manajemen pendidikan anak usia din
DESCRIPTION
MANAJEMEN PENDIDIKAN ANAK USIA DINTRANSCRIPT
MAKALAH
“ MANAJEMEN STRATEGIS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI “
Oleh :
Kelompok 5
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan YME karena atas karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan
Kurikulum.
Kami selaku penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya
kepada dosen pembimbing mata kuliah Pengembangan Kurikulum Niswatul Imsiyah
S.Pd yang telah bersedia membimbing kami dan teman-teman yang kami tidak bisa
sebutkan satu-persatu, serta semua pihak terkait yang ikut membantu dalam penyelesaian
makalah ini. Makalah ini kami susun dengan tujuan agar mahasiswa memahami tentang
manajemen srategis pendidikan anak usia dini. Oleh karena itu kami susun makalah ini
dengan sistematis agar para pembaca dapat memahami dengan mudah serta
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Akhirnya, tiada suatu usaha yang besar akan berhasil tanpa dimulai dari usaha
yang kecil. Semoga makalah ini bermanfaat. Kami harapkan kritik serta saran dari
pembaca apabila terdapat banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini demi
kesempurnaan dimasa mendatang.
Jember, 3 Oktober 2011
Penulis
DAFTAR ISI (perlu di edit halaman)
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Tujuan............................................................................................................................1
C. Manfaat..........................................................................................................................1
D. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Kelembagaan.................................................................................................................3
B. Metode Pengajaran.......................................................................................................3
C. Kurikulum.....................................................................................................................5
D. Ketrampilan...................................................................................................................7
E. Pelatihan.........................................................................................................................7
BAB III
PENUTUP...........................................................................................................8
A. Kesimpulan....................................................................................................................8
B. Saran...............................................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu upaya memaksimalkan bakat, potensi, kecerdasan, dan
kreativitas anak ialah dengan menyertakannya dalam kegiatan sekolah usia dini
atau PAUD ( Pendidikan Anak Usia Dini ). Sedini mungkin anak diasah untuk
bersikap disiplin, bertanggung jawab, berjiwa sosial, kreatif, inovaif, penuh
dedikasi, menjalankan program dll. Dengan metode yang tepat, kurikulum bagus
dan lembaga bonafid niscaya anak akan lebih mampu bekembang pesat dibanding
mereka yang tidak diasah melalui program PAUD tersebut.
Namun tidak semua lembaga penyelenggara PAUD mulai jenjang
PreSchool, Play Group, dan TK mampu menyediakan metode, sarana, dan fasilitas
penunjang kesuksesan pendidikan usia dini tersebut. Untuk itulah, para orang tua
harus mampu menentukan secara strategis lembaga yang dipilihnya. Demikian
pula para penyelenggara harus mampu memperbaiki segala kekurangan yang
menghambat tujuan utama PAUD tersebut karena anak-anak usia dini yang identik
dengan kegiatan bermain menjadi fase yang sangat menentukan perjalanan hidup
manusia. Sehingga, merencanakan dan melaksanakan pendidikan pada usia dini
ini menjadi sebuah keniscayaan yang tidak boleh disepelekan dan ditelantarkan.
Jika hal ini tidak diperhatikan, masa depan kualitas generasi penerus bangsa akan
semakin mundur, kalah jauh dibanding negara-negara lain yang selalu sigap dan
cepat mempersiapkan kader-kader andalnya di era kompetisi global sekarang.
Negara ini tidak boleh lagi kecolongan dan ketinggalan. Pendidikan anak
usia dini harus segera didirikan dan dikelola secara profesional di seluruh pelosok
negeri ini. PAUD ini menjadi solusi terbaik pembentukan moral, agama, emosi,
sosial, dan spirit kompetisi. Dengan PAUD, fase perkembangan anak akan
berjalan secara fungsional dan produktif sehingga membentuk karakter yang kuat,
kokoh dan progresif.
