kali karena setelah
pemakaian terakhir kakinya cidera sehingga jalannya terpincang-pincang. Penny
merupakan kuda poni yang hanya boleh ditunggangi anak kecil, pemakaiannya satu
kali karena pada bulan Juni belum libur sekolah sehingga anak kecil yang datang
tidak banyak, dan yang menunggangi Penny hanya satu anak. Shinta dipakai hanya
satu kali karena staminanya kurang bagus dibanding kuda lain, begitu juga dengan
Mechita yang tidak dipakai pada bulan Juni. Kuda yang paling sedikit digunakan
pada bulan Juli, yaitu Shinta dan Mechita, pemakaian masing-masing hanya satu
kali. Jack tidak lagi menjadi kuda yang paling sedikit dipakai, dikarenakan cidera
kakinya telah pulih. Penny juga lebih banyak dipakai pada bulan Juli, karena sudah
mulai libur sekolah, sehingga banyak anak kecil yang melakukan kegiatan pony ride.
Shinta dan Black merupakan kuda yang paling sedikit digunakan pada bulan
Agustus, Black hanya dipakai dua kali karena pada pemakaian terakhir Black
terjatuh dan hidungnya terluka hingga mengeluarkan darah. Mechita pada bulan
Agustus lebih banyak dipakai dibanding bulan-bulan sebelumnya dikarenakan Black
kuda yang biasa dipakai terluka, sedangkan permintaan pemakaian kuda oleh
pengunjung banyak, sehingga Mechita dipakai untuk menggantikan Black.
Pada bulan Agustus 2010, terdapat tiga kuda training (Gayatri, Tuama, dan
Turangga) yang dipakai. Kuda tersebut tidak untuk dipakai pengunjung, namun
ditunggangi oleh pelatih. Kuda training diikutkan dalam kegiatan riding lessons
sebagai bagian dari pola latihan yang diberikan. Urutan total frekuensi pemakaian
kuda dari yang tertinggi hingga yang terendah, yaitu bulan Juli sebanyak 146 kali,
bulan Agustus sebanyak 145 kali, dan bulan Juni sebanyak 110 kali. Tingginya
frekuensi pemakaian kuda pada bulan tertentu menunjukkan banyaknya kegiatan
riding lessons di bulan tersebut.
Publikasi tentang penggunaan kuda olahraga di NPC hanya dari mulut ke
mulut, karena pemilik tidak mau terlalu terbuka untuk umum. Kuda yang dipakai
untuk kegiatan riding lessons tentu kuda olahraga. Kegiatan ini meliputi berlatih
riding, pony ride untuk anak kecil, berlatih stick and ball, dan bermain polo, lebih
jelasnya bagaimana kegiatan berlangsung dapat dilihat pada Gambar 8.
49
Nusantara Polo Club (NPC) memiliki pencatatan kegiatan riding lessons
setiap bulannya. Kegiatan riding lessons ini dibagi menjadi dua sesi, pagi hari pukul
6.30–10.00 WIB dan sore hari pukul 15.00–16.30 WIB. Lokasi kegiatan ini
berlangsung di lapangan polo yang terdapat di NPC, baik didalam lapangan maupun
di sekelilingnya.
(a) (b)
(c)
Gambar 8. Kegiatan Riding Lessons, (a) Latihan Berkuda oleh Pengunjung,
(b) Latihan Stick&Ball oleh Pengunjung, (c) Olahraga Polo
Intensitas curah hujan pada bulan Juni, Juli, Agustus 2010, dan rataannya
dapat dilihat pada Tabel 11. Intensitas curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
Agustus 2010, yaitu sebanyak 226 mm. Rataan curah hujan selama tiga bulan yaitu
sebesar 185,33 mm. Apabila total frekuensi pemakaian kuda dikaitkan dengan
intensitas curah hujan, dengan asumsi semakin rendah intensitas curah hujan maka
semakin tinggi frekuensi pemakaian kuda. Hasil yang didapat ternyata intensitas
curah hujan tidak berbanding terbalik dengan frekuensi pemakaian kuda. Frekuensi
pemakaian kuda yang paling tinggi terjadi di bulan Juli 2010, sebanyak 146 kali,
pada bulan itu intensitas curah hujannya paling rendah. Bulan Agustus 2010,
intensitas curah hujan paling tinggi, namun ternyata frekuensi pemakaian kuda
50
sebanyak 145 kali, hanya berbeda satu kali dengan bulan Juli 2010. Pada bulan Juni
2010, walaupun intensitas curah hujan lebih rendah daripada bulan Agustus yaitu
sebesar 167 mm, namun frekuensi pemakaian kudanya lebih rendah.
Tabel 11. Curah Hujan dan Frekuensi Penggunaan Kuda Selama Tiga Bulan
Pengamatan
Bulan Frekuensi (kali) Curah Hujan (mm)
Juni 110 167
Juli 146 163
Agustus 145 226
Total 401 556
Rataan 133,67 185,33
Sumber: Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor (2010)
Masa liburan terutama sekolah dapat menjadi hal yang mempengaruhi
frekuensi pemakaian kuda setiap bulan di NPC. Liburan sekolah pada bulan Juli dan
Agustus bersamaan dengan libur hari raya Idul Fitri, itulah mengapa frekuensi
pemakaian kuda bulan Juli dan Agustus meningkat dibanding bulan Juni. Selain itu,
jumlah hari hujan per bulan atau waktunya (pagi, siang, sore, malam) juga sangat
mempengaruhi frekuensi pemakaian kuda per bulan. Bulan Agustus, walaupun curah
hujannya paling tinggi, namun kebanyakan hujan turun pada siang (11.00-13.00
WIB) dan malam hari, sehingga tidak mengganggu kegiatan riding lessons.
Pemilihan kuda yang akan dipakai ditentukan oleh penanggungjawab stable
di NPC. Kuda yang dipilih tentu kuda yang sehat, tidak sedang cidera pada pinggang
atau kaki, karena akan membahayakan pengunjung yang menungganginya.
Penanggungjawab stable juga mengetahui mana kuda yang bersifat tenang atau yang
agresif. Penanggungjawab stable akan memberikan kuda yang tenang dan mudah
diatur untuk pengunjung yang baru pertama kali latihan berkuda, bagi pengunjung
yang sudah terbiasa maka akan diberikan kuda yang agresif dan lincah.
Pola Latihan
Kuda olahraga selalu melakukan exercise berupa walking setiap pagi dan sore
hari masing-masing 45 menit, namun tidak dilakukan apabila ada pengunjung yang
menggunakan kuda tersebut untuk riding lessons. Menurut Bogart dan Taylor
51
(1977), walk adalah gaya berjalan empat irama dimana setiap kaki menyentuh tanah
secara terpisah satu sama lain. Pengaruh dari walk khususnya pada permukaan jalan
yang kasar adalah menjadikan tulang kuat dan strukurnya baik (Hammer, 1993).
Exercise ini dilakukan di jalan beraspal sekitar wilayah NPC, seperti diperlihatkan
pada Gambar 9(a). Selama 45 menit exercise, kuda tidak hanya melakukan gaya
berjalan walk, namun juga diselingi trot selama kurang lebih satu menit. Trot adalah
gaya berjalan dua irama diagonal dimana kaki kanan depan dan kaki kiri belakang
menginjak permukaan dataran dengan serentak, dan kaki kiri depan dan kaki kanan
belakang menginjak tanah dengan serentak (Bogart dan Taylor, 1977).
Exercise perlu dilakukan agar kuda tidak lupa isyarat dari penunggangnya
untuk melakukan gaya berjalan tertentu atau gerakan lainnya dan juga agar stamina
tetap terjaga. Sebagai contoh, menghentakkan kaki kanan ke bagian perut kuda saat
posisi kuda diam akan membuat kuda mulai berjalan, dan menghentakkan kaki ke
bagian perut kuda saat kuda berjalan maka akan membuat kuda berjalan lebih cepat.