B. Tujuan Pemilihan Judul
C. Manfaat Penulisan Judul
D. Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini, rumusan masalah yang diajukan adalah:
Bagaimana sistem kelembagaan pada PAUD ?
Bagaimana metode pengajaran ?
Apa kurikulum yang dipakai ?
Keterampilan apa saja yang diberikan di PAUD ?
Pelatihan-pelatihan apa saja yang ada di PAUD ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kelembagaan
Mengelola pendidikan bukanlah mengelola sebuah tempat usaha barang, melainkan
mengelola sumber daya manusia yang memiliki keunikan-keunikan masing-
masing. Untuk itu,dibutuhkan formula yang tepat dalam mengatur segala
permasalahan manejemen pendidikan anak usia dini (PAUD). Ada beberapa model
penataan kelembagaan yang konvensional. Karena iu kita harus mencari model
yang paling tepat agar PAUD bisa berkembang dengan baik. Model manejemen
kelembagaan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
Pengelolaan PAUD selama ini terlalu banyak seninya dibanding dengan
ilmunya sehingga gaya manejemen yang dilakukan lebih bersifat trial and
error.
Penerapan manajemen “gotong royong “ artinya semua orang melakukan
semua pekerjaan. Tidak ada pembagian kerja yang tegas dan jelas. Sehingga
proses manajemen tidak berlangsung secara efektif dan efisien. Bahkan sering
terjadi benturan antara satu unit dengan unit lainnya. Inilah yang menyebabkan
pendayagunaan sumber daya organisasi tidak secara sinergis dan banyak
pemborosan. Dalam hal ini yang terjadi adalah sama-sama bekerja bukan kerja
sama.
Gaya manajemen tukang cukur yaitu satu orang melakukan semua
pekerjaan, mulai dari membuka kios, menyapu, memotong rambut, menutup
kios dan mengelola keuangan sekaligus. Dalam organisasi banyak orang yang
merasa dirinya mampu dalam segala hal dan tidak memberikan porsi pekerjaan
kepada orang lain. Akibatnya organisasi yang semestinya dapat menjalankan
beban pekerjaan yang lebih banyak justru tidak dapat melakukan pekerjaan
karena tersentralisasi di tangan beberapa orang saja sedang yang lain justru
kurang pekerjaan.
Penerapan manajemen “sungkanisme” yaitu suatu manajemen yang tidak
asertif. Budaya sungkan (segan) menegur kesalahan teman dan budaya marah
kalau ditegur teman membuat organisasi berjalan tak tentu arah, sehingga tidak
bisa mencapai tujuan yang dikehendaki.
Empat model manajemen tersebut memiliki banyak kekurangan. Tidak ada aspek
struktural, job description, koordinasi, evaluasi dan proyeksi ke depan. Dalam
konteks ini dibutuhkan model manajemen yang lebih dinamis, progresif, dan
mempunyai unsur pemberdayaan dan penguatan. Disinilah pentingnya manajemen
partisipatif yang mengedepankan kolektivitas, teamwork, soliditas dan kualitas
kinerja.
B. Metode Pengajaran
Mengajar anak usia dini membutuhkan metodologi yang unik dan kreatif. Disinilah
signifikansi dan urgensi peran seorang guru dalam mendidik dan menggali potensi
anak didik. Menurut Rini Utami Aziz, pendidik harus memiliki kualifikasi
akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam
pasal 29, pendidik pada pendidikan anak usia dini harus diploma (D-IV) atau
sarjana (S1) latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan anak usia dini,
kependidikan lain, atau psikologi dan sertifikat profesi guru untuk PAUD.
Kualitas pendidik sangat menentukan hasil pembelajaran yang dicapai. Kegagalan
dan kesuksesan pendidikan sangat dipengaruhi oleh kualitas tenaga pengajar yang
menguasai materi, metodologi pengajaran dan skills yang profesional.
Tahapan mengajar anak usia dini
Walaupun pendidikan berlangsung sepanjang hayat namun menurut Maria
Montessori, enam tahun pertama masa anak adalah jangka waktu yang paling
penting bagi perkembangannya. Tahun prasekolah menjadi masa anak membina
kepribadian mereka. Karenanya setiap usaha yang di rancang untuk
mengembangkan minat dan potensi anak harus dilakukan pada awal ini untuk
membimbing anak menjadi diri mereka dengan segala kelebihannya. Orang tua dan
pendidik harus dapat membantu anak menyadari dan merealisasikan potensi anak
untuk menimba ilmu pengetahuan, bakat, dan kepribadian yang utuh.
Selain tawaran beberapa metode di atas ada beberapa etode pengajaran lain yang
layak dipertimbangkan untuk mencapai hasil maksimal dalam pengajaran anak usia
dini yaitu :
Metode Global (Ganze Method)
Anak belajar membuat suatu kesimpulan dengan kalimatnya sendiri. Contohnya
ketika membaca buku, minta anak menceritakan kembali dengan rangkaian
katanya sendiri. Sehingga informasi yang anak peroleh dari hasil belajar sendiri
akan dapat diserap lebih lama. Dengan demikian anak akan terlatih berpikir
kreatif dan berinisiatif.
Metode Percobaan (Experimental method)
Metode pengajaran ini mendorong dan memberi kesempatan anak melakukan
percobaan sendiri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Maryam, staf pengajar
di Sekolah Alam Ciganjur, Jakarta Selatan yang menyatakan bahwa terdapat
tiga tahapan yang dilakukan anak untuk memudahkan masuknya informasi
yaitu mendengar, menulis atau menggambar lalu melihat dan melakukan
percobaan sendiri. Misalnya anak belajar tentang tanaman piang, lalu belajar
menanamnya.
Metode Learning by doing
Menurut Nazhori Author, sabda Rasulullah yang berbunyi “ sholatlah kamu
seperti kamu lihat aku sholat “ adalah sebuah bukti bahwa proses belajar
mengajar sudah berlangsung sejak zaman Rasululla sebagai fondasi awal dalam
pendidikan Islam. Sabda tersebut juga mengandung unsur pedagogis dimana
bahasa nonverbal yang disampaikan Rasulullah sampai saat ini masih menjadi
bumbu penyedap dalam melengkapi meteode pengajaran. Artinya bahasa
nonverbal memegang peranan dalam proses belajar mengajar. Bahkan bahasa
nonverbal banyak dgunakan taman kanak-kanak atau kelompok bermain (play
group) yang banyak mengadopsi model belajar kindergarten nya froebel dan
model belajar Casa Dei Bambini nya Montessori.
Metode Home Schooling Group
Rumah merupakan lingkungan terdekat anak dan tempat belajar yang paling
baik buat anak. Di rumah, anak bisa belajar selaras dengan keinginannya
sendiri. Ia tak perlu duduk menunggu sampai bel berbunyi, tidak perlu harus
bersaing dengan anak-anak yang lain, tidak perlu harus ketakutan menjawab
salah di depan kelas dan bisa langsung mendapatkan penghargaan atau
pembetulan jika membuat kesalahan. Disinilah peran ibu menjadi sangat
penting karena tugas utama ibu adalah pengatur rumah tangga dan pendidik
anak. Di dalam rumah banyak sekali sarana-sarana yang bisa dipakai untuk
pembelajaran anak. Anak dapat belajar banyak sekali konsep tentang benda,
warna, bentuk dan sebagainya sembari ibu memasak di dapur
Pembelajaran Bilingual
Satu pertanyaan yang muncul sebagai tanggapan terhadap kecenderungan
pengajaran bahasa inggris pada anak-anak adalah sebagai berikut “ sudah
perlukah bahasa inggris diajarkan pada anak-anak ?” Pertanyaan ini tampaknya
mudah diajukan. Jawaban terhadap pertanyaan ini bisa sederhana namun bisa
juga memerlukan penjelasan panjang lebar, bahkan pertanyaan yang sederhana
tersebut dapat memunculkan kontroversi yang berkepanjangan. Setidaknya ada
tiga alasan mengapa anak-anak perlu mempelajari bahasa inggris pada usia
dini. Alasan pertama adalah tuntutan pragmatis. Tidak dapat dipungkiri bahwa
saat ini tembok pembatas geografis antar wilayah atau bahkan antar negara
sudah mulai runtuh, berguguran satu persatu akibat globalisasi. Perkembangan
teknologi komunikasi dan informasi tampaknya merupakan salah satu faktor
yang bertanggung jawab atas semakin terbukanya hubungan antar manusia
pada era global ini. Dampak yang segera kita amati dengan runtuhnya tembok
pembatas tersebut ialah semakin mudahnya satu individu, bahkan antar bangsa
di tempat yang berbeda dan berada di belahan dunia yang lain berhubungan
dengan individu lainnya pada waktu yang sesungguhnya (real time).