Membelokkan kuda ke kanan dapat dilakukan dengan menarik tali kekang kuda ke
kanan, apabila ingin membelokkan ke kiri maka tali kekang ditarik ke kiri.
Melakukan gerakan berdiri, duduk, kemudian berdiri lagi, begitu seterusnya diatas
kuda, akan membuat kuda berjalan atau berlari trot. Memberhentikan kuda dapat
dilakukan dengan menarik tali kekang kuda kearah belakang. Gerakan canter tidak
dapat dilakukan di jalan beraspal karena licin. Menurut Bogart dan Taylor (1977),
canter adalah gaya berjalan tiga irama, kaki belakang menginjak permukaan dengan
serentak, lalu kedua kaki depan menginjak permukaan secara terpisah. Apabila hujan
deras, maka kegiatan exercise tidak dilakukan karena berbahaya bagi kuda dan juga
penunggangnya. Jika hujan tidak terlalu deras, kegiatan ini tetap dilakukan, namun
hanya berputar-putar di paddock. Pola latihan kuda atlet lebih teratur dan rutin
dibanding kuda olahraga pasca atlet. Kuda pasca atlet tidak lagi berlatih stick and
ball dan schooling seperti yang dilakukan kuda atlet.
Enam ekor kuda training telah berada di NPC selama kira-kira 3,5 bulan
dihitung dari pertengahan Juni hingga akhir September 2010. Pemiliknya
menginginkan kudanya menjadi kuda polo. Kisaran umur kuda adalah 4-5 tahun,
sehingga kuda sudah boleh dilatih. Menurut Suharjono (1990), kuda pada umur tiga
tahun baru mulai dilatih. Kuda olahraga tidak boleh terlalu dini dilatih karena
52
punggungnya belum kuat dan mudah cedera. Sebelum dilatih, kuda dikastrasi
terlebih dahulu. Kastrasi dilakukan untuk membuat kuda jantan menjadi lebih mudah
ditangani, biasanya dilakukan pada kuda pacu (McBane, 2001). Selama dua bulan
pertama, pola latihan kuda training adalah dilongser (lungeing) selama 20 menit
setiap pagi dan sore hari. Menurut Coldrey dan Coldrey (1990), pelajaran pertama
untuk kuda yang belum bisa ditunggangi atau masih sulit dikendalikan yaitu
lungeing. Lungeing yaitu kuda bergerak membentuk lingkaran atau mengelilingi
pelatih yang memegang tali kendali kuda sepanjang 10-15 meter, seperti
diperlihatkan pada Gambar 9(b).
(a) (b)
Gambar 9. Latihan Kuda, (a) Exercise Kuda Olahraga, dan (b) Kegiatan
Lungeing Kuda Training
Tali diperlukan untuk mengendalikan kuda berlari lebih cepat atau lebih
lambat, membuat kuda berhenti atau berlari lagi, dan latihan ini membantu kuda
untuk bisa berkonsentrasi. Setelah dua bulan kegiatan lungeing ini berjalan, kuda
mulai dilatih ke tahap berikutnya. Kuda ditunggangi oleh pelatih dan ditempatkan
bersama kuda training lainnya dalam satu paddock untuk belajar bersosialisasi,
kegiatan ini disebut schooling. Schooling juga melatih keselarasan antara
penunggang dengan kuda yang ditungganginya. Kuda belajar memahami kehendak
penunggangnya dengan isyarat yang diberikan. Apabila kuda masih sulit
dikendalikan saat ditunggangi, maka kuda kembali dilongser. Kegiatan schooling ini
terkadang dilakukan saat riding lessons, yang terpenting kuda dibiasakan untuk
ditunggangi dan bersosialisasi dengan kuda lain. Kegiatan ini dilakukan tiap pagi
hari atau sore hari saja selama kurang lebih 30-45 menit. Tahap selanjutnya apabila
kuda sudah lancar ditunggangi, maka kuda dapat berlatih stick and ball. Kegiatan ini
53
mengenalkan kuda pada peralatan untuk bermain polo, yaitu stick untuk memukul
bola polo (mallet) dan bola polo sendiri. Latihan stick and ball ini juga membiasakan
kuda merasakan posisi penunggangnya selama si penunggang melakukan gerakan
mengangkat mallet (posisi siap memukul bola), memukul bola, dan gerakan lainnya.
Kuda juga akan terbiasa dengan mallet atau bola yang menyentuhnya. Namun hingga
akhir September 2010, latihan stick and ball untuk kuda training belum dilakukan.
Pejantan breeding melakukan exercise setiap pagi dan sore hari masing-
masing selama 30 menit. Exercise yang dilakukan hanya berjalan saja (walk), namun
terkadang diselingi dengan trot. Kegiatan ini dilakukan untuk menjaga stamina kuda
pejantan. Tidak ada latihan untuk kuda betina breeding, kuda laktasi, anak kuda, dan
kuda afkir. Namun kuda tidak hanya dibiarkan didalam stall terus menerus, tetapi
kuda digembalakan di suatu umbaran. Perlu upaya untuk mengurangi lamanya kuda
berada dalam stall dengan mengajak kuda keluar dan berlatih (exercise). Kandang
bukanlah lingkungan yang alami bagi kuda (Christie, 2008).
Perkawinan Kuda
Kegiatan perkawinan (breeding) kuda di NPC dimulai sejak Mei 2009. Saat
ini ada 12 ekor kuda betina dan lima ekor kuda jantan yang digunakan untuk
breeding. Satu ekor kuda betina dan satu ekor kuda jantan dipelihara di kandang
Alfa, sehingga tidak termasuk dalam kuda pengamatan. Identitas kuda breeding yang
diamati tertera pada Tabel 12.
Sebanyak delapan ekor betina merupakan bangsa Poni Argentina dengan
umur termuda 20 tahun dan tertua 30 tahun. Kuda betina masih dapat beranak meski
telah mencapai umur 20 tahun atau lebih (Blakely dan Bade, 1994). Tiga ekor kuda
betina merupakan kuda poni lokal dengan umur 4 dan 10 tahun. Sebagian kuda yang
digunakan masih dimanfaatkan sebagai kuda olahraga. Apabila kuda olahraga
tersebut menunjukkan tanda-tanda kebuntingan, maka kegiatannya sebagai kuda
olahraga akan berhenti. Kuda Angely selain dimanfaatkan sebagai kuda breeding
sebelumnya juga terkadang digunakan sebagai pony ride. Semenjak Angely
menunjukkan tanda-tanda kebuntingan hingga saat ini menjadi kuda laktasi, maka
kegiatannya sebagai pony ride dihentikan.
Pejantan yang digunakan untuk breeding ada sebanyak lima ekor. Tiga ekor
merupakan pejantan poni Argentina, satu ekor kuda G1, dan satu ekor kuda Arab
54
(kuda tidak diamati). Pejantan poni Argentina dikatakan juga sebagai pejantan polo,
karena kuda betina yang dikawinkan dengan pejantan ini akan menghasilkan anak
kuda poni tipe polo. Kriteria seleksi untuk kompetensi reproduksi pada kuda jantan
tidak jauh berbeda dengan kuda betina, yaitu sebagai berikut: sejarah, temperamen
dan libido, usia, konformasi umum, pemeriksaan saluran reproduksi, evaluasi air
mani, kelainan kromosom, pengambilan sampel darah, infeksi, dan manajemen
umum pembiakan (Oftedal et al., 1983). Tiga ekor kuda jantan poni Argentina
merupakan pejantan utama yang paling sering dikawinkan, karena pejantan ini
merupakan pejantan unggul. Suharjono (1990) berpendapat bahwa kuda jenis unggul
memiliki sertifikat kuda yang dikeluarkan oleh badan atau organisasi berwenang
yang mengurusi kuda sesuai jenisnya. Biasanya kuda pejantan unggul akan
memberikan keturunan yang unggul pula.
Tabel 12. Identitas Kuda Breeding
No. Nama Kuda Umur (tahun) Bangsa Keterangan
Betina :
1 Mechita 30 Poni Argentina Kuda olahraga
2 Rosa 24 Poni Argentina
3 Larene 21 Poni Argentina
4 Comadreja 25 Poni Argentina Kuda olahraga
5 Lovisnita 25 Poni Argentina Kuda olahraga
6 Gatita 20 Poni Argentina
7 Mayonesa 20 Poni Argentina
8 Tiffany 4 Kuda Sumba Pony ride
9 Penny 10 Kuda Sumba Pony ride
10 Uva 20 Poni Argentina
11 Angely 10 Sandelwood Laktasi
Jantan :
12 Trillionare 6 Poni Argentina
13 Happy Road 8 Poni Argentina
14 Thypon West 7 Poni Argentina
15 Jenggo 8 G1
Seekor kuda jantan G1 hanya dimanfaatkan sebagai “pencari” kuda betina
birahi atau estrus, selama kegiatan breeding hanya satu kali kuda tersebut
dikawinkan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Kisaran umur kuda pejantan
dari enam hingga delapan tahun. Umur tidak terlalu mempengaruhi pemilihan kuda
jantan breeding, namun yang harus lebih diperhatikan adalah kesehatan dan kondisi
kuda (Oftedal et al., 1983).
55
Pencatatan kegiatan perkawinan kuda di NPC ini sangat sederhana, data yang
dicatat hanya tanggal pengawinan, nama pejantan, dan nama betina. Data lain berupa
tanggal dilakukannya USG beserta hasilnya dan tanggal beranak. Siklus birahi
masing-masing kuda betina juga tidak dicatat. Pencatatannya sederhana karena
kegiatan ini bukan fokus utama NPC, karena NPC lebih berfokus pada kegiatan
riding lessons dan latihan atlet. Terdapat waktu atau bulan dimana tidak dilakukan
kegiatan pengawinan sama sekali, biasanya pada bulan liburan (pada bulan tersebut
ada hari raya), karena pada bulan liburan pengunjung yang menyewa kuda lebih
banyak. Silsilah dari kuda betina breeding yang digunakan tidak diketahui, sehingga
tidak dimasukkan dalam pencatatan.
Prosedur kegiatan pengawinan kuda adalah sebagai berikut; pertama-tama
mencari kuda betina birahi dengan bantuan pejantan G1 (Jenggo). Kuda jantan akan
membaui betina yang sedang birahi. Seekor pejantan dapat dengan yakin mencium
aroma betina pada musim kawin. Kuda pejantan menggunakan penciuman dan
penglihatannya pada keputusan akhir dan semuanya distimulasi oleh sistem hormon
dan sistem saraf (McBane, 2001).
Petugas juga mengamati kuda betina mana yang memperlihatkan tanda-tanda
estrus, biasanya dilihat dari vulva yang bengkak dan berlendir. Setelah didapat
selanjutnya kuda pejantan yang akan digunakan untuk mengawini, penisnya
dibersihkan dan diberi minyak pelicin. Kemudian, proses pengawinan dilakukan,
beberapa petugas bersiap untuk memegangi kuda betina dan saat kuda jantan menaiki
kuda betina, seorang petugas memegang ekor kuda betina agar tidak menghalangi
vulva. Penis masuk kedalam vulva dibantu oleh tangan petugas. Setelah selesai
pengawinan, betina dibawa jalan agar tidak kencing, karena menurut petugas, apabila
kuda betina kencing maka sperma akan ikut keluar. Setelah semua proses
pengawinan selesai, kuda betina dimasukkan kedalam kandang, kemudian diberi
rumput. Pengawinan kuda dilakukan satu hingga empat hari berturut-turut selama
masa birahi.
Selama kegiatan breeding ini, dua ekor kuda telah beranak. Kuda pertama
beranak pada tanggal 25 Mei 2010 dan yang kedua pada tanggal 8 Juni 2010,
keduanya adalah kuda Sandel. Apabila dilihat tanggal terakhir kuda dikawinkan,
maka dapat diketahui perkiraan berapa lama kebuntingannya. Kuda pertama terakhir
56
dikawinkan pada tanggal 3 Juli 2009, maka lama kebuntingannya adalah ±326 hari.
Kuda kedua terakhir dikawinkan pada 30 Juni 2009, maka lama kebuntingannya
yaitu ±343 hari. Kuda kedua ternyata beranak 14 hari setelah kuda pertama beranak,
padahal tanggal terakhir dikawinkan lebih awal dari kuda pertama. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Blakely dan Bade (1994), bahwa kuda betina tertentu cenderung
memiliki kebiasaan beranak agak awal, sedangkan kuda lainnya agak lambat. Rataan
masa kebuntingan seekor kuda betina adalah 335 hari dengan kisaran 315 sampai
350 hari.
Induk kuda kedua yang beranak pada 8 Juni 2010 bunting dengan anak kuda
kembar, namun induk kuda mati setelah beranak, kemungkinan karena kuda tersebut
sudah tua. Hasil autopsi yang dilakukan menunjukkan bahwa induk kuda tersebut
terbelit ususnya dan biasanya kuda yang beranak kembar peluang hidupnya kecil
baik bagi induk maupun anaknya. Terkadang induk kuda akan mati saat beranak atau
setelah beranak, meninggalkan anaknya yang akan bertumbuh, kasus ini biasanya
terjadi pada anak kembar (Ensminger, 1991). Anak dari induk kuda tersebut yang
satu mati, yang lain masih hidup hingga saat ini. Anak kuda tanpa induk tersebut
otomatis tidak mendapat kolostrum dan susu dari induknya, sehingga petugas
memberinya susu yang biasa dikonsumsi bayi. Induk kuda pertama yang beranak
pada bulan Mei 2010, anaknya hanya bertahan hidup kurang daripada dua minggu,
karena terserang kolik. Kemudian petugas menyatukan anak kuda tanpa induk
dengan induk kuda yang masih kehilangan anaknya, dan induk kuda mau menyusui
anak kuda tersebut, sehingga anak kuda mendapat nutrisi dari susu induk tirinya.
Anak kuda poni polo yang merupakan hasil dari kegiatan perkawinan di NPC
menjadi awal proses grading up yang dapat menghasilkan kuda polo Indonesia.
Seperti halnya pada Kuda Pacu Indonesia (KPI), yang berawal dari persilangan kuda
lokal dengan kuda Thoroughbred. Keturunannya terus disilangkan dengan pejantan
Thoroughbred, sehingga hasil akhir didapat kuda yang kemampuan serta staminanya
hampir setara dengan Thoroughbred. Begitu juga dengan kuda poni polo yang
berawal dari persilangan kuda betina poni lokal dengan kuda pejantan poni Argentina
murni, keturunannya harus dikawinkan dengan pejantan poni Argentina, begitu
seterusnya, hingga didapat kuda keturunan yang kualitasnya hampir setara dengan
kuda polo poni Argentina.
57
Selain itu hasil dari kegiatan breeding yang dilakukan yaitu USG, dan
hasilnya diketahui dua ekor kuda bunting dan umur kebuntingan kedua kuda tersebut
sekitar delapan bulan. Kuda yang berhasil bunting merupakan kuda yang tidak
banyak beraktivitas, karena tidak ada kuda olahraga yang berhasil bunting walaupun
sudah berkali-kali dikawinkan. Aktivitas rutin yang dilakukan kuda olahraga ternyata
mengganggu siklus birahi kuda.