Alasan kedua merujuk pada alasan legal formal dan kesepakatan internasional.
Undang-undang Dasar 1945 memberikan amanar kepada pemerintah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. UU No 23 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional menegaskan bahwa setiap anak berhak mendapatkan
pendidikan dan pengajaran guna pengembangan kepribadiannya dan
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
Alasan yang ketiga adalah konseptual. Brumfit (1991 : 11-12) menyatakan
argumentasinya terkait dengan faktor usia muda bahwa tidak ada alasan kuat
dalam pembelajaran anak-anak untuk tidak mengajarkan bahasa kedua pada
mereka. Setidaknya ada empat faktor yang ia rujuk untuk mendasari
argumentasinya tersebut. Tiga faktor pertama tampaknya elevan untuk dibahas.
Faktor pertama adalah proses pematangan. Proses pematangan ini tampaknya
lebih berpihak pada pembelajar bahasa usia muda seorang anak belajar bahasa
semakin mudah ia akan menguasai bahasa tersebut. Faktor kedua yang berperan
penting pada anak-anak dalam mempelajari bahasa adalah emosi dan perasaan.
Brown (1994: 135-152) mereview beberapa faktor yang terkait dengan faktor
afektif dalam pembelajaran bahasa. Faktor-faktor tersebut adalah self esteem,
inhibition, risk taking, anxiety, empathy, extroversion dan motivation. Pada
faktor tersebut anak-anak cenderung memiliki nilai yang lebih positif dibanding
pembelajaran dewasa. Misalnya anak-anak tidak memiliki beban mental yang
berlebihan saat mempelajari bahasa asing, ketakutan membuat kesalahan
rendah, dan siswa memiliki keiinginan yang lebih baik untuk mempelajari hal-
hal baru lewat bahasa asing.
Faktor ketiga adalah lingkungan. Anak-anak cenderung memiliki peluang yang
lebih baik dalam mengintegrasikan kebutuhan komunikasi yang sesungguhnya
dengan pengalaman kebahasaan barunya. Maksudnya dalam usia yang ditandai
dengan eksplorasi terhadap lingkungannya, anak-anak lebih memiliki peluang
yang lebih baik dalam menggunakan bahasa secara alami untuk
mempresentasikan pemahamannya terhadap lingkungannya. Oleh karena itu
kebutuhan berkomunikasi anak-anak dengan dengan menggunakan bahasa
dalam lingkungan sekitarnya lebih terakomodasi secara luas dan alami.
C. Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum
adalah inti sebuah lembaga pendidikan. Kurikulum yang benar akan menghasilkan
pengajaran dan kegiatan yang terpadu dan holistik yang mengarah kepada visi dan
misi lembaga pendidikan yang dicanangkan. Disinilah pentingnya menyusun
kurikulum yang visioner dan prospektif.