Penanganan Kesehatan Kuda
Selama dua bulan pengamatan, beberapa kuda mengalami sakit atau luka
ringan, ada juga yang mengalami sakit kronis. Nusantara Polo Club (NPC)
bekerjasama dengan seorang dokter hewan yang sewaktu-waktu datang apabila ada
kuda yang mengalami sakit cukup kronis, kuda yang akan dikastrasi, kuda yang akan
beranak, dan pemeriksaan kebuntingan (USG). Salah seorang petugas di NPC
merupakan asisten dokter hewan yang cukup mengerti penyakit kuda dan pengobatan
secara umum.
Penyakit yang biasa diderita kuda olahraga adalah tendinitis, gejalanya adalah
pembengkakan pada tendon. Kelelahan pada otot merupakan salah satu penyebabnya
(Blakely dan Bade, 1994). Penanganannya dilakukan dengan mengompres kaki kuda
menggunakan handuk yang direndam pada air panas atau air dingin. Penanganan
lainnya adalah melumuri dengan krim yang disebut poultis pada kaki yang bengkak,
kemudian ditutup dengan handuk atau kain, dilakukan setiap hari hingga kaki tidak
lagi bengkak. Penyakit kuku seperti trombus dan laminitis juga biasa dialami kuda.
Menurut asisten dokter hewan di NPC, penyakit kuku pada kuda biasa disebabkan
oleh kaki kuda yang terlalu sering menginjak kerikil atau batu dan penggunaan tapal
yang tidak sesuai. Kuku kuda terus-menerus bertumbuh dan kuku yang tidak
dipotong atau dikikir akan menjadi panjang dan menekuk, sehingga dapat
menimbulkan kepincangan saat berjalan (Colville dan Bassert, 2002). Permasalahan
pada kuku kuda yang tua yaitu kukunya menjadi lebih lunak. Untuk mengeraskannya
maka kuku kuda diolesi dengan cairan kental berwarna hitam dengan merk Stock
Hom.
Penyakit dalam yang pernah diderita beberapa kuda di NPC yaitu kolik.
Blakely dan Bade (1994) berpendapat bahwa gangguan pencernaan ini disebabkan
oleh makan yang berlebihan, minum berlebihan pada waktu panas, makanan
58
berjamur, dan bahkan disebabkan oleh cacing gelang. Tanda-tandanya adalah
bergerak terus-menerus, kesakitan, berkeringat, berguling-guling dan tentu saja
adanya rasa tidak nyaman. Pemberian pakan hijauan yang sedikit dan konsentrat
yang banyak juga dapat meningkatkan risiko kuda terkena kolik (Christie, 2008).
Pengobatan kolik yang dilakukan di NPC adalah dengan memberikan obat merk
Flunixil, pertolongan pertama untuk penyakit dalam dan juga mengajak kuda
berjalan-jalan. Flunixil mengandung zat aktif yaitu flunixin meglumine dan
kandungan lain seperti phenol sebagai pengawet, sodium formaldehyde, dan
sulphoxylate dihydrate. Pada kuda, injeksi flunixin meglumine diindikasikan untuk
meringankan peradangan dan rasa sakit yang terkait dengan gangguan otot-tulang,
dan untuk meringankan nyeri organ dalam tubuh yang berhubungan dengan kolik.
Dua ekor kuda pejantan pernah terkena kolik karena memakan serut gergaji yang
digunakan untuk alas lantai kandang, oleh sebab itu pencegahan dilakukan dengan
memasang masker pada moncong kuda agar kuda tidak memakan serut gergaji.
Pemasangan masker dilakukan setelah kuda habis mengkonsumsi pakan rumput dan
konsentrat.
Seekor kuda mati pada saat penelitian berlangsung dan menurut dokter hewan
penyebabnya adalah karena saluran pembuangan kotoran tersumbat, sehingga kuda
tersebut hanya dapat mengeluarkan kotoran yang cair. Salah satu pengobatannya
adalah dengan pemberian infus Ringer Laktat atau Natrium Klorida 0,9% sebanyak
10 liter per hari. Pada akhirnya, kuda tersebut mati akibat dehidrasi tinggi dan juga
ususnya terbelit.
Beberapa kuda mengalami luka luar, misalnya luka didalam hidung kuda
hingga mengeluarkan darah, penyebabnya kuda terjatuh saat dipakai berolahraga
polo. Pengobatannya dilakukan dengan pemberian antibiotik dan Betadine. Ada juga
kuda yang bahunya robek terkena paku, maka penanganannya dilakukan dengan
menjahit luka yang robek tersebut kemudian menutupinya dengan plester agar
jahitannya tidak terbuka. Anak kuda berumur dua bulan biasanya banyak mengalami
kerontokan bulu, untuk mempercepat pertumbuhan bulu baru pada kulitnya maka
dioles dengan Baby Oil.
Pemberian obat cacing dilakukan rutin satu kali tiap 3-4 bulan. Obat cacing
yang digunakan berbeda-beda setiap pemberian, agar cacing tidak kebal terhadap
59
obat nantinya. Selain obat cacing, NPC memiliki persediaan obat yang cukup
lengkap dan disimpan dalam suatu ruangan. Obat-obatan yang tersedia dan
digunakan di NPC beserta fungsinya dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Merk Obat yang Digunakan dan Fungsinya
Merk Obat Fungsi Obat
Etadryl Untuk gatal dan alergi
Flunixil Sebagai pertolongan pertama untuk penyakit dalam (kolik)
Metacam Semacam doping
Fynadine paste Untuk menghilangkan rasa sakit dan gelisah
Biosalamine Untuk penguat otot
Dexadreson Sebagai anti radang
Xylazin Sebagai obat bius
Dermcusal Merupakan obat oles anti nyeri
B. M. S. O Merupakan obat oles anti nyeri
Furosix (Lasik) Untuk bengkak pada otot agar cairan keluar bersama urin dan juga
untuk kuda yang susah kencing
Phenylject Untuk menambah stamina
Acridinpulver Untuk kompres kuku luka atau bernanah
Chinosol substant Untuk kompres kuku luka atau bernanah
Penicillin-G Meiji Merupakan antibiotik
Vitamin B-Neuron Memenuhi kebutuhan vitamin B-Neuron
Vitamin C Memenuhi kebutuhan vitamin C
Paraffin Untuk melancarkan buang air besar
Gastrucid Untuk maag
Norit Untuk kuda yang mencret
Novamidon (antalgin) Untuk penghilang nyeri
Aureomycin Untuk penyakit mata
Fluoroszein SE Thilo Untuk penyakit mata
Degraseptin Semacam antiseptik
Sumber: NPC (2010)
Obat-obatan yang cukup sering dipakai adalah Flunixil, Biosalamine,
Phenylject, Pennicillin-G Meiji, dan vitamin, seperti ditunjukkan pada Gambar 10.
Obat lainnya jarang digunakan. Hal ini menandakan penyakit yang biasa
menyerang kuda di NPC yaitu penyakit dalam seperti kolik. Kuda olahraga yang
sering digunakan juga membutuhkan penguat otot dan penambah stamina. Vitamin
juga biasa diberikan pada kuda untuk memenuhi kebutuhannya.
60
Gambar 10. Obat-obatan yang Digunakan untuk Kuda di NPC
Identitas Petugas
Seluruh kuda non-atlet di NPC ditangani oleh 17 orang petugas. Identitas
petugas seperti nama, posisi, umur, pendidikan terakhir, dan lama bekerja di NPC
diperlihatkan pada Tabel 14.
Tabel 14. Identitas Petugas di Nusantara Polo Club
No. Nama Posisi Umur
(Tahun)
Pendidikan
Terakhir
Lama Bekerja
(Tahun)
1 Painen Trainer 45 SD 3
2 Wartono Trainer 38 STM 3
3 Pepen Trainer 35 STM 3
4 Guguk PJ stable 27 D1 4
5 Endang Tack room dan groomer 23 SMP 3
6 Dudung Asisten dokter hewan 41 SMP 4
7 Jajang Farrier 47 SMP 4
8 Supriatna asisten farrier 21 SMP 1
9 Mulyadi Groomer 35 SD 3
10 Jhon Groomer 33 STM 4
11 Agnan Groomer 27 SMP 3
12 Yadi Groomer 26 SD 3
13 Mahmudin Groomer 24 SMP ¼
14 Arul Groomer 23 SMP ¾
15 Ramdan Groomer 22 STM 4
16 Leo Groomer 21 SMP 1
17 Surahman Groomer 20 SMP 1
Petugas-petugas tersebut terdiri dari trainer berjumlah tiga orang,
penanggungjawab stable satu orang, penanggungjawab tack room satu orang, asisten
dokter hewan satu orang, Farrier dan asistennya berjumlah dua orang, serta groomer
61
berjumlah 10 orang. Trainer sebelumnya adalah atlet polo, kini bertugas melatih
pengunjung yang ingin berkuda atau bermain polo, dan juga melatih kuda training
yang akan dijadikan kuda polo. Penanggungjawab stable bertugas memperhatikan
bangunan kandang dan kesehatan kuda, mengawasi kinerja groomer, menentukan
kuda yang akan dipakai guest, dan menangani kegiatan breeding di NPC.
Penanggungjawab tack room bertugas menakar pakan dan merawat peralatan kuda.
Asisten dokter hewan bertugas mengawasi kondisi kuda dan membantu dokter
hewan. Farrier dan asistennya bertugas merawat kuku kuda dan memasang atau
mengganti tapal kuda. Groomer bertugas membersihkan kuda dan kandangnya,
mengajak kuda exercise, dan memasang peralatan pada kuda apabila kuda hendak
dipakai guest atau atlet.
Petugas yang berhubungan dengan kuda non-atlet seluruhnya adalah pria.
Sebanyak lima orang petugas telah bekerja di NPC selama sekitar empat tahun, enam
orang petugas selama sekitar tiga tahun, tiga orang petugas selama sekitar satu tahun,
dan dua orang petugas telah bekerja selama kurang dari satu tahun. Kisaran umur
petugas adalah 20 hingga 47 tahun, dan kebanyakan (52,94%) berpendidikan lulusan
SMP. Selain itu lulusan SD (17,65%), STM (23,53%), dan satu orang lulusan D1.
Kebanyakan petugas sudah memiliki pengalaman bekerja dengan kuda sebelumnya,
kecuali petugas yang belum sampai setahun bekerja di NPC. Petugas senior akan
mengajari petugas yang baru masuk serta mengawasi kinerjanya. Seorang groomer
dapat merawat dua hingga empat kuda dan kuda yang dirawat satu tipe. Misalnya,
seorang groomer merawat kuda olahraga semua atau kuda lokal semua. Efisiensi
waktu tercapai apabila groomer merawat maksimal empat kuda.
Identitas Pengunjung (Guest)
Dalam penelitian ini, beberapa pengunjung (guest) yang menyewa kuda juga
diwawancarai, untuk diketahui identitasnya serta alasan menyewa kuda di NPC.
Identitas pengunjung yang dapat diwawancarai disajikan pada Tabel 15.
Secara keseluruhan kebanyakan pengunjung yang datang adalah pria dewasa
dan biasanya bukan warga Indonesia. Sebanyak lima orang pengunjung yang terdiri
dari pria Amerika berumur 35 tahun, wanita Indonesia berumur 17 tahun, wanita
Prancis berumur 35 tahun, anak perempuan Indonesia berumur sembilan tahun, dan
suster dari anak lelaki Indonesia berumur 15 tahun diwawancarai. Para responden
62
mengatakan bahwa ternyata olahraga dengan kuda membawa dampak positif bagi
penunggangnya, seperti menjaga stamina dan menambah konsentrasi.
Tabel 15. Identitas Pengunjung yang Menyewa Kuda
No Nama Asal Umur
(th) Pekerjaan Alasan Frekuensi
Sumber
informasi
1 Del Mear Amerika 35 Wirausaha Belajar
olahraga polo
3x/minggu Teman
2 Daninya Indonesia 17 Pelajar Suka kuda dan
bermain polo
2x/minggu Orang tua
(pemilik
JGCC)
3 Laetitia Prancis 32 Housewife Hobi 1x/minggu Teman
suami
4 Rachel Indonesia 9 Pelajar Hobi, suka
kuda
tidak tentu Orangtua
5 Andrew* Indonesia 15 Pelajar
(penderita autis)
Untuk terapi 1x/minggu Sekolah
(Spectrum)
Keterangan: * yang diwawancarai susternya
Latihan berkuda di NPC ternyata memang tidak dipublikasikan secara luas,
terbukti dari pengunjung yang datang, mengetahui informasi tentang NPC dari teman
atau orang tua, bukan dari televisi, iklan di media cetak, atau web. Ada yang
mengetahui informasi tentang NPC dari sekolah, karena memang NPC adalah
bekerjasama dengan Spectrum untuk terapi autis seperti yang telah disampaikan pada
sub bab sebelumnya.
Seorang siswa Spectrum bernama Andrew mengikuti terapi berkuda rutin
dengan biaya sendiri, tidak hanya dari kegiatan sekolah. Berkomunikasi dengan anak
penderita autisme tidaklah mudah. Seorang pelatih yang melatih anak autis harus
sabar, karena penderita autisme memang tidak langsung merespon pertanyaan atau
perintah yang disampaikan. Sebelum dilatih berkuda, anak tersebut harus diketahui
kemampuannya, apabila memang benar-benar tidak bisa menunggang kuda,
sebaiknya tidak dipaksakan. Pada umumnya penderita autisme bisa mendengar,
namun sulit berbicara dan lambat merespon, sehingga untuk berkomunikasi
digunakan bahasa isyarat dengan tangan. Pada saat berkuda, pelatih harus sering
mengajak berkomunikasi anak tersebut, diarahkan untuk berkonsentrasi selama
menunggang kuda, jangan sampai anak tersebut melamun.
63
Menurut seorang pelatih yang melatih Andrew, setelah beberapa bulan
Andrew mengikuti terapi, ada perubahan positif yang terjadi. Sebelumnya Andrew
banyak diam saat ditanya, namun kini Andrew sudah bisa menjawab walaupun hanya
dengan jawaban singkat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Nusantara Polo Club (NPC) memiliki 43 ekor kuda non-atlet dengan kisaran
umur dan bangsa yang beragam, yang dipelihara dan dimanfaatkan untuk berbagai
tujuan. Pemeliharaan seperti pembersihan kandang dan kuda, penanganan kesehatan
adalah sama untuk setiap kuda. Penapalan dan pencukuran kuda hanya dilakukan
pada kuda olahraga, sedangkan pada kuda breeding tidak dilakukan (kecuali pejantan
polo). Pemberian pakan berupa hijauan, dan konsentrat yang sudah dicampur garam
dan mineral, serta wheat bran untuk kuda secara keseluruhan sama, perbedaan hanya
pada takarannya. Pakan rumput dan pemberian mineral pada kuda laktasi dua kali
lipat kuda biasa. Pemberian pakan dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari.