Sehubungan dengan ciri-ciri di atas, tugas perkembangan yang di emban anak-anak
adalah sebagai berikut :
Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain
Membangun sikap yang sehat terhadap diri sendiri
Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebayanya
Mengembangkan peran sosial sebagai lelaki atau perempuan
Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan dalam hidup sehari-
hari
Mengembangkan hati nurani penghayatan moral, dan sopan santun
Mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis, matematika dan
berhitung
Mengembangkan diri untuk mencapai kemerdekaan diri
Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan :
Bersifat komprehensif. Kurikulum harus menyediakan pengalaman
belajar yang meningkatkan pekembangan anak secara menyeluruh dalam
berbagai aspek perkembangan
Dikembangkan atas dasar pekembangan secara bertahap. Kurikulum
harus menyediakan berbagai kegiatan dan interaksi yang tepat didasarkan pada
usia dan tahapan perkembangan setiap anak
Melibatkan orang tua sebagai pendidik utama bagi anak
Melayani kebutuhan individu anak
Merefleksikan kebutuhan dan nilai masyarakat
Mengembangkan standar kompetensi anak
Mewadahi layanan anak yang memiliki kebutuhan khusus
Menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat
Memperhatikan kesehatan dan keselamatan anak
Menjabarkan prosedur pengelolaan lembaga
Memanejemen sumber daya manusia
Penyediaan sarana dan prasarana
Komponen Kurikulum
a. Anak
Sasaran layanan pendidikan anak usia dini adalah anak yang berada pada
rentang usia 0-6 tahun. Pengelompokkan anak didasarkan pada usia sebagai
berikut :
1. 0-1 tahun
2. 1-2 tahun
3. 2-3 tahun
4. 3-4 tahun
5. 4-5 tahun
6. 5-6 tahun
b. Pendidik
Kompetensi pendidik anak usia dini memiliki kualifikasi akademik sekurang-
kurangnya Diploma Empat (D-IV) atau sarjana (S-1) di bidang pendidikan anak
usia dini, kependidikan lain, atau psikologi dan memiliki sertifikasi profesi guru
PAUD atau sekurang-kurangnya telah mendapatkan pelatihan pendidikan anak
usia dini. Adapun rasio pendidik dan anak adalah sebagai berikut :
1. Usia 0-1 tahun rasio 1:3 anak
2. Usia 1-3 tahun rasio 1:6 anak
3. Usia 3-4 tahun rasio 1:8 anak
4. Usia 4-6 tahun rasio 1:10/12 anak
c. Pembelajaran
Pembelajaran dilakukan melalui kegiatan bermain yang dipersiapkan oleh
pendidik dengan menyiapkan materi (content) dan proses belajar. Materi belajar
bagi anak usia dini dibagi dalam dua kelompok usia. Materi usia lahir sampai 3
tahun meliputi :
1. Pengenalan diri sendiri (perkembangan konsep diri)
2. Pengenalan perasaan (perkembangan emosi)
3. Pengenalan tentang orang lain (perkembangan sosial)
4. Pengenalan berbagai gerak (perkembangan fisik)
5. Mengembangkan komunikasi (perkembangan bahasa)
6. Keterampilan berpikir (perkembangan kognitif)
d. Penilaian (Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan data, dokumentasi belajar, dan
perkembangan anak. Assessment dilakukan melalui observasi , konferensi
dengan para guru, survei, wawancara dengan orang tua, hasil kerja anak dan
unjuk kerja. Keseluruhan penilaian dapat dibuat dalam bentuk portofolio.
e. Pengelolaan Pembelajaran
Lembaga pendidikan anak usia dini dilaksanakan sesuai satuan pendidikan
masing-masing. Jumlah hari dan jam layanan antara lain sebagai berikut :
Taman Penitipan Anak (TPA) dilaksanakan 3-5 hari dengan jam layanan
minimal 6 jam. Minimal layanan dalam satu tahun 144-160 hari atau 32-3
minggu
Kelompok Bermain (KB) dilaksanakan setiap hari atau minimal 3 kali
seminggu dengan jumlah jam minimal 3 jam. Minimal layanan dalam satu
tahun 144-hari 32-34 minggu
Satuan PAUD sejenis (SPS) dilaksanakan minimal satu minggu sekali
dengan jam layanan minimal 2 jam.