Untuk pejantan polo diberi tambahan oat, sedangkan anak kuda hanya
mengkonsumsi susu induk. Pemeliharaan kuda dilakukan dengan cukup baik,
terbukti dari pengamatan pertumbuhan bobot badan selama dua bulan pada kuda
yang masih bertumbuh (umur ≤ 8 tahun), sebanyak 81,82% mengalami peningkatan
bobot badan.
Pemanfaatan kuda non-atlet di NPC yaitu untuk riding guest (latihan berkuda
pengunjung), chukka athlete (latihan polo atlet), chukka guest (latihan polo
pengunjung), breeding (perkawinan), dan training (dilatih menjadi kuda polo). Ada
kuda yang murni hanya dimanfaatkan sebagai kuda olahraga, namun beberapa betina
selain dijadikan kuda olahraga juga dijadikan kuda breeding. Kuda yang diberikan
latihan (exercise) hanya kuda olahraga, kuda training, dan pejantan polo, sisanya
hanya ditempatkan di umbaran.
Penanganan kesehatan kuda dilakukan oleh asisten dokter hewan, dengan
pemberian obat-obatan atau perawatan lainnya. Apabila penyakit kuda cukup kronis,
maka dokter hewan yang menangani. Pemeliharaan kuda yang baik oleh petugas
akan membuat stamina kuda terjaga dan kuda dapat dimanfaatkan secara optimal.
Pemeliharaan kuda non-atlet beragam sesuai dengan tujuan pemanfaatannya, berbeda
dengan kuda atlet yang pemeliharaannya seragam, karena kisaran umur dan tujuan
pemanfaatannya pun sama.
65
Saran
Pencatatan kegiatan perkawinan kuda di NPC diharapkan dapat lebih rinci
dan teratur, dengan menambahkan silsilah kuda dan periode estrus masing-masing
kuda betina. Anak kuda poni polo yang merupakan hasil dari kegiatan perkawinan di
NPC dapat menjadi awal proses grading up yang menghasilkan kuda polo Indonesia.
Kuda poni polo yang berawal dari persilangan kuda betina poni lokal dengan kuda
pejantan poni Argentina murni, keturunannya harus dikawinkan dengan pejantan
poni Argentina, begitu seterusnya, hingga didapat kuda keturunan yang kualitasnya
hampir setara dengan kuda polo poni Argentina.
Penelitian lanjutan dapat dilakukan untuk mengetahui kebutuhan nutrisi dan
energi masing-masing kuda sesuai pemanfaatannya dan kesesuaiannya dengan pakan
yang diberikan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama Penulis mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan
Yesus Kristus atas kasih dan anugerah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir.
Pollung H. Siagian, MS dan Dr. Ir. Didid Diapari, M.Si selaku dosen pembimbing
skripsi atas bimbingan, arahan dan curahan waktu yang telah diberikan. Kepada Ir.
Sri Darwati, M.Si dan Dr. Sri Suharti, S.Pt, M.Si, selaku dosen penguji yang banyak
memberikan masukan dalam penulisan, serta Ir. Afton Atabany, M.Si selaku panitia
sidang. Dr. Ir. Rarah Ratih A. Maheswari, DEA selaku pembimbing akademik yang
selalu membimbing dan memotivasi Penulis sejak terdaftar sebagai mahasiswa Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan. Ucapan terima kasih juga Penulis sampaikan
kepada Manajer Nusantara Polo Club (NPC) yang telah memberi kesempatan kepada
Penulis untuk melaksanakan penelitian, beserta seluruh karyawan NPC, khususnya
petugas kandang Bravo yang sangat membantu dalam penelitian ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta Bapak Ir.
Bambang Widodo, MT dan Ibu Suparny yang selalu mencurahkan kasih sayang, baik
berupa perhatian ataupun materi serta doa yang selalu dipanjatkan untuk Penulis, dan
kepada adik-adik tercinta Sara Christine Widowati serta Tria Asri Widowati.
Ucapan terima kasih kepada Putri dan keluarganya yang telah banyak
membantu. Teman-teman sebimbingan yang saling memberi semangat selama
penelitian dan penulisan. Kepada Paulina, Kade, Dian, Wardhani, Sarwar, Cintya,
Vania, Priskilla, Diny S., Fuad dan Andre atas bantuan dan dukungannya, serta
segenap teman-teman di IPTP 44 yang tak dapat disebutkan satu persatu atas
dukungan dan kebersamaannya selama ini. Kepada seluruh staf Pengajar Fakultas
Peternakan atas ilmu yang telah diberikan kepada Penulis. Tak lupa ucapan terima
kasih ini Penulis sampaikan kepada Abhang, Reni, Renando, Robert, Tharra, Merry,
Meikhal dan Nancy yang telah memberi banyak bantuan, hiburan, serta semangat.
Juga kepada adik-adik Kelompok Kecil Pemuridan, teman-teman PMK terutama di
KPP, teman-teman di Perwira 77 dan di Wisma Jenius. Besar harapan Penulis,
skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia peternakan.
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J. & D. H. Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
BMKG. 2010. Informasi Cuaca Bogor. http://klimatbogor.net. [25 Oktober 2010].
Bogart, R. & R. E. Taylor. 1977. Scientific Farm Animal Production. Burgess
Publishing Company, Minnesota.
Christie, J. 2008. Horse behavior and stable vices. Regents of the University of
Minnesota.http://www.extension.umn.edu/distribution/livestocksystems/DI8
538.pdf. [25 Oktober 2010].
Coldrey, C. & V. Coldrey. 1990. Breaking and Training Young Horses. The
Crowood Press Ltd, Wiltshire.
Colville, T. & J. M. Bassert. 2002. Clinical Anatomy and Physiology for Veterinary
Technicians. Mosby Inc., Massachussets.
Edwards, E. H. 1994. The Encyclopedia of the Horse. Dorling Kindersley, London.
Edwards, E. H. 2002. Smithsonian Handbooks. Horses. Dorling Kindersley Limited,
London.
Ensminger, M. E. 1991. Animal Science. Animal Agriculture Series. Ninth Edition.
Interstate Publishers, Inc. Danville, Illinois.
Ensminger, M. E. 2010. Breeding and Raising Horses: Buildings and Equipment.
http://www.healthguidance.org/entry/9009/1/Breeding-And-Raising-Horses-
Buildings-And-Equipment.html. [24 Januari 2011].
Equinekingdom. 2007. Sandalwood. http://www.equinekingdom.com/breeds/ponies/
sandalwood.htm. [3 November 2010].
Faris, I. 2009. Pola latihan kuda pacu di pulo mas dalam rangka menghadapi
kejuaraan Derby Nasional 2009. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Hammer, D. 1993. Understanding Fitness and Training. Ward Lock Book, London.
Hogan, J. 1996. Ruminant Nutrition and Production in the Tropics and Subtropics.
Australian Centre for International Agricultural Research, Canberra.
Kacker, R. N. & B. S. Panwar. 1996. Textbook of Equine Husbandry. Vikas
Publishing House Pvt Ltd, New Delhi.
Kidd, J. 1995. Horses and Ponies of The World. Ward Lock, London.
McBane, S. 1994. Modern Stable Management. Ward Lock, London.
McBane, S. 2001. Modern Horse Breeding. The Lyons Press, Connecticut.
Medina, B., I. D. Girard, E. Jacotot, & V. Julliand. 2002. Effect of a preparation of
saccharomyces cerevisiae on microbial profiles and fermentation patterns in
the large intestine of horses fed a high fiber or a high starch diet. J. Anim.
Sci. 80:2600-2609.
68
Morel, D. 2008. Equine Reproductive Physiology, Breeding and Stud Management.
3rd Edition. CAB International, Cambridge.
Npclub. 2009. Nusantara Polo Club. http://npclub.wordpress.com/. [23 Januari
2011].
NRC. 1989. Nutrient Requirements of Horse. 5th Revised Edition. National
Academy Press, Washington.
Oftedal, O. T., Hints, H. F., & Schryver, H. F. 1983. Lactation in the horse: milk
composition and intake by foals. Journal of Nutrition 113, 2096-2106.
Pagan, J. D. 2008. Water most overlooked nutrient for horses. Feedstuffs. Vol. 80,
No. 53, December 29.
Parakkasi, A. 1986. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik. Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
Pilliner, S. 1992. Horse Nutrition and Feeding. Blackwell Science Ltd, London.
Pilliner, S. 1993. Getting Horses Fit. Second Edition. Blackwell Science Ltd,
London.
Pilliner, S. 1994. Prepare to Win: Care of the Competition Horse. B. T. Batsford Ltd,
London.
Pinsent, P. J. N. 1990. Outline of Clinical Diagnosis in The Horse. Butterworth &
Co., London.
Pond, W. G., D. C. Church, & K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and
Feeding. Fourth Edition. John Wiley & Sons. Inc., United States.
Republikaonline. 2010. Terapi Berkuda Bagi Anak Autis.
http://republika.co.id:8080/koran/152/102930/Terapi_Berkuda_Bagi_Anak_
Autis. [4 Januari 2011].
Suharjono, U. 1990. Kuda. Yayasan Pamulang Equestrian Centre, Jakarta.
Templeton, W. C. 1979. Forages for horses. Proc. Annu. Ky. Horsemen’s
Shortcourse 3:81.
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Beternak Kuda. Nuansa Aulia,
Bandung.
Walpole, R. E. 1993. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Wikihow. 2010. Lunge a Horse. http://www.wikihow.com/Lunge-a-Horse. [8
November 2010].
Yapko, D. 2003. Understanding Autism Spectrum Disorders. Jessica Kingsley
Publishers, London.
LAMPIRAN
70
Lampiran 1. Contoh Lembar Kuisioner
1. Identitas petugas : groomer/ tack room/ pelatih/ penanggungjawab stable/
pengunjung (langsung ke nomor (10))/ lainnya ..............................................
(lingkari salah satu)
- Nama petugas : .............................................................................................
- Umur : ............... tahun
- Tingkat pendidikan terakhir petugas : SD/ SMP/ SMA/ PT (D3/ S1/ S2)/
lainnya....................................................(lingkari salah satu)
- Sudah berapa lama melatih/ merawat kuda di Nusantara Polo Club (NPC) :
................................................................
- Pekerjaan/ tanggung jawab yang dilakukan di NPC : .......................................
............................................................................................................................
- Pengalaman yang pernah didapat selama di NPC : ..........................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
Setelah menjawab pertanyaan nomor (1), jika groomer lanjut ke nomor (2), tack
room ke nomor (4), pelatih ke nomor (7), penanggungjawab stable ke nomor (8)
2. Identitas kuda
- Nama kuda : ............................................
- Nomor kuda :...........................................
- Umur kuda :..................................thn/ bln; melihat gigi :.............. thn/ bln
- Jenis kelamin kuda: (a) betina (b) jantan
- Jenis atau bangsa kuda : ..................................................
- Morfologi kuda : ...............................................................................................
- Silsilah kuda : ..............................................................(gunakan lembaran
tambahan jika perlu)
- Sejak kapan kuda diafkirkan atau tidak lagi dipakai sebagai kuda atlet :
...........................................................................................................................
, alasan : ............................................................................................................
Lanjutkan ke nomor (3).
3. Estimasi Bobot Badan:
- Panjang badan kuda pada awal pengamatan : ................... cm
- Lingkar dada kuda pada awal pengamatan : ................... cm
- Bobot badan kuda pada awal pengamatan : ................... cm
- Panjang badan kuda pada akhir pengamatan : ................... cm
- Lingkar dada kuda pada akhir pengamatan : ................... cm
- Bobot badan kuda pada akhir pengamatan : ................... cm
- Pertambahan bobot badan kuda selama pengamatan : ........................ cm
Lanjutkan ke nomor (4)
4. Penanganan Kesehatan
- Kesehatan dan kondisi kuda : ...........................................................................
- Penyakit yang sering/pernah dialami kuda dan bagaimana cara
penanganannya : ...............................................................................................
...........................................................................................................................
- Penanganan lain yang diberikan pada kuda : ....................................................
Lanjutkan ke nomor (5)
5. Pemeliharaan Kuda
71
- Kondisi kandang (luas, material, alas, arah, dll) kuda : ....................................
.............................................................................................................................
- Frekuensi pembersihan kandang dalam sehari atau seminggu : .......................
- Perawatan yang diberikan pada kuda : .............................................................
- Perawatan yang diberikan setelah latihan : .......................................................
- Frekuensi pembersihan kuda dalam waktu tertentu: ........ /hari; ........ /minggu
- Pembersihan seperti apa yang diberikan pada kuda : .......................................
- Frekuensi kuda beristirahat dalam sehari : .........................
- Frekuensi pembersihan/penggantian tapal kuda dalam waktu tertentu :
.................... /minggu; .................... /bulan
Groomer sampai sini, tack room lanjutkan ke nomor (6)
6. Pakan
- Jenis rumput yang diberikan : ...........................................................................
- Banyaknya rumput yang diberikan dalam sehari : ........... kg, atau ........... ikat
- Jenis konsentrat yang diberikan : ......................................................................
- Banyaknya konsentrat yang diberikan dalam sehari : ......................................
- Frekuensi kuda diberi pakan (rumput, konsentrat) dalam sehari :
...........................................................................................................................
- Tambahan makanan lain untuk kuda : (a) ada (b) tidak ada,
jika ada apa dan kapan diberikan : ....................................................................
lanjutkan ke nomor (8)
7. Pola latihan dan penggunaan
- Pola latihan yang diterapkan :............................................................................
............................................................................................................................
- Lama latihan dalam sehari: ...................................................................
- Lama penggunaan kuda maksimal dalam sehari?...................................
- Perawatan yang diberikan seusai penggunaan : ................................................
- Seberapa sering kuda digunakan: .....................................................................
- Hal yang dilakukan jika kuda melawan/ diam saja menanggapi instruksi:
...........................................................................................................................
- Bagaimana pemilihan kuda yang digunakan untuk pengunjung (guest) dan
untuk pelatih: ....................................................................................................
- Banyaknya kuda yang sering dipakai untuk latihan berkuda/ latihan polo?
.............. ekor, kuda yang mana saja: ...............................................................
...........................................................................................................................
Pelatih sampai sini.
8. Pengawinan Kuda
- Sejak kapan breeding project ada di NPC : ......................................................
- Jumlah kuda dan kuda apa saja yang digunakan dalam breeding project :
...........................................................................................................................
- Kapan kuda dikawinkan : .................................................................................
- Jenis pejantan dan betina yang dikawinkan : ....................................................
...........................................................................................................................
- Banyaknya penyilangan kuda yang sudah dilakukan sejak breeding project
dimulai : ............................................................................................................
- Bagaimana tingkat keberhasilan pengawinan kuda (laju kebuntingan) :
...........................................................................................................................
72
Lanjut ke nomor (9)
9. Pemanfaatan Lain dan Kesejahteraan Kuda
- Jika ada yang mau membeli kuda di NPC : (a) dijual, alasan .........................
...................................................................... (b) tidak dijual, alasan ................
...........................................................................................................................
- Penanganan kuda yang mati : ...........................................................................
- Kuda yang ada diperoleh dari : kuda bekas atlet/ membeli/ hasil penyilangan
kuda yang sudah ada/ lainnya ...........................................(lingkari salah satu)
Penanggungjawab stable sampai sini.
10. Pengunjung (guest):
- Nama : ...................................................
- Pekerjaan : .............................................
- Asal : .....................................................