Taman Kanak-kanak (TK) dilaksanakan minimal 5 hari setiap minggu
dengan jam layanan minimal 2,5 jam.
f. Melibatkan Peran Masyarakat
Pelaksanaan pendidikan anak usia dini hendaknya dapat melibatkan seluruh
komponen masyarakat. Penyelenggaraan pendidikan anak usai dini dapat
dilakukan oleh swasta dan pemerintah, yayasan maupun perorangan.
Penilaian Kurikulum
Evaluasi / penilaian adalah suatu analisis yang sistematis untuk melihat efektivitas
program yang diberikan dan pengaruh program tersebut terhadap anak. Penilaian
kurikulum dilakukan secara berkala dan berkesinambungan oleh pemerintah pusat
maupun daerah. Penilaian kurikulum dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
kurikulum dilaksanakan dan kesesuainnya dengan kerangka dasar fungsi dan tujuan
pendidikan nasional serta kesesuaian dengan tuntutan perkembangan yang terjadi
di masyarakat. Hasil penilaian kurikulum digunakan untuk menyempurnakan
pelaksanaan dan mengembangkan kurikulum selanjutnya.
Kurikulum dan pengembangannya, sebagaimana keterangan di atas, harus
dijadikan standar pembelajaran PAUD agar ada standar minimal kualitas yang
dicapai. Adapun dinamisasi dan optimalisasi menuju akselerasi kualitas sangat
ditentukan oleh profesionalitas manajemen yang mengandalkan ide-ide progresif
dari struktur yang diisi kader-kader berkualitas.
D. Ketrampilan
Keterampilan yang seharusnya dikuasai anak-anak peserta PAUD adalah
keterampilan melukis, menggambar, memainkan permainan edukatif, mengenali
kemampuan terbesarnya dan lain-lain dengan latihan intensif. Keterampilan-
keterampilan ini bisa berkembang sesuai dengan perkembangan potensi anak didik
yang ada, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan pesatnya gelombang
informasi yang berjalan secara massif dan eskalatif. Dalam konteks ini, guru
berperan aktif mengembangkan ketrampilan anak didik secara maksimal,
mempunyai tips-tips dengan bakat dan minatnya.
Fisilitas, sarana prasarana dan perangkat yang lain harus disiapkan demi suksesnya
pendidikan keterampilan anak usia dini. Dengan sarana prasarana yang memadai,
anak tertarik untuk mencoba sampai bisa, mengingat watak dasar anak adalah
meniru dan melakukan apa saja yang disenanginya. Salah satu keterampilan yang
seharusnya dikuasai anak usia dini adalah keterampilan musik yang membangun
jiwa,emosi, spiritual dan sosial bukan yang merusak.
Menurut Sugiman, beberapa psikolog melihat bahwa pengaruh positf musik pada
manusia tidak semudah analogi obat atas penyakit tertentu. Dr Alexandra Lemont
(2000), pakar psikologi musik dari Universitas Keele di Inggris mengatakan tidak
ada bukti yang menyatakan bahwa hanya dengan mendengarkan musik dapat
memberikan pengaruh pada kecerdasan maupun emosi anak.
Beberapa fakta menunjukkan bahwa keterlibatan aktif dengan musikal lah yang
menyebabkan musik mempunyai pengaruh positif bagi manusia. Aktif di sini tidak
hanya bermakna fisikal atau motorik tetapi juga secara mental, emosional dan
spiritual. Memberi makna dan nilai musik sebagai suatu hal yang berharga,
bermanfaat dan menyenangkan. Musik tidak sekedar dipandang sebagai suatu
rangkaian bunyi yang harus dimainkan atau didengarkan namun juga rangkaian
bunyi indah yang jika disimak lebih mendalam bisa menyampaikan sesuatu yang
berharga kepada seseorang.