- Alasan menyewa kuda di Nusantara Polo Club : ..............................................
- Biaya yang dikeluarkan dengan satu kali transaksi : ........................................
- Seberapa sering menyewa kuda dalam seminggu/ sebulan/ setahun : ..............
- Dari mana mendapat informasi tentang penyewaan kuda di NPC :..................
........................................................................................................................... - Kapan biasanya menyewa kuda : liburan/ akhir minggu/ lainnya ....................
....................................................
73
Lampiran 2. Tabel Identitas dan Pemanfaatan Kuda
No. Nama Kuda Bangsa Kuda Umur
(tahun)
Jenis
kelamin
Penggunaan
Riding guest Chukka athlete Chukka guest Breeding Training
1 Bintangku G3 12 Jantan √ √ √
2 Pepe Poni Argentina 22 Jantan √ √ √
3 Surdo Poni Argentina 23 Jantan √ √ √
4 Pato Poni Argentina 20 Jantan √ √ √
5 Mechita Poni Argentina 30 Betina √
√
6 Laloja Poni Argentina 20 Betina √ √ √
7 Reggie Poni Argentina 12 Jantan √ √ √
8 Nicoten Sandelwood 12 Jantan
9 Margareth G1 11 Betina
10 Shinta G2 5 Betina √
11 Rosa Poni Argentina 24 Betina
√
12 Aldonondo Poni Argentina 23 Jantan √
√
13 Via Levina G3 12 Betina √ √ √
14 Gayatri G3 5 Betina
√
15 Larene Poni Argentina 21 Betina
√
16 Capilla Poni Argentina 21 Betina √
√
17 Cathy Poni Argentina 24 Betina √ √ √
18 Comadreja Poni Argentina 25 Betina √ √ √ √
19 Luisa Poni Argentina 20 Betina √
√
20 Janoko Thoroughbred 13 Jantan
21 Lovisnita Poni Argentina 25 Betina √
√ √
22 Jack Poni Argentina 30 Jantan √
√
23 Gatita Poni Argentina 20 Betina
√
74
Lampiran 2. (Lanjutan)
24 Titan Poni Argentina 20 Jantan √ √ √
25 Jenggo G1 8 Jantan
√
26 Mayonesa Poni Argentina 20 Betina
√
27 Tiffany kuda sumba 4 Betina √
√
28 Penny kuda sumba 10 Betina √
√
29 Bima Thoroughbred 15 Jantan
30 Benvinida Poni Argentina 23 Jantan √ √ √
31 Massita Poni Argentina 22 Betina √
√
32 Black Poni Argentina 21 Jantan √ √ √
33 Uva Poni Argentina 20 Betina
√
34 Blase G3 4 Jantan
√
35 Nona Rambo G3 4 Betina
√
36 Trillionare Poni Argentina 6 Jantan
√
37 Happy Road Poni Argentina 8 Jantan
√
38 Thypon West Poni Argentina 7 Jantan
√
39 Tuama G4 5 Jantan
√
40 Turangga G3 4 Jantan
√
41 Angely Sandelwood 10 Betina √
√
42 Isabella Poni polo 3 bln Betina
43 Buttercup G3 4 Jantan √
75
Lampiran 3. Tabel Pertumbuhan Bobot Badan (PBB) Kuda
No. Nama Kuda Panjang Badan (cm) Lingkar Dada (cm) Bobot Badan (kg)
PBB Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
1 Bintangku 117 112 177 173 420,5 384,54 -35,96
2 Pepe 115 110 182 180 436,99 408,86 -28,13
3 Surdo 125 120 181 178 469,79 436,17 -33,62
4 Pato 111 108 183 179,5 426,44 399,20 -27,24
5 Mechita 106 103 165 166 331,06 325,60 -5,46
6 Laloja 110 111 175 174 386,46 385,53 -0,93
7 Reggie 109 107 180 179 405,14 393,30 -11,84
8 Nicoten * 93 148,5 235,27
9 Margareth * 95 152 251,79
10 Shinta * 117 174 406,36
11 Rosa 103 108 174 174 357,74 375,11 17,37
12 Aldonondo 112 114 185 185 439,74 447,59 7,85
13 Via Levina 105 108 174 174 364,69 375,11 10,42
14 Gayatri 102 107 167 165 326,34 334,18 7,84
15 Larene 109 103 184 179 423,34 378,60 -44,74
16 Capilla 111 104 177 173 398,94 357,07 -41,87
17 Cathy 110 111 178 180 399,82 412,57 12,75
18 Comadreja 109 109 181 179 409,65 400,65 -9,00
19 Luisa 107 109 175,5 176 378,07 387,33 9,26
20 Janoko 106 107 182 178,5 402,79 391,10 -11,69
21 Lovisnita 118 118 183 180 453,33 438,59 -14,74
22 Jack 108 103 185 181 424,03 387,10 -36,93
23 Gatita 106 108 177 175 380,96 379,43 -1,53
76
Lampiran 3. (Lanjutan)
24 Titan 110 106 176 176 390,89 376,67 -14,22
25 Jenggo 107 107 160 159 314,24 310,32 -3,92
26 Mayonesa 110 106 174 173 382,05 363,94 -18,11
27 Tiffany 90 90 143 143 211,13 211,13 0,00
28 Penny 89 89 150 149 229,72 226,67 -3,05
29 Bima 113 114 182 178 429,39 414,36 -15,03
30 Benvinida 117 111 173 174 401,71 385,53 -16,18
31 Massita 113 111 170 170 374,65 368,01 -6,64
32 Black 113 111 180 178 420,01 403,46 -16,55
33 Uva 113 114 180 180 420,01 423,72 3,71
34 Blase 113 113 171 173 379,06 387,97 8,91
35 Nona Rambo 101 107 175,5 178 356,87 388,92 32,05
36 Trillionare 104 108 184 184 403,93 419,46 15,53
37 Happy Road 110 114 187,5 188 443,64 462,23 18,59
38 Thypon West 110 115 186 186 436,57 456,41 19,84
39 Tuama 104 108 176 174 369,56 375,11 5,55
40 Turangga 106 106 171 174 355,57 368,16 12,59
41 Angely 97 94 152 152 257,09 249,14 -7,95
42 Isabella 56 77 84 100 45,33 88,33 43,00
43 Buttercup 105 105 165,5 176 329,93 373,12 43,19
Keterangan: * = kuda tidak sempat diukur panjang badan dan lingkar dadanya
77
Lampiran 4. Contoh Pencatatan Kegiatan Perkawinan Kuda
No Kuda betina
breeding
Mei 2009 Pejantan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1 Mayonesa √ √ √ Trillionare
2 Tamara * √ √ √ Thypon West
3 Gatita √ √ √ √ √ Thypon West
4 Mechita √ √ √ Trillionare
5 Morocha *
6 Angely
7 Comadreja
8 Rosa
9 Lovisnita
10 Portena **
11 Larene
12 Uva
13 Penny
Keterangan: * = mati
** = kuda kandang Alfa
78
Lampiran 5. Foto Kuda Olahraga, (a) Reggie, (b) Pepe, (c) Bintangku, (d) Patto.
Kuda Pony Ride-Breeding, (e) Penny, (f) Tiffany
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
79
Lampiran 6. Foto Kuda Betina Breeding, (a) Rosa, (b) Larene, (c) Mayonesa, (d)
Uva. Pejantan, (e) Thypon West, (f) Trillionare
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
80
Lampiran 7. Foto Kuda Training, (a) Nona Rambo, (b) Blase, (c) Tuama, (d)
Turangga. Kuda Laktasi dan Anaknya, (e) Angely dan Isabella
(a) (b)
(c) (d)
(e)
81
Lampiran 8. Contoh Sertifikat Kuda Pejantan