E. Pelatihan
Manajemen PAUD yang terdiri dari kelembagaan, metode pengajaran dan
kurikulum adalah hal-hal yang harus dipahami, baik secara teoritis dan praktis, oleh
pengelola PAUD dan orang-orang yan terkait di dalamnya. Untuk itu dibutuhkan
pelatihan-pelatihan secara intensif dan eksensif bagi calon pengelola PAUD agar
materi dasar manajemen kelembagaan, metode pengajaran, dan kurikulum dapat
dipahami secara mendalam. Pelatihan ini harus dirancang secara sistematis, efisien
dan efektif dengan jadwal yang tepat dan produktif. Secara tekhnis pelatihan ini
membutuhkan narasumber yan berkualitas baik dari akademisi, birokrat maupun
praktisi, tips-tips khusus aplikasi dan implementasi nya serta simulasi dan praktik
langsung.
Menurut Dr. Fidesrinur M.Pd, profesionalisme pendidik PAUD harus ditingkatkan
melalui pelatihan-pelatihan, insentif atau penghargaan dari pemerintah sehingga
eksistensi pendidik PAUD dihargai dan diterima masyarakat. Pelatihan yang harus
dilakukan dan diterima masyarakat. Pelatihan yang harus dilakukan oleh National
Early Childhood Specialist Team (NEST) yang diprogramkan oleh Depdiknas pada
bulan maret 2007 lalu di sembilan kecamatan di daerah jakarta barat merupakan
salah satu cara efektif dalam meningkatkan eksistensi pendidik PAUD.
Cara lain untuk memberikan penyegaran pada pendidik PAUD adalah dengan kerja
sama Diknas dengan universitas atau sekolah tinggi yang memiliki program studi
PAUD. Selain untuk mempersiapkan calon tutor PAUD telatih, pelatihan
diselenggarakan juga untuk menyadarkan dan meyakinkan masyarakat akan
pentingnya menyelenggarakan program pendidikan anak usia dini dengan
melibatkan masyarakat setempat. Setelah mengikuti pelatihan ini, para peserta
diharapkan mampu dan siap menjadi tutor PAUD dan daat menyelenggarakan
pendidikan anak usia dini dengan tepat dan benar sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi setempat.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Salah satu upaya memaksimalkan bakat, potensi, kecerdasan, dan
kreativitas anak ialah dengan menyertakannya dalam kegiatan sekolah usia dini
atau PAUD ( Pendidikan Anak Usia Dini ). Sedini mungkin anak diasah untuk
bersikap disiplin, bertanggung jawab, berjiwa sosial, kreatif, inovaif, penuh
dedikasi, menjalankan program dll. Dengan metode yang tepat, kurikulum bagus
dan lembaga bonafid niscaya anak akan lebih mampu bekembang pesat dibanding
mereka yang tidak diasah melalui program PAUD tersebut.
B. Saran
Dalam hal ini penulis menyarankan agar pemerintah meningkatkan
perannya dalam pendidikan anak usia dini, baik dari pendanaan, perekrutan tutor
yang sesuai dengan kualifikasi maupun membuka ruang seluas-luasnya kepada
masayarakat untuk mengembangkan PAUD yang sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan masyarakatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Asmani , Jamal Ma’mur. 2009. Manajemen Strategis Pendidikan Anak Usia Dini.
Jogjakarta : DIVA Press
Baraja, Abu Bakar. 2006 . Mendidik Anak Dengan Teladan. Jakarta : Studia Press
http://welcomeatdegaltar.blogspot.com/2010/05/manajemen-kurikulum-pendidikan-
anak.